Anda di halaman 1dari 19

Makalah

MANAJEMEN PERBANKAN SYARIAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan Manajemen perbankan syariah

Disusun oleh :

FANI ERLIS PURWANI

NIM 142316003

Dosen pengampu :

ALIP TOTO HANDOKO,SE,MM

INSTITUT AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA (IBN) TEGAL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

Program Studi Perbankkan Syariah

2019
KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang Kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat , hidayah dan Inayah-Nya kepada kami ,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Hak-hak yang memberi jaminan

Makalah Ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini . Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari dari semua itu , kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya . Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang hak-hak yang memberi jaminan

dapat memberikan manfaat terhadap bagi semua orang.

SLAWI, APRIL 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman judul................................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................... iii

BAB I PEMBAHASAN .................................................................................................................

A. Penghimpunan Dana ...........................................................................................................


B. Sumber-sumber dana Bank .................................................................................................
C. Penggunaan dana Bank Syariah ..........................................................................................
D. Perhitungan pembagian hasil usaha ....................................................................................
E. Saldo rata-rata harian (SRRH) & distribusi pendapatan (RDP).........................................

BAB II PENUTUP .........................................................................................................................

A. Kesimpulan .........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................


BAB I

PEMBAHASAN

A. Penghimpunan Dana

Pada prinsipnya penghimpun dana yang di lakukan oleh perbankan sayriah hampir sama dengan
perbankan konvesional artinya dalam sistem perbankan syariah dikenal produk-produk berupa giro
(demmad deposit ), tabungan ( saving deposit), deposito (time deposit) sebagai sarana untuk menghimpun
dana dari masyarakat. Dengan demikian produk penghimpun dana yang ada dalam sistem perbankan
syariah terdiri dari :

1. Giro (Demand Deposit)

a. Pengertian

Giro dalam undang-undang no. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah ada dua macam yaitu prinsip
bagi hasil (mudharabah) atau prinsip titipan (wadiah). Dengan demikian dalam perbankan syariah di kenal
adanya produk berupa giro wadiah dan giro mudharabah.

Secara singkat giro wadiah di artikan sebagai bentuk simpanan yang penarikannya di lakukan setip saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, saran perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah
bukuan yang didasarkan pada prinsip titipan.

b. Landasan hukum giro wadiah dalam praktik perbankan syariah

1) Landasan syariah

Ketentuan hukum mengenai wadiah dapat kita temukan di al-quran, hadist, dan ijma’ .

a)) Al-Qur’an

Ketentuan al-quran mengenai prinsip wadiah terdapat dalam surat an-nisa’: 58 yang artinya :

“sesungguhnya Allah menyuruh kamu unytuk menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak
menerimannya”

Di samping itu terdapat juga dalam surat al-baqarah : 283 yang artinya:

“jika sebagian kamu mempercayai sebagaian yang lain, hendaklah yang dipercaya itu menunaikan
amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya.”
b) Hadist

Ketentuan hadis dalam prinsip wadiah daoat kirta baca dalam hadist yang diriwayatkan oleh abu daud
yang artinya:

“abu hurairah meriwayatkan bahwa rasulullah SAW bersabda sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada
yang berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah menghianatimu”

Giro wadiah sebagai salah satu produk penghimpun dana juga mendapatkan dasar hukum dalam PBI No.
9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran
dana serta layanan jasa bank syariah, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No. 10/16/PBI/2008.
Pasal 3 PBI dimaksud menyebutkan antara lain bahwa pemenuhan prinsip syariah dilakukan melalui
kegiatan penghimpunan dana dengan mempergunakan antara lain akad wadiah dan mudharabah.

Giro juga diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional NU.01/DSN-MUI/IV/2000 yang intinya
menyatakan bahwa giro yang di benarkan secara syariah adalah yang berdasarkan prinsip mudharabah
dan wadiah

2. Tabungan (Saving Deposit)

a. Pengertian

Pengertian tabungan dalam pasal 1 angka 21 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah ynag menyebutkan bahwa tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadiah atau investasi
dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang telah disepakati.

Dalam hal ini terdapat dua prinsip perjanjian islam yang sesuai diimplementasikan dalam produk
perbankan berupa tabungan yaitu wadiah dan mudharabah. Jika motifnya hanya menyimpan saja maka
bisa dipakai produk abungan wadiah, sedangkan untuk memenuhi nasabah yang bermotif investasi atau
mencari keuntungan maka tabungan mudharabah yang sesuai.

b. Landasan Hukum tabungan wadiah dan tabungan mudharabah dalam praktik perbankan syariah

1) Landasan syariah

a) Al-Qur’an

Ketentuan hukum tentang mudharabah dalam Al-quran tertuang dalam surat Al-Muzammil:20 yang
artinya:

” dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah Swt”
b) Hadis

Ketentuan hukum dalam hadis dapat kita jumpai dalam yang diriwayatkan oleh Thabrani yang artinya:

“ Diriwayatka dari Ibnu Abbas Sayyidina Abbas Bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra
usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni
lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi aturan tersebut, yang bersangkutan
bertanggung jawab atas dana tersebut. disampaikan syarat-syarat tersebut kepada Rasululloh dan
rasulullah pun membolehkannya”.

3. Deposito (Time Deposit)

a. Pengertian

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 depositi didefinisikan simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan
dengan bank atau pada saat jatuh tempo. Dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008, Deposito didefinisikan sebagai investasi dana berdasarkan akad mudhorobah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan Bank Syariah atau UUS.

Deposito merupakan produk dari bank yang memang ditujukan untuk kepentingan investasi dalam bentuk
surat-surat berharga, sehingga dalam perbankan syariah akan memakai prinsip mudharabah. Berbeda
dengan perbankan konvensional yang memberikan imbalan berupa bunga bagi nasabah deposan, maka
dalam perbankan syariah imbalan yang diberikan kepada nasabah deposan adalah bagi hasil (profit
sharing) sebesar nisbah yang telah disepakati di awal akad.

b. Landasan hukum deposito mudharabah dalam praktik perbankan syariah

Landasan hukum-hukum mudharabah secara syariah sudah dikemukakan di atas. Adapun dasar hukum
deposito dalam hukum positif dalam kita jumpai dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Deposito dalam bank syariah
diatur melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Deposito sebagai salah satu produk penghimpunan dana juga mendapatkan dasar hukum dalam PBI No.
9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan Penyaluran
Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No.
10/16/PBI/2008. Pasal 3 PBI dimaksud menyebutkan antara lain bahwa pemenuhan prinsip syariah
dilakukan melalui kegiatan penghimpunan dana dengan mempergunkan antara lain akad wadiah dan
mudharabah.
Selain itu mengenai deposito ini juga telah diatur dalam sebuah Fatwa DSN No. 03/DSN-MUI/IV/2000,
tanggal 1 April 2000 yang menyatakan bahwa keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan
dan dalam bidang investasi, memerlukan jasa perbankan . salah satu produk perbankan di bidang
penghimpunan dana dari dari masyarakat adalah deposito, yaitu simpanan dana berjangka yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah menyimpan
dengan bank.

B. Sumber Dana Bank Syariah

Sumber dana bank syariah diperoleh dengan cara menghimpun dana dari nasabah yang kemudian
digunakan untuk menggerakkan seluruh kegiatan perbankan yang berpengaruh pada kegiatan
perekonomian. Perputaran dana diperlukan untuk memperoleh keuntungan yang kemudian keuntungan ini
akan dibagi antara bank dan nasabah dengan menerapkan prinsip mudharabah (bagi hasil) yang seadil-
adilnya sesuai dengan kesepakatan yang sudah terjalin di awal penerimaan dana Berikut ini

dana pribadi yang berasal dari para pemilik yang menyerahkan sebagian dana mereka sebagai bentuk dan
tanda bahwa mereka merupakan pemegang saham di bank tersebut.

Rekening Giro ( Current Account) merupakan sumber-sumber dana bank syariah yang diperoleh dari
beberapa cara, yaitu.

1.Modal

Diantara sumber dana yang lain, modal merupakan sumber yang paling penting sejak awal sebelum
dibentuknya bank syariah. Modal itu sendiri merupakan

Seperti pada bank conventional lainnya, bank syariah juga menerima simpanan atau tabungan dalam
bentuk rekening giro dari nasabah. Dana ini kemudian oleh bank syariah akan diterima sebagai bentuk
wadi’ah atau titipan. Dengan kesepakatan bersama atas penggunaan dana tersebut, pihak bank dapat
menggunakan dana tersebut untuk kegiatan perbankan. Sementara itu bank memberikan jaminan kepada
nasabah bahwa dana yang sudah diserahkan sewaktu-waktu bisa diambil kembali.

2.Rekening Tabungan ( Saving Account)

Layanan dari bank syariah yang memungkinkan menerima simpanan atau tabungan dalam bentuk
rekening tabungan dari nasabah. Penggunaan dana yang diterima dalam bentuk rekening tabungan dapat
digolongkan menjadi 3 jenis kesepakatan, yaitu.
1). Wadi’ah atau titipan. Meskipun dalam rekening giro juga mengenal istilah

wadi’ah , namun wadi’ah yang dimaksud dalam rekening tabungan ini memiliki penerapan yang berbeda.
Dalam rekening tabungan, wadi’ah diartikan titipan yang bisa digunakan oleh bank dengan lebih fleksibel
untuk mendapatkan keuntungan, hasil dari keuntungan tersebut akan dibagi dengan nasabah sesuai
dengan kesepakatan yang terjadi di awal

2). Qardh atau pinjaman kebajikan. Maksudnya pinjaman kebajikan disini adalah bank menerima dana
dari nasabah yang mana dengan disertai kesepakatan tanpa diberlakukan adanya bunga dari dana yang
dipinjamkan. Dana ini dapat digunakan bank untuk segala kegiatan perbankan yang menguntungkan dan
hasil keuntungan dari kegiatan tersebut kemudian akan dibagi dengan nasabah sesuai dengan kesepakan
yang ada.

3). Mudharabah atau bagi hasil . Mudharabah umumnya akan diintegrasikan dengan rekening investasi
berjangka. Mudharabah bukan hanya sistem bagi hasil saja, namun juga membagi resiko kerugian yang
mungkin akan terjadi. Artinya ketika nasabah menyerahkan dana tersebut ke bank, maka bank
diperbolehkan untuk menggunakan dana tersebut untuk menjalankan kegiatan untuk memperoleh
keuntungan. Hasil keuntungan akan dibagi bersama dan jika terjadi kerugian investasi maka kerugian juga
akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan.

Dari ketiga jenis rekening tabungan ini yang paling umum digunakan hanya ada dua yaitu

wadi’ah dan mudharabah .

4). Rekening Investasi Umum ( General Invesment Account)

Rekening investasi umum disebut juga dengan investasi tidak terikat merupakan dana yang dihimpun oleh
bank syariah dari dana simpanan para nasabah, dimana dana ini umumnya merupakan tabungan berjangka
pendek. Tujuan penghimpunan dana dalam rekening investasi umum lebih pada keinginan untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih daripada hanya sekedar mengamankan tabungan. Prinsip yang
digunakan dalam penggunaan dana ini adalah mudharabah atau bagi hasil antara bank syariah dengan
nasabah. (baca juga : produk-produk bank syariah )

5. Rekening Investasi Khusus ( Special Invesment Account)

Rekening investasi khusus atau istilah lainnya adalah investasi terikat merupakan penghimpunan
simpanan tabungan dari nasabah yang diperuntukkan untuk mendanai sebuah proyek yang dikelola oleh
bank syariah. Dimana dalam pengalokasian dana ini, para nasabah diberikan kebebasan penuh dalam
menentukan proyek mana yang menurut nasabah lebih menguntungkan untuk berinvestasi. Pemanfaatan
dana ini akan disepakati dengan prinsip mudharabah . Rekening investasi khusus lebih mengutamakan
mengelola dana yang besar, sehingga kebanyakan dari nasabahnya merupakan Investor besar dan
Institusi-institusi khusus.
6. Obligasi Syariah

Obligasi tidak hanya dikenal oleh bank konvensional saja, namun bank syariah juga mengenal obligasi
atau di bank syariah lebih umum disebut obligasi syariah. Obligasi syariah merupakan alternatif sumber
dana yang bisa digunakan untuk jangka panjang (diatas 5 tahun). Prinsip yang diterapkan dalam obligasi
syariah bisa dengan mudharabah (bagi hasil) atau ijarah (sewa).

C. Penggunaan dana Bank Syariah

Alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dibagi dalam dua bagian dari aktiva bank, yaitu:

1. Aktiva yang menghasilkan ( Earning Assets )


2. Aktiva yang tidak menghasilkan (Non Earning Assets )

Aktiva yang dapat menghasilkan atau earning assets adalah asset bank yang digunakan untuk
menghasilkan pendapatan. Asset ini disalurkan dalam bentuk investasi yang terdiri atas:

1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)


2. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil dengan model kerjasama ( musyarakah)
3. Pembiayaan berdasarkan prinsip jual- beli ( al-ba’i )
4. Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (ijarah dan ijarah muntahia bit tamlik )
5. Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya

Asset bank yang tergolong tidak memberikan penghasilan antara lain:

1. Aktiva dalam bentuk tunai (cash assets)


2. Pinjaman (qard )
3. Penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris
D. Perhitungan bagi hasil Usaha

Bagi hasil juga merupakan keuntungan atau hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi
maupun transaksi jual beli yang diberikan kepada nasabah dengan persyaratan sebagai berikut :

1.) Perhitungan bagi hasil disepakati menggunakan pendekatan pola:

a. Revenue sharing yaitu para pihak mendapatkan bagian hasil sebesar nisbah dikalikan dengan besarnya
pendapatan (revenue) yang diperoleh oleh pemilik usaha (mudharib).

b. Profit and loss sharing yaitu para pihak akan memperoleh bagian hasil sebesar nisbah yang telah
disepakati dikalikan besarnya keuntungan (profit) yang diperoleh oleh pengusaha (mudharib). Sedangkan
jika mengalami kerugian ditanggung bersama sebanding dengan kontribusi masing-masing pihak.

2.) Pada saat akad terjadi wajib disepakati sistem bagi hasil yang digunakan, apakah revenue sharing atau
profit and loss sharing. Kalau tidak disepakati akad tersebut akan menjadi gharar.

3.) Waktu dibagikannya bagi hasil harus disepakati oleh kedua belah pihak, misalnya pembagiannya
setiap bulan, atau waktu yang telah disepakati.

4.) Pembagian bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati di awal dan tercantum dalam akad.

Sistem bagi hasil merupakan sistem dimana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam
melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas
keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan
syari’ah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kepada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang
berkaitan dengan pembagian usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad).
Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan
harus terjadi adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.

Jenis-Jenis Akad Bagi Hasil

1) Akad Musyarakah

Al Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu.
Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Al Musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan dalam hal pembiayaan proyek. Dalam hal ini
nasabah yang di biayai dengan bank sama-sama menyediakan dana untuk melaksanakan proyek tersebut.
Keuntungan dari
proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dahulu mengembalikan dana yang
dipakai nasabah. Al Musyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti pada lembaga
keuangan modal .

2) Akad Al Mudharabah

Al mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, dimana pihak pertama menyediakan seluruh
modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak. Apabila rugi, maka akan ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan

akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah
yang bertanggung jawab.

Dalam praktiknya mudhrabah terbagi dalam dua jenis, yaitu mudharabah mutlaqoh dan mudharabah
muqayyadah. Pengertian mudharabah mutlaqoh merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak
lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan daerah
bisnis. Sedangkan mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah mutlaqoh dimana
pihak lain dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha, dan daerah bisnis.

3) Akad Al Muzara’ah

Al Muzara’ah merupakan akad kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap.
Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan
bagian tertentu dari hasil panen. Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan bidang
plantation atas dasar bagi hasil panen.

Dapat disimpulkan bahwa pemilik lahan dalam hal ini menyediakan lahan, benih, dan pupuk. Sedangkan
penggarap menyediakan keahlian, tenaga, dan waktu. Keuntungan diperoleh dari hasil panen dengan
imbalan yang telah disepakati.

4) Akad Al Musaqah

Al Musaqah merupakan bagian dari Al Muzara’ah yaitu penggarap hanya bertanggung jawab atas
penyiraman dan pemeliharaan dengan menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap
diperoleh dari persentase hasil panen pertanian. Jadi tetap dalam konteks adalah kerjasama pengolahan
pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap.
contoh kasus untuk prinsip al-musyarakah adalah sebagai berikut.

Tn. Ray Ibrahim hendak melakukan suatu usaha, tetapi kekurangan modal. Modal yang dibutuhkan
sebesar Rp 40.000.000,- sedangkan modal yang dimiliknya hanya tersedia Rp 20.000.000,-. Ini berarti Tn.
Ray Ibrahim kekurangan dana sebesar Rp 20.000.000. Untuk menutupi kekurangan dana tersebut Tn. Ray
Ibrahim meminta bantuan Bank Syari’ah Baturusa dan disetujui. Dengan demikian, modal untuk usaha
atau proyek sebesar Rp 40.000.000,- dipenuhi oleh Tn. Ray Ibrahim 50% dan Bank Syari’ah Baturusa
50%. Jika pada akhirnya proyek tersebut memberikan keuntungan sebesar Rp 15.000.000,- maka
pembagian hasil keuntungan adalah sebagai berikut :

- Modal usaha Rp 40.000.000,- yang terdiri dari Rp 20.000.000 dari Tn. Ray Ibrahim dan Rp 20.000.000,-
dari Bank Syari’ah Baturusa.

- Maka bagi hasilnya 50 : 50, artinya Bank Syari’ah Baturusa mendapat 50% dan Tn. Ray Ibrahim
mendapat 50% juga.

- Bank Syari’ah Baturusa : 50% x Rp 15.000.000,- = Rp 7.500.000,-

- Tn. Ray Ibrahim : 50% x Rp 15.000.000,- = Rp 7.500.000,-

o Jadi, dari keuntungan atas usaha keduanya sama-sama mendapat bagi hasil Rp 7.500.000. dengan
catatan pada akhir suatu usaha Tn. Ray Ibrahim tetap akan mengembalikan uang sebesar Rp 20.000.000,-
ditambah Rp 7.500.000,- untuk keuntungan Bank Syari’ah Baturusa dari bagi hasil.
E. Saldo rata-rata harian (SRRH) & Distribusi pendapatan (RDP)

Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil

Perhitungan bagi hasil dalam perbankan syariah dapat mengikuti tata cara dan ketentuan, yaitu seperti
berikut :

1. Hitung saldo rata-rata harian (SRRH) sumber dana sesuai klasifikasi dana yang dimiliki, misalnya
tabungan mudharabah dan investasi mudharabah .

2. Hitung saldo rata-rata tertimbang sumber dana yang telah tersalurkan ke dalam investasi dan produk-
produk aset lainnya.

3. Hitung total pendapatan yang diterima dalam periode berjalan, misalnya tahun 2003.

4. Bandingkan antara jumlah sumber dana dengan total dana yang telah disalurkan.

5. Alokasikan total pendapatan kepada masing-masing klasifikasi dana yang dimiliki sesuai dengan data
saldo rata-rata tertimbang.

6. Perhatikan nisbah sesuai kesepakatan yang tercantum dalam akad.

7. Distribusikan bagi hasil sesuai nisbah kepada pemilik dana sesuai klasifikasi dana yang dimiliki.

Berikut ini rumus perhitungan saldo rata-rata harian (SRRH):

SRRH = TD/JH

Ket :

TD = total dana dalam periode berjalan

JH = jumlah hari dalam periode berjalan

Untuk memperjelas rumus perhitungan SRRH tersebut, di bawah ini diberikan contoh perhitungannya.

Tuan Syahrul mempunyai tabungan/simpanan

mudharabah di bank syariah dengan data transaksi seperti berikut:


Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

06 Januari 2008 Setoran Awal 2.000.000,00

12 Januari 2008 Setoran 8.000.000,00

20 Januari 2008 Setoran 5.000.000,00

27 Januari 2008 Penarikan 3.000.000,00

Berikut ini perhitungan saldo rata-rata harian dana Tuan Syahrul selama bulan Januari 2008, yaitu dengan
cara menghitung saldo rata-rata tertimbang dibagi dengan jumlah hari dalam bulan Januari:

Tabel Perhitungan Saldo Rata-Rata Harian (SRRH)

Nomor Tanggal Hari Saldo Saldo Tertimbang

1 06 Jan - 11 Jan 6 2.000.000,00 12.000.000,00

2 12 Jan - 19 Jan 8 10.000.000,00 80.000.000,00

3 20 Jan - 26 Jan 7 15.000.000,00 105.000.000,00

4 27 Jan - 31 Jan 5 12.000.000,00 60.000.000,00

TOTAL 26 257,000,000,00

Jadi, saldo rata-rata harian (SRRH) dana Tuan Syahrul = Rp257.000.000,00 : 26 = Rp. 9.884.615

Setelah SRRH dihitung, maka berikutnya kita menghitung distribusi pendapatan, dengan rumus:

Dimana DP = distribusi pendapatan

SR = saldo rata-rata tertimbang per klasifikasi dana

TR = total rata-rata tertimbang per klasifikasi dana

TP = total pendapatan yang diterima periode berjalan oleh bank syariah

Berikut ini diberikan contoh perhitungan distribusi pendapatan bank syariah pada tahun 2008.

Saldo rata-rata harian :


1. Simpanan mudharabah = Rp 600.000.000,00 (10 %)

2. Investasi mudharabah 01 bl = Rp1.800.000.000,00 (30%)

3. Investasi mudharabah 03 bl = Rp1.200.000.000,00 (20%)

4. Investasi mudharabah 06 bl = Rp 600.000.000,00 (10%)

5. Investasi mudharabah 12 bl = Rp1.800.000.000,00 (30%)

Total saldo rata-rata harian = Rp 6.000.000.000,00 (100%)

Total pendapatan Bank Syariah tahun 2008 = Rp200.000.000,00

Atas dasar data tersebut maka kita dapat menghitung distribusi pendapatan menurut klasifikasi dana
sebagai berikut:

1. Simpanan mudharabah = 10 % X Rp200.000.000,00 = Rp20.000.000,00

2. Investasi mudharabah 01 = 30% X Rp200.000.000,00 = Rp60.000.000,00

3. Investasi mudharabah 03 = 20% X Rp200.000.000,00 = Rp40.000.000,00

4. Investasi mudharabah 06 = 10% X Rp200.000.000,00 = Rp20.000.000,00

5. Investasi mudharabah 12 = 30% X Rp200.000.000,00 = Rp60.000.000,00

TOTAL = Rp200.000.000,00

Dari total pendapatan yang didistribusikan sesuai dengan klasifikasi dana di atas yang berjumlah
Rp200.000.000,00 maka kemudian jumlah ini akan dibagihasilkan kepada pemilik dana ( shahibul maal)
dan pengelola dana (mudharib) sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati pada awal akad.
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Produk penghimpunan dana

1. Giro
2. Tabungan
3. Deposito

Sumber-sumber dana bank syariah

Rekening Giro ( Current Account) merupakan sumber-sumber dana bank syariah yang diperoleh dari
beberapa cara, yaitu.

1. Modal
2. Rekening Tabungan ( Saving Account)
3. Mudharabah atau bagi hasil
4. Rekening Investasi Umum ( General Invesment Account)
5. Rekening Investasi Khusus ( Special Invesment Account)
6. Obligasi Syariah

Penggunaan dana bank syariah

Alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dibagi dalam dua bagian dari aktiva bank, yaitu:

1. Aktiva yang menghasilkan ( Earning Assets )


2. Aktiva yang tidak menghasilkan (Non Earning Assets )

Perhitungan bagi hasil usaha

Perhitungan bagi hasil disepakati menggunakan pendekatan pola:

a. Revenue sharing

b. Profit and loss sharing

jenis-jenis akad bagi hasil

1. Musyarakah
2. Mudharabah
Saldo rata-rata harian (SRRH)

1. Hitung saldo rata-rata harian (SRRH) sumber dana sesuai klasifikasi dana yang dimiliki, misalnya
tabungan mudharabah dan investasi mudharabah .

2. Hitung saldo rata-rata tertimbang sumber dana yang telah tersalurkan ke dalam investasi dan produk-
produk aset lainnya.

3. Hitung total pendapatan yang diterima dalam periode berjalan, misalnya tahun 2003.

4. Bandingkan antara jumlah sumber dana dengan total dana yang telah disalurkan.

5. Alokasikan total pendapatan kepada masing-masing klasifikasi dana yang dimiliki sesuai dengan data
saldo rata-rata tertimbang.

6. Perhatikan nisbah sesuai kesepakatan yang tercantum dalam akad.

7. Distribusikan bagi hasil sesuai nisbah kepada pemilik dana sesuai klasifikasi dana yang dimiliki
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/mariyatulqibtiyah/produk-penghimpunan-dana-bank-syariah

https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/ekonomi-syariah/sumber-dana-bank-syariah

https://www.finansialku.com/bagaimana-cara-bagi-hasil-keuntungan-usaha/amp

konsultanekonomi.blogspot.com/2012/05/penggunaan-dana-bank-syariah.html

slametwiyono.com/p/view/47/bab-3-bagi-hasil-bank-syariah

Anda mungkin juga menyukai