Bambang sudiyono*)
dikarenakan alat peraga yang diperlukan berupa cutter motor listrik starter,
generator DC dan generator AC belum dimiliki sekolah. Cutter dimaksud adalah alat
anatomis dan cara kerja komponen agar tampak dari luar. Untuk mengatasi
membuat alat peraga. Dilaksanakan pada satu kelas dengan siswa berjumlah 36
kompetensi serta life skill pada siswa dengan menghasilkan produk belajar berupa
Pendahuluan
Sebagian besar siswa SMK N 2 Wonosari berasal dari daerah Gunungkidul dan
sekitarnya dengan letak jarak dan geografis tempat tinggalnya merupakan dataran
namun sebagian besar adalah golongan ekonominya menengah ke bawah. Dari hasil
wawancara dengan para siswa jurusan otomotif, tujuan mereka sekolah di SMK
adalah bila tidak dapat meneruskan sekolah ke pendidikan yang lebih tinggi mereka
dapat memiliki keterampilan yang diharapkan menjadi bekal ketika akan bekerja di
sehingga dalam memberdayakan kehadiran alat peraga untuk belajar siswa juga
kurang maksimal. Hal ini terjadi karena jumlah dan jenis alat peraga di sekolah masih
kurang mencukupi secara kwalitas maupun kwantitas, sehingga perlu pengadaan dan
2
dengan benda nyata. Di SMK N 2 Wonosari telah menghadirkan alat peraga, namun
penggunaannya sebagian besar untuk kelas tingkat akhir sedangkan ditingkat dasar
otomotif menurut penulis masih kurang bahkan belum ada. Jika alat peraga dimaksud
tidak ada maka akan berdampak pada tujuan pembelajaran siswa dan guru akan tidak
yang lengkap secara rinci mengenai cara kerja bagian alat dari sistim yang sedang
dipelajari misalnya sistim starter. Jika siswa ingin tahu cara bekerjanya motor starter
guru kurang dapat menjelaskan secara nyata tanpa didukung dengan peraga cutting
motor starter meskipun hal ini dapat di bantu dengan gambar-gambar dari LCD
namun gambar-gambar dimaksud tidak dapat diraba, dipegang secara nyata oleh
siswa sehingga keterlibatan siswa dalam belajarnya kurang dekat dengan benda nyata
tetapi berupa bayangan-bayangan dari computer dan LCD saja. Belajar siswa menjadi
kurang puas dan siswa secara tidak sadar dipaksa menerima bayangan materi yang
abstrak.
Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar menurut tingkat dari yang paling
kongkrit sampai ke yang paling abstrak. Klasifikasi ini kemudian terkenal dengan
nama kerucut pengalaman (Cone of experience) dari Edgar Dale. Dalam klasifikasi
yang paling efektif untuk memandirikan siswa dalam belajar, karena siswa
3
dihadapkan atau dilibatkan secara nyata dalam belajar memberi solusi kekurangan
alat peraga sekolah dan diharapkan berkembang,berkreasi atas materi yang dipelajari.
(Permasalahan yang ada) alat peraga yang tersedia dan mendukung pembelajatan
masih didominasi untuk kebutuhan belajar ditingkat lanjut sedangkan ditingkat dasar
yang memerlukan kaidah prinsip dasar dan mendasar untuk pembelajaran kelas I
Permasalahan juga muncul jika alat peraga diadakan dengan membeli dari pabrik alat
peraga tidak dapat memenuhi selera dan maksud pembelajaran yang telah
direncanakan guru maupun siswa, ongkos pemesanan pembuatan juga lebih mahal
Pengadaan alat peraga dapat memberikan kontribusi kepada siswa berupa gambaran
4
Terdapat banyak keuntungan yang akan diperoleh dalam ranah pembelajaran
diantaranya :
pembelajaran
pembelajaran.
Bagi guru dapat meningkatkan peran guru sebagai fasilitator dan agen pembelajaran
Dapat dijadikan sebagai area untuk membelajarkan life skill siswa diantaranya :
kekurangan alat peraga di sekolah. Menurut penulis kegiatan ini dapat memberikan
manfaat bagi siswa dalam hal keterampilan life skill dan juga ketersediaan alat peraga
dapat terwujud dan dibuat sesuai dengan alur cerita sebagaimana yang ada pada
silabus pembelajaran. Siswa dapat lebih aktif mengerahkan potensinya sedang guru
pembelajaran ini. Pembuatan alat peraga dengan melibatkan siswa sebagai subyek
5
swasta yang dituntut harus mandiri tidak mengandalkan bantuan dari pemerintah.
Dapat pula menambah jiwa petualangan siswa dalam belajar dan penguasaan
ini. Upaya-upaya ini juga masih relevan dengan Competency Based Currikulum,
Training
Mengadakan alat peraga dengan cara memesan atau membeli pada produsen alat
peraga atau siswa kurang dilibatkan dalam pembuatannya, maka harapan untuk
memperoleh penjelasan dan pengetahuan serta pemahaman materi dengan alat peraga
pembelajaran secara rinci akan tidak sesuai dengan maksud silabus dan target yang
dikehendaki dalam pembelajaran diantaranya penjelasan proses cara kerja dan prinsip
kerja secara rinci sebuah peralatan atau komponen dari suatu sistim yang sedang
dipelajari kurang jelas karena letak pemotongan pada bagian yang dijelaskan tidak
runtut atau asal dikerjakan. Sehingga dengan demikian pembelajaran akan mengalami
kendala ketika bersentuhan dengan prinsip dan cara kerja peralatan secara rinci dari
bagian yang seharusnya ditampakkan malah tidak terlihat sama sekali. Disamping itu
jika siswa kurang dilibatkannya dalam pembuatan alat peraga, akan berpengaruh
kurang memperoleh pengalaman baru bagi siswa misalnya, pada proses pembuatan,
proses kerja, cara kerja serta rasa ikut andil atau partisipasi belajar siswa atas
pengadaan alat peraga pembelajaran, dengan kata lain siswa tidak mendapatkan
pengalaman baru tentang pembuatan alat peraga dan tidak merasa memiliki andil atas
6
hadirnya peraga pendidikan yang dipergunakannya, siswa juga tidak memperoleh
Dalam kegiatan proses pembuatan alat peraga terdapat pengalaman belajar dan
pengalaman lain bagi siswa yang bermanfaat baginya di kemudian hari sebagai
komponen untuk mengembangkan diri. Pengalaman yang akan diperoleh siswa antara
menuangkan ide gagasan letak pemotongan dari alat peraga kelistrikan otomotif yang
sedang dibuat supaya alat peraga tersebut mampu memberikan informasi pesan yang
dibutuhkan dalam belajar. Pembelajaran dengan metode ini, akan memberi pengaruh
positif, yakni dapat memperjelas daya pemahaman siswa dan siswa akan memperoleh
pengalaman belajar nyata dan langsung yang berulang-ulang mengenai materi yang
sedang dipelajari karena siswa terlibat secara langsung. Pembelajaran ini juga dapat
sumber belajar karena siswa akan merasa senang dalam belajar, potensinya dapat
membuat alat peraga dimana sebelumnya siswa secara aktif berkelompok atau
membuat pola, mempelajari cara kerja, memahami prinsip kerja dan mengerjakan
pembuatan alat peraga sesuai dengan yang ditugaskan dan bimbingan dari guru mata
pelajaran. Langkah - langkah ini dapat terjadi berulang-ulang dan ini merupakan
7
penguatan (afirmasi) belajar siswa sehingga akan menimbulkan kesan untuk waktu
lama pada siswa atas materi, makna dan isi pelajaran yang sedang dipelajari. Dengan
kata lain pembelajarannya akan lebih bermakna bagi siswa ( Djohar MS dalam Radar
Yogja 7 April 2000), dan bermakna bagi guru dan sekolah. Pengalaman tersebut
diperoleh siswa secara langsung dan dapat diingat terus sampai jangka waktu lama.
Kebermaknaan belajar siswa dimaksud adalah siswa merupakan subyek dalam belajar
bukan obyek penderita, bahwa pendidikan adalah upaya sengaja yang dilakukan
kemudian hari.
kejuruan dapat ditingkatkan lagi ke arah suatu usaha siswa untuk menghasilkan
sebuah produk unjuk kerja menguasai pengetahuan materi teori dan praktik dan
peraga pembelajaran. Hal ini dapat menjadikan variasi belajar siswa lebih beragam
dalam belajar dan salah satu media untuk memperdalam kompetensi. Melalui cara ini
siswa dapat membuktikan konsep yang ada di dalam teori dan siswa memperoleh
8
Pendahuluan
paling kongkrit sampai ke yang paling abstrak. Klasifikasi ini kemudian terkenal
dengan nama kerucut pengalaman (Cone of experience) dari Edgar Dale dan pada
saat itu dianut secara luas untuk menentukan alat bantu pembelajaran yang paling
adalah pembelajaran yang paling efektif untuk memandirikan siswa dalam belajar,
karena siswa dihadapkan atau dilibatkan secara nyata dalam belajar memberi solusi
yang dipelajari.
mengatasi kekurangan alat peraga di sekolah dengan cara melibatkan siswa pada
pada pembelajaran ini. Pembuatan alat peraga dengan melibatkan siswa sebagai
dan penguasaan kompetensi yang diharapkan semakin nyata di masa sekarang ini.
*)Bambang sudiyono. adalah guru pada SMK N2 Wonosari Gunungkidul Yogyakarta
Competency Based Currikulum, Broad Based Currikulum serta Production Based
9
dasar pemikiran pada pembelajaran ini. Jika siswa kurang dilibatkannya dalam
proses pembuatan, proses kerja, cara kerja serta rasa ikut andil atau partisipasi belajar
siswa atas pengadaan alat peraga pembelajaran, dengan kata lain siswa tidak
mendapatkan pengalaman baru tentang pembuatan alat peraga dan tidak merasa
Apabila alat peraga diperoleh dengan cara siswa tidak dilibatkan(membeli dari
pabrik, tinggal pakai saja) maka siswa dipaksa untuk terima jadi atas keberadaan alat
peraga sebagai sumber belajar, hal ini dapat menjadi kendala bagi siswa dalam
memahami sistim atau pesan yang dijelaskan oleh hadirnya alat peraga tersebut. Ini
dijelaskan pabrik kurang sesuai dengan maksud materi yang harus diinformasikan
oleh alat peraga tersebut. Menurut pandangan penulis, dalam kegiatan proses
pembuatan alat peraga terdapat pengalaman belajar dan pengalaman lain bagi siswa
diri.
Pengalaman yang akan diperoleh siswa antara lain penggunaan alat-alat tangan,
dari alat peraga kelistrikan otomotif yang sedang dibuat supaya alat peraga tersebut
10
dengan metode ini, akan memberi pengaruh positif, yakni dapat memperjelas daya
pemahaman siswa dan siswa akan memperoleh pengalaman belajar nyata dan
langsung yang berulang-ulang mengenai materi yang sedang dipelajari karena siswa
pemahaman mata diklat kelistrikan otomotif yang diikuti dan dapat pula bermanfaat
bagi sekolah yang bersangkutan untuk menjamin tersedianya alat peraga yang masih
kurang atau belum ada dan meningkatkan keaktifan siswa sebagai subyek
pembelajaran dalam memanfaatkan sumber belajar karena siswa akan merasa senang
dalam belajar, potensinya dapat dimunculkan karena merasa diakui oleh lingkungan
perencanaan sebelum membuat alat peraga dimana sebelumnya siswa secara aktif
berkelompok atau individu berpetualang dalam belajar bagaimana cara belajar, cara
membongkar, membuat pola, mempelajari cara kerja, memahami prinsip kerja dan
mengerjakan pembuatan alat peraga sesuai dengan yang ditugaskan dan bimbingan
dari guru mata pelajaran. Langkah - langkah ini dapat terjadi berulang-ulang dan ini
kesan pada siswa atas materi, makna dan isi pelajaran yang sedang dipelajari. Dengan
kata lain pembelajarannya akan lebih bermakna bagi siswa ( Djohar MS,Radar Yogja
7 April 2000), dan bermakna bagi guru dan sekolah. Pengalaman tersebut diperoleh
siswa secara langsung dan dapat diingat terus sampai jangka waktu lama.
11
Kebermaknaan belajar siswa dimaksud adalah siswa merupakan subyek dalam belajar
bukan obyek penderita, bahwa pendidikan adalah upaya sengaja yang dilakukan
kemudian hari.
mendekatkan materi dalam bayangan (teori) dengan benda nyata. Siswa perlu
mendapatkan pengetahuan dan pengertian yang lengkap secara rinci mengenai cara
kerja bagian alat atau keseluruhan dari sistim unit materi yang dipelajari (Bagian I
secara rinci mengenai cara kerja proses kerja secara menyeluruh atau per-bagian dari
sistim unit materi kelistrikan otomotif yang dipelajari sangatlah mustahil dan sulit
tanpa kehadiran alat peraga. Kendalanya, bila suatu sekolah belum punya atau kurang
jumlah dan vareasi alat peraganya maka untuk mencapai amanat tersebut perlu
maknanya oleh seluruh komponen yang terlibat terutama siswa, sebagai subyek
pembelajar. Terobosan itu berupa pengadaan alat peraga dengan cara membuat sendiri
dalam format belajar serta siswa dilibatkan dalam proses pembuatannya. Hal ini akan
bermanfaat bagi siswa dalam hal belajar mengembangan diri, belajar keterampilan
12
hidup, belajar mengatasi masalah belajar serta melatih kompetensi siswa. Ini
belajar yang sedang dialami siswa(sekarang) menuju pengetahuan yang baru bila
kelak terjadi perubahan atas sistim teknologi yang dipelajari ke arah yang lebih maju
atau modern.
sekolah kejuruan dapat ditingkatkan lagi ke arah suatu usaha siswa untuk
menghasilkan sebuah produk unjuk kerja menguasai pengetahuan materi teori dan
berupa alat peraga pembelajaran. Hal ini dapat menjadikan variasi belajar siswa lebih
beragam, vareatif dan salah satu media untuk memperdalam kompetensi kelistrikan
otomtif. Melalui cara ini siswa dapat membuktikan konsep yang ada di dalam teori
Pada saat pembelajaran membuat alat peraga, siswa tertantang untuk belajar
dengan memadukan gambaran pengetahuan yang telah didapatkan dari pelajaran teori
mendorong siswa untuk ber-interaksi dengan teman dalam satu kelompok atau
kelompok lain ataupun pihak luar misalnya (bengkel, toko onderdil dan guru) tentang
13
permasalahan yang dihadapi. Semua proses interaksi ini diharapkan akan membekas
pada ingatan siswa, sehingga siswa dapat memiliki suatu pengalaman belajar dan
dapat menumbuhkan sikap positif pada diri siswa dalam belajar. Pengaruh dari
interaksi ini diharapkan akan mendewasakan pikiran siswa serta dapat meningkatkan
modal yang dibutuhkan pada penanaman kecakapan hidup (life skills) yang bersifat
umum dan kecakapan hidup(Life skill) yang bersifat spesifik pada siswa. Dengan ini
pada proses pembuatannya siswa terlibat secara aktif, meningkatkan pemahaman dan
tentang apa yang sedang dibuat, belajar menawarkan,memasarkan produk pada pihak
lain, dengan kata lain siswa dapat belajar cara membuat alat peraga dan belajar
informasi yang ada di dalamnya.Belajar membuat alat peraga oleh siswa merupakan
14
keaktifan belajar, sosialisasi, afirmasi, kerjasama, toleransi saling menghargai sesama
teman kelompok dalam belajar serta dapat merespon, mengolah informasi dari pihak
otomotif yang dapat menjadi bekal siswa kelak dikemudian hari. Dalam pembelajaran
dengan cara ini siswa diharapkan dapat memiliki suatu kemampuan untuk
kehidupan pada keterampilan baru dan jenis pekerjaan( Bag I kerangka dasar sistim
diharapkan dengan cara ini siswa akan berusaha mandiri dalam belajar. Sebagaimana
melibatkan multi indrawi yakni visual, auditori dan fisik akan mencapai target daya
peraga akan mengerahkan potensi indra pendengar, penglihatan dan perilaku siswa
15
Menurut pandangan penulis semakin maju bangsa kita maka tingkat kesadaran
pada pendidikan akan semakin tinggi pula. Ini memungkinkan akan banyak muncul
industri pendidikan dan latihan atau lembaga kursus baru atau pengembangan
lembaga pendidikan yang telah ada untuk di kembangkan agar dapat menyesuaikan
dengan perkembangan zaman yang semakin maju. Hal inilah yang mendorong
penulis bahwa pendidikan dan latihan harus sesuai dengan perkembangan zaman
merupakan salah satu upaya pembelajaran siswa untuk mendidik, melatih dan
mengajarkan siswa supaya memiliki bekal dasar keterampilan sebagai antisipasi atas
perkembangan tersebut.
Kesimpulan
siswa pada sistim kelistrikan otomotif dengan cara berpetualang dalam belajar
16
bidang diklat tersebut. Model pendekatan pembelajaran ini merupakan upaya yang
melatih siswa memenuhi kebutuhan belajarnya secara mandiri, peran guru sebagai
motivator dan fasilitator membangkitkan kesadaran diri siswa terhadap ide dan
gagasan serta aspek lain yang dipelukan pada kegiatan pengembangan kecakapan
ALTERNATOR AC GENERATOR DC
MOTOR STARTER
17
DAFTAR PUSTAKA
Materi lembar kerja pada penataran alat bantu mengajar. Malang. VEDC.
18