Anda di halaman 1dari 25

PENENTUAN FAKTOR JAM PUNCAK DAN HARIAN MAKSIMUM

TERHADAP POLA PEMAKAIAN AIR DOMESTIK


DI UNIT PELAYANAN BALEENDAH-KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN

Unit pelayanan PDAM Tirta Raharja Baleendah melayani pelayana air bersih tiga
kecamatan yaitu kecamatan Baleendh, Dayeuhkolot dan Bojongsoang, ketiga kecamatan
tersebut mengalami pertumbuhan pembangunan perumahan yang sangat pesat dan setiap
pembangunan perumahan baru menuntut dibangunnya prasarana-prasarana yang mendukung
keberadaan perumahan tersebut, seperti fasilitas air bersih baik menggunakan sumur dan
jaringan distribusi air (PAM).
Pelayanan PDAM Tirta Raharja di unit pelayanan Baleendah selalu menjaga K3 yaitu
kualitas, kuantitas dan kontinuitas kepada pelanggan. Seiring dengan tuntutan perkembangan
perumahan yang sangat pesat maka PDAM Tirta Rahatja dituntut untuk dapat meningkatkan
fasilitas air bersih melalui pengembangan jaringan distribusi air
Dalam upaya pengembangan jaringan distribusi air (PAM) terhadap masyarakat yang
membutuhkannya, maka diperlukan adanya data berupa pemakaian air per kapita per hari dan
pemakaian air pada jam-jam puncak (peak hour) serta pemakaian air terbanyak pada hari-hari
tertentu (maximum day), sehingga didapatkan data yang akurat di lapangan. Data tersebut
dimanfaatkan untuk mengetahui seberapa besar pemakaian air di daerah tersebut yang akan
disesuaikan dengan persediaan air yang ada, dimensi pipa pada eksisting jaringan distribusi
utama maupun retikulasi. Keperluan pemakaian air dan data jaringan pipa existing tersebut
dipakai sebagai penentuan pengembangan sambungan rumah dan mengevaluai perencanaan
jaringan pipa distribusi air, yang berguna dalam pengambilan keputusan apakah dapat
dikembangkan atau tidak.
Permasalahan dalam perencanaan pengembangan sambungan rumah terkadang data yang
dibutuhkan dalam mendesain yang dirasa pada prinsipnya dimana hanya mengukur tekanan
pada sambungan rumah terdekat, hal ini tidak menjadi masalah dan dapat mewakili saat
mengambil keputusan namun sebaiknya pengukuran tekanan dilakukan saat pola pemakaian
minimum, rata-rata, maksimum dan jam puncak, dengan data tersebutlah dapat
direkomendasikan apakah dapat dikembangankan atau tidak, namun sejogjanya evaluasi sistem
distribusi dilakukan secara satu sistem.
Dalam mengukur tekanan secara sesaat ada risiko yang mana pada pola pemakaian air
saat jam puncak tidak akan serentak mendapatkan air secara merata dan ada pelanggan yang
tidak akan kebagian air.
Dalam persoalan tersebut baiknya perencanaan menghitung/mengevaluasi hidrulis pipa
dengan mensimulasikan debit/demand pemakaian air minimum, rata-rata, maksimum dan jam
puncak, mengingat kondisi pola pemakaian air di unit pelayanan Baleendah dimana pada hari
sabtu dan minggu mengalami lonjakan pemakaian air sehingga kiranya perlu menjadi bahan
evaluasi pemakaian air harian maksimum nya.
BAB II GAMBARAN UMUM

Dengan memperhatikan kondisi sekarang ini, masalah pola pemakaian air selalu
mengalami fluktuasi, karena masyarakat mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda dalam
memanfaatkan air. Pola pemakaian air di unit pelayanan Baleendah sangat berbeda karakteristik
pola pemakaian air dengan unit pelayanan yang lainnya, hal ini terlihat pola pemakaian harian
puncak terjadi lebih besar pada pemakaiannya pada kondisi hari sabtu dan minggu, dari data
tersebut dalam hal ini diperlukan sebagai upaya pengembangan terhadap jaringan distribusi air
Sistem pelayanan air bersih unit Baleendah di suplay dari sisem penyediaan air minum
Ciparay yang bersumber dari sungai Citarum hulu tepatnya berada di desa Cibangoak
kecamatan Pacet. Tahun 2019 pelayanan unit Baleendah memiliki sambungan rumah sebanyak
12.558 unit SR dengan rincian tiap pelayanan pada tabel 1.

Tabel 1 Jumlah sambungan rumah (SR) unit pelayanan Baleendah Tahun 2018
Jumlah Sambungan
No. Pelayanan
Rumah (unit)
1 Baleendah 7494
2 Bojongsoang 3256
3 Dayeuhkolot 1808
Jumlah 12.558
Sumber; Unit kerja Umum dan Pelayanan 2018

Grafik 1. Jumlah SR unit Pelayanan Baleendah Tahun 2018


dan kapasitas distribusi atau kemampuan pipa distribusi maksimum pada jaringan distribusi
utama (JDU) diameter 350 mm sebesar 90 l/det (Evaluasi Analisa Hidraulis 2016) dan pada
jaringan pipa distribusi utama dia. 200 mm yaitu sebesar 25 l/det (Evaluasi Analisa Hidraulis
2016) sehingga total air yang didistribusikan ke unit pelayan Baleendah sebesar 115 l/det, dapat
dillihat pada tabel 2.

Tabel 2 Kapasitas maksimum Jaringan Distribusi Utama di unit pelayanan Baleendah


Hasil Perhitungan Analisa Hidraulis
Kapasitas maksimum
No. Diameter pipa JDU
(l/det)
1 Dia. 350 mm 90
2 Dia. 200 mm 25
Jumlah 115
Sumber; Evaluasi Perencanaan 2016

Grafik 2. Kapasitas maksimum JDU


Pemakaian air rata-rata tiap sambungan rumah dalam satu bulan dikatogorikan menjadi 3
kalsifikasi dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini

Tabel 3 Klasifikasi pemakaian air dalam satu bulan


Jumlah Pemair
Pemair 0 m3 Pemair > 10 m3
No. Pelayanan Sambungan 1 s.d 10 m3
(unit) (unit)
Rumah (unit) (unit)
1 Baleendah 7494 488 2191 4815
2 Bojongsoang 3256 516 961 1779
3 Dayeuhkolot 1808 115 606 1087
Jumlah 12.558 1119 3758 7681
Sumber; Unit kerja Umum dan Pelayanan 2018

Dari data tersebut dimana pemakaian air diatas 10 m3 sebesar 61% yang mana perlu
dievaluasi pada pemakaian air 0 m3 dan sampai 10 m3, hal ini akan menjadi dasar perencanaan
apakah daerah pelayanan tersbut dapat dikembangkan atau tidak

BAB III ANALISIS


Target pengembangan SR di PDAM Tirta Raharja Kabupaten tahun 2019 yaitu diatas
100.000 unit SR, hal ini menjadi tantangan bagi perencanaan dalam benar benar mengevaluasi
kondisi pemakaian pada pelanggan, dalam hal ini beberapa langkah yang akan dilakukan yaiit

1. Mengevaluasi kembali pemakaian air rata-rata sampai mengevaluasi pemakaian jam


puncak harian sampai mingguan
2. Dari pemakaian air rata rata tersebut akan dievaluasi hidraulis perpipaan terkait
kemampuan pipa distribusi
3. Mengevaluasi kapasitas pendistribusian maksimum dengan mencoba melakukan atau
merekomendasikan rehab pipa.

1. Langkah mengevaluasi kembali pemakaian rata rata sampai mengevaluasi pemakaian jam
puncak harian sampai mingguan
Langkah ini perlu guna menghitung iddle kapasitas distribusi, iddle kapasitas distribusi akan dihitung
pada saat jam puncak harian dan mingguan dengan mencoba membuat simulasi pemakaian air sebagai
berikut;
Data debit wm induk dia. 350 mm (m3/jam) harian selama
seminggu
Di kota pelayanan unit Pelayanan Baleendah Bulan Nopember
2018

Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu


Jam
5/11/18 6/11/18 7/11/18 8/11/18 9/11/18 10/11/18 11/11/18

10:00 248 248 244 246 245 138 245


11:00 247 248 246 246 245 144 244
12:00 244 245 243 244 243 244 240
13:00 245 244 242 238 248 244 244
14:00 246 245 245 243 248 248 247
15:00 247 244 243 243 248 248 249
16:00 241 243 234 242 247 246 246
17:00 245 244 238 244 249 246 246
18:00 242 241 236 235 243 245 243
19:00 248 248 246 248 251 251 250
20:00 252 251 249 250 252 253 250
21:00 252 249 252 250 252 254 251
22:00 252 250 249 248 251 254 250
23:00 249 248 248 248 248 252 247
0:00 248 244 241 243 243 242 248
1:00 240 234 231 235 237 236 242
2:00 233 228 226 230 233 230 239
3:00 234 229 225 229 234 230 238
4:00 241 237 239 241 242 238 242
5:00 247 245 245 245 247 245 244
6:00 242 244 243 243 243 241 244
7:00 244 244 242 243 243 242 242
8:00 244 244 243 246 244 244 241
9:00 244 244 243 245 245 245 244

40.748 5.874 5.840 5.794 5.823 5.881 5.659 5.876

Hasil Rata-rata Pemakaian air selama seminggu

Senin s/d
Jam Minggu
Sabtu

10:00 228,1 244,8


11:00 229,3 244,4004
12:00 243,9 240,4008
13:00 243,7 243,6012
14:00 245,8 247,2012
15:00 245,6 248,7996
16:00 242,1 246,3984
17:00 244,3 246,3984
18:00 240,5 243,2016
19:00 248,5 249,5988
20:00 251,1 249,9984
21:00 251,5 250,8012
22:00 250,5 249,9984
23:00 249,1 247,2012
0:00 243,5 247,6008
1:00 235,3 242,3988
2:00 230,0 238,7988
3:00 230,1 237,6
4:00 239,6 242,3988
5:00 245,5 244,0008
6:00 242,7 243,6012
7:00 242,9 241,9992
8:00 244,1 240,8004
9:00 244,4 244,4004

Qh dimana :
Q ri = ------------------ Q ri = rata-rata harian dalam 1 minggu

7 hari/minggu Qh = debit pengaliran setiap jam (m3/hari)

40.748
Q ri = --------------
7

= 5.821 m3/hari ~ 67,4 l/det

Grafik Total
Senin 5.874
Selasa 5.840
Rabu 5.794
Kamis 5.823
Jumat 5.881
Sabtu 5.659
Minggu 5.876

Maksimum Harian
Berdasarkan data pembacaan meter induk outlet Reservoir tersebut, pemakaian air terbesar
dalam satu minggu jatuh pada hari Jum'at, sedangkan terendah pada hari Sabtu.
Faktor peak pada hari maksimum (fpd) adalah:

Qdm
fpd = --------------
Qri

dimana;
Qdm = debit maksimum hari dalam seminggu

Debit maksimum pada hari Jumat adalah = 5.881 m3 sedangkan


Qri = 5.821 m3

maka:
5.881
fpd = ---------------- = 1,01
5.821

Faktor Jam Puncak


Faktor Jam Puncak (peak hour) adalah:

Qhm
fph = ---------------
Qri
dimana;
Qhm adalah debit jam puncak dalam 24 jam yaitu = 254,40 m3
Qri adalah rata-rata harian dalam satu minggu yaitu = 242,55 m3/jam
= 67,37 ltr/detik

254
fph = ------------- = 1,05
243

Hal ini disimpulkan bahwa untuk pelayanan unit Baleendah dari pipa distribusi utama diameter
350 mm diperoleh untuk bahan evaluasi pengembangan sambungan menggunakan faktor
1. Faktor jam maksimum harian sebesar 1,01
2. Faktor jam puncak sebesar 1,05
Data di atas menunjukkan bahwa Kecamatan Kalasan masih membutuhkan ekspansi
berupa jaringan distribusi air (PAM), dengan mengingat semakin besarnya keinginan
masyarakat secara aksesibilitas dalam memperoleh air. Di samping aksesibilitas pengambilan
air, juga diperlukan adanya kualitas air yang memenuhi standar air bersih yang sehat, walaupun
kualitas airtanah di Kecamatan Kalasan mengandung kadar zat besi yang melebihi ambang
batas yaitu sebesar 1 mg/l, dan sering diikuti dengan zat Mn dan CO 2 agresif (Fotiesti, 1999),
tetapi jika dibandingkan dengan kecamatan yang berdekatan dengan Kotamadya Yogyakarta,
Kecamatan Kalasan memiliki potensi kualitas air yang lebih baik. Masing-masing kecamatan
tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
Tabel 1.1. Kualitas Air Domestik

No. Kecamatan Sangat Bersih Bersih Tidak Bersih


(KK) (KK) (KK)
1 Kalasan 3.660 11.984 0
2 Prambanan 299 10.499 1.736
3 Berbah 1.317 8.927 0
4 Depok 2.956 22.791 0
5 Gamping 3.523 12.550 0
Sumber : Tim Penyusun NKLD, 2000

Dari data serta uraian di atas, maka masih diperlukan adanya program air bersih berupa
ekspansi jaringan distribusi air (PAM) yang dapat memenuhi keinginan masyarakat
mendapatkan air bersih yang sehat dengan mengetahui pola pemakaian air terlebih dahulu yang
terdapat pada daerah tersebut.

1.2. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menghitung faktor jam puncak dan harian maksimum pada
pola pemakaian air di Kecamatam Kalasan.

1.3. Manfaat Penelitian


a. Sebagai dasar pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman terutama bagi
Perusahaan Air Minum (PAM/PDAM) dalam melakukan perencanaan jaringan distribusi air
bersih;
b. Memperkaya wawasan bidang studi teknik lingkungan dalam bentuk penelitian praktis di
lapangan mengenai pemakaian air domestik;
c. Menanamkan kesadaran kepada masyarakat akan perlunya gerakan hemat air.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jenis Kegiatan Pemakaian Air


Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu memanfaatkan air untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, di samping sebagai kebutuhan primer, juga kebutuhan sekunder sarat
dengan pemakaian air, sebut saja minum misalnya yang merupakan kebutuhan primer bagi
setiap manusia serta makhluk hidup lainnya. Mencuci pakaian, mandi, penggelontoran,
penyediaan makanan, menyiram tanaman adalah aktivitas yang selalu memanfaatkan air dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga bisa dikatakan tidak ada aktivitas manusia tanpa memanfaatkan
air. Hal ini senada dengan pernyataan yang mengatakan bahwa pemakaian air semakin
bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, tetapi tidak semata-mata
meningkatnya pemakaian air hanya karena pertambahan jumlah penduduk saja, melainkan juga
karena majunya kehidupan manusia (Simoen, 1985).
Pemakaian air oleh suatu masyarakat bertambah besar dengan kemajuan masyarakat
tersebut, sehingga pemakaian air seringkali dipakai sebagai salah satu tolak ukur tinggi
rendahnya kemajuan suatu masyarakat (Noerbambang & Morimura, 1996), dengan demikian
pemakaian air yang banyak selalu dikategorikan sebagai keluarga yang mampu. Menurut
Schefter (1990) rumah tangga dengan golongan penghasilan yang lebih tinggi cenderung
memanfaatkan air lebih banyak, tetapi bagi keluarga yang mempunyai pendapatan rendah
menyesuaikan dengan penggunaannya. Hal ini jelas bahwa pendapatan mempunyai pengaruh
dalam pemakaian air untuk penyediaan umum, sedangkan harga air rumah tangga berfluktuasi
dan tidak dipengaruhi oleh inflasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Sutikno (1981) tentang pemakaian sumberdaya air untuk
rumah tangga di DAS Serayu, memperoleh kesimpulan bahwa banyaknya pemakaian air oleh
setiap rumah tangga di Kota Cilacap, Purwokerto dan Bojonegoro dipengaruhi oleh jenis mata
pencaharian (pekerjaan) kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jenis sumber air yang
dimanfaatkan oleh masing-masing rumah tangga.
Penelitian lain tentang masalah ini pernah juga dilakukan oleh Utaya (1993) di
Kotamadya Malang, Jawa Timur. Hasil dari penelitian tersebut diperoleh bahwa pemakaian
domestik Kotamadya Malang per rumah tangga dan per kapita bervariasi menurut jenis
pekerjaan kepala rumah tangga, tingkat pendidikan kepala keluarga, dan pendapatan kepala
keluarga. Dari kondisi sosial ekonomi tersebut, diperoleh tingkat pendapatan adalah kondisi
sosial ekonomi yang paling berpengaruh.
Menurut Fair et al. (1971) jenis kegiatan pemakaian air lebih banyak didominasi oleh
jenis kegiatan gelontor toilet (Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Jenis Kegiatan Pemakaian Air

No. Jenis Kegiatan Persentase Pemakaian Air


(%)
1. Gelontor toilet 41
2. Mandi dan mencuci 37
3. Kegiatan di dapur 6
4. Air minum 5
5. Mencuci pakaian 4
6. Kebersihan rumah 3
7. Menyiram tanaman 3
8. Mencuci perabot keluarga 1
(Sumber : Fair et al. 1971)

2.2. Pola Pemakaian Air


Besarnya pemakaian air tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan sehari-hari, sehingga
menyebabkan terjadi pola pemakaian air yang berbeda-beda pada setiap waktu dalam satu hari.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Leeden et al. (1990) di Amerika Serikat,
maka terdapat variasi pemakaian air pada jam-jam tertentu dalam satu hari (Tabel 2.2).
Tabel 2.2. Variasi Pemakaian Air Selama Satu Hari
No. Uraian Jam Pemakaian Air
1. Laju pemakaian air terendah 23.00 - 5.00
2. Laju pemakaian air tertinggi 5.00 - 12.00 (pemakaian puncak pada
jam 07.00 - 08.00)
3. Laju pemakaian air menengah 12.00 - 17.00 (ketenangan pemakaian
air sekitar jam 15.00)
4. Pemakaian malam hari meningkat 17.00 - 23.00 (puncaknya pada jam
18.00 - 20.00)
(Sumber : Leeden et al. 1990)
Pada tabel 2.2 di atas tersebut menggambarkan aktivitas pemakaian air yang sangat
berkaitan dengan pemakaian air pada jam puncak dan harian maksimum, pemakaian air tersebut
tentunya sangat berkaitan dengan aktivitas rutin dari setiap rumah tangga. Pemakaian air di
Kecamatan Kalasan tentunya sangat berbeda seperti yang diungkapkan oleh Leeden et al.
(1990) di Amerika Serikat.

2.3. Jam Puncak dan Harian Maksimum


Jam puncak dan harian maksimum adalah dua istilah yang saling berkaitan dalam pola
pemakaian air. Variasi perubahan pemakaian air oleh konsumen dari waktu secara periodik
disebut fluktuasi. Berdasarkan fluktuasi pemakaian air ini dapat ditentukan standar perencanaan
yaitu berupa perkiraan faktor jam puncak dan harian maksimum sehingga dapat
mengoptimalkan produksi air dan meningkatkan pelayanan (Red, 1993).
Menurut Dirjen Cipta Karya Dept. PU. (1994) besarnya faktor jam puncak adalah 1,5
sedangkan faktor harian maksimum adalah 1,1. Angka ini adalah berupa kriteria perencanaan
yang dimaksudkan untuk mempermudah dalam merencanakan jaringan distribusi air bersih
yang didapatkan dari pendekatan empiris.
Secara matematis penentuan faktor jam puncak dan harian maksimum dapat
diformulasikan, tetapi sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu debit rerata harian dalam satu
minggu, yaitu :

Qh
Qri = (Red, 1993)
7

di mana :
Qri : adalah debit rerata harian dalam seminggu
Qh : adalah debit pengaliran setiap jam (m 3/hari)
angka 7 adalah jumlah hari dalam seminggu

Qhm
f(peak hour) = (Red, 1993)
Qri

di mana :
f(peak hour) : adalah faktor jam puncak
Qhm : adalah debit jam puncak dalam satu hari
Qri : adalah rata-rata harian dalam satu minggu

Qdm
f(max.day) = (Red, 1993)
Qri

di mana :
f(max.day) : adalah faktor harian maksimum
Qdm : adalah debit maksimum hari dalam satu minggu
Qri : adalah rata-rata harian dalam satu minggu

2.4. Kategori Kota dan Pemakaian Air Domestik


Kategori kota dan pemakaian air domestik seringkali dijadikan sebagai suatu standar
dalam upaya perencanaan jaringan distribusi air PAM, standar ini ditetapkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum, pemakaian air domestik yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
membagi berdasarkan jumlah penduduk seperti yang tertera pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Kategori Kota dan Pemakaian Air Domestik

Kategori Jumlah Penduduk (jiwa) Kategori Kota Pemakaian Air


Domestik
I > 1.000.000 Metropolitan 190 l/o/h
II 5.00.000 - 1.000.000 Besar 170 l/o/h
III 100.000 - 500.000 Sedang 150 l/o/h
IV 20.000 - 100.000 Kecil 130 l/o/h
V 3.000 - 20.000 IKK 100 l/o/h
VI < 3.000 Desa 60 l/o/h
(Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya, Dept. PU., 1994)

Pemakaian air domestik yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum pada Tabel
2.3 merupakan hasil dari pendekatan empiris, yaitu dengan cara membandingkan pemakaian air
domestik pada berbagai daerah dengan jumlah populasi tertentu. Walaupun demikian pemakaian
air domestik yang ditetapkan oleh Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum tidak
mempertimbangkan aspek sosial ekonomi serta kebiasaan rumah tangga dalam memanfaatkan
air, sehingga pemakaian air domestik tentunya akan berbeda pada daerah yang satu dengan
lainnya, termasuk penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kalasan sangat berbeda dengan
kecamatan lainnya, walaupun kategori kota pada kedua kecamatan tersebut adalah sama.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian


Secara administratif daerah penelitian terletak di Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Kalasan terdiri dari empat kelurahan dengan luas
keseluruhan 35,84 Km2 atau 3584 hektar, dengan rincian sebagai berikut :

Kelurahan Purwomartani dengan luas 12,05 km2

Kelurahan Selomartani dengan luas 8,96 km2

Kelurahan Tamanmartani dengan luas 7,30 km2

Kelurahan Tirtomartani dengan luas 7,53 km2
3.2. Sumber Data
a. Data Sekunder
Data ini diperoleh dari Instansi pemerintah serta instansi lainnya yang berhubungan
dengan topik penelitian, buku-buku, jurnal, surat kabar, internet, dan lain-lain. Data yang
dikumpulkan adalah jumlah penduduk, pekerjaan, peta administratif, serta pola pemakaian air
pada berbagai daerah dan negara lain yang dijadikan sebagai studi komparatif.
Di samping data di atas, dikumpulkan juga data kondisi sosial ekonomi masyarakat,
yaitu :
1) jumlah anggota keluarga;
2) jenis pekerjaan kepala keluarga;
3) tingkat pendidikan kepala keluarga;
4) tingkat pendapatan kepala keluarga.
b. Data Primer
Data ini diperoleh dengan hasil wawancara dengan responden dengan memanfaatkan
kuesioner, data primer yang dikumpulkan adalah :
1) jumlah pemakaian air setiap aktivitas rumah tangga;
2) jumlah pemakaian air per keluarga per hari;
3) jam-jam terbanyak memanfaatkan air dalam sehari;
4) hari-hari terbanyak memanfaatkan air dalam seminggu.

3.3. Teknik Sampling


Pada penelitian ini dilakukan teknik sampling secara Sampel Acak Proporsional
Distratifikasi (Stratified Proportional Random Sampling). Pengambilan secara acak
distratifikasi adalah untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat populasi yang heterogen
(Mantra, 200), maka populasi yang bersangkutan harus dibagi dalam lapisan-lapisan (strata)
yang seragam, dan tiap lapisan tersebut akan diambil secara acak, tetapi setiap kelurahan yang
ada di Kecamatan Kalasan (Purwomartani, Selomartani, Tamanmartani, dan Tirtomartani)
diambil sampelnya secara proporsional sebanyak 200 responden yang didapatkan dari
perbandingan antara jumlah kepala keluarga tiap-tiap kelurahan dengan total kepala keluarga
seluruh kelurahan
Sampel yang distratifikasi adalah jenis pekerjaan kepala keluarga, tingkat pendapatan
keluarga, dan tingkat pendidikan kepala keluarga.

3.4. Analisis Data


Penelitian ini memanfaatkan dua analisis, yaitu :
a. Analisis faktor jam puncak dan harian maksimum dengan rumus berikut :
Qh
Qri = (Red, 1993)
7

di mana :
Qri : adalah debit rerata harian dalam seminggu
Qh : adalah debit pengaliran setiap jam (m 3/hari)
angka 7 adalah jumlah hari dalam seminggu
Qhm
f(Peak hour) = (Red, 1993)
Qri

di mana :
f(Peak hour) : adalah faktor jam puncak
Qhm : adalah debit jam puncak dalam satu hari
Qri : adalah rata-rata harian dalam satu minggu

Qdm
f(max.day) = (Red, 1993)
Qri

di mana :
f(max.day) : adalah faktor harian maksimum
Qdm : adalah debit maksimum hari dalam satu minggu
Qri : adalah rata-rata harian dalam satu minggu

2. Analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan tabulasi silang (Cross Tab). Tabulasi ini
terdiri dari bagian vertikal (kolom) berupa salah satu variabel bebas (Independent Variable),
sedangkan pada bagian horisontal (baris) berupa salah satu variabel tidak bebas (Dependent
Variable).

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Pemakaian Air Domestik Berdasarkan Jenis Kegiatan
Pemakaian air domestik berdasarkan jenis kegiatan ini merupakan suatu kegiatan manusia
dalam memanfaatkan air sehari-hari yang dilakukan secara rutin, di mana kegiatan tersebut
dilakukan di rumah tangga, sehingga Pemakaian air domestik yang dilakukan di luar rumah
tangga tidak termasuk dalam penelitian ini, walaupun jenis kegiatannya sama seperti yang
dilakukan di rumah tangga.
Pemakaian air rumah tangga di Kecamatan Kalasan terdiri dari jenis kegiatan yang
memberikan konribusi terhadap besarnya Pemakaian air domestik, beberapa jenis kegiatan yang
memberikan kontribusi tersebut adalah :
1. mandi
2. mencuci pakaian
3. memasak/minum
4. mencuci alat dapur
5. mencuci lantai
6. wudlu’
7. mencuci kendaraan
8. menyiram tanaman
9. Pemakaian air lain-lain
Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Kalasan, Pemakaian air domestik pada setiap
jenis kegiatan secara implisit dapat dilihat pada gambar 4.1.

398.06
400

350
Rata-rata Pemanfaatan Air (liter/hari)

300

250

200

150

100 78.30 80.60

50
11.12 17.05 4.54 5.00 1.94 2.74
0
A B C D E F G H I

Jenis Kegiatan

Gambar 4.1. Pemakaian Air Domestik Berdasarkan Jenis Kegiatan

Keterangan : A : Mandi F : Wudlu’


B : Mencuci pakaian G : Mencuci kendaraan
C : Memasak/minum H : Menyiram tanaman
D : Mencuci alat dapur I : Pemakaian air lain-lain
E : Mencuci lantai
4.1. Pemakaian Air Pada Jam Puncak dan Harian Maksimum
Pemakaian air pada jam puncak dan harian maksimum sangat berkaitan dengan waktu,
untuk Pemakaian air pada jam puncak adalah jumlah air terbanyak yang dimanfaatkan untuk
keperluan domestik pada jam-jam tertentu dalam satu hari, sedangkan harian maksimum adalah
jumlah air terbanyak yang dimanfaatkan untuk keperluan domestik pada hari-hari tertentu dalam
satu Minggu.
Pemakaian air jam puncak dan harian maksimum sangat berperan dalam menentukan
faktor jam puncak dan faktor harian maksimum, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai
sebagai berikut :

*0 rata-rata harian maksimum = 774,09 liter/hari (hari Minggu);


*1 rata-rata Pemakaian air dalam satu Minggu = 612,91 liter/hari;
*2 rata-rata jam puncak harian = 347,92 liter/hari;
*3 rata-rata Pemakaian air jam puncak = 266,73 liter/hari (pagi hari).

Dari data di atas, maka dapat ditentukan faktor jam puncak dan harian maksimum sebagai
berikut :
Rata-rata harian maksimum
Faktor Harian Maksimum =
Rata-rata Pemakaian air dalam satu Minggu

774,09 liter/hari
=
612,91 liter/hari

= 1,26

Rata-rata jam puncak harian


Faktor Jam Puncak =
Rata-rata Pemakaian air jam puncak
347,92 liter/hari
=
266,73 liter/hari

= 1,30.

Jika dirinci faktor jam puncak dan harian maksimum pada masing-masing tingkat
pendidikan, tingkat penghasilan, dan jenis pekerjaan, maka didapatkan sebagai berikut :
Tabel 4.1. Faktor Jam Puncak dan Faktor Harian Maksimum
Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Faktor Jam Faktor Harian
Puncak Maksimum
Wiraswasta 1,63 1,50
Buruh 1,31 1,26
Petani 1,29 1,23
PNS 1,35 1,29
Pen. PNS 1,33 1,28
Pengangkutan 1,09 1,07
TNI/Polri 1,39 1,32
Pens. TNI/Polri 1,03 1,05
Pedagang 1 1
(Sumber : Data Primer, 2006)

Tabel 4.2. Faktor Jam Puncak dan Faktor Harian Maksimum


Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Faktor Jam Faktor Harian


Puncak Maksimum
 SD 1,28 1,27
SMP 1,26 1,19
SMU 1,28 1,24
PT 1,52 1,44

(Sumber : Data Primer, 2006)

Tabel 4.3. Faktor Jam Puncak dan Faktor Harian Maksimum


Berdasarkan Tingkat Penghasilan
Penghasilan Faktor Jam Faktor Harian
(ribu) Puncak Maksimum
 100 1,19 1,21
100 - 250 1,23 1,21
250 - 500 1,34 1,28
500 - 750 1,30 1,25
750 - 1.000 1,29 1,24
1.000 - 1.250 1,37 1,32
(Sumber : Data Primer, 2006)

Nilai faktor jam puncak dan harian maksimum tersebut mempunyai arti masing-masing,
untuk faktor jam puncak yang mempunyai nilai 1,26, ini artinya apabila ingin menentukan
Pemakaian air terbanyak pada jam-jam tertentu selama seminggu, maka rata-rata Pemakaian
pada jam biasanya dikalikan dengan 1,26, sehingga akan ditemukan besarnya Pemakaian air
pada jam puncak, dari hasil perhitungan Pemakaian air jam puncak ada pada aktivitas pagi hari
yaitu antara jam 06.00 - 08.00. Besarnya Pemakaian air pada jam 06.00 - 08.00 karena pada
jam ini banyak air yang dimanfaatkan untuk mandi, mencuci pakaian, dan mencuci piring,
tetapi kegiatan yang paling banyak memanfaatkan air adalah jenis kegiatan mandi, hal ini dapat
dimaklumi, karena pada jam-jam tersebut merupakan jam persiapan untuk berangkat ke tempat
kerja, ke sekolah atau memulai aktivitas lainnya, sehingga diperlukan mandi untuk memulai
seluruh aktivitas tersebut, sedangkan faktor harian maksimum mempunyai nilai sebesar 1,30, ini
artinya dari Pemakaian air sehari-hari dapat menentukan berapa banyaknya air yang
dimanfaatkan pada hari-hari tertentu dengan mengalikan angka 1,30 dengan rata-rata Pemakaian
air sehari-hari, sehingga ditemukan besarnya Pemakaian air pada harian maksimum, dari hasil
perhitungan di lapangan didapatkan bahwa Pemakaian air pada harian maksimum jatuh pada
hari Minggu, Pemakaian air harian maksimum ada pada hari Minggu, karena pada hari ini
banyak anggota keluarga yang berkumpul, artinya pada jam-jam tertentu keluarga tidak pergi
keluar rumah, seperti berangkat kerja, ke sekolah, sehingga Pemakaian air banyak dimanfaatkan
pada hari Minggu, aktivitas yang dilakukan pada hari Minggu tersebut adalah hampir sama
dengan hari-hari lainnya, seperti mandi, mencuci pakaian, dan lain-lain, tetapi aktivitas
mencuci pakaian adalah yang paling sering dilakukan pada hari Minggu tersebut.
Faktor jam puncak dan faktor harian maksimum sangat familiar dikalangan PERPAMSI
(Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia), dan digunakan sebagai standar
perencanaan jaringan distribusi air bersih. Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum (1994) faktor jam puncak adalah 1,5, sedangkan faktor harian maksimum
adalah sebesar 1,1. Standar yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum (1994) sangatlah berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan
Kalasan, di mana faktor jam puncak pada daerah tersebut adalah 1,30 dan faktor harian
maksimum adalah 1,26, sehingga apabila di Kecamatan Kalasan akan dilakukan ekspansi
jaringan distribusi air PAM, maka standar yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum (1994) tidaklah cocok, dan direkomendasikan untuk
menggunakan faktor jam puncak dan faktor harian maksimum pada hasil penelitian ini. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa faktor jam puncak dan harian maksimum yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (1994) tidak dapat digeneralisir
pada setiap daerah.
Pemakaian air pada jam-jam tertentu dalam satu hari sangat berkaitan dengan kebiasaan
dalam Pemakaian air, secara rinci rata-rata Pemakaian air dapat disusun sebagai berikut :

1. Pagi (06.00 - 08.00) = 266,74 liter/hari


2. Siang (12.00 - 14.00) = 25 liter/hari
3. Sore (14.30 - 17.00) = 220,97 liter/hari
4. Malam (19.00 - 21.00) = 20 liter/hari

Dari data di atas Pemakaian air terbanyak adalah pada pagi hari, tetapi Pemakaian air
diantaranya ada yang sama dan ada juga yang berbeda dalam hal aktivitasnya, pada pagi hari
aktivitas yang dilakukan selain mandi, mencuci pakaian, memasak/minum, juga mencuci lantai,
sedangkan pada siang hari jenis kegiatan yang dilakukan adalah berwudlu’, masak/minum, dan
gelontor. Pada sore hari jenis kegiatan yang dilakukan adalah mandi dan berwudlu’, selain dua
kegiatan tersebut terdapat sebagian penduduk yang mencuci pada sore hari, karena aktivitas
rutinitasnya yang menyebabkan mencuci pakaian tidak dilakukan pada pagi hari, demikian juga
dengan malam hari, pada malam hari adalah Pemakaian air yang paling sedikit jika
dibandingkan dengan lainnya, jenis kegiatan pada malam tersebut adalah hanya berwudlu’ dan
gelontor, dan sebagian ada yang mencuci pada malam hari, tetapi hanya direndam dan akan
dijemur pada pagi harinya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
a. pemanfaatan air per kapita di Kecamatan Kalasan telah menyamai seperti pemanfaatan air di
kota kecil yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum sebesar 130 liter/orang/hari. Besarnya pemanfaatan air dimungkinkan terus
bertambah, hal ini senada dengan Simoen (1985) yang menyatakan bahwa pemanfaatan air
terus bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, tetapi tidak semata-mata
meningkatnya pemanfaatan air tidak hanya karena pertambahan penduduk saja, melainkan
juga karena majunya kehidupan manusia.
b. pemanfaatan air jam puncak sebesar 266,73 liter/hari, yang berada pada pagi hari antara jam
06.00 sampai dengan 08.00 WIB, sedangkan pemanfaatan air pada harian maksimum
sebesar 774,09 liter/hari yang berada pada hari Minggu. Faktor jam puncak di Kecamatan
Kalasan sebesar 1,30 dan faktor harian maksimum sebesar 1,26, jika dibandingkan dengan
standar yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum, faktor jam puncak 1,5 sedangkan harian maksimum 1,1. Hal ini artinya faktor jam
puncak dan harian maksimum yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum, tidak dapat digeneralisir di Kecamatan Kalasan.

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
a. perencanaan jaringan distribusi sebagai upaya ekspansi jaringan PDAM di Kecamatan
Kalasan tidak tepat apabila masih menggunakan standar yang ditetapkan oleh Dirjen Cipta
Karya Departemen Pekerjaan Umum (1994), sebaiknya menggunakan rata-rata pemanfaatan
air per kapita sebesar 130,59 liter/orang/hari, atau pemanfaatan air per kapita di antara
130,59 sampai 150 liter/orang/hari. Angka tersebut (130,59 - 150) liter/orang/hari digunakan
sebagai angka pengaman dalam perencanaan jaringan distribusi yang dilakukan.
b. perlu dikaji ulang besarnya faktor jam puncak dan harian maksimum dalam perencanaan
jaringan distribusi air PDAM, hal ini karena belum tentu daerah yang satu dengan yang
lainnya mempunyai faktor jam puncak dan harian maksimum yang sama, sebaiknya apabila
dilakukan upaya ekspansi jaringan distribusi di Kecamatan Kalasan menggunakan faktor jam
puncak sebesar 1,30, dan faktor harian maksimum sebesar 1,26.
c. untuk mengurangi aktivitas pemanfaatan air yang berlebihan pada hari Minggu, serta
distribusi yang merata setiap harinya apabila ada upaya ekspansi jaringan distribusi air
PDAM, maka sebaiknya melakukan jenis kegiatan yang berpotensi memberikan kontribusi
borosnya pemanfaatan air dengan melakukan kegiatan setiap hari, misalnya mencuci
pakaian dilakukan setiap hari. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi fluktuasi yang berlebihan
pada hari-hari tertentu.
d. untuk mengurangi pemanfaatan air tanah yang berlebihan, serta adanya kekhawatiran
terhadap pencemaran air yang dapat mengganggu kesehatan baik pencemaran domestik
ataupun pencemaran dari industri, sebaiknya memanfaatkan air dari PDAM yang berguna
dalam mengurangi pemanfaatan air tanah.

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Cipta Karya, 1994. Petunjuk Teknis Air Bersih. Dept. P.U., Jakarta.

Fair, G.M., Geyer, J.C., and Okun, D.A. 1971. Elements Of Water Supply and Wastewater
Disposal. Second Edition, John Wiley & Sons, Inc. and Toppan Company, Ltd., New
York.

Hadi, S. 2000. Statistik. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Leeden, V.D.F., Troise, F.L., dan Todd, D.K. 1990. The Water Encyclopedia. Second Edition,
Lewis Publishers, Inc., USA

Mantra, I.B. 1980. Sampling, PPSK UGM, Yogyakarta.

Mantra, I.B. 2000. Langkah-langkah Penelitian Survey : Usulan Penelitian dan Laporan
Penelitian. BPFG UGM, Yogyakarta.

Noerbambang dan Morimura, 1996. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. PT


Pradnya Paramita, Jakarta.

Red, T. 1993. Analisa Faktor Jam Puncak dan Maksimum Harian. Air Minum, 65 : 19-23.

Schefter, J.E., 1990. Domestic Water Use in The United States, 1960 - 1985, in : National
Water Summary 1987 - Hydrologic Events and Water Supply and Use. U.S. Geological
Survey Water Supply Paper, 2350 : 71-80.
Simoen, S. 1985. Peranan Studi Airtanah dalam Pengembangan Wilayah. Pidato Pengukuhan
Jabatan Lektor Kepala dalam Mata Kuliah Hidrologi, Fakultas Geografi UGM.

Sutikno, 1981. Pattern of Water Resources Utilization For Domestic Purpose in The Serayu
River Basin. Disertasi Doktor, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai