Anda di halaman 1dari 7

ATONIA UTERI

Definisi
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir (PRAWIROHARDJO, 2008).
Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah dengan:
 Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin
karena hal ini dapat menurunkan insidens perdarahan pascapersalinan akibat atonia
uteri.
 Pemberian misoprostol peroral 2 - 3 tablet (400 - 600 pg) segera setelah bayi lahir.
(PRAWIROHARDJO, 2008)
Faktor predisposisinya adalah sebagai berikut.
1. Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion, atau anak
terlalu besar.
2. Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep.
3. Kehamilan grande-multipara.
4. Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderira penyakit menahun.
5. Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
6. Infeksi intrauterin (korioamnionitis).
7. Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.
(PRAWIROHARDJO, 2008)
Pada atonia uteri, penyebabnya antara lain uterus overdistensi (makrosomia, kehamilan
kembar, hidramnion atau bekuan darah), induksi persalinan, penggunaan agen anestetik (agen
halogen atau anastesia dengan hipotensi), persalinan lama, korioamnionitis, persalinan terlalu
cepat dan riwayat atonia uteri sebelumnya (Kementrian Kesehatan, 2013)
Diagnosis Atonia uteri
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih
aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat
atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri
didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 5OO - 1.000 cc yang sudah
keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan
dalam kalkulasi pemberian darah pengganti (PRAWIROHARDJO, 2008). Tanda dan gejala
yang sering terjadi yaitu perdarahan segera setelah anak lahir, dan uterus tidak berkontraksi
atau lembek (Kementrian Kesehatan, 2013)
Algoritma penatalaksanaan Atonia uteri :
Tatalaksana Khusus Atonia uteri
u Lakukan pemijatan uterus.
u Pastikan plasenta lahir lengkap.
u Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan
kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unitdalam 1000
ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga
perdarahan berhenti.
u Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikan ergometrin
0,2 mg IM atau IV (lambat), dapat diikuti pemberian 0,2 mg IM setelah 15 menit, dan
pemberian 0,2 mg IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila diperlukan. JANGAN BERIKAN
LEBIH DARI 5 DOSIS (1 mg)
u Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus selama 1 menit,
dapat diulang setelah 30 menit).
u Lakukan pasang kondom kateter atau kompresi bimanual internal selama 5 menit
u Siapkan tindakan operatif atau rujuk ke fasilitas yang lebih memadai sebagai
antisipasi bila perdarahan tidak berhenti.
u Di rumah sakit rujukan, lakukan tindakan operatif bila kontraksi uterus tidak
membaik, dimulai dari yang konservatif. Pilihan-pilihan tindakan operatif yang dapat
dilakukan antara lain prosedur jahitan B-lynch, embolisasi arteri uterina, ligasi arteri
uterine dan arteri ovarika, atau prosedur histerektomi subtotal (PRAWIROHARDJO,
2008).
Penanganan Atonia Uteri di Fasilitas Terbatas

Penanganan atonia uteri dapat dilakukan langkah – langkah berikut (Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia, 2013):

 Lakukan pemijatan uterus


 Pastikan plasenta lahir lengkap
 Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% / Ringer Laktat dengan
kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000
ml larutan NaCl 0,9% / Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes / menit hingga
perdarahan berhenti.
 Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikan ergometrin
0,2 mg IM atau IV (lambat), dapat diikuti pemberian 0,2 mg IM setelah 15 menit, dan
pemberian 0,2 mg IM/IV (lambat) setiap 4 jam bila diperlukan. JANGAN BERIKAN
LEBIH DARI 5 DOSIS (1 mg)
 Jika perdarahan berlanjut berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus selama 1 menit,
dapat diulang setelah 30 menit)
 Lakukan pasang kondom kateter atau kompresi bimanual interna selama 5 menit
 Siapkan tindakan operatif atau rujuk ke fasilitas yang lebih memadai sebagai
antisipasi bila perdarahan tidak berhenti
 Di rumah sakit rujukan, lakukan tindakan operatif bila kontraksi uterus tidak
membaik. Pilihan tindakan operatif yang dapat dilakukan antara lain prosedur jahitan
B-lynch, embolisasi arteri uterina, ligase arteri uterine dan arteri ovarika, atau
proseduer histerektomi subtotal.

Kompresi Bimanual

Kompresi Bimanual dilakukan pada kasus atonia uteri dengan tujuan untuk mengurangi
jumlah perdarahan. Langkah – langkah kompresi bimanual adalah sebagai berikut:

 Berikan dukungan emosional


 Lakukan tindakan pencegahan infeksi
 Kosongkan kandung kemih
 Pastikan plasenta lahir lengkap
 Pastikan perdarahan karena atonia uteri
 Segera lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit
 Masukan tangan dalam posisi obstetric ke dalam lumen vagina, ubah menjadi kepalan,
dan letakkan dataran punggung jari telunjuk hingga kelingking pada forniks anterior
dan dorong segmen bawah uterus ke kranio anterior.
 Upayakan tangan luar mencakup bagian belakang mencakup korpus uteri sebanyak
mungkin
 Lakukan kompresi uterus dengan mendekatkan telapak tangan luar dan kepalan tangan
dalam
 Tetap berikan tekanan sampai perdarahan berhenti dan uterus berkontraksi
 Jika uterus sudah mulai berkontraksi, pertahankan posisi tersebut hingga uterus
berkontraksi dengan baik, dan secara perlahan lepaskan kedua tangan lanjutkan
pemantauan secara ketat.
 Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, lakukan kompresi bimanual eksternal
oleh asisten/anggota keluarga.
 Tekan dinding belakang uterus dan korpus uteri diantara genggaman ibu jari dan
keempat jari lain, serta dinding depan uterus dengan kepalan tangan yang lain
 Sementara itu:
a. Berikan ergometrin 0,2 mg IV
b. Infus 20 unit oksitosin dalam 1 L NaCl/RL IV 60 tetes/menit dan metal ergometrin
0,4 mg

(Kementrian Kesehatan, 2013)

Kondom Kateter

Prosedur ini merupakan prosedur yang membutuhkan alat-alat sebagai berikut :

 Kateter Foley no. 24


 Kondom
 Larutan NaCl 0,9%
 Selang infus atau sepuit 50ml

Langkah – langkah pemasangan kondom kateter:

 Baringkan ibu dalam posisi litotomi


 Cuci tangan
 Gunakan sarung tangan steril
 Masukan kateter ke dalam kondom
 Ikat dengan tali dekat dengan mulut kondom
 Pertahankan buli dalam keadaan kosong dengan kateter Foley
 Masukkan kondom yang sudah terikat dengan kateter ke dalam rongga uterus
 Biarkan ujung dalam kateter di dalam kondom
 Ujung luar kateter dihubungkan dengan set infus
 Kondom dikembangkan dengan 250-500 ml larutan NaCl 0.9%
 Observasi perdarahan. Jika berkurang, hentikan pengembangan kondom lebih lanjujt
 Ujung luar kondom dilipat dan diikat dengan tali
 Kontraksi uterus dipertahankan dengan drip oksitosin sampai setidaknya 6 jam setelah
prosedur
 Pertahankan posisi kondom dengan kasa gulung yang dimapatkan di dalam vagina atau
kembangkan kondom lainnya di dalam vagina
 Kondom kateter dipertahankan selama 24 jam dan setelah itu dikempiskan bertahan
(10-15 menit) dan dikeluarkan
 Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal :
a. Ampisilin 2 g IV dan Metronidazol 500mg IV
b. Atau sefazolin 1g IV dan metronidazole 500mg IV
 Jika ada tanda infeksi berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas demam
selama 48 jam:
a. Ampisilin 2 g IV tiap 6 jam
b. Dan gentamisin 5 mg/KgBB IV setiap 24 jam
c. Dan Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam

(Kementrian Kesehatan, 2013)


DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan, R. indonesia, 2013. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas
kesehatan dasar dan rujukan [Handbook on maternal health service delivery in primary
care and referral health facilities].
Prawirohardjo,S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai