Anda di halaman 1dari 18

CONTOH 1 PEMILIHAN PROPORSI CAMPURAN BETON

Diketahui :

Suatu proyek mensyaratkan data-data sebagai berikut, sebagai


spesifikasi betonnya :
Tabel 5.7 : Data informasi yang diketahui
‘a. Informasi Umum
Kuat tekan rata-rata f’cr  Mpa  24
Slump  mm  75 – 100
‘b. PC
Tipe 1
Berat Jenis  ton/m3  3.15
‘c. Agregat Kasar (AK)
Memenuhi syarat Gradasi ASTM C33
Ukuran nominal maksimum  mm  37.5
Dry rodded mass  kg/m3  1600
Berat Jenis  ton/m3  2.68
Absorbsi  %  0.5
Kadar Kelembaban  %  2
‘d. Agregat Halus
Memenuhi syarat Gradasi ASTMC33
Berat Jenis  ton/m3  2.64
Absorbsi  %  0.7
Kadar Kelembaban  %  6
Modulus Kehalusan ( MH ) 2.8

Diskusi :
Pada dasarnya perhitungan metode massa dan metode volume
absolute hanya berbeda pada waktu menghitung kebutuhan AH
(Langkah ke-7 sampai langkah ke=9). Proses perhitungan berdasarkan
Metode massa akan dimulai pada Langkah ke-7a, 8a, dan 9a; sedangkan

1
perhitungan berdasarkan metode volume absolute dimulai pada
Langkah ke-7b, 8b, dan 9b.
Proses PCBB dilaksanakan mengikuti langkah-langkah tersebut di bab
5.3.
Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Langkah Ke-1 : Tentukan Slump


Diketahui slump diinginkan 75 sampai 100 (bila tidak diketahui, pakai
Tabel 5.1).

Langkah ke-2 : Tentukan ukuran agregat kasar (tergantung kerapatan


susunan tulangan)
Agregat kasar yang dipakai memiliki ukuran nominal maksimum 37,5
mm. Bila tidak ditetapkan maka ukuran ini tergantung terutama pada
kerapatan tulangan.

Langkah ke-3 : Tentukan Kebutuhan Air


Dari table 5.2 kebutuhan air untuk slump 75 – 100 mm dan ukuran
agregat maksimum 37.5 mm adalah 181 kg/m3

Langkah ke-4 : Tentukan Faktor a/s


Faktor air-semen untuk beton dengan f’cr = 24 Mpa diperoleh dari
Tabel 5.3 adalah 0.62

Langkah ke-5 : Tentukan Kebutuhan PC


Dari informasiyang dikembangkan di langkah ke-3 dan ke-4, dapat
dihitung jumlah jumlah semenyang dibutuhkan yaitu 181/0.62 = 292
kg/m3.

Langkah ke-6 : Tentukan Kebutuhan Agregat Kasar


Volume agregat kasar (yang memenuhi grade ASTM C33) ditaksir
dengan bantuan Tabel 5.5. Untuk agregat halus dengan modulus
kehalusan sebesar 2.8 dan ukuran nominal maksimum agregat kasar
2
37.5 mm, Tabel itu menetapkan jumlah agregat kasar sebanyak 0.71 m3
untuk 1 m3 beton. Berat kering yang dibutuhkan dengan demikian
adalah 0.71 * 1600 = 1136 kg. Di akhir langkah ke-6 didapat jumlah air,
semen, dan agregat kasar (Lihat Tabel 5.8) sebagai berikut :

Tabel. 5.8: Hasil Komponen Campuran Beton di akhir Langkah ke-6


Komponen Campuran Beton Berat
Air (net mixing) 181 kg
PC 292 kg
Agregat Kasar (kering) 1136 kg
Proses berikutnya (7, 8 dan 9) dibedakan antara perhitungan metoda
massa (7a, 8a, dan 9a) dengan metode volume absolute (7b, 8b, dan
9b)

Langkah ke-7a : Tentukan Kebutuhan Agregat Halus (Metode Massa)


Dengan bantuan Tabel 5.6, massa (berat )satu m3 beton yang dibuat
dengan agregat ukuran nominal maksimum 37.5 mm ditaksir sebesar
2410 kg (untuk percobaan batch pertama, penyesuaian secara eksak
nilai ini tidak kritikel untuk perbedaan biasa dalam slump, factor air
semen dan berat jenis agregat).

Massa yang sudah diketahui dari Langkah ke-6 (Lihat Tabel 5.8) adalah:
Air (net mixing) 181 kg
PC 292 kg
Agregat Kasar (kering) 1136 kg
TOTAL 1609 kg
Jadi massa (berat) Agregat Halus, ditaksir : 2410 – 1609 = 801 kg

Didapat hasil akhir berat per m3 batch beton (Lihat Tabel 5.9) sbb :

3
Tabel 5.9 : Hasil Komponen Campuran Beton di akhir Langkah ke-7a
Komponen Campuran Beton Berat
Air (net mixing) 181 kg
PC 292 kg
Agregat Kasar (kering) 1136 kg
Agregat Halus (kering) 801 kg

Langkah ke-8a : Penyesuaian Berat Agregat (Metode Massa)


Dari Tabel 5.7 diketahui kadar kelembaban agregat kasar 2% dan
agregat halus 6%. Dari data agregat sebelumnya di Tabel 5.9 dilakukan
penyesuaian sebagai berikut :

AK (lembab) 1136 (1.02) 1159 kg


AH (lembab) 801 (1.06) 849 kg

Air dari kelembaban ini belum diperhitungkan pada langkah ke-3


didepan, karena itu air yang dibutuhkan perlu disesuaikan. Jadi, air
lembab dari kontribusi agregat kasar sebanyak 2 – 0.5 = 1.5%, dari
agregat halus sebesar 6 – 0.7 = 5.3% harus dikurangkan dari campuran
air hasil langkah ke-3 :

181 – 1136 (0.015) – 801 (0.053) = 122 kg.

Taksiran berat batch untuk 1 m3 beton adalah :

Langkah ke-9a : Batch percobaan laboratorium (Metode Massa)

Untuk praktisnya berat batch untuk percobaan diambil 0.02 m3 beton.


Walaupun perhitungan jumlah air yang dituang 122*0.02 = 2.44 kg, tapi
jumlah yang dipakai untuk mendapatkan slump yang diinginkan 75 –
100 mm adalah 2.70 kg. Oleh karena itu, Batch campuran terdiri dari :

4
Tabel 5.10 : Hasil Komponen Campuran Beton di akhir Langkah ke-8a

Komponen Campuran Beton Berat


Air (yang dituang) 122 kg
PC 292 kg
Agregat Kasar (lembab) 1159 kg
Agregat Halus (lembab) 849 kg
TOTAL 2422 kg

Air (dituangkan) 2,70 kg


Semen 292*0.02 5,84 kg
Agregat Kasar (lembab) 1159*0.02 23,18 kg
Agregat Halus (lembab) 849*0.02 16,98 kg
TOTAL 48,70 kg

Dari percobaan batch ini didapat harga slump 50 mm dan volume


tertimbang 2390 kg/m3. Dari sisi workability/kelecakan dan sifat-sifat
finishing harga slump tersebut dianggap memuaskan. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih pantas dan karakteristik lain untuk
batches yang akan dating, perlu diadakan penyesuaian sebagai berikut:
a. Penyesuaian banyaknya air campuran
Mengingat hasil batch percobaan didapat : 48,70/2390 = 0.0204 m3
dan kandungan air campuran :
Air (dituangkan) 2,70 kg
Air dari Agregat kasar 1136*0.015*0.02 0,34 kg
Air dari Agregat halus 801*0.053*0.02 0,84 kg
TOTAL 3,88 KG
Maka air campuran yang dibutuhkan untuk 1 m3 beton dengan
slump yang sama dengan batch percobaab adalah :

3,88/0,0204 = 190 m3

5
Dari slump yang terukur di dapat 50 mm, sedangkan target slump
dimisalkan 90 mm (untuk memenuhi slump antara 70 – 90mm) maka
diperlukan penyesuaian (Lihat Bab 5.3 Langkah ke-9) sebagai berikut :
Air harus ditingkatkan sebesar 90 – 50 *2 = 8 kg per m3 beton. Sehingga
10
total air campuran menjadi 190 + 8 = 198 kg.

b. Penyesuaian kebutuhan semen


Dengan peningkatan air, bila diharapkan rasio air semen tetap
sebesar 0,62 maka kebutuhan semen disesuaikan menjadi :

198/0,62 = 319 kg

C. Penyesuaian jumlah agregat kasar


Karena workability dianggap sudah memuaskan, jumlah agregat
kasar per unit volume beton akan tetap dipertahankan sama seperti
pada saat batch percobaan. Jumlah agregat kasar per meter kubik
beton menjadi :

Perhitungan Kondisi Keterangan


23,18 = 1136 kg (lembab)
0,0204

1136 = 1114 kg (kering) 1,02 didapat dari(1+2%),


1,02 dimana 2% merupakan
persen kelembaban dalam
agregat kasar.

1114 * 1,005 = 1120 kg (SSD*) 1,005 didapat dari (1+0.5


%), dimana 0,5%
merupakan persen
absorpsi agregat kasar
6
‘* Saturated Sueface Dry

c. Penyesuaian jumlah agregat halus


Karena workability dianggap sudah memuaskan, jumlah agregat halusper unit
volume beton akan tetap dipertahankan sama seperti pada saat batch
percobaan. Jumlah agregat kasar per meter kubik beton menjadi :

Perhitungan Kondisi Keterangan


23,18 = 1136 kg (lembab)
0,0204

1136 = 1114 kg 1,02 didapat dari (1+2%), dimana


1,02
(kering) 2% merupakan persen
kelembaban dalam agregat kasar

1114*1,005 = 1120 kg (SSD*) 1,005 didapat dari (1+0,5%),


dimana 0,5% merupakan persen
absorbs agregat kasar

‘* Saturated Surface Dry


d. Penyesuaian jumlah agregat halus

Taksiran baru berat per m3 beton adalah 2390 kg/m3, sehingga


jumlah agregat halus didapat :

Perhitungan Kondisi Keterangan


2390 – (198+319+1120) = 753 kg (SSD)
753 / 1.007 = 748 kg (kering) 1,007 didapat dari
(1+0,7%), dimana 0,7%
merupakan persen absorbsi
dalam agregat halus

Didapat batch berdasar berat per m3 beton yang telah disesuaikan


sebagai berikut :

7
Tabel 5.11 : Hasil Komponen Campuran Beton di akhir Langkahke-9a

Komponen Campuran Beton Berat


Air (net mixing) 198 kg
PC 319 kg
Agregat Kasar (kering) 1114 kg
Agregat Halus (kering) 748 kg

Langkah ke-7b : Tentukan Kebutuhan Agregat Halus (Metode Volume


Absolut)

Dengan sudah diketahuinya jumlah kebutuhan komponen campuran


beton (Lihat Langkah ke-6 Tabel 5.8) : PC, air, agregat kasar, dan
perkiraan prosentase udara yang terjebak di dalam beton sebesar 1%
(ditentukan menggunakan Tabel 5.2) maka sisa bahan untuk memenuhi
1 m3 beton seharusnya berupa agregat halus. Kebutuhan agregat halus
ini ditentukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

Volume air 181 0,181 m3


1000
Volume semen 292 0,093 m3
3,15*1000
Volume AK 1136 0,424 m3
2,68*1000
Volume udara di 0,01*1,000 0,010 m3
Dalam beton

Volume Total (kecuali AH) 0,708 m3

Selanjutnya kebutuhan AH dapat dihitung dengan menganggap volume


total sebesar 1 m3 didapat :
Volume AH 1 – 0,708 0,292 m3
Berat AH (kering) 0,292*2,64*1000 771 kg
8
Tabel 5.12 menunjukkan hasil perhitungan setelah Langkah ke-7b
(metode volume absolute) selesai dilakukan.

Tabel 5.13 menunjukkan perbandingan hasil perhitungan dua metode


(berdasarkan massa vs berdasarkan volume absolute) pada saat
Langkah ke-7 selesai.

Tabel 5.12 : Hasil Komponen Campuran Beton di akhir Langkah ke-7b

Komponen Campuran Beton Berat


Air (net mixing) 181 kg
PC 292 kg
Agregat Kasar (kering) 1136 kg
Agregat Halus (kering) 771 kg

Tabel 5.13 : Perbandingan hasil campuran berdasarkan metode massa


vs metode volume absolutsetelah Langkah ke-7 selesai

Komponen Campuran Berdasar Berdasar Volume Absolut ⁺ (kg)


Beton massa*
(kg)
Air (net mixing) 181 181
Semen 292 292
Agregat Kasar (kering) 1136 1136
Agregat Halus (kering) 801 771

‘* Lihat hasil Tabel 5.9


⁺ Lihat hasil Tabel 5.12

Langkah ke-8b : Penyesuaian Berat Agregat (Metode Volume Absolut)


Dari Tabel 5.7 diketahui kadar kelembaban agregat kasar 2% dan
agregat halus 6%. Dari data agregat sebelumnya di Tabel 5.12 dilakukan
penyesuaian sebagai berikut :
9
AK (lembab) 1136 (1,02) 1159 kg
AH (lembab) 771 (1,06) 817 kg

Air dari kelembaban ini belum diperhitungkan pada Langkah ke-3


didepan, karena itu air yang dibutuhkan perlu disesuaikan. Jadi, air
lembab dari kontribusi agregat kasar sebanyak 2-0,5 = 1,5%, dan dari
agregat halus sebesar 6-0,7 = 5,3% harus dikurangkan dari campuran air
hasil Langkah ke-3 :

181 - 1136 (0,015) - 771 (0,053) = 123 kg.

Tabel 5.14 menunjukkan hasil perhitungan setelah Langkah ke-8b


selesai dilakukan.
Tabel 5.14
Komponen Campuran Beton Berat
Air (yang dituang) 123 kg
PC 292 kg
Agregat Kasar (lembab) 1159 kg
Agregat Halus (lembab) 817 kg
TOTAL 2391 kg

Tabel 5.15 menunjukkan hasil perhitungan dua metode (berdasar


massa vs berdasar volume absolut) pada saat Langkah ke-8 selesai
Tabel 5.15
Komponen Campuran Berdasar massa *, Berdasar Volume
Beton kg Absolut ⁺, kg
Air (yang dituang) 122 123
Semen 292 292
Agregat Kasar (lembab) 1159 1159
Agregat Halus (lembab) 849 817
‘* Lihat hasil Tabel 5.10
⁺ Lihat hasil Tabel5.14

10
Langkah ke-9b : Batch percobaan laboratorium (Metode Volume
Absolut)
Prosedur yang diuraikan di Langkah ke-9b akan mengikuti apa yang
sudah dilakukan di Langkah ke-9a. Berikut akan dijelaskan prosesnya
dengan keterangan ringkasnya.

Jumlah yang dipakai untuk batch 0,02 m3 (dengan menggunakan data


di Tabel 5.14, kecuali air menggunakan 2,70 kg karena alasan yang telah
dijelaskan di Langkah ke-9a) adalah :

Air (dituangkan) 2,70 kg


Semen 292 * 0,02 5,84 kg
Agregat kasar (lembab) 1159 * 0,02 23,18 kg
Agregat halus (lembab) 817 * 0,02 16,34 kg
TOTAL 48,08 kg
Dari percobaan batch ini didapat harga slump 50 mm dan berat satuan
tertimbang 2390 kg/m3. Dari sisi workability/kelecakan dan sifat-sifat
finishing harga slump tersebut dianggap memuaskan. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih pantas dan karakteristik lain untuk
batches yang akan dating, perlu diadakan penyesuaian sebagai berikut :

a. Penyesuaian banyaknya air campuran


Mengingat hasil trial batch didapat :

48,08 / 2390 = 0,0201 m3

Dan kandungan air campuran :


Air (dituangkan) 2,70 kg
Air dari agregat kasar 1136*0,015*0,02 0,34 kg
Air dari agregat halus 771*0,053*0,02 0,81 kg
TOTAL 3,85 kg
Maka air campuran yang dibutuhkan untuk 1 m3 beton dengan
slump yang sama dengan batch percobaan adalah :
11
3,85 / 0,0201 = 192 m3
Total air campuran untuk slump 75 –100 mm, menjadi 192 + 8 = 200 kg.
(Angka 8 lihat Langkah ke-9a)

b. Penyesuaian kebutuhan semen


Dengan peningkatan air, bila diharapkan rasio air semen tetap
sebesar 0,62 maka kebutuhan semen disesuaikan menjadi :

200 / 0,62 = 323 kg

c. Penyesuaian jumlah agregat


Karena workability dianggap sudah memuaskan, jumlah agregat
kasar per init volume beton akan tetap dipertahankan sama seperti
pada saat batch percobaab. Jumlah agregat kasar per meter kubik
beton menjadi :

Perhitungan Kondisi Keterangan


23,18 = 1153 kg (lembab)
0,0201
1153 = 1130 kg (kering) 1,02 didapat dari
1,02 (1+2%), dimana 2%
merupakan persen
kelembaban dalam
agregat kasar

d. Volume campuran selain udara dalam batch asli percobaan

Air 3,85 = 0,0039 m3


1000
Semen 5,84 = 0,0019 m3
3,15*1000
Agregat Kasar (kering) 22,72 = 0,0085 m3
2,68*1000
12
Agregat Halus (kering) 15,42 = 0,0058 m3
2,64*1000
TOTAL = 0,0201 m3

Karena hasil yang didapat 0.0201 m3, maka tidak ada udara pada
beton yang dapat dideteksi melalui ketelitian pengujian satuan berat
dan perhitungan. Dengan proporsi semua komponen yang sudah
dihitung, kecuali agregat halus, penentuan jumlah penyesuaian m3
batch dapat diselesaikan seperti berikut :

Volume Air 200 = 0,200 m3


1000
Volume Semen 323 = 0,103 m3
3,15*1000
Volume Semen tambahan yang di- = 0,000 m3
Ijinkan
Volume Agregat Kasar (kering) 1130 = 0,422 m3
2,68*1000
Total Volume tidak termasuk Agregat Halus = 0,725 m3
Agregat Halus (kering) 1,000 – 0,725 = 0,275 m3
Berat Agregat Halus (kering) 0,275*2.640 = 726 kg

Didapat batch berdasar berat per m3 beton yang telah disesuaikan


sebagai berikut :
Tabel 5.16 : Hasil Komponen Campuran Beton di akhir Langkah ke-
9b.
Komponen Campuran Beton Berat
Air (net mixing) 200 kg
PC 323 kg
Agregat Kasar (kering) 1130 kg
Agregat Halus (kering) 726 kg

13
Tabel 5.17 menunjukkan hasil perhitungan dua metode (berdasar
massa vs berdasar volume absolut) pada saat Langkah ke-9 selesai.

Tabel 5.17
Komponen Campuran Berdasar Berdasar Volume
Beton massa*, (kg) Absolut⁺, (kg)
Air (yang dituang) 198 200
Semen 319 323
Agregat Kasar (lembab) 1114 1130
Agregat Halus (lembab) 748 726

‘* Lihat hasil Tabel 5.11


⁺ Lihat hasil Tabel 5.16

Terlihat Tabel 5.17 metode berdasarkan massa dan volume absolute


memiliki hasil yang tidak terlalu berbeda. Percobaan lebih lanjut
atau pengalaman memberikan indikasi perlunya sedikit perubahan
untuk masing-masing metode.

Catatan : Jumlah silinder untuk uji kuat tekan hasil mix design harus
memenuhi SNI Pasal 7.3.3.2 yaitu 3*3 dengan 0.06 m3 beton.

14
Tabel 5.2 : Prakiraan air campuran dan persyaratan kandungan
udara dengan variasi nilai slump dan ukuran maksimum agregat.
(maks. Nominal AK ; 9,5*, 12,5*, 19*, 25*, 37,5*)
*Jumlah air campuran untuk beton-dengan-udara berdasarkanpada
persyaratankandungan udara untuk kondisi moderat. Jumlah air
campuran ini dipakai untuk menghitung jumlah semen untuk
campuran coba-coba (trial mix) pada suhu 20 s/d 25°C. Harga
tersebut bernilai minimum untuk agregat yang berbentuk tajam.
Untuk agregat berbentuk bulat biasanya membutuhkan air 18 kg
lebih sedikit untuk beton tanpa udara dan 15 kg lebih sedikit untuk
beton-dengan-udara. Penggunaan water-reducing admixture (ASTM
C 494) akan mengurangi jumlah air campuran 5% atau lebih. Volume
dari cairan admixture diikutsertakan sebagai total volume campuran
air.

Tabel. 5.2 : Perkiraan air campuran dan persyaratan kandungan udara


dengan variasi nilai slump dan ukuran maksimum agregat.

Slump, mm Air, kg/m3 beton untuk ukuran maksimum nominal


AK :
9.5* 12.5* 19* 25* 37.5* 50⁺ 75⁺ᶳ 150⁺ᶶ
Beton tanpa tambahan udara (non-air-entrained concrete)
25 s/d 50 207 199 190 179 166 154 130 113
75 s/d 100 228 216 205 193 181 169 145 124
150 s/d 175 243 228 216 202 190 178 160 -
Perkiraan udara yang
terjebak didalam
beton tanpa tambahan
udara, persen 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0.3 0.2

15
Contoh 2 Pemilihan nilai rasio a/s
Diketahui :
Suatu proyek mensyaratkan kuat beton nominal sebesar 28 Mpa.
Catatan pengalaman kuat tekan beton yang di buat tidak ada dan
komponen yang di cor adalah elemen pelat.
Diminta :
*Menentukan factor a/s
Jawab :
1. Bila komponen yang di cor adalah elemen pelat, maka Tabel 5.1
memberikan rekomendasi nilai slump berkisar 25 – 75 mm.
Selanjutnya apabila slump ditetapkan 40 mm, maka nilai ini
tersebut termasuk dalam batas 25 – 50 mm (Lihat Tabel 5.2).
2. Tabel 5 SNI 2847, menetapkan rumus f’cr apabila data standar
deviasi tidak tersedia. Untuk f’c berkisar 21 – 35 Mpa harga f’cr =
f’c + 8,5 Mpa. Maka untuk f’c = 28 Mpa didapat :

F’cr = f’c + 8,5


= 28 + 8,5
= 36,5 Mpa
3. Dari Tabel 5.3 terlihat data sebagai berikut :

*Untuk kuat tekan beton 35 Mpa, rasio a/s = 0,47


*Untuk kuat tekan beton 40 Mpa, rasio a/s = 0,42

Karena kita menggunakan nilai kuat trkan beton 36,5 Mpa


(Terletak diantara 35 dan 40 Mpa), maka perlu dilakukan proses
interpolasi untuk mendapatkan rasio a/s – nya. Perhitungan
dilakukan sebagai berikut :

0,47 + 36,5 - 35 * (0,42 – 0,47) = 0,46


40 – 35
Didapat a/s = 0,46

16
Contoh 3 Pemilihan Nilai f’cr
Diketahui :
Suatu proyek mensyaratkan kekuatan beton nominal sebesar 20 Mpa.
Dua pemborong memiliki pengalaman masing-masing sebagai berikut :

 Pemborong A : memiliki catatan membuat beton mutu berkisar


f’cr ≈ 22 Mpa dengan data standar deviasi s = 3 Mpa.
 Pemborong B : tidak memiliki catatan hasil betonnya.
Diminta :
1. Berapa f’cr yang harus dipakai untuk mix design masing-masing
pemborong ?
2. Berapa f’cr bila beton terkena air laut.
Jawab :
1. Untuk Pemborong A : Berdasarkan SNI 2847 (Pasal 7.3.2.1),
untuk menentukan f’cr bila harga f’c dan standar deviasi (S)
diketahui dipergunakan rumus (dicari harga terbesar) sebagai
berikut :

f’cr = f’c + 1,34 S (5.1)


atau
f’cr = f’c + 2,33 S – 3,5 (5.2)
Maka didapat harga f’cr berdasarkan Pers. 5.1 = 20 + 1,34*(3) =
24,02 Mpa dan f’cr berdasar Pers. 5.2 = 20 + 2,33*(3) – 3,5 =
23,49 Mpa. Dari sini dapat dipastikan Pemborong A akan
menggunakan harga f’cr = 24,02 Mpa ≈ 24 Mpa.

Untuk Pemborong B : Karena Pemborong B tidak memiliki


catatan pengalaman, maka dipergunakan Tabel 5 SNI 2847
dimana untuk harga f’c kurang dari 21 Mpa ditetapkan nilai f’cr =
f’c + 7 . Sehingga untuk kasus ini, f’cr = 20 + 7 = 27 Mpa.

Sampai disini dapat disimpulkan Pemborong B dituntut untuk


mendesain campuran beton dengan harga f’cr yang lebih tinggi
17
yang pada hakekatnya akan menghasilkan beton yang lebih
mahal dibandingkan Pemborong A.

2. Ketika beton direncanakan untuk terkena air laut, maka


persyaratan durabilitas/keawetan beton pada Tabel 1 SNI 2847
Bab 6 harus diterapkan. Pada SNI 2847, ditetapkan persyaratan
harga f’c minimal 35 Mpa dan rasio a/s maksimum 0,4.

Untuk kasus yang ada di contoh ini, harga f’c yang semula 20
tidak bisa berlaku dan diganti dengan f’c = 35 Mpa. Maka
masing-masing pemborong akan menetapkan harga f’cr sebagai
berikut :

Pemborong A : Berdasarkan Pers. 5.1 didapat 35 + 1,34 (3) =


39,02 Mpa. Sedang berdasarkanPers. 5.2 didapat 35 + 2,33 (3) –
3,5 = 38,49. Dipakai ≈ 39 Mpa.

Pemborong B : Karena Pemborong B tidak memiliki pengalaman,


maka dipergunakan Tabel 5 SNI 2847 dimana untuk harga f’c dari
21 sampai 35 Mpa ditetapkan nilai f’cr = f’c + 8,5. Sehingga untuk
kasus ini, f’cr = 35 + 8,5 = 43,5 Mpa.

18

Anda mungkin juga menyukai