DENGAN ULKUS
Disusun Oleh :
Nama : Ananda Ayu Damayanti
NIM : P1337420617021
4. Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2009), patofisiologi dari diabetes mellitus adalah:
1. Diabetes tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial
(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih
dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit
yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu
metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien
dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.Proses ini
akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tandatanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual, muntah,
hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
2. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin,
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan
dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria. polidipsia, luka yang lama sembuh,
infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi).
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada
pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan
kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular)
disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut
mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar
disbanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses
pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap
saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan
mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar.
Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang
mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya
terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit
menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal
manghalangi resolusi.
Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase
yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai
konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi
menyebar ke jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).
6. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut
dan kronik :
1) Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek
dari glukosa darah.
a. Hipoglikemia.
b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
c. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
2) Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner,
vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati)
dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Ulkus/gangren
Organ/jaringan
Yg terjadi Komplikasi
yg terkena
7. Pemeriksaan Diagnostik
pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu:
1) Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130 mg/dl
mengindikasikan diabetes.
2) Hemoglobin glikosilat
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama 140
hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
3) Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula,
dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua jam
setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4) Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum,
sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah
pada mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau
kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah.
5) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ )
6) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
7) Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol,
HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet
cellantibody)
8. Penatalaksanaan
1) Medis
a. Obat
a) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
Mekanisme kerja sulfanilurea
- kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
- kerja OAD tingkat reseptor
Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
(1) Menghambat absorpsi karbohidrat
(2) Menghambat glukoneogenesis di hati
(3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(4) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
(5) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
b) Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
(1) Pemicu sekresi insulin.
(2) Penambah sensitivitas terhadap insulin.
(3) Penghambat glukoneogenesis.
(4) Penghambat glukosidase alfa.
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
Insulin diperlukan pada keadaan :
a) Penurunan berat badan yang cepat.
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
c) Ketoasidosis diabetik.
d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
2) Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain
dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus
dengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan
kalium permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat
ortopedi yang secaramekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang
luka amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM. Tujuan utama
penatalaksanaan terapi pada Diabetes Melitus adalah menormalkan aktifitas insulin
dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk
menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam
penatalaksanaan Ulkus Diabetik:
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua
unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa
darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
Prinsip diet DM, adalah:
(1) Jumlah sesuai kebutuhan
(2) Jadwal diet ketat
(3) Jenis: boleh dimakan/tidak
Diet DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalorinya.
(1) Diet DM I : 1100 kalori
(2) Diet DM II : 1300 kalori
(3) Diet DM III : 1500 kalori
(4) Diet DM IV : 1700 kalori
(5) Diet DM V : 1900 kalori
(6) Diet DM VI : 2100 kalori
(7) Diet DM VII : 2300 kalori
(8) Diet DM VIII : 2500 kalori
Diet I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diet IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diet VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau
diabetes komplikasi.
Penentuan jumlah kalori Diet Diabetes Melitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative
body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR = ------------------X 100 %
TB (cm) – 100
6. Analisa Data
Biasanya pada pasien yang mengalami diabetes melitus dengan ulkus
mengeluhkan beberapa keluhan. Biasanya mengatakan haus terus menerus, mual
dan muntah dengan dibuktikan kulit pasien tampak kering dan turgor pasien tidak
baik. Hal tersebut terjadi karena PH menurun sehingga pasien merasakan mual
dan muntah hingga pasien kekurangan volume cairan. Biasanya pasien juga
mengeluh nyeri pada luka ulkus dan nyeri seperti terbakar. Hal tersebut dibuktikan
dengan wajah tegang saat ulkus dibersihkan dan pasien menyeringai saat ulkus
ditekan. Selain itu pasien biasanya merasakan panas seperti terbakar dan gatal
pada luka.
D. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan
sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi
aktifitas
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula
darah
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa aman nyaman nyeri.
(NANDA, 2015-2017)
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat, 1. untuk mengetahui
agen injuri Asuhan Keperawatan frekuensi, dan reaksi berapa berat nyeri
fisik rasa nyeri nyeri yang dialami yang dialami pasien
hilang/berkurang pasien 2. pemahaman pasien
Kriteria hasil : 2. Jelaskan pada tentang penyebab
a. Penderita secara pasien tentang nyeri yang terjadi
verbal mengatakan sebab-sebab akan mengurangi
nyeri berkurang timbulnya nyeri ketegangan pasien
atau hilang 3. Ciptakan dan memudahkan
b. Penderita dapat lingkungan yang pasien untuk diajak
melakukan metode tenang bekerjasama dalam
atau tindakan untuk 4. Ajarkan teknik melakukan tindakan
mengatasi nyeri distraksi dan 3. Rangasang yang
c. Elspresi wajah relaksasi berlebihan dari
klien rileks 5. Atur posisi pasien lingkungan akan
d. Tidak ada keringat senyaman mungkin memperberat rasa
dingin, tanda vital sesuai keinginan nyeri
dalam batas pasien 4. Teknik distraksi dan
normal.(S : 36 – 6. Lakukan massage relaksasi dapat
37,5 0C, N: 60 – 80 saat rawat luka mengurangi rasa
x /menit, T : 7. Kolaborasi dengan nyeri yang dirasakan
120/80mmHg, RR : dokter untuk pasien
18 – 20 x /menit ) pemberian analgesik 5. Posisi yang nyaman
akan membantu
memberikan
kesempatan pada otot
untuk relaksasi
seoptimal mungkin
6. Massage dapat
meningkatkan
vaskulerisasi dan
pengeluaran pus
7. Obat-obat analgesik
dapat membantu
mengurangi nyeri
pasien
2. Ketidakseimba Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi dan 1. Untuk mengetahui
ngan nutrisi Asuhan Keperawatan kebiasaan makan tentang keadaan dan
kurang dari kebutuhan nutrisi 2. Anjurkan pasien kebutuhan nutrisi
kebutuhan dapat terpenuhi untuk mematuhi diet pasien sehingga dapat
tubuh Kriteria hasil : yang telah diberikan tindakan
berhubungan a. Berat badan dan diprogramkan dan pengaturan diet
dengan intake tinggi badan ideal 3. Timbang berat badan yang adekuat
makanan yang b. Pasien mematuhi setiap seminggu 2. Kepatuhan terhadap
kurang dietnya sekali diet dapat mencegah
b. Kadar gula darah 4. Identifikasi komplikasi terjadinya
dalam batas perubahan pola hipoglikemia/hipergli
normal makan kemia
c. Tidak ada tanda- 5. Kerja sama dengan 3. Mengetahui
tanda tim kesehatan lain perkembangan berat
hiperglikemia/hipo untuk pemberian badan pasien (berat
glikemia insulin dan diet badan merupakan
diabetik salah satu indikasi
untuk menentukan
diet)
4. Mengetahui apakah
pasien telah
melaksanakan
program diet yang
ditetapkan
5. Pemberian insulin
akan meningkatkan
pemasukan glukosa
ke dalam jaringan
sehingga gula darah
menurun, pemberian
diet yang sesuai dapat
mempercepat
penurunan gula darah
dan mencegah
komplikasi
3. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji luas dan 1. Pengkajian yang
integritas Asuhan Keperawatan keadaan luka serta tepat terhadap luka
jaringan dapat tercapainya proses penyembuhan dan proses
berhubungan proses penyembuhan 2. Rawat luka dengan penyembuhan akan
dengan faktor luka. baik dan benar membantu dalam
mekanik: Kriteria hasil : 3. Kolaborasi dengan menentukan tindakan
perubahan a. Berkurangnya dokter untuk selanjutnya
sirkulasi, oedema sekitar pemberian insulin, 2. Merawat luka
imobilitas dan luka pemeriksaan kultur dengan teknik
penurunan b. Pus dan jaringan pus pemeriksaan gula aseptik, dapat
sensabilitas berkurang darah pemberian anti menjaga kontaminasi
(neuropati) c. Adanya jaringan biotik luka dan larutan yang
granulasi iritatif akan merusak
d. Bau busuk luka jaringan granulasi
berkurang tyang timbul, sisa
balutan jaringan
nekrosis dapat
menghambat proses
granulasi
3. insulin akan
menurunkan kadar
gula darah,
pemeriksaan kultur
pus untuk
mengetahui jenis
kuman dan anti
biotic yang tepat
untuk pengobatan,
pemeriksaan kadar
gula darah untuk
mengetahui
perkembangan
penyakit
4. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji dan identifikasi 1. Untuk mengetahui
mobilitas fisik Asuhan Keperawatan tingkat kekuatan otot derajat kekuatan otot-
berhubungan pasien dapat pada kaki pasien otot kaki pasien
dengan tidak mencapai tingkat 2. Beri penjelasan 2. Pasien mengerti
nyaman nyeri, kemampuan aktivitas tentang pentingnya pentingnya aktivitas
intoleransi yang melakukan aktivitas sehingga dapat
aktifitas optimal. untuk menjaga kadar kooperatif dalam
Kriteria Hasil : gula darah dalam tindakan keperawatan
a. Pergerakan paien keadaan normal 3. Untuk melatih otot –
bertambah luas 3. Anjurkan pasien otot kaki sehingg
b. Pasien dapat untuk berfungsi dengan baik
melaksanakan menggerakkan/meng 4. Bantu pasien dalam
aktivitas sesuai angkat ekstrimitas memenuhi
dengan bawah sesui kebutuhannya
kemampuan kemampuan 5. Analgesik dapat
(duduk, berdiri, 4. Bantu pasien dalam membantu
berjalan) memenuhi mengurangi rasa
c. Rasa nyeri kebutuhannya nyeri, fisioterapi
berkurang 5. Kerja sama dengan untuk melatih pasien
d. Pasien dapat tim kesehatan lain : melakukan aktivitas
memenuhi dokter ( pemberian secara bertahap dan
kebutuhan sendiri analgesik ) dan benar
secara bertahap tenaga fisioterapi
sesuai dengan
kemampuan
5. Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Untuk memberikan
pengetahuan Asuhan Keperawatan pengetahuan informasi pada
berhubungan ppasien memperoleh pasien/keluarga pasien/keluarga,
dengan informasi yang jelas tentang penyakit perawat perlu
kurangnya dan benar tentang DM dan gangren mengetahui sejauh
sumber penyakitnya. 2. Kaji latar belakang mana informasi atau
informasi Kriteria Hasil: pendidikan pasien pengetahuan yang
a. Pasien mengetahui 3. Jelaskan tentang diketahui
tentang proses proses penyakit, pasien/keluarga
penyakit, diet, diet, perawatan dan 2. Agar perawat dapat
perawatan dan pengobatan pada memberikan
pengobatannya dan pasien dengan penjelasan dengan
dapat menjelaskan bahasa dan kata-kata menggunakan kata-
kembali bila yang mudah kata dan kalimat
ditanya dimengerti yang dapat
b. Pasien dapat 4. Jelaskan prosedur dimengerti pasien
melakukan yang akan sesuai tingkat
perawatan diri dilakukan, pendidikan pasien
sendiri berdasarkan manfaatnya bagi 3. Agar informasi
pengetahuan yang pasien dan libatkan dapat diterima
diperoleh pasien didalamnya dengan mudah dan
5. Gunakan gambar- tepat sehingga tidak
gambar dalam menimbulkan
memberikan kesalahpahaman
penjelasan ( jika ada 4. Dengan penjelasdan
/ memungkinkan) yang ada dan ikut
secara langsung
dalam tindakan yang
dilakukan, pasien
akan lebih
kooperatif dan
cemasnya berkurang
5. gambar-gambar
dapat membantu
mengingat
penjelasan yang
telah diberikan
6. Potensial Setelah dilakukan 1. Kaji adanya tanda- 1. Pengkajian yang
terjadinya Asuhan Keperawatan tanda penyebaran tepat tentang tanda-
penyebaran tidak terjadi infeksi pada luka tanda penyebaran
infeksi penyebaran infeksi 2. Anjurkan kepada infeksi dapat
berhubungan (sepsis). pasien dan keluarga membantu
dengan Kriteria Hasil : untuk selalu menentukan
tingginya a. Tanda-tanda menjaga kebersihan tindakan selanjutnya
kadar gula infeksi tidak ada. diri selama 2. Kebersihan diri yang
darah b. Tanda-tanda vital perawatan baik merupakan
dalam batas 3. Lakukan perawatan salah satu cara untuk
normal (S: 36 - luka secara aseptik mencegah infeksi
37,50C) 4. Anjurkan pada kuman
c. Keadaan luka baik pasien agar menaati 3. Untuk mencegah
dan kadar gula diet, latihan fisik, kontaminasi luka
darah normal pengobatan yang dan penyebaran
ditetapkan infeksi
5. Kolaborasi dengan 4. Diet yang tepat,
dokter untuk latihan fisik yang
pemberian cukup dapat
antibiotika dan meningkatkan daya
insulin tahan tubuh,
pengobatan yang
tepat, mempercepat
penyembuhan
sehingga
memperkecil
kemungkinan terjadi
penyebaran infeksi
5. Antibiotika dapat
menbunuh kuman,
pemberian insulin
akan menurunkan
kadar gula dalam
darah sehingga
proses
penyembuhan akan
lebih cepat
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Amin dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta. Mediaaction
Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3. Jakarta:
Salemba Medika
Brunner dan Suddarth.(2009). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume
2. Jakarta: EGC
Doenges, M.E.et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. (edisi 3). Jakarta: EGC
Evelyn C. Pearce (2016). Anatomi Fisiologi; untuk paramedis , Jakarta: PT Gramedia
Syaifuddin (2010). Anatomi Fisiologi; untuk mahasiswa keperawatan (edisi 3),
Jakarta: EGC