PENDAHULUAN
Pada setiap tahun lebih dari 17.000 orang di Amerika Serikat diketahui
mempunyai tumor otak. The National Cancer Institue (NCl), menulis buku
tentang tumor otak untuk membantu pasien dan keluarganya dan teman -
temannya untuk mengetahui tentang tumor otak.
Tumor otak adalah sekumpulan massa sel-sel otak yang tumbuh abnormal, di
luar kendali. Massa ini dapat bersifat jinak (disebut tumor otak) dan ganas (disebut
kanker). Sebagian besar kanker otak dapat menyebar melalui jaringan otak, tetapi
jarang menyebar ke area lain dari tubuh.
Tumor otak primer hanya 2 – 3% dari seluruh jumlah kanker pada orang
dewasa. Kira-kira 18.000 kasus baru pasien tumor otak dan dengan kematian
14.000. Pada anak-anak tumor otak primer kira-kira 25% dari seluruh tumor.
Tumor otak dapat terjadi pada setiap umur, dari penelitian, tumor otak
sering terdapat pada anak-anak 3 – 12 tahun dan pada dewasa sekitar 40 – 70
tahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak
adalah organ penting yang mengendalikan pikiran, memori, emosi, sentuhan,
keterampilan motorik, visi, respirasi, suhu, rasa lapar, dan setiap proses yang
mengatur tubuh kita.
C. Epidemiologi
Tumor SSP merupakan 2-5% dari semua tumor dengan 80%
diantaranya terjadi di intracranial dan 20% di medulla spinalis. Tumor otak
diperkirakan menyebabkan 2% kematian akibat kanker. Pada anak-anak 70%
tumor otak primer terjadi infratentorial dan termasuk cerebellum,
mesencephalon, pons, dan medulla. Tumor otak meliputi sekitar 85-90% dari
seluruh tumor susunan saraf pusat.
Urutan neoplasma intracranial adalah glioma (41%), meningioma
(17%), adenoma hipofisis (13%), dan schwannoma/neurilemoma (12%).
Berdasarkan data statistik dari CBTRUS, meningen (34,3%) adalah lokasi
yang paling banyak ditempati tumor otak, diikuti lobus frontalis (9,1%),
temporal (6,8%), parietal (4,5%), oksipital (1,3%).
D. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang
perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan
kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber
yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan
faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada
bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang
kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-
bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam
tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam
tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan
abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi
setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan
besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf
pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas
dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
E. Klasifikasi Tumor
1. Tumor Jinak (Benigna)
Tidak terdapat sel kanker
Biasanya dapat diangkat dan tidak berulang
Batas tegas
Bersifat tidak menginvasi ke jaringan sekitar tapi dapat menekan
daerah yang sensitive dari otak dan mengakibatkan gejala
Bila terletak di daerah vital dari otak dan menganggu fungsi vital
maka dapat dipikirkan suatu mlaignasi
2. Tumor Ganas (Maligna)
Mengandung sel kanker
Menganggu fungsi vital dan mengancam nyawa
Tumbuh cepat dan menginvasi ke jaringan sekitar otak
Seperti tanaman, tumor maligna mempunyai akar yang tumbuh ke
dalam jaringan otak yang sehat
Tumor otak maligna bisa encapsulated
Klasifikasi tumor otak menurut WHO, dibagi menjadi 9 kategori
tumor otak primer, yaitu :
Tipe Sel Asal
Infiltratif astrositoma Astrosit
Pilositik Astrositoma Astrosit
Oligodendroglioma Oligodendrosit
Mixed Oligodenodroglioma Oligidendrosit, astrosit
Glioblastoma Multiforme Astrosit, Astroblas, Spongioblas
Ependimomaa Ependimosit
Meduloblastoma Sel Primitif neural
Meningioma Meningen
Other
G. Gejala Klinis
H. Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita
tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti.
Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh
penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas.
Misalnya ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui
pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema
papil dan deficit lapangan pandang.
I. Pemeriksaan Penunjang
Foto tulang tengkorak, lebih banyak sebagai skrining, jika ada tanda-
tanda peningkatan TIK akan memperkuat indikasi perlunya dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut, dapat memperlihatkan defisit kalsium yang ada
dalam beberapa tipe tumor. Dapat memperlihatkan perubahan dalam
tulang yang disebabkan oleh sel tumor
Lumbal pungsi
EEG, dikerjakan bila ada focal sign tumor
Angiografi atau arteriografi, menyuntikkan bahan kontras kedalam
pembuluh darah agar dapat melihat gambaran peredaran darah otak yang
merupakan feeding artery pada tumor.
CT-Scan kepala (Computerized Tomography Scanning) dapat
memberikan informasi tentang lokasi tumor
MRI (Magnetic Resonance Imaging), membuat diagnose yang lebih dini
dan akurat serta lebih definitif
PET (Position Emission Tomography)
J. Diagnosis Banding
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap
proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar
membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :
Abses intraserebral
Epidural hematom
Hipertensi intrakranial benigna
Meningitis kronik
K. Penatalaksanaan
Tergantung pada banyak faktor, diantaranya : tipe, lokasi, ukuran
tumor, umur pasien, keadaan umum pasien. Metode terapi pada anak-anak
berbeda dengan dewasa dan disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap pasien.
Metode-metode terapi yaitu :
Operasi – craniotomy
Radioterapi
Kemoterapi
Sebelum diterapi diberikan terlebih dahulu :
Steroid untuk menghilangkan edema otak. Kortikosteroid (dexametason)
dosis dewasa : 10mg loading IV, diikuti dosis rumatan 6mg PO/IV tiap 6
jam selama 1 minggu selanjutnya tapering off, untuk kasus berat dapat
ditingkatkan sampai 10mg tiap 4 jam. Dosis anak : 0,5-1mg/kg loading
IV, dilanjutkan rumatan 0,25-0,5mg/kg (PO/IV) dalam dosis terbagi tiap 6
jam. Hindari pemakaian jangka panjang karena efek menghambat
pertumbuhan.
Antikonvulsan, untuk mencegah atau mengontrol kejang
VP shunt, untuk hydrocephalus
1. Operasi
Merupakan terapi yang paling sering dilakukan pada tumor otak
Untuk mengambil tumor otak, operasi ini disebut kraniotomi
Jika mungkin tumor diambil semua, tetapi bila tumor tidak dapat
diangkat semua tanpa merusak jaringan otak vital, maka akan diangkat
tumor sebanyak-banyaknya. Pengambilan sebagian tumor dapat
menghilangkan gejala dengan mengurangi tekanan pada otak dan
mengurangi ukuran tumor dan terapi dapat dilanjutkan dengan
radioterapi atau kemoterapi
Pada tumor yang tidak dapat diangkat sama sekali, akan dilakukan
biopsy untuk mengetahui tipe sel sehingga dapat membantu untuk
memutuskan terapi yang akan dilakukan, biasanya dilakukan Needle
biopsy dengan bantuan CT-Scan atau MRI untuk mengarahkan ke
lokasi yang tepat. Operator membuat lubang kecil di tulang tengkorak
dan menuntun jarum ke tumor, teknik ini disebut stereotaksis
Radiosurgery stereotactic
Adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan
tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk
menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat
tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan
tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau
akselerator linier dengan foton, ataupun sinar proton.
L. Prognosa
Prognosa sering ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan diagnosa.
Juga tergantung pada diagnosa, tipe, derajat tumor, lokasi tumor, metastasis
atau tidak, umur pasien, keadaan umum pasien, seberapa banyak tumor
mempengaruhi aktivitas pasien.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
1. Nama : Ny K
2. Umur : 63 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Sidoarjo
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Status : Menikah
7. Tanggal MRS : 25 Desember 2018
8. Tanggal Pemeriksaan : 28 Desember 2018
B. Anamnesa
1. Keluhan Utama : Penurunan kesadaran
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien wanita 63 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD RSUD
Sidoarjo mengeluhkan kaki dan tangan sebelah kanan tiba-tiba terasa
lemas susah digerakkan, sakit kepala, mual dan muntah sejak sehari yang
lalu (Senin, 24/12/2018). Awalnya mengeluhkan susah berkomunikasi,
bicara melantur, dan kadang pelo sejak 2 hari yang lalu (Minggu,
23/12/2018). Oleh keluarga dibawa ke RSJ Menur (Minggu, 23/12/2018)
karena keluarga mengira ada gangguan kejiwaan setelah itu dokter di RSJ
Menur menyarankan pasien untuk dibawa ke RSUD Sidoarjo. Sebelum
MRS di RSUD Sidoarjo keluarga juga mengatakan pasien sempat pingsan
sekali 2 hari yang lalu. Pasien juga tidak bisa mengingat atau mengenal
keluarganya sendiri. Keluarga mengatakan pasien sangat sering
mengeluhkan sakit kepala sejak setahun ini, hilang timbul sehingga pasien
sering mengonsumsi obat sakit kepala. Keluarga juga mengatakan berat
badannya juga semakin menurun beberapa bulan ini sekitar kurang lebih
10kg. Kemudian kondisi pasien semakin memburuk dari yang awalnya
masih sadar (25/12/2018-27/12/2018) dan pada hari Jumat (28/12/2018)
pasien menjadi tidak sadar. Makan dan minum susah sering tersedak. Sulit
menelan makanan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : HT (+), DM (+)
4. Riwayat Pengobatan : sering mengonsumsi obat sakit kepala
5. Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
6. Riwayat Kebiasaan : merokok (-), alcohol (-), suka makan makanan
berlemak
C. Pemeriksaan Fisik
a) Status Generalis
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Sopor
3. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
4. Nadi : 85 x/menit
5. RR : 23 x/menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Saturasi : 98%
8. Kepala
Mata : Anemia (-), Ikterus (-)
Hidung : Dyspneu (-)
Mulut dan bibir : Cyanosis (-), terlihat kering
9. Leher : Pembesaran KGB (-)/(-)
10. Thorax
Cor : S1S2 Tunggal Reguler Murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
11. Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Perkusi : Timpani Seluruh Lapangan Abdomen, shifting
dulnes (-), meteorismus (-)
Palpasi : Nyeri Tekan (-), hepar dan lien dalam batas normal
12. Ekstremitas
Akral Hangat Kering Merah : superior +/+, inferior +/+
Edema : Superior -/-, inferior -/-
b) Status Neurologis
1. Kesadaran : sopor
2. GCS : 1-1-4
3. Pembicaraan : sulit dievaluasi
4. Wajah : simetris
5. Rangsangan Selaput Otak / Meningeal Sign :
Kaku Kuduk : (-)
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Brudzinski III : (-)
Brudzinski IV : (-)
Kernig : (-)
6. Pemeriksaan Nervus Cranialis :
a. Nervus Olfaktorius
Hiposmia / Anosmia : tidak dilakukan
Parosmia : tidak dilakukan
b. Nervus Optikus
Tajam Penglihatan : sulit dievaluasi
Lapangan Pandang : sulit dievaluasi
Melihat Warna : sulit dievaluasi
Funduskopi : tidak dilakukan
c. Nervus Okulomotorius, Troclearis, Abducens
Kedudukan Bola Mata : ditengah / ditengah
Ptosis : sulit dievaluasi
Exophthalmos :-/-
Pergerakan Bola Mata
o Nasal : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
o Temporal : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
o Frontal : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
o Bawah : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
o Temporal Bawah : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
Pupil
o Bentuk : bulat / bulat
o Diameter : 3mm / 3mm
o R. Cahaya Direct :+/+
o R. Cahaya Indirect :+/+
d. Nervus Trigeminus
Cabang motoric
o Otot temporalis : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
o Otot Maseter : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
o Otot Pterygodeus : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
Sensorik : tidak dilakukan
Reflex Kornea : tidak dilakukan
e. Nervus Facialis
Waktu Diam
o Kerutan Dahi : simetris
o Tinggi Alis : simetris
o Sudut Mata : simetris
o Lipatan Nasolabial : simetris
o Sudut Mulut : simetris
Waktu Bergerak
o Kerutan dahi : sulit dievaluasi / sulit dievaluasi
o Menutup mata : normal / normal
o Memperlihatkan gigi : normal / normal
Sensorik Pengecapan :
o Manis : tidak dilakukan
o Asam : tidak dilakukan
o Asin : tidak dilakukan
o Pahit : tidak dilakukan
Stetoskop Balance Test : tidak dilakukan
Schimmer Test : tidak dilakukan
f. Nervus Vestibulo Choclearis
Vestibularis
o Vertigo : tidak dilakukan
o Nystagmus : tidak dilakukan
Choclearis
o Rinne : tidak dilakukan
o Weber : tidak dilakukan
o Schawabach : tidak dilakukan
g. Nervus Glossopharingeus dan Nervus Vagus
Motorik
o Suara : sulit dievaluasi
o Kedudukan arcus faring : sulit dievaluasi
o Kedudukan uvula : sulit dievaluasi
Sensorik
o Reflek muntah : sulit dievaluasi
o Pengecapan 1/3 bawah lidah : tidak dilakukan
h. Nervus Accesorius
Mengangkat bahu : sulit dievaluasi
Memalingkan kepala : sulit dievaluasi
i. Nervus Hipoglosus
Kedudukan lidah saat istirahat : normal
Kedudukan lidah saat dijulurkan : sulit dievaluasi
Atrofi : (-)
Fasikulasi : (-)
Kekuatan lidah menahan mukosa pipi : sulit dievaluasi
7. Sistem Motorik
a. Kekuatan Otot Lengan
M. Bicep : lateralisasi dextra
M. Tricep : lateralisasi dextra
Flexi pergelangan tangan : lateralisasi dextra
Membuka jari tangan : lateralisasi dextra
Menutup jari tangan : lateralisasi dextra
Ekstensi sendi pergelangan tangan : lateralisasi dextra
b. Kekuatan Otot Tungkai
Flexi sendi coxae : lateralisasi dextra
Extensi sendi coxae : lateralisasi dextra
Flexi sendi lutut : lateralisasi dextra
Flexi plantar pedis : lateralisasi dextra
Ekstensi plantar pedis : lateralisasi dextra
8. Sistem Sensorik
a. Eksteroseptik
Nyeri : sulit dievaluasi
Suhu : tidak dilakukan
rasa raba ringan : sulit dievaluasi
b. Propioseptik
raba dalam : tidak dilakukan
raba getar : tidak dilakukan
c. Besar otot Lengan Tungkai
Atrofi (-) (-)
d. Palpasi dextra sinistra
Nyeri (-) (-)
Kontraktur (-) (-)
e. Tonus otot
Hipotoni (+) (+)
Spastik (-) (-)
Rigid (-) (-)
f. Gerakan involunter
tremot istirahat (-) (-)
tremor saat gerak (-) (-)
khorea (-) (-)
atetosis (-) (-)
mioklonik (-) (-)
g. Reflex Fisiologis
Reflex superficial : Supra umbilical / umbilical / infraumbilical
Reflek dinding perut : +/+ +/+ +/+
Reflek gluteal : tidak dilakukan
Reflex tendon dextra sinistra
o BPR : +3 +2
o TPR : +2 +2
o KPR : +3 +2
o APR : +2 +2
Siriraj Score
(2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x TDD) – (3
x tanda atheroma) – 12
= (2,5x2) + (2x1) + (2x1)+(0,1x80)-(3x1)-12 = 2
Gajah Mada Score : Babinski + / penurunan kesadaran + / nyeri kepala +
D. Resume
S : Pasien wanita 63 tahun datang ke IGD RSUD Sidoarjo dengan keluhan
kaki dan tangan sebelah kanan tiba-tiba terasa lemas susah digerakkan,
sakit kepala, mual dan muntah sejak sehari yang lalu (Senin, 24/12/2018).
Awalnya mengeluhkan susah berkomunikasi, bicara melantur, dan kadang
pelo sejak 2 hari yang lalu (Minggu, 23/12/2018). Sebelum MRS di
RSUD Sidoarjo pasien sempat pingsan sekali 2 hari yang lalu. Pasien juga
tidak bisa mengingat atau mengenal keluarganya sendiri. Sering
mengeluhkan sakit kepala sejak setahun ini, hilang timbul. Berat
badannya juga semakin menurun beberapa bulan ini sekitar kurang lebih
10kg. Makan dan minum susah sering tersedak. Sulit menelan makanan.
Faktor resiko : HT (+), DM (+)
RPK : -
RPO : sering mengonsumsi obat sakit kepala sejak setahun ini
O : KU : lemah
Kes : spoor
GCS : 1-1-4
Vital sign : TD : 130/80 mmHg, N : 85 x/menit, RR : 23x/menit, S :
36,7°C
Status generalis : dbn
Status neurologis :
Meningeal sign
Kaku kuduk (-)
Brudzinski I/II -/-
Nervus Cranialis : sulit dievaluasi
Motoric : lateralisasi dextra
Sensorik : sulit dievaluasi
Reflek fisiologis :
BPR : +3 / +2
TPR : +2 / +2
KPR : +3 / +2
APR : +2 / +2
Reflek patologis
Babinski : +/-
Chaddock : -/-
Hoffman : +/-
Tromner : -/-
P : Planning diagnosis :
CT-Scan kepala dengan dan tanpa kontras
Hasil : tumor cerebri pada midline lobus parietal sinistra dengan
ukuran +/- 4,73 x 4,51 cm
Darah lengkap
WBC : 9,59
RBC : 5,2
HGB : 12,7
HCT : 37,7
PLT : 349
Serum Elektrolit
Na : 134
K : 5,1
Cl : 97
LFT
SGOT : 12
SGPT :7
RFT
BUN : 13,8
Serum keratinin : 0,5
Gula darah
GDS : 262
GDP : 163
GD2JPP : 170
Profil lipid
Kolesterol total : 194
Trigliserida : 164
HDL-kolesterol : 29
LDL-kolesterol : 143
EKG
Thorax foto
Planning terapi :
Infus asering 14 tpm
Inj citicoline 3x500mg
Inj mecobalamin 3x500mcg
Inj santagesik 3x1 g
Inj ranitidine 2x50mg
Inj dexametason 3x1 ampul
Konsul bedah syaraf
Edukasi :
menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit yang diderita oleh
pasien
menjelaskan kepada keluarga agar keluarga senantiasa tetap
mensupport pasien
menjelaskan mengenai komplikasi penyakit yang bisa terjadi
menjelaskan tentang efek samping obat yang mungkin bisa terjadi
Monitoring :
keluhan pasien
tingkat kesadaran pasien
vital sign
efek terapi
Prognosis : dubia ad malam
Prognosa sering ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan diagnosa.
Juga tergantung pada diagnosa, tipe, derajat tumor, lokasi tumor,
metastasis atau tidak, umur pasien, keadaan umum pasien, seberapa
banyak tumor mempengaruhi aktivitas pasien.
DAFTAR PUSTAKA