Anda di halaman 1dari 13

KONSEP PERAWATAN DI RUMAH

Dosen pengampu:Ns. Sang Ayu Made Adyani, M.Kep, Sp. Kep. Kom

Nama kelompok :

1. Siti Febriyanti 1610711085

2. Ananda Oktavianti 1610711091

3. Irfani Rizqi Dwi Arifiani 1610711099

4. Vidya Hanan Hafizah 1610711100

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2019
A. SEJARAH HOME CARE NURSING
Sepanjang sejarah manusia, perawatan kesehatan telah disediakan di rumah oleh
anggota keluarga. Home care nursing mulai berkembang sejak tahun 1700-an dengan
pelayanan home visit pada keluarga yang kurang mampu. Boston Dispensary, merupakan
lembaga yang pertama kali memberikan pelayanan dengan konsep home care di Amerika.
Kemudian di abad ke-19, banyak wanita menjadi perawat yang dilatih dengan cara Florence
Nightingale, dan wanita kaya mulai mempekerjakan mereka sebagai perawat dan untuk
mensponsori pelayanan perawat kunjungan (Visiting Nurse). Perawat ini kemudian dikenal
dengan District Nurse (Rice, 2006).
Pada paruh kedua abad ke-20, ketika rumah sakit menjadi semakin efektif dalam
memberikan perawatan acute care, lebih banyak orang dapat bertahan hidup dengan mengatasi
penyakit kronis dan disabilitas, merujuk pasien dengan penyakit non-acute ke home care
(Buhler-Wilkerson, 2007). Asosiasi perawat yang berkunjung (Visitting Nurses Association)
kemudian berjuang dengan dukungan komunitas bersama sampai tahun 1965, sampai
dimulainya era Medicare home health benefit yang dirancang untuk memberikan kunjungan
rumah intermiten, yang dimana perawat dan terapis akan menginstruksikan klien dan keluarga
dalam perawatan diri.
Home health nursing jelas dibedakan dari shift keperawatan di rumah sakit yang lebih
lama. Periode kunjungan home health nursing cukup singkat dan dipersonalisasi untuk
memberikan perawatan sampai pasien dan keluarga dapat merawat diri sendiri. Lahirnya
Permenkes 148 tahun 2010 tentang registrasi dan praktik keperawatan telah memberikan
petunjuk yang jelas tentang kewenangan praktik perawat di rumah yang bisa dilakukan oleh
perawat. Permenkes No. 28 tahun 2011 secara ekplisit menyebutkan bahwa home care menjadi
bagian pelayanan terintegerasi dari klinik.
Dengan demikian, dari sejarahnya, home care merupakan bagian yang sangat penting
dalam pengembangan pelayanan keperawatan yang bermutu dan menjaadi salah satu pilihan
dalam pelayanan kesehatan. Dalam permenkes RI no. 75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan
masyarakat mengatakan bahwa salah satu upaya kesehatan perorangan tingkat pertama
dilaksanakan dalam bentuk pelayanan home care.

B. PRESPEKTIF HOME CARE


1. Perspektif Sosial
Sebelum tahun 1960-an perawatan di rumah di rumah dipandang sebagai pelayanan
masyarakat. Meskipun keperawatan kesehatan masyarakat berfokus pada promosi kesehatan,
home care nursing khusus berfokus pada pemulihan kesehatan dan keperawatan pasien yang
sakit. Salah satu lembaga seperti Visiting Nurse Associations (VNAs) memiliki misi yang
penting yaitu memberikan perawatan di rumah yang berkualitas kepada semua pasien tanpa
memperhatikan kemampuan pasien tanpa memperhatikan kemampuan pasien untuk membayar
jasa layanan (Rice, 2006).
Home care menjadi sebuah plihan yang cukup baik sebagai salah satu model dalam
pemberian pelayanan kesehatan yang cepat, terjangkau yang akan memberikan dampak luas
dalam peningkatan pelayanan sehingga dapat mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan.
Sebelum tahun 1960-an, home care masih digolongkan sebagai pelayanan sosial pemerintah
yang berbasis komunitas yang lebih fokus pada upaya pencegahan untuk keluarga miskin serta
rentan. Namun saat ini home care merupakan model pelayanan yang lebih banyak mengarah
ke private service yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan sebagai
dampak dari perubahan demografi dan epidemilogi. Semakin banyaknya lansia,
meningkatanya penyakit degeneratif kronis, serta semakin terbatasnya kesempatan keluarga
untuk mendampingi anggota keluarga yang sakit akibat pergeseran sosial dan budaya (seperti
tuntutan peerjaan, tuntutan jarak tinggal dan keterbtasan waktu), menyebabkan tenaga perawat
sangat dibutuhkan untuk menggatikan posisi keluarga tersebut (suardana,2013a).
2. Perspektif teknologi dalam home care
Kemajuan teknologi yang sangat pesat sangat menunjang dalam pelayanan home care
nursing. Kemajuan teknologi memudahkan seorang perawat hoe care dalam mencari artikel
dan jurnal terkait dengan pelayanan home care, sehingga meningkatkan pengetahuan dan
wawasan perawat home care dalam memberikan pelayanan (Parellangi, 2015c).
Kemajuan teknologi komunikasi dan teknologi pelayanan kesehatan memungkinkan
pelayanan home care semakin berkembang. Perkembangan teknologi komunikasi
memungkinkan pasien, keluarga dan perawat dapat melakukan aktivitas pelayanan dengan
semakin baik. Penggunaa Personal Digital Assistance sangat membantu dalam melakukan
telemonitoring, konsultan dan, dokumentasi tindakan perawat yang dilakukan (Rice, 2006).
Dampak positif dari kemajuan teknologi dalam pelayanan home care, yaitu:
a. Meningkatkan kualitas tingkat layanan pada pasien dengan penyakit kronis di rumah
Contoh: peritoneal hemodialisis.
b. Kemajuan teknologi dapat membantu dalam memberikan pelayanan pada pasien
dengan keterbatsan fisik dan finansial.
Contoh: penggunaan berbagai model bed pasien.
c. Mengurangi kerugian sosial dan ekonomi akibat pelayanan kesehatan.
Contoh: keluarga tidak perlu kehilangan pekerjaan karena harus menjaga pasien di
rumah sakit.
d. Melakukan manajemen pemenuhan berbagai kebutuhan pasien di rumah.
Contoh: seluruh kebutuhan dasar pasien bisa dipenuhi secara professional.
e. Melakuan tuntutan peningkatan kwalitas pelayanan keperawatan terhadap pelayanan
home secara personal.
Contoh: pasien bisa memilih perawatan yang berkuawalitas sesuai standar yang
dibutuhkan pasien.

C. DEFINISI
Menurut Departemen Kesehatan (2002) home care adalah pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat
tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.
Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, individu dan keluarga,
direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan, oleh pemberi pelayanan, yang diorganisir
untuk memberi pelayanani rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja
atau kontrak (Warola, 1980).
Home care nursing adalah pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas kepada
pasien di rumah yang diberikan secala intermiten atau part time (Rice, 2006).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa home care nursing adalah pelayanan asuhan keperawatan
profesionalyang komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga sesuai
kebutuhannya dengan kontrak pertemuan yang intermiten / waktu berselang di rumah.

D. MODEL/ TEORI-TEORI HOME CARE NURSING


Teori dikembangkan dari refleksi terhadap hidup dan pengalaman kerja yang diperoleh
dari riset. Model disusun dalam bentuk konsep batasan kerja, sistem, model yang
menggambarkan fenomena fenomena yang diamati yang menggambarkan satu proses
sistematis, geralisasi hipotesis, proses, dan evaluasi. Teori penting dipahami untuk :
1. Mengarahkan batasan praktik profesional.
2. Menggambarkan hubungan antara pasien dan perawat.
3. Mengarahkan cara berpikir sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh pasien dan
perawat.
4. Sebagai pemicu dalam pelaksanaan penelitian keperawatan.
5. Memberi petunjuk tentang peran yang harus dilakukan dalam pelayanan kesehatan
(Rice, 2006).
Adapun model / teori-teori yang mendukung home care nursing, yaitu sebagai berikut :
1. Florence Nightingale
Ninghtingale menjelaskan dalam teori environment-nya, bahwa penyakit
merupakan suatu proses ujian alam sebagai bentuk perusahaan yang sebelumnya akan
ditunjukkan dalam bentuk tanda-tanda penurunan, bukan penyakit semata.
Ninghtingale menjelasakan tentang pentingnya pengaruh lingkungan dan kebersihan
dalam memperbaiki kesehatan pasien dengan memperhatikan lima komponen berikut :
a. Udara yang dialami
b. Air yang sehat
c. Drainase yang baik
d. Kebersihan lingkungan
e. Cahaya yang cukup
Contoh aplikasi teori Florence Nightingale dalam pengendalian penyakit dan
menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien seperti :
a. Memilih dan mengatur ruangan perawatan di rumah.
b. Menjaga kebersihan tempat tidur.
c. Menjaga kebersihan lingkungan tempat perawatan pasien.
d. Mengatur ventilasi.
e. Mengatur pencahayaan ruangan.
f. Memonitor kelancaran drainase rumah.
g. Mengurangi resiko penularan penyakit.

2. Science of Unitary Human Beings


Kajian teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang
senantiasa berinteraksi dengan alam. Interaksi ini menghasilkan pola energi.
Berdasarkan teori Rogers, sakit timbul akibat ketidakseimbangan energi penanganan
dengan metode terapi modalitas/komplementer. Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang
asal usul manusia dan alam semesta, seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi,
perkembangan sejarah, dan mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan
manusia yang utuh.
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian unik, antara satu dan
lainnya berbeda di beberapa bagian. Selain itu, masing-masing mempunyai perbedaan
sifat-sifat khusus yang signifikan. Jika dilihat dari ilmu pengetahuan suatu sub sistem,
maka memperhatikan sifat-sifat dalam sistem kehidupan manusia merupakan hal yang
tidak efektif. Asumsinya adalah, individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi
dan material satu sama lain. Beberapa individu mendefinisikan lingkungan sebagai
faktor eksternal, sedangkan bagi individu lain merupakan satu kesatuan yang utuh dari
semua hal.
Contoh aplikasi teori Science of Unitary Human Beings dalam pelayanan home
care nursing, yaitu :
a. Terapi komplementer alternatif berbasis biologis ( herbal dan suplemen).
b. Terapi komplementer alternatif berbasis energi (prana, reiki, qi-gong,
inared).
c. Terapi komplementer alternatif berbasis body manipulasi (massage, shiatsu,
refleksi, akupresur, bekam, akupunture).
d. Sistem terapi seperti ayur wedha atau obat tradisional Cina.

3. Trancultural Nursing
Teori ini menekankan betapa pentingnya pemahaman budaya pasien dan
keluarga ketika melakukan pelayanan keperawatan. Terkadang perawat dihadapkan
pada dilema antara tetap fokus menggunakan pendekatan konvensional dan
mengabaikan atau menolak konsep budaya pasien tentang penyakit. Perawat sering
memaksakan konsep konvensional dan mengabaikan paradigma budaya pasien.
Dengan teori ini, perawat diharapkan senantiasa mampu berpikir luas dalam mengatasi
permasalahan kesehatan pasien, baik dengan pendekatan konvensional maupun
modern.
Leininger beranggapan pentingnya memperhatikan keanekaragaman budaya
dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan. Dalam menangani pasien jangan
pernah melakukan dikotomi antara metode konvensional dan tradisional, tetapi
hendaknya menggunakan secara bijaksana karena pasien adalah manusia yang unik
sehingga penanganan harus dilakukan secara holistik guna mencegah terjadinya
cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien ketika perawat tidak mampu beradaptasi
dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan dapat menyebabkan disorientasi.
Aplikasi teori tradisional nursing dalam pelayanan home care nursing pada
pasien harus memperhatikan aspek budaya yang diyakini pasien, seperti :
a. Filosofi dan keyakinan pasien
b. Pandangan hidup pasien
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
e. Kekerabatan
f. Teknologi
g. Regulasi

4. Self-Care Deficit Theory of Nursing


Self-Care Deficit Theory of Nursing yang dikembangkan oleh Oren terdiri dari
tiga teori umum yang saling berkaitan, yaitu :
a. The Theory of Self-Care
Perawatan diri (self-care) adalah pelaksanaan aktivitas individu yang berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan
kesejahteraan. Jika perawatan diri dapat dilakukan dengan efektif, maka akan dapat
membantu individu dalam mengembangkan potensi dirinya.
Kemampuan perawatan diri (self-care agency) adalah kemampuan individu
untuk terlibat dalam proses perawatan diri. Kemampuan ini berkaitan dengan faktor
pengkondisian perawatan diri. Faktor yang memengaruhi perawatan diri (basic
conditioning factor) adalah faktor usia, jenis kelamin, status kesehatan, orientasi
sosial budaya, sistem perawatan kesehatan, kebiasaan keluarga, pola hidup, faktor
lingkungan dan keadaan ekonomi. Terapi kebutuhan perawatan diri (therapeutic
self-care demand), yaitu tindakan yang dilakukan sebagai bantuan untuk memenuhi
syarat perawatan diri.
b. The Theory of Self-Care Deficit
Teori ini merupakan inti dari teori keperawatan Orem. Teori ini
menggambarkan kapan keperawatan dibutuhkan. Keperawatan diperlukan ketika
individu tidak mampu atau mengalami keterbatasan dalam memnuhi syarat
perawatan diri yang efektif. Keperawatan diberikan jika tingkat kemampuan
perawatan diri lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan perawatan diri atau
kemampuan perawatan diri seimbang dengan kebutuhan namun hubungan defisit
dapat terjadi selanjutnya akibat penurunan kemampuan, peningkatan kualitas dan
kuantitas kebutuhan atau keduanya.
Teori self-care deficit diterapkan bila anak belum dewasa, kebutuhan melebihi
kemampuan perawatan, kemampuan sebanding dengan kebutuhan tetapi diprediksi
untuk masa yang akan datang, kemungkinan terjadi penurunan kemampuan dan
peningkatan kebutuhan.
Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses
penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya
bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi
support baik secara fisik atau psikologis, meningkatkan pengembangan lingkungan
untuk pengembangan pribadi, serta mengajarkan atau memberi pendidikan pada
orang lain.
Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan memiliki berbagai
keterbatasan-keterbatasan dalam mencapai taraf kesehatannya. Perawatan
diberikan didasarkan kepada tingkat ketergantungan, yaitu ketergantungan total
atau parsial. Defisit perawatan diri menjelaskan hubungan antara kemampuan
seseorang dalam bertindak / beraktivitas dengan tuntunan kebutuhan tentang
perawatan diri. Sehingga bila tuntunan lebih besar dari kemampuan, maka ia akan
mengalami penurunan / defisit perawatan diri.
c. The Theory of Nursing System
Nursing System adalah bagian dari pertimbangan praktik keperawatan yang
dilakukan oleh perawat berdasarkan koordinasi untuk mencapai kebutuhan
perawatan diri (self-care demand) pasiennya dan untuk melindungi dan mengontrol
latihan/pengembangan dari kemampuan perawatan diri pasien (self-care agency).
Orem mengidentifikasi tiga klasifikasi dari sistem keperawatan berdasarkan
kemampuan pasien dalam mencapai syarat pemenuhan perawatan diri.
1) Wholly Compensatory System
Sistem penyeimbangan keperawatan menyeluruh merupakan suatu tindakan
keperawatan dengan memberikan kompensasi penuh kepada pasien disebabkan
karena ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan keperawatan secara
mandiri. Sistim penyeimbangan keperawatan menyeluruh dibutuhkan ketika
perawat harus menjadi peringan bagi ketidakmampuan total seorang pasien yang
membutuhkan tindakan penyembuhan dan manipulasi. Perawat mengambil alih
pemenuhan kebutuhan self care secara menyeluruh kepada pasien yang tidak
mampu, misal : pada pasien koma atau pasien bayi.
2) Partly Compensatory System
Sistem penyeimbangan sebagian yaitu sistem keperawatan dalam memberikan
perawatan diri kepada pasien secara sebagian saja dan ditujukan pada pasien yang
memerlukan bantuan secara minimal. Perawat mengambil alih beberapa aktivitas
yang tidak dapat dilakukan oleh pasien dalam memenuhi kebutuham self care-nya,
di mana hal tersebut dijalankan pada saat perawat, dan pasien menjalankan
intervensi perawatan atau tindakan lain yang melibatkan tugas manipulatif atau
penyembuhan. Misalnya pasien usia lanjut atau pasien stroke dengan kelumpuhan.
3) Supportive-Educative System
Sistem yang mendukung/ mendidik yaitu tindakan keperawatan yang bertujuan
untuk memberikan dukungan dan pendidikan agar pasien mampu melakukan
perawatan mandiri. Perawat memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan
untuk memotivasi melakukan self care, tetapi yang melakukan self care adalah
pasien sendiri. Misalnya dengan mengajarkan pasien merawat lukanya,
mengajarkan bagaimana menyuntik insulin. Hal ini diperlukan pada situasi dimana
pasien harus belajar untuk menjalankan ketentuan yang dibutuhkan secara eksternal
atau internal yang ditujukan oleh therapeutic self care, namun tidak dapat
melakukan tanpa bantuan. Metode bantuan tersebut diantaranya tindakan, panduan,
pelajaran, dukungan, dan memberikan lingkungan yang membangun (Tomey dan
Alligood, 2006).
Contoh aplikasi teori Self care Deficit dalam pelayanan home care nursing yaitu
perawat home care membantu pemenuhan kebutuhan dasar pasien berdasarkan :
a. Wholly Compensatory. Pasien dengan ketergantungan penuh dan harus dirawat
secara penuh oleh perawat home care.
b. Partly Compensatory. Pasien dengan ketergantungan sebagian hanya
memerlukan penanganan secara parsial, apakah hanya 16 jam, 8 jam atau hanya
untuk tindakan keperawatan tertentu.
c. Supportive-education. Perawat membantu sebagai konsultan atau membantu
pasien dalam mengambil keputusan.
Perawat home care mengajarkan kepada keluarga terkait pemenuhan kebutuhan
dasar manusia sehingga terjadi alih peran guna meningkatkan kemandirian keluarga
dalam melakukan pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Parellangi, 2015).

5. Health Expanding Consciusness


Menurut Margaret Newman, tugas seorang perawat dalam melakukan home
care bukan saja membantu mengatasi masalah yang muncul sebagai respons dari
penyakit yang dialami, perawat juga diharapkan membantu mencari penyebab
terjadinya masalah dan membantu pasien dan keluarga mencari jalan keluar.
Newman beranggapan bahwa kondisi sakit timbul akibat ketidakpahaman
terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan penyakit. Ketidakpahaman mengakibatkan
kegagalan dalam mengambil keputusan sehingga memengaruhi perilaku pasien.
Perilaku yang tidak mendukung kesehatan akan mengakibatkan pasien menjadi sakit.

6. Human Caring
Perawat merupakan profesi yang dalam melakukan pelayanan senantiasa
mengedepankan kepedulian, moralitas, dan kasih sayang. Selain itu, intelektualitas juga
bagian yang harus dikedepankan. Perawat dalam memberikan pelayanan hendaknya
mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dengan selalu memberikan perlindungan,
membantu penyembuhan dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dalam
membantu pasien menghadapi penyakitnya. Perawat membantu pasien dalam mencari
makna sakit, nyeri dan menuntun pasien dalam meningkatkan pengetahuan, mengontrol
diri, serta melakukan penyembuhan terhadap diri sendiri.
Konsep dari Watson ini menekankan bahwa penyakit terjadi akibat disharmoni
antara fisik dan pikiran serta jiwa. Untuk itu ditekankan bahwa penanganan pasien
secara holistik menjadi hal yang sangat penting dalam home care (Suardana, 2013).

E. TUJUAN HOME CARE NURSING


Tujuan dari pelayanan home care nursing adalah untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memksimalkan tingkat kemandirian, serta meminimalkan dampak dari
penyakit untuk mencapai kemampuan individu secara optimal dalam jangka waktu yang lama
secara komperhensif dan berkesinambungan (Triwibowo, 2012)
Menurut Parellangi (2015b), tujuan dari pelayanan home care nursing yaitu:
1) Umum
Meningkatnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif dan
berkesinambungan.
2) Khusus
a) Meningkatkan, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan.
b) Mengoptimalkan tingkat kemandirian klien dan keluarganya.
c) Meminimalkan akibat yang ditimbulkan dari masalah kesehatan yang dialami klien.

F. MANFAAT HOME CARE NURSING


Manfaat home care nursing bagi pasien, yaitu:
1. Pelayanan akan lebih sempurna, holistik dan komprehensif.
2. Pelayanan lebih professional.
3. Pelayanan keperawatan mandiri bisa diaplikasikan dengan di bawah naungan legal
dan etik keperawatan.
4. Kebutuhan pasien akan dapat terpenuhi sehingga pasien akan lebih nyaman dan
puas dengan asuhan keperawatan yang professional (Triwibowo, 2012)

G. PERAN PERAWAT DALAM PELAYANAN HOME CARE NURSING


a. Edukator pasien
Perawat dalam melakukan kunjungan ke pasien biasanya dilakukan secara paruh waktu
atau dalam kurun waktu tertentu, sehingga waktu kontak langsung dengan
pasien terbatas. Untuk itu peran perawat sebagai edukator sangat penting untuk
mendidik caregiver keluarga atau pasien agar mereka mampu pelakukan penanganan
terhadap masalah yang dihadapi. Perawat wajib memberikan informasi yang cukup
terkait manajemen kasus yang ditangani dan membimbing mereka memilih tindakan
yang tepat.
b. Advokat pasien
Sebagai bagian dari perilaku caring terhadap pasien, perawat merupakan advocate,
yang tidak saja memastikan bahwa tindakan telah dilakukan dengan benar, tetapi juga
memastikan bahwa tindakan tersebut dilakukan dengan memperhatikan nilal-nilai
kemanusian dan menjaga hak- hak pasien. Advokasi merupakan refleksi dari
perilaku standar profesional etika praktik.
c. Manajer kasus (case manager)
Sebagai manajer kasus, perawat berperan melakukan pengkajian,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi tindakan yang diberikan kepada pasien.
Selain itu sebagai manajer juga melatih evaluasi melalui kajian analisis cost-effective,
kualitas pelayanan dari semua disiplin yang menjadi team home care
d. Spiritual-Aesthetic communer
Perawat home care akan tmengahadapi pasien yang memiliki berbagai latar belakang
kondisi dan prognosis penyakit. Kasus yang ditangani dalam home care
berupa penyakit kronis dan terminal. Untuk itu perawat wajib membantu melakukan
realisasi dan memberikan dorongan semangat, harapan, dan spiritual agar pasien siap
menghadapi terjadinya perubahan. Spiritual-aesthetic communer merupakan satu
bentuk penghargaan terhadap proses pengembangan pola pikir, bahwa perawat
perlu memberikan apresiasi terhadap upaya penyembuhan lain yang dilakukan oleh
pasien sesuai budaya dan keyakinan pasien. Model ini sebagai bentuk pemahaman
terkait penghargaan diri dari pasien terhadap hidup dan kehidupan serta pemahaman
spiritual pasien tentang proses yang dialami. Model ini dilakukan ketika kata-kata
sudah tidak mampu lagi untuk mengungkapkan perasaan antara pasien dan perawat
(Suardana, 2013b)

H. KETERAMPILAN DASAR YANG HARUS DIMILIKI DALAM PELAYANAN


HOME CARE NURSING

Keterampilan yang harus dimiliki oleh perawat home care dalam memberikan
pelayanan home care nursing, yaitu:
1. Ketampilan pengkajian dan evaluasi

Saat di rumah pasien, perawat bekerja sendiri. Untuk itu, penguasaan terhadap
kenampuan pengkajian menjadi sangat penting Perawat harus mampu melakukan
kajian yang holistik dan mendalam tentang pasin, keluarga, dan lingkungan rumah
pasien, termasuk support sistem yang ada disekitar lingkungan pasien. Kemampuan
untuk menilai perkembangan pasien baik jangka pendek, menengah maupun
panjang sangat penting karena dengan kemampuan tersebut, perawat akan tahu jika
terjadi perkembangan/ perubahan yang tidak sesuai.
Kemampuan mengkaji dan mengevaluasi menjadi dasar dalam melakukan
perubahan terhadap rencana tindakan yang akan dilakukan, baik menyangkut jenis
tindakan, frekuensi, tindakan maupun kebutuhan terhahap konsultasi dan referai
yang tepat (Suardana, 2013b).
2. Keterampilan komunikasi yang efektif

Jika pasisi dokter dan agency, maka perawat merupakan orang terdepan yang
berhadapan dengan pasien dan keluarganya, yang sekaligus menjadi chanel dan
media komunikasi antara profesi kesehatan dengan pasien. Perawat mampu
melakukan komunikasi dengan multidisiplin saat dilakukan confrence dengan
multidisiplin. yang baik akan mampu menjaga hubungan antara perawat dengan
pasien dan perawat dengan multidisiplin lainnya, yang memiliki berbagai macam
latar belakang Intinya, komunikasi merupakan dasar dari estetika home care.
3. Pengambilan keputusan

Merawat pasien di rumah pasien yang jauh membutuhkn tanggawab khusus


yang cukup berat. Perawat harus tahu kapan waktunya menghubungi dokter atau
mengirim pasien ke rumah sakit. Untuk itu seorang perawat home cara harus
mampu mengambil keputusan. Perawat harus tahu kapan situasi mengancam atau
tidak mengancam pasien.
4. Kemampuan dokumentasi
Perawat home care harus memlik kemampuan pencatatan yang baik terkai
tindakan yang dilakukarn maupun kondisi pasien. Catatan dapat dijadikan pedoman
untuk perencanaan tindakan, mengetahui perkembangan pasien dan sebagai data
untuk mendapatkan klaim pembayaran asuransi, serta akreditasi penyelenggaran
home care
5. Kemampaun berpikir feksibel, kritis dan kreatif

Bekerja di rumah pasien dengan kondisi yang berubah-ubah merupakan


pengalaman menarik dari home care. Perawat mungkin saja menemukan situasi
berbeda yang tidak sesuai dengan kondisi ideal dari perawatan. Bekerja pada
lingkungan yang tidak terkontrol peralatan terbatas tenaga terbatas memerlukan
fleksibilitas dalam melakukan tindakan, kritis dalam berpikir dan kreatif dalam
membuat teknik-teknik khusus sesuai dengan kondisi yang ada.
6. Mengatur diri

Perawat home care harus mampu mengatur dirinya sendiri, mampu mengenal
keluarga dan pasien dengan lebih baik. Mampu mengatur kapan seharusnya
melakukan pengkajian, melakukan tindakan, mengatur kunjungan dan melakukan
koordinasi dengan disiplin lain. Secara umum, sebagian besar tindakan diatur oleh
perawat, karena perawat adalah manajer dari home care.
7. Penanganan kegawat daruratan

Situasi kegawat daruratan bisa terjadi kapan saja pada pasien, baik dalam bentuk
kedaruratan napas, kardiovaskuler, neuro, mapun psikiatri. oleh karena iu, seorang
perawat home care harus memiliki kemampuan pemberian bantuan hidup dasar
(Suardana, 2013).

I. STANDAR PRAKTIK HOME CARE NURSING

Standar praktik merupakan salah satu perangiat yang dipcrlukan oleh setiap
tenaga profesional. Standar praktik keperawatan mengidentifkasi harapan minimal bagi
para perawat profesional dalam memberikan asuhan keperawatan yang aman efektif
dan etis (Sumijatun, Suliswati, Payapo, Maruhawa, & Sumartini, 2006).
Standar praktik pelayanan kesehatan rumah yang dikembangkan oleh American
Nurse Association (1986) dalam Sumiatun (2006), meperlihatkan hubungan proses
keperwatan dengan standar praktik seperti terlihat pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1.Hubungan antara proses keperawatan dan standar praktik ANA. (Diadabtasi dari
American Nurse Association Standard Of Heulth Nursing Pructice, 1986).

Proses
Standar Deskripsi
Keperawatan
Pengkajian Organisasi Seluruh pelayanan ksehatan rumah
direncanakan, diorganisasi langsung oleh
perawat professional yang mempunyai
pengalaman di kesehatan komunitas dan
kepengurusan organisasi pelayanan kesehatan
rumah.
Teori Perawat menerapkan konsep teori sebagai
dasar pengambilan keputusan.
Pengumpulan Secara berkelanjutan, perawat mengumpulkan
data dan merekam data secara menyeluruh, akurat,
dan sistematis.
Diagnosis Perawat menggunakan data pengkajian
kesehatan untuk menentukan diagnosis
keperawatan.
Perencanaan Perencanaan Perawat mengembangkan rencana keperawatan
menetapkan tujuan, rencana keperawatan
dibuat berdasarkan diagnosis keperawatan dan
meliputi pengobatan yang diperoleh klien,
pencegahan dan tindakan keperawatan
rehabilitasi.
Implementasi Intervensi Perawat dipandu oleh rencana keperawatan
untuk memberikan kenyamanan, pemulihan,
perbaikan, pendidikan kesehatan, mencegah
komplikasi, kecacatan akibat efek penyakit dan
rehabilitasi.
Evaluasi Evaluasi Secara berkelanjutan perawat mengevaluasi
respon klien dan keluarga untuk menentukan
kemajuan pencapaian tujuan dan memperbaiki
data dasar, diagnosis dan rencana keperawatan.
Keperawatan Perawat bertanggung jawab terhadap
berkelanjutan kenyamanan klien dan tidak adanya gangguan
dalam keperawatan berkelanjutan oleh karena
itu gunakan discharge. Rencana pulang,
penataan kasus dan koordinasi dengan sumber
daya di masyarakat.
Kerja sama Perawat memulai kerja sama dan memelihara
antar disipilin hubungan dengan semua pelaksana pelayanan
kesehatan sehingga mereka (tim) secara
bersama-sama berusaha untuk menentukan
tujuan yang efektif.
Pengembangan Perawat diasumsikan bertanggung jawab untuk
professional pengembangan professional dan berkonstribusi
pada pengembangan professional.
Riset Perawat berpartisipasi dalam kegiatan
penelitian yang memberikan konstribusi
terhadap pengembangan professional.
Etika Perawat menggunakan kode etik yang dibentuk
oleh ANA sebagai petunjuk untuk
pengembalian keputusan etika dalam praktik.
I. JENIS PELAYANAN HOME CARE
Menurut Rice (2006), jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan kesehatan
dirumah meliputi kasus-kasus yang umum pascaperawatan dirumah sakit dan kasus-kasus
khusus yang dijumpai dikomunitas.
Kasus umum yang merupakan pascaperawatan dirumah sakit adalah, klien dengan
penyakit gagal jantung, klien dengan gangguan oksigenasi, klien dengan perlukaan kroni,
klien dengan diabetes, klien dengan gangguan fungsi perkemihan, klien dengan kondisi
pemulihan kesehatan atau rehabilitasi, klien dengan terapi cairan infus dirumah, kline
dengan gangguan fungsi persyarafan, serta klien dengan HIV/AIDS. Sedangkan kasus
dengan kondisi khususmeliputi klien dengn post partum, klien dengan gangguan mental,
klien dengan kondisi usia lanjut, klien dengan kondisi terminal dank lien dengan penyakit
obtruktif paru kronis.

Anda mungkin juga menyukai