Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL

HUBUNGAN PERILAKU OPEN DEFECATION DAN KONDISI


LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN DIARE DI DESA NGAMPAL
KECAMATAN SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO

PENELITIAN KORELASIONAL

Oleh

PRASETIYA WAHYUNI

NIM. 131411133032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit diare di Indonesia hingga saat ini masih menjadi masalah
bagi kesehatan masyarakat karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih
tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan makin meningkatnya angka kejadian diare
dari tahun ke tahun. Survey morbiditas yang dilakukan oleh Subdit diare,
Departemen Kesehatan Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2010 terlihat
kecenderungan kejadian diare meningkat. Pada tahun 2000 angka kejadian
penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 menjadi 374/1000 penduduk,
tahun 2006 meningkat menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi
411/1000 penduduk (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011)
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2008, diare
bertanggung jawab atas 15% dari kematian pada anak dibawah 5 tahun
(WHO, 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2007)
menyatakan bahwa lebih dari 6 juta balita dan anak-anak yang meninggal
setiap tahun akibat diare di mana sebagian besar kasusnya terjadi di negara
berkembang, termasuk Indonesia. 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai 2015
kasus ini menjadi target dalam Millenium Developmen Goals 2015
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Sementara dilaporkan
pada orang dewasa diperkirakan setiap tahunnya yang mengalami diare 99 juta
kasus (Sudoyo, 2010).
Perilaku penjamu dipengaruhi berbagai faktor, berdasar penelitian
berkaitan dengan perilaku open defecation menyebutkan bahwa pengetahuan
dan sikap seseorang terhadap perilaku buang air besar (BAB) yang sehat
cukup tinggi (90%) dan 93,7% toilet dipastikan berfungsi dengan baik tetapi
12,2 % keluarga tidak memakai toilet secara teratur. Didalam penelitian lain
menunjukkan bahwa perubahan perilaku buang air besar sembarangan (open
defecation) tergantung kesadaran seseorang untuk menggunakan fasilitas,
akses jamban dan persepsi seseorang tentang tinja dan hubungannya dengan
penyakit (Lahiri S, 2003)
Provinsi Jawa Timur dicurigai sebagai contributor kejadian diare
merupakan daerah kedua dengan sebaran frekuensi Kejadian Luar Biasa
(KLB) terbesar di Indonesia setelah Sulawesi Tengah (DepKes RI, 2011).
Buletin Diare Kemenkes RI (2010) mengungkapkan angka kesakitan diare di
Jawa Timur tahun 2009 mencapai 989.869 kasus diare. Kejadian ini
meningkat di tahun 2010, jumlah penderita diare di Jawa Timur tahun 2010
sebanyak 1.063.949 kasus dengan 37,94% (403.611 kasus). Studi pendahuluan
yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro pada tanggal 28
Maret 2018 diketahui sebanyak 33585 kasus dengan 90,07%. Sedangkan
survey data awal di salah satu puskesmas setempat yang berada di Kecamatan
Sumberrejo pada tanggal 21 Maret 2018 menyampaikan tren peningkatan
kasus diare selama lima tahun terakhir (Tahun 2013 tercatat 323 kasus dan
tahun 2017 mencapai 376 kasus).
No Nama Desa Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
1 Ngampal 323 325 334 374 376
Berdarkan hasil survey awal di Desa Ngampal Kecamatan Sumberrejo
masih melakukan BAB di sungai, sebagian besar jenis jamban yang digunakan
masih menggunakan jamban cemplung dan juga lingkungan sekitar Desa
masih terkesan kumuh dengan banyaknya sampah yang masih dibuang di
sungai. Kondisi lingkungan yang tidak sehat yang mendukung timbulnya
berbagai penyakit terutama penyakit diare. Berdasarkan teori dari John
Gordon dalam Notoatmodjo (2007) Suatu penyakit timbul akibat dari
beroperasinya berbagai faktor baik Agent (penyebab penyakit), Host (pejamu),
Environment (lingkungan). Gangguan keseimbangan antara ketiga faktor
tersebut akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Penyakit diare dapat
disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah infeksi dari berbagai
bakteri maupun virus, seperti buang air besar di sungai, sawah, pantai, dan lain
sebagainya. Sehingga tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar
oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak
higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta pengolahan
dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak
memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kurangnya sarana
kebersihan, dan pembuangan tinja yang tidak higienis (open defecation)
(Stander, 2005). Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare antara lain faktor agent, host,
environment dan perilaku. Faktor host yang menyebabkan meningkatnya
kerentanan terhadap diare, diantaranya open defecasi dan kondisi lingkungan
yang kurang memadai. Lingkungan yang dominan yaitu sarana air bersih yang
tidak memadai dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan saling
berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat pula, maka akan mudah terjadi diare (Departemen Kesehatan,
2005)

Adapun faktor yang menyebabkan kegagalan daerah bebas Open


defecasi adalah berfokus pada penggunaan jamban, mengharap adanya
subsidi, kurangnya monitoring pasca pemicuan, masyarakat tinggal didekat
sungai dan kurangnya gotong royong antar sesama warga. Didalam laporan
penelitian formatif dikatakan bahwa yang mempermudah masyarakat
melakukan buang air besar di area terbuka didasari pada faktor kognitif yang
menguntungan (praktis, dekat, hemat dan tidak berefek) dan belajar dari
tetangga yang melakukan hal yang sama dak factor emosional meliputi
kenyamanan, suasana dan tempat, merasa puas dan mengikuti budaya turun
temurun. Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena
merupakan salah satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah
dalam bidang kesehatan dan sebagai bibit penyakit, seperti diare. Selain itu
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk
serta estetika (Syaifuddin, 2010)

Dampak diare jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan


resiko terhadap dehidrasi dimana gejala dari dehidrasi yaitu turgor kulit yang
buruk, lidah dan mulut yang kering, demam tinggi, serta mata dan pipi
cekung. Komplikasi lain dari diare yaitu dapat menyebabkan kehilangan
cairan dalam tubuh seperti sodium, klorida, dan potassium (Arabic Health
Encyclopedia, 2013)
Pentingnya dilakukan penelitian hubungan antara open defecasi
dengan kejadian diare untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan
oleh bakteri atau virus, maka perlu adanya upaya membudidayakan perilaku
hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari. Membersihkan
lingkungan seperti menbersihkan jamban setiap minggu sekali, membuang
sampah pada tempatnya dapat memutuskan rantai kuman yang melekat pada
tempat tersebut dan menghindari untuk tidak melakukan buang air besar
disembarang tempat. Hal tersebut membuktikan bahwa dengan membiasakan
diri membersihkan lingkungan dan buang air besar pada tempatnya menjadi
salah satu upaya untuk mencegah penyakit diare (Syahreni, 2011). Mengubah
perilaku masyarakat untuk tidak defekasi disembarang tempat harus
dilakukan secara terus - menerus. Hal ini disebabkan karena sebagian
masyarakat menganggap defekasi disungai lebih praktis dan lebih nyaman,
sehingga dapat mendorong penduduk kembali ke kebiasaan lama. Dengan
adanya pemantauan dan penyuluhan dari Puskesmas maupun pemerintah
Kecamatan diharapkan penduduk dapat merubah perilaku untuk tidak defekasi
di luar jamban (Amalina FN, 2014)
Selain itu juga dapat memberikan informasi kepada perawat tantang
adanya hubungan perilaku open defecation dan kondisi lingkungan dengan
kejadian diare. Sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
menyusun intervensi keperawatan dalam upaya meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat dalam hal penggunaan jamban sehat.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang
diatas, maka rumusan masalah ini sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara perilaku open defecation dengan kejadian
diare di Desa Ngampal Kecamatan Sumberrejo?
2. Apakah ada hubungan antara kondisi lingkungan dengan kejadian diare di
Desa Ngampal Kecamatan Sumberrejo?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menjelaskan hubungan perilaku open defecation dan kondisi
lingkungan terhadap kejadian diare di Desa Ngampal Kecamatan Sumberrejo.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan perilaku open defecation dengan
kejadian diare.
2. Untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan dengan kejadian
diare.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Teoritis

Manfaat dari segi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini dapat


digunakan sebagai landasan pengembangan ilmu keperawatan, khususnya
dalam bidang ilmu Keperawatan Komunitas tentang perilaku open defecation,
kondisi lingkungan dan hubungan dengan kejadian diare di suatu daerah.
Sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun
intervensi keperawatan terutama dalam hal perilaku hidup bersih dan sehat.

1.4.2 Praktis
1. Bagi responden
Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat upaya
untuk menjaga kesehatan lingkungan dan mengurangi perilaku open
defcation sehingga dapat menjaga kondisi lingkungan agar tetap sehat
dan bersih agar tidak terserang dari penyakit khususnya penyakit diare.
2. Bagi perawat komunitas
Sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun intervensi
keperawatan terutama keperawatan Komunitas dalam upaya
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam hal penggunaan
jamban sehat.
3. Bagi kepala desa
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan
wawasan atau informasi kepada kepala desa tentang adanya hubungan
antara perilaku open defecation dan kondisi lingkungan dengan
kejadian diare di desa Ngampal. Sehingga dapat dilakukannya
pencegahan terhadap penyakit diare.
4. Bagi puskesmas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
pembuatan rencana program lebih lanjut terhadap sanitasi lingkungan
dan juga dapat memberikan informasi atau gambaran bagi institusi
terkait khususnya Puskesmas Sumberrejo tentang hubungan perilaku
open defecation dan kondisi lingkungan terhadap kejadian diare,
sehingga dapat dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan dan
penanggulangan diare.

Anda mungkin juga menyukai