Anda di halaman 1dari 10

PENCEMARAN TANAH PADA LAHAN PERTANIAN

PENDAHULUAN

Kerusakan sumber daya alam dan lingkungan umumnya terjadi karena


campur tangan manusia atau akibat bencana alam seperti banjir, tanah longsor,
sedimentasi, letusan gunung berapi, dan lain-lain.Sedangkan pencemaran tanah,
umumnya disebabkan oleh dampak penggunaan bahan-bahan kimia yang
menghasilkan limbah berbahaya/B3 akibat aktivitas manusia yang sejalan dengan
pesatnya pembangunan di berbagai bidang, seperti industri dan pertambangan,
serta kegiatan pertanian yang menggunakan bahan-bahan agrokimia khususnya
pupuk dan pestisida (Yuantari, 2011).
Di Indonesia, sejak tahun 1993 lahan sawah mengalami konversi
menjadi perumahan dan pemukiman, kawasan industri, dan keperluan
infrastruktur lainnya berkurang dari 8,4 juta ha menjadi 7,8 juta ha.Sebagian
besar lahan yang dikonversi tersebut terjadi di Pulau Jawa, terutama pada lahan-
lahan pertanian subur dengan produktivitas tinggi.Dampak negatif pembangunan
industri terhadap lahan pertanian adalah menyebabkan penurunan kualitas tanah,
air tanah, badan air/sungai, dan produk/hasil pertanian.Dampak negatif tersebut
disebabkan karena masuknya limbah industri yang mengandung senyawa/unsur-
unsur kimia beracun dan berbahaya (B3)/logam berat ke lahan pertanian,
sehingga mencemari tanah, air tanah, badan air/sungai, dan tanaman (Kurnia,
2008).
Aktivitas pertanian juga dapat menimbulkan dampak yang merugikan,
seperti erosi yang mampu menyebabkan kerusakan dan penurunan produktivitas
tanah akibat budidaya yang melampaui daya dukung lahan dan tidak melakukan
upaya pelestarian tanah, serta penggunaan bahan-bahan agrokimia yang
berlebihan.Pupuk nitrogen, di dalam tanah mengalami proses nitrifikasi atau
denitrifikasi tergantung kondisi tanah, menghasilkan gas N2O yang dilepaskan ke
atmosfer ikut berperan dalam meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang
berdampak terhadap pemanasan global.Emisi N2O dari tanah ke atmosfer tidak
langsung menyebabkan pencemaran pada lahan pertanian, namun akibat
perubahan iklim global dapat menyebabkan penurunan produktivitas
pertanian.Pupuk P yang digunakan dalam budi daya pertanian dapat
menyebabkan pencemaran tanah, karena pupuk tersebut mengandung logam
berat.Penggunaan pestisida dalam jumlah yang melebihi takaran anjuran, dapat
menyebabkan tercemarnya tanah, dan tanaman (Amalia dkk., 2016).
Pada beberapa daerah pertanian sebagai contoh di kawasan Bedugul
yang terletak di desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali,
merupakan salah satu kawasan wisata andalan di pulau Bali dan sebagai daerah
penghasil sayuran maupun buah-buahan yang dikonsumsi oleh wisatawan serta
masyarakat Bali pada umumnya.Pencemaran lahan pertanian di Bedugul sebagai
akibat penggunaan insektisida secara tidak langsung memberikan dampak bagi
kesehatan wisatawan dan masyarakat Bali, sebab saat ini belum dikembangkan
sistem penjaminan mutu produk hortikultura (Amalia dkk., 2016)
Penggunaan pestisida dalam produksi hortikultura di kawasan wisata
Bedugul tidak dapat dihindarkan.Hal ini dilakukan agar gagal panen dapat
direduksi sehingga petani tetap meraih keuntungan maksimal.Dampak negatif
dari aktivitas penggunaan pestisida adalah (1) hortikultura hasil panen masih
mengandung pestisida, (2) ekosistem lahan pertanian tercemar, (3) dan ekosistem
perairan danau Bratan tercemar (Setiyo dkk., 2011).

PEMBAHASAN

2.1 PENCEMARAN TANAH

Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia


masuk dan merubah lingkungan tanah alami.Tanah merupakan bagian penting
dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di muka bumi.Seperti kita ketahui
rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia, hewan hidup dari
tumbuhan.Memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut, tetapi sebagian
besar dari makanan kita berasal dari permukaan tanah (Amzani, 2012).

Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau


bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air
permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, zat kimia, atau
limbah.Air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat.Jika suatu zat berbahaya
telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan
atau masuk ke dalam tanah.Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian
terendap sebagai zat kimia beracun di tanah.Zat beracun di tanah tersebut dapat
berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari
air tanah dan udara di atasnya (Amzani, 2012).

2.2 SUMBER DAN PENYEBAB PENCEMARAN TANAH

A. Bahan-Bahan Agrokimia

Bahan-bahan agrokimia terutama pupuk dan pestisida umumnya


digunakan secara luas di dalam budidaya pertanian.Dikenal dua macam pupuk,
yaitu pupuk hara makro dan pupuk hara mikro yang diperlukan tanaman dengan
tingkat kebutuhan atau takaran penggunaan yang berbeda-beda tergantung jenis
tanah dan tanaman.Pupuk hara makro yang dibutuhkan tanaman diantaranya
nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan unsur-unsur hara mikro seperti
sulfur, seng, dan cobalt dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit, dan apabila
dalam konsentrasi tinggi unsur-unsur tertentu dapat meracuni tanaman (Adriyani,
2005).
Pupuk nitrogen (N) yang biasa digunakan dalam budidaya pertanian, di
dalam tanah akan mengalami berbagai perubahan.Sebagian dari pupuk menguap
ke udara (volatilisasi), sebagian lagi hilang melalui pencucian atau erosi.Di
daerah beriklim sedang (temperate) 20% N-urea hilang dalam bentuk NH3,
sedangkan di daerah tropik 40-60% N-urea hilang dari sawah sebagai
NH3.Penggunaan pupuk nitrogen dalam takaran tinggi, seperti dijumpai pada
budidaya sayuran dataran tinggi dapat mencemari lingkungan, karena sebagian
besar dari pupuk N hanyut terbawa aliran permukaan dan erosi bersama dengan
unsur-unsur hara lain, sehingga potensial mencemari air tanah, badan air/sungai,
dan lingkungan sekitarnya (Yuantari, 2011).
Berbagai jenis pupuk, khususnya sumber pupuk P (fosfor), selain
mengandung unsur-unsur hara utama (P2O5), hara sekunder (Ca dan Mg), dan
hara mikro (Fe, Mn, Cu, dan Zn) juga mengandung unsur-unsur logam
berat.Logam berat di dalam pupuk berasal dari bahan baku yang digunakan untuk
pembuatan pupuk.Hasil analisis berbagai jenis pupuk P, diketahui bahwa total
kandungan Pb dalam pupuk P-alam bervariasi dari 5-156 ppm, dan kandungan Cd
bervariasi dari 1-113 ppm.Kandungan logam berat lain, seperti Cr bervariasi dari
4-452 ppm, Ni berkisar dari 14-241 ppm, dan Co bervariasi dari 0,5-40
ppm.Selain itu, unsur Hg dan As ditemukan dalam jumlah kecil, berturut-turut <
0,5 ppm dan < 9 ppm. Pupuk P yang mengandung logam berat bila digunakan
untuk pemupukan dapat menyebabkan pencemaran tanah oleh logam berat
tersebut.Dalam pertumbuhannya, tanaman menyerap unsur-unsur hara dari dalam
tanah sehingga produk pertanian dari lahan tersebut dipastikan mengandung
logam berat yang sama.Kondisi seperti ini akan berdampak negatif, karena
produk pertanian tersebut dikonsumsi oleh manusia/mahluk hidup.Akibatnya,
walaupun dalam konsentrasi yang sangat rendah sekalipun, logam berat tersebut
lama kelamaan terakumulasi di dalam tubuh, dan akan berpengaruh terhadap
kesehatan manusia/ mahluk hidup yang mengkonsumsi produk tersebut (Kurnia,
2008).
Penggunaan pestisida, dalam budidaya pertanian meninggalkan residu
dalam tanah, air, dan tanaman, dan beberapa diantaranya masih cukup berbahaya
bagi kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya ( Yuantari, 2011).
Residu insektisida yang umum ditemukan di dalam tanah, air. dan bahan
makanan adalah dari golongan senyawa organofosfat, karbamat, piretroid, dan
organoklorin.Beberapa insektisida yang sudah dilarang penggunaannya di bidang
pertanian, dan saat ini masih ditemukan dalam tanah, air, dan beberapa komoditi
pertanian adalah residu organoklorin (lindan, aldrin, dieldrin, heptaklor, DDT,
endrin) (Adriyani, 2005).

B. Limbah Industri
Pembangunan industri banyak dilakukan di kawasan pertanian subur,
produktif, dan potensial untuk peningkatan produksi pangan.Selain mengurangi
luas lahan, pembangunan industri sering menimbulkan permasalahan yang besar
bagi lingkungan pertanian dan masyarakat sekitar, yaitu terjadinya pencemaran
pada tanah melalui limbahnya yang dibuang ke dalam badan air/sungai, dan
umumnya mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3)/logam
berat.Pencemaran pada lahan pertanian terjadi akibat badan air/sungai yang
tercemar digunakan sebagai sumber air pengairan (Adriyani, 2005).
Setiap jenis industri menggunakan bahan baku utama dan bahan
pembantu dalam proses produksinya.Bahan-bahan tersebut umumnya
menggunakan senyawa/unsur kimia yang mengandung B3/logam berat, dan
produk sampingannya berupa limbah diperkirakan juga mengandung unsur-unsur
yang sama seperti bahan bakunya (Tabel 1).Limbah tersebut apabila masuk ke
dalam badan air/sungai, dan airnya dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian,
maka akan terjadi penimbunan bahan-bahan beracun (B3) di dalam tanah,
selanjutnya unsur-unsur B3 tersebut akan ikut terserap tanaman dan terakumulasi
di dalam jaringan tanaman (Setiyo, 2011).

Tabel 1. Jenis - jenis yang menggunakan bahan baku potensial mengandung


unsur-unsur logam berat
No
. Jenis Industri Hg Pb Cd Cr Cu Zn Ni Al Fe Co Mn
1 Plastik/ resin + - + - - + + - - - -
2 Farmasi/ Kosmetik + + - - - + - - - - -
3 Klorin + - - - - - - - - - -
4 Alat- alat Kontrol/ukur + - - - - - - - - - -
5 Elektronika/ elektrik + - - - - - - - - - -
6 Elektroplating - - - + + + + + - - -
7 Cat anti karat + - - - - - - - - - -
8 Tekstil + - + + + + - - + + -
9 Keramik - + + - - + - - - - -
10 Penyamakan Kulit + - - + - - - - - - -
11 Pulp dan Kertas + + - + - - - - - - -
12 Baterai dan accu + + + - - - + - - - +
13 Sabun/ Detergen + + - - + + + - + - -
14 Logam, produk logam + + - + + + + + + - +
15 Pestisida - + + - + + - - - - -
Sumber : Pusat Penelitian Tanah dan Agrolimat (2000).
Keterangan : + = ada; - = tidak ada

2.3 PENYEBARAN ZAT PENCEMAR

Zat pencemar dapat menyebar melalui air, dan udara.penyebaran ini bisa
saja terjadi secara alami maupun secara tidak sengaja dilakukan oleh perbuatan
manusia.Meski pada pembahasan ini diulas tentang pencemaran yang terjadi
terhadap tanah, namun tetap saja penyebaran dapat bersumber dari mana
saja.Apabila kita telisik lebih dalam, air yang mengalir baik dari permukaan
maupun sumur ataupun sumber air dalam tanah yang tercemar dapat
menyebarkan zat pencemar melalui alirannya.Dari penyemprotan dan menyebar
melalui aliran udara seperti pestisida dan dapat larut dalam air kemudian tersebar
pula melalui aliran air (Amzani, 2012).

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah,


maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam
tanah.Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat
kimia beracun di tanah.Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung
kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di
atasnya (Kurnia, 2008).

Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe


polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang
terkena.Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan
karsinogenik untuk semua populasi.Timbal sangat berbahaya pada anak-anak,
karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh
populasi (Yuantari, 2011).

Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap


ekosistem.Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan
kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun.Perubahan ini
dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan
antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi
akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut (Setiyo, 2011).

Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang


pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian.Hal ini dapat
menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman dimana tanaman tidak
mampu menahan lapisan tanah dari erosi.Beberapa bahan pencemar ini memiliki
waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan
terbentuk dari bahan pencemar tanah utama (Yuantari, 2011).

2.4 UPAYA PENGENDALIAN

A. Pengendalian Penggunaan Bahan Agrokimia

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan


tersebut sebaiknya dimulai dari pengkajian dan penelaahan sumber pencemar
seperti pestisida, dan pupuk yang sumber bahan bakunya dapat mengandung
unsur-unsur atau senyawa berbahaya. Penggunaan kedua jenis bahan agrokimia,
yaitu pupuk dan pestisida perlu dihindari atau takaran penggunaannya tidak
melebihi ketentuan umum yang berlaku, atau menggunakan bahan-bahan/sumber
lain yang ramah lingkungan sebagai alternatif(Adriyani, 2005).
Penanggulangan pencemaran akibat penggunaan pupuk nitrogen dapat
dilakukan melalui peningkatan efisiensi pemberian pupuk, yaitu pupuk
dibenamkan ke lapisan reduksi (deep placement), pemupukan sesuai status hara
tanah, penggunaan penghambat nitrifikasi, dan penggunaan varietas tanaman
dengan efisiensi nitrogen tinggi.Untuk mengatasi permasalahan residu pestisida
di dalam tanah dan tanaman dapat dilakukan dengan cara remediasi (bioremediasi,
fitoremediasi), penerapan budidaya pertanian yang baik dan sehat (good
agricultural practices), pengendalian hama terpadu, penggunaan bioinsektisida,
pengendalian residu pestisida secara fisik (pencucian, pemanasan), dan teknologi
arang aktif (Kurnia, 2008).

B. Pengendalian Limbah Industri


Sebagian besar pelaku industri membuang limbah cair ke lingkungan
melalui badan air/sungai.Sebelum dibuang, limbah tersebut harus memenuhi
standar/kriteria baku yang telah ditetapkan oleh pemerintah.Limbah harus diolah
terlebih dahulu melalui instalasi pengolah limbah (IPAL), karena limbah yang
dihasilkan diperkirakan masih mengandung unsur-unsur/senyawa kimia yang
sama seperti bahan baku yang digunakan dalam proses industri tersebut.Di dalam
IPAL, limbah industri diolah secara fisik, kimia, dan biologi. Bahan-bahan yang
digunakan dalam pengolahan limbah terutama pengolahan secara kimia
umumnya bahan/senyawa kimia untuk menetralisir atau meniadakan unsur-usur
B3/logam berat dalam limbah, atau untuk menstimulir kehidupan
mikroorganisme di dalam limbah, sebelum limbah tersebut akhirnya aman
dibuang ke lingkungan, dan memenuhi syarat baku mutu limbah industri yang
ditetapkan oleh pemerintah.Untuk mengatasi permasalahan pencemaran tanah, air
tanah, dan tanaman yang ada pada lahan pertanian, upaya yang dapat dilakukan
adalah pemulihan atau rehabilitasi tanah sebagai media tumbuh tanaman dan
badan air atau sungai yang digunakan sebagai sumber air pengairan, sehingga
tidak lagi mengandung atau berkurang kandungan logam berat/B3-nya.Oleh
sebab itu, sumber penyebab terjadinya pencemaran, baik itu sebagai bahan baku
utama industri ataupun bahan pembantu termasuk untuk pengolahan limbah perlu
diwaspadai, diteliti dan dipelajari dengan cermat dan seksama, sehingga upaya
pengendalian dan penanggulangannya dilakukan lebih tepat dan
terarah.Rehabilitasi atau remediasi dilakukan terhadap objek yang terkena
dampak, dalam hal ini adalah tanah, air tanah, dan badan air/sungai sebagai
sumber air pertanian (Kurnia, 2008).

C.Bioremidiasi dan Biodegradasi Pestisida


Biodegradasi merupakan sebuh proses alami, dimana proses degradasi
dari bahan kimia xenobiotik dan/atau pestisida oleh suatu organisme yang berasal
dari cara organisme tersebut untuk bertahan hidup (pada lingkungan tersebut
maupun mendapat makanan). Biodegradasi dan bioremidiasi merupakan sesuatu
proses yang berkesinambungan berdasarkan dari sistem kerja metabolisme
mikroorganisme pada pestisida. Perbedaan dari keduanya ialah, biodegradasi
adalah suatu proses alami dan bioremidiasi merupakan suatu teknologi (Uqab et
al, 2016).
Kebanyakan dari mikroba ini bekerja pada lingkungan alami, namun
beberapa modifikasi dapat membuat beberapa jenis mikroba mampu dengan
cepat untuk mendegradasi pestisida dalam suatu waktu tertentu.Kemampuan dari
mikroba ini terkadang dapat digunakan dalam teknologi untuk menghilangkan
suatu jenis kontaminan dalam wilayah tertentu.Pengetahuan dalam fisiologi,
biokimia dan genetika pada mikroba ini dapat menyempurnakan proses
bioremidiasi menjadi semakin presisi dengan jenis mikroba apapun dan jenis
kontaminan apapun dengan cakupan wilayah yang sangat lua (Dileep, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Adriyani, Retno.2005.Usaha Pengendalian Pencemaran Lingkungan Akibat


Penggunaan Pestisida Pertanian.Jurnal Kesehatan, 2(1):95-106.
Amalia, Euis., Joy, Benny., Sunardi.2016.Residu Pestisida pada Tanaman
Hortikultura.Jurnal Agrikultur, 27(1):23-29.
Amzani, Fuad.2012.Pencemaran Tanah dan Cara Penanggulangannya.Lampung:
Penerbit Politeknik Negeri Lampung.
Dileep , K Sigh.2008.Biodegradation and bioremediation of pesticide in soil:
concept, method and recent developments.Department of Zoology,University
of Delhi, Delhi, India, 48:35–40.
Kurnia, U., dan Sutrisno, N.2008.Strategi Pengelolaan Lingkungan
Pertanian.Jurnal Sumberdaya Lahan, 2(1): 59-74.
Setiyo, Y., I B Wayan Gunam, I B Putu Gunadnya, I Wayan
Tika.2011.Bioremediasi In-Situ Lahan Tercemar Pestisida Oleh Mikroba
yang Ada pada Kompos.The Excellence Research Universitas Udayana, 108-
112
Uqab, Baba., Mudasir, Syeed., Nazir, Ruqeya.2016.Review on Bioremidiation of
Pesticides.Journal of Bioremidiation and Biodegradation, 7(3):1-5.
Yuantari, Catur MG.2011.Dampak Pestisida Organolkorin Terhadap Kesehatan
Manusia dan Lingkungan Serta Penanggulannya.Prosiding Seminar
Nasional.Semarang, Indonesia.pp 187-199.

Anda mungkin juga menyukai