Implementasi Akuntansi Pemerintahan Daerah Untuk SKPD
Implementasi Akuntansi Pemerintahan Daerah Untuk SKPD
PENDAHULUAN
1
Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen dan ditetapkan dengan PP setelah terlebih
dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Tantangan baru yang muncul dari penetapan basis akrual ini membutuhkan suatu
pedoman yang dapat menjelaskan proses pembangunan sistem akuntansi pemerintahan berbasis
akrual ini secara lebih detil agar dapat berjalan dengan baik. Pasal 6 PP No. 71 Tahun 2010,
dimana ayat (2) menyebutkan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintahan Pada Pemerintah Pusat
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengacu pada pedoman umum Sistem
Akuntansi Pemerintahan, dan pada ayat (3) menyebutkan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintahan
Pada Pemerintah Daerah diatur dengan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota yang mengacu pada
pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. Sementara itu dalam pedoman umum Sistem
Akuntansi Pemerintahan tersebut ditetapkan dalam bentuk Peraturan Menteri Keuangan dan
khusus untuk Pemerintah Daerah Peraturan Menteri Keuangan tersebut ditetapkan setelah
Menteri Keuangan berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri, hal ini sesuai dengan amanat
yang tertuang dalam pasal 6 ayat (4) PP No. 71 Tahun 2010.
Terdapat perubahan yang cukup signifikan dalam unsur laporan keuangan yang harus
disajikan oleh setiap entitas akuntansi dan entitas pelaporan di pemerintahan, jika dibandingkan
antara PP 71 tahun 2010 dengan PP No. 24 tahun 2005, yaitu sebagai beriku
t:
2
Hubungan antar laporan:
Laporan operasi (LO) pada dasarnya adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yang
disusun dengan basis akrual, sementara LRA merupakan bagian dari Laporan Pelaksanaan
Anggaran (LPA) disusun dengan menggunakan basis kas. LO ini jika merujuk pada PP No. 24
tahun 2005 dapat dipersamakan dengan Laporan Kinerja Keuangan (LKK) yang pada Ppno 24
tahun 2005 bersifat optional. Bila LO ini jika disandingkan dengan Laporan Keuangan di sektor
swasta/ bisnis dapat dipersamakan dengan Laporan Laba (Rugi) (income statement).
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
komponen laporan keuangan basis kas komponen laporan keuangan basis akrual
menuju akrual terdiri dari : terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Neraca 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih
3. Laporan Arus Kas (LAK) 3. Neraca
4. Catatan atas Laporan Keuangan 4. Laporan Operasional
(CALK) 5. Laporan Arus Kas
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan atas Laporan Keuangan
Komponen laporan keuangan dalam Draft Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis
Akrual terdiri dari 7 komponen laporan dimana terdapat penambahan 3 jenis laporan
dalam draft SAP berbasis akrual yaitu Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih,
Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan Kinerja Keuangan pada
Lampiran II PP 71/2010 menjadi Laporan Operasional pada Lampiran I PP 71/2010.
5
5. Tahap kelima menjurnal dan memposting jurnal penyesuaian untuk transaksi pembayaran
dimuka/pendapatan diterima dimuka (prepayment) atau transaksi yang masih harus
dibayar/yang masih harus diterima (accrual).
6. Tahap keenam menyusun Neraca Saldo Disesuaikan.
7. Tahap ketujuh menyusun laporan keuangan.
8. Tahap kedelapan menjurnal dan dan memposting ayat jurnal penutup.
9. Tahap kesembilan menyusun neraca saldo setelah penutupan.
Langkah-langkah optional jika worksheet disusun, maka tahap ke-4, ke-5, dan ke-6
dimasukkan dalam worksheet. Jika ayat jurnal pembalik (revershing entry) disusun, maka ayat
jurnal pembalik akan terjadi antara tahap 9 dan 1. Ayat jurnal koreksi, bila ada, seharusnya
dibukukan sebelum ayat jurnal penutup.
6
Selanjutnya Pendapatan yang diperoleh entitas akan menambah Ekuitas, sedangkan
adanya Beban akan mengurangi Ekuitas.
Sehingga persamaan akuntansi diturunkan sebagai berikut :
b) Aset = Kewajiban + Ekuitas + (Pendapatan – Beban)
Pendapatan adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Beban
adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang
menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban. Ekuitas terdiri atas kejadian/transaksi yang bersumber dari transaksi akrual dan
transaksi kas yang terakumulasi dalam SAL. Sedangkan Pendapatan LRA akan menambah
SAL, dan Belanja akan mengurangi SAL. Demikian Juga Penerimaan Pembiayaan akan
menambah SAL, dan Pengeluaran Pembiayaan akan mengurangi SAL. Karena SAL
merupakan bagian dari EKUITAS, maka persamaan akuntansi yang digunakan untuk
persamaan akuntansi akrual sudah termasuk persamaan akuntansi dengan basis kas. Sehingga
untuk transaksi akrual maupun transaksi LRA menggunakan satu persamaan yg sama.
7
adalah merupakan akun ril (real account). Akun Rekening Koran-PPKD merupakan akun ekuitas
di tingkat SKPD. Hal ini dikarenakan SKPD merupakan cabang dari Pemerintah Daerah,
sehingga sebenarnya SKPD tidak memiliki ekuitas sendiri, melainkan hanya menerima ekuitas
dari Pemerintah Daerah, melalui mekanisme transfer. Akun “Rekening Koran-PPKD” akan
bertambah bila SKPD menerima transfer aset (seperti menerima SP2D UP dan GU, menerima
aset tetap dari Pemerintah Daerah), pelunasan pembayaran belanja LS (menerima SP2D LS),
dan akan berkurang bila SKPD mentransfer aset ke Pemerintah Daerah (seperti penyetoran uang
ke Pemerintah Daerah).
2.6.1 Sistem Akuntansi dan Information Technology (IT) Based System (Simanjuntak,
2010) dan (Bastian,2006)
Adanya kompleksitas implementasi akuntansi berbasis akrual, dapat dipastikan bahwa
penerapan akuntansi berbasis akrual di lingkungan pemerintahan memerlukan sistem akuntansi
dan IT based system yang lebih rumit. Selain itu perlu juga dibangun sistem pengendalian intern
yang memadai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
8
Dalam rangka mendukung penerapan basis akuntansi akrual, penggunaan teknologi yang
andal amat diperlukan guna mendukung keberhasilan pengolahan data baik pada masa transisi
maupun pada masa penerapan basis akrual secara penuh. Persiapan di bidang teknologi informasi
terutama diarahkan untuk pengembangan sistem akuntansi. Pengembangan sistem akuntansi
berbasis akrual membutuhkan suatu sistem akuntansi untuk mengakomodasinya. Kementerian
Keuangan telah mengembangkan :
1. SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara). Sistem SPAN telah diluncurkan
pada tanggal 19 Agustus 2013.
2. SAKTI (Sistem Akuntansi Tingkat Instansi). Sistem ini telah dilakukan
tahapan Integration Testdan piloting system direncanakan Tahun 2014.
9
menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya
memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) oleh SDM yang terkait dengan akuntansi pemerintahan.
Di samping itu, peran dari perguruan tinggi dan organisasi profesi tidak kalah pentingnya untuk
memenuhi kebutuhan akan SDM yang kompeten di bidang akuntansi pemerintahan.
Training kepada stakeholders diperlukan untuk menguatkan komitmen, penguatan
kompetensi SDM dan meminimalisasi risiko ketidakandalan data keuangan. Berdasarkan peta
pemangku kepentingan, maka training kesiapan implementasi basis akrual dibagi ke dalam 3
(tiga) level, yaitu Level Penentu Komitmen dan Politis, Level Manajerial dan Level Teknis.
Secara umum, melalui Program Integrasi Sosialisi/Training ini diharapkan semua pemangku
kepentingan memahami dan mendukung implementasi basis akrual dan bersama-sama
mengupayakan pencapaian opini terbaik pada LKKL dan LKPP Tahun 2015.
10
2.6.5 Lingkungan/Masyarakat
Apresiasi dan dukungan dari masyarakat sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan
penerapan akuntansi pemerintahan. Masyarakat perlu didorong untuk mampu memahami laporan
keuangan pemerintah, sehingga dapat mengetahui dan menyadari penggunaan atas penerimaan
pajak yang diperoleh dari masyarakat maupun pengalokasian sumber daya yang ada. Dengan
dukungan yang positif diharapkan masyarakat mendorong pemerintah untuk lebih transparan dan
akuntabel dalam menjalankan kebijakannya.
2.6.6 Pendanaan
Dalam rangka pelaksanaan pelatihan akrual, Pemerintah membutuhkan dana yang sangat
besar dengan mempertimbangkan jumlah satuan kerja (± 24.000) yang tersebar di seluruh
Indonesia, kelompok stakeholders (pemangku kepentingan) serta jenis komunikasi dan
pelatihan yang dibutuhkan untuk berbagai level. Untuk itu, selain dana yang berasal dari APBN,
Pemerintah juga mendapat komitmen untuk bantuan dan dukungan dari negara-negara sahabat
dan lembaga internasional, seperti dari Australia melalui program GPF-AIP dan Bank Dunia.
11
dijalankan dan perubahan pola pikir para pihak yang terlibat pada proses bisnis tersebut, baik
pengguna langsung dari Departemen Keuangan (internal), maupun dari kementerian/lembaga
(eksternal).
12
Dalam rangka penerapan akuntansi berbasis akrual tersebut, pemerintah dalam hal ini
Kementerian Keuangan telah menetapkan peraturan-peraturan teknis yang akan dijadikan acuan
pelaksanaan. Peraturan-peraturan itu antara lain:
1. PMK No. 213/PMK.05/2013 Tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat
2. PMK No. 214/PMK.05/2013 Tentang Bagan Akun Standar
3. PMK No. 215/PMK.05/2013 Tentang Jurnal Akuntansi Pemerintah Pada Pemerintah
Pusat
4. PMK No. 219/PMK.05/2013 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat
Selain itu dapat dilakukan langkah-langkah untuk mendukung persiapan penerapan
akuntansi berbasis akrual antara lain:
a. Menyiapkan modul pada tingkat nasional yang memadai untuk dapat digunakan oleh
berbagai pihak dalam rangka pelatihan akuntansi berbasis akrual.
b. Menentukan daerah percontohan di setiap regional sebagai upaya
menciptakan benchmarking. Dengan cara ini, pemerintah dapat memfokuskan pada
beberapa daerah dulu sebelum pada akhirnya dapat digunakan oleh seluruh daerah.
c. Diseminasi/sosialisasi tingkat nasional. Hal tersebut dapat digunakan untuk menyerap
input berupa saran ataupun keluhan dari daerah terkait penerapan akuntansi basis akrual.
d. Sosialisasi dan pelatihan yang berjenjang. Berjenjang yang dimaksud meliputi pimpinan
level kebijakan sampai dengan pelaksana teknis, dengan tujuan sosialisasi dan pelatihan
untuk meningkatkan skill pelaksana, membangun kesadaran (awareness), dan mengajak
keterlibatan semua pihak.
e. Melakukan uji coba sebagai tahapan sebelum melaksanakan akuntansi berbasis akrual
secara penuh.
2.9 Kasus
Implementasi Laporan Keuangan untuk SKPD Berbasis Akrual
Berikut akan diberikan ilustrasi akuntansi SKPD-berbasis akrual untuk menjelaskan
mengenai implementasi laporan keuangan untuk SKPD yang diperoleh dari Modul Pelatihan
oleh Kementerian Keuangan: Pemkab A mulai menerapkan akuntansi berbasis akrual PP No. 71
Tahun 2010. Berikut ini data-data akuntansi pada Dinas Perhubungan Kabupaten A.
13
ASET Rp KEWAJIBAN Rp
Kas di Bendahara Rp Rp
Pengeluaran 1,500,000 Utang PPh dan PPn 1,500,000
Rp
Persediaan 500,000
Rp
Total Aset Lancar 2,000,000
Rp Rp
Tanah 250,000,000 Ekuitas 639,500,000
Rp
Gedung/Bangunan 240,000,000
Rp
Peralatan dan Mesin 149,000,000
Rp
Total Aset Tetap 639,000,000
14
Ringkasan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Dinas Perhubungan untuk T.A. 2015 adalah
sebagai berikut:
Uraian Jumlah
Retribusi Rp 24,000,000
Belanja
Belanja Langsung:
15
Transaksi yang terjadi selama Tahun Anggaran 2015 di Dinas Perhubungan diringkaskan sebagai
berikut:
2/2/2015 Bendahara pengeluaran menerima uang persediaan (UP) dari BUD sebesar
Rp50.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D UP.
3/3/2015 Total realisasi belanja gaji dan tunjangan selama setahun sebesar Rp
1.487.500.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Gaji dan Tunjangan.
4/4/2015 Total realisasi belanja modal yang seluruhnya untuk pengadaan peralatan dan
mesin sebesar Rp 110.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS
Belanja modal.
5/5/2015 Total realisasi belanja barang dan jasa untuk konsumsi yang dibayar secara LS
sebesar Rp55.000.000 berdasarkan SP2D-LS Belanja Barang dan Jasa.
6/6/2015 Surat Ketetapan Retribusi (SKR) yang diterbitkan selama T.A 2015 sebesar Rp
27.000.000. Dari jumlah tersebut, pendapatan retribusi yang diterima bendahara
penerimaan sebesar Rp 25.500.000. Pendapatan tsb telah disetor seluruhnya ke
rekening Kas Daerah, berdasarkan bukti transaksi berupa STS (Surat Tanda
Setoran).
7/7/2015 Total SP2D GU yang diterima selama tahun berjalan meliputi pengesahan belanja
yang dibayar dengan UP dan sekaligus pengisian kembali UP yang terpakai
dengan rincian sbb: Belanja Pegawai (honor-honor) sebesar Rp 53.750.000;
Belanja Barang dan Jasa sebesar Rp 62.500.000
8/8/2015 Belanja UP yang terakhir telah disahkan dengan diterimanya SP2D GU Nihil
(bukti transaksi pengesahan belanja UP tanpa pengisian UP yang terpakai) untuk
belanja sbb: Belanja Pegawai (honor-honor) sebesar Rp 11.000.000; Belanja
Barang dan Jasa sebesar Rp 27.500.000.
16
9/9/2015 Sisa UP telah disetor seluruhnya pada akhir tahun ke rekening Kas Daerah sebesar
Rp 11.500.000. Berdasarkan bukti transaksi berupa STS.
31/12/2015 Berdasarkan hasil inventarisasi fisik persediaan, diketahui persediaan yang masih
tersisa pada akhir tahun 2015 sebesar Rp 1.000.000.
31/12/2015 Berdasarkan kebijakan akuntansi Pemkab Adil Makmur, penyusutan aset tetap
mulai diterapkan terhitung T.A. 2015. Semua aset tetap yang dapat disusutkan
dihitung penyusutannya dengan metode garis lurus dengan asumsi nilai residu
nol. Gedung dan Bangunan disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar 2,5% per
tahun, sedangkan peralatan dan mesin disusutkan dengan tarif penyusutan sebesar
10% per tahunnya. Semua aset tetap (kecuali tanah dan Konstruksi Dalam
Pekerjaan) yang diperoleh pada tahun berjalan diasumsikan telah dapat disusutkan
untuk setahun penuh.
31/12/2015 Tagihan belanja barang dan jasa berupa belanja langganan daya dan jasa untuk
bulan Desember 2015 sebesar Rp 15.325.000 belum terbayarkan.
a. Langkah 1: Analisis Transaksi dan Penjurnalan di Buku Jurnal Finansial atau dan
Pencatatan di Buku Anggaran
Buku Jurnal Finansial:
17
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Persediaan 500,000
Tanah 250,000,000
Ekuitas 639,500,000
Kas 1,500,000
Ekuitas untuk
50,000,000
Dikonsolidasikan
Ekuitas untuk
1,487,500,000
Dikonsolidasikan
18
Ekuitas untuk
110,000,000
Dikonsolidasikan
Ekuitas untuk
55,000,000
Dikonsolidasikan
Kas 25,500,000
Kas 25,500,000
Ekuitas untuk
116,250,000
Dikonsolidasikan
19
Kas 38,500,000
Kas 11,500,000
Kas 19,750,000
20
Buku Anggaran:
21
c. Langkah 3: Posting ke Buku Besar kemudian menyusun Neraca Saldo Setelah
Penyesuaian
Pemerintah Kabupaten A
NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN
Per 31 Desember 2015
Debit Kredit
Nama Akun
Kas
Persediaan 1,000,000
Tanah 250,000,000
Ekuitas 639,500,000
22
Pemerintah Kabupaten A
Dinas Perhubungan
LAPORAN OPERASIONAL
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2015
Akun Jumlah
PENDAPATAN-LO
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
Pendapatan Pajak Daerah-LO
Pendapatan Retribusi Daerah-LO Rp 27,000,000
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan-LO
Lain-Lain PAD yang Sah-LO
Jumlah Pendapatan Asli Daerah Rp 27,000,000
Pendapatan Transfer-LO
Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan
Jumlah Pendapatan Transfer
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah-LO
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Pendapatan Non Operasional-LO
Pos Luar Biasa
JUMLAH PENDAPATAN-LO Rp 27,000,000
BEBAN
Beban Operasi
Beban Pegawai Rp 1,552,250,000
Beban Barang Rp 159,825,000
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan Rp 31,900,000
Beban Penyisihan Piutang
Beban Lain-lain
Jumlah Beban Operasi Rp 1,743,975,000
Beban Transfer
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Pendapatan lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah
Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan lainnya
Jumlah Beban Transfer
Beban Non Operasional
Beban Luar Biasa
JUMLAH BEBAN Rp 1,743,975,000
SURPLUS/DEFISIT Rp (1,716,975,000)
23
Pemerintah Kabupaten A
Dinas Perhubungan
Surplus/Defisit-LO Rp (1,716,975,000)
Lain-lain
Rp
Ekuitas Akhir (1,077,475,000)
24
Pemerintah Kabupaten A
Dinas Perhubungan
NERACA
31 Desember 2015
ASET KEWAJIBAN
Aset Lancar Kewajiban Jangka Pendek
Kas Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Investasi Jangka Pendek Utang Bunga
Piutang Pendapatan Rp 1,500,000 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Piutang Lainnya Pendapatan Diterima Dimuka
Penyisihan Piutang Utang Beban Rp 15,325,000
Beban Dibayar di Muka Utang Jangka Pendek Lainnya
Persediaan Rp 1,000,000 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek Rp 15,325,000
Aset untuk Dikonsolidasikan Kewajiban Jangka Panjang
Jumlah Aset Lancar Rp 2,500,000 Utang Dalam Negeri
Investasi Jangka Panjang Utang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Investasi Jangka Panjang Permanen Jumlah Kewajiban Jangka Panjang Rp -
Jumlah Investasi Jangka Panjang Rp - JUMLAH KEWAJIBAN Rp 15,325,000
Aset Tetap
Tanah Rp 250,000,000 EKUITAS
Peralatan dan Mesin Rp 259,000,000 Ekuitas
Gedung dan Bangunan Rp 240,000,000 Ekuitas Rp (1,077,475,000)
Jalan, Irigasi, dan Jaringan Ekuitas SAL
Aset Tetap Lainnya Ekuitas untuk Dikonsolidasikan Rp 1,781,750,000
Konstruksi Dalam Pengerjaan JUMLAH EKUITAS Rp 704,275,000
Akumulasi Penyusutan Rp (31,900,000)
Jumlah Aset Tetap Rp 717,100,000
Dana Cadangan
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan Rp -
Aset Lainnya
Tagihan Jangka Panjang
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tidak Berwujud
Aset Lain-lain
Jumlah Aset Lainnya Rp -
JUMLAH ASET Rp 719,600,000 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Rp 719,600,000
25
Pemerintah Kabupaten A
Dinas Perhubungan
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Pegawai Rp 1,565,000,000 Rp 1,552,250,000 99%
Belanja Barang dan Jasa Rp 150,000,000 Rp 145,000,000 97%
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Jumlah Belanja Operasi Rp 1,715,000,000 Rp 1,697,250,000 99%
Belanja Modal
Belanja Modal Tanah
Belanja Modal Peralatan dan Mesin Rp 120,000,000 Rp 110,000,000 92%
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Jumlah Belanja Modal Rp 120,000,000 Rp 110,000,000 92%
Belanja Tak Terduga
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja Tak Terduga Rp - Rp - 0%
Jumlah Belanja Rp 1,835,000,000 Rp 1,807,250,000 98%
Transfer
Transfer Bagi Hasil Pendapatan
Transfer Bagi Hasil Pajak
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan 26
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah
Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Jumlah Belanja Modal Rp 120,000,000 Rp 110,000,000 92%
Belanja Tak Terduga
Belanja Tak Terduga
Jumlah Belanja Tak Terduga Rp - Rp - 0%
Jumlah Belanja Rp 1,835,000,000 Rp 1,807,250,000 98%
Transfer
Transfer Bagi Hasil Pendapatan
Transfer Bagi Hasil Pajak
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah
Lainnya
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Jumlah Transfer Rp - Rp - 0%
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER Rp 1,835,000,000 Rp 1,807,250,000 98%
27
BAB III
KESIMPULAN
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan bagian dari pemerintah daerah yang
melaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik, baik secara langsung ataupun tidak.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut, SKPD diberikan alokasi dana
(anggaran) dan barang atau aset yang dibutuhkan. Oleh karena itu, Kepala SKPD disebut juga
Pengguna Anggaran (PA) dan Pengguna Barang (PB). Penyebutan SKPD selaku entitas
akuntansi pada dasarnya untuk menunjukkan bahwa SKPD melaksanakan proses akuntansi untuk
menyusun laporan keuangan yang akan disampaika kepada kepala daerah sebagai bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah (yang mencakup anggaran dan barang,
diiringi dengan dana yang dikelola oleh bendahara selaku pejabat fungsional).
SKPD diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Operasional, dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi tentang anggaran SKPD, yang
terdiri dari pendapatan dan belanja serta realisasi atas anggaran. Neraca memberikan informasi
mengenai posisi keuangan pada akhir tahun anggaran. Laporan Operasional menyajikan ikhtisar
sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikeola oleh
pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaran pemerintahan dalam satu periode
pelaporan. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Catatan atas Laporan Keuangan
memberikan informasi mengenai berbagai hal yang tidak “terbaca” dari laporan keuangan
lainnya.
Langkah-langkah menyusun laporan keuangan untuk SKPD, diawali dengan melakukan
analisis transaksi dan penjurnalan ke buku jurnal finansial serta pencatatan ke buku anggaran.
Langkah kedua adalah pencatatan penyesuaian ke buku jurnal finansial. Kemudian dilanjutkan
dengan memposting ke buku besar lalu menyusun neraca saldo setelah penyesuaian. Langkah
keempat adalah menyusun laporan keuangan, yaitu Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, Neraca, dan Laporan Realisasi Anggaran serta menyusun Catatan atas Laporan
Keuangan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul, dan Syam Kusufi. 2012. Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi Sektor Publik,
dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan dari Pemerintah Hingga Tempat
Ibadah. Salemba Empat. Jakarta.
Mursyidi. 2009. Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Bandung: Penerbit PT. Refika Aditama.
www.kemenkeu.go.id
29