Seminar Hidupkan Bakau
Seminar Hidupkan Bakau
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merujuk pada pengertian yang sama. Tomlinson (1986) dan Wightman (1989)
surut sebagai suatu komunitas. Hutan pasang surut atau hutan payau lebih dikenal
dipengaruhi oleh kadar garam serta adanya aliran sungai yang berair tawar,
sehingga pada umumnya hutan mangrove berada di muara – muara sungai di tepi
pantai yang cukup terlindung oleh hempasan gelombang dan angina laut yang
ekosistem yang mempunyai peranan penting ditinjau dari sisi ekologis maupun
aspek sosial ekonomi. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang ditumbuhi dengan
pohon bakau yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Definisi lain diberikan oleh Soerianegara
(1987), yang menjelaskan bahwa hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh
pada tanah berlumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi
oleh pasang surut dengan beberapa genera atau spesies yaitu Avicennia sp,
Sonneratia sp, Rhizophora sp, Bruguiera sp, Ceriops sp, Lumnitzera sp,
1
Excoecaria sp, Xylocarpus sp, Aegicveras sp, Scyphyphora dan Nypa sp.
Mulyadi dkk. (2006) menyatakan bahwa Hutan mangrove atau yang sering
mempunyai karakter unik dan khas, dan memiliki potensi kekayaan hayati.
Ekosistem mangrove memiliki nilai ekonomi dan ekologi yang besar serta
merupakan habitat penting tumbuhan hijau yang memiliki peranan penting dalam
melindungi tambak dari pasang air, menghilangkan polutan dan juga diketahui
pesisir pantai dan sungai secara umum menyediakan habitat bagi berbagai jenis
ikan. Hutan mangrove sebagai salah satu lahan basah di daerah tropis dengan
akses yang mudah serta kegunaan komponen biodiversitas dan lahan yang tinggi
berdampak pada fungsi fisik, ekologi dan ekonomi (Saparinto 2007). Salah satu
2
upaya konservatif untuk mengembalikan fungsi hutan mangrove yang mengalami
degradasi kepada kondisi yang dianggap baik dan mampu mengemban fungsi
penciptaan habitat dengan mengubah sistem yang rusak menjadi yang lebih stabil.
ekosistem. Oleh karena itu dalam makalah ini akan menjelaskan bagaimana
proses merehabilitasi mangrove yang benar dengan teknik yang terstruktur dan
terkontrol.
B. Tujuan
melestarikannya.
3
C. Manfaat
umumnya untuk bagaimana cara teknik rehabilitasi mangrove yang tepat dan
berkelanjutan.
4
BAB II
TEKNIK REHABILITASI
A. Persiapan
beberapa tahap ataupun prosedur yang seharusnya dicermati dan dilakukan untuk
1. Penelitian
rehabilitasi mangrove adalah membentuk tim inti yang akan bertugas sebagai
mangrove seperti yang dijelaskan oleh Brown Benyamin (2006), bahwa tekanan
tingginya kadar garam atau asam sulfat tanah (seringkali terjadi pada bekas
ketinggian substrat.
5
2. Sosialisasi
kondisi dataran yang berupa lumpur mudflat, dataran garam salt pan atau laguna
dengan asumsi bahwa lahan tersebut akan lebih baik dan produktif jika dijadikan
penanaman mangrove atau upaya restorasi lainnya, sangat penting artinya untuk
menentukan apakah areal yang akan direstorasi ini cocok untuk pertumbuhan
masyarakat adalah tahapan yang penting untuk dilakukan. Sebuah metode yang
3. Persemaian
mempermudah distribusi bibit mangrove pada saat penanaman. Selain itu, harus
diperhatikan juga tentang kondisi lingkungan, seperti tipe pasang surut di lokasi
6
bedeng. Informasi mengenai kondisi pasang surut yang tepat sangat dibutuhkan
suatu lokasi yang tidak memiliki pola sirkulasi pasang surut yang baik, sudah
bedeng yaitu:
a. Bedeng tingkat
atas tanah dengan tujuan untuk menghindari pemangsaaan bibit mangrove oleh
adalah jenis kepiting yang umum ditemukan di daerah mangrove, namun tidak
terlalu melimpah sehingga bisa mengganggu kehidupan mangrove yang baru saja
ditanam.
Bedeng tingkat ini dibuat dari potongan bambu dan bisa dibuat beberapa
buah dengan ukuran yang disesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan anggaran
yang tersedia. Sebagai naungan, bisa digunakan daun kelapa dan atau bahan
penutup lainnya. Intinya, bibit-bibit mangrove tidak boleh terkena sinar matahari
secara langsung karena akan mengakibatkan pada kematian bibit mangrove yang
sedang disemaikan.
langsung menggunakan tanah sebagai dasarnya. Kelebihan bedeng ini adalah bisa
cepat dibangun dengan hanya membutuhkan biaya yang murah. Kelemahan dari
7
bedeng jenis ini adalah bagi daerah persemaian yang memiliki kelimpahan
kepiting yang besar, maka kehidupan bibit bisa mencapai minimal, apabila
4. Langkah-langkah Pembibitan
a. Pengambilan Buah
Rhizophora yang diambil adalah buah yang sudah matang, yang ditandai dengan
adanya cincin kuning di bagian propagulnya. Untuk propagul yang belum muncul
cincin kuningnya, tidak diambil karena belum bisa disemaikan. Untuk jenis
Sonneratia, buah matang dicirikan dengan telah pecahnya kulit buah sehingga
terlihat biji-bijinya.
Tipe buah mangrove ada dua buah, yaitu Vivipari dan Kriptovivipari.
Vivipari adalah biji yang telah berkecambah ketika masih melekat pada pohon
induknya dan kecambah telah keluar dari buah. Sedangkan Kriptovivipari adalah
adalah biji yang telah berkecambah, ketika masih melekat pada pohon induknya,
tetapi masih tertutup oleh kulit biji. Berikut ini adalah gambar buah vivipari dalam
8
Gambar 2. Ilustrasi Propagul Jenis Mangrove Rhizophora apiculata
(Priyono, 2007)
apiculata mulai dari; (1) Tangkai, (2) Kelopak Buah, (3) Bakal daun plumula, (4)
Bakal Daun plumula adalah bakal daun yang tertutupi oleh Keping Buah.
Selanjutnya, Keping Buah bisa dijadikan indikator bagi pemasakan buah. Apabila
warna Keping Buah berubah menjadi kuning atau coklat, maka bisa dipastikan
Hipokotil adalah semai antara batang dan akar. Bagi beberapa jenis
merupakan kecambah yang keluar dari buahnya. Sementara itu, Radikula adalah
bakal akar yang akan menjelma menjadi akar-akar mangrove yang kuat yang akan
bisa melindungi pesisir pantai kita dari abrasi dan gelombang tsunami.
b. Perlakuan Buah
9
tempat yang terlindung. Buah mangrove bisa diletakkan sementara di bedeng dan
maksimal.
terdiri dari dua tipe, yaitu tipe propagul dan tipe buah bulat. Tipe propagul
variasi bulat-lancip seperti pada jenis Avicennia dan bulat penuh yang terdapat
pada Sonneratia. Kedua tipe buah mangrove ini mendapatkan perlakukan yang
sama setelah dipetik dari lapangan, yaitu direndam kurang lebih dua hari atau
buah, yang disukai oleh kepiting. Dengan demikian, pada saat disemaikan, maka
pemangsaan buah oleh kepiting bisa dikurangi. Perendaman dengan air tawar ini,
akar apabila jarak antara pembibitan dan penanaman memerlukan waktu yang
Tabel 1. Perlakuan buah mangrove yang baik untuk ditanam ditandai dengan
waktu yang tepat
Species Jenis Biji Bulan Tanda Matang Ukuran Buah
Matang
Avicennia marina Propagule D, *J, F Kulit buah kuning Berat > 30 g
Brugeira Propagule M, J, J, A, S, Warna buah coklat Panjang > 20 cm
gymnorrhiza O, N, D kemerahan
Ceriops tagal Propagule A, S Tangkai kuning, buah Panjang > 20 cm
coklat atau hijau
Rhizophora Propagule D, J, M, A Tangkai kemerahan Panjang > 20 cm,
apiculata diameter > 14 mm
Rhizophora Propagule S, O, N, D Tangkai kemerahan Panjang > 50 cm
10
mucronata buah coklat
Sonneratia alba Buah A, M, J, S, O Terapung air Diameter > 4 cm
Xylocarpus Buah S, O, N Buah kuning/coklat Berat tiap biji dalam
granatum dan terapung di air buah lebih dari 30 g
* Huruf yang ditebalkan menunjukkan musim
puncak. Diadaptasi dari Hachinohe et. AL,
“Nursery Manual for Mangrove Species - At
Benoa Port in Bali,” JICA, 1998.
B. Penanaman
prinsip tidak merusak akar dan bagian lain dari bibit, menggunakan alat bantu
yang sesuai, dilakukan dengan hati-hati serta hindari pemindahan saat terik
matahari.
3m;
jalur 4-10 m;
3. Penanaman kanan kiri pematang tambak : jarak antar bibit : 20 cm, 30 cm,
dari bibit mangrove sebelum ditanam, hal ini dikarenakan akar bibit mangrove
11
Untuk menandakan adanya bibit mangrove yang telah ditanam bisa
menggunakan ajir, dibantu dengan tali bertanda. Selain sebagai penanda, ajir
diperlukan sebagi penahan bibit yang terkena air pasang dan bibit mangrove
C. Pemeliharaan
ditanam di kawasan rehabilitasi mampu tumbuh optimal, untuk itu hal-hal yang
perlu dilakukan yakni monitoring dan evaluasi secara berkala untuk mengetahui
pada posisi yang tepat, misalnya tidak landai, posisi pematang agak curam
dan di perlukan jarak antara tempat penanaman dan pematang. Selain itu,
pengendalian ternak.
pembasmian manual.
12
c. Lumut sutra merupakan hama yang sering menyerang bibit mangrove
dengan cara pencegahan pemberian netting pada inlet saluran air, untuk
2. Penyulaman
tanaman dengan menyediakan bibit mangrove 10% sampai 20% dari jumlah yang
hasil dari kegiatan monitoring dan evaluasi, selambat-lambatnya 2-3 bulan setelah
ditanam. Penyulaman dilakukan pada tanaman bibit mangrove yang telah mati
13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
yang sesuai dan memeliharanya dengan cara monitoring dan evaluasi secara
B. Saran
dengan rehabilitasi mangrove melalui teknik rehabilitasi. Oleh karena itu perlu
dan sangsi yang tegas untuk melindungi dan melestarikan mangrove yang
tentunya peran lembaga keilmuan misalnya mahasiswa, dosen dan pelajar untuk
14