Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

PERIOPERATIF

A. Proses keperawatan perioperatif


Fase perioperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga
sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau klasifikasi
pembedahan.
Asuhan keperawatan praoperatif pada praktiknya akan dilakukan secara
berkesinambungan, baik asuhan keperawatan praoperatif dibagian rawat inap,
poliklinik, bagian bedah sehari (one day care) atau di unit gawat darurat yang
kemudian dilanjutkan kamar operasi oleh perawat praoperatif. Asuhan
keperawatan praoperatif yang terintegrasi secara berkesinambungan terjadi saat
beberapa masalah pasien yang belum teratasi di ruang rawat inap, poliklinik,
bedah sehari, atau unit gawat darurat akan tetap dilanjutkan oleh perawat
perioperatif di kamara operasi. Dokumentasi yang optimal dapat membantu
terciptanya komunikasi yang baik antara perawat ruangan dengan perawat kamar
operasi.

B. Pengkajian
Pengkajian pasien pada fase praoperatif secara umum dilakukan untuk menggali
permasalahan pada pasien, sehingga perawat dapat melakukan intervensi yang
sesuai dengan kondisi pasien.
PENGKAJIAN UMUM
Identitas pasien
Bayi dan anak-anak. bayi dan anak-anak berhubungan dengan status fisiologis
yang masih imatur atau mengalami penurunan. Pada bayi yang menjalani
pembedahan, kemampuan pertahanan suhunya masih belum optimal. Refleks
menggigil pada bayi belum berkembang dan sering terjadi berbagai variasi suhu.
Anestesi menambah resiko bagi bayi karena agen anetesi dapat menyebabkan
vasodilatasi dan kehilangan panas, bayi juga mengalami kesulitan untuk
mempertahankan volume sirkulasi darah normal. Volume total darah bayi
dianggap kurang dari anak-anak atau orang dewasa. Kehilangan darah walaupun
dalam jumlah kecil dapat menjadi hal yang serius. Penurunan volume sirkulasi
menyebabkan bayi sulit berespons terhadap kebutuhan untuk meningkatkan
oksigen selama pembedahan.
Lansia, seiring meningkatnya usia, kapasitas fisik pasien lansia untuk beradaptasi
dengan stress pembedahan menjadi terhambat karena mundurnya beberapa fungsi
tubuh tertentu. Individu lansia yang menghadapi operasi bisa mempunyai suatu
kombinasi penyakit kronik dan masalah kesehatan selain masalah kesehatan yang
mengindikasikan pembedahan. secara umum, lansia dianggap memiliki resiko
pembedahan yang lebih buruk dibandingkan pasien yang lebih muda. Cadangan
jantung menurun, fungsi ginjal dan hepar menurun, dan aktifitas gastrointestinal
tampaknya berkurang.
Persiapan umum
Persiapan informed consent dilakukan sebelum dilaksanakannya tindakan. Pasien
dan keluarga harus mengetahui perihal prosedur operasi, jenis operasi, dan
prognosis dari hasil pembedahan. peran perawat disini adalah bertanggung jawab
dan memastikan bahwa pasien/keluarga dan dokter sudah menandatangani isi dari
informed consent.
Formulis checklist .pada beberapa institusi , penggunaan formulir praoperatif di
kamar operasi bertujuan untuk mendokumentasikan prosedur yang secara rutin
dilakukan pada pembedahan. dengan adanya formulir ini, akan terjalin
komunikasi yang cepat antara perawat ruangan dengan perawat di kamar operasi.
Yang diharapkan dari pembuatan formulir ini adalah perawat perioperatif dapat
secara ringkas memvalidasi persiapan praoperatif yang telah dilakukan perawat
ruangan.
C. Pengkajian Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan
Pengkajian ulang riwayat kesehatan pasien harus meliputi riwayat penyakit yang
pernah diderita dan alasan utama pasien mencari pengobatan. Riwayat kesehatan
pasien adalah sumber yang sangat baik. Sumber berharga lainnya adalah rekam
medis dari riwayat perawatan sebelumnya .
Penyakit yang diderita pasien akan mempengaruhi kemampuan pasien dalam
menoleransi pembedahan dan mencapai pemulihan yang menyeluruh . pasien
yang akan menjalani bedah sehari (one day care) harus diperiksa secara teliti dan
menyeluruh untuk menentukan kondisi kesehatan yang mungkin akan
meningkatkan resiko komplikasi selama atau setelah pembedahan.
Pengalaman bedah sebelumnya dapat mempengaruhi respons fisik dan psikologis
pasien terhadap prosedur pembedahan. jenis pembedahan sebelumnya , tingkat
rasa, ketidaknyamanan, besarnya ketidakmampuan yang ditimbulkan, dan seluruh
tingkat perawatan yang pernah diberikan adalah factor-faktor yang mungkin akan
diingat oleh pasien. Perawat mengkaji semua komplikasi yang pernah dialami
pasien . informasi ini akan membantu perawat dalam mengantisipasi kebutuhan
pasien selama pra dan pascaoperatif.
Di unit bedah sehari, riwayat yang perlu dikaji biasanya lebih singkat daripada
riwayat yang seharusnya dikumpulkan. Pengkajian hanya dilakukan pada saat
pasien dirawat di rumah sakit dan sore hari sebelum pembedahan dilakukan,
karena terbatasnya waktu. Apabila pasien tidak mampu memberikan seluruh
informasi yang dibutuhkan maka perawat dapat bertanya pada anggota keluarga.
Pada pasien gawat darurat yang memerlukan pembedahan cito, pengkajian
riwayat kesehatan dilakukan secara ringkas terkait factor-faktor yang
mempengaruhi pembedahan dan anestesi umum. Pasien dikaji tentang adanya
riwayat hipertensi, diabetes mellitus, tuberklusis paru, dan berbagai penyakit
kronis yang akan berdampak pada peningkatan resiko komplikasi intraoperatif.
2. Riwayat alergi
Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai obat yang mungkin
diberikan selama fase intraoperatif. Apabila pasien mempunyai riwayat alergi satu
atau lebih, maka pasien perlu mendapat pita identifikasi alergi yang dipakai pada
pergelangan tangan sebelum menjalani pembedahan atau penulisan symbol alergi
yang tertulis jelas pada status rekam medis sesuai dengan kebijakan institusi .
perawat juga harus memastikan bagian depan lembar pencatatan pasien berisi
daftar alergi yang dideritanya.
3. Kebiasaan merokok, alcohol, dan narkoba
Pasien perokok memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami komplikasi
paru-paru pascaoperasi daripada pasien bukan perokok. Perokok kronik telah
mengalami peningkatan jumlah dan ketebalan sekresi lendir pada paru-parunya.
Pasien yang mempunyai riwayat adanya pemakaian narkoba (narkotika dan obat-
obatan terlarang) perlu diwaspadai atas kemungkinan yang lebih besar untuk
terjangkit penyakit seperti HIV dan hepatitis, terutama pada pasien pengguna
narkoba suntik. Penggunaan obat-obatan narkotika atau penyalahgunaan obat-
obatan terlarang dapat mengganggu kemampuan pasien mengontrol nyeri setelah
operasi serta mempengaruhi tingkat serta jumlah pemberian anestesi selama
pembedahan. penggunaan narkoba suntik dapat mengganggu system vascular dan
menyulitkan akses ke dalam vena.
4. Pengkajian nyeri
Nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan yang bersifat subjektif. Keluhan sensori yang
dinyatakan sebagai pegal, linu, ngilu, keju, kemeng, cangkeul, dan seterusnya
dapat dianggap sebagai modalitas nyeri.
Pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektit biasanya membutuhkan perhatian
khusus selama pengkajian . anak-anak, individu yang mengalami keterlambatan
perkembangan, pasien yang menderita psikosis, pasien yang sedang dalam kondisi
kritis, pasien yang mengalami dimensia, dan pasien yang tidak bisa berbicara
bahasa Indonesia membutuhkan pendekatan dengan cara yang berbeda.
Pernyataan verbal anak-anak merupakan hal yang paling penting. Anak-anak yang
masih kecil mungkin tidak mengerti makna “nyeri” sehingga dalam melakukan
pengkajian perawat perlu menggunakan kata-kata, seperti ouh, aduh, atau sakit.
Untuk pasien yang mengalami gangguan kognitif, perlu menggunakan pendekatan
pengkajian yang sederhana, yaitu dengan melakukan observasi ketat terhadap
perubahan perilaku pasien. Untuk pasien yang sedang dalam kondisi kritis dan
mungkin mengalami penumpulan sensori, menggunakan selang nasogastrik, atau
jalan nafas artificial perawat mungkin perlu mengajukan pertanyaan spesifik
secara lansung kepada pasien sehingga pasien dapat member jawaban dengan
mengangguk dan menggelengkan kepala.
Apabila pasien berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda, maka akan sulit
melakukan pengkajian nyeri . dalam situasi seperti ini, seorang penerjemah atau
seorang anggota keluarga mungkin diperlukan untuk menjelaskan perasaan pasien
dan sensasi yang dirasakan.
D. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan keadaan umum pasien praoperatif meliputi penampilan umum dan
prilaku, pangkajian tingkat kesadaran dan pengkajian status nutrisi.
1. Penampilan Umum
· Usia
Usia akan memengaruhi karakteristik fisik normal. Kemampuan untuk
berpartisipasi dalam beberapa bagian pemeriksaan fisik praoperatif juga
dipengaruhi oleh usia.
· Tanda distres
Terdapat tanda dan gejala distress nyata yang mengindikasikan nyeri, kesulitan
bernapas, atau kecemasan. Tanda tersebut dapat membantu perawat dalam
membuat prioritas yang berkaitan dengan apa yang akan diperiksa terlebih dahulu.
· Jenis tubuh
Perawat mengobservasi jika pasien tanpak ramping, berotot, obesitas, atau sangat
kurus. Jenis tubuh dapat mencerminkan tingkat kesehatan, usia, dan gaya hidup.
· Postur
Perawat mengkaji postur tubuh pasien. Apakah pasien memiliki postur tubuh yang
merosot, tegak, dan bungkuk. Postur dapat mencerminkan alam perasaan atau
adanya nyeri.
· Gerakan tubuh
Observasi gerakan tersebut bertujuan untuk memperhatikan apakah terdapat
tremor di ekstremitas. Tentukan ada atau tidaknya bagian tubuh yang tidak
bergerak.
· Kebersihan diri dan bau badan
Tingkat kebersihan diri pasien dicatat dengan mengobsevasi penampilan rambut,
kulit, dan kuku jari. Bau badan yang tidak sedap dapat terjadi karena kebersihan
diri yang buruk atau akibat patologi penyakit tertentu. Kondisi kebersihan
praoperatif merupakan hal yang penting diperhatikan karena dapat memengaruhi
konsep asepsis intraoperasi dan akan memberikan data dasar pada perawat untuk
memberikan intervensi praoperatif terkait kebutuhan pemenuhan kebersihan area
pembedahan.
· Afek dan alam perasaan
Afek adalah perasaan seseorang yang terlihat oleh orang lain. Alamperasaan atau
status emosi diekpresikan secara verbal dan nonverbal.
· Bicara
Bicara normal adalah bicara yang dapat dipahami, diucapkan dengan kecepatan
sedang dan menunjukkan hubungan dengan apa yang dipikirkan.

2. Pengkajian tingkat kesadaran


Pada keadaan emergensi , kondisi pasien dan waktu untuk mengumpulkan data
penilaian tingkat kesadaran sangat terbatas. Oleh karena itu, skala koma
Glasgow dapat memberikan jalan pintas yang sangat berguna . skala tersebut
memungkinkan pemeriksa untuk membuat peringkat tiga respons utama pasien
terhadap lingkungan, yaitu : membuka mata, mengucapkan kata, dan gerakan.
Pada setiap kategori, respons yang terbaik diberikan nilai, nilai total maksimum
untuk sadar penuh dan terjaga adalah 15. Nilai minimum 3 menandakan pasien
tidak memberikan respons. Jika nilai keseluruhan adalah 8 atau dibawahnya, maka
berhubungan dengan koma, jika bertahan dalam waktu yang lama mungkin dapat
menjadi satu tanda akan buruknya pemulihan fungsi. System penilaian ini
dirancang sebagai pedoman untuk mengevaluasi dengan cepat pasien yang sakit
saat kritis atau pasien yang cedera sangat berat dan status kesehatannya dapat
berubah dengan cepat.

3. Pengkajian status nutrisi


Pengkajian status nutrisi dengan menggunakan berat dan tinggi badan merupakan
indicator status nutrisi yang penting . kebutuhan nutrisi ditentukan dengan
mengukur tinggi dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar
protein darah, dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus
dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup guna
perbaikan jaringan.
Perbaikan jaringan normal dan resistensi terhadap infeksi bergantung pada status
nutrisi yang cukup. Pembedahan akan meningkatkan kebutuhan nutrisi. Setelah
pembedahan, pasien membutuhkan minimal 1500 kkal/hari untuk
mempertahankan cadangan energy. Peningkatan protein , vitamin A dan C serta
zat besi akan mempercepat penyembuhan luka.

E. Pemeriksaan tanda –tanda vital


Pemeriksaan TTV meliputi pengukuran suhu , nadi, tekanan darah, dan frekuensi
pernapasan. Sebgai indicator dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan
keefektifan sirkulasi, respirasi, serta fungsi neurologis dan endokrin tubuh .
karena sangat penting, maka disebut dengan vital. Banyak factor seperti suhu
lingkungan, latihan fisik, dan efek sakit yang menyebabkan perubahan tanda vital
hingga kadang-kadang diluar batas normal. Pengukuran tanda vital member data
untuk menentukan status kesehatan pasien yang lazim (data dasar), seperti respons
terhadap stress fisik dan psikologis . perubahan pada tanda vital menandakan
kebutuhan dilakukannya intervensi keperawatan dan medis praoperatif.
Pengkajian tanda-tanda vital praoperatif memberikan data dasar yang penting
untuk dibandingkan dengan perubahan tanda-tanda vital yang terjadi selama dan
setelah pembedahan. pengkajian tanda-tana vital praoperatif juga penting untuk
menentukan adanya abnormalitas cairan dan elektrolit . peningkatan denyut
jantung dapat disebabkan karena kekurangan volume cairan plasma, kekurangan
kalium, atau kelebihan natrium. Apabila denyut nadi kuat dank eras, hal tersebut
mungkin disebabkan karena kelebihan volume cairan. Disritmia jantung
umumnya disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit.
1. Kepala dan leher
Survey kepala
Perawat mengobservasi gambaran wajah pasien, melihat kelopak mata,
alis,lipatan nasolabial, dan mulut untuk mengetahui bentuk dan kesimetrisannya,
sedikit ketidaksimetrisan merupakan suatu hal yang normal. Jika terdapat
ketidaksimetrisan pada wajah, maka perawat menilai apakah seluruh bagian atau
hanya sebagian dari wajah saja yang terkena.
2. Mata
observasi gambaran kesimetrisan mata kanan dan mata kiri. Kesimetrisan wajah
pasien dikaji untuk melihat apakah kedua mata terletak pada jarak yang sama.
Perawat memeriksa apakah salah satu mata lebih besar atau menonjol ke depan
melalui pemeriksaan posisi istirahat dan garis mata atas.Alis diobservasi kuantitas
dan penyebaran rambutnya. Kelopak mata diinspeksi warna, keadaan kulit, dan
ada/tidaknya bulu mata serta arah timbulnya . batas kelopak diperiksa akan
adanya lesi seperti tonjolan atau tumor.
Mata dan kelopak mata orang yang kekurangan nutrisi atau dehidrasi Nampak
seperti tenggelam atau cekung karena lemak dan cairan yang tersimpan di
belakang bola mata hilang. Ptosis (turunnya kelopak) dapat disebabkan oleh
edema, kelemahan oto, defek congenital, atau masalah neurologis (SOIII) yang
disebabkan oleh trauma atau penyakit.
Perawat mengkaji reaksi pupil terhadap sinar dengan menganjurkan pasien untuk
lurus ke depan sambil cepat membawa sinar senter dari samping dan
mengarahkan ke pupil mata kanan (oculus dextra). Konstfasriksi pada pupil OD
merupakan direct response terhadap cahaya senter ke dalam mata tersebut,
konstruksi pada pupil mata kiri (oculus sinistral) selama cahaya diarahkan pada
OD dikenal sebagai consensual response. Kedua aphakia (tidak adanya lensa
mata) pupil berwarna hitam, sedangkan pada kondisi katarak, pupil berwarna
putih.
3. Hidung dan sinus
Lakukan inspeksi palatum mole dan sinus nasalis dengan tujuan mengkaji
drainase sinus yang menggambarkan adanya infeksi sinus atau pernapasan.
4. Mulut, bibir,lidah dan palatum
Kondisi membrane mukosa mulut menunjukkan status dehidrasi. Pasien dehidrasi
mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang serius selama
pembedahan. pada pasien yang mempunyai riwayat trauma atau fraktur mandibua
akan ditemukan pergeseran gigii dan gusi.
5. Pemeriksaan leher
Otot leher, modus limfatik di kepala dan leher, arteri carotid, vena jugularis,
kelenjar tiroid, dan trakea terdapat di dalam leher ,pada pemeriksaan fisik
praoperatif , pemeriksaan leher yang lazim dilakukan adalah memeriksa nodus
limfatik dan kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid berada di leher bawah anterior, didepa. Dan kedua sisi trakea.
Kelenjar tersebuu berada di takea dengan isthmus yang mendasari trakea dan
menghubungkan dua lobus yang ireguler dan berbentuk kerucut. Perawat berdiri
di dpan pasien dan mengicpesi area bahwa leher,memeriksa kelenjar tiroid da
menginspeksi adanya massa yang terlihat, kesimetrisan, dan ksempurnaan bentuk
dibagian dasar leher . meminta pasien unutk menghiperekstensikan leher dapat
membantu mengencangkan kullit , sehingga kelenjar tersebut lebih mudah dilihat .
perawat menawarkan segelas air dan kemudian meminta pasien untuk menelannya
sambil memperhatikan apakah ada kelenjar yang menonjol. Normalnya, kelenjar
tiroid tidak dapat dilihat di gambar
6. Sestem endokrin
Pada diabetes yang tidak terkontrol , bahaya utama yang megancam hidup adalah
hipoglikemia. Hipoglikemia perioperatif mungkin terjadi selama anestesi, akibat
asupan karbohidrat pasctif yang tidak adekuat atau pemberian obat insulin yang
berlebihan , bahaya lain yang mengancam pasien tetapi onsetnya tidak secepat
hipoglikemia adalah asidosis atau glukosuria. Secara umum, resiko pembedahan
bagi pasien dengan diabetes mellitus yang tidak terkontrol tidak lebih besar dari
pasien nondiabetes, namun pemantaun kadar gula darah secara rutin penting
dilakukan sebelum , selama, dan setelah pembedahan.
7. Dada dan tulang belakang
a. Payudara
Tujuan pemeriksaan payudara adalah untuk mengklarifikasi riwayat atau keluhan
pasien tentang adanya massa pada payudara. Pemeriksaan dimulai dengan
melakukan observasi ukuran dan kesimetrisan payudara. Perbedaan ukuran dan
ketidak simetrisan dapat disebabkan oleh inflamasi atau massa. Perawat kemudian
menilai kontur atau bentuk payudara dan mencatat adanya massa, dataran,
retraksi, atau lesung. Maka perawat harus memeriksa payudara pada sisi lain
terlebih dahulu untuk memastikan perbandingan yang objektif antara sisi jaringan
normal dan abnormal. selama palpasi, perawat mencatat konsistensi jaringan
payudara. Normalnya jaringan payudara terasa padat, keras dan elastic
b. Sistem Pernapasan
Pemeriksaan praoperatif sistem pernapasan dapat menjadi data dasar rencana
intervensi pascaoperatif. Pemeriksaan dimulai dengan melihat keadaan umum
sistem peranapasan dan tanda-tanda abnormal seperti sisnosis, pucat, kelelahan,
sesak napas, batuk, penilaian produksi sputum, dan lainnya. Karena harus
melakukan pengkajian fisik secara inspeksi, maka perawat harus memahami
kondisi sistem pernapasan dalm rongga torak secara imajiner. Hal ini sangat
berguna bagi perawat dalam memeriksa kondisi normal dan abnormal dari
interpretasi pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan dada lainnya adalah dengan menilai adanya dilatasi vena pada
bagian anterior dada yang merupakan salah satu tanda dari adanya tumor
mediastinum.
4. Sistem Kardiovaskular
Lakukan inspeksi ada/ tidaknya parut bekas luka. Operasi jantung sebelumnya
akan menimbulkan bekas parut pada dinding dada. Lokasi dari parut memberi
petunjuk mengenai lesi katup yang telah dioperasi. Kebanyakan pembedahan
katup memerlukancardiopulmonary bypass yang berarti akan dilakukan
sternontomi medial (irisan pada bagian medial sternum).
Perawat mengkaji nadi perifer, waktu pengisian kapiler dan warna serta suhu
ekstremitas untuk menentukan status sirkulasi pasien. Waktu pengisian kapiler
dikaji untuk menilai kemampuan perfusi perifer. Pengukuran pengisian kapiler
penting dilakukan pada pasien yang menjalani pembedahan vaskular atau pasien
yang ekstremitsnya dipasang gips ketat.
5. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pembedahan akan direspons oleh tubuh sebagai sebuah trauma. Akibat respons
stres adrenokortikal, reaksi hormonal akan menyebabkan retensi air dan natrium
serta kehilangan kalium dalam 2-5 hari pertama setelah pembedahan. Banyaknya
protein yang dipecah akan menimbulkan keseimbangan nitrogen yang negatif.
Beratnya respons stres memengaruhi tingkat ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Semakin luas pembedahan, maka akan semakin berat pula stres akibat
kehilangan cairan dan elektrolit intraoperatif.
6. Pengkajian Tulang Belakang
Pemeriksaan sekilas dalam inspeksi tulang belakang yang penting adalah
penilaian kurvatura atau lengkung dari tulang belakang. Kurvatura tulang
belakang yang normal biasanya konveks pada bagian dada dan konkaf sepanjang
leher dan pinggang. Jika dilihat dari samping lengkung kolumna vertebralis
memperlihatkan empat kurva atau lengkung anterior-posterior, yaitu lengkung
vertikal pada daerah leher melengkung ke depan, daerah torakal melengkung ke
belakang , daerah lumbal melengkung ke depan, dan daerah pelvis melengkung ke
belakang. Pengetahuan perawat yang benar tentang pengenalan kurvatura tulang
belakang akan memudahkan perawat dalam mengenal adanya deformitas pada
setiap segmen dari tulang belakang.
7. Abdomen Dan Panggul
Survei Abdomen dan Panggul
Perawat mengkaji ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan distensi abdomen. Apabila
pasien akan menjalani bedah abdomen, maka perawat harus sering melakukan
pengkajian pascaoperatif pada insisi abdomen dan membandingkan hasilnya
dengan data yang diperoleh pada fase pascaoperatif. Distensi menunjukkan
adanya perubahan fungsi gastrointestinal pada fase pascaoperatif. Perawat harus
mengetahui apakah abdomen pasien menonjol atau mengalami distensi setelah
pembedahan.
Sistem Pencernaan
Pengkajian bising usus pada fase praoperatif berguna sebagai data dasar. Perawat
juga menentukan apakah pergerakan usus pasien teratur. Apabila pembedahan
memerlukan manipulasi saluran gastrointestinal atau pasien diberikan anestesi
umum, maka peristalik tidak akan kembali normal dan bising usus akan hilang
atau berkurang selama beberapa hari setelah operasi.
Sistem Perkemihan
Ginjal terlibat dalam eksrkresi obat-obat anestesi dan metabolitnya. Status asam
basa dan metabolisme merupakan pertimbangan penting dalam pemberian
anestesi. Pembedahan dikontraindikasikan bila pasien menderita nefritis akut,
insufisiensi renal akut dengan oliguri atau anuri, atau masalah-masalah renal akut
lainnya, kecuali kalau pembedahan merupakan satu tindakan penyelamat hidup
atau amat penting untuk memperbaiki fungsi urinari, seperti pada obstruksi
uropati.
8. Integumen Dan Muskuloskeletal
Sistem Integumen
Pasien rentan mengalami ulkus tekan atau dekubitus terutama jika kulit pasien
tipis, kering, dan turgor kulintya buruk. Kondisi keseluruhan kulit juga
menunjukkan kadar hidrasi pasien. Lansia berisiko mangalami gangguan
integritas kulit akaibat posisi dan pergeseran di atas meja ruang operasi yang
dapat menyebabkan kulit lecet dan tertekan. Lakukan palpasi dengan mencubit
kulit untuk menentukan tingkat hidrasi tubuh.
Sistem Muskuloskeletal
Periksa adanya deformitas atau kelainan bentuk pada seluruh ekstremitas, meliputi
adanya benjolan, ketidaksejajaran pada seluruh fungsi skeletal dan kemampuan
dalam melakukan rentang gerak sendi. Periksa adanya kondisi kelemahan atau
kelumpuhan dari fungsi seluruh ekstremitas.
Pemeriksaan Diagnostik
Perawat bertanggung jawab mempersiapkan dalam klien untuk menjalani
pemeriksaan diagnostik dan mengatur agar pasien menjalani pemeriksaan yang
lengkap. Perawat juga harus mengkaji kembali hasil pemeriksaan diagnostik yang
perlu diketahui dokter untuk membantu merencanakan terapi yang tepat.
Pemeriksaan Skrining Tambahan
Apabila pasien berusia lebih dari 40 tahun atau mempunyai penyakit jantung,
maka dokter mungkin akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan sinar-X
dada atau EKG. Pada beberapa prosedur bedah tertentu sepetti bedah saraf,
jantung, dan urologi, diperlukan pemeriksaan canggih untuk menegakkan
diagnosis prabedah, misalnya MRI, CT-Scan, USG Doppler,
IPV, Echocardiography, dana lainnya sesuai dengan kebutuhan diagnosis
prabedah.

F. DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRAOPERATIF


Berikut ini adalah diagnosis keperawatan berdasarkan pengkajian keperawatan
yang lazim dilaksanakan.
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan
yang akan dilaksanakan dan hasil akhir pascaoperatif.
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan prognosis pembedahan,
ancaman kehilangan organ atau fungsi tubuh dari prosedur pembedahan, dan
ketidakmampuan menggali koping efektif.
3. Kurang pengetahuan tentang implikasi pembedahan berhubungan dengan
kurang penglaman tentang operasi, kesalahan informasi.
G. RENCANA KEPERAWATAN PRAOPERATIF
Rencana keperawatan berikut merupakan hal yang lazim dilaksanakan pada
periode praoperatif dari ruang rawat inap dan bagian emergensi. Penetapan tujuan
dalam waktu 1 x 24 jam hanya dikhususkan apabila pembedahan dilakukan secara
efektif dari ruang rawat inap.
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan
yang akan dilaksanakan dan hasil akhir pascaoperatif.
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam tingkat kecemasan pasien berkurang atau
hilang.
Kriteria hasil:
· Pasien menyatakan kecemasannya berkurang
· Pasien mampu mengenali perasaan ansietasnya
· Pasien dapat mengidentifikasikan penyebab atau faktor yang
memengaruhi ansietasnya
· Pasien kooperatif terhadap tindakan
· Wajah pasien tampak rileks
Intervensi Rasional
Mandiri
Bantu pasien mengekspresikan Ansietas berkelanjutan memberikan
perasaan marah, kehilangan, dan takut. dampak seramgan jantung.
Kaji tanda asietas verbal dan Reaksi verbal/nonverbal dapat
nonverbal. Dampingi pasien dan menunjukkan rasa agitasi, marah, dan
lakukan tindakan bila pasien mulai gelisah.
menunjukkan prilaku merusak.
Jelaskan tentang prosedur pembedahan Pasien yang teradapatasi dengan
sesuai jenis operasi. prosedur pembedahan yang akan
dilaluinya akan merasa lebih nyaman.
Beri dukungan prabedah Hubungan emosional yang baik antara
perawat dan pasien akan mememgaruhi
peneriamaan pasien terhadap
pembedahan. Aktif mendengar semua
kekhawatiran dan keprihatinan pasien
adalah bagain penting dari evaluasi
praoperatif. Keterbukaan mengenai
tindakan bedah yang akan dilakukan,
pilihan anestesi, dan perubahan atau
kejadian pascaoperatif yang diharapkan
akan menghilangkan banyak ketakutan
tak berdasar terhadap anestesi.
Bagi sebagian besar pasien,
pembedahan adalah suatu peristiwa
hidup yang bermakna. Kemampuan
perawat dan dokter untuk memandang
pasien dan keluarganya sebagai
manusia yang layak untuk didengarkan
dan diminta pendapat ikut menentukan
hasil pembedahan.
Egbert et al. (1963) dalam
Gruendemann (2006) memperlihatkan
bahwa kecemasan pasien yang
dikunjungi dan diminta pendapat
sebelum operasi akan berkurang saat
tiba di kamar operasi dibandingkan
mereka yang hanya sekedar diberi
premedikasi dengan fenobarbital.
Kelompok yang mendapat
premedikasi melaporkan rasa
mengantuk, tetapi tetap cemas.
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sama, dan
mungkin memperlambat penyembuhan.
Beri lingkungan yang tenang dan Mengurangi rangsangan eksternal yang
suasana penuh istirahat. tidak diperlukan.
Tingkatkan kontrol sensasi pasien. Kontrol sensasi pasien dalam
menurunkan ketakutan dengan cara
memberikan informasi tentang keadaan
pasien, menekankan pada penghargaan
terhadap sumber-sumber koping
(pertahanan diri) yang positif,
membantu latihan relaksasi dan teknik-
teknik pengalihan, dan memberikan
respons balik yang positif.
Orientasikan pasien terhadap prosedur Orientasi dapat menurunkan
rutin dan aktivitas yang diharapkan. kecemasan.
Beri kesempatan kepada pasien untuk Dapat menghilangkan ketegangan-
mengungkapkan ansietasnya. ketegangan terhadap kehawatiran yang
tidak diekpresikan.
Berikan privasi untuk pasien dan orang Memberi waktu untuk
terdekat. mengekspresikan perasaan,
menghilangkan rasa cemas, dan prilaku
adaptasi. Kehadiran keluarga dan
teman-teman yang dipilih pasien untuk
menemani aktivitas pengalih
(misalnya: membaca akan menurunkan
perasaan terisolasi).
Kolaborasi
Berikan anticemas sesuai indikasi, Meningkatkan relaksasi dan
contohnya diazepam. menurunkan kecemasan.
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan prognosis pembelahan,
ancaman kehilangan organ atau fungsi tubuh dari prosedur pembedahan,
dan ketidakmampuan menggali koping efektif.
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pasien mampu mengembangkan koping yang
positif.
Kriteria evaluasi:
· Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan.
· Pasien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang terjadi.
· Pasien mampu menyatakan peneriamaan diri terhadap situasi.
· Pasien mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri
dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji perubahan dari gangguan persepsi Menentukan bantuan individual dalam
dan hubungan dengan derajat menyusun rencana perawatan atau
ketidakmampuan. pemilihan intervensi.
Identifikasi arti dari kehilangan atau Beberapa pasien dapat menerima dan
disfungsi pada pasien. mengatur perubahan fungsi secara
efektif dengan sedikit penyesuaian diri,
sedangkan yang lain mempunyai
kesulitan dalam membandingkan
mengenal, dan mengatur kekurangan.
Anjurkan pasien untuk Menunjukkan penerimaan, membantu
mengekspresikan perasaan. pasien untuk mengenal dan mulai
menyesuaikan dengan perasaan
tersebut.
Catat ketika pasien menyatakan Mendukung penolakan terhadap bagian
sekarat, mengingkari, dan menyatakan tubuh atau perasaan negatif terhadap
inilah kematian. gambaran tubuh dan kemampuan yang
menunjukkan kebutuhan dan intervensi
serta dukungan emosional.
Mengingatkan pasien tentang fakta dan Membantu pasien untuk melihat bahwa
realita bahwa pasien masih dapat perawat menerima kedua bagian
menggunakan sisi yang sakit dan sebagai bagian dari seluruh tubuh.
belajar mengontrol sisi yang sehat. Mengizinkan pasien untuk meraskan
adanya harapan dan mulai
menerima situasi baru.
Bantu dan anjurkan perawatan yang Membantu meningkatkan perasaan
baik dan memperbaiki kebiasaan. harga diri dan mengontrol lebih dari
satu area kehidupan.
Anjurkan orang terdekat pasien untuk Menghidupkan kembali perasaan
mengizinkan pasien melakukan hal kemandirian dan membantu
sebanyak-banyaknya. perkembangan harga diri serta
memengaruhi proses rehabilitasi.
Dukung prilaku atau usaha seperti Pasien dapat beradaptasi terhadap
peningkatan minat atau partisipasi perubahan dan pengertian tentang
dalam aktivitas rehabilitasi. peran individu masa mendatang.
Dukung penggunaan alat-alat yang Meningkatkan kemandirian untuk
dapat membuat pasien, tongkat, alat membantu pemenuhan kebutuhan fisik
bantu jalan, tas panjang untuk kateter. dan menunjukkan posisi untuk lebih
aktif dalam kegiatan sosial.
Monitor gangguan tidur, kesulitan Dapat mengindikasikan terjadinya
berkonsentrasi, letargi, dan meanrik depresi. Umumnya memerlukan
diri. intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
Kolaborasi
Rujuk pada ahli neuropsikologi dan Dapat memfasilitasi perubbahan peran
konseling bila ada indikasi. yang penting untuk perkembangan
perasaan.

Kurangnya pengetahuan tentang implikasi pembedahan berhubungan


dengan kurang pengalaman tentang operasi dan kesalahan informasi.
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pengetahuan pasien dan keluarga tentang
pembedahan dapat terpenuhi.
Kriteria evaluasi:
· Pasien dan keluarga mengetahui jadwal pembedahan.
· Pasien dan keluarga kooperatif pada setiap intervensi keperawatan.
· Pasien dan keluarga secara subjektif menyatakan bersedia dan termotivasi
untuk melakukan aturan atau prosedur prabedah yang telah dijelaskan.
· Pasien dan keluarga memahami tahap-tahap intraoperatif daan
pascaanestesi.
· Pasien dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi mengenai
itervensi prosedur pascaanestesi.
· Pasien dan keluarga mengunkapkan alasan pada setiap instruksi dan latihan
praoperatif.
· Pasien dan keluarga memahami respons pembedahan secara fisiologis dan
psikologis.
· Secara subjektif pasien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi emosinonal.
· Pasien mampu menghindarkan cedera selama periode perioperatif.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan dan sumber Menjadi data dasar untuk memberikan
informasi yang telah diterima. pendidikan kesehatan dan
mengklarifikasi sumber yang tidak
jelas.
Diskusikan perihal jadwal Pasien dan keluarga harus diberikan
pembedahan. mengenai waktu dimulianya
pembedahan. Apabila rumah sakit
mempunyai jadwal kamar operasi yang
padat, maka lebih baik pasien dan
keluarga diberitahukan tentang
banyaknya jadwal operasi yang telah
ditetapkn sebelum pasien.
Diskusikan perihal lamanya Kurang bijaksana bila memberitahukan
pembedahan. pasien dan keluarganya tenetang
lamanya waktu operasi yang akan
dijalani. Penundaan yang tidak
antisipasi dapat terjadi karena berbagai
alasan. Apabila pasien tidak kembali
pada waktu yang diharapkan, maka
keluarga akan menjadi sangat cemas.
Anggota keluarga harus menunggu di
ruang tunggu bedah untuk mendapat
berita yang terbaru dari staf.
Lakukan pendidikan kesehatan Manfaat dasri instruksi praoperatif telah
paroperatif. dikenal sejak lama. Setiap pasien
diajarkan sebagai seorang individu,
dengan mempertimbangkan segala
keunikan tingkat ansietas, kebutuhan,
dan harapan-harapannya.
Programkan instruksi yang didasrkan Jika sisi penyuluhan dilakukan beberapa
pada kebutuhan individu, hari sebelum pembedahan, maka pasien
direncanakan, dan diimplementasikan mungkin tidak ingat tentang apa yang
pada waktu yang tepat. telah dikatakan. Jika instruksi diberikan
terlalu dekat dengan waktu
pembedahan, maka pasien mungkin
tidak dapat berkonsentrasi atau belajar
karena ansietas dan efek dari medikasi
praanestesi.
Beritahu persiapan pembedahan.
· Persiapan intestinal. Pembersihan dengan enema atau
laksatif mungkin dilakukan pada malam
sebelum operasi dan diulang jika tidak
efektif. Pembersihan ini dilakukan
untuk mencegah defekasi selama
anestesi atau untuk mencegah trauma
yang tidak diinginkan pada intestinal
selama pembedahan abdomen.
· Persiapan kulit. · Tujuan dari persiapan kulit
praoperatif adalah untuk mengurangi
sumber bakteri tanpa mencederai kulit.
Bila ada waktu, seperti pada bedah
efektif, pasien dapat diinstruksikan
untuk menggunakan sabun yang
mengandung deterjen germisida untuk
membersihkan area kulit selama
beberapa hari sebelum pembedahan.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi
jumlah organisme yang ada kulit.
Persiapan ini dapat dilakukan di rumah.
· Sebelum pembedahan, pasien harus
mandi air hangat, relaksasi, serta
menggunakan sabun yang mengandung
iodine. Meskipun hal ini sering
dilakukan pada hari pembedahan, tetapi
jadwal pembedahan membuat hal
tersebut dilakukan pada malam
sebelumnya.
· Tujuan menjadwalkan mandi
pembersihan sedekat mungkin dengan
waktu pembedahan adalah untuk
mengurangi risiko kontaminasi kulit
terhadap luka bedah. Mencuci rambut
sehari sebelum pembedahan sangat
disarankan kecuali kondisi pasien tidak
memungkinkan hal tersebut.
· Pembersihan area operasi. Kulit di sekitar area operatif sangat
disarankan untuk tidak dicukur. Selama
mencukur, kulit mungkin mengalami
cedera oleh silet dan menjadi pintu
masuknya bakteri. Jaringan yang cedera
ini dapat menjadi tempat pertumbuhan
bakteri. Selain itu, semakin jauh interval
antara bercukur dan operasi, maka
makin tinggi pula angka infeksi luka
paroperatif. Kulit yang dibersihkan
dengan baik tetapi tidak cukur lebih
jarang menyulitkan dibanding dengan
kulit yang dicukur.
· Pencukuran area operasi. Pencukuran area operasi dilakukan
apabila protkol lembaga atau ahli bedah
mengharuskan kulit untuk dicukur.
Pasien diberitahukan tentang prosedur
mencukur, dibaringkan dalam posisi
yang nyaman, dan tidak memajan
bagian yang tidak perlu.
Informsikan perihal persiapan · Istirahat merupakan hal yang
pembedahan. penting untuk penyembuhan normal.
· Persiapan istirahat dan tidur. Kecemasan tentang pembedahan dapat
dengan mudah mengganggu
kemampuan untuk istirahat atau tidur.
Kondisi penyakit yang membutuhkan
tindakan pembedahan mungkin akan
menimbulkan rasa nyeri yang hebat
sehingga mengganggu istirahat.
· Perawat harus memberikan
lingkungan yang tenang dan nyaman
untuk pasien. Dokter sering memberi
obat hipnotik-sedatif atau antiansietas
pada malam hari sebelum pembedahan.
Obat-obatan hipnotik-sedatif seperti
flurazepam (Dalmane) dapat
menyebabkan dan mempercepat pasein
tidur. Obat-obatan antianietas,
misalnya: alprazolam (xanax) dan
diazepam (Valium), bekerja pada
korteks serebral dan sistem limbik
untuk menghilangkan ansietas.
· Persiapan rambut dan kosmetik. Untuk menghindari cedera, perawat
meminta pasien untuk melepas jepit
rambutnya sebelum masuk ke ruang
operasi. Rambut palsu juga harus di
lepas. Rambut panjang dapat dikepang
agar tetap pada tempatnya. Pasien harus
memakai tutup kepala sebelum
memasuki ruang operasi.
Selama dan setelah pembedahan, ahli
anestesi dan perawat mengakaji kulit
dan membran mukosa untuk
menentukan status oksigenasi dan
sirkulasi pasien. Oleh karena itu,
seluruh riasan muka seperti lipstik,
bedak, pemerah muka, dan cat kuku
harus dihilangkan untuk
memperlihatkan warna kulit dan kuku
yang normal.
· Pemeriksaan alat bantu (protese) Semua alat bantu dan perhiasan harus
dan perhiasan. dilepas.
· Persiapan administrasi Pasien sudah menyelesaikan
dan informed consent. administrasi dan mengetahui perihal
biaya pembedahan. Pasien sudah
mendapat penjelasan dan
menandatangani informed consent.
Ajarkan aktivitas pascaoperasi. · Salah satu tujuan dari asuhan
· Latihan panas diafragma. keperawatan praoperatif adalah untuk
mengajarkan pasien cara untuk
meningkatkan ventilasi paru dan
oksigenasi darah setalah anestesi umum.
Hal ini dicapai dengan memeragakan
pada pasien bagaimana melakukan
napas dalam, napas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal), dan
bagaimana mengembuskan napas
dengan lambat. Pasien diposisikan
dalam posisi duduk untuk memberikan
ekspansi paru yang maksimum.
· Peranapasan diafragma mengacu
pada pendataran rongga dafragma
selama inspirasi sehingga
mengakibatkan pembesaran abdomen
bagian atas sejalan dengan desakan
udara masuk. Selama ekspirasi, otot-
otot abdomen akan berkontraksi.
· Ajarkan latihan batuk efektif dan · Tujuan dari latihan batuk efektif
gunakan bantal untuk mengurangi adalah untuk memobilisasi sekret
respons nyeri. sehingga dapat dikeluarkan. Napas
dalam yang dilkukan sebelum batuk
akan merangsang refleks batuk. Jika
pasien tidak dapat batuk secara efektif,
maka dapat terjadi pneumonia
hipostatik atau komplikasi paru lainnya.
· Bila akan dilakukan insisi abdomen
atau toraks, maka perawat
memeragakan bagaimana cara
menyokong garis insisi sehingga
tekanan dapat diminimalisasikan dan
nyeri dapat di kontrol.
Ajarkan aktivitas pascaoperasi · Tujuan peningkatan pergerakan
· Latihan tungkai. tubuh secara hati-hati setalah operasi
adalah untuk memperbaiki sirkulasi,
mencegah statis vena, dan menunjang
fungsi pernapasan yang optimal.
· Pasien ditunjukkan bagaimana cara
untuk berbalik dari satu sisi ke sisi
lainnya dan mengambil posisi lateral.
Posisi ini akan digunakan setelah
operasi (bahkan sebelum pasien sadar)
dan dipertahankan setiap dua jam.
· Latihan ekstremitas meliputi
ekstensi dan fleksi lutut dan sendi
panggul (sama dengan mengendarai
sepeda tapi dengan posisi berbaring
miring). Telapak kaki diputar seperti
membuat lingkaran sebesar mungkin.
Siku dan bahu juga ditalih ROM. Pada
awalnya pasien akan dibantu dan
diingatkan untuk melakukan latihan ini,
tetapi selanjutnya dianjurkan untuk
melakukan latihan secara mandiri.
Tonus oto dipertahankan sehingga
ambulasi akan lebih mudah dilakukan.
· Perawat diingatkan untuk tetap
menggunakan pergerakan tubuh yang
tepat dan mengintruksikan pasien untuk
melakukan hal yang sama. Ketika
pasien dibringkan dalam posisi apa saja,
tubuhnya harus dipertahankan dalam
kelurusan yang sesuai.
Ajarkan teknik manajemen nyeri Imobilisasi yang adekuat dapat
keperawatan mengurangi pergerakan fragmen tulang
· Atur posisi imobilisasi pada area yang menjadi unsur utama kompresi
pembedahan. saraf dan nyeri.
· Manajemen lingkungan: Lingkungan yang tenang akan
lingkungan tenang, batasi pengunjung menurunkan stimulasi nyeri ekskternal.
dan istirahatkan pasien. Pembatasan pengunjung akan
membantu meingkatkan kondisi
O2ruangan yang akan berkurnga apabila
banyak pengunjung yang berada di
ruangan. Istirahat akan menurunkan
kebutuhan O2 jaringan perifer.
· Ajarkan teknik distraksi untuk Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
mengurangi nyeri. menrunkan stimulasi internal dengan
mekanisme peningkatan produksi
endorfin dan enkefalin yang dapat
memblokir serptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks sereberi,
sehingga menurunkan persepsi nyeri.
· Berikan manajemen sentuhan. Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa bentuk dukungan psikologis
yang dapat membantu menurunkan
nyeri. Masase ringan dapat
meningkatkan aliran dan suplai darah
serta oksigen ke area nyeri.
Beritahu pasien dan keluarga kapan Pasien akan mendapat manfaat bila
pasien bisa dikunjungi. mengetahui kapan keluarganya dan
temannya bisa dikunjungi setelah
pembedahan.
ASUHAN KEPERAWATAN INTRAOPERATIF

Fase intraoperatif adalah suatu masa di mana pasien sudah berada di meja
pembedahan sampai ke ruang pulih sadar. Asuhan keperawatan intraoperatif
merupakan salah satu fase asuhan yang dilewati pasien bedah dan diarahkan pada
peningkatan keefektifan hasil pembedahan.
Pengkajian yang dilkukan perawat introperatif lebih kompleks dan harus
dilakukan secara cepat dan ringkas agar dapat segera dilakukan tindakan
keperawatan yang sesuai. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang
bersifat risiko atau aktual akan di dapatkan berdasarkan pada tujuan yang
diprioritaskan. Koordinasi seluruh anggota tim intraoperatif, dan melibatkan
tindakan independen dan dependen.
Diagnosis Keperawatan
Pada kondisi pemberian anestesi regional dana intraoperatif, diagnosi
keperawatan yang paling lazim ditegakkan adalah sebagai berikut:
1. Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan prosedur anestesi regional.
2. Kecemasan intraoperatif berhubungan dengan prosedur intrabedah.
Rencana Intervensi dan Kriteria Evaluasi
Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan prosedur anestesi
regional.
Tujuan: Risiko cedera intraoperatif sekunder intervensi anestesi regional tidak
terjadi.
Kriteria evaluasi: Pasien kooperatif terhadap intervensi anestesi, pengaruh
anestesi regional dapat optimal, dan pembedahan dapat berjalan lancar.
Intervensi Rasional
Kaji ulang identitas pasien. Perawat ruang operasi memeriksa kembali
identifikasi dan kardeks pasien; melihat
kembali lembar persetujuan tindakan, riwayat
kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, dan
berbagai hasil pemeriksaan; pastikan bahwa
alat prtese dan barang berharga telah dilepas;
dan memeriksa kembali rencana perawatan
praoperatif yang berkaitan dengan rencana
perawatan intraoperatif.
Siapkan obat-obatan anestesi Obat-obat anestesi regional yang dipersiapkan
regional. untuk memudahkan ahli anestesi dalam
melakukan fungsi.
Lakukan pemasangan infus. Memnuhi kebutuhan hidrasi intaroperasi dan
jalur penting apabila diperlukan pemberian
agen obat pada kondisi kedaruratan.
Atur posisi pasien. Pengaturan posisi anestesi regional
disesuaikan dengan permintaan ahli anestesi.
Atur posisi pasien untuk memudahkan akses
ahli anestesi dalam melakukan fungsi.
Bantu ahli anestesi dalam Pemberian anestesi spinal dilakukan dengan
melakukan desinfeksi area teknik steril. Perawat membantu persiapan
fungsi. kelengkapan alat dan sarana yang diperlukan
dalam desinfeksi area fungsi.
Beri dukungan psikologis pada Pada saat ahli anestesi melakukan fungsi,
saat ahli anestesi melakukan pasien akan cenderung melakukan
fungsi. pergerakan. Sebelum hal tersebut terjadi,
perawat praoperatif perlu memberikan
penjelasan bahwa fungsi tidak memberikan
rasa sakit dan dianjurkan pasien kooperatif
sewaktu fungsi dilakukan.
Lakukan pemberian oksigen via Pemenuhan oksegenasi yang diperlukan
nasal. pasien setelah dilakukan anestesi spinal.
Lakukan pemantauan pada · Efek sistemik utama yang dimonitor
statsu kardiovaskular dan setelah anestesi spinal umumnya bersifat
respirasi selama pembedahan kardiovaskular dan disebabkn oleh blok
akibat efek samping dari preganglion simpatis oleh anestesi lokal.
anestesi spinal. Hipotensi arteri sering terjadi dan derajatnya
berhubungan langsung dengan tingkat
ketinggian blok simpatis. Bradikardi terjadi
akaibat paralisis serabut kardioakselerator
(T1-4) yang menuju ke jantung. Paralisis
serabut saraf simpatis akan mengurangi aliran
balik vena akibat venodilatasi (Gruendemann,
2006).
· Anestesi spinal biasanya hanya
menyebabkan perubahan ventilasi spontan
yang minimal sampai sedang. Hal ini
disebabkan karean diafragma adalah organ
utama pernapasan dan persarafan fungsional
otot ini datang dari pleksus saraf C3-C5. Pada
pasien yang sehat, anestesi spinal tidak
menyebabkan perubahan yang bermakna
dalam ventilasi respirasi. Dispnea dapat
terjadi selama anestesi spinal jika tingkat
paralisis hantaran cukup tinggi ddi segmen
toraks. Akibatnya, terjadi penurunan
informasi proprioseptif aferen yang dalam
keadaan normal disalurkan dari daerah
antariga, ke pusat yang lebih tinggi di otak.
Informasi ini secara normal berisi
pemberihauan dari otak mengenai tingkat
gerakan sangkar dada dan besar peregangan
paru selama inspirasi. Karena penuruan
tersebut, digunakan oksimetri pulsasi untuk
mengamati gerakan dada dan memastikan
kualitas oksigenasi secara adekuat, walaupun
pasien tidak dapat merasakan pergerakan
dadanya dan menganggap bahwa
pernapasannya tidak adekuat (Gruendemann,
2006).
PROSES KEPERAWATAN PROSEDUR INTRABEDAH

Pengkajian
Pasien yang sudah mendapat prosedur anestesi akan memasuki fase intrabedah.
Fokus tujuan pada fase ini adalah optimalisasi hasil pembedahan dan penurunan
risiko cedera. Ruang lingkup keperawatan intrabedah yang dilaksanakan perawat
perioperatif meliputi manajemen pengaturan posisi, optimalisasi peran asisten
pertama beah (pada beberapa kondisi di rumah sakit di Indonesia memberlakukan
perawat sebagai asisten pertama/ first assistance), optimalisasi peran perawat
instrumen, dan optimalisasi peran perawat sirkulasi.
Diagnosis Keperawatan
Pada kondisi prosedur intraoperatif diagnosis keperawatan yang paling lazim
ditegakkana adalah sebagai berikut:
1. Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan pengaturan posisi bedaha,
proseddur invasif bedah.
2. Risiko infeksi intraoperatif berhubungan dengan adanya port de
entree prosedur bedah, penurunan imunitas efek anestesi.
Rencana Intervesni dan Kriteria Evaluasi
Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan pengaturan posisi bedah,
prosedur invasif bedah
Tujuan: Risiko cedera intraoperatif sekunder pengaturan posisi bedah, prosedur
invasif bedah tidak terjadi.
Kriteria evaluasi:
· Selama intraoperatif, tidak terjadi gangguan henmodinamik akibat
pndarahan serius.
· Pascaoperatif tidka ditemukan cedera tekan dan cedera listrik.
· Perhitungan spons dan instrumen sesuai dengna jumlah yang dikeluarkan.
· Tidak ditemukan adanya kram otot.
Intervensi Rasional
Kaji ulang identitas pasien. · Perawat ruang operasi memeriksa kembali
identitas dan kardeks pasein; melihat kembali
lembar persetujuan tindakan, riwayat kesehatan,
hasil pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil
pemeriksaan; dan memeriksa kembali rencana
perawatan praoperatif yang berkaitan dengan
rencana perawatan intraoperatif.
· Pemeriksaan darah terutama kadar
trombosit, waktu pembekuan, dan waktu
pendarahan. Adanya hasil yang abnormal pada
pemeriksaan ini bermanifestasi pada
kewaspadaan yang sangat tinggi oleh ahli bedah
dan asisten operasi dalan melakukan prosedur
bedah.
Lakukan manajemen kamar Dilakukan oleh perawat administratif dalam
operasi. mengatur dan menentukan staf pada setiap
pembedahan agar kelancaran proses
pembedahan dapat terlaksana secara optimal.

Siapkan kamra bedah yang · Beberapa jenis pembedahan tertentu akan


sesuai dengan jenis dilaksanakan pada ruangan atu kamar bedah
pembedahan pasien. khusus, seperti kamar operasi bedah saraf.
· Perawat sirkulsi melakukan persipan
tempat operasi sesuai prosedur yang biasa dn
jenis pembedahan yang akan dilaksanakan. Tim
bedah harus diberi tahu jika terhadap kelainan
kulit yang mungkin dapat menjadi
kontraindikasi pembedahan.
· Perawat sirkulasi memeriksa kebersihan
dan kerpain ruang operasi sebelum
pmebedahan. Perawat sirkulasi juga harus
memastikan bahwea peralatan telah siap dan
dapat digunakan. Semua peralatan harus dicoba
sebelum prosedur pembedahan. Apabila
prosedur ini tidak dilaksanakan, maka dapat
menyebabkan penundaan atau kesulitan dalam
pembedahan.
Siapkan meja bedah dan Meja bedah akan disipakan perawat sirkulasi
asesori pelengkap sesuai dan disesuaikan dengan jensi pembedahan.
dengan jenis pembedahan. Perawat sirkulasi mempersiapkan asesori
tambahan meja bedah agar dalam pengaturan
posisi dapat efektif dan efisienl.
Siapkan sarana pendukung Sarana pendukung seperti kateter urine lengkap,
pembedahan. alat pengisap lengkap, spons dalam kondisi siap
pakai.
Siapkan alat hemostasis dan Alat hemostasis merupakan fondasi dari
cadangan alat dalam kondisi tindakan operasi untuk mencegah terjadinya
siap pakai. pendarahan serius akibat kerusakan pembuluh
darah arteri. Perawat mmeriksa kemampuan
alat tersebut untuk menghindari cedera akibat
pendarahan intraoperasi.
Lakukan pemasangan kateter Pemasangan kateter dilakukan untuk
urine dengan teknik steril. mengindari keluarnya urine pada saat
intraoperatif akibat hilangnya kontrol menahan
urine efek dari anestesi. Kateter Foley harus
dipasang sebelum pasien diberi posisi. Gunakan
teknik aseptik untuk pemasangan kateter.
Cegah terjadinya tekukan atau tekanan pada
kateter selama proses pemindahan tersebut.
Periksa kepatenan sestem drainase setelah
pemberian posisi. Catat keluaran urine dan
pemasangan kateter.
Lakukan pengaturan posisi Manajemen pengaturan posisi (lihat kembali
bedah. materi manajemen pengaturn posisi) dilakukan
untuk memudahkan akses atau pajanan pada
dokter bedah, akses vaskular seperti infus dan
alat monitor standar tidak terganggu, drainase
urine optimal, dan fungsi status srikulsi serta
pernapasan adekuat. Posisi tidak boleh
mengganggu struktur neuromuskular.
Bantu ahli bedah pada saat Insisi bedah memerlukan skalpel (alat penjepit)
dimulainya insisi. dan pisau bedah yang sesuai dengan ares yang
akan dilakukan insisi. Perawat instrumen
bertanggung jawab menyerahkan alat insisi dan
mempersiapkan kauter listrik yang diperlukan
dalam tindakan hemostasis. Asisten pertama
berperan membantu menyerap darah yang
keluar saat dan menjepit pembuluh darah akibat
kerusakan vaskular pada area insisi dengan
menggunakan spons dan klem arteri.
Bantu ahli bedah dalam Perawat instrumen atau asisten bedah
melakukan intervensi menggunakan alat hemostasis listrik pada klem
hemostasis. arteri untuk menjepit atau menghentikan
pendarahan.
Bantu ahli bedah dalam · Pembukaan jaringan dilakukan lapis demi
membuka jaringan dan lapis, dari kulit, lemak, fasia, dan jaringan
lakukan pengisapan apabila dalam, misalnya peritoneum pada pemedahan
diperlukan. area abdomen. Pembukaan jaringan dilakukan
sampai akses yang akan dituju sesuai jenis dan
tujuan pembedahan dapat tercapai.
· Asisten bedah membantu menarik dengan
menggunakan refraktor dan melakukan
pengisapan apabila banyak cairan yang
mengganggu akse bedah. Pemakaian dan
pemilihan jenis refraktor disesuaikan dengan
jenis dan ares jaringan atau pembedahan yang
dilakukan.
· Perawat instrumen berperan dalam
memenuhi keprluan yang sesuai pada setiap
momen pembedahan, seperti keperluan
penggunaan guntin mayo oleh ahli bedah atau
keperluan refraktor.
Lakukan manajemen sirkulasi · Perawat sirkulasi mendukung poerawat
intraoperatif ruang operasi. instrumen dan ahli bedah dari zoan tidak steril
selam prosedur pembedahan untuk mengawasi
atau membantu serip kesulitan yang mungkin
memrlukan bahan dari luar lapangan steril.
Perawat sirkulasi melakukan manajemen alat
pengisap (sucton), memastikan alat hemostasis
terpasang dengan benar, sera memeriksa alat-
alat tersebut dalam kondisi power on.
· Perawat sirkulasi mencatat barang yang
digunakan seperti jumlah spons, alat instrumen
intraoperatif yang mempunyai risiko tertinggal
pada jaringan bedah dan meningkatkan risiko
ceder bedah, serta mencatat penyulit yang
terjadi selam pembedahan yang sering
disampaikan oleh ahli beah, asisten, atau
instrumentator.
· Selam fase intraoperatif, perawat sirkulasi
meljutkan dokumentasi tentan jensi aseptik,
jumlah cairan IV yang digunakan, dan
memantau kelurasn urine dan lambung melalui
selang NGT. Selam prosedur pembedahana
beralangsung, perawat menjaga agar pencatatan
aktivitas perawatan pasien dan prosedur yang
dilakukan oleh petugas ruang operasi tetap
akurat. Dokumentasi perawatan intraoperatif
memberi data yang bermanfaat bagi perawat
yang akan merawat pasien setelah pembedahan.
Bantu ahli bedah pada saat Peran perawat perioperatif baik asisten bedah,
akses bedah tercapai sesuai perawat instrumen dan sirkulator mendukung
dengan tujuan pembedahan. ahli bedah agar tujuan pembedahan dapat
tercapai. Tujuan pembedahan pada saat akse
tercapai, meliputi:
· Diagnostik (pembedahan untuk
pemeriksaan lebih lanjut), misalnya
pengambilan sampel biopsi tumor.
· Ablatif (pengangkatan bagian tubuh yang
mengalami masalah atau penyakit), misalnya
amputasi, pengangkatan tumor, dan
apendektomi.
· Paliatif (menghilangkan atau mengurangi
gejala penyakit, tetapi tidak
menyembuhkannya), misalnya kolostomi dan
debridemen jaringan nekrotik.
· Rekonstruktif (mengembalikan fungsi atau
penampilan jaringan yang mengalami
malfungsi atau trauma), misalnya fiksasi interna
dan eksterna fraktur dan perbaikan jaringan
parut.
· Transplantasi (mengganti organ atau
struktur yang mangalami malfungsi), misalnya
cangkok (transplantasi) ginjal, total hip
replacement.
· Konstruktif (mengembalikan fungsi yang
hilang akibat anomali kongenital), misalnya:
bibir sumbing, penutupan defek katup jantung
dan perbaikan hiperekstensi lutut
(genurecurvatum)).
Bantu ahli bedah dalam · Prosedur penutupan jaringan dilakukan
penutupan jaringan. setelah tujuan pembedahan sudah selesai
dilaksanakan. Penutupan dilakukan lapis demi
lapis sesuai area tau jaringan yang telah
dilakukan pembedahan.
· Perawat instrumen menurunkan risiko
cedera dengan mempersiapkan dan memilih
sarana penjahitan dengan memperhatikan
ketajaman jarum jahit, benang jahitan yang
akan digunakan sesuai jaringan yang di jahit
dan kondisi atau kelayakan instrumen agar
kerusakan jaringan dapat minimal.
· Penjahitan bisa dilakukan ahli bedah atau
asisten bedah. Apabila dilakukan ahli bedah,
maka asistern bedah membantu penutupan
jaingan agar dapat terlaksana secara efektif dan
efisien agar kerusakan jaringan dapat minimal.
Lakukan penutupan luka Penutupan luka selain bertujuan menurunkan
pembedahan. risiko infeksi juga bertujuan untuk menurunkan
risiko cedera pajanan langsung ke area bedah
atau jaringan yang masih belum stabil. Perawat
biasanya memasang spons dan plester adhesi
yang menutupi seluruh spons.

Risiko infeksi intraoperatif berhubungan adanya port de entree prosedur


bedah, penurunan imunitas efek anestesi.
Tujuan: Optimalisasi tindakan asepsis dapat dilaksanakan selama prosedur
itrabedah.
Kriteria evaluasi: Luka pascabedah tertutup dengan kasa.
Intervensi Rasional
Kaji ulang identitas pasien dan · Perawat ruang operasi memeriksa kembali
pemeriksaan diagnostik. riwayat kesehatan, hasil pmeriksaan fisik, dan
berbagai hasil pemeriksaan. Pastikan bahwa alat
protese dan barang berharga telah di lepas.
· Riwayat kesehatan yang mempunyai risiko
penurunan imunitas seperti pasien yang
memiliki riwayat hipertensi dan diabetes
melitus.
· Hasil pemeriksaan darah albumin untuk
menentukan aktivitas agen-agen obat dan
pertumbuhan jaringan luka.
· Berbagai prtese yang masih belum dilepas
akan memberikan akses pajanan yang
mengontaminasi area steril.
Siapkan sarana scrub Sarana scrub, meliputi cairan antiseptik cuci
tangan pada tempatnya, gaun yang terdiri dari
gaun kedap air dan baju bedah steril, duk
penutup, dan duk berlubang dalam kondisi
lengkap dan siap pakai.
Siapkan instrumen sesuai jenis Manajemen insrumen dari
pembedahan. perawat scrub sebelum pembedahan disesuaikn
dengan jenis pembedahan. Sebelum antisipasi
apabila diperlukan instrumen tambahan perawat
mempersiapkan alat cadangan dalam suatu
tromol steril yang akan memudahkan
pengambilan apabila diperlukan tambahan alat
instrumen.
Lakukan manajemen asepsis Manajemen asepsis selalu berhubungan dengan
prabedah. pembedahan dan perawatan perioperatif.
Asepsis prabedah meliputi teknik aseptik atau
pelaksanaan scrubbing cuci tangan (lihat
kembali bab manajemen asepsis).
Lakukan manajemen asepsis · Manajemen asepsis dilakukan untuk
intraoperasi. menghidari kontak dengan zona steril (lihat
kembali manajemen asepsis) meliputi
pemakaian baju bedah, pemakaian sarung
tangan, persiapan kulit, pemasangan duk,
penyerahan alat yang diperlukan
petugasscrub dengan perawat sirkulasi.
· Manajemen aseosi intraoperasi merupakan
tanggung jawab perawat insturmen dengan
mempertahankan integritas lapangan steril
selama pembedahan dan bertanggung jawab
untuk mengomunikasikan kepada tim bedah
setiap pelanggan teknik aseptik atau
kontaminasi yang terjadi selama pembedahan.
Lakukan penutupan luka Penutupan luka bertujuan menurunkan risiko
pembedahan. infeksi. Perawat biasanya memasang spons dan
plester adhesif yang menutup seluruh spons.

Anda mungkin juga menyukai