Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KIMIA ANALISA DASAR

“IDENTIFIKASI CAIRAN INFUS”

OLEH :

WINDA SARI (1601129)

KELAS : SI-II B

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS

2017
1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu. Berikut
ini kami membuat makalah dengan judul “Analisa Sediaan Cairan Infus” yang dipersembahkan
sebagai salah satu penilaian pada mata kuliah Kimia Analisa Dasar.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima
kasih kepada bapak Haiyul Fadhli M. Si,Apt selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun orang lain. Sehingga dapat menambah
wawasan bagi para pembaca yang membaca makalah ini.

Pekanbaru, April 2017

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….….....3

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….…....4

1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………………....4

1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………………….…...4

BAB II ISI…………………………………………………………………………………..5

2.1 PENGERTIAN INFUS………………………………………………………………....5

2.2 TUJUAN PEMBERIAN INFUS…………………………………………………….....5

2.3 MACAM-MACAM SEDIAAN INFUS……………………………………………..…6

2.4 KOMPOSISI,INDIKASI CAIRAN INFUS…………………………………………….7

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………………..12

3.1 MENGIDENTIFIKASI CAIRAN INFUS……………………………………...………12

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………14

4.1 KESIMPULAN………………………………………………………………….………14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….…….15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Infus adalah tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien
untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan
pemberian makanan.
Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan,
elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena. Tindakan ini
sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan
syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan
dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa. Tindakan ini merupakan
metode efektif dan efisien dalam memberikan suplai cairan ke dalam kompartemen
intravaskuler.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut
1. Pengertian terapi cairan/infus
2. Tujuan pemberian terapi cairan/infus
3. Mengetahui macam-macam cairan infus
4. Mengetahui komposisi cairan infus, indikasi, dan kapan penggunaan

4
BAB II
ISI

2.1 PENGERTIAN CAIRAN INFUS


Terapi Intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung ke vena
pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrient
(biasanya glukosa), vitamin atau obat.
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke
dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Memasang Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh
darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dengan menggunakan infus set.
Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat
menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang dirperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme dan
memberikan medikasi.

2.2 TUJUAN PEMBERIAN TERAPI CAIRAN/INFUS


Tujuan Pemberian Terapi Intravena (Infus)
a. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral
b. Memperbaiki keseimbangan asam-basa
c. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
d. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
e. Memonitor tekanan vena sentral (CVP)
f. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan

5
2.3 MACAM-MACAM CAIRAN INFUS
Saat ini jenis cairan untuk terapi parenteral sudah tersedia banyak sekali dipasaran.
Kondisi orang sakit membutuhkan cairan yang berbeda sesuai dengan penyakitnya. Cairan
sebagai terapi seharusnyalah tepat sehingga dicapai efek yang optimal. Pemberian cairan yang
salah bisa memperberat penyakit pasien. Rancangan cairan disesuaikan dengan kondisi patologis.
Pembagian jenis cairan yang sering digunakan dalam pemberian terapi intravena berdasarkan
kelompoknya adalah sebagai berikut:

 Cairan Kristaloid
Cairan dengan berat molekul rendah ( < 8000 Dalton ) dengan atau tanpa glukosa, mempunyai
tekanan onkotik rendah, sehingga cepat terdistribusi ke seluruh ruang ekstraseluler, dan
mengandung elektrolit: Ringer lactate, Ringer’s solution, NaCl 0,9%, Tidak mengandung
elektrolit: Dekstrosa 5%. Cairan ini rata-rata memiliki tingkat osmolaritas yang lebih rendah
dengan osmolaritas plasma. Contoh cairan tersebut adalah
1. Normal Saline
2. Ringer Laktat (RL)
3. Dekstrosa

 Cairan Koloid
Cairan dengan berat molekul tinggi ( > 8000 Dalton ), merupakan larutan yang terdiri dari
molekul-molekul besar yang sulit menembus membran kapiler, digunakan untuk mengganti
cairan intravaskuler. Umumnya pemberian lebih kecil, onsetnya lambat, durasinya lebih
panjang, efek samping lebih banyak, dan lebih mahal.
Contohnya adalah
1. Albumin
2. HES (Hydroxyetyl Starches)
3. Dextran
4. Gelatin

6
 Cairan Khusus
Cairan ini dipergunakan untuk indikasi khusus atau koreksi. Adapun macam-macamnya
adalah sebagai berikut :
1. MANNITOL
2. ASERING
3. KA-EN 1B
4. KA-EN 3A & KA-EN 3B
5. KA-EN MG3
6. KA-EN 4A
7. KA-EN 4B
8. Otsu-NS
9. MARTOS-10
10. AMINOVEL-600
11. PAN-AMIN G
12. TUTOFUSIN OPS

2.4 KOMPOSISI CAIRAN INFUS, INDIKASI, DAN KAPAN PENGGUNAAN

 Cairan Kristaloid
1. Normal Saline
Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
Indikasi :
a. Resusitasi
b. Diare
c. Luka Bakar
d. Gagal Ginjal Akut
Kontraindikasi : hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan
ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru.

7
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru),
penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.

2. Ringer Laktat (RL)


Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30
mEq/l.
Kemasan : 500, 1000 ml.
Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok
hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan
asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.
Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-paru.
Peringatan dan Perhatian : ”Not for use in the treatment of lactic acidosis”. Hati-hati pemberian
pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal function & pre-eklamsia.

3. Dekstrosa
Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Kemasan : 100, 250, 500 ml.
Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama
dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin
kurang dari 25 mg/100ml).
Kontraindikasi : Hiperglikemia.
Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi pada
pembuluh darah dan tromboflebitis.

 Cairan Koloid
1. Albumin
Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang
dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).

8
Indikasi :
a. Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia, hipoalbuminemia, atau
hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass, hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut,
pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar.
b. Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran, operasi
besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi renal berlebih.
c. Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis. Sirosis
memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan media pertumbuhan yang baik
bagi bakteri.
Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat.
Produk : Plasbumin 20, Plasbumin 25.

2. HES (Hydroxyetyl Starches)


Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.
Indikasi : Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah
operasi, hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg). Sepsis,
karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF). Penggunaan HES pada sepsis masih
terdapat perdebatan.

3. Dextran
Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc
mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.
Indikasi :
a. Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard, iskemia cerebral,
dan penyakit vaskuler perifer.
b. Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas darah, dan
menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa dextran-40 mempunyai
efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan gelatin dan HES.

9
Kontraidikasi : pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia,
hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau anuria
yang parah.

4. Gelatin
Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.
Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek antikoagulan,
Pada sebuah penelitian invitro dengan tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin memiliki
efek antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan HES.
Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium, sehingga harus dihindari pada
keadaan hiperkalsemia.

 Cairan Khusus
1. MANNITOL
D-Manitol. C6H14O6
Indikasi :
Menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema serebral, meningkatkan diuresis pada
pencegahan dan/atau pengobatan oliguria yang disebabkan gagal ginjal, menurunkan tekanan
intraokular, meningkatkan ekskresi uriner senyawa toksik, sebagai larutan irigasi genitouriner
pada operasi prostat atau operasi transuretral.

2. ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah
dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
 Na 130 mEq
 K 4 mEq
 Cl 109 mEq
 Ca 3 mEq

10
 Asetat (garam) 28 mEq

3. KA-EN 1B
Indikasi:
a. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi
(dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
b. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500
ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
c. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
Komposisi :
Tiap 1000 ml isi mengandung
 sodium klorida 2,25 g
 anhidrosa dekstros 37,5 g.
 Elektrolit (meq/L) :
a. Na+ 38,5
b. Cl- 38,5
c. Glukosa 37,5 g/L.
d. kcal/L : 150

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. CARA MENGIDENTIFIKASI CAIRAN INFUS SECARA KUALITATIF


Untuk menganalisa sediaan infus dengan analisa kualitatif yang perlu kita ketahui yaitu
bentuk, warna, bau, gas, titik leleh, titik didih atau bahkan adanya endapan atau tidaknya. Dalam
mengidentifikasi beberapa sediaan infus langkah awal yang kita ambil adalah sebagai berikut :
1. Amati sampel yang akan kita analisa (pemeriksaan secara organoleptis)
2. Lakukan persiapan untuk menganalisa (bahan, alat, atau fasilitas yang mendukung)
3. Mengambil sedikit cairan atau sediaan yang dianalisa yang sering kita sebut dengan
sampel
4. Kita dapat menggunakan identifikasi kation atau anion
5. Menarik kesimpulan yang didapat setelah melakukan analisa

Misalnya sebagai contoh :


1. Normal Saline
Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
Bentuk sediaan dari infus Normal saline ini berupa larutan tidak berwarna, steril dan
bebas pirogen. Dapat diihat dari komposisinya yaitu Na dan Cl, ini bias dilakukan
identifikasi kation dan anion secara kualitatif. Na termasuk kation golongan V
sedangkan pada Cl termasuk anion golongan Halida. Untuk membuktikan kedua ion
tersebut, pada Na dapat diidentifikasi khusus, karna golongan V ini tidak bereaksi
dengan reagen sebelumnya. Sedangkan untuk anion golongan Halida dapat
ditambhankan reagen perak nitrat dan asam nitrat. Jika ia membentuk endapan putih
maka ia termasuk anion golongan Halida tersebut.

2. Ringer Laktat (RL)


Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110
Bentuk sediaan dari infuse ini tidak berwarna, steril dan bebas pirogen. Dapat dilihat
dari komposisi RL ini yaitu Na, K, Ca, Cl. Masing-masing bisa diidentifikasi
menggunakan identifikasi kation dan anion. Seperti halnya dengan norma saline

12
diatas, ion Na dan K yang terdapat disediaan ini dapat digolongkan menjadi kation
golongan V jika direaksikan secara khusus. Untuk Ca dapat diidentifikasi dengan
menggunakan identifikasi kation dengan cara menambahkan reagen ammonium
karbonat dan akan langsung membentuk endapan putih, dan itu menunjukkan ia ion
kation golongan IV. Sedangkan untuk Cl dapat digolongkan kedalam anion golongan
halide dengan cara menambahkan reagen asam nitrat dan perak nitrat, dan akan
terbentuk endapan putih.

3. Asringe
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
 Na 130 mEq
 K 4 mEq
 Cl 109 mEq
 Ca 3 mEq
 Asetat (garam) 28 mEq
Untuk ion disediaan infuse asering ini (Na, K, Cl, dan Ca) masih sama identifikasinya
dengan identifikasi kation dan anion seperti halnya contoh sediaan lain diatas.
Sedangkan untuk asetat dapat kita lakukan menggunakan analisa anion. Pada analisa
anion, asetat termasuk dalam golongan nitrat. Untuk membuktikannya tidaklah susah,
sama seperti halnya pada kation golongan V, dianion golongan nitrat ini, jika ion
tersebut tidak bereaksi dengan uji anion golongan lainnya, maka bias dinyatakan ia
golongan nitrat.

13
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Infus adalah sediaan steril, bebas pirogen, yang merupakan kandungan cairan elektrolit
dengan jalan memasukan melalui IV sebagai tindakan member makanan atau cairan nutrisi
kepada pasien dengan alat yang disebut infuse set.

Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan,
elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena. Tindakan ini
sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan
syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan
dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa. Tindakan ini merupakan
metode efektif dan efisien dalam memberikan suplai cairan ke dalam kompartemen
intravaskuler.

Teknik menganalisa sediaan infus secara kualitatif ada beberapa cara yaitu :

1. Amati sampel yang akan kita analisa (pemeriksaan secara organoleptis)


2. Lakukan persiapan untuk menganalisa (bahan, alat, atau fasilitas yang mendukung)
3. Mengambil sedikit cairan atau sediaan yang dianalisa yang sering kita sebut dengan
sampel
4. Kita dapat menggunakan identifikasi kation atau anion
5. Menarik kesimpulan yang didapat setelah melakukan analisa

14
DAFTAR PUSTAKA

Cokrosarjiwanto. 1997. Kimia Analitik Kualitatif I. Yogyakarta : UNY Press.

Keenan, dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Masterlon, W.L. 1990. Analisa Kualitatif. http ://www.Chemistry.co.id.Pdf.

Didownload pada tanggal 15 November 2010, pukul 09.30 WITA.

Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Jakarta: PT.
Kalman Pusaka.

15

Anda mungkin juga menyukai