Contoh Pemilihan Proporsi Campuran Beton
Contoh Pemilihan Proporsi Campuran Beton
Diketahui :
Diskusi :
Pada dasarnya perhitungan metode massa dan metode volume
absolute hanya berbeda pada waktu menghitung kebutuhan AH
(Langkah ke-7 sampai langkah ke=9). Proses perhitungan berdasarkan
Metode massa akan dimulai pada Langkah ke-7a, 8a, dan 9a; sedangkan
1
perhitungan berdasarkan metode volume absolute dimulai pada
Langkah ke-7b, 8b, dan 9b.
Proses PCBB dilaksanakan mengikuti langkah-langkah tersebut di bab
5.3.
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Massa yang sudah diketahui dari Langkah ke-6 (Lihat Tabel 5.8) adalah:
Air (net mixing) 181 kg
PC 292 kg
Agregat Kasar (kering) 1136 kg
TOTAL 1609 kg
Jadi massa (berat) Agregat Halus, ditaksir : 2410 – 1609 = 801 kg
Didapat hasil akhir berat per m3 batch beton (Lihat Tabel 5.9) sbb :
3
Tabel 5.9 : Hasil Komponen Campuran Beton di akhir Langkah ke-7a
Komponen Campuran Beton Berat
Air (net mixing) 181 kg
PC 292 kg
Agregat Kasar (kering) 1136 kg
Agregat Halus (kering) 801 kg
4
Tabel 5.10 : Hasil Komponen Campuran Beton di akhir Langkah ke-8a
3,88/0,0204 = 190 m3
5
Dari slump yang terukur di dapat 50 mm, sedangkan target slump
dimisalkan 90 mm (untuk memenuhi slump antara 70 – 90mm) maka
diperlukan penyesuaian (Lihat Bab 5.3 Langkah ke-9) sebagai berikut :
Air harus ditingkatkan sebesar 90 – 50 *2 = 8 kg per m3 beton. Sehingga
10
total air campuran menjadi 190 + 8 = 198 kg.
198/0,62 = 319 kg
7
Tabel 5.11 : Hasil Komponen Campuran Beton di akhir Langkahke-9a
10
Langkah ke-9b : Batch percobaan laboratorium (Metode Volume
Absolut)
Prosedur yang diuraikan di Langkah ke-9b akan mengikuti apa yang
sudah dilakukan di Langkah ke-9a. Berikut akan dijelaskan prosesnya
dengan keterangan ringkasnya.
Karena hasil yang didapat 0.0201 m3, maka tidak ada udara pada
beton yang dapat dideteksi melalui ketelitian pengujian satuan berat
dan perhitungan. Dengan proporsi semua komponen yang sudah
dihitung, kecuali agregat halus, penentuan jumlah penyesuaian m3
batch dapat diselesaikan seperti berikut :
13
Tabel 5.17 menunjukkan hasil perhitungan dua metode (berdasar
massa vs berdasar volume absolut) pada saat Langkah ke-9 selesai.
Tabel 5.17
Komponen Campuran Berdasar Berdasar Volume
Beton massa*, (kg) Absolut⁺, (kg)
Air (yang dituang) 198 200
Semen 319 323
Agregat Kasar (lembab) 1114 1130
Agregat Halus (lembab) 748 726
Catatan : Jumlah silinder untuk uji kuat tekan hasil mix design harus
memenuhi SNI Pasal 7.3.3.2 yaitu 3*3 dengan 0.06 m3 beton.
14
Tabel 5.2 : Prakiraan air campuran dan persyaratan kandungan
udara dengan variasi nilai slump dan ukuran maksimum agregat.
(maks. Nominal AK ; 9,5*, 12,5*, 19*, 25*, 37,5*)
*Jumlah air campuran untuk beton-dengan-udara berdasarkanpada
persyaratankandungan udara untuk kondisi moderat. Jumlah air
campuran ini dipakai untuk menghitung jumlah semen untuk
campuran coba-coba (trial mix) pada suhu 20 s/d 25°C. Harga
tersebut bernilai minimum untuk agregat yang berbentuk tajam.
Untuk agregat berbentuk bulat biasanya membutuhkan air 18 kg
lebih sedikit untuk beton tanpa udara dan 15 kg lebih sedikit untuk
beton-dengan-udara. Penggunaan water-reducing admixture (ASTM
C 494) akan mengurangi jumlah air campuran 5% atau lebih. Volume
dari cairan admixture diikutsertakan sebagai total volume campuran
air.
15
Contoh 2 Pemilihan nilai rasio a/s
Diketahui :
Suatu proyek mensyaratkan kuat beton nominal sebesar 28 Mpa.
Catatan pengalaman kuat tekan beton yang di buat tidak ada dan
komponen yang di cor adalah elemen pelat.
Diminta :
*Menentukan factor a/s
Jawab :
1. Bila komponen yang di cor adalah elemen pelat, maka Tabel 5.1
memberikan rekomendasi nilai slump berkisar 25 – 75 mm.
Selanjutnya apabila slump ditetapkan 40 mm, maka nilai ini
tersebut termasuk dalam batas 25 – 50 mm (Lihat Tabel 5.2).
2. Tabel 5 SNI 2847, menetapkan rumus f’cr apabila data standar
deviasi tidak tersedia. Untuk f’c berkisar 21 – 35 Mpa harga f’cr =
f’c + 8,5 Mpa. Maka untuk f’c = 28 Mpa didapat :
16
Contoh 3 Pemilihan Nilai f’cr
Diketahui :
Suatu proyek mensyaratkan kekuatan beton nominal sebesar 20 Mpa.
Dua pemborong memiliki pengalaman masing-masing sebagai berikut :
Untuk kasus yang ada di contoh ini, harga f’c yang semula 20
tidak bisa berlaku dan diganti dengan f’c = 35 Mpa. Maka
masing-masing pemborong akan menetapkan harga f’cr sebagai
berikut :
18