Anda di halaman 1dari 136

RKS TEKNIS

RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT TEKNIS

PEKERJAAN : PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT


PRATAMA

LOKASI : DESA TANGKOBU


KEC. PAGUYAMAN
KAB. BOALEMO

THN ANGG. : 2017


A. PERSYARATAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. U m u m.

1.1. Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik- baiknya
seluruh seluk beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari
secara seksama seluruh gambar pelaksanaan serta Uraian Pekerjaan
dan Persyaratan Pelaksanaan Teknis seperti yang akan diuraikan dalam
buku ini.

1.2. Didalam hal terdapat ketidak jelasan, perbedaan-perbedaan dan/atau


kesimpangsiuran informasi dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan
mengadakan pertemuan dengan Direksi/Pengawas untuk mendapat kejelasan
tentang pelaksanaan pekerjaan.

2. Lingkup Pekerjaan

2.1. Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor meliputi seluruh bagian
pekerjaan yang dinyatakan dalam gambar pelaksanaan serta Buku Uraian
Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan Teknis.

2.2. Menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut


alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan ini secara
lengkap.

2.3. Mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-


bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan
berlangsung, sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna.

2.4. Pekerjaan pembongkaran, pembersihan dan pengamanan dalam Area


kerja sebelum pelaksanaan pekerjaan dan setelah pekerjaan pembangunan
selesai. Dalam melaksanakan pembongkaran, Kontraktor wajib melaporkan
terlebih dahulu kepada Direksi/Pengawas tentang bagian bagian yang akan
dibongkar untuk mendapatkan persetujuannya.

2.5. Apabila dalam melaksanakan pembongkaran terjadi kerusakan yang


diakibatkannya, Kontraktor wajib merapikan kembali. Biaya yang ditimbulkan
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai
pekerjaan tambah.

2.6. Pembuatan saluran-saluran sementara yang dialirkan ke saluran-


saluran sekitarnya yang sudah ada agar area pekerjaan ini terbebas
dari banjir pada saat hujan.

2.7. Pekerjaan Struktur dari mulai pondasi sampai dengan atap, pekerjaan
Arsitektur, pekerjaan Mekanikal , Elektrikal dan Sanitasi

2.8. Pekerjaan Pemeriksaan / Pengecekan, terdiri dari :

2.8.1. Pemeriksaan dan pemeliharaan tugu patok dasar yang digunakan sebagai
referensi ketinggian permukaan dan yang telah ada di lapangan.

2.8.2. Pengecekan ketinggian permukaan lantai struktur.

2.8.3. Pengecekan as-as kolom bangunan, bukaan atau lubang yang terdapat pada
bangunan,dan pengecekan lain nya yang dapat mempengaruhi pekerjaan
penyelesaian Arsitektur dikemudian hari.

2.8.4. Bila ada ketidak sesuaian antara ukuran di lapangan dengan yang terdapat
pada gambar pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan memberitahukan hal tersebut
kepada Direksi / Pengawas secara tertulis untuk mendapatkan cara penyelesaian
yang terbaik.

2.9. Pekerjaan galian tanah dan pengurugan kembali.

3. Sarana Kerja

3.1. Kontraktor wajib memasukkan identitas, nama, jabatan, keahlian masing-


masing anggota kelompok kerja pelaksana pekerjaan ini dan inventarisasi
peralatan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini.

3.2. Kontraktor wajib memasukan identitas tempat kerja (workshop) dan


peralatan yang dimiliki, serta jadwal kerja.

3.3. Kontraktor wajib menyediakan tempat penyimpanan bahan / material di


lapangan yang aman dari segala kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang
dapat mengganggu pekerjaan lain yang sedang berjalan serta memenuhi
persyaratan penyimpanan bahan tersebut.

4. Gambar Dokumen

4.1. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak telitian dalam pelaksanaan


suatu bagian pekerjaan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya,
maka dalam hal terdapat ketidak jelasan, kesimpang siuran, perbedaan
perbedaan dan / atau ketidak sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap
gambar pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Direksi /
Pengawas secara tertulis dan mengadakan pertemuan dengan Direksi /
Pengawas untuk mendapatkan keputusan gambar mana yang akan
dijadikan pegangan.
4.2. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor
untuk memperpanjang waktu pelaksanaan dan pengajuan tambahan biaya.

5. Ukuran

5.1. Semua ukuran yang tertera dalam gambar pelaksanaan adalah ukuran
jadi dalam keadaan selesai terpasang yang meliputi ukuran :
5.1.1. As – as.
5.1.2. Luar – luar.
5.1.3. Dalam – dalam.
5.1.4. Luar – dalam.

5.2. Khusus ukuran-ukuran dalam gambar pelaksanaan AR (Arsitektur) pada


dasarnya adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai.

5.3. Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor diwajibkan meneliti terlebih dahulu


ukuran-ukuran yang tercantum didalam gambar Arsitektur, gambar Struktur,
gambar M & E dan gambar pelaksanaan lainnya yang termuat didalam
dokumen Lelang / dokumen Kontrak.

5.4. Bila ada keraguan mengenai ukuran atau bila ada ukuran yang belum
tercantum dalam gambar pelaksanaan, Kontraktor wajib melaporkan hal
tersebut secara tertulis untuk dapat diputuskan ukuran mana yang akan
dipakai dan dijadikan pegangan pelaksanaan.

5.5. Kontraktor tidak dibenarkan mengganti ukuran-ukuran yang tercantum di dalam


gambar pelaksanaan atau dokumen kontrak tanpa sepenge tahuan
Direksi/Pengawas. Bila hal tersebut terjadi segala akibat yang ada menjadi
tanggungjawab Kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.

6. Shop Drawing

6.1 Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam gambar pelaksanaan / dokumen kontrak maupun
vang diminta oleh Direksi/Pengawas yang merupakan gambar detail
pelaksanaan yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

6.2 Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua
data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari bahan, keterangan
produk, cara pemasangan dan / atau persyaratan khusus sesuai dengan
spesifikasi pabrik (produk bahan yang dipakai).
6.3 Shop Drawing yang akan diperiksa terlebih dahulu oleh pihak Direksi /
Pengawas, harus diajukan paling lambat 2 (dua) minggu sebelum jadwal
pelaksanaan.

7. Standard dan Aturan yang Dipergunakan

7.1. Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi


Indonesia, Standard Industri Konstruksi, peraturan nasional lainnya yang ada
hubungannya dengan pekerjaan, antara lain:
7.1.1. Peraturan Beton Indonesia (PBI-1971), NI – 2.
7.1.2. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI –1982).
7.1.3. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBB 1970), NI – 3.
7.1.4. Persyaratan Cat Indonesia, NI – 4.
7.1.5. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI), NI – 5.
7.1.6. Peraturan Semen Portland Indonesia 1974, NI – 8.
7.1.7. Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan, NI – 10.
7.1.8. Pedoman Plumbmg Indonesia, (PPI –1979).
7.1.9. Peraturan Umum Instalasi Listrik, (PUIL – 1977).
7.1.10. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia (PPBI – 1984).
7.1.11. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (l983).
7.1.12. American National Standard Organization (ANSI).
7.1.13. American Sociaty of Mechanical Engineer (ASME).
7.1.14. American Sociaty of Testing of Material (ASTM).
7.1.15. British Standard Institution (BSI).
7.1.16. Deutch Institute for Normalization (DIN).
7.1.17. Factory Mutual Standard.(FM).
7.1.18. International Standarization Organization (ISO).
7.1.19. Japanese Industrial Standard (JIS).
7.1.20. Japanese Electrotechnical Committee (JEC).
7.1.21. Japanese Electric Machine Industry Assc (JEM)
7.1.22. National Electric Codes (NEC)
7.1.23. National Electrical Manufacturers Association (NEMA).
7.1.24. National Fire Protection Association (NFPA).
7.1.25. Underwriter’s Laboratories (UL).
7.1.26. National Plumbing Codes (NPC).
7.1.27. Pedoman Plambing Indonesia (PPI).
7.1.28. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL), 1987.
7.1.29. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir.
7.1.30. Standar Industri Indonesia (SII).
7.1.31. Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI).
7.1.32. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum.
7.1.33. Peraturan Depnaker tentang Keselamatan Kerja
7.1.34. Peraturan DPMB, Pemda setempat.
7.1.35. Peraturan lain yang berlaku.

7.2. Peraturan dan Pedoman-pedoman lainnya sesuai yang tercantum didalam


spesifikasi ini.

8. Syarat Bahan / Material dan Komponen Jadi

8.1. Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik
sesuai dengan spesifikasi yang diminta dan bebas dari noda lainnya yang dapat
mengganggu kualitas maupun penampilan.

8.2. Bahan-bahan yang dipakai/dipasang harus sesuai dengan apa yang


tercantum dalam gambar pelaksanaan, memenuhi standard Spesifikasi
Bahan yang telah dipilih / ditunjuk / disetujui, mengikuti peraturan tertulis
dalam Buku Uraian Pekerjaan ini dan mengikuti petunjuk Direksi/Pengawas.

8.3. Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Direksi /
Pengawas.

8.4. Untuk pekerjaan khusus / tertentu, selain harus mengikuti standar yang
dipergunakan juga harus mengikuti persyaratan pabrik yang bersangkutan.

8.5. Apabila dianggap perlu, Direksi/Pengawas berhak untuk menunjuk Tenaga


Ahli yang ditunjuk oleh pabrik dan / atau supplier yang bersangkutan
sebagai pelaksana. Dalam hal ini, Kontraktor tidak berhak mengajukannya
sebagai pekerjaan tambah.

9. Contoh Bahan / Material & Komponen Jadi

9.1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap dan
jaminan dari pabrik, kecuali bahan yang disediakan oleh proyek.

9.2. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas


sebanyak minimal 2 (dua) produk / merk yang setara dari berbagai merk
pembuatan, kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Pengawas. Waktu penyerahan
contoh bahan paling lambat adalah 3 (tiga) minggu sebelum jadual
pelaksanaan.
9.3. Contoh bahan yang diserahkan kepada Direksi/Pengawas untuk satu produk /
merk sebanyak 3 (tiga) buah dari satu bahan yang ditentukan, urtuk
menetapkan standard appearence.

9.4. Keputusan bahan, jenis, dan merek yang memenuhi spesifikasi akan diambil
oleh Direksi/Pengawas dan akan diinformasikan kepada Kontraktor selama
tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan
tersebut.

9.5. Untuk detail-detail hubungan tertentu, Kontraktor diwajibkan membuat


komponen jadi (mock-up] yang harus diperlihatkan kepada Direksi/Pengawas
untuk mendapat persetujuan.

9.6. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji sesuai dengan standar
yang berlaku.

10. Merk Pembuatan Bahan / Material

10.1. Semua merk pembuatan dan / atau merk dagang dalam Uraian Pekerjaan
& Persyaratan Teknis Pelaksaaaan Pekerjaan, dimaksudkan sebagai dasar
perbandingan kualitas dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat, kecuali
bila ditentukan lain.

10.2. Bahan / material dan komponen jadi yang dipasang / dipakai harus sesuai
dengan yang tercantum dalam gambar pelaksanaan dan memenuhi standar
spesifikasi bahan tersebut.

10.3. Dalam pelaksanaan pemasangannya, setiap bahan / material dan komponen


jadi keluaran pabrik, harus dibawah pengawasan / supervisi tenaga ahli yang
ditunjuk.

10.4. Direksi / Perencana berhak menunjuk tenaga ahli yang ditunjuk pabrik dan
/ atau supplier yang bersangkutan tersebut sebagai Pelaksana.

10.5. Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya
diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan
ini, kecuali ada ketentuan lain yang disetujui Direksi/Pengawas.

11. Peninjauan Dan Pengujian Bahan


Semua bahan untuk pekerjaan ini, bila dianggap perlu, harus ditinjau dan
diuji baik pada pembuatan, pengerjaan maupun pelaksanaan di Tapak oleh
Direksi/Pengawas.

12. Koordinasi Pelaksanaan

12.1. Kontraktor yang menunjuk Supplier dan / atau Sub Kontraktor dalam hal
pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor tersebut wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada Direksi/Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.
12.2. Kontraktor wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas petunjuk
Direksi/Pengawas dengan Sub Kontraktor atau Supplier bahan.

12.3. Supplier wajib hadir mendampingi Direksi/Pengawas di Lapangan untuk


pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut
perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.

13. Persyaratan Pekerjaan

13.1. Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti


petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan
bangunan yang dipergunakan sesuai dengan Uraian Pekerjaan & Persyaratan
Teknis Pelaksanaan Pekerjaan dan / atau petunjuk yang diberikan oleh
Direksi/Pengawas.

13.2. Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib


memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang
menyangkut Pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektnkal, Plumbing /
Sanitasi dan mendapat ijin tertulis dari Direksi/Pengawas.

14. Pelaksanaan Pekerjaan

14.1. Semua ukuran dan posisi termasuk pemasangan patok-patok di lapangan


harus tepat sesuai gambar Pelaksanaan.

14.2. Kemiringan yang dibuat harus cukup untuk mengalirkan air hujan menuju
ke selokan yang ada di sekitamya serta mengikuti persyaratan-persyaratan
yang tertera di dalam gambar kerja.Tidak dibenarkan adanya genangan air.

14.3. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib meneliti gambar


pelaksanaan dan melakukan pengukuran kondisi lapangan.

14.4. Setiap bagian dari pekerjaan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu
dariDireksi/Pengawas sebelum memulai pelaksanaan pekerjaaan tersebut.

14.5. Semua pekerjaan yang sudah selesai terpasang, apabila perlu harus dilindungi
dari kemungkinan cacat yang disebabkan oleh pekerjaan lain.

14.6. Bilamana pada sistem perkuatan yang tertera dalam gambar pelaksanaan
dianggap kurang kuat oleh Kontraktor, maka menjadi kewajiban dan
tanggungan Kontraktor untuk menambahkannya setelah sistem perkuatan yang
diusulkan Kontraktor disetujui oleh Direksi/Pengawas. Dalam hal ini Kontraktor
tidak dapat mengklaim sebagai pekerjaan tambah.

14.7. Kontraktor tidak boleh mengklaim sebagai pekerjaan tambah bila terjadi:

14.7.1. Kerusakan suatu pekerjaan akibat ketelodoran Kontraktor, Kontraktor harus


memperbaikinya sesuai dengan keadaan semula.
14.7.2. Memperbaiki suatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang
berlaku, gambar pelaksanaan atau dokumen kontrak.

14.7.3. Penunjukan tenaga ahli oleh Direksi/Pengawas yang sesuai dengan kegiatan
suatu Pekerjaan.

14.7.4. Semua pengujian bahan, pembuatan atau pelaksanaan di lapangan, harus


dilaksanakan oleh Kontraktor.

14.8. Finishing Arsitektur adalah +7 cm dari permukaan pelat lantai struktur (lihat
gambar).

15. Dasar penentuan ukuran / posisi pekerjaan.

15.1. Semua ukuran dan posisi, termasuk pemasangan patok-patok di lapangan,


harus tepat sesuai dengan gambar pelaksanaan.

15.2. Kontraktor wajib memperhatikan dan mempelajari segala petunjuk


yang tertera dalam gambar pelaksanaan untuk mendapatkan posisi dan
ketepatan di Lapangan bagi setiap bagian pekerjaan.

15.3. Kontraktor harus memasang patok-patok yang terpenting di Tapak


sebagai patokan titik mulai setiap bagian dari pekerjaan dan harus sesuai
dengan yang ditentukan pada gambar pelaksanaan.

15.4. Bila terjadi perbedaan antara gambar pelaksanaan dengan keadaan di


Lapangan, Kontraktor harus melaporkan hal tersebut kepada Direksi /
Pengawas untuk mendapatkannya. Tidak dibenarkan Kontraktor mengambil
tindakan tanpa sepengetahuan Direksi / Pengawas.

16. Istilah
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing masing Disiplin adalah
sebagai berikut :

AR - : Arsitektur.
Mencakup hal hal yang berhubungan dengan perencanaan dan
perancangan bangunan secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja
yang ada baik Teknis maupun Estetika dan Luar Bangunan.

SR - : Struktur.
Meliputi hal hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi,
bahan konstruksi utama dan spesifikasinya, dimensionering kolom, balok
dan tebal plat serta penulangannya.

SE - : Sanitasi (Teknik Penyehatan).


Mencakup hal hal yang berhubungan dengan sistem sanitasi bangunan (air
bersih, air kotor dan air hujan).
EE - : Elektrikal.
Mencakup hal hal yang berhubungan dengan sistem daya listrik dan
penerangan.

EF - : Elektrikal.
Mencakup hal hal yang berhubungan dengan sistem Fire Detector / Protection.

ET - : Elektrikal.
Mencakup hal hal yang berhubungan dengan sistem Telepon / Komunikasi.

ES - : Elektrikal.
Mencakup hal hal yang berhubungan dengan Sound system.

ME - : Mekanikal,
Meliputi hal hal yang berhubungan dengan penggunaan peralatan / mesin /
motor yang dibantu oleh sistem daya listrik, misalnya : Lift, AC, Heating system,
Crane, dll.

MC - : Mekanikal,
Meliputi hal hal yang berhubungan dengan penggunaan peralatan / mesin /
motor yang menimbulkan daya listrik, misalnya : Generator, Diesel, Compressor
dll.
B. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
Yang termasuk pekerjaan persiapan adalah sesuai dengan dokumen pelaksanaan
dan minimal terdiri dari:

1.1 Sarana tapak

1.2 Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan sebelum pelaksanaan.

1.3 Pekerjaan pengukuran lokasi bangunan.

1.4 Pekerjaan penentuan peil P + 0.00,

1.5 Pekerjaan pembuatan tugu patok dasar.

1.6 Pekerjaan papan patok ukur (bouwplank).

1.7 Pekerjaan galian tanah

1.8 Pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah

1.9 Pekerjaan pembongkaran dan perbaikan kembali.

1.10 Pekerjaan tanda batas (pagar) area proyek

1.11 Pekerjaan kantor kontraktor dan lLos kerja / gudang.

1.12 Pekerjaan kantor Direksi/Pengawas.

2. URAIAN PEKERJAAN.

2.1 Sarana tapak


Yang termasuk pekerjaan ini meliputi penyediaan air dan daya listrik untuk bekerja,
penyediaan alat pemadarn kebakaran dan drainase tapak.

2.1.1. Pekerjaan penyediaan air & daya listrik untuk bekerja.


1) Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor.
2) Air harus bersih, bebas dari bau,lumpur minyak dan bahan kimia laimya yang
merusak.
3) Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari
Direksi / Pengawas.
4) Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor.

2.1.2. Pekerjaan penyediaan alat pemadam kebakaran.


1) Kontraktor wajib menyediakan tabung alat pernadarn kebakaran (Fire
Extinguisher) YAMATO lengkap dengan isinya, sekurang kurangnya 2 Tabung @ 4
- 6 kg.
2) Apabila pelaksanaan pembangunan telah berakhir, maka alat pemadam
kebakaran tersebut menjadi hak milik Pemberi Tugas.

2.1.3. Drainase tapak.


Kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi untuk pembuangan air
yang ada. Pembuatan saluran sementara tersebut harus sesuai petunjuk /
persetujuan Direksi/Pengawas.

2.2 Pekerjaan Pembongkaran dan Pembersihan Sebelum Pelaksanaan.

2.2.1. Pekerjaan pembongkaran dan pernbersihan sebelurn pelaksanaan mencakup


pembongkaran / pembersihan / pemindahan keluar dari Area pembangunan konstruksi
terhadap semua hal yang dinyatakan oleh Direksi/Pengawas tidak akan digunakan lagi
maupun yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan.

2.2.2. Hasil bongkaran harus dikumpulkan dan menjadi hak rnilik Pernberi Tugas. Serah
terima akan diatur oleh Direksi/Pengawas.

2.3 Pengukuran Lokasi Pembangunan.

2.3.1. Kontraktor diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi


pembangunan dengan dilengkapi keterangan keterangan mengenai peil ketinggian
tanah, letak pepohonan letak batas batas tanah dengan menggunakan Alat Optik
yang sudah ditera kebenarannya oleh pihak yang berwajib.

2.3.2. Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi/Pengawas untuk dimintai
keputusannya.

2.3.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut sudut hanya dilakukan dengan alat-alat
W aterpass / Theodolite setara T2.

2.3.4. Kontraktor harus menyediakan W aterpass / Theodolite setara T2 beserta


petugasnya yang melayani untuk kepentingan pemeriksaan Direksi/Pengawas.

2.3.5. Pengukuran sudut siku siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian bagian kecil yang telah disetujui oleh
Direksi/Pengawas.

2.3.6. Instalasi-instalasi yang sudah ada dan masih berfungsi harus diberi tanda yang jelas
dan dilindungi dari kerusakan yang mungkin terjadi akibat pekerjaan proyek ini,
untuk itu harus dicantumkan dalam gambar pengukuran seperti disebutkan dalam
Pengukuran Lokasi Pembangunan. Kontraktor bertanggung jawab atas segala
kerusakan akibat pekerjaan yang sudah dilaksanakan.

2.4 Pekerjaan penentuan patok dasar atau peil P + 0. 00.

2.4.1. Papan patok ukur / bouwplank dibuat dari kayu borneo dengan ukuran tebal 3 cm
dan lebar 15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi atasnya. Papan patok ukur
dipasang pada patok Kayu Borneo 5/7 yang jarak satu sama lain adalah 1,5 m
tertancap ditanah dengan kuat sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau dirubah.

2.4.2. Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama dengan lainnya dan / atau rata
waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Direksi/Pengawas.

2.4.3. Setelah selesai pemasangan papan patok ukur, Kontraktor harus melaporkan
kepada Direksi/Pengawas untuk mendapat persetujuan.

2.5 Pembuatan Tugu Patok Dasar..(Bench Mark)

2.5.1. Letak tugu patok dasar (Bench Mark) ditentukan oleh Direksi/Pengawas.

2.5.2. Tugu patok dasar (Bench Mark) dibuat dari beton bertulang berpenampang 20 20
cm, tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 1 meter dengan bagian yang muncul di
atas permukaan tanah secukupnya untuk memudahkan pengukuran selanjutnya.

2.5.3. Tugu patok dasar (Bench Mark) dibuat permanen, tidak dapat diubah, diberi tanda
yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari
Direksi/Pengawas untuk membongkarnya.

2.6 Pekerjaan Papan Patok Ukur (Bouwplank).

2.6.1. Papan patok ukur (Bouwplank) dipasang pada patok kayu yang kuat, tertanam pada
beton cor setempat sehingga tidak dapat digerakkan atau diubah ubah.

2.6.2. Papan Patok Ukur Kayu dibuat dari kayu klas II dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 15
cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya

2.6.3. Tinggi sisi atas papan bouwplank harus sama antara satu dengan yang lainnya,
kecuali dikehendaki lain oleh Direksi/Pengawas.

2.6.4. Papan patok ukur dipasang sejauh 150 cm dari as dinding terluar, sehingga tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan.

2.6.5. Setelah selesai pemasangan papan patok ukur, Kontraktor harus melapor kepada
Direksi/Pengawas untuk dimintakan persetujuan, serta harus menjaga dan
memelihara keutuhan serta ketetapan letak papan patok ukur sampai tidak
diperlukan lagi dan dibongkar atas persetujuan Direksi/Pengawas.

2.6.6. Alat alat lain yang harus senantiasa tersedia di Lokasi proyek untuk setiap saat
dapat digunakan oleh Direksi/Pengawas adalah :
1) Alat Ukur Theodolite setara T1 dan T2, 1 (satu) buah.
2) Alat Ukur Schuifmaat, 1 (satu) buah.
3) Mesin tik portable 18 “/ Komputer Portable + CPU + Printer, 1 (satu) set.
4) Kamera biasa lengkap dengan blitznya,1 (satu) set.
5) Kamera Polaroid lengkap dengan film dan blitznya 1 (satu) set.
6) Sepatu proyek, 4(empat) pasang dan Helm proyek, 4(empat) buah.
7) 4(empat) set Handy Talky, 4(empat) set.
8) Jas hujan, 4(empat) buah.

2.7 Pekerjaan Galian Tanah.

2.7.1. Pekerjaan galian terdiri dari: basement, diafragma, pondasi batu Kali & batu bata,
pondasi footplate, poer, sloof, saluran, bak kontrol dan galian lain seperti yang
ditunjukkan oleh Direksi/Pengawas.

2.7.2. Urutan galian harus mengikuti petunjuk Direksi/Pengawas.

2.7.3. Jika pada galian terdapat kotoran dan bagian tanah yang tidak padat atau longgar,
maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang terjadi harus
ditutup urugan pasir dan dipadatkan.

2.7.4. Apabila Kontraktor melakukan penggalian melebihi kedalaman yang ditentukan,


maka Kontraktor harus menutup kelebihan tersebut dengan urugan pasir yang
dipadatkan dan disiram air setiap ketebalan 5 cm, lapis demi lapis sampai jenuh,
serta mencapai ketinggian yang diinginkan.

2.7.5. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar dan harus dibersihkan dari segala
macam kotoran.

2.7.6. Penampang lereng galian kiri dan kanan dimiringkan 100 kearah luar dari as galian.

2.7.7. Kelebihan tanah bekas galian harus dibuang dari Lokasi konstruksi. Area antara
papan patok ukur dengan galian harus bebas dari timbunan tanah.

2.7.8. Disyaratkan bahwa seluruh permukaan galian terutama lantai galian harus kering
untuk pekerjaan pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan pondasi,
pengurugan dan pemdatan.

2.8 Pekerjaan Pengurugan dan Pemadatan Tanah.


2.8.1. Pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah ini adalah untuk semua lokasi bekas
galian dan area lainnya sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan
mencapai CBR 4 atau sesuai gambar pelaksanaan.

2.8.2. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus sudah bersih
dari benda benda organis, sisa bongkaran dan bahan lain yang dapat mengurangi
kualitas pekerjaan.

2.8.3. Urugan harus bebas dari bahan yang dapat membusuk, sisa bongkaran dan / atau
yang dapat mempengaruhi kepadatan urugan.

2.8.4. Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap-tiap
lapisan maximum 30 cm. Setelah tanah urugan dihamparkan harus langsung
dipadatkan sampai mencapai peil yang diinginkan.

2.8.5. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca yang baik. Apabila turun
hujan, pemadatan harus dihentikan. Selama pelaksanaan pekerjaan ini, kadar air
harus dijaga agar tidak lebih besar dari 2 % kadar air optimum.
2.9 Pekerjaan pembongkaran & perbaikan kembali

2.9.1. Kortraktor wajib melapor kepada Direksi/Pengawas sebelum melakukan


pernbongkaran / pemindahan segala sesuatu yang ada di lapangan.

2.9.2. Kontraktor diharuskan untuk melindungi sarana existing yang ada di dalam
Tapak yang masih berfungsi.

2.9.3. Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kondisi yang ada / existing di
lapangan yang meliputi dan tidak terbatas pada :

2.9.4. Sistim utilitas yang masih harus berfungsi selama pekerjaan berlangsung, antara
lain : Saluran Drainase, Pipa Air Bersih, Pipa Gas, ataupun instalasi kabel daya
dan kabel data. Keamanan kondisi struktur dan finishing bangunan existing yang
tidak kena bongkar.

2.9.5. Pencegahan timbulnya kebisingan dan perlunya rambu-rambu lalulintas untuk


mengurangi gangguan terhadap lingkungan yang masih harus berfungsi.

2.9.6. Volume hasil pelaksanaan pekerjaan pembongkaran akan diperhitungkan


berdasarkan batas pekerjaan sesuai lingkup yang tercantum dalam dokumen
kontrak.

2.9.7. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan pembongkaran pekerjaa lain
di luar lingkup kontrak pekerjaan, maka kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali
atau menyelesaikan pekerjaan tersebut sebaik mungkin tanpa mengganggu sistim
yang ada. Dalam kasus ini, Kontraktor tidak dapat mengklaim sebagai pekerjaan
tambahan.

2.11 Kantor Kontraktor dan los kerja / gudang.

2.11.2. Kontraktor harus menyediakan 4 buah tabung Pemadam Kebakaran [Fire


Etinguisher] 20 kgs/cm2, 1 ditempat Kontraktor, 1 diletakkan di Kantor
Direksi/Pengawas, 2 diletakkan di daerah yang strategis di Los Kerja.

2.11.3. Khusus untuk menyimpan bahan bahan dasar seperti pasir atau kerikil harus
dibuatkan kotak penyimpanan yang diberi pagar dengan dinding dari papan
sehingga masing masing bahan tidak tercampur dengan yang lainnya.

2.11.4. Kontraktor tidak diperkenankan untuk :


1) Menyimpan alat-alat, bahan-bangunan diluar pagar proyek walaupun untuk
sementara waktu.
2) Menyimpan bahan bahan yang ditolak Direksi/Pengawas karena tidak
memenuhi syarat.

2.11.5. Mekanikal, Elektrikal dan Sanitasi.


1) Lampu Penerangan menggunakan TL 40 watt (+ 8 titik @ 2 x 40 watt ).
2) Kecuali daerah basah dengan lampu pijar, saklar, panel daya (Lokal).
3) Air Conditioning untuk Ruang Rapat, Ruang Pimpro & Ruang Kerja.
4) Air Kotor ditampung dengan Septictank ( Asbes, kapasitas 1 m3 ), dengan
rembesan dialirkan ke drainase kota dengan pipa pralon.
5) Air bersih diambil dari sumur dangkal yang ditampung dengan reservoir
(fiberglass) volume 1 m3 dengan pipa pralon.

2.11.6. Perlengkapan yang disediakan pada Kantor Direksi/Pengawas


1) 1(satu) buah meja rapat ukuran 2,4 x 6,00 m dengan 10 buah kursi lipat.
2) 4(empat) buah meja tulis, biro ukuran 0,80 x 1,20 m dengan 4 buah kursi lipat.
3) 1(satu) unit W hite board ukuran 1,2 x 2,4 m.
4) 1(satu) unit Kotak PPPK lengkap dengan isinya.
5) 1(satu) buah alat pemadam kebakaran dengan chemical isi 4 – 6 Kg.
6) 1(satu) buah sambungan telepon.

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PERSIAPAN


Didalam hal melaksanakan pekerjaannya, Kontraktor harus mengamankan/ melindungi
hal-hal sebagai berikut :

3.1 Bangunan dan benda-benda existing lainnya yang dipertahankan agar tidak
rusak atau cacat.

3.2 Barang atau bahan atau komponen yang dipertahankan, agar tidak rusak
atau cacat.

3.3 Hasil pekerjaan sebelumnya (yang sudah selesai dikerjakan).

3.4 Pekerjaan yang sedang berjalan.


C. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

1. PEKERJAAN TANAH

1.1. Lingkup Pekerjaan

1.1.1. Pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan kerja dan kebutuhan-kebutuhan lainnya
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang terdiri dari pekerjaan
galian, urugan dan pemadatan sesuai dengan gambar rencanasertaRencana kerja
dan Syarat-syarat (RKS) yang diuraikan dalam buku ini.

1.1.2. Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau pembuangan tanah,
batu-batuan atau material lain yang tidak berguna dari tempat proyek, pembuangan
lapisan tanah atas, pembuangan bekas-bekas longsoran, yang keseluruhannya
disesuaikan dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini.

1.1.3. Pekerjaan pengurugan kembali sampai dengan level yang ditentukan dalam gambar
rencana.

1.1.4. Pekerjaan pemadatan hingga mencapai kepadatan yang direncanakan sesuai


dengan gambar rencanaserta Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS) yang
diuraikan dalam buku ini

1.2. Persyaratan Umum Pekerjaan Galian Dan Urugan

1.2.1. Tata Letak


Kontraktor bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan. Sebelum penataan, Kontraktor harus menyerahkan rencana tata letak
untuk mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan/MK. Bench Mark yang bersifat
tetap ataupun sementara harus dijaga dari kemungkinan terganggu atau
pemindahan.

1.2.2. Pengawasan
Selama pelaksanaan pekerjaan tanah, Kontraktor harus diwakili oleh seorang
pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan penggalian
dan pengurugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang harus
dilaksanakan sesuai kontrak.

1.2.3. Pekerjaan Pembersihan dan Pembongkaran.


Semua benda di permukaan seperti pohon, akar dan tonjolan, serta rintangan-
rintangan dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan sesuai
yang tercantum dalam gambar, harus dibersihkan dan/atau dibongkar kecuali untuk
hal-hal di bawah ini :
1) Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda
yang tidak mudah rusak, yang letaknya minimal 1 meter di bawah dasar
pondasi.
2) Pembongkaran tiang, saluran dan selokan hanya sampai dengan kedalaman
yang diperlukan di tempat tersebut.
3) Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali, lubang-lubang bekas
pepohonan dan lubang-lubang lain, harus diurug kembali dengan bahan-
bahan urugan yang baik dan harus dipadatkan.
4) Kontraktor bertanggung jawab untuk membuangtanaman-tanaman dan puing-
puing bekas bongkaran,ke tempat yang telah ditentukan oleh Direksi
Lapangan/MK.
5) Kontraktor harus melestarikan semua benda-benda yang ditentukan tetap
berada pada tempatnya.

1.2.4. Obstacle
1) Obstacle adalah berupa konstruksi beton, pasangan batu kali, pasangan
dinding tembok, besi-besi tua dan lain-lain bekas konstruksi bangunan lama,
yang cara pembongkarannya memerlukan metoda khusus dengan meng-
gunakan peralatan yang lebih khusus pula (misalnya beton breaker,
compressor, mesin potong) dibanding dengan peralatan yang digunakan pada
pekerjaan galian tanah.
2) Semua brangkal dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi existing,
galian dan lain-lain, harus segera dikeluarkan dari tapak dan dibuang ke
tempat yang ditentukan oleh Direksi Lapangan/MK. Semua peralatan yang
diperlukan pada paket pekerjaan ini, harus tersedia di Lapangan dalam
keadaan siap pakai.
3) Pemborong harus tetap menjaga kebersihan di Area dan disekitarnya yang
diakibatkan oleh semua kegiatan pekerjaan ini, serta menjaga keutuhan
terhadap material/barang-barang yang sudah terpasang (existing) yang tidak
dibongkar.
4) Batasan pembongkaran obstacle bekas bangunan adalah sebagai berikut:
Pada daerah titik pondasi dalam, sampai mencapai kedalaman yang masih
memungkinkan obstacle tersebut bisa dibongkar/digali sesuai dengan kondisi
dan sifat tanah pada daerah tersebut.
Pada jalur yang akan dibuat pondasi dangkal atau pondasi telapak, poer dan
balok sloof, mulai dari permukaan tanah existing sampai dengan di bawah
permukaan dasar urugan pasir dari konstruksi pondasi, poer dan balok sloof.

1.3. Persyaratan Pekerjaan Pembuangan Humus

1.3.1. Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan humus dan rumput harus
dibersihkandan harus bebas dari sisa-sisa tanah lepas (subsoil), bekas-bekas
pohon, akar-akar, batu-batuan lepas, semak-semak atau bahan-bahan lain.

1.3.2. Humus dan lain-lain sesuai butir 1.3.1. sebagai hasil dari pengupasan/penggalian
tersebut harus dibuang ketempatyang sudah ditentukan oleh Direksi Lapangan/MK.

1.4. Pekerjaan Galian.

1.4.1. Selama proses penggalian, kondisi lapangan harus dijaga agar selalu mendapatkan
sistem drainase yang baik.

1.4.2. Dalam pelaksanaan penggalian, diperbolehkan untuk menggunakan mesin kecuali


untuk tempat-tempat dimana penggunaan mesin tersebut dapat merusak benda-
benda yang berada didekatnya, bangunan-bangunan ataupun pekerjaan yang telah
selesai dilaksanakan. Dalam hal ini metoda pekerjaan dengan tangan yang harus
dilaksanakan.

1.4.3. Kontraktor harus membuat turap sementara yang cukup kuat untuk menahan
lereng-lereng tanah galian agar lereng-lereng galian tersebut tidak longsor atau
ambruk sehingga tidak mengganggu pekerjaan.

1.4.4. Turap sementara tersebut harus dapat menjaga/menahan bangunan-bangunan


yang berada disekitar lereng galian agar tetap stabil.

1.4.5. Apabila terjadi kerusakan pada bangunan atau ambruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan galian, maka Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kerusakan
bangunan tersebut termasuk barang-barang yang menjadi rusak dan harus
menggantinya atas biaya kontraktor.

1.4.6. Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup untuk bagian-
bagian pekerjaan diatas tanah maupun dibawah tanah, drainase, saluran-saluran
pembuang dan rintangan-rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan.
Semua biaya yang diakibatkannya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.4.7. Kemiringan galian harus dibuat dengan perbandingan minimal 1 (satu) horizontal
dengan 1 (satu) vertical, kecuali diperlihatkan lain dalam gambar atau atas petunjuk
Direksi Lapangan/MK.

1.4.8. Macam/Jenis Galian.


Macam/Jenis Penggalian dibagi dalam 3 (tiga) jenis yaitu :
1) Galian tanah biasa.
2) Galian batu.
3) Galian konstruksi / obstacle.

1.4.9. Semua pekerjaan galian harus dikerjakan sesuai dengan Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini untuk ketiga jenis galian tersebut di atas. Syarat-syarat
pekerjaan yang menyangkut bidang lain, mengikuti ketentuan-ketentuan letak, peil,
dan dimensi seperti yang tercantum dalam gambar rencana atau atas petunjuk
Direksi Lapangan/MK.

1.4.10. Galian Tanah Biasa


1) Galian tanah biasa harus mencakup semua galian yang bukan galian batu,
galian konstruksi atau galian material dan bahan baku lainnya.
2) Apabila Direksi Lapangan/MK menghendaki, Kontraktor harus membongkar/
membuang material-material yang tidak diinginkan dari hasil pekerjaan
galian, ke tempat lain yang sudah ditentukan.
3) Bila material-material yang tidak diinginkan itu harus dibuang, tanah yang
digunakan untuk menutup lubang bekas galian harus dipadatkan.
4) Bila tanah/material yang tidak diinginkan itu terletak di bawah muka air tanah,
maka tanah dan material penggantinya harus terdiri dari pasir atau material
berbutir lepas lainnya, sampai dengan tebal minimum 30 cm diatas
permukaan air tanah. Dalam keadaan seperti ini pemadatan dapat
ditiadakan, dengan syarat apabila Direksi Lapangan/MK mengijinkan.

1.4.11. Galian Batu.


Galian batu terdiri dari pekerjaan menggali/membongkar batu-batuan pada daerah
galian termasuk batu-batuan konglomerat yang menurut pendapat Direksi
Lapangan / MK harus dilakukan penggalian/pembongkaran.

1.4.12. Galian Konstruksi / Obstacle


1) Galian Konstruksi adalah semua galian, selain dari galian tanah dan galian
batu dalam batas pekerjaan yang disebut dalam Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) ini atau tercantum dalam gambar kerja.
2) Semua galian yang disebut sebagai galian Konstruksi terdiri dari galian lantai
bangunan, galian pondasi bangunan existing, galian perkerasan
jalan/halaman, galian pipa/kabel listrik, pipa gas, pipa air minum, saluran-
saluran serta konstruksi-konstruksi lainnya, selain yang disebutkan
pada Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini.
3) Pekerjaan ini juga termasuk pekerjaan untuk mengisi kembali lubang-lubang
bekas galian dengan material-material yang baik dan dari jenis yang
disetujui Direksi Lapangan/MK, membuang kelebihan material, pengeringan
atau pemompaan air bila diperlukan, pembongkaran dan lain-lain sehubungan
dengan pekerjaan ini.
4) Sebelum memulai pekerjaan galian, terlebih dulu Kontraktor harus
memberitahukan kepada Direksi Lapangan/MK. Sehingga penampang, peil
dan pengukurannya dapat dilakukan pada keadaan tanah yang belum
terganggu.
5) Galian untuk pondasi, balok sloof atau konstruksi lainnya harus digali sampai
pada batas-batas kemiringan dan peil yang tercantum pada gambar
rencana atau atas petunjuk Direksi Lapangan/MK. Galian tersebut harus
mempunyai ukuran yang cukup agar penempatan konstruksi dengan dimensi
yang sesuai dengan gambar rencana dapat dengan mudah dilaksanakan.
6) Direksi Lapangan/MK dapat menentukan perubahan dimensi atau peil dari
dasar galian bila dipandang perlu. Sesudah galian selesai dilakukan,
Kontraktor harus memberi tahu Direksi Lapangan/MK tentang kondisi dasar
galian.
7) Batuan keras, bahan-bahan lain yang cukup keras dan yang diperbolehkan
untuk menjadi bagian dari dasar pondasi / konstruksi, harus dibersihkan dari
bahan-bahan lepas dan dipotong dengan bentuk yang kokoh dan rata sesuai
dengan petunjuk Direksi Lapangan/MK. Semua retakan atau celah-celah yang
ada harus dibersihkan dan diisi dengan spesi. Semua material lepas, batu-
batuan lapuk dan lapisan-lapisanyang tipis harus dibuang.

1.5. Pekerjaan Urugan

1.5.1. Persyaratan Bahan Urugan


1) Bahan urugan yang dipakai adalah tanah merah ataubatuan ballast dan pasir
urug darat yang memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan antara lain :
Bahan urugan harus bebas dari humus, sampah (baik sampah organik
maupun sampah anorganik), akar-akar tanaman atau sisa-sisa tumbuhan atau
barang-barang lainnya yang dapat merusak kepadatan dan daya dukung
tanah.
Bahan urugan harus bebas dari batuan-batuan yang berukuran ≥ 5/7 cm yang
dapat menyebabkan terjadinya rongga-rongga dalam tanah setelah
dipadatkan, kecuali batuan ballast.
Kadar air bahan urugan harus berada dalam rentang 3% dibawah kadar air
optimum sampai 1% diatas kadar air optimum. Kadar air optimum adalah
kadar air padakepadatan kering maksimum yang diperoleh daripercobaan
pemadatan tanah sesuai dengan SNI 03-1743-1989,Metode D.
Tanah bahan urugan tidak boleh tanah yang berplastis tinggi yang
diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH
menurut “Unified atau Casagrande Soil Classification System”.
Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif (perbandingan antara Indeks
Plastis / PI-(SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-
1994)) lebih besar dari 1,25 atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan
oleh AASHTO T258 sebagai “very high” atau “extra high”, tidak boleh
digunakan sebagai bahan urugan
2) Tanah bekas galian tidak boleh dipakai lagi untuk bahan urugan, kecuali
apabila tanah tersebut memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan
dan mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan/MK.
3) Sumber bahan urugan harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menjamin
penyediaan bahan urugan sehingga dapat mencukupi seluruh kebutuhan
Proyek.
4) Semua bahan urugan, harus mendapat persetujuan dari Direksi
Lapangan/MK. baik mengenai kualitas bahan, maupun sumber bahan itu
sendiri sebelum dibawa atau digunakan didalam lokasi pekerjaan.
5) Bahan urugan yang mengandung tanah organis, akar- akaran, sampah, dan
lain-lain, tidak boleh dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini
harus dipindahkan dan ditempatkan pada lokasi pembuangan yang disetujui
atau ditunjuk oleh Direksi Lapangan/MK.

1.5.2. Pengujian bahan urugan


Sebagai bahan urugan sebelum dipakai untuk mengurug/menimbun lokasi proyek,
terlebih dulu harus dilakukan pengujian sehingga semua persyaratan bahan urugan
dapat terpenuhi.
1) Kontraktor harus melakukan survey dan penelitian pada lokasi Quary untuk
pengujian persyaratan bahan urugan sesuai persyaratan butir 1). a) dan c).
2) Kontraktor harus mengambil sampel tanah dari Quary, minimal 3 (tiga) titik
sampel untuk 1 (satu) Quary. Volume pengambilan sampel untuk masing-
masing titik adalah 1 m 3 tanah yang diambil pada kedalaman 1 m dibawah
permukaan tanah.
3) Sampel tanah Quary tersebut selanjutnya dibawa ke Laboratorium untuk
dilakukan pengujian terhadap:
Indeks Plastisitas.
Pengujian Gradasi Partikel.
Penentuan kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-1743-1989,metode D.
Pengujian CBR.
4) Percobaan Pemadatan
Kontraktor harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan
untuk pemadatan agar dicapai suatu kepadatan yang disyaratkan.
Percobaan pemadatan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan alat
pemadat dan harus dimonitor kadar airnya sehingga kepadatan yang
disyaratkan dapat tercapai.
Hasil percobaan pemadatan ini selanjutnya harus dijadikan acuan dalam
pelaksanaan pemadatan yang sebenarnya.
5) Pengujian mutu bahan harus dilaksanakan secara rutin terhadap bahan
urugan yang dibawa ke lokasi proyek. Untuk setiap 1000 m 3 bahan urugan
yang masuk ke proyek,minimal harus dilakukan satu pengujian Nilai Aktif,
seperti yang disyaratkan dalam butir 1.5.1.

1.5.3. Pelaksanaan pengurugan.


1) Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dengan cara stripping setebal 62
cm untuk area bangunan dan 104 cm untuk area jalan/parkir atau sesuai
dengan petunjuk Direksi Lapangan/MK.
2) Pekerjaan Pengurugan harus segera dikerjakan setelah pekerjaan stripping
selesai dilaksanakan (tidak boleh dibiarkan terlalu lama), oleh sebab itu bahan
urugan harus sudah ada di lokasi sebelum pekerjaan stripping dilakukan.
3) Bahan urugan yang sudah ditempatkan dilokasi pengurugan tetapi tidak
memenuhi standar persyaratan sebagai bahan urugan, harus dibuang dan
diganti dengan bahan urugan yang memenuhi standar persyaratan atas biaya
Kontraktor.
4) Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk
sebelum pekerjaan pengurugan dimulai. Pada saat pengerukan dan
pengurugan, daerah tersebut harus dikeringkan.
5) Pemampatan dan pemadatan harus dilakukan sesuai dengan artikel tentang
hal tersebut dalam bab ini selanjutnya.
6) Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras. Jika
permukaan lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh air, Kontraktor
harus membuat alur-alur pada permukaan atas urugan untuk menge-
ringkannya sampai mencapai kadar air yang benar dan dipadatkan kembali.
7) Ketinggian permukaan urugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasi
sesuai dengan gambar rencana.
8) Ketebalan Lapisan-lapisan urugan dan material lainnya disesuaikan dengan
petunjuk pada gambar kerja (Detail Konstruksi Jalan dan Detail Prinsip
Suspended Slab), atau sesuai arahan Direksi Lapangan/MK.

1.5.4. Pelaksanaan Pengurugan diatas tanah yang sangat lunak.


Pengurugan pada daerah-daerah yang tanah aslinya sangat lunak dimana
ketinggian/ketebalan urugansetelah dipadatkan mencapai 1,5 meter atau lebih,
pelaksanaan pengurugan harus mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1) Sebelum dilaksanakan pengurugan, terlebih dahulu pada tanah dasarnya
harus dipasangi cerucuk diameter 8 cm, panjang 4 meter yang dipancang tiap
jarak 40 cm untuk kedua arahnya.
2) Pemancangan cerucuk harus dilaksanakan sehingga ujung bagian atas
cerucuk masuk kedalam tanah minimal harus sampai rata dengan permukaan
tanah dasar.
3) Setelah pemasangan cerucuk selesai dikerjakan, kemudian dilaksanakan
pengurugan lapis demi lapis dengan ketebalan masing-masing lapisan sesuai
butir 1.5.5. Pelaksanaan Pemadatan

1.5.5. Pelaksanaan Pemadatan


1) Kontraktor harus menentukan jenis, ukuran dan berat dari alat pemadat, yang
paling sesuai untuk pemadatan bahan urugan. Alat-alat pemadatan tersebut
harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan/MK.

2) Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap
lapisan maksimum 30 cm dan dipadatkan sampai mencapai minimal 90%
(modified proctor) dari kepadatan kering maksimum seperti yang ditentukan
dalam AASHTO T99.
3) Segera setelah penghamparan lapisan bahan urugan selesai, urugan harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat atau mesin gilas yang cocok dan
memadaiserta telah mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan/MK.
4) Pemadatan harus dilakukan dengan memakai alat mesin gilas statis beroda
baja dengan berat yang disesuaikan untuk keperluan pemadatan tanah proyek
ini, sehingga kepadatan tanah yang direncanakan sebagaimana tercantum
dalam gambar rencana dapat tercapai.
5) Pelaksanaan pemadatan dengan mesin gilas harus dilakukan berulang-
ulang/bolak-balik sampai tanah urugan betul-betul padat secara merata sesuai
dengan yang direncanakan dan penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh
alur bekas roda mesin gilas hilang.
6) Direksi Lapangan/MK dapat memerintahkan untuk menggunakan mesin gilas
beroda karet pada pemadatan terahir apabila pemadatan dengan mesin gilas
statis beroda baja dapat mengakibatkan kerusakan pada lapisan dibawahnya.
7) Pemadatan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas, bahan urugan harus dihampar lapis demi lapis dengan tebal tiap-
tiap lapisan maksimum 15 cm. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan
penumbuk loncat mekanis dengan berat minimum 25 kg.
8) Pemadatan tanah urugan hanya dapat dilaksanakan apabila kadar air bahan
urugan berada dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum sampai 1%
diatas kadar air optimum sebagaimana yang ditetapkan dalam SNI 03-1743-
1989,Metode D
9) Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan, penempatan dan
pemadatan bahan-bahan urugan dan juga harus memperbaiki kekurangan-
kekurangan akibat pemadatan yang tidak cukup/sempurna.

1.5.6. Pengujian Mutu Pemadatan


1) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan/urugan yang
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992. Bila hasil setiap pengujian
menunjukkan bahwa kepadatannya kurang dari yang disyaratkan maka
Kontraktor harus memperbaiki pekerjaannya sehingga memenuhi persyaratan
tanpa ada biaya tambahan.
2) Pengujian dengan pemeriksaan CBR lapangan.
 Peralatan yang dipergunakan dalam pemeriksaan CBR lapangan terdiri
dari : Dongkrak CBR mekanis dengan kapasitas 10 ton yang
dilengkapi dengan swivel head dan proving ring (cincin penguji)
dengan kapasitas 1,5 ton, 3 ton dan 5 ton atau sesuai dengan
kebutuhan, piston (torak) penetrasi dan pipa-pipa penyambung.
 Arloji penunjuk untuk mengukur penetrasi dengan ketelitian 0,01
mm yang dilengkapi dengan balok penyokong dari baja propil
sepanjang ± 2,5 m.
 Keping beban yang bergaris tengah 2,5 cm yang berlubang ditengahnya
dengan berat 5 kg dan beban-beban tambahan seberat 2,5 kg untuk
penambahan beban bila diperlukan.
 Sebuah truk yang dibebani sesuai kebutuhan, pada bagian
bawah belakang truk harus dipasang sebuah dongkrak CBR mekanis.
 Dua dongkrak truk, alat-alat penggali, alat-alat penumbuk, alat-
alat perata dan lain-lain yang diperlukan untuk pengujian.
 Pengujian ini dilakukan untuk memeriksa CBR (California Bearing
Ratio) secara langsung di Tempat. CBR adalah perbandingan antara
beban penetrasi suatu lapisan tanah atau perkerasan terhadap
bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang
sama.
 Kontraktor harus melaksanakan pengujian CBR lapangan pada
permukaan lapisan tanah terakhir yang dipadatkan yang dikehendaki
nilai CBR nya sesuai gambar rencana.
2. URAIAN DAN PERSYARATAN UMUM PEKERJAAN BETON

2.1. Beton Bertulang

2.1.1. Mutu Beton


Mutu beton yang dipergunakan adalah sesuai dengan gambar perencanaan serta
Rencana Kerja dan Syarat-syarat yang akan diuraikan lebih lanjut dalam pasal 2.5
Beton. Kuat tekan beton minimum adalah pada umur 28 hari yang diuji pada benda
uji silinder.

2.1.2. Tipe Semen


Semen harus memenuhi persyaratan untuk Portland Cement “Specification for
Portland Cement” (ASTM C 150)

2.1.3. Aggregat
Aggregat yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan “Specification for
Concrete Aggregates” (ASTM C 33)

2.1.4. Baja Tulangan


1) Mutu baja tulangan yang dipergunakan harus memenuhi Standard Industri
Indonesia (SII) dan “Spesification for Deformed and Plain Billet Steel Bars for
Concrete Reinforcement (ASTM A615).
2) Mutu baja tulangan yang dipergunakan harus sesuai gambar perencanaan
serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) yang akan diuraikan lebih lanjut
dalam pasal 2.4. Baja Tulangan.

2.1.5. Admixture.
1) Admixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat
pengerasan beton.
2) Penggunaan admixture harus mendapat persetujuan Direksi Lapangan/MK.
3) Penggunaan Fly-ash atau pozzolon lainnya.
Penggunaan fly-ash atau pozzolon lainnya harus memenuhi persyaratan
“Specification for Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozzolon for use as a
mineral Admixture in Portland Cement Concrete” (ASTM C618).

2.1.6. Minimum Cement Content.


Minimum Cement Content adalah 320kg untuk setiap m3 (meter kubik) beton untuk
seluruh struktur.

2.1.7. Maksimum W ater Cement Ration (wcr)


Maksimum W ater Cement Ratio untuk beton yang dipergunakan untuk struktur
bawah (Pile cap, sloof dan lantai basement paling bawah yang menempel pada
tanah) adalah 0,55, sedangkan untuk seluruh struktur atas (selain struktur bawah)
adalah 0,50.

2.1.8. Slump Beton


Slump beton ditentukan sebagai berikut :
1) Pile cap, sloof, basement slab : 120 mm.
2) Dinding beton dan kolom : 160 mm.
3) Pelat dan balok : 120 mm.
4) Max slump loss : 10 mm.

2.1.9. Selimut Beton


1) Selimut Beton untuk beton struktur bawah minimum 50 mm net disamping
adanya 50mm lantai kerja.
2) Selimut beton untuk struktur atas adalah sbb :
Pile cap atau poor, untuk sisi bawah : 7.5 cm.
Pile cap atau poor, untuk sisi lainnya : 5 cm.
Pondasi telapak : 5 cm.
Balok sloof : 5 cm.
Kolom : 4 cm.
Balok : 4 cm.
Pelat beton : 2 cm.
Dinding beton : 2.5 cm.

2.1.10. Perawatan dan perlindungan Beton


1) Menjaga Kadar air dalam beton.
Prosedur perawatan beton (curing) berikut harus segera dilakukan setelah
beton dicor. Berikan curing compound yang memenuhi syarat ASTM C309
untuk seluruh elemen vertical (kolom, wall, tepi balok) dan seluruh elemen
horizontal (tepi bawah pelat dan balok maupun tepi atas pelat dan balok.
2) Perlindungan terhadap tumbukan mekanis.
Selama curing compound (dan min. 2 minggu untuk bagian beton yang
diwaterproofing secara crystalline barrier), beton harus dilindungi terhadap
gangguan mekanis seperti timbunan material yang berat, tertumbuk material
keras, vibrasi berlebihan dan goresan-goresan besar. Struktur tidak boleh
dibebani sehingga mengalami overstress.

2.2. Metode Konstruksi


Dalam penanggulangan terhadap kebocoran dipergunakan material sebagai berikut:

2.2.1. W aterproofing
1) Untuk lantai atap dipergunakan water-proofing sistem membrane yang tahan
ultra violet tanpa screed setara dengan ex Residek.
2) Untuk daerah toilet dipergunakan sistem crystalline barrier Formdek Plus
1,5kg/m 2
3) Untuk struktur basement digunakan :
System membrane Preprufe 300R ex Grace untuk slab basement dan
bituthene 3000 ex Grace untuk dinding beton, atau
System crystalline barrier Vandex Super 2,5 kg/m 2

2.2.2. W aterstop
1) W aterstop harus dipergunakan pada setiap control joint pada pelat beton
basement atau pada setiap sambungan elemen struktur beton dimana satu sisi
permukannya berhadapan dengan tanah atau pada setiap sambungan elemen
struktur beton yang harus kedap air. Material yang dipergunakan adalah bahan
volclay dengan tipe setara dengan RX 101 SW B.
2) Tipe dan ukuran waterstop baik tebal maupun lebarnya agar disesuaikan
dengan joint dan penyambungannya, sehingga memenuhi rekomendasi
dari pabrik.

2.2.3. Bonding Agent.


Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan / harus dicor
secara terputus, untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan
desain dan perhitungannya. Cara pemakaiannya harus sesuai petunjuk pabrik.

2.2.4. Admixture
Admixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat
pengerasan beton. Penggunaan bahan admixture tersebut harus mendapat
persetujuan dari Direksi Lapangan/MK

2.3. Perancah/Form Work

2.3.1. Konstruksi Perancah


Kontraktor bertanggung jawab atas konstruksi perancah. Konstruksi perancah harus
memperhitungkan beban terberat dan kombinasi terburuk dari beban-beban sebagai
berikut :
1) Berat total perancah.
2) Berat beton basah termasuk penulangannya.
3) Beban selama masa konstruksi termasuk beban dinamis akibat pengecoran,
pemadatan dan lalulintas di atas perancah.
4) Beban angin

2.3.2. Pembongkaran perancah


Pembongkaran perancah hanya dapat dilakukan apabila kekuatan struktur beton
sudah dapat mendukung berat sendiri dan beban hidup yang bekerja diatasnya,
yang ditunjukan/dibuktikan melalui hasil pengujian beton.

2.3.3. Sistem Shoring dan Re-shoring


1) Sistem shoring dan re-shoring yang dipergunakan adalah 1 (satu) lantai “full
shored” dan 2 lantai “re-shored”
2) Re-shoring dilakukan dengan menggunakan tiang tunggal berjarak maksimum
1.80 m tiang ke tiang

2.4. Joints
Ketentuan Construction Joint adalah sebagaio berikut:

2.4.1. Lokasi construction joint harus diajukan oleh kontraktor dan harus sisetujui olek
Direksi Lapangan/MK. Lokasi construction jont harus sedemikian sehingga tidak
mengganggu integritas struktur

2.4.2. Permukaan joint harus dibuat kasar sebelum pengecoran.


2.5. Toleransi

2.5.1. Toleransi dimensi / ukuran panjang :


1) Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m, maksimum 5 mm.
2) Panjang keseluruhan lebih dari 6 m, maksimum 15 mm.

2.5.2. Toleransi bentuk :


1) Siku (selisih dalam panjang diagonal) maksimum 10 mm.
2) Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan) dari garis yang dimaksud untuk
panjang s/d 3 m maksimum 12 mm.
3) Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m maksimum 15 mm.
4) Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m maksimum 20 mm.

2.5.3. Toleransi kedudukan (dari titik patokan):


1) Kedudukan permukaan horizontal dari rencana, maksimum 10 mm
2) Kedudukan permukaan vertikal dari rencana, maksimum20 mm

2.5.4. Toleransi kedudukan tegak: Penyimpangan ketegakan dinding, maksimum10 mm.

2.5.5. Toleransi ketinggian (elevasi)


1) Puncak beton penutup dibawah pundasi, maksimum10 mm.
2) Puncak beton penutup dibawah pelat injak, maksimum 10 mm.
3) Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang, maksimum10 mm.

2.5.6. Toleransi kedudukan mendatar untuk 4 m panjang mendatar maksimum 10 mm.

2.5.7. Toleransi untuk penutup/selimut beton tulangan:


1) selimut beton sampai 3 cm, maksimum 5 mm.
2) selimut beton 3 cm - 5 cm, maksimum 10 mm.
3) selimut beton 5 cm - 10 cm, maksimum 10 mm.

2.6. Standar Referensi

2.6.1. RSNI : Tata cara perencanaan struktur beton untuk bangunan gedung.

2.6.2. SK SNI S-05-1989-F: Standar spesifikasi bahan bangunan bagian B.

2.6.3. SNI 03-1974-1990: Metode pengujian kuat tekan beton.

2.6.4. SNI 03-2458-1991: Metode pengujian pengambilan contoh untuk campuran beton
segar.

2.6.5. SNI 03-2461-1991: Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur.

2.6.6. SNI 03-2492-1991 : Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton
dilaboratorium.
2.6.7. SNI 03-2496-1991 : Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk
beton.

2.6.8. SNI 03-2834-1992 : Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal.

2.6.9. SNI 03-4810-1998 : Metode pembuatan dan perawatan benda uji di Lapangan.

2.6.10. SNI 15-2049-1994 : Semen Portland.

2.6.11. ANSI / AW S D1.4 : Tata cara pengelasan Baja tulangan.

2.6.12. ASTM A 184 M : Standar spesifikasi untuk anyaman batang baja ulir yang
difabrikasi untuk tulangan beton bertulang.

2.6.13. ASTM A 496-9 : Standar spesifikasi untuk kawat baja untuk beton bertulang.

2.6.14. ASTM A 500 : Standar spesifikasi untuk jaring kawat las ulir untuk beton bertulang.

2.6.15. ASTM A 615M : Standar spesifikasi untuk tulangan baja ulir dan polos gilas untuk
beton bertulang.

2.6.16. ASTM A 645M-96a : Standar spesifikasi untuk baja gilas ulir dan polos Tulangan
baja untuk beton bertulang.

2.6.17. ASTM A 82 : Standar spesifikasi untuk kawat tulangan polos untuk penulangan
beton

2.6.18. ASTM A 82-94 : Standar spesifikasi untuk jaringan kawat baja untuk Beton
bertulang.

2.6.19. ASTM C 31-91 : Standar praktis untuk pembuatan dan pemeliharaan benda uji
beton di lapangan.

2.6.20. ASTM C 33 : Standar spesifikasi agregat untuk beton.

2.6.21. ASTM C 33-93 : Standar spesifikasi untuk agregat beton.

2.6.22. ASTM C 39-93a : Standar metode uji untuk kuat tekan benda uji silinder beton.

2.6.23. .ASTM C 494 : Standar spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton.

2.6.24. ASTM C 685 : Standar spesifikasi untuk beton yang dibuat melalui penakaran
volume dan pencampuran menerus.

2.6.25. AASTHO M153-70 : Karet spons yang dibentuk dan pengisi sambungan dari gabus
untuk lapisan beton dan konstruksi struktur.

2.6.26. AASTHO M173-60 : Pengendap sambungan beton, tipe elastis yang dituang panas.
3. PEKERJAAN STRUKTUR BETON

3.1. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan struktur beton bangunan / gedung ini adalah melaksanakan
seluruh pekerjaan konstruksi beton bertulang dari mulai penyiapan/pengadaan
tenaga akhli dan tenaga kerja, pengadaan bahan dan peralatan, pelaksanaan
pekerjaan, pemeliharaan, pengujian, perbaikan, pembuatan shop drawing dan lain-
lain sesuai dengan gambar perencanaan dan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
yang diuraikan dalam buku ini yang antara lain tetapi tidak terbatas pada:

3.1.1. Pekerjaan pembuatan, pemasangan dan pembongkaran formwork.


Pengadaan bahan, peralatan dan tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaan
formwork, shoring dan reshoring agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang baik
termasuk perencanaan, pemasangan dan perkuatan konstruksi formwork serta
pembongkarannya.

3.1.2. Perkerjaan baja tulangan.


Lingkup pekerjaan ini terdiri dari pengadaan baja tulangan sesuai dengan ukuran-
ukuran yang ditentukan dalam gambar perencanaan, pengadaan peralatan dan
tenaga kerja untuk membuat rangkaian penulangan beton dengan bentuk dan
ukurannya sesuai dengan gambar perencanaan termasuk penempatan/
pemasangan rangkaian baja tulangan tersebut pada formwork.

3.1.3. Pekerjaan beton.


Yang termasuk lingkup pekerjaan beton ini adalah sebagai berikut:
1) Pembuatan atau pengadaan adukan beton dengan mutu seperti yang
ditunjukan pada gambar perencanaan dan dijelaskan dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat yang diuraikan alam buku ini selanjutnya.
2) Penyelesaian pekerjaan secara benar mengacu kepada gambar perencanaan
dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini serta ketentuan-ketentuan dari
Standar Refferensi.
3) Melaksanakan perwatan dan penyelesaian akhir termasuk pekerjaan
perbaikan, grouting dan sacking.
4) Pemasangan material atau benda-benda yang tertanam didalam beton selain
dari baja tulangan.
5) Melakukan koordinasi baik mengenai gambar perencanaan maupun mengenai
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dengan pekerjaan-pekerjaan dari
disiplin lain.
6) Pekerjaan grouting.
pengadaan bahan/material, peralatan, tenaga kerja, pengawasan dan lain-lain
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan dengan grouting
apabila terjadi keretakan pada beton.
7) Melaksanakan pekerjaan finishing permukaan beton dan melakukan
perawatan beton.

3.2. Formwork Beton

3.2.1. Perencanaan Formwork.


1) Tanggung Jawab
Perencanaan formwork, shoring, dan pembongkarannya serta keamanan
konstruksinya dari setiap bagian formwork dan setiap bagian dari perancah
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
2) Kekuatan menahan beban.
Perencanaan konstruksi formwork harus dapat menahan pembebanan pada
kombinasi terburuk dari Berat total formwork + penulangan + beton dengan :
Beban selama masa konstruksi termasuk efek dinamik dari pemasangan,
pemadatan, dan lalu lintas konstruksi.
Beban angin
3) Lendutan Formwork yang diijinkan.
Lendutan maximum formwork harus <1/400 x bentang (untuk beton ekspos)
dan < 1/360 x bentang (untuk struktur beton lainnya.

3.2.2. Bahan formwork beton


Formwork beton untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex tebal 12
mm atau plywood tebal 15 mm, atau pelat besi atau fiberglass sesuai kebutuhan
formwork untuk elemen-elemen konstruksi. Formwork harus diperkuat agar
mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna. Khusus untuk formwork
kolom harus dipasang sabuk dari besi atau kayu sesuai kebutuhan.

3.2.3. Keserasian bentuk formwork


1) Formwork harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang dikehendaki menurut
gambar perencanaan. Kontraktor bertanggungjawab terhadap kekuatan dan
keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-kerusakan
yang mungkin akan timbul pada waktu pemakaian.
2) Direksi Lapangan/MK dapat mengafkir suatu bagian dari formwork yang tidak
dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera
membuang bentuk yang diafkir dan menggantinya atas bebannya sendiri.

3.2.4. Konstruksi Formwork


1) Semua formwork harus betul-betul teliti, kuat dan aman pada kedudukannya
sehingga dapat dicegah pengembangan atau gerakan lain selama penuangan
beton sampai dengan formwork beton tersebut dilepas.
2) Semua formwork beton harus kuat dan kaku sehingga tidak dapat bergerak
secara berlebihan, baik kearah vertikal maupun kearah horizontal..

3.2.5. Konstruksi Perancah / steiger / scaffolding


1) Bahan Perancah
Perancah harus dibuat dari pipa baja/besi yang bermutu baik sesuai standar
pabrik dan tidak diperkenankan makai kayu atau bambu.
2) Perancangan Perancah
Kontraktor harus menyerahkan gambar rancangan konstruksi perancah dan
sistem pendukungnya atau sistem lainnya secara detail termasuk
perhitungannya kepada Direksi Lapangan/MK untuk mendapat persetujuan.
Pekerjaan pergecoran beton tidak boleh dilaksanakan sebelum gambar
rancangan konstruksi perancah tersebut disetujui.
3) Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada ketentuan
ACI-347.
Page | 42
4) Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat dan kaku yang
bertumpu pada landasan yang baik dan kuat sehingga tidak akan timbul
kemungkinan penurunan formwork selama pelaksanaan pekerjaan beton.
5) Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan
yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya-gaya yang
bekerja padanya sedemikian rupa sehingga pada akhir pekerjaan beton,
permukaan dan bentuk konstruksi beton harus sesuai dengan bentuk dan
kedudukan yang direncanakan.
6) Bila konstruksi perancah pada saat pekerjaan pengecoran beton berlangsung
menunjukkan tanda-tanda penurunan sehingga menurut pendapat Direksi
Lapangan/MK hal itu akan menyebabkan kedudukan dan peil akhir permukaan
beton tidak sesuai dengan gambar perencanaan atau dapat membahayakan
keamanan konstruksi, maka Direksi Lapangan/MK dapat memerintahkan untuk
membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan mengharuskan
Kontraktor untuk memperbaiki konstruksi perancah tersebut sampai betul-betul
kuat untuk kemudian dilakukan pengecoran kembali. Biaya yang timbul akibat
hal tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

3.2.6. Penyimpanan formwork dan material formwork


Material formwork dan formwork yang belum dipasang harus disimpan di lokasi
yang bersih dari tanah.

3.2.7. Bahan Pelepas Formwork


Sebelum adukan beton dituang kedalam formwork, seluruh permukaan formwork
harus dilapisi dengan nonstaining oil (bahan pelepas) sehingga dapat mencegah
secara efektif lekatnya beton pada formwork dan akan memudahkan melepas
formwork beton. Bahan ini jangan sampai mengenai baja tulangan atau dek beton
karena dapat mengakibatkan berkurangnya daya lekat antara tulangan dengan
beton.

3.2.8. Logam Yang Tertanam dalam beton


Logam yang tertanam sebagai angkur untuk peralatan atau barang-barang lain pada
konstruksi beton harus disediakan sesuai dengan kebutuhan.
1) Logam berulir yang tertanam harus terbuat dari besi tempa, dilengkapi baut
dengan panjang penuh sesuai persetujuan Direksi Lapangan/MK.
2) Angkur-angkur Penggantung untuk konstruksi plafon, langit-langit harus
digalvanisir, dari suatu tipe yang disetujui oleh Direksi Lapangan/MK.
3) Angkur-angkur untuk pasangan batuan (kalau ada) harus dipasang sesuai
kebutuhan pekerjaan pasangan batuan.

3.2.9. Construction Joints


Kontraktor harus menyediakan formwork baja dengan detil sambungan kunci
dengan Vulcan screed, Burke Keyed Cold Joint form atau bahan lain yang sejenis.

3.2.10. Control Joints


Control joints harus dapat dipotong atau disiapkan dengan menggunakan Keyed
Cold joint form atau alat-alat lain yang disetujui. Kontraktor harus meniiapkan joint
sebagaimana tertera pada gambar perencanaan atau sesuai petunjuk Direksi
Lapangan/MK.

Page | 43
3.2.11. Pelaksanaan Pekerjaan Formwork Secara Umum

1) Dalam pekerjaan perancangan, pemasangan, dan pengangkatan formwork,


harus mengikuti ACI 301, ACI 318, dan ACI 347. Kontraktor harus melakukan
perancangan, melaksanakan pengangkatan, membuat penunjang atau
pengaku serta menyiapkan pendukung formwork dan shoring sehingga dapat
mendukung seluruh beban. Kontrktor harus menempatkan formwork dengan
tepat dan teliti yang dibantu dengan menggunakan peralatan ukur survei
sehingga beban-beban dari formwork dan pendukungnya bisa ditahan oleh
struktur beton dengan aman.
2) Pada saat pengangkatan rangkaian rangka tulangan beton, Kontraktor harus
yakin bahwa tidak ada bagian dari unsur vertikal yang keluar dari toleransi
kelurusan lebih dari 10 mm.
3) Apabila dikehendaki permukaan beton yang berprofil, pasanglah dalam
formwork potongan kayu, blocking, nailers, dan sebagainya, sehingga dapat
menghasilkan permukaan-permukaan yang sesuai dengan gambar
perencanaan. Lapisi dengan bahan pelepas formwork. Formwork harus
menghasilkan tekstur yang seragam jika digunakan untuk permukaan beton
yang diekspos.
4) Formwork kolom dapat dibentuk dan ditempatkan sampai dengan elevasi
bawah balok, segera setelah pelat penyangga mencapai seting awal.
5) Pengikat formwork harus berada pada tempat dan interval yang secara aman
dapat menahan formwork pada posisinya selama pengecoran beton, dan
dapat menahan berat dan tekanan dari beton basah.
6) Buat formwork untuk setiap dan semua hal dari pekerjaan beton yang
disyaratkan untuk atau dalam hubungan dengan penyelesaian yang
memuaskan dari proyek, apakah setiap hal tersebut ditunjukkan (mengacu
secara spesifik) ataupun tidak.
7) Jangan menempatkan lubang pipa pada kolom atau balok kecuali dinyatakan
dalam gambar struktur.
8) Lapisi permukaan kontak formwork dengan bahan lapisan nonstaining oil
sebelum penulangan dipasang, tulangan jangan sampai terlapisi oleh bahan
lapisan ini. Lakukan pekerjaan pelapisan ini sesuai rekomendasi pabrik
pembuat. Formwork yang mempunyai bercak karat tidak dapat diterima.

3.2.12. Toleransi Pelaksanaan.


Hasil pekerjaan akhir harus sesuai dengan toleransi dari ACI 301 dan ACI 347 yang
diuraikan sebagai berikut :
1) Toleransi Untuk Struktur Beton bertulang
Variasi dari plumb/kelurusan vertikal
 Pada garis dan permukaan kolom, tiang, dinding, dan bagian- bagian
dalam yang muncul/menonjol :
Setiap 3 meter : maksimum 6 mm.
Untuk panjang keseluruhan : maksimum 25 mm.
 Untuk kolom sudut yang diekspos : alur control joint grooves, dan garis-
garis lainnya yang ditonjolkan :
Setiap 6 meter : maksimum 6 mm.
Untuk panjang keseluruhan : maksimum 12 mm.
Variasi dari tingkat yang disebutkan dalam gambar perencanaan.
 Pada sisi bawah pelat, atap, sisi bawah balok diukur sebelum penyangga
dilepas :
Setiap 3 meter : maksimum 6 mm.
Setiap bentang atau setiap 6 meter : maksimum 10 mm.
Untuk panjang keseluruhan : maksimum 19 mm.
 Pada kolom/balok praktis, sills, parapet, alur yang diekspos horisontal,
dan garis lainnya yang diekspos :
Setiap bentang atau setiap 6 meter : maksimum 6 mm.
Untuk panjang keseluruhan : maksimum 12 mm.
 Variasi pada garis lurus gedung terhadap posisinya yang ditetapkan
pada denah dan posisi yang berkaitan dari kolom, dinding, dan partisi :
Setiap bentang : maksimum 12 mm.
Setiap 6 meter lari : maksimum 12 mm.
Untuk panjang keseluruhan : maksimum 12 mm
 Variasi pada ukuran dan lokasi sleeve, bukaan lantai, dan bukaan
dinding :
maksimum 6 mm.
 Variasi pada ukuran penampang kolom, balok, tebal pelat, dan dinding :
Minus : maksimum 6mm.
Plus : maksimum 12mm.
 Variasi dalam injakan tangga :
Pada injakan tangga :
Tanjakan : maksimum 3 mm.
Injakan : maksimum 6 mm.
Pada anak tangga yang berurutan :
Tanjakan : maksimum 1.5 mm.
Injakan : maksimum 3 mm.
2) Toleransi dalam struktur beton massa :
Variasi dari garis lurus konstruksi dari posisi yang telah ada dalam rencana
setiap panjang 6 meter : maksimum 12 mm.
Setiap panjang 12 meter : maksimum.19 mm.
Variasi dari dimensi dari tampilan struktur secara tersendiri dari posisi yang
ada :
Pada panjang 24 meter : maksimum 32 mm.
Pada konstruksi tertanam : maksimum Dua kali dari angka
diatas (64 mm).

3.2.13. Pelaksanaan Formwork Dengan Chamber


1) Formwork-formwork dengan chamber untuk pelat dan balok harus sesuai
dengan pedoman ACI 301, ACI 347. Toleransi chamber harus sesuai dengan
persyaratan dpada butir 2.3.9, juga harus sesuai dengan ketentuan yang
tertera pada gambar perencanaan bila ada.
2) Berat dari konstruksi beton basah harus dipertimbangkan baik-baik didalam
memperhitungan lendutan formwork.
3) Permukaan atas beton juga harus dibentuk anti lendut untuk menjaga
ketebalan dan profil beton.

4) Apabila tidak disebutkan dalam gambar perencanaan, besaran dari chamber


formwork harus mengikuti tabel di bawah ini :
CHAMBER KE ATAS
BAGIAN DIUKUR DI
(% DARI BENTANG)

Pelat 0,10 Tengah


Balok 0,10 Tengah
Balok dan Pelat
0,30 Ujung Bebas
Kantilever

3.2.14. Kerusakan-kerusakan pada permukaan formwork yang harus dihindari.


1) Formwork harus bebas dari cacat permukaan untuk menjaga agar permukaan
beton bebas dari kerusakan. Pada sudut yang terekspos agar dipasang
chamfer/kayu siku-siku ukuran 20 mm.
2) Untuk mencegah kebocoran pada formwork, gunakan karet/gasket, sumbat
lubang-lubang pada formwork dan pada sambungan-sambungan coak dalam
formwork agar dapat mencegah rembesan/keluarnya air semen dari cetakan
pada waktu pengecoran beton.

3.2.15. Benda yang tertanam.


Kontraktor harus menyediakan sisipan-sisipan, gantungan-gantungan, lubang-
lubang sleeve, angkur dan lain-lain. Tempatkan angkur dengan menggunakan pelat
dudukan dengan dua buah mur untuk menjaga posisinya agar tetap stabil.

3.2.16. Pelat-pelat baja yang terbenam


Untuk detai-detail dimana terdapat plat baja yang harus terbenam dalam beton,
pasang dan stabilkan pelat yang terbenam, pasang bearing plate dan angkur sesuai
gambar perencanaan agar tidak terjadi pergerakan/pergeseran pada waktu
pelaksanaan pengecoran.

3.2.17. Construction dan Control Joints


1) Construction joints dan control joints harus dipasang sesuai dengan peraturan
ACI 318.
2) Pasang jarak sambungan pada slab-on-grade di bawah partisi apbila
memungkinkan dan tidak boleh lebih dari 6.0 meter antara satu dengan yang
lainnya, kecuali jika ditentukan lain.
3) Kontraktor harus menyediakan construction joint tipe kunci dengan dalam 38
mm pada setiap tepi pelat, balok, dinding, dan elemen bagian bawah.

3.2.18. Pembersihan
Kontraktor harus menyediakan lubang yang cukup pada bagian dasar dari formwork
vertikal dan semua formwork lainnya yang diperlukan untuk menyediakan tempat
pembersihan dan observasi dari bagian formwork sebelum dilakukan pengecoran
beton. Lokasi pembersihan ditentukan oleh Direksi Lapangan/MK.

3.2.19. Pembongkaran Formwork dan Support


1) Formwork sudah bisa dibongkar jika bagian struktur beton pada formwork
tersebut sudah mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan berat sendiri
dan beban konstruksi yang dipikulnya. Kekuatannya harus ditunjukan dari hasil
tes beton sesuai dengan uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat dalam buku
ini yang dibuktikan dengan perhitungan.
2) Pada elemen struktur yang menerima beban melampaui beban
rencana dan/atau apabila pembongkaran formwork dilakukan lebih
awal akan menyebabkan elemen struktur mengalami bahaya yang lebih
besar dengan apa yang sudah diperkirakan, maka formwork yang demikian
sebaiknya tidak dibongkar dulu selama kondisi ini tetap berlangsung.
Pembongkaran formwork pada bagian struktur yang terbebani oleh beban
yang mendekati beban rencana, harus dilakukan dengan tindakan sangat hati-
hati.
3) Harus tersedia alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk
membuka formwork beton tanpa merusak permukaan beton yang telah selesai
4) Periode minimum formwork sebelum dilakukan pembongkaran tidak boleh
kurang dari tabel dibawah ini.

PERIODE MINIMUM
JENIS FORMWORK SEBELUM FORMWORK
DIBONGKAR
Formwork vertikal untuk kolom, dinding
24 jam
dan balok-balok besar.
Dasar pada formwork pelat dengan
3 hari
penumpu ditinggalkan
Dasar pada formwork untuk balok dengan
3 hari
penumpu ditinggalkan
Penumpu pada pelat 10 hari
Penumpu pada balok 14 hari
Penumpu pada balok dan pelat kantilever 17 hari

3.2.20. Ketentuan-ketentuan bukaan pada formwork.


Kontraktor harus menyediakan/menyiapkan bukaan-bukaan pada formwork beton
untuk mengakomodasi pekerjaan dari disiplin lain sesuai gambar perencanaan atau
sesuai petunjuk Direksi Lapangan/MK. Apabila harus membuat bukaan yang tidak
terdapat dalam gambar perencanaan, terlebih dulu harus mendapat persetujuan
Direksi Lapangan/MK.

3.2.21. Pembersihan formwork


Sebelum pengecoran dilakukan, seluruh permukaan formwork yang akan diisi
adukan beton harus dibersihkan dari serpihan-serpihan kayu, kotoran, puing-puing
atau benda-benda lainnya yang dapat merusak kekuatan beton.

3.2.22. Reshoring
Segera setelah pembongkaran formwork, pelat dan balok harus di support penuh
(reshore) sampai beberapa lantai dibawahnya, sebaiknya dilakukan sistem 1 lantai
di shore dan 2 lantai reshore. Reshore dapat tetap dilakukan sampai beton
mencapai tegangan tekan 28 hari.
3.2.23. Pemakaian Ulang Material
Agar formwork dapat dipakai secara berulang, formwork harus dalam kondisi bersih
dan baik serta harus ditempatkan dengan baik dan rapih.

3.3. Baja Tulangan


3.3.1. Definisi
Baja tulangan adalah hot rolled steel bar, cold reduced steel wire atau steel fabric
yang mempunyai komposisi, manufactur, sifat kimia dan fisis yang sesuai.

3.3.2. Ketentuan Baja Tulangan


1) Besi tulangan harus diberi label yang jelas sesuai dengan ‘bar schedule” dan
acuan bar mark.
2) Hot rolled mild steel bar: sesuai dengna standar BS4449 atau ASTM A615
3) Hot rolled hihg yield steel deformed bar: sesuai dengan standar BS4449.
4) Cold reduced steel wire: sesuai dengan standar BS4482.

3.3.3. Mutu baja tulangan


1) Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran harus sesuai
dengan standard Indonesia untuk baja tulangan yaitu SK SNI S-05-1989-F
atau ASTM A 645M-96a atau ASTM A 615M, dan harus disetujui oleh Direksi
Lapangan/MK.
2) Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur gedung ini
adalah sebagai berikut :
Mutu baja tulangan untuk seluruh struktur pondasi adalah fy = 400 MPa.
Mutu baja tulangan untuk seluruh struktur atas adalah fy = 400 MPa.

3.3.4. Penyediaan Baja Tulangan


1) Sumber baja tulangan yang akan dipakai harus mendapatkan persetujuan dari
Direksi Lapangan/MK.
2) Kontraktor harus bertanggungjawab dan menjamin bahwa semua baja
tulangan yang dikirim ke lapangan berasal dari satu sumber.
3) Selain baja tulangan harus berasal dari satu sumber, Kontrktor juga harus
bertanggung jawab terhadap pemenuhan spesifikasinya untuk seluruh batang
baja tulangan.
4) Semua material baja tulangan yang tidak memenuhi syarat harus dikeluarkan
dari Lokasi Proyek.

3.3.5. Pengujian Kualitas dan Mutu Baja Tulangan


1) Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas/mutu baja tulangan, maka pada saat
pemesanan baja tulangan, Kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi hasil
pengujian dari Laboratorium yang secara khusus ditujukan untuk
keperluan proyek ini. Sertifikat hasil pengujian tersebut meliputi:
Sertifikat asli yang berisi pernyataan komposisi kimia baja tulangan yang
diperoleh dari pabrik pembuat.
Hasil pengujian untuk tiap-tiap diameter baja tulangan yang diperoleh dari
laboratorium pengujian lokal yang independen sesuai dengan BS4449.
Sertifikat dan hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada Direksi
Lapangan / MK.
2) Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan, harus dilakukan pengujian
periodik minimal 4 sampel benda uji untuk setiap diameter batang baja
tulangan yang terdiri dari 3 sampel benda uji untuk uji tarik, dan 1 sampel
benda uji untuk uji lengkung. Pengambilan contoh baja tulangan akan
ditentukan oleh Direksi Lapangan/MK.
3) Semua pengujian tersebut diatas yang meliputi uji tarik dan uji lengkung, harus
dilakukan di Laboratorium yang direkomendasikan oleh Direksi Lapangan/MK
dan minimal harus sesuai dengan SII-0136-84. Salah satu standar uji yang
dapat dipakai adalah ASTM a-615. Semua biaya pengujian menjadi tanggung
jawab Kontraktor.

3.3.6. Penyimpanan dan Kebersihan Baja Tulangan


1) Penyimpanan baja tulangan harus diletakkan tanpa menyentuh muka tanah
dan harus dicegah jangan sampai terkontaminasi oleh material lain.
2) Baja tulangan harus bersih dan bebas dari bintik karat, karat lepas, minyak
dan bahan lain yang dapat menyebabkan pengaruh negatif pada tulangan dan
beton atau mengakibatkan berkurangnya lekatan diantara keduanya.
3) Kontraktor harus mencegah agar tulangan tidak mengalami kontak langsung
dengan cuaca yang dapat menyebabkan noda karat pada permukaan batang
tulangan.

3.3.7. Mechanical Joints


1) Mechanical joint digunakan hanya pada posisi yang ditunjukan dalam gambar
perencanaan kecuali ditentukan lain dan telah disetujui oleh Direksi
Lapangan/MK.
2) Metode pemasangan mechanical joit harus sesuai dengan rekomendasi
pabrik.
3) Semua sambungan mechanical harus mampu menahan minimum 125% dari
kekuatan leleh besi tulangan.

3.3.8. Pelaksanaan Pekerjaan baja tulangan


1) Besi beton harus dipasang dengan tepat dan teliti sesuai dengan gambar
perencanaan. Untuk menempatkan tulangan agar tetap tepat berada
ditempatnya, maka tulangan harus diikat kuat dengan kawat beton (bindraat)
dengan bantalan blok-blok beton cetak (beton decking) atau kursi-kursi besi /
cakar ayam perenggang. Dalam segala hal untuk besi beton yang horizontal
harus digunakan penunjang yang tepat, sehingga tidak akan ada batang yang
turun.
2) cakar ayam perenggang sebagai dudukan untuk tulangan pelat bagian atas
dan tulangan dinding, harus dipasang setiap jarak 1 m, kecuali apabila
didetailkan lain dalam gambar perencanaan.
3) Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan
dalam gambar perencanaan, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari
agregat kasar dan harus memberikan kesempatam masuknya alat penggetar
beton.
4) Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan
perhitungan. Apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar,
maka yang menentukan adalah luas tulangan. Dalam hal ini kontraktor
diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Lapangan/MK.
5) Tulangan yang menunjukkan tanda-tanda retak tidak boleh digunakan.
6) Tulangan tidak boleh disisipkan ke dalam beton yang sedang dituang.
7) Formwork-formwork dan garis formwork tidak boleh rusak ketika pemasangan
tulangan.
8) Pemotongan dan Pembengkokan
Secara umum, pemotongan dan pembengkokan baja tulangan harus sesuai
dengan BS4466, bar schedule dan detail yang tersedia.
Membengkokan tulangan harus dilakukan dengan mesin pembengkok yang
telah disetujui.
Kontraktor harus menyediakan fasilitas alat pembengkok manual di Lokasi
proyek untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian di Lapangan.
Baja tulangan beton harus dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai dengan
bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar perencanaan.
Semua batang tulangan harus dibengkokan dalam keadaan dingin.
Pembengkokan tulangan dengan cara pemanasan (hot bending) tidak
diijinkan.
Baja tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokan kembali dengan
cara yang dapat merusak bahannya. Batang tulangan dengan bengkokan
yang tidak ditunjukkan dalam gambar perencanaan tidak boleh dipakai.
Galvanis
Tulangan yang digalvanis harus sesuai dengan BS729 dan harus dilakukan
setelah pemotongan, tetapi sebelum pembengkokan tulangan.
Stek tulangan yang terpasang tidak boleh dibengkokan tanpa persetujuan dari
Direksi Lapangan/MK.
9) Sambungan baja tulangan.
Bentuk dan system penyambungan baja tulangan harus sesuai dengan
gambar perencanaan.
Overlap pada sambungan-sambungan tulangan utama minimal harus 40 kali
diameter batang tulangan yang disambung.
Overlap pada sambungan-sambungan untuk batang tulangan sekunder adalah
30 kali diameter tulangan yang disambung.
Pengelasan Pada Sambungan Struktural
 Pengelasan pada sambungan struktural tidak diijinkan, kecuali
dengan persetujuan khusus dari Direksi Lapangan/MK.
 Penyambungan dengan Las titik pada batang tulangan tidak
diijinkan, kecuali dalam keadaan terpaksa akan tetapi harus
mendapat persetujuan Direksi Lapangan/MK.
 Penyambungan dengan Las titik pada tulangan bergalvanis
tidak diijinkan.
4.4. Beton

4.4.1. Jaminan Mutu Beton


Mutu beton atau mutu material bahan beton yang dikirim ke lokasi proyek dan
campuran adukan beton yang dihasilkan serta tata cara pelaksanaan pekerjaan
konstruksi beton, harus dimonitor dan dikendalikan dengan baik sehingga
memenuhi persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan seperti yang
tercantum dalam gambar perencanaan, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini
serta memenuhi ketentuan dan persyaratan yang ada pada standar rujukan sesuai
pasal 2.2. Ketentuan Umum.
4.4.2. Mutu Beton
Mutu beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur gedung ini adalah sebagai
berikut :
1) Mutu beton untuk struktur pondasi telapak adalah K-275
2) Mutu beton untuk struktur selain pondasi telapak adalah K-250

4.4.3. Persyaratan Semen.


1) Semua semen harus Cement Portland tipe I yang sesuai dengan persyaratan
dalam Peraturan ASTM C150, SNI 15-2049-1994 dan SII.0013-82, NI-8.
2) Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan harus dipakai untuk
seluruh pekerjaan.
3) Semen yang dipergunakan dapat berupa semen dalam zak (kantong) atau
berupa semen curah
4) Pemeriksaan semen
Setiap waktu apabila dikehendaki, Direksi Lapangan/MK dapat memeriksa
semen yang disimpan dalam gudang atau silo. Kontraktor harus bersedia
untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Direksi Lapangan/MK dalam
pengambilan contoh-contoh semen tersebut guna pemeriksaan. Semen yang
tidak dapat diterima dari hasil pemeriksaan Direksi Lapangan/MK, tidak boleh
dipergunakan atau harus diafkir.
Jika semen yang dinyatakan tidak dapat diterima (tidak memuaskan) telah
dipergunakan untuk campuran beton, maka Direksi Lapangan/MK dapat
memerintahkan Kontraktor untuk melakukan pembongkaran terhadap beton
tersebut dan diganti dengan beton baru dengan memakai semen yang telah
disetujui oleh Direksi Lapangan/MK. Biaya yang timbul akibat kelalaian
tersebut diatas dan biaya penyediaan semen untuk kebutuhan pemeriksaan
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Semen yang disimpan dalam gudang atau silo lebih dari 60 hari, tidak boleh
dipakai lagi dalam pekerjaan.
5) Tempat Penyimpanan
Penyimpanan semen harus terlindung dari pengaruh cuaca sepanjang waktu
dan perletakannya harus terangkat dari lantai untuk menghindari kelembaban.
Gudang tempat penyimpanan harus sesuai untuk penyimpanan semen dan
setiap saat harus terlindung dengan aman terhadap kelembaban udara.
Tempat penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar memudahkan
waktu pengambilan.
Gudang tempat penyimpanan harus berlantai kuat dan mempunyai ruang yang
cukup luas untuk menyimpan tiap muatan truck semen secara terpisah-pisah
dan dapat memuat semen dalam jumlah cukup besar sehingga kelambatan
atau kemacetan dalam pekerjaan dapat dicegah. Perletakan semen dibuat de-
ngan ketinggian minimal 30 cm dari permukaan lantai dan harus menyediakan
jalan yang mudah untuk mengambil contoh dan memindahkannya. Sak-sak
Semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.
Untuk mencegah penyimpanan semen dalam gudang terlalu lama, hendaknya
mempergunakan semen menurut urutan kronologis sesuai penerimaan semen.
Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian sehingga mudah dibedakan
dari kiriman lainnya.
Timbangan-timbangan yang baik dan teliti harus disediakan untuk menimbang
semen didalam gudang guna keperluan penyelidikan.
Jika semen yang dipergunakan berupa semen curah, penyimpanan semen
harus didalam silo yang memiliki ventilasi udara yang memadai untuk
menghindari penggumpalan sewaktu semen tersebut akan dipergunakan

4.4.4. Persyaratan Agregat (Pasir dan Kerikil)


1) Penimbunan pasir dan kerikil harus diatur sedemikian rupa sehingga
timbulnya pemisahan agregat atau pencampuran antara pasir dan kerikil
akan dapat dihindari serta bahan yang ditimbun tidak akan tercampur tanah
atau bahan lain pada waktu ada banjir atau air rembesan.
2) Pasir dan Kerikil yang kotor atau bercampur diantara keduanya yang
disebabkan karena penyimpanan/penimbunan yang tidak sempurna dan lalai
dalam melaksanakan pengamanan sesuai ketentuan tersebut diatas harus
dilakukan pengolahan sehingga memenuhi persyaratan sebagai bahan beton.
3) Pasir dan kerikil tidak boleh dipindah-pindahkan dari tempatnya/timbunannya,
kecuali bila diperlukan untuk digunakan.
4) Agregat halus (Pasir).
Agregat halus yang dipakai untuk pekerjaan beton bangunan ini adalah pasir
alam yaitu pasir yang dihasilkan dari sungai atau berupa pasir darat. Agregat
halus harus bersih, bergradasi baik dan harus memenuhi persyaratan dalam
ASTM C33.
Timbunan pasir harus bebas dari semua tumbuh-tumbuhan dan bahan-
bahan lain yang tidak dikehendaki, segala macam tanah dan pasir yang tidak
dapat dipakai harus dibuang. Penimbunan pasir harus diatur dan dikerjakan
sedemikian rupa sehingga tidak merusak mutu pasir.
Pasir harus bersih dan bebas dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan
dari substansi yang merusak, jumlah prosentase dari segala macam substansi
yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5% (lima persen) berat pasir.
Pasir harus mempunyai 'modulus kehalusan butir antara 2 sampai 32 atau jika
diselidiki dengan saringan standard harus sesuai dengan ketentuan sebagai
berikut :
Saringan No. Persentase satuan timbangan
tertinggal di saringin
4 0 - 15
8 6 - 15
16 10 - 25
30 10 - 30
50 15 - 35
100 12 - 20
PAN 3- 7

Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan 16 adalah 20 persen atau


kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan no. 8
dapat naik sampai 20 persen.
5) Agregrat Kasar (Kerikil)
Agregat kasar dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Agregat
kasar harus bersih dan bergradasi baik sesuai dengan ASTM C33 dan SII
serta ukuran Agregat harus sesuai dengan ACI 318.
Kebersihan dan Mutu
Agregat kasar harus bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah, tipis
atau panjang-panjang. Harus bersih dari alkali, bahan-bahan organis atau dari
substansi yang merusak dalam jumlah yang merugikan. Besarnya persentase
dari semua substansi yang merusak tidak boleh mencapai 3% (tiga persen)
dari beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, kekal dan
tidak berpori. Apabila kadar lumpur melampaui 1% (satu persen), maka
agregat kasar harus dicuci.
Gradasi
Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5
mm, sampai 25 mm dan harus memenuhi syarat-syarat berikut :
 Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6% berat.
 Sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98%
berat.
 Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang
berurutan, adalah maksimum 60% dan 10% berat.
Jika hasil pemeriksaan oleh Direksi Lapangan/MK ternyata tidak sesuai dengan
ketentuan gradasi, maka agregat kasar harus disaring atau diolah kembali
tanpa ada biaya tambahan untuk pekerjaan ini.

6) Pemeriksaan dan pengujian


Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan/MK contoh masing-
masing agregat seberat 15kg sebagai sample untuk bahan pemeriksaan
pendahuluan dan persetujuan. Penyerahan harus dilakukan sedikitnya 14 hari
sebelum pelaksanaan pekerjaan beton dimulai.
Pengujian agregat halus dan agregat kasar harus sesuai dengan ketentuan
dan persyaratan dalam ASTM C33, ACI 318 dan SII.

4.4.5. Air.
1) Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi/mortar dan spesi injeksi
harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan
kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak kekuatan beton.
2) Air harus diuji mutunya di Laboratorium pengujian yang ditentukan oleh Direksi
Lapangan/MK, untuk menetapkan memenuhi atau tidaknya sebagai bahan
campuran beton. Air yang sama juga digunakan untuk membersihkan mixer
beton dan truk pengangkut adukan beton.

4.4.6. Kadar Air


1) Tidak diijinkan adanya entrained-air di dalam beton untuk pundasi.
2) Kecuali dispesifikasikan lain, sediakan kadar entrained-air 5% (lima persen)
plus minus 1% dan 1,5% untuk berat beton normal dengan syarat mutu lebih
kecil dari K-500.
4.4.7. Material Khusus
Material khusus yang dibuat oleh Pabrik harus mendapat persetujuan Direksi
Lapangan/MK dan harus sesuai dengan kualitas serta kinerja yang ditentukan oleh
pabrik. Instruksi dan spesifikasi yang diterbitkan oleh pabrik material tersebut
merupakan bagian dari Spesifikasi ini. Sediakan sertifikat dari pabrik atau supplier
material yang sesuai dengan standar ASTM dan ACI yang memenuhi persyaratan
dari edisi terakhir.

4.4.8. Air Entraining Agent


Kontraktor harus menyediakan air entaining agent jika diperlukan atau disyaratkan.
Penggunaan air entaining agent harus mengikuti ketentuan dan syarat dari ASTM
C260

4.4.9. Curing Compound


1) Acrylic curing compound dengan kadar minimum 20% menurut ASTM 309
dapat dipakai sesuai pilihan Kontraktor.
2) Wet curing sesuai pada ASTM AASHO M 182, diijinkan untuk dipakai.

4.4.10. Joint Sealant


1) Kontraktor harus menyediakan high quality traffic bearing two-part
polyurethane atau plysulfide sealant.
2) Kontraktor harus menyerahkan sertifikat uji dari pabrik untuk setiap tipe joint
kepada Direksi Lapangan/MK untuk disetujui.

4.4.11. Klasifikasi Beton


1) Seluruh beton untuk lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran 1pc :
3ps : 5kr.
2) Adukan beton untuk seluruh struktur bangunan/gedung ini kecuali untuk
lantai kerja harus memakai beton Ready Mixed.
3) Seluruh pekerjaan beton untuk struktur atas harus menghasilkan permukaan
beton yang halus (tidak keropos).

4.4.12. Komposisi Campuran Beton


1) Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil, dan air seperti yang
ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang
serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang tepat/baik
sesuai Tata cara pembuatan rencana campuran beton, SNI 03-2834-1992 .
2) Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, harus dipakai "campuran yang
direncanakan" (designed mix). Campuran yang direncanakan dihasilkan dari
percobaan-percobaan campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang
disyaratkan.
3) Banyaknya semen yang diperlukan dalam komposisi campuran beton adalah
minimal 320 kg untuk setiap m3 (meter kubik) adukan beton.
4) Ukuran maksimum agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian jenis
pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan
bahan beton, ukuran agregat kasar harus ditetapkan sepraktis mungkin se-
hingga tercapai pengecoran yang tepat dan memuaskan.
5) Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk
berbagai mutu, harus ditetapkan setiap saat selama pekerjaan
berjalan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang
dihasilkan.
6) Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi, harus
disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara pengangkutan
adukan beton dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain
ditentukan oleh faktor air semen.
7) Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas
dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kepadatan, kekedapan,
keawetan dan kekuatan yang dikehendaki.
8) Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang
direncanakan maka secara umum faktor air semen ditentukan sebagai berikut:
Faktor air semen untuk pondasi, balok sloof, lantai basement, dinding
basement, maksimum 0,55.
Faktor air semen untuk kolom, balok, pelat lantai, tangga, dinding beton dan
listplank / parapet, maksimum 0,50.
Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap, dan tempat-tempat basah
lainnya maksimum 0,55.
9) Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan beton, dan agar dihasilkan
suatu mutu yang sesuai dengan yang direncanakan, maka untuk konstruksi
beton dengan faktor air semen maksimum 0,55 harus memakai Plasticizer
sebagai bahan additive. Pemakaian merk dari bahan additive tersebut harus
mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan/MK.
10) Apabila dikehendaki, perbandingan campuran beton dapat dirubah untuk
tujuan penghematan, workability, kepadatan, kekedapan dan kekuatan.
Kontraktor tidak berhak atas claim yang disebabkan perubahan yang
demikian.
11) Pengujian beton akan dilakukan oleh Direksi Lapangan/MK atas biaya Kontraktor.

4.4.13. Mix-Design Beton.


1) Kontraktor harus bertanggungjawab untuk melaksanakan pekerjaan mix-
design beton.
2) Siapkan bahan pembuat adukan beton secara proporsional untuk
melaksanakan mix-design beton menurut ACI 328 Bab 5, sesuai jumlah jenis
mutu beton yang direncanakan.
3) Laksanakan pekerjaan mix-design beton untuk setiap mutu beton yang
tercantum dalam gambar perencanaan atau sesuai dengan Rencana Kerja
dan Syarat-Syarat (RKS) ini.
4) Laporan hasil pekerjaan mix-design beton sebnyak 3 (tiga) rangkap untuk
masing-masing mutu beton yang direncanakan harus diserahkan kepada
Direksi Lapangan/MK untuk direview
5) Laporan hasil pekerjaan mix-design beton harus memuat hal-hal sebagai
berikut :
Tipe dan jumlah material
Slump
Kadar air
Berat isi beton segar
Analisis gradasi agregat
Kuat tekan beton
Lokasi pengecoran pada struktur bangunan
Metoda pengecoran
Metoda curing/perawatan
Kuat tekan beton pada umur 7 dan 28 hari
Rasio air/semen
6) Kontraktor harus menyerahkan sertifikat dari supplier beton, yang
menerangkan bahwa material yang digunakan telah memenuhi spesifikasi
ASTM. Mix-design yang tidak sesuai dengan yang direncanakan akan ditolak.
7) Untuk batch beton di lapangan, kontraktor harus melakukan uji percobaan
pada mix-design yang disetujui dilaboratorium lapangan, untuk mengetahui
workability, slump, drying shrinkage, kekuatan, dan kepadatan beton.
8) Setelah uji percobaan di laboratorium selesai dengan memuaskan, percobaan
skala penuh dengan peralatan dan mesin yang digunakan dalam pekerjaan
permanen harus dilakukan. Jika diperlukan, uji coba harus dilanjutkan dengan
modifikasi mix design sampai hasilnya sesuai dengan Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat (RKS) ini.
9) Mass mix-design beton (untuk pundasi dangkal, dinding, pelat, dan mat yang
memiliki ketebalan ≥ 60 cm). Proporsi harus sesuai dengan ACI 21.1.1 dengan
persyaratan sebagai berikut :
Rasio air/semen maksimum = 0,55
Ukuran maksimum agregat kasar adalah diameter nominal 38 mm.
Pemakaian abu terbang sampai maksimum 15% dari volume total absolut
material yang mengandung semen direkomendasikan.
Kandungan udara harus antara 2.5% + 1%
Slump harus antara 100 mm + 25 mm sebelum penambahan high range water
reducer, slump maksimum adalah 150 mm + 25 mm.

4.4.14. Pengujian Beton dan Benda-benda Uji.


1) Kelas dan mutu beton harus sesuai dengan RSNI tentang Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Bilamana tidak
ditentukan lain kuat tekan dari beton adalah selalu kekuatan tekan hancur dari
benda uji silinder diameter 15 cm panjang 30 cm yang diuji pada umur 28 hari
sesuai Metode pengujian kuat tekan beton, SNI 03-1974-1990.
2) Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa mutu
karakteristik dari pengujian benda-benda uji harus memberikan hasil yang
lebih besar dari yang direncanakan sesuai dengan yang ditentukan di dalam
SNI 03-1974-1990.
3) Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan atau ruangan yang aman
untuk menyimpan benda-benda uji silinder beton selama curing. Kontraktor
harus menyerahkan detail dari ruangan penyimpanan kepada Direksi
Lapangan/MK untuk disetujui. Ruangan harus dilengkapi dengan pintu yang
kuat dan kunci dengan mutu yang baik. Jalan masuk ke ruangan harus
dibatasi/dijaga dan hanya untuk Direksi Lapangan/MK dan orang yang sudah
diberi kekuasaan oleh Direksi Lapangan/MK.
4) Sampel benda uji dan uji kekuatan harus dilaksanakan sesuai ASTM C-172
dan ASTM C-31
5) Sampel Benda Uji Silinder
Kuat tekan beton harus ditentukan dengan pengujian standar sampel benda uji
silinder, yang diuji pada umur 28 hari setelah pencampuran.
Sampel benda uji harus diambil dari beton segar untuk membuat silinder-
silinder uji dan setiap sampel harus diambil dari satu batch.
Jumlah sampel dari beton segar harus diambil sedikitnya seperti yang
diuraikan dibawah ini dan minimal satu sampel harus diambil dari setiap mutu
beton yang diproduksi pada setiap hari. Banyaknya pengambilan sampel dari
produksi atau pengiriman adukan beton adalah sebagai berikut :
 Adukan beton untuk struktur kolom, dinding geser, bearing
wall, kantilever dengan panjang lebih dari 3 meter dan elemen-
elemen kritis lainnya, pengambilan sampel adalah 1 sampel
untuk setiap 10 m 3 adukan beton.
 Adukan beton untuk struktur Raft solid, pile cap, sloof dan dinding
beton penahan tanah, pengambilan sampel adalah 1 sampel
untuk setiap 100 m 3 adukan beton.
 Adukan beton untuk struktur lainnya selain yang disebutkan pada
kedua butir tersebut diatas, pengambilan sampel adalah 1 sampel
untuk setiap 25 m 3 adukan beton.
Dari setiap sampel beton, minimal harus dibuat 4 silinder benda uji sesuai
dengan ASTM.
Setiap silinder benda uji harus diberi nomor dalam urutan seri dan nomor seri
tidak boleh digandakan atau dihilangkan.
Kepada setiap benda uji harus dilakukan curing dengan sempurna baik di
Lapangan maupun di Laboratorium sampai benda uji silinder siap untuk diuji.
Pada umur 7 (tujuh) hari setelah pencampuran, satu benda uji silinder harus
diuji untuk mengetahui kuat tekan beton.
Pada umur 28 (duapuluh delapan) hari setelah pencampuran, 2 silinder harus
diuji terhadap kuat tekannya sesuai dengan ASTM. Kuat tekan rata-rata setiap
pasangan silinder yang dibuat dari sampel yang sama adalah sebagai
hasilnya. Silinder keempat harus disimpan sebagai cadangan.
Silinder tambahan harus dibuat untuk menunjukkan kekuatan beton pada umur
awal untuk memungkinkan terjadinya formwork cycling.
Silinder tambahan harus dibuat untuk menunjukkan 56 hari kekuatan beton
yang dispesifikasikan.
6) Kriteria Penerimaan
Mutu beton yang dikehendaki sesuai Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
ini baru dinyatakan tercapai jika hasil uji individu dan hasil uji rata-rata dari
seluruh overlapping set dari 3 uji yang berurutan (setiap uji terdiri dari 2
silinder) memenuhi kriteria yang dispesifikasikan dalan mutu beton seperti
yang ditunjukkan pada gambar perencanaan.
Tingkat kekuatan dari kelas individual beton dianggap memenuhi jika kedua
persyaratan berikut dipenuhi :
 Rata-rata kekuatan dari semua set yang terdiri dari 3 uji
kekuatan yang berurutan, hrus sama atau melebihi fc’ yang
direncanakan.
 Tidak ada kekuatan uji individu (rata-rata dari 2 silinder) yang
berada di bawah fc’ dari yang direncanakan dikurangi 500 psi (3.5
MPa).
7) Apabila terjadi pada struktur beton yang sudah dilaksanakan ternyata memiliki
mutu beton yang dinyatakan lebih rendah dari yang direncanakan dan dari
hasil perhitungan menunjukkan bahwa kapasitas beban masih mungkin untuk
dikurangi, maka agar ditentukan metode pengujian untuk membuktikan daya
dukung beton yang aktual, Pengujian yang dilakukan harus sesuai dengan
peraturan-peraturan berikut :
Hammer test harus sesuai dengan peraturan ASTM C-305-79
Test core drill harus sesuai dengan peraturan ASTM C42-77
Uji pembebanan harus sesuai dengan peraturan ACI 318-77
8) Pengujian Core
Jika beton yang diperiksa secara visual dicurigai atau mutu beton yang
dispesifikasikakn tidak memenuhi persyaratan pada butir 2.5.14. 6) (Kriteria
Penerimaan), kuat tekan beton dalam struktur dapat ditentukan dengan
mengebor sejumlah cores beton pada lokasi yang tepat.
Jika disyaratkan, cores dengan diameter sekurang-kurangnya 2 inch harus
diuji sesuai dengan ASTM C42. sekurang-kurangnya tiga cores yang dapat
mewakili, harus diambil dari tiap elemen atau daerah yang dianggap potensial
kurang baik. Lokasi dari cores harus ditentukan oleh Direksi Lapangan/MK
ditempat yang terjadi pengurangan kekuatan struktur. Jika sebelum pengujian,
satu atau lebih cores menunjukkan bukti telah terjadi kerusakan struktur,
semuanya harus digantikan dengan core baru. Beton pada daerah yang
diwakili oleh core test akan dipertimbangkan dapat memenuhi syarat kekuatan
apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :
 Rata-rata kekuatan core harus lebih besar atau sama dengan 85%
dari kekuatan fc yang direncanakan.
 Tidak ada hasil test satu core pun yang lebih kecil dari 75%
kekuatan fc yang direncanakan.
Core yang dibor dari dalam beton harus disiapkan dan diuji sesuai dengan
“methode of Obtaining and Testing Drilled Cores and Saved Beams of
Concrete (ASTM C42)”. Pada kasus tertentu, core tersebut harus diambil
untuk setiap uji kekuatan yang melebihi 500 psi pada fc yang ditentukan. Tidak
ada penyesuaian yang boleh dilakukan untuk kekuatan yang didapat dari
pengukuran ini sehubungan dengan umur core pada saat diuji.

4.5. Pelaksanaan pekerjaan Beton

4.5.1. Pembuatan adukan Beton


Komposisi campuran bahan beton sebagai hasil dari mix-design,pencampurannya
harus dibuat di Plant.
1) Batching
Proporsi campuran diukur tersendiri dengan timbangan dan alat yang sesuai
serta harus menyediakan corong dan mekanisme penimbangan. Jika semen
yang digunakan adalah semen curah, harus menyediakan alat kedap air
terpisah, corong dan mekanisme penimbangan harus disediakan juga. Satu
set lengkap dari pemberat untuk pengujian mekanisme penimbangan harus
disimpan pada batching plant.
Mekanisme penimbangan harus akurat sampai setengah dari satu persen
pada kondisi operasional dan skala-skala harus disediakan serta dapat dibaca
dengan mudah oleh operator.
Air harus ditambahkan ke dalam campuran dari reservoir terpisah dan harus
benar-benar dikontrol dengan penyesuaian terhadap kelembaban didalam
agregat. Jika penggunaan bahan aditif diijinkan oleh Direksi Lapangan/MK,
maka harus disediakan/digunakan dispenser terpisah sebagaimana yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat bahan aditif tersebut.
2) Pecampuran
Mixing plant harus mempunyai wadah (drum) yang dapat menampung
keseluruhan material dari batch dan air dan mencampurnya hingga tercapai
konsistensi yang homogen dalam jangka waktu yang dapat diterima. Jangka
waktu ini harus diterapkan di lapangan dengan percobaan yang didasarkan
pada rekomendasi pabrik mixer-plant.
W adah mixer harus berupa konstruksi yang sedemikian rupa sehingga dapat
mengeluarkan keseluruhan campuran dengan cepat tanpa adanya tumpahan.
Mixing plant yang memproduksi hasil yang tidak memuaskan harus diperbaiki.
Mixing plant yang disentralisir (batching mixing plant) harus diatur sedemikian
hingga pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah dari stasiun
operator.
Mixing plant tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan.
Tiap mesin pengaduk harus diperlengkapi dengan alat mekanis
untuk mengatur waktu dan menghitung jumlah adukan.

4.5.2. Pengiriman / Pengangkutan Beton.


1) Pengiriman beton dari mixing plant ke lapangan harus dilaksanakan
sedemikian sehingga segregasi dan kehilangan beton tidak terjadi.
2) W aktu antara dari saat semen dan air dicampurkan ke dalam mixer sampai
dengan pelaksanaan pengecoran adalah maksimum 1 (satu) jam.
3) Kapasitas corong, waktu pencampuran, dan Saat pengiriman harus
sedemikian rupa sehingga semua campuran beton yang dikirim tidak melebihi
waktu yang ditentukan sesuai butir 2.6.2, 2).

4.5.3. Penambahan Air pada Pekerjaan di Lapangan


Air yang memenuhi syarat sebagai bahan beton dapat ditambahkan ke adukan
hanya apabila rasio air semen maksimum yang diijinkan ataupun slump
maksimum, belum terlampaui.

4.5.4. Pengecoran Beton


1) Kontraktor harus membuat jadwal pengecoran dan harus diserahkan kepada
Direksi Lapangan/MK sebelum pekerjaan beton dimulai.
2) Sebelum pengecoran beton, formwork, tulangan beton dan benda-benda yang
akan ditanam dalam beton harus sudah selesai dilaksanakan sesuai yang
direncanakan dan harus diteliti serta harus mendapat persetujuan dari Direksi
Lapangan/MK.
3) Permintaan untuk penelitian/pengecekan sekaligus permintaan izin untuk
pelaksanaan pengecoran harus diserahkan kepada Direksi Lapangan/MK
paling lambat 48 jam sebelum rencana pelaksanaan pengecoran beton.
4) Sebelum pekerjaan pengecoran dilaksanakan kontraktor harus menentukan
metoda dari cara pengecoran serta pengontrolan temperatur dan cara
perawatan, yang harus diserahkan kepada Direksi Lapangan/MK untuk
mendapatkan persetujuan.
5) Seluruh permukaan form work yang terbuat dari bahan-bahan yang menyerap
air ketika akan dilakukan pengecoran harus dibasahi dulu dengan air sampai
merata sehingga kelembaban/kadar air dari beton yang baru di cor tidak akan
diserap.
6) Sebelum pengecoran beton, semua permukaan form work yang akan dicor
beton harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan-bahan le-
pas.
7) Permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu atau permukaan beton existing
ketika akan dicor beton baru harus dikasarkan, harus bersih dan lembab. Pada
sambungan pengecoran ini harus dipakai perekat/lem beton yang disetujui
oleh Direksi Lapangan/MK. Pembersihan permukaan beton lama terdiri dari
pembuangan semua kotoran, beton yang mengelupas atau rusak, bahan-
bahan asing yang menutupinya, dan genangan-genangan air harus dibuang
sebelum beton baru dicor.
8) Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian
pengecoran yang akan masih berlanjut, terhadap sistem struktur / penulangan
yang ada.
9) Beton boleh dicor hanya waktu Direksi Lapangan/MK atau wakilnya
yang ditunjuk serta staf Kontraktor yang akhli ada ditempat kerja, dan
persiapan pengecoran betul-betul telah memadai.
10) Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton pada waktu
penuangan beton yang disebabkan jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi,
atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk dengan baja-baja tulangan,
tidak diijinkan. Kalau diperkirakan pemisahan yang demikian itu mungkin
akan terjadi, Kontraktor harus mempersiapkan tremie atau alat lain yang cocok
untuk mengontrol jatuhnya beton.
11) Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 1,5 meter, semua
penuangan beton harus selalu lapis-perlapis horizontal dan tebalnya tidak
lebih dari 30 cm. Direksi Lapangan/MK mempunyai hak untuk mengurangi
tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan 30 cm tidak dapat
memenuhi ketentuan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini.
12) Tidak diizinkan mengalirkan beton dengan menggunakan vibrator. Gunakan
elephant trunks, tremi, atau alat lainnya yang disetujui Direksi Lapangan/MK
13) Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras/lama yang dapat
mengakibatkan spesi/mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan, air
semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joint dan air
semen atau spesi yang hanyut terhampar harus dibuang sebelum pekerjaan
dilanjutkan.
14) Siapkan tempat untuk deposit, mix, pengangkutan dan cure beton sesuai
ACI 301, 304 dan 318.
15) Gerobak dorong adukan beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan
tepat dalam slump yang direncanakan dan memenuhi syarat campuran.
Mekanisme penuangan harus dibuat dengan kapasitas minimal 50 liter. Selain
peralatan tersebut diatas, juga harus tersedia peralatan lainnya untuk
mendukung lancarnya pengecoran terutama bagi lokasi lokasi dengan ruang
gerak yang terbatas.
16) Tidak boleh menggunakan peralatan dari alumunium untuk penempatan dan
finishing beton.

4.5.5. Pemadatan Beton


1) Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga
bebas dari kantong-kantong kerikil dan menutup rapat semua permukaan dari
formwork dan material yang diletakkan dalam formwork.
2) Dalam pemadatan setiap lapisan beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus
dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas
dari lapisan yang terletak dibawahnya.
3) W aktu penggetaran atau membenamkan vibrator didalam coran beton harus
secepat mungkin. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terjadinya
pemisahan antara bahan beton dengan airnya.
4) Konsolidasikan beton sesuai ACI 301 dan ACI 309 segera sesudah dicor.
5) Sediakan vibrator cadangan untuk keperluan mendadak di lapangan selama
pengecoran beton.
6) Vibrator yang digunakan baik elektrik maupun pneumatik, tipe immersion, yang
bekerja pada 7000 rpm untuk diameter kepala vibrator <180 mm dan 6000 rpm
untuk diameter kepala vibrator > 180 mm. Vibrator-vibrator tersebut harus
mempunyai amplitudo yang cukup untuk menghasilkan konsolidasi yang
cukup.
4.6. Benda-Benda Yang Ditanam Dalam Beton

4.6.1. Semua benda/peralatan yang ditanam dalam beton seperti angkur, kait dan
pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan peker]aan beton, harus sudah
dipasang sebelum pengecoran beton dilaksanakan.

4.6.2. Semua benda/peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya dan
diusahakan agar tidak bergeser atau berubah posisi selama pelaksanakan
pengecoran beton.

4.6.3. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada benda/
peralatan yang akan ditanam dalam beton yang mana rongga tersebut diharuskan
tidak boleh terisi beton, harus ditutupi dengan bahan yang mudah dilepas.

4.7. Suhu

4.7.1. Suhu beton pada saat pengecoran/dituang tidak boleh lebih dari 32º C dan tidak
boleh kurang dari 4,5º C. dan suhu maksimum beton selama curing tidak melebihi
71°C

4.7.2. Kontrol dan Monitor Suhu Beton


Tindakan pencegahan dan pengendalian suhu yang diperlukan seperti yang
disyaratkan, harus dilaksanakan oleh kontraktor untuk meyakinkan bahwa suhu
beton pada saat pengecoran tidak melampaui 32°C pada saat discharge, dan suhu
maksimum beton selama curing tidak melebihi 71°C. Tindakan pencegahan dan
pengendalian suhu harus dilakukan dan tidak terbatas pada cara-cara pengendalian
suhu seperti diuraikan dibawah ini :
1) Pelaksanaan pengecoran pada waktu malam hari
2) Low-heat-of-hidration portland atau blended cement.
3) Pozzolan.
4) Pengurangan suhu beton awal sampai + 10°C dapat dilakukan dengan cara
mendinginkan bahan-bahan campuran beton :
Mendinginkan mixing water (air pencampur).
Meletakkan es pada campuran.
Mendinginkan agregat.
5) Mendinginkan beton dengan menggunakan pipa pendingin yang dibenamkan.
6) Menggunakan formwork untuk rapid head dissipation.
7) Water curing.
8) Low lifts, 1,5 m atau kurang selama pengecoran.
9) Uji Laboratorium harus memonitor peningkatan panas yang terjadi pada beton
selama periode curing sampai saat tertentu yang memperlihatkan bahwa suhu
maksimum beton telah tercapai. Perbedaan suhu maksimum antara beton
bagian dalam dengan permukaan beton tidak boleh lebih dari 20ºC.
10) Kontraktor harus menyerahkan hasil uji laboratorium tentang monitoring
peningkatan suhu beton kepada Direksi Lapangan/MK untuk mendapatkan
persetujuan. Laporan akhir harus diserahkan dimana laporan tersebut
memperlihatkan hasil dari monitoring suhu.

4.8. Pemasangan Pipa, Saluran Listrik dan Lain-Lain yang Tertanam di


Dalam Beton

4.8.1. Penempatan saluran/pemipaan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi


kekuatan struktur beton dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan didalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini.

4.8.2. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain didalam bagian-bagian
struktur beton bila tidak ditunjukkan secara detail didalam gambar perencanaan.
Didalam beton perlu dipasang selongsong pada tempat-tempat yang akan dilewati
pipa.

4.8.3. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan didalam gambar, tidak
dibenarkan untuk menanam saluran listrik didalm struktur beton.

4.8.4. Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik atau bagian-bagian yang
tertanam dalam beton terhalang oleh adanya baja tulangan yang terpasang, maka
Kontraktor harus segera mendiskusikan hal ini dengan Direksi Lapangan/MK.

4.8.5. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan atau menggeser atau memindahkan baja
tulangan dari posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan pipa-pipa saluran
tanpa izin tertulis dari Direksi Lapangan/MK.
4.9. Pekerjaan Sparing

4.9.1. Bahan-bahan material sparing, letak-letak dan posisi sparing harus sesuai dengan
gambar perencanaan dan tidak boleh mengurangi kekuatan struktur.

4.9.2. Tempat-tempat dari sparing yang akan dilaksanakan bila tidak ditunjukkan dalam
gambar perencanaan, maka Kontraktor harus mengusulkan dan minta persetujuan
dari Direksi Lapangan/MK.

4.9.3. Bilamana sparing (pipa, dll.) berpotongan dengan tulangan, maka baja tulangan
tersebut tidak boleh ditekuk, dipotong atau dipindahkan tanpa persetujuan dari
Direksi Lapangan/MK.

4.9.4. Semua sparing (pipa) harus dipasang sebelum pengecoran dan harus diperkuat
sehingga tidak akan bergeser pada saat pelaksanaan pengecoran beton.

4.9.5. Semua sparing harus dilindungi atau ditutup dengan bahan yang mudah
dibuka/dicabut sehingga tidak akan terisi beton waktu pelaksanaan pengecoran.

4.10. Construction Joint

4.10.1. Dapatkan persetujuan Direksi Lapangan/MK terlebih dahulu untuk menggunakan


dan menentukan lokasi joint. Sediakan construction joints sesuai dengan ACI 318.
tempatkan joint sehingga tidak terlalu mengurangi kekuatan struktur.

4.10.2. Sediakan construction joints tipe key wey dengan kedalaman 38 mm pada ujung
dari tiap penempatan untuk pelat lantai, balok, dinding dan pundasi dangkal.

4.10.3. Buang partikel-partikel lepas dan latency dari permukaan beton sebelum
menempatkan lift selanjutnya. Kasarkan permukaan sampai kedalaman yang cukup
untuk mengekspos beton yang baik.

4.11. Control Joint

4.11.1. Dapatkan persetujuan Direksi Lapangan/MK untuk penempatan control joint. Jangan
gunakan control joints pada frame floor atau pelat komposit.

4.11.2. Sediakan control joints pada slab on grade dengan jarak tidak lebih dari 6m.
koordinasikan lokasi dengan pekerjaan lainnya. Control joint dapat dipotong apabila
pemotongan dilaksanakan 24 jam setelah penempatan beton. Pemotongan harus
dengan kedalaman sama dengan ¼ tebal pelat dengan lebar 3 mm. tulangan utama
tidak boleh diteruskan melewati control joints.

4.11.3. Sediakan control joint pada dinding dengan jarak + 7,5 m. koordinasikan lokasi
dengan Direksi Lapangan/MK. Control joint harus berbentuk V groove. Keaduanya
menghadap ke dinding dengan kedalaman minimum 20 mm.

4.11.4. Untuk pelat yang luas dan pengecoran dinding, construction joints harus digunakan
untuk mengurangi retak yang diakibatkan oleh panas dan penyusutan. Kontraktor
harus menyerahkan rencana dan jadwal yang menunjukkan lokasi dan jadwal
pengecoran beton, construction joints dan pour strips sebelum pekerjaan dimulai.
Pour strip tidak boleh dicor sampai minimum 7 hari setelah panel yang berdekatan
dicor. Kontraktor harus memberi waktu untuk hal ini dalam jadwalnya.

4.12. Perlindungan (Protection)

4.12.1. Kontraktor harus melindungi beton segar yang baru dicor dari pengeringan prematur
dan dari temperatur yang amat tinggi atau amat rendah. Kontraktor harus menjaga
agar kehilangan kelembaban beton minimum terjadi pada temperatur yang relatif
konstan, yang diperlukan untuk penghidrasian semen dan pengerasan beton.

4.12.2. Pada cuaca panas dan dalam udara berangin, Kontraktor harus melindungi beton
segar dari panas matahari langsung dan angin sampai finishing akhir telah selesai.
Sediakan semen finishers dalam jumlah yang cukup untuk melengkapi dan
menyelesaikan seluruh pelat dalam waktu yang optimum.

4.12.3. Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum


penerimaan terakhir oleh Direksi Lapangan/MK.

4.13. Perawatan (Curing) Beton Secara Umum


Lakukanlah prosedur curing segera setelah pengecoran beton selesai dikerjakan.
Perawatan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang ada dalam ACI 308.
Seluruh beton harus dirawat (cured) dengan air atau material lain yang khusus
dibuat untuk perawatan beton seperti yang diuraikan dibawah ini.

4.13.1. Tempatkan atau tutup dengan kain basah dan polyethylene curing blankets pada
seluruh permukaan beton dan alirkan atau semprotkan air ke permukaan penutup
dengan menggunakan sprinker. Curing harus dilaksanakan selama 7 hari berturut-
turut, usahakan agar beton tetap dalam keadaan lembab dan suhu beton tidak boleh
melebihi 30oC. Air yang digunakan untuk curing harus air yang memenuhi
Persyaratan Bahan Beton.

4.13.2. Formwork yang berhubungan dengan beton harus dijaga agar tetap basah selama
periode perawatan. Apabila formwork dilepaskan dalam periode perawatan, beton
harus di rawat sampai berakhirnya masa perawatan tersebut dengan water curing
atau bahan lain sesuai persetujuan Direksi Lapangan/MK.

4.13.3. Apabila digunakan acrylic curing compound, harus sesuai dengan rekomendasi dari
pabrik pembuat. Gunakan acrylic curing compound pada permukaan beton yang
terbuka (tidak terlindungi oleh formwork). Perawatan dengan cara ini harus
dipertahankan agar permukaan beton tetap lembab selama 5 hari.

4.13.4. Jika formwork dibuka sebelum beton telah sepenuhnya dirawat, segera berikan
resin base curing compound ke seluruh permukaan yang terbuka. Berikan
campuran perawatan secara merata dan seragam pada kecepatan yang tidak
kurang dari kecepatan peng-coveran yang direkomendasikan oleh pabrik.

4.13.5. Formwork jangan dibuka lebih dulu jika campuran perawatan tidak dipergunakan.

4.13.6. Jangan menggunakan curing compound pada daerah yang akan menerima material
finishing yang tidak menempel pada beton yang telah dirawat dengan curing
compound kecuali apabila curing compound dapat larut dalam air.
4.13.7. Pada kondisi suhu tinggi dan berangin, hindari penguapan air campuran beton
dengan cepat dan kemungkinan terjadinya plastic shrinkage craking, dengan
menggunakan penghambat penguapan atau fog spray.

4.13.8. Pada kondisi cuaca dingin ikuti prosedur yang direkomendasikan pada ACI 306 dan
ACI 308. Apabila sealer tidak digunakan setelah curing blanket dilepaskan,
semprotkan 2 lapis liquid membrane curing compound. Apabila digunakan sealer,
curing compound tidak diperlukan.

4.13.9. Kondisi Lingkungan


Laksanakan pengecoran pada cuaca panas sesuai ACI 305. lindungi beton dari
kekeringan dan suhu berlebihan untuk 7 hari pertama. Lindungi beton segar dari
angin.

4.14. Perbaikan dan penyelesaian akhir struktur beton

4.14.1. Jika sesudah pembukaan formwork ada permukaan beton yang tidak sesuai
dengan yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis
permukaan, atau ternyata ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap
sebagai tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini dan harus
dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila Direksi
Lapangan/MK memberikan izin untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal
mana penambalan harus dikerjakan seperti yang tercantum dalam pasal-pasal
berikut.

4.14.2. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari
sarang kerikil, kerusakan-kerusakan karena formwork, lobang-lobang karena
keropos, ketidak rataan dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau
dengan batu gerinda.

4.14.3. Setiap daerah yang rusak harus ditutup atau diperbaiki. Perbaikan daerah yang
rusak dengan menggunakan non shrink grout. Buang daerah yang rusak dengan
diameter > 50 mm dan dengan kedalaman >25 mm pada beton yang telah
mengeras. Buatlah tepi dari potongan tegak lurus terhadap permukaan beton.

4.14.4. Sarang kerikil dan beton lainnya harus dipahat, lobang-lobang pahatan harus diberi
pinggiran yang tajam dan dicor sedemikian sehingga bahan pengisi akan terikat
(terkunci) ditempatnya. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 jam
sebelum dicor.

4.14.5. Apabila menurut pendapat Direksi Lapangan/MK hal-hal yang tidak


sempurna terjadi pada bagian-bagian konstruksi yang akan terlihat dan jika dengan
penambalan saja akan menghasilkan permukaan yang kelihatannya tidak
memuaskan, kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh permukaan (dengan
spesi plesteran 1pc : 3ps) dengan ketebalan yang tidak melebihi 1 cm. Demikian
juga pada bidang-bidang permukaan yang berbatasan (yang bersambungan)
dengan bidang permukaan yang diperbaiki sesuai dengan instruksi dari Direksi
Lapangan/MK.

4.14.6. Perlu diperhatikan untuk setiap permukaan bidang yang datar, batas toleransi
kelurusan (pencekungan atau pencembungan) bidang tidak boleh melebihi dari
L/1000 untuk semua komponen.
4.14.7. Permukaan beton cor ditempat yang diekspos, baik dicat maupun tidak, harus diberi
smooth rubbed finish. Buatlah permukaan menjadi halus dan seragam serta beas
dari form patches, fins, protusions, bulges, form nailing dimples, edge grain mark,
cleanout pockets, dan daerah permukaan yang berongga.

4.14.8. Metal ties termasuk form speaders harus dipotong. Apabila diperlukan, tutup bekas
lubang form tie dengan sempurna sehingga tidak terlihat perbedaannya. Penutupan
pada beton bertekstur harus dilakukan secara manual dengan tangan seperti yang
dipersyaratkan agar cocok dengan permukaan yang disambung.

4.14.9. Perbaikan kerusakan/keropos kecil pada permukaan beton yang tidak diekspos
yaitu dengan menutup bagian yang keropos atau permukaan yang rusak, kemudian
diratakan sehingga menyatu dengan permukaan disekitarnya.

4.14.10. Permukaan yang tersembunyi harus meliputi beton di bawah lapisan penutup dan
beton yang akan ditutup dengan lapisan penutup yang bukan cat atau material
penutup lainnya yang fleksibel, dan tersembunyi dari pandangan pada finished
structure.
5. WATERPROOFING

5.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan waterproofing meliputi pelaksanaan pekerjaan waterproofing pada plat
atap, plat lantai toilet, daerah basah, bak bunga, serta bagian-bagian lain yang
harus kedap air yang dinyatakan dalam gambar pelaksanaan.

5.2. Jaminan Kualitas

5.2.1. Kualifikasi pabrik material


Pabrik material harus menyiapkan perwakilkan resmi untuk memeriksa material
yang dikirim, mengawasi instalasi, material, dan menyediakan konsultasi
sehubungan dengan persyaratan proyek.

5.2.2. Kualifikasi pemasangan


Pemasangan waterproofing harus dilaksanakan oleh Perusahaan yang telah
memiliki pengalaman minimum sebanyak lima proyek untuk pekerjaan waterproofing
yang memiliki persyaratan yang sama dengan proyek ini, dan dengan hasil
pekerjaan yang memuaskan.
1) Lama pengalaman Perusahaan minimum 5 tahun.
2) Pengalaman tenaga akhli/Petugas lapangan minimum 5 tahun.
3) Tenaga akhli/Petugas lapangan yang mengerjakan pemasangan harus dapat
diterima dan disetujui oleh pabrik material.

5.2.3. Pertanggungjawaban satu sumber pabrik material.


Kontraktor harus menggunakan material waterproofing utama dan material
tambahan untuk setiap tipe yang disyaratkan berasl dari satu sumber (satu pabrik).

5.2.4. Rapat pra-installasi


Kontraktor harus mengadakan rapat, sebelum dimulainya pekerjaan waterproofing.
Untuk mereview pekerjaan yang akan diselesaikan :
1) Peserta rapat terdiri dari : Direksi Lapangan/MK, Kontraktor, sub-kontraktor
waterproofing, perwakilan pabrik sistem waterproofing dan semua
subkontraktor lain yang mempunyai peralatan penetrasi waterproofing.
2) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Lapangan/MK dan peserta rapat
lainnya minimal tiga hari sebelum rapat.
3) Kontraktor harus membuat berita acara rapat dan mendistribusikan salinannya
kepada para peserta rapat.
4) Gambar kerja harus sudah selesai dan disiapkan untuk direview pada saat
rapat pra-instalansi.

5.2.5. Kontraktor harus menyerahkan data-data kepada Direksi Lapangan/MK yang terdiri
dari :
1) Gambar kerja yang mencakup rencana dan detil daerah kritis waterproofing,
termasuk permukaan, persilangan dan joint treatment.
2) Data produk yang terdiri dari spesifikasi, brosur, instruksi penggunaan, dan
rekomendasi umum dari pabrik waterproofing.

5.3. Pengiriman, Penyimpanan dan Perlakukan Material

5.3.1. Material dikirim dalam kontainer dengan segel dan label asli dari pabrik.
Identifikasi dan periksa kontainer dengan nama material, tanggal produksi, dan
nomor lot.

5.3.2. Simpan material di atas tanah pada tempat yang terlindung dari cuaca.

5.3.3. Perlakuan :
1) Jaga material untuk mencegah terjadinya kerusakan.
2) Pindahkan material yang rusak dari lapangan dan ganti dengan material
baru yang sesuai dengan spesifikasi.
3) Perlakukan material dengan hati-hati sesuai dengan instruksi dari
pabrik, karena beberapa material dapat rusak dan mudah terbakar.

5.3.4. Kondisi Proyek


Jangan gunakan waterproofing pada elemen yang kotor, atau jika elemen
tersebut tidak sesuai dengan spesifikasi dari pabrik waterproofing.

5.3.5. Jaminan
1) Kontraktor harus memberikan jaminan untuk pekerjaan waterproofing
terhadap kesesuaian dengan dokumen kontrak, bebas dari cacat material,
kesalahan pemasangan dan ketahanan/kekuatan waterproofing yang
sudah terpasang dari kebocoran selama 10 tahun dari tanggal penyelesaian
secara efektif. Buat jaminan yang ditandatangani oleh supplier material.
2) Kontraktor harus memperbaiki kegagalan waterproofing untuk
menahan masuknya air tanpa tambahan biaya, kecuali kegagalan yang
disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan
3) Retak-retak beton yang kecil atau retak rambut akibat temperatur
atau penyusutan tidak dianggap sebagai kegagalan struktur.

5.3.6. Persyaratan Material


1) Cementitious Material
Tipe dan ketentuan dari pabrik
W aterproofing beton kapiler yang mengandung semen dan material campuran
dalam bentuk bubuk terdiri dari semen Portland yang cepat mengeras
yaitu agregat yang dibuat secara khusus dan bahan kimia aktif.
1). Vandex, Inc “Vandex Super” dan “Vandek Mortar”
Material pengisi
Siapkan material primer dari bahan pengisi produksi pabrik untuk retak
dan pengisi lubang-lubang kecil.
Bahan-bahan primer
Siapkan jenis beton primer yang direkomendasikan oleh pabrik
material waterproofing untuk digunakan jika dibutuhkan.
Air
Air harus bersih, segar, dan bebas dari mineral dan bahan-bahan organik
yang dapat merusak kinerja material waterproofing.
5.3.7. Material membran
Membran cair : The Hitchin Group of Companies “Traffigard”.

5.3.8. Komponen yang berhubungan dan material pekengkap


1) Sealant
Trenco “Dymeric” atau sealant konstruksi equivalent multi-paty modified
polyurethane yang diproduksi oleh Maneco Aru. Sonneborn sesuai dengan
ASTM C920, Type II, nonsag. Kelas A, dengan warna yang dipilih oleh Arsitek.
2) W aterstop
Amerika Colloid Co, “W aterstop-RX” khusus diformulasikan sebagai
joint sealant

5.4. Pelaksanaan Pekerjaan

5.4.1. Cementitious Waterproofing


1) `Pekerjaan persiapan awal.
Pastikan kondisi substrat yang sesuai untuk nenerima waterproofing.
Kontraktor harus melakukan perbaikan terhadap permukaan yang retak, yang
lebih rendah, bergelombang atau tonjolan-tonjolan yang dapat
merusak instalasi waterproofing sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat.
Tutup retakan dan expension joint sesuai dengan rekomendasi
pabrik. Bersihkan pemukaan secara menyeluruh dari debu, kotoran,
cat, bahan pelapis, minyak gemuk, oli, serpihan semen, partikel-
partikel lepas, dan pencemar. Hilangkan oli dan minyak gemuk dengan
pembersih grade alkaline komersial, bilas dan keringkan secara menyeluruh.
Basahi permukaan beton sampai jenuh air akan tetapi genangan-genangan
air pada permukaan beton harus dihilangkan.
2) Pekerjaan persiapan akhir.
Siapkan permukaan sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan pabrik.
Substrate finish. Permukaan yang akan dibuat kedap air harus kasar,
gunakan metoda pengasaran mekanik untuk menghasilkan permukaan
butiran yang teguh dengan menggunakan kertas amplas mutu sedang.
Permukaan beton yang langsung berhubungan dengan air. Konstruksi beton
yang akan dibuat kedap air, pada permukaan beton yang langsung
berhubungan dengan air harus dicuring minimung selama 28 hari.
Patching.
Permukaan beton yang berongga atau retak harus ditutup sebelum diberi
waterproofing.
Penanganan retak dan sambungan.
Construction joint dan retak yang dapat dilihat dengan lebar melebihi 0,03 cm
harus dikorek/dikupas sampai kedalaman 1.9 cm. Rongga-rongga dan
construction joit yang rusaak harus dikorek/dikupas.
Permukaan horisontal
 lantai beton
Sebelum waterproofing dipasangkan kepada permukaan lantai
beton, hilangkan tonjolan yang biasa menembus/merusak
waterproofing yang akan mempengaruhi hasil pelaksanaan
pekerjaan.
 Sealer, hardener dan curing agent
Gunakan floor Sealer, floor hardener atau curing agent yang cocok
dengan waterproofing untuk melindungi permukaan beton. Permukaan
Vertikal
 Bidang permukaan harus memiliki sistem kapiler terbuka
untuk memastikan lekatan permanen pada saat digunakan.
 Dinding beton penahan tanah
Pada dinding beton penahan tanah, hilangkan tonjolan agar
penempatan dan pelekatan waterproofing dapat terlaksana dengan
baik.
3) Pekerjaan Pemasangan
Material primer
pemasangan material primer harus sesuai dengan instruksi dari pabrik.
Permukaan horisontal :
 Penggunaan
Gunakan cementitious waterproofing dalam konstruksi slurry pada
permukaan beton yang jenuh.
 Construction joint
Lakukan pelapisan sebanyak dua kali dengan cementitious
waterproofing dalam konsistensi slurry pada permukaan
yang dibasahi, secepatnya sebelum pengecoran beton.
Permukaan vertikal :
 Penggunaan
Gunakan cementitous waterproofing pada permukaan beton jenuh air
dalam konsistensi slurry. Lapisan slurry harus diberikan ke permukaan
vertical minimal 2 lapis
 Construction joint
Construction joint pada permukaan yang kena basah harus diberi
cementitious waterproofing sesegera mungkin sebelum
pengecoran beton dimulai. Berikan lapisan slurry dari cementitious
waterproofing pada construction joint yang rusak, retak dan pada
lubang-lubang kecil.
 Sudut, construction joint, sambungan dan reglet
Isi reglet dan kupas construction joint pada perpotongan dinding
dari pundasi telapak atau pelat. Berikan campuran waterproofing dan
lapisi sesuai dengan rekomendasi dari pabrik. Pelapisan harus diberi
kemiringan positif untuk drainase yang menjauh dari sudut dan
reglet.
Netralisasi
Netralkan cementitious waterproofing sesuai rekomendasi dari pabrik, pada
daerah yang akan dicat atau diberi lapisan epoxy cementitious
waterproofing harus dibiarkan mengeras minimum selama dua minggu
sebelum netralisasi.
4) Pengendalian mutu lapangan dengan pengujian horisontal di Lapangan.
Sebelum menyelesaikan pekerjaan waterproofing pada permukaan
horisontal, harus diberi lapisan pelinding atau dengan cara lain, yaitu uji
kebocoran dengan menggenangi permukaan beton dengan air setinggi 50
mm selama 24 jam. Kebocoran dapat diketahui dengan memeriksa
struktur beton pada bagian bawahnya. Perbaiki semua kebocoran dan
ulangi pengujian sampai tidak ditemui lagi adanya kebocoran.
5) Pembersihan
Setelah selesai, lepaskan seluruh material penutup dan bersihkan noda-noda
pada permukaan beton yang diekspos yang disebabkan oleh pengerjaan
waterproofing.
6) Proteksi dan curing
Penyelesaian pekerjaan dilakukan untuk melindungi waterproofing yang
telah selesai dikerjakan, pada saat instalasi material lain atau selama proses
yang dikerjakan diatas waterproofing dan selama sisa masa konstruksi.
Lalulintas di atas waterproong yang tidak dilindungi tidak diijinkan.
Berikan proteksi terhadap injakan dan lalu lintas umum konstruksi.
perlindungan terhadap genangan air. Perlindungi permukaan yang sedang
dikerjakan dari genangan air minum selama 24 jam.
Pekerjaan di daerah yang bersebelahan.
Proteksi pekerjaan pada daerah bersebelahan dari tumpahan kotoran
dan lindungi material dari kerusakan atau akibat pencemaran dari
material yang berdekatan.
Curing
Pelaksanaan dan lokasi curing seperti yang direkomendisikan oleh
pabrik.

5.5. Membrane Cair

5.5.1. Pemeriksaan
1) Periksa substrate dan kondisinya di tempat dimana akan diberi waterproofing.
Sub-Kontraktor/pemasang harus menyerahkan laporan secara tertulis hasil
pemeriksaan diatas kepada kontraktor dan salinannya diserahkan kepada
Direksi Lapangan/MK. Jika substrate tidak memuaskan, jangan memulai
pekerjaan waterproofing sampai kondisi yang tidak memuaskan tersebut telah
selesai diperbaiki sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh pemasang.
2) Pastikan bahwa material (substrate) yang dipasang pada permukaan
yang akan diberi waterproofing telah dipasang dengan stabil dan kaku.
3) Pastikan permukaan bebas dari retak, cekungan, atau tonjolan, yang
bisa menyebabkan kegagalan terhadap pemasangan yang baik.
4) Jangan pasang W aterproofing pada permukaan yang lembab, kotor,
substrate yang berdebu atau permukaan beton yang tidak dapat
diterima oleh pemasang.
5) Dimulainya pekerjaan berarti substrate telah dapat diterima
dengan memuaskan oleh pemasang.

5.5.2. Persiapan pekerjaan


1) Biarkan beton mengering secara alami dengan membongkar
formwork minimum 7 hari sebelum pemasangan waterproofing dimulai.
2) Lindungi permukaan yang bersebelahan yang tidak dipasang waterproofing.
3) Sebelum pemasangan sistem waterproofing, periksa beton dan
lakukan perbaikan yang dibutuhkan untuk menghasilkan permukaan yang
baik untuk dipasangi waterproofing. Seluruh permukaan harus bebas dari
rongga, daerah rontok, agregat lepas dan tonjolan tajam serta tanpa
terlihat adanya agregat kasar. Hilangkan semua bahan pencemar seperti
minyak, gemuk dan oli dari permukaan beton. Bersihkan seluruh permukaan
dari debu, kotoran batu lepas dan serpihan.
Tutupi lubang yang memiliki panjang lebih dari 12 mm dan kedalaman 6 mm
dengan beton dan diratakan hingga sama dengan permukaan
disekelilingnya.
Lubang-lubang bekas tie rod harus diratakan hingga sama dengan
permukaan di sekelilingnya.
Haluskan tonjolan-tonjolan dengan gerinda.
Hilangkan cacat-cacat untuk memperoleh beton yang baik dan tidak terpengaruh.
Perbaiki daerah yang diekspos.
Perbaiki construction joint yang tidak beraturan dengan meratakan
meterial yang diperbaiki atau dengan menghaluskan. Material dan
metoda yang digunakan dalam perbaikan harus cocok dengan material
membran yang akan digunakan dan telah direkomendasikan oleh pabrik
pembuat.
Patching coumpound (contoh: beton atau epoxy) harus disetujui oleh supplier
material waterproofing.
4) Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap persiapan permukaan
yang akan diberi waterproofing. Semua permukaan yang akan diberi
membran waterproofing harus diratakan dengan perata kayu. Permukaan
pelat yang tidak rata harus diratakan untuk diberi bituthene waterproofing.
5) Tutup retakan dan sambungan dengan sealant dan material yang disarankan.
Gunakan ratio kedalaman/lebar yang sesuai dengan rekomendasi dari
pabrik sealant. Lebar permukaan sambungan, termasuk dinding substate,
harus 3 mm atau kurang. Perbaiki semua sambungan yang lebarnya lebih
dari 3 mm dengan sealer sebelum melanjutkan instalasi pekerjaan.

5.5.3. Instalasi pekerjaan


1) Permukaan horisontal : membran cair.
Conditioner permukaan.
Bersihkan konserat coditioner sebelum digunakan sesuai dengan instruksi
pabrik, yaitu sebagai berikut :
 Dengan menggunakan penyemprot dan nozzle yang tepat,
semprotkan pembersih conditioner permukan secara merata pada
2
substrate dengan kecepatan 74 sampai 93 m /3,78 liter.
 Biarkan conditioner permukaan hingga kering secara sempurna dan
menyeluruh minimum 30 menit, sebelum membran diaplikasikan.
Conditioner permukaan akan kering pada saat substrate kembali ke
warna aslinya.
 Jika derah yang diberi conditioner tidak ditutup dengan membran
pada hari yang sama, lakukan conditioner ulang jika terjadi pencemaran
akibat debut, kotoran yang signifikan.
Instalasi cairan.
Sesuai dengan rekomendasi dari pabrik. Pembentukan sudut.
Pasang membran melebihi sudut dalam dan sudut luar. Tempatkan
pipa bentonit pada sudut sesuai dengan detail pada gambar yang
dilampirkan. Pengujian horisontal Waterproofing. Genangi seluruh
permukaan yang diberi waterproofing dengan air setinggi minimum 50
mm selama 24 jam, Tandai semua kebocoran dan lakukan perbaikan
pada saat membran kering. Sebelum pengisian air dilaksanakan,
pastikan dari Engineer bahwa struktur akan mampu menahan beban mati
dari air. Melakukan pengujian dengan air sebelum pemasangan sistem
volclay sekunder hanya dapat dilakukan pada daerah yang nantinya akan
digunakan.
Perlindungan membran.
setelah pengujian permukaan horisontal dan membiarkan membran
mengering, pasang papan pelindung untuk menandai permukaan horisontal.

2) Penggunaan waterstop bentonit horisontal


Letakkan bentonit secara memanjang dan mengelilingi tonjolan vertikal
dan juga pada dinding seperti yang ditunjukkan pada gambar
pelaksanaan. Rekatkan untuk mencegah pergerakan. Jangan paku secara
mekanik setiap sistem membran waterproofing.
5.5.4. Pemeriksaan dan perbaikan
Periksa membran secara menyeluruh sebelum melakukan penutupan dan
lakukan koreksi/perbaikan secepat mungkin. Perbaiki/tambal dengan membran
sobekan/ kerusakan dan sambungan bersebelahan yang tidak cukup. Potong
fishmouth, perbaiki dengan material yang diperpanjang 150 mm pada
semua arah dari potongan dan tutup ujung sambungan dengan mastic.

7. PEKERJAAN TELAPAK BETON DAN SLOOF BETON

7.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan tenaga kerja, bahan-bahan,
instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk seluruh pekerjaan
pembuatan Telapan Beton beserta balok sloof (tie beam) dan lain-lain yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut.

7.2. Persyaratan Bahan


Seluruh persyaratan bahan konstruksi beton yang dipergunakan dalam pekerjaan ini
mengikuti persyaratan bahan untuk pekerjaan struktur beton yang telah diuraikan
sebelumnya dalam buku persyaratan teknis pekerjan struktur ini.

7.3. Persyaratan Pelaksanaan

7.3.1. Pelaksanaan pekerjaan beton telapak dan balok sloof selengkapnya harus
mengikuti uraian persyaratan pelaksanaan Pekerjaan Struktur Beton yang telah
diuraikan sebelumnya dalam buku persyaratan teknis pekerjan struktur ini.

7.3.2. Bekisting / cetakan harus dipasang dengan kuat dan kaku pada posisi sesuai
dengan gambar pelaksanaan.

7.3.3. Di bawah sloof dan bagian-bagian bawah poer yang tidak terletak pada pondasi
dalam harus dibuat terlebih dahulu lapisan lantai kerja dari rabat beton setebal 5 cm
dan dibawah rabat beton dipasang lapisan pasir urug padat setebal 10 cm, sesuai
dengan gambar pelaksanaan.

7.3.4. Pada balok sloof harus dipasang stek untuk kolom-kolom praktis yang letaknya
sesuai dengan gambar Arsitektur.

7.3.5. Beton Tumbuk (Rabat Beton) dan pasir urug padat.


7.3.6. Pelaksanaan beton tumbuk (rabat beton) seperti tercantum di dalam gambar
pelaksanaan harus memenuhi syarat campuran 1pc : 3ps : 5kr.

7.3.7. Di bawah lapisan beton tumbuk harus dipasang lapisan pasir urug padat setebal
10 cm. Pasir urug dihamparkan di atas tanah yang telah dipadatkan sesuai dengan
persyaratan pemadatan.

7.3.8. Pola serta lokasi poer dan balok sloof harus sesuai dengan gambar pelaksanaan
dan detail-detail yang ada.

7.3.9. Sebelum pengecoran dimulai, tempat-tempat yang akan dicor harus dibersihkan
dulu dari kotoran-kotoran dan material-material yang bisa mengakibatkan ber-
kurangnya kekuatan beton.

8. PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN

8.1. Umum
Pekerjaan rangka atap baja ringan pelapisan antikarat adalah pekerjaan pembuatan
dan pemasangan struktur atap berupa rangka batang (truss) yang telah dilapisi
bahan zincalumunium (AZ100) untuk ketahanan terhadap karat. Rangka atap yang
digunakan harus merupakan produksi dari pabrik yang berkompeten dalam
penelitian, teknologi dan berpengalaman lebih dari 15 tahun (bukan industri rumah
tangga).

Rangka atap berbentuk segitiga kaku yang terdiri dari rangka utama atas (topchord),
rangka utama bawah (bottom chord), dan rangka pengisi (web). Seluruh rangka
tersebut disambung dengan menggunakan baut menakik sendiri (selfdrilling screw)
dengan jumlah yang cukup. Untuk meletakkan material penutup atap/genteng,
dipasang rangka reng(batten) langsung diatas struktur rangka atap utama dengan
jarak yang disesuaikan dengan ukuran genteng.

Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke lapangan (site), perangkaian


(assembling) dan ereksi (erection), seperti tercantum dalam gambar kerja meliputi:
a. Pekerjaan rangka atap (rooftruss)
b. Pekerjaan reng (batten)
c. Pekerjaan jurai dalam (valleygutter)

Lingkup pekerjaan tidak meliputi:


a. Setting level balok ring
b. Pemasangan penutup atap
c. Pemasangan kap finishing atap
d. Talang selain talang jurai dalam
e. Asesoris atap.

8.2. Persyaratan Material Rangka Atap


Material rangka atap yang digunakan harus memenuhi spesifikasi yang diuraikan
pada sub bab ini. Satuan ukuran panjang yang digunakan subbab ini adalah
millimeter (mm) dan ukuran ketebalan material baja yang dimaksud adalah
ketebalan baja dasar (BaseMaterialThickness/BMT).

8.2.1. Material struktur rangka atap


a. Properti mekanikal baja (Steel mechanical properties) :

Baja Mutu Tinggi G550 (sertifikat bahan harus dilampirkan)


Tegangan Leleh Minimum (Minimum yield strength) : 550MPa
Modulus Elastisitas : 2,1x105 MPa
Modulus Geser : 8x104 MPa

b. Lapisan pelindung terhadap karat (Protective Coating) : Rangka batang harus


mempunyai lapisan tahan karat seng dan aluminium (ZincAlumunium/AZ) :
dengan komposisi sebagai berikut :
 55% Aluminium(Al)
 43,5% Seng(Zinc)
 1,5% Silicon(Si)
o 2
 Ketebalan Pelapisan : 100 gr/m (AZ100)

c. Geometri profil rangka atap :


1) RangkaAtap
Profil yang digunakan untuk rangka atap adalah profil lipchannel.
 C75.100 (tinggi profil 75 mm dan tebal 1,00 mm), berat 1,29 kg/m’
untuk rangka batang utama (topchord dan bottomchord).
 C75.75 (tinggi profil 75 mm dan tebal 0,75 mm), berat 0,97 kg/m’
untuk rangka batang pengisi (web)

Gambar detail potongan profil dapat dilihat dibawah ini.

2) Reng TS40 (batten)


Profil yang digunakan untuk reng adalah profil tophat (U terbalik) dengan
spesifikasi tinggi profil 40mm dan tebal 0,60mm TCT(total coating thickness),
berat 0,666kg/m’, yang pada sisi kanan kiri sepanjang profil dilipat kedalam
selebar 5mm. Gambar detail potongan profil reng dapat dilihat dibawah ini:
Reng TS40 panjang standard 6,1m
3) Talang jurai dalam (valley gutter)

Jika pada desain bentuk atap terdapat pertemuan 2 bidang atap dengan
membentuk sudut tertentu, maka pada pertemuan sisi dalam harus
menggunakan talang (valley gutter) untuk mengalirkan air hujan. Talang
yang dimaksud disini adalah talang jurai dalam dengan ketebalan 0.45mm
dan telah dibentuk menjadi talang lembah dengan detail sebagai berikut :

4) Alat sambung (screw)

Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi
dan instalasi adalah baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan
spesifikasi sebagai berikut :
a) Kelas Ketahanan Korosi Minimum : Class 2 (Minimum Corrosion
Rating)
b) Ukuran baut untuk struktur rangka atap (truss fastener) adalah type12-
14x20dengan ketentuan sebagai berikut :
- Diameter ulir : 12 Gauge (5,5mm)
- Jumlah ulir per inchi (threads per inch/TPI) : 14TPI
- Panjang : 20mm
- Ukuran kepala baut : 5/16” (8mmhex.socket)
- Material : AISI1022 Heattreated
Carbon
- Steel Kuat geser ratarata (Shear,Average) : 8.8 kN
- Kuat tarik minimum (Tensile,min) : 15.3kN
- Kuat torsi minimum (Torque,min) : 13.2kNm

c) Ukuran baut untuk struktur reng (batten fastener) adalah type1016x16,


dengan ketentuan sebagai berikut :
-Diameter ulir : 10 Gauge (4,87mm)
-Jumlah ulir per inchi (threads per inch/TPI) : 16TPI
-Panjang : 16mm
-Ukuran kepala baut : 5/16” (8mmhex.socket)
-Material : AISI1022 Heattreated
Carbon
- Steel Kuat geser ratarata (Shear,Average) : 6.8 kN
- Kuat tarik minimum (Tensile,min) : 11.9kN
- Kuat torsi minimum (Torque,min) : 8.4kNm

Pemasangan jumlah baut harus sesuai dengan detail sambungan pada


gambar kerja. Pemasangan baut harus menggunakan alat bor listrik
minimum 560 watt dengan kemampuan putaran alat minimal 2000 rpm.

8.2.2. Koneksi perletakan kuda kuda di ring balok


Connector yang digunakan adalah dari material plat L. Connector ini merupakan alat
sambung antara rangka utama dengan ring balok yang sudah diperhitungkan gaya
hisapnya sesuai dengan desain yang berlaku.

8.2.3. Steelstrapbrace(bracing)
Untuk menjaga stabilitas dan kekuatan ikatan struktur rangka atap, maka antara
rangka utama pada batang utama atas (topchord) dipasang strap bracing
(pengaku). Material baja strap bracing harus memiliki minimum tegangan tarik 250
Mpa, dengan ketebalan minimum 1,00 mm dan lebar minimum 25 mm serta
materialnya dilapis dengan bahan anti korosi untuk mencegah terjadinya karat.
Minimum basic working TYPE OF STEEL BRACE
loads, kN
STRAP
BRACE
Steel Tension Capacity 3.5-5.5kN
End Fixing Capacity 3.5-5.5kN
Brace to intermediate truss 0.55Kn
fixing capacity
W rap-around splice capacity 3.5-5.5kN
Brace Cross-Section (25-40) x 1.0
Dimensions (mm x mm)
Nail size requirements 10-16x16
wafer or hex
tek self drilling
screw

Desain steel strapbracing mengikuti aturan standard manual desain yang


dikeluarkan pihak engineering dari pabrik.

8.3. Tata Cara Pelaksanaan dan Pemasangan

8.3.1. Persyaratan Desain Struktur Rangka Atap Baja Ringan


Struktur rangka atap baja ringan harus didesain oleh tenaga ahli yang berkompeten.
Desain harus mengikuti kaidah - kaidah teknis yang benar sesuai karakter baja ringan
yaitu dengan perancangan standar batas desain struktur baja cetak dingin (Limit
State Cold Formed Steel Structure Design). Desain struktur rangka atap baja ringan
meliputi topchord, bottomchord, web, dan jumlah screw pada setiap titik buhul
sebagai satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan.

Mengingat belum adanya pengaturan resmi tentang baja ringan dalam konstruksi
Indonesia, peraturan dibawah ini dapat digunakan sebagai pedoman :

 BS595051998 Code of Practice for Design of Cold Formed Thin Gauge


 Sections (U.K.)
 BS639921997 Code of Practice for W ind Loads (U.K.)
AS/NZS117021989 SAA Loading Code–Dead and LiveLoads
(Australia) AS/NZS4600–1996 Limit State Design Code (Australia)
 Perangkat lunak computer (software) boleh digunakan untuk membantu
proses desain atap baja ringan jika software memang khusus
dikembangkan untuk menghitung struktur baja ringan dan
mengakomodasi peraturanperaturan yang telah disebutkan diatas,
dalam hal ini software telah mendapat rekomendasi dari Himpunan Ahli
Konstruksi Indonesia (HAKI).

8.3.2. PersyaratanPraKonstruksi
1) Kontraktor wajib menyerahkan sertifikat pabrik (millcertificate) & sertifikat tanda
SNI dari material baja yang akan digunakan dan sertifikat ISO9001 (Quality
Management System) & sertifikat ISO14001(Environment Management
System) dari produsen pembuat material baja tersebut serta dokumen data
data produk.
2) Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap, detail dan akurat
berdasarkan analisis perhitungan yang akurat dengan menggunakan Software
yang sudah direkomendasi oleh Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI)
serta memenuhi kaidahkaidah teknik yang benar dalam perancangan standard
batas desain struktur baja cetak dingin (Limit State Cold Formed Steel
Structure Design). Dalam hal ini meliputi dimensi profil, panjang profil pada
setiap segment dan jumlah screw pada setiap titik buhul.
3) Kontraktor wajib melaksanakan pemaparan produk (penjelasan teknis dan
software desain) sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) seperti yang
telah dijelaskan pada pasal - pasal diatas. Produk yang dipaparkan sesuai
dengan surat dukungan dan brosur yang dilampirkan pada dokumen tender.
4) Pemaparan produk dilaksanakan dalam rapat koordinasi teknis lapangan
sebelum pelaksanaan pemasangan rangka atap baja ringan.
5) Kontraktor bersama pengawas lapangan harus mengadakan pengecekan
balok ring yang kemudian diajukan untuk mendapat persetujuan tertulis dari
PPTK sebelum pemasangan rangka atap baja ringan dilaksanakan.
6) Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggungjawab terhadap semua
ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar kerja. Pada prinsipnya ukuran
pada gambar kerja adalah ukuran jadi/finish.
7) Setiap bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang tertulis disini yang
diakibatkan oleh kurang teliti dan kelalaian kontraktor akan ditolak dan harus
diganti. Kewajiban yang sama juga berlaku untuk ketidakcocokan, kesalahan
maupun kekurangan lain akibat Kontraktor tidak teliti dan cermat dalam
koordinasi dengan gambar pelengkap dari Arsitek, Struktur, Mekanikal, dan
Elektrikal.
8) Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan
Pengawas, Konsultan Perencana, dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK) untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis.
9) Sebaiknya sebanyak mungkin bahan untuk konstruksi baja ringan difabrikasi
diworkshop, baik workshop permanen atau workshop sementara. Kontraktor
bertanggungjawab atas semua kesalahan detail, fabrikasi dan ketetapan
pemasangan semua komponen konstruksi baja ringan.

8.3.3. PersyaratanKonstruksi
1) Jarak antar kuda kuda, jarak ikatan angin/bracing maksimum adalah 1.2 m
2) Perangkaian rangka batang dilakukan di lapangan sesuai dengan hasil
pengukuran terakhir dan sesuai dengan actual di lapangan
3) Perangkaian harus memperhatikanbentuk,ukuran,dan gambar desain.
4) Permukaan ring balok beton sudah rata dan elevasi sesuai desain
5) Dalam proses erection rangka atap, harus diperhatikan support sementara
untuk menjaga stabilitas rangka atap setelah dipasang. Support sementara ini
tidak boleh dilepas sebelum rangka kuda kuda dinyatakan cukup kuat oleh
tenaga ahli dari pabrik.
6) Jika diperlukan pemotongan material maka harus diperhatikan hal-hal berikut :
 Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan
yang sesuai, alat potong listrik dan gunting, dan telah ditentukan oleh
pabrik.
 Alat potong harus dalam kondisi baik.
 Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
 Bagian bekas irisan harus benar benar datar, lurus dan bersih.

8.4. Persyaratan Pasca Konstruksi


Kontraktor wajib menyerahkan sertifikat garansi pemasangan struktur pabrikan dari
system rangka baja ringan yang sudah digunakan baik garansi dari pabrikan
ataupun fabricator resmi pabrikan melalui supervise atau pengecekan pemasangan
berdasarkan gambar kerja yang lengkap, detil & akurat yang dikeluarkan oleh
Software yang sudah direkomendasi oleh Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia
(HAKI) serta memenuhi kaidah-kaidah teknik yang benar dalam perancangan
standard batas desain struktur baja cetak dingin (Limit State Cold Formed Steel
Structure Design).

8.5. PersyaratanTenaga Pemasang


1) Komponen struktur konstruksi baja ringan harus dikerjakan oleh
tenaga pemasang yang terlatih dan bersertifikat serta mampu memahami
gambar kerja dan dibuktikan dengan surat ijin memasang dari pabrikan.
2) Surat ijin memasang rangka atap baja ringan ini harus disertakan pada
saat pemaparan produk.
D. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR
1. PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

1.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan pasangan batu bata meliputi:


1.1.1. Dinding pasangan batu bata.
1.1.2. Pondasi pasangan batu bata / rollag batu bata.
1.1.3. Atau sesuai dengan yang tercantum dalam gambar pelaksanaan.

1.2 Persyaratan Bahan


1.2.1. Batu bata yang dipakai adalah batu bata merah dari mutu yang terbaik, dengan
pembakaran sempurna dan merata serta memenuhi persyaratan bahan.

1.2.2. Batu bata harus bebas dari cacat, retak, cat atau adukan, mempunyai sudut siku
dan ukuran yang seragam.

1.2.3. Persyaratan bahan semen, pasir dan air sesuai dengan persyaratan bahan beton
pada PersyaratanTeknis Pekerjaan Struktur.

1.3 Persyaratan Pelaksanaan


1.3.1. Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih sehingga jenuh
dan pada saat dipasang / diletakkan tidak boleh ada genangan air diatas pemukaan
batu bata tersebut.

1.3.2. Adukan Perekat Spesi.


Adukan perekat pasangan batu bata kedap air dengan komposisi campuran 1 PC : 3
Ps dipergunakan untuk :
1) Pondasi pasangan batu bata.
2) Dinding pasangan batu bata dari permukaan sloof hingga ke peil lantai
dasar dan dari peil lantai dasar hingga setinggi 40 cm.
3) Dinding pasangan batu bata dari peil lantai dasar hingga setinggi 220 cm
pada ruang-ruang / daerah basah & semua dinding pasangan batu bata yang
disyaratkan kedap air seperti yang tercantum dalam gambar pelaksanaan.
4) Dinding pasangan batu bata yang langsung berhubungan dengan luar.

1.3.3. Untuk semua pasangan batu bata terhitung mulai + 40 cm dari permukaan lantai
dasar ke atas,dipakai adukan perekat / spesi dengan komposisi campuran 1 PC : 5 Ps
terkecuali yang disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.

1.3.4. Adukan perekat/spesi harus diusahakan agar selalu segar atau belum
mengeras pada waktu pemakaian.

1.3.5. Pemasangan harus sedemikian rupa, sehingga ketebalan adukan perekat /


spesis harus sama/merata yaitu setebal 1 cm. Siar-siar harus dikerok dengan
kedalaman 1 cm kemudian disiram air dan siap menerima plesteran. Semua
pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi dengan baik dan penuh.

1.3.6. Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi, sama tebal, lurus, tegak dan pola
ikatan harus terjaga baik di seluruh pekerjaan.

1.3.7. Pengukuran dengan tiang lot, harus diukur tepat. Untuk permukaan yang
datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh
melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m baik kearah vertikal maupun kearah
horizontal. Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar/memperbaiki. Biaya untuk
pekerjaan ini ditanggung oleh Kontraktor, tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan
tambah.

1.3.8. Pekerjaan kolom praktis


Dimensi, ukuran dan penulangan beton kolom praktis sesuai dengan yang
tercantum dalam gambar pelaksanaan, (umumnya kolom praktis berukuran 15 cm x
15 cm dengan tulangan memanjang 4 D13 dan sengkang D10 – 20). Pemasangan
kolom praktis dilaksanakana pada :
1) Setiap pertemuan dinding pasangan batu bata 1/2 batu.
2) Dinding pasangan batu bata 1/2 batu pada bagian dalam bangunan setiap luas
10 m2.
3) Dinding pasangan batu bata 1/2 batu pada bagian luar/tepi luar bangunan setiap
luas 8 m2.
4) Dan/atau seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.
5) Pada setiap tepi kosen pintu.
6) Pasangan dinding bata ½ batu pada balustrade setiap jarak 3 meter.

1.3.9. Di atas setiap lubang pintu dan jendela atau lubang lainnya harus dipasang ring
balok beton, terlepas apakah ring balok beton tersebut tergambar atau tidak dalam
gambar pelaksanaan.

1.3.10. Pada setiap pertemuan dinding pasangan batu bata dengan kolom praktis, ring
balok beton maupun beton lainnya seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan
harus dipasang anker D10 mm tiap jarak 1,00 m. Bagian yang mencuat keluar
sepanjang 20 cm dan bagian yang tertanam minimal sedalam 15 cm.

1.3.11. Semua pasangan batu bata yang tertanam dalam tanah harus diberapen setinggi
permukaan tanah.

1.3.12. Plesteran dinding bata harus dilakukan minimal satu (1) minggu setelah pemasangan
bata selesai.
2. PEKERJAAN PLESTERAN

2.1 Lingkup pekerjaan

Pekerjaan plesteran meliputi :


2.1.1. Berapen.
2.1.2. Plesteran.
2.1.3. Plesteran kedap air.
2.1.4. Plesteran halus / aci halus dan/atau seperti tercantum didalam gambar pelaksanaan.
2.1.5. Pekerjaan plesteran ini dilaksanakan untuk semua permukaan pasangan batu
bata baru serta permukaan beton yang terlihat (dinyatakan tampak) ataupun yang
diperlukan untuk difinish.

2.2. Persyaratan Bahan

Persyaratan bahan semen, pasir dan air sesuai dengan persyaratan bahan beton
pada Persyaratan Teknis Pekerjaan Struktur Beton.

2.3 Persyaratan Pelaksanaan


2.3.1. Komposisi campuran adukan plesteran yang dimaksud adalah komposisi
campuran dalam volume, cara pembuatan adukannya menggunakan Mixer yang
diadukan selama minimal 3 menit.

2.3.2. Berapen adalah plesteran kasar dengan campuran adukan kedap air yaitu 1PC : 3
Ps. Dipakai untuk menutup permukaan dinding pasangan batu bata yang tertanam
dalam tanah hingga ke permukaan tanah dan/atau lantai.

2.3.3. Plesteran dengan campuran 1 PC : 5 Ps.


Adukan plesteran ini untuk menutup semua permukaan dinding pasangan batu
bata bagian dalam bangunan terkecuali yang dinyatakan kedap air seperti tercantum
dalam gambar pelaksanaan.

2.3.4. Plesteran kedap air adalah campuran 1 PC : 3 Ps.


Adukan plesteran ini untuk menutup semua permukaan dinding pasangan batu bata
pada bagian luar / sisi luar bangunan, semua bagian permukaan dinding pasangan
batu bata untuk daerah basah hingga setinggi 220 cm dari peil lantai dan
keseluruhan permukaan dinding pasangan batu bata seperti tercantum dalam
gambar pelaksanaan.

2.3.5. Plesteran halus / acian adalah campuran PC dengan air yang dibuat
sedemikian rupa sehingga mendapatkan campuran yang homogen. Plesteran
halus ini adalah Pekerjaan finishing yang dilaksanakan setelah lapisan
plesteran sebagai lapisan dasar berumur minimal 7 (tujuh) hari (sudah kering
benar).

2.3.6. Semua jenis adukan plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu segar, belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan.

2.3.7. Permukaan semua adukan plesteran harus diratakan terkecuali untuk berapen.
Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus harus rata, tidak
bergelombang, penuh & padat, tidak berongga, serta berlubang, tidak mengandung
kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.

2.3.8. Sebelum pelaksanaan pekerjaan plesteran pada permukaan pasangan batu


bata dan beton, permukaan beton harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting
kemudian diketrek / scratched.

2.3.9. Semua lubang-lubang bekas pengikat bekisting atau formtie harus tertutup adukan
plesteran.

2.3.10. Pekerjaan plesteran halus adalah untuk semua permukaan pasangan batu bata dan
beton yang akan difinish dengan cat.

2.3.11. Semua permukaan yang akan menerima bahan finishing, misalnya ubin keramik dan
lainnya, maka permukaan plesteran tersebut harus diberi alur-alur garis horizontal
untuk memberi ikatan yang lebih baik terhadap bahan/material finishing tersebut.
Pekerjaan ini tidak berlaku apabila bahan finishing tersebut adalah cat.

2.3.12. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom / lantai
yang dinyatakan dalam gambar pelaksanaan dan/atau sesuai peil-peil yang
ditentukan dalam gambar pelaksanaan.
2.3.13. Tebal plesteran minimal 1 cm, maksimal 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 3 cm,
maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang diikatkan ke permukaan pasangan
batu bata atau beton yang bersangkutan untuk memperkuat daya lekat plesteran.

2.3.14. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan
bidang tidak boleh melebihi 5 mm , untuk setiap jarak 2 m.

2.3.15. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan


wajar, tidak secara tiba-tiba. Untuk hal ini dapat dilakukan dengan membasahi
permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari terik matahari
langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air secara
cepat.

2.3.16. Pembasahan tersebut adalah selama 7 hari setelah pengacian selesai, Kontraktor
harus selalu menyiram dengan air sekurang-kurangnya dua kali sehari sampai jenuh.

2.3.17. Jika terjadi keretakan, Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai
hasilnya dinyatakan diterima oleh Direksi/Pengawas.

2.3.18. Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan plesteran dilakukan sebelum


plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu.

2.3.19. Khusus untuk dinding pasangan batu bata pada Peturasan, sebelum pelaksanaan
pekerjaan adukan plesteran ini, terlebih dahulu harus diberi lapisan kedap air setinggi
40 cm dari peil finish lantai bersangkutan.
3. PEKERJAAN LANTAI

3.1 Lingkup pekerjaan

Pekerjaan lantai adalah semua pekerjaan lantai lengkap hingga permukaan


finishing atau seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.

3.2 Persyaratan umum bahan


3.2.1. Bahan/Material Finishing.
1) Ubin Keramik / Ceramic Tile
2) Lapis Pearl Stone
3) Interblock/Pavingblock, Grassblock.
4) W aterproofing
5) Batu Alam
6) Floor Hardener
7) Granit
8) Vinil

3.2.2. Persyaratan bahan semen, pasir dan air sesuai dengan persyaratan bahan beton
yang diuraikan dalam Persyaratan Teknis Pekerjaan Struktur Beton.

3.3 Persyaratan umum pelaksanaan

- Permukaan lantai beton (lantai plesteran) harus benar-benar kering sehingga harus
dites dahulu kelembabannya.

- Sebelum lantai dipasang, lantai yang sudah di aci halus / flatter dibersihkan dulu
dari debu, cat, minyak, lemak, sealer, floor hardener dan lain-lain serta harus bebas
dari retakan.
- Permukaan lantai diberi levelling dengan adukan plesteran 1 PC : 5 PS terkecuali
untuk daerah basah, adukan plesteran untuk kedap air yaitu 1 PC : 3 Ps.
- Dasar permukaan yang terlah dilevelling dibersihkan dari serpihan, kotoran &
minyak yang dapat mengurangi daya rekat adukan perekat keramik lantai.

- Dengan menggunakan trowel/ roskam bergerigi, Keramik direkatkan /


ditempelkan pada permukaan lantai dengan perekat keramik lantai.

- Bila hasil akhir pemasangan tidak sesuai dengan persyaratan yang sudah
ditentukan, Kontraktor wajib memperbaiki sampai hasilnya disetujui oleh Direksi
Lapangan/MK.

- Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, semua pipa sparing dan/atau jaringan pipa
sudah harus terpasang pada tempatnya.
3.4 Pekerjaan Ubin Keramik
3.4.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ubin keramik meliputi pemasangan ubin keramik / ceramic tile untuk
pekerjaan finishing lantai, Dinding dan/atau seperti tercantum dalam gambar
pelaksanaan.

3.4.2 Persyaratan Bahan


Ubin keramik untuk seluruh lantai sesuai gambar pelaksanaan.
Permukaan : Galzed (berglazur), anti slip (area basah, teras), dan
bergerigi (stair nosing)
Produksi : Granito atau setara
Ketebalan : 9 mm
Warna : ditentukan kemudian
Ukuran : 60 x 60 cm, 20 x 40 cm (atau sesuai perencanaan)
Perekat Keramik Lantai : Drymix T-100 tile adhesive standard (untuk area kering) dan
Drymix T305 tile adhesive water repellent untuk area
basah.

3.4.3 Persyaratan Pelaksanaan


1) Sebelum dipasang, permukaan ubin keramik harus dilapisi dengan minyak kacang.
2) Seluruh pemasangan ubin keramik harus dengan cara kering. Tidak
dibenarkan menyiram air semen ke permukaannya. Seluruh rongga pada
permukaan ubin bagian belakang harus terisi dengan adukan sewaktu ubin
keramik dipasang.
3) Pola pemasangan ubin keramik harus sesuai dengan gambar pelaksanaan /
shop drawing atau sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas
4) Bila diperlukan pemotongan ubin keramik, maka harus dipergunakan alat
pemotong khusus sesuai dengan petunjuk pabrik.
5) Toleransi kecekungan adalah 2,5 mm untuk setiap 2 m2.
6) Garis-garis tepi ubin keramik yang terbentuk maupun siar-siar harus lurus.
Lebar siar harus sama yaitu maksimum 3 mm dengan kedalaman 2 mm.
7) Persyaratan pelaksanaan adukan pengisi dan adukan perekat harus sesuai
dengan spesifikasi pabrik agar didapatkan hasil yang baik.
8) Tebal spesi adukan perekat yang dianjurkan adalah ±3mm untuk ukuran keramik
maksimum 300x300
9) Selama 3 x 24 jam setelah pemasangan, ubin keramik harus dihindarkan dari
injakan atau pemberian beban.

3.5 Pekerjaan Waterproofing

3.5.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan waterproofing meliputi pelaksanaan pekerjaan waterproofing pada plat
lantai toilet, plat lantai atap, ground water tank, ruang pompa, recycle water
tank, effluent tank, storm water tank, detergent trap, daerah basah, bak bunga, bak
kontrol, talang plat atap serta bagian-bagian lain yang dinyatakan dalam gambar
pelaksanaan.
3.5.2. Persyaratan Bahan
1) Bahan harus sesuai dengan standar yang ditentukan seperti NI-3, ASTM-
828, ATNE, TAPP-1-083 dan 407.
2) Jenis bahan bahan yang digunakan
 Cementitious waterproofing coating membrane: Sikatop 107 Seal,
merupakan semen termodifikasi terdiri dari 2 komponen, sudah tertakar,
dan siap digunakan digunakan pada plat lantai toilet dan daerah basah,
lantai dan dinding dalam ruang pompa, recycle water tank, effluent tank,
detergent trap, talang plat atap, bak control dan bak bunga.
 Lapisan Epoxy Tanpa Bahan Kimia Pelarut/ Solvent free epoxy coating:
merupakan lapisan pelindung dengan 2 komponen yang bersifat thixotropic
dan berbahan dasar resin epoxy. Ketika sudah mencapai tahap curing,
akan menghasilkan lapisan keras dan mengkilap yang memiliki
ketahanan yang tinggi terhadap goresan dan serangan bahan kimia.
Sikagard 720 disertai Sikagard-62 (food grade) digunakan pada lantai,
dinding ground water tank air bersih lantai, dinding dalam ruang pompa,
recycle water tank, effluent tank, dan detergent trap.
 Bituminous waterproofing membrane sheet: membran kedap air berbentuk
lembaran yang pengerjaannya dengan dibakar; memiliki fleksibilitas hingga
suhu 00C. Material ada berbahan dasar APP (Atatic Poly-Propylene)
modified bitumen, diperkuat dengan Polyester non woven fabric. Material
memiliki permukaan bertabur pasir dan sisi lainnya berlapis Polythylene film
untuk memudahkan pekerjaan pemasangan. Digunakan pada atap pelat
beton dan ground water tank sisi luar menggunakan jenis Sika Bituseal T –
130 SG tebal 3mm
3) Dosis:
 Cementitious waterproofing coating membrane: Bergantung pada cara
pengerjaannya, umumnya tiap lapisan SikaTop 107 Seal membutuhkan
1 – 1.5 kg/m 2; dan minimum 2 lapisan SikaTop 107 Seal haruslah
diaplikasikan.

 Lapisan Epoxy Tanpa Bahan Kimia Pelarut/ Solvent free epoxy


coating: Dosis dari Sikagard-62 adalah 0.25 - 0.4 kg/m² per lapis
(bergantung pada metode pengerjaan, suhu, tekstur permukaan),
dengan minimum 2 (dua) kali lapisan.
4) Perlindungan terhadap Waterproofing bituminous waterproofing membrane
sheet dan waterproofing cementicious coating menggunakan screed dengan
komposisi campuran 1 PC : 3 Ps.

3.5.3. Persyaratan Pelaksanaan

1) Persiapan Permukaan.
a) Permukaan pelat (lantai) dan dinding beton yang akan diberi lapisan
waterproofing harus benar-benar bersih, bebas dari minyak, debu serta
tonjolan-tonjolan tajam yang permanen dari tumpahan atau cipratan adukan
dan dalam kondisi kering (dalam arti kata baik kering leveling screed maupun
kering permukaan).
b) Semua pertemuan 90' atau sudut yang lebih tajam harus dibuat tumpul,
yaitu menutup sepanjang sudut tersebut dengan adukan kedap air 1 PC
: 3 Ps atau seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.
c) Leveling screed menggunakan campuran kedap air 1 PC : 3 Ps
dengan kemiringan sebesar +1 %, arah kemiringan dibentuk
menggunakan benang waterpass menuju ke lubang-lubang talang dan
floordrain.
d) Khusus lapisan screed pada bagian atap dan talang beton harus
menggunakan tulangan susut finemesh yang terpasang di tengah
ketebalan screed dan pemasangannya harus diratakan terlebih dahulu
sehingga tidak melengkung.
e) Screed dipasang mengikuti pola-pola yang sudah tertentu dan diratakan
permukaannya (dihaluskan) dengan menggunakan roskam, digosok
sedemikian rupa dengan roskam tadi sehingga gelembung-gelembung
udara yang terperangkap di dalam adukan screed dapat keluar.
f) Dalam kondisi setengah kering, screed tadi langsung ditaburi semen
sambil digosok lagi dengan roskam besi sehingga merata, setelah lapisan
Screed kering tidak boleh diaci.
g) Setelah kering udara ( +24 jam ), screed baru ini harus dilindungi dari
kemungkinan pecah-pecah rambut dengan jalan menutupi permukaan
atasnya dengan goni-goni rami yang sudah dibasahi air terlebih dahulu dan
dijaga kondisi basahnya.

h) Waktu yang diperlukan untuk keringnya screed ini minimal 7 (tujuh) hari
dalam kondisi cuaca cerah. Untuk cuaca buruk (hujan) tidak
termasuk dalam perhitungan waktu pengeringan screed.

2) Pemasangan Cementitious Waterproofing

a) Permukaan harus kering, bersih, dan bebas dari minyak, debu, ataupun
karat (untuk permukaan baja).

b) Pada proses penyampuran, tuang setengah komponen A (cair) ke


dalam wadah penyampuran, kemudian tambahkan seluruh komponen B
(bubuk). Aduk keduanya hingga rata, kemudian tambahkan komponen A
yang tersisa dan aduk hingga material tercampur secara merata.

c) Untuk lapisan pertama, gunakan trowel bergerigi dengan gigi berukuran


3 mm; untuk lapisan kedua, gunakan trowel normal yang tidak bergerigi.

d) Selalu aplikasikan minimal 2 lapis; lapis pertama pada permukaan lembab


(basahi dahulu sebelum aplikasi dilakukan). Lapisan kedua diaplikasikan
ketika lapis pertama sudah mulai mengeras dan mampu ditimpa lapis
kedua, umumnya membutuhkan 2-6 jam, bergantung pada keadaan cuaca.

e) Lakukan pekerjaan akhir dengan menyikat menggunakan spons kering


ketika pengerasan lapisan kedua mulai. Waktu tunggu antara aplikasi lapisan
pertama dan kedua adalah maksimum 48 jam.

f) Lakukan curing dengan menggunakan bahan yang lembab dan


lembaran plastik untuk melindungi produk dari sinar matahari ataupun
angin. Lindungi juga SikaTop 107 Seal® dari hujan ataupun cipratan air
hingga material mengeras sempurna (umumnya ± 6 jam).

3) Pemasangan Lapisan Epoxy Tanpa Bahan Kimia Pelarut/ Solvent free epoxy
coating:
a. Persiapan Permukaan
 Permukaan haruslah kering, bersih, dan bebas dari debu ataupun
kotoran lainnya (misal: minyak, bahan kimiawi, karat, cat, sisa membrane
curing, dll).
 Sebelum melakukan aplikasi Lapisan Epoxy Tanpa Bahan Kimia Pelarut/
Solvent free epoxy coating, lubang-lubang ataupun ketidakrataan
haruslah diperbaiki/ diisi dan permukaan diratakan dengan produk yang
sesuai pabrik.
 Lapisi permukaan yang berpori dan lembab dengan Sikagard-720
EpoCem (material mortar yang halus dan diformulasikan sebagai
perpaduan resin epoxy dan bahan dasar. Sikagard-720 EpoCem
harus diaplikasikan pada suhu permukaan yang tidak tinggi untuk
menghindari terbentuknya pin-hole.
 Material berbahan dasar semen selain EpoCem umumnya harus
berusia setidaknya 3 atau 4 minggu dan dipersiapkan secara mekanikal
dengan wire-brushing, acid etching, scarifying, abrasive blasting atau
blasting dengan tekanan air yang tinggi.

b. Proses Penyampuran Material


 Lapisan Epoxy Tanpa Bahan Kimia Pelarut/ Solvent free epoxy coating
tersedia dalam kemasan yang sudah ditakar.
 Campur seluruh komponen dengan semua komponen A dan
kemasan pigmen di wadah yang besar dengan menggunakan mesin bor
berkecepatan rendah penyampur windmill (maks. 600 rpm).
 Campur hingga warna tercampur sempurna (sekitar 3 hingga 5 menit).
Campur hingga tidak ada udara yang terjebak dalam campuran.
Aplikasikan dengan segera.
 Pengerjaan akan lebih mudah jika material disimpan pada suhu 15ºC to
23ºC selama 24 jam sebelum penyampuran.

c. Aplikasi
 Lapisan Epoxy Tanpa Bahan Kimia Pelarut/ Solvent free
epoxy coating bisa diaplikasikan dengan kuas, roller, ataupun airless
spray.
 Aplikasikan lapisan pertama pada permukaan yang berpori
ketika suhu permukaan sudah tidak tinggi.
 Idealnya, mulailah pekerjaan pelapisan pada sore hari.
 Udara yang berada di pori permukaan akan berkontraksi dan
menghisap cairan lapisan ke dalam pori atau retakan; dimana ini
akan ini akan memicu fungsi penetrasi dan sealing dari lapisan
tersebut.
 Aplikasikan minimum 2 lapis (3 lapis jika ingin memiliki
ketahanan kimiawi dan mekanikal yang tinggi).
 Idealnya, gunakan warna yang berbeda untuk tiap lapisan untuk
memudahkan aplikasi dan pengawasan lapangan.
 Pelapisan ulang bisa dilakukan ketika lapisan sebelumnya masih
bisa ditekan dengan jari.
 Jika pelapisan ulang tidak bisa dilakukan dalam 48 jam, maka
perkasar permukaan dengan glass paper, kemudian lap dengan
pembersih dengan flammable solvent (Sika Colma Cleaner) dan
segera lapis ulang tanpa menunggu.

d. Pembersihan
 Material yang belum mengeras bisa dibersihkan dari
peralatan dengan flammable solvent.
 Material yang sudah mengeras hanya bisa dibersihkan secara
mekanikal.
4) Pemasangan Lapisan Bituminous Waterproofing Membrane Sheet.
a) Lapisan bituminuous primer haruslah diaplikasikan dulu pada permukaan
dasar sebagai lapisan pertama waterproofing membrane sheet.
b) Lapisan waterproofing harus dipasang mulai dari titik terendah ke arah titik
tertinggi.
b) Membran dilekatkan pada permukaan dasar dengan cara dibakar dengan
menggunakan alat pembakaran gas (gas torch).
c) Buka gulungan dan tempatkan permukaan dengan Polythylene film
menghadap permukaan dasar.
d) Buka gulungan membran hingga setengahnya, panaskan bagian bawah
dengan api hingga lapisan Polythylene film mencair membentuk massa
bitumen, kemudian lanjutkan dengan membuka sisa gulungan.
e) Sejumlah kecil dari bitumen cair haruslah tampak pada sisi bawah gulungan.
f) Overlap antara lapisan, minimum 100mm dan/atau sesuai spesifikasi pabrik.
g) Pemasangan waterproofing langsung dari gulungan dengan cara yang
teliti dan merata, ditekan dengan roller secara menerus sehingga tidak
terdapat gelembung udara. Roller mempunyai berat kira-kira 35 kg dan lebar
70 cm. Disepanjang bagian atas dilatasi, waterproofing dipasang dua lapis.
h) Pelaksanaan pekerjaan waterproofing pada daerah talang (roof drain),
harus masuk ke dalam lubang Talang ± 10 cm.
i) Selama pelaksanaan waterproofing, harus dilindungi dari sengatan
matahari dengan menggunakan tenda-tenda.
j) Waterproofing yang sudah terpasang tidak boleh terinjak-injak, apa lagi
oleh sepatu atau alas kaki yang tajam. Kontraktor harus melindungi dan
melokalisir daerah yang sudah terpasang waterproofing.
k) Pada daerah listplank beton, waterproofing harus dipasang mengikuti bentuk
listplank.
l) Kontraktor harus menghentikan pekerjaan apabila terjadi hujan dan
melanjutkan kembali setelah lokasi pemasangan benar-benar kering.

5) Perbaikan lapisan waterproofing.


a) Bagian dari lapisan waterproofing dibagian atas kebocoran disobek
secukupnya.
b) Lekatkan potongan lapisan waterproofing baru sejauh minimal 150 mm ke
segala arah dihitung dari sisi luar celah / sobekan.
c) Pekerjaan ini dilaksanakan setelah pengujian, dan permukaan harus kering
betul.

6) Lapisan Pelindung.
a) Setelah Waterproofing terpasang, maka di atas permukaannya diberi
perlindungan screed (perbandingan 1 PC : 3 Ps), setebal 3 cm dengan
menggunakan tulangan susut firemesh yang terletak di tengah-tengah
adukan screed.
b) Untuk mengatur jarak / tebal screed, harus digunakan beton decking
setebal 1,5 cm setiap jarak 0,5 m.
c) Permukaan screed ini dihaluskan dengan roskam pada saat kondisi screed
setengah kering dengan jalan menaburkan semen dan menggosoknya
sehingga licin.
d) Setelah semua pemasangan lapisan waterproofing dan sebelum
pelaksanaan lapisan pelindung, Kontraktor harus melaksanakan pengujian
kebocoran terutama untuk permukaan horizontal pelat atap.
e) Cara pengujian adalah dengan menuangkan air ke area yang tertutup lapisan
waterproofing hingga ketinggian air minimum 50 mm dan dibiarkan selama 3
x 24 Jam.
f) Beri tanda bagian-bagian yang tidak sempurna atau bocor.
g) Untuk pelat atap yang miring harus dibagi menjadi beberapa segmen agar
genangan air tidak terlalu tinggi di titik pelat terendah.
h) Kontraktor wajib mengadakan pengamanan dan perlindungan terhadap
pemasangan yang telah dilakukan, terhadap kemungkinan pergeseran, lecet
permukaan atau kerusakan lainnya.
i) Apabila terdapat kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian Kontraktor
baik pada waktu pekerjaan ini dilakukan/dilaksanakan maupun pada saat
pekerjaan telah selesai, maka Kontraktor harus memperbaiki/mengganti
bagian yang rusak tersebut sampai dinyatakan dapat diterima oleh
Direksi. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

5. PEKERJAAN KUSEN ALUMINIUM

5.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi pekerjaan kosen pintu exterior dan Interior serta seluruh detail yang
disebutkan dalam gambar pelaksanaan serta shop drawing dari Kontraktor yang disetujui
oleh Direksi/Pengawas.

5.2 Persyaratan Bahan


5.2.1. Spesifikasi Bahan.
1) Bahan dari bahan aluminium framing system, aluminium extrusi sesuai SII extrusi
0695-82 dan alloy A 6063 S T-5, tidak terbuat dari scrft (bahan bekas), setara
dari produk Alexindo/ YKK.
2) Frame Alumunium standard pabrikan. Untuk Gedung Administrasi: Lebar
Kusen Aluminium 101.60 mm (4”); tebal 1.35 mm. Untuk Gedung Asrama: Lebar
Kusen Aluminium 76.20 mm (3”); tebal 1.30 mm. Untuk curtain wall, tebal mullion
dan transom aluminium tebal 2mm.
3) Untuk louvre aluminium dipilih louvre dengan bentuk profil Z, dengan ketebalan
1.50mm, lebar 98.20mm, tinggi 94.97mm. Ukuran lebar bingkai 44.45 mm x
101.60 mm, dan tebal 1.50mm.
4) Nilai deformasi yang diizinkan maksimal 2 mm.
5) Finishing profil : Anodizing (18 micron) untuk kosen bagian luar.

5.2.2. Seluruh bagian aluminium berwarna harus datang di Lokasi Proyek dilengkapi
dengan bahan pelindung dan baru diperkenankan dibuka sesudah mendapat
persetujuan Direksi/Pengawas.
5.2.3. Ketahanan terhadap tekanan air dan angin untuk setiap tipe minimum 100 kg/m2.

5.2.4. Ketahanan terhadap udara tidak kurang dari 15 m3/hr.

5.2.5. Untuk keseragaman warna disyaratkan sebelum proses pabrikasi, warna seluruh profil
harus diseleksi secermat mungkin. Kemudian pada waktu pabrikasi unit-unit profil
jendela, pintu dan lain-lain, harus diseleksi lagi warnanya sehingga dalam setiap unit
didapatkan warna yang sama. Pemotongan profil Aluminium harus menggunakan
mesin potong, mesin punch, drill, sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang
sempurna dan apabila telah dirangkai untuk jendela bukaan dan pintu mempunyai
toleransi ukuran sebagai berikut :
 untuk tinggi dan lebar 1 mm
 untuk diagonal 2 mm

5.2.6. Accessories
1) Sekrup dari galvanized steel mutu Hotdeep kepala tertanam.
2) Weather strip dari vinyl.
3) Pengikat alat penggantung yang dihubungkan dengan aluminium harus ditutup
dengan caulking dan sealent.
4) Ankur-ankur untuk rangka / kosen aluminium terbuat dari steel plate tebal minimal
2mm, dengan lapisan Zinc tidak kurang dari 13 mikron sehingga tidak dapat
bergeser.
5) Klos kayu dipasang pada lokasi engsel-engsel pintu / jendela.

5.2.7. Bahan finishing


Treatment untuk permukaan kosen jendela / bouvenlicht dan pintu yang
bersentuhan dengan bahan alkali seperti beton, adukan atau plesteran dan bahan
lainnya harus diberi lapisan finish dari laquer yang jernih atau anti corrosive
treatment dengan insulating varnish seperti asphaltic varnish atau bahan insulation
lainnya.

5.3 Persyaratan Pelaksanaan


5.3.1. Semua frame kosen jendela dan pintu dikerjakan secara pabrikasi dengan teliti
sesuai ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.

5.3.2. Pemotongan besi hendaknya dijauhkan dari material aluminium untuk


menghindarkan penempelan debu besi pada permukaannya. Disarankan untuk
mengerjakannya pada tempat yang aman dengan hati-hati tanpa menyebabkan
kerusakan pada permukaannya.

5.3.3. Pengelasan dibenarkan menggunakan Non activated gas (Argon) dari arah dalam agar
sambungannya tidak tampak oleh mata.

5.3.4. Akhir bagian kosen harus disambung dengan kuat dan teliti menggunakan sekrup,
rivet dan ankur yang cocok. Pengelasan harus rapi untuk memperoleh kualitas
dan bentuk yang sesuai dengan gambar pelaksanaan.

5.3.5. Ankur-ankur untuk rangka/kosen aluminium terbuat dari Galvanized Steel Plate setebal
minimal 2 mm dan ditempatkan pada interval 600 mm.
5.3.6. Penyekrupan harus dipasang hingga tidak terlihat dari luar dengan sekrup anti karat
/ stainless steel sedemikian rupa sehingga Hair Line dari tiap sambungan harus
kedap air dan memenuhi syarat kekuatan terhadap air sebesar 100 kg/cm2.
Celah antara kaca dan sistem kosen aluminium ditutup dengan sealent.

5.3.7. Disyaratkan bahwa kosen aluminium dilengkapi dengan kemungkinan kemungkinan


sebagai berikut :
 Dapat menjadi kosen untu kaca mati.
 Dapat cocok dengan jendela geser, jendela putar dan dapat dipasang door
closer.
 Untuk sistem partisi, harus mampu “movable”, dipasang tanpa harus
dimatikan secara penuh yang dapat merusak baik lantai maupun plafond /
langit-langit.
 Mempunyai accessories yang mampu mendukung kemungkinan-
kemungkinantersebut diatas.

5.3.8. Untuk fitting hardware dan reinforcing materials yang mana kosen aluminium akan
kontak dengan besi, tembaga atau lainnya, maka permukaan metal yang
bersangkutan harus diberi lapisan chromium untuk menghindari kontak korosi.

5.3.9. Toleransi pemasangan kosen aluminium disatu sisi dinding adalah 10 – 25 mm yang
kemudian diisi dengan beton ringan / grouting.

5.3.10. Untuk memperoleh kekedapan terhadap kebocoran udara terutama pada ruang
yang dikondisikan hendaknya ditempatkan mohair dan jika perlu dapat digunakan
synthetic resin. Penggunaan ini pada swing door dan double door.

5.3.11. Sekeliling tepi kosen yang terlihat berbatasan dengan dinding diberi sealent
supaya kedap air dan suara.

5.3.12. Tepi bawah ambang Kosen exterior dilengkapi flashing untuk penahan air hujan.

6. PEKERJAAN PENUTUP ATAP ASPHAL BITUMEN MARATHON 20

6.1 Lingkup Pekerjaan

Yang termasuk pekerjaan atap metal meliputi pekerjaan Atap Asphal Bitumen Marathon
2 0 sesuai yang tercantum dalam gambar pelaksanaan.

6.2 Persyaratan Bahan

6.2.1 Penutup Atap Asphal Bitumen Marathon 2 0 dengan spesifikasi sebagai berikut:
1) Atap Sirap dengan materil Fiberglass dan aspal
2) Lolos Uji FM. Tested Class “A” Fire
3) Ukuran panjang :100 cm, lebar : 33,6 cm
4) Luas Per Bundel : 3 m 2
5) Eksposur : 14,3 cm
6) Merek : IKO Marathon 20
7) Warna: Riviera Red atau ditentukan kemudian

6.2.2 Perlengkapan : sesuai dengan gambar pelaksanaan dan standard pabrik.


6.2.3 Insulasi : Insulasi Termal
1) Jenis: Bubble foam sheet laminated with aluminium foil double sided fire
retardant, dengan ketebalan 8 mm.
2) Perlengkapan: sesuai dengan standar pabrik. Termasuk roof mesh galvalum 3”
x 3”

6.3 Persyaratan Pelaksanaan

6.3.1. Semua bahan yang akan dipergunakan dalam pekerjaan ini harus tiba dilapangan
dalam keadaan utuh, tanpa cacat, noda-noda yang dapat merusak bahan maupun
penampilannya dan harus disetujui Direksi.
6.3.2. Atap Marathon disimpan didalam gudang yang beratap, tidak diperkenankan
bersentuhan dengan tanah dan/atau lantai, dalam keadaan selalu kering. Apabila
terpaksa disimpan pada tempat terbuka, maka Atap Marathon harus ditutupi dengan
Terpal atau Plastik guna mencegah masuknya air hujan atau embun kedalam
celah-celah tumpukan lembaran, yang dapat membuat cacat permukaan Metal Sheet
akibat kondensasi.
6.3.3. Sebelum pelaksanaan pemasangan, seluruh permukaan atap harus dibersihkan
dengan sapu halus.
.
6.3.4. Kontraktor harus memeriksa dan memastikan bahwa permukaan atas semua
gording / atap sudah satu bidang (leveling). Jika belum satu bidang, dapat
menyetel atau mengganjal bagian-bagian ini terhadap rangka penumpu / gording.
Dalam keadaan apapun juga, untuk mengatur kemiringan atap, ganjal tidak boleh
dipasang langsung dibawah plat kait. Hal ini harus diperhatikan dengan sungguh -
sungguh oleh Kontraktor karena penyetelan dan pengganjalan yang tidak tepat akan
mengakibatkan gangguan pengikatan terutama jika jarak penangga kecil. Jarak antar
kuda – kuda maksimal 1,2 m dan jarak reng maksimal 40 cm.
6.3.5. Tidak diperkenankan mematri atau menyolder.
6.3.6. Sebelum pelaksanaan pemasangan atap, Kontraktor harus meneliti dan memasang
bahwa semua permukaan atap bersentuhan dengan kuda -kuda sudah dilapisi
dengan m u l t i p l e k s a t a u playwood dengan tebal 9,5 mm yang dipasang di atas
reng. Kemudian dipasang dahulu Arrmoubase Pro, pada permukaan Multipleks
yang sudah terpasang.
6.3.7. Lembaran Atap diangkut keatas rangka atap hanya apabila akan dipasang. Pada
waktu pengangkatan dan siap akan dipasang, rusuk atas lembaran Atap harus
menghadap sisi dimana pemasangan dimulai.
6.3.8. Pasang metal flasing pada semua tepian atap, guna melindungi ujung multipleks dari air
hujan
6.3.11. Pada lembaran akhir dibagian bawah, sisi tepi lembaran tersebut harus ditekuk
kebawah, untuk mencegah air mengalir melalui sisi bawah lembaran kedalam
bangunan. Penekukan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik untuk pekerjaan
tersebut.
6.3.12. Arah pemasangan lembaran dari bawah keatas, kemudian dilanjutkan
pemasangan kesamping dengan arah tetap dari bawah keatas dan seterusnya.
Pada tumpuan akhir, sebaiknya gunakanlah 2 (dua) lembar atau lebih dengan ukuran
yang lebih pendek. Tumpuan / overlap akhir yang disarankan minimal 150 mm.
6.3.13. Khusus untuk penutup bubungan / capping, Kontraktor harus sudah menyediakan
lubang pada ujung atas penutup bubungan / caping untuk tiang penangkal petir,
lengkap dengan karet. Diameter lubang harus tepat sama dengan diameter tiang
penangkal petir. Jarak dan diameter tiang penangkal petir tercantum dalam gambar
pelengkap EE.
6.3.14. Kedua sisi tepi arah memanjang penutup bubungan / capping harus ditakik sesuai
dengan bentuk dan jarak rusuk lembaran Metal Sheet, setelah penutup bubungan
/capping terpasang. Penakikan dilakukan dengan alat yang disediakan pabrik khusus
untuk pekerjaan tersebut.
6.3.15. Setelah ditakik, barulah kedua sisitepi penutup bubungan / capping ditekuk
kebawah dengan alat penekuk lain yang disediakan pabrik untuk pekerjaan tersebut,
hingga menutup sampai lembah antara 2 (dua) rusuk lembaran Metal Sheet.
Penutup bubungan / capping disekrupkan pada setiap rusuk lembaran Metal Sheet.
6.3.16. Semua sambungan, khususnya tumpangan / overlap akhir, celah pada tepi sisi atas
lembaran Kliplok harus ditutup dengan sealent yang telah disyaratkan.
6.3.17. Pemasangan Flashing, Capping, Fixing Strip dan lain-lainnya harus dilakukan oleh
Kontraktor sesuai dengan persyaratan teknis dari pabrik, walaupun belum ataupun
tidak tercantum dalam gambar sehingga didapat hasil yang baik, terhindar dari
kemungkinan kebocoran.
6.3.18. Kontraktor harus mengerjakan dengan teliti dan rapi sehingga lembaran setelah
terpasang rapi dan lurus, garis-garis rusuk lembaran Metal Sheet sejajar, lurus,
tidak bergelombang ke arah horizontal maupun vertikal; menghasilkan penampilan
yang baik.

7. PEKERJAAN TALANG VERTIKAL


7.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan talang vertikal meliputi pekerjaan talang vertikal dengan kelengkapan


serta asesorisnya sesuai yang tercantum dalam gambar pelaksanaan.

7.2 Persyaratan Bahan


7.2.1. Semua pipa talang dan pipa penyambung / joint / fitting serta saringan talang adalah
PVC seri S.16 dengan tekanan kerja nominal 8 kg/cm dan memenuhi standar bahan
sebagai berikut :
1) Harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PUBI-1982, pasal 64
dan memenuhi ketentuan dalam SII-1246-85 (untuk Pipa) dan SII-1448-85 (untuk
Fitting).
2) Pipa dan Fitting harus berasal dari satu Pabrik. Bentuk dan ukuran sesuai gambar
pelaksanaan.
3) Pipa talang vertikal diameter minimal 10 cm atau sesuai gambar

7.2.2. Lem PVC sesuai dengan yang disyaratkan pabrik pembuat pipa.

7.3 Persyaratan Pelaksanaan


7.3.1. Semua pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi bahan yang disyaratkan pabrik,
khususnya pada sambungan.

7.3.2. Sambungan antara pipa PVC dengan material lain menggunakan join dari pabrik
atau dengan cara yang disetujui Direksi.
7.3.3. Semua klem dibuat dari plat besi dengan ukuran dan letak sesuai ketentuan pabrik.
Pengikatan klem talang ke permukaan beton atau batu bata dengan menggunakan
ramset / fisher.

7.3.4. Pemasangan dan penyetelan talang harus tegak lurus terhadap permukaan lantai.
Bagian talang yang miring dengan sudut tertentu harus sesuai gambar pelaksanaan.

7.3.5. Semua talang pada saat sudah terpasang harus dalam keadaan rapi, tidak boleh
ada retak, pecah atau cacat lain.

7.3.6. Saringan talang harus tepat masuk pada lubang sparing sehingga tidak ada celah.

7.3.7. Pada setiap jarak 2 meter vertical maupun horizontal harus dipasang klem penguat
dari besi strip tebal 1 mm lebar 2 cm yang difinish cat. Klem penguat juga dipasang
pada bagian belokan 45’ serta bagian belokan lain yang diperlukan.

8. PEKERJAAN ROOF DRAIN

8.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan roof drain meliputi pekerjaan saringan talang untuk seluruh detail yang
dinyatakan dalam gambar pelaksanaan.

8.2 Persyaratan Bahan


8.2.1. Terbuat dari logam cor yang bermutu baik dengan bahan dasar Penutup Atap
Metalzincalume, produk dalam negeri f buatan AMAL JAYA dan disetujui Direksi.

8.2.2. Berbentuk bulat, bukan lempengan/plat, ukuran minimal diameter 10 cm atau


sesuai gambar pelaksanaan.

8.2.3. Harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam. PUBI 1982 Pasal 103
dan memenuhi ketentuan SH 0167-77.

8.3 Persyaratan Pelaksanaan


8.3.1. Kecuali peralatan/bahan yang tampak pada gambar, Kontraktor tidak diperkenankan
memasang bahan lain tanpa, persetujuan Direksi/Pengawas
8.3.2. Saringan talang dipasang pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan dalam
gambar pelaksanaan. Untuk pemasangan talang dari bahan pelat BjLs, dengan
cara dibaut/dipaku/dipatri/dilas pada dasar talang yang telah terpasang dengan
baik & sempurna, dan tidak terjadi kebocoran.

8.3.3. Pemasangan roof drain pada pelat beton, harus dicor langsung bersamaan dengan
pengecoran pelat beton, dengan sparing pipa GIP atau bahan lain yang disetujui
Direksi/Pengawas.

8.3.4. Pemasangan harus tepat, tidak menimbulkan adanya genangan air pada sekeliling
pasangan, jarak antara sisi roof drain terhadap pelat BjLs atau pelat beton, harus
dilapisi dengan waterproofing hingga dijamin tidak terjadi rembesan/bocor.
8.3.5. Untuk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mengadakan koordinasi dalam
pemasangan roof drain dengan pelaksana pemasangan waterproofing.

8.3.6. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat apabila ada
perbedaan di tempat tersebut sebelum perbedaan di tempat tersebut diselesaikan.

9. PEKERJAAN PLAFOND GYPSUM BOARD

9.1 Lingkup Pekerjaan.

Pekerjaan plafond gypsum board meliputi pekerjaan pemasangan panel


plafond gypsum board termasuk rangka plafond dan rangka penggantung plafond
serta semua perlengkapannya seperti yang ditunjukkan dalam gambar pelaksanaan.

9.2 Persyaratan Bahan.


1) Spesifikasi bahan gypsum untuk pekerjaan plafond sesuai dalam
gambar pelaksanaan :
a). Jenis : Gypsum board
b). Tebal : 9 mm.
c). Ukuran : 542 x 1192 mm.
d). Fire rating : 2 jam.
e). Merk : Setara Jaya Board
f). Pelengkap : Manhole Ex. Jaya Access, list plafond profil gypsum
100mm x 100 mm finish cat (untuk area kering di
Gedung Aministrasi), profil gypsum 70mm x 70 mm
finish cat (untuk area kering di Gedung Asrama), dan
profil kayu finish cat 50mm x 50 mm (untuk area basah).

2) Semua bahan rangka plafond dari aluminium, baja profil dan baja plat
termasuk alat penggantung (klem, kabel & tulangan beton), alat pengikat
(anker, fisher, dynabolt), harus memenuhi persyaratan seperti yang diuraikan
pada bab Pekerjaan Metal.

3) Bahan yang akan dipakai harus siku untuk semua sudutnya (kecuali ditentukan lain
oleh Direksi/Pengawas), permukaan bahan harus rata, tidak bergelombang,
tidak ada tonjolan atau lekukan dan bebas dari cacat, noda, retak, pecah sudut.
4) Paku yang dipakai harus mempunyai panjang minimum 14 mm untuk paku
multiplex dan untuk rangka dan penggantung plafond disesuaikan dengan
kebutuhan, dari jenis anti karat dan harus dapat menahan beban plafond.

9.3 Persyaratan Pelaksanaan


9.3.1. Pada pekerjaan plafond ini perlu diperhatikan adanya pekerjaan lain yang dalam
pelaksanaannya berkaitan sangat erat.

9.3.2. Sebelum pelaksanaan pekerjaan plafond, pekerjaan lain yang terletak di atas plafond
tersebut harus sudah terpasang dengan sempurna antara lain elektrikal, sound
system, fire alarm / fire detector, dan perlengkapan instalasi lain yang diperlukan.

9.3.3. Apabila pekerjaan-pekerjaan tersebut di atas tidak tercantum dalam gambar rencana
plafond, maka harus diteliti terlebih dahulu pada gambar instalasi atau gambar lain.

9.3.4. Untuk detail pemasangan, Kontraktor harus berkonsultasi dengan Direksi .

9.3.5. Rangka penggantung plafond harus sesuai dengan pola gambar pelaksanaan dan wajib
diperhatikan terhadap peil-peil rencana. Rangka yang datar harus rata air.

9.3.6. Apabila posisi rangka penggantung plafond dengan tempat penggantungnya lebih
besar dari 2 meter sehingga memerlukan konstruksi tambahan, Kontraktor wajib
menambahkan konstruksi perkuatan pada rangka penggantung plafond tadi
sehingga kaku dan dapat berfungsi dengan sempurna meskipun tidak tercantum
dalam gambar.

9.3.7. Rangka Plafond


1) Pekerjaan rangka plafond Gypsumboard apabila dipakai kayu harus
memenuhi persyaratan pelaksanan seperti terurai pada bab Pekerjaan Kayu.
2) Rangka panel plafond Gypsumboard yang memakai suspension system terdiri
dari Hollow 40.60.2 untuk rangka pokok dan 40.40.2 untuk batang lainnya.
Papan jati tebal 1 cm dan 2 cm pada bagian-bagian tertentu.
3) Sebelum pemasangan panel penutup plafond, Rangka plafond harus sudah
terpasang rapi dan kuat, sesuai dengan pola yang tercantum dalam
gambar pelaksanaan. Bahan rangka plafond telah dilapisi anti rayap untuk
kayu dan anti karat untuk baja/logam lain.

9.3.8. Penutup Plafond / Panel Plafond


1) Dimensi dan pola pada setiap panel plafond yang akan dipasang harus sesuai
dengan modul rangka plafond seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.
2) Pemotongan panel harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati dengan
memakai alat pemotong khusus, sehinga panel-panel mempunyai
sudut sesuai dengan gambar pelaksanaan, tidak retak sudut atau pecah.
Jika ditemui cacat pada panel yang terpasang, Kontraktor harus membongkar
dan menggantinya dengan yang baru atas biaya Kontraktor.
3) Bidang permukan harus rata, lurus dan waterpass, peil harus sesuai
dengan gambar pelaksanaan. Sambungan antar unit harus tegak lurus.
Toleransi kecembungan 1 mm untuk jarak 2 m.
4) Bila dikehendaki adanya naat, maka jarak antara panel terpasang adalah 0,2
cm. Naat harus lurus, sama besar, tegak lurus pada setiap pertemuan panel
plafond.
5) Finishing plafond gypsumboard adalah cat.

10. PEKERJAAN SEALANT

10.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan sealant terdiri dari semua pekerjaan penutup celah yang terjadi pada
sambungan / sudut yang bersifat struktural maupun tidak, antara material
sejenis maupun yang berbeda untuk menghindari terjadinya celah / rembesan
/ kebocoran air maupun udara, diantaranya adalah pemasangan Fixture di
daerah basah dan/atau seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.

10.2 Persyaratan Bahan


10.2.1. Bahan sealant sesuai dengan kegunaan dan fungsi dari bahan / material, tahan
cuaca, kedap air, tahan terhadap garam dan alkali, bersifat elastis untuk
menghadapi perubahan temperatur, tahan benturan, berdaya lekat tinggi.

10.2.2. Bahan sealant terdiri dari Silicone Paltox Thiokol & Paltox Silicone, s e t a r a produk
Barra Meynader atau Dow Corning

10.3 Persyaratan pelaksanaan


10.3.1. Sebelum pelaksanaan, permukaan dari semua bahan / material yang termasuk
dalam pekerjaan ini harus bersih dan bebas dari debu, minyak, air dan noda maupun
kotoran lainnya, peil atau elevasi permukaan tersebut harus disetujui
Direksi/Pengawas.

10.3.2. Apabila dari bahan/material yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar yang
beracun atau membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus
menyediakan peralatan pelindung misalnya masker, sarung tangan dan
sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

10.3.3. Persiapan permukaan


1) Sepanjang permukaan yang akan diberi sealant harus kering betul, bersih dan
bebas dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan, partikel bahan
/ material yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya.
2) Permukaan harus sudah difinish.

10.3.4. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan cara


pemasangan dan jenis sealant yang dibedakan berdasarkan macam / jenis material.
11. PEKERJAAN ANTI RAYAP
11.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan anti rayap meliputi pelaksanaan pekerjaan perlindungan bangunan


terhadap rayap pada galian pondasi, pondasi baru, permukaan tanah bagian luar
dan dalam bangunan sesuai dengan gambar pelaksanaan.

11.2 Persyaratan Bahan


11.2.1. Kemasan dan Label.
Kontraktor wajib menyerahkan bahan kimia di tempat pekerjaan dalam keadaan
masih utuh dan tertutup baik (sealed) serta berlabel seperti waktu diterima dari
distributor atau pabrik guna mendapat persetujuan dari Direksi.

11.2.2. Garansi dan tes laboratorium


1) Kontraktor wajib mengadakan tes bahan anti rayap pada Laboratorium
Pusat Penelitian Pengembangan Perkotaan dan Lingkungan di Jakarta guna
mengetahui komposisi, konsentrasi, dan aspek dampak lingkungan yang
ditimbulkannya. Kontraktor wajib menyerahkan hasil tes tersebut paling lambat
satu minggu sebelum pekerjaan dimulai.
2) Kontraktor wajib menyerahkan persyaratan tertulis sebagai garansi bahwa
aplikasi perawatan telah dilaksanakan dengan standar sesuai dengan
spesifikasi teknis yang dikeluarkan pabrik pembuat zat kimia anti rayap
tersebut, dan menjamin efektifitas kerja sistem perawatan tersebut tidak kurang
dari sepuluh (10) tahun setelah masa pemeliharaan. Apabila masih terjadi
serangan rayap selama jangka waktu jaminan, Kontraktor wajib meIakukan
perawatan kembali tanpa biaya kerja tambahan.

11.2.3. Untuk peracunan tanah digunakan Basileum 505 EC dengan komposisi 15 ml


dicampurkan kedalam 1 liter air. Penggunaan 3~5 liter/m2 permukaan tanah dengan
cara disemprotkan (spray).atau per lubang dengan sistem injeksi.

11.3 Persyaratan Pelaksanaan


11.3.1. Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib mengamati dan melakukan tindakan
pengamanan sesuai petunjuk dan saran tertulis dari perusahaan pembuat zat kimia
tersebut. Selama pelaksanaan, seluruh pekerja diharuskan memakai helm, masker,
sarung tangan, kacamata pelindung dan pakaian pelindung.

11.3.2. Kontraktor wajib menguraikan metoda pelaksanaan secara tertulis pada saat
pemasukan penawaran. Dalam uraian tersebut minimal dijelaskan :
 Bahan kimia yang dipakai
 Peralatan yang digunakan berikut spesifikasi/kemampuannya
 Cara pelaksanaan pengamanan

11.3.3. Tidak diijinkan melakukan perawatan pada kondisi tanah yang sangat basah atau
segera setelah hujan lebat.

11.3.4. Tidak diijinkan melakukan perawatan tanah pada daerah yang sumber airnya mudah
terkontaminasi.
11.3.5. Penimbunan/penutupan kembali hasil perawatan harus segera dilakukan untuk
mencegah adanya pengaruh terhadap lingkungan disekitarnya.

11.3.6. Pekerjaan harus dilaksanakan oleh Perusahaan yang mendapat izin untuk
melakukan pekerjaan ini dengan mengindahkan semua peraturan yang dikeluarkan
Departemen Bina Lingkungan & Tenaga Kerja.

11.3.7. Semua tenaga kerja harus benar-benar ahli dan keamanan kerja harus diperhatikan.

11.3.8. Selama pelaksanaan pekerjaan sampai pekerjaan aman disentuh manusia,


merupakan kewajiban Kontraktor untuk menjaga keamanan tersebut dan keselamatan
terhadap diri manusia disekitarnya.

11.3.9. Pencegahan masuknya rayap ke dalam bangunan harus dilakukan dengan


perawatan tanah pada semua daerah dimana bangunan berhubungan langsung
dengan tanah, antara lain :
1) Penyemprotan anti rayap dilakukan pada seluruh permukaan tanah
galian untuk persiapan setiap macam pekerjaan (pondasi, lantai,
pengerasan).
2) Penyemprotan anti rayap yang dilakukan dengan power spray
sebelum dan sesudah pengurugan level.
3) Penyemprotan anti rayap terhadap saluran-saluran yang terpasang
dibawah tanah, permukaan bidang, pondasi-pondasi yang terpasang.
4) Penyemprotan anti rayap pada seluruh pondasi baru.

5) Penyemprotan anti rayap sekeliling luar bangunan pada jarak 15 - 20 cm


dari pondasi yang terluar, dinding bangunan terluar.

11.3.10. Pekerjaan peracunan tanah ini harus dilakukan dengan injector yang dapat bekerja
sedemikian rupa sehingga obat yang disuntikkan menyebar ke semua arah, jarak antar
titik penyuntikan 40 cm dengan kedalaman 10 cm.

11.3.11. Perlindungan terhadap tanah di sekitar pepohonan harus dilakukan dengan sangat
hati-hati.

11.3.12. Pencegahan kemungkinan adanya rayap pada bangunan yang sudah berdiri
meliputi perlindungan terhadap rayap pada daerah-daerah yang lembab seperti
bidang-bidang bagian dalam saluran, dilakukan dengan penyemprotan bidang-
bidang tersebut secara merata / menerus.

12. PEKERJAAN PENGECATAN


12.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan pengecatan meliputi:


12.1.1. Pekerjaan pengecatan Metal yang terdiri dari: baja, baja galvanis dan metal lain non
baja seperti yang tercantum dalam gambar pelaksanaan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Semua bagian/permukaan yang tampak/exposed dicat sampai dengan cat finish.
2) Semua bagian/permukaan yang tidak ditampakkan/un-exposed, menempel pada
material lain, tertutup oleh material lain, dicat hanya sampai dengan cat anti karat
atau cat dasar/primer.
3) Pekerjaan ini tidak berlaku untuk Baja Stainless Steel.

12.1.2. Pekerjaan pengecatan dinding (permukaan pasangan batu bata), permukaan beton
yang tampak (exposed) dan plafond seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.

12.1.3. Pekerjaan pengecatan kayu.


Semua kayu yang terpasang baik yang termasuk pekerjaan kayu halus
maupun kasar seperti tercantum dalam gambar kerja dengan ketentuan sebagai
berikut :
1) Semua, bagian / permukaan yang tampak / exposed dicat sampai dengan cat
finish dengan ketentuan cat finish warna untuk permukaan yang tidak ditonjolkan
serat kayunya.
2) Semua bagian / permukaan yang tidak ditampakkan / un-exposed dicat hanya
sampai dengan cat dasar.
3) Pengecatan kosen, daun pintu dan jendela.

12.1.4. Pekerjaan pengecatan pipa PVC, untuk semua pipa talang dari bahan /
material PVC yang dalam gambar pelaksanaan dinyatakan ditampakkan / exposed.

12.1.5. Dan /atau seperti tercantum dalam gambar pelaksanaan.

12.2 Persyaratan Umum


12.2.1. Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan standar dan/atau sesuai dengan spesifikasi
pabrik.

12.2.2. Pabrik dan Kontraktor harus memberi jaminan minimal selama lima tahun
terhitung dari waktu penyerahan atas semua pekerjaan ini, terhadap kemungkinan
cacat, warna yang berubah dan kerusakan cat lainnya.

12.3 Persyaratan Bahan


12.3.1. Bahan dari kualitas utama, tahan terhadap udara dan garam. Produk ICI, Jotun
atau yang setara.

12.3.2. Bahan didatangkan langsung dari pabrik, tiba di Lokasi Proyek harus masih
tersegel baik dalam kemasannya dan tidak cacat.

12.3.3. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut diatas mengenai
kemurnian cat yang akan dipergunakan. Pembuktian berupa segel kaleng, tes BD,
tes laboratorium dan hasil akhir pengecatan. Biaya untuk pembuktian ini
dibebankan pada kontraktor. Hasil tes kemurnian harus mendapat rekomendasi
tertulis dari Produsen dan diserahkan ke Direksi/Pengawas untuk persetujuan
pelaksanaan.

12.4 Persyaratan Umum Pelaksanaan.


12.4.1. Sebelum pelaksanaan, Kontraktor wajib melakukan percobaan yang akan
dilaksanakan. Biaya percobaan ini ditanggung Kontraktor. Hasil percobaan
tersebut harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan bagi pelaksanaan pekerjaan.

12.4.2. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas
yang menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan. Tebal
minimum dari tiap lapisan jadi (finished) minimum sama dengan syarat yang telah
ditentukan Pabrik.
12.4.3. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau
membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan
peralatan pelindung misalnya masker, sarung tangan, dan sebagainya yang harus
dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

12.4.4. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam cuaca lembab / hujan atau
angin berdebu, bertiup. Terutama untuk pelaksanaan didalam ruangan bagi cat
dengan bahan dasar beracun atau membahayakan manusia, maka ruangan
tersebut harus mempunyai ventilasi yang cukup atau pergantian udara
berlangsung lancar.

12.4.5. Dalam keadaan tertentu, misalnya untuk ruangan tertutup, Kontraktor harus memakai
kipas angin (fan) untuk memperlancar pergantian / aliran udara.

12.4.6. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan / vacuum cleaner,
semprotan dan sebagainya harus tersedia dari kualitas / mutu terbaik.

12.4.7. Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas. Penyemprotan hanya
boleh dilakukan bila disetujui Direksi.

12.4.8. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air, maupun pembersihan dengan kain kering,
terlebih dahulu harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas
terkecuali disyaratkan lain dalam sepesifikasi ini.

12.4.9. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen bahan /
material metal, harus dilakukan sebelum komponen. tersebut terpasang.

12.4.10. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Direksi/Pengawas harus diulang dan diganti.
Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish
yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh Direksi/Pengawas.
Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan
tambah.

12.4.11. Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga ahli /
Supervisi dari pabrik pembuat.
12.5 Pelaksanaan Pekerjaan pengecatan dinding, plafond, kolom dan balok.
12.5.1. Sebelum pelaksanaan, seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, lemak, kotoran
atau noda lain, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat
dan dalam kondisi kering.

12.5.2. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller. Pemakaian kuas hanya untuk permukaan
dimana tidak mungkin menggunakan roller.

12.5.3. Urut-urutan pelaksanaan pengecatan pada permukaan interior dan exterior baru
adalah sebagai berikut :
1) Lapisan Pertama
a) Cat jenis Acrylic Wall Filler.
b) Pelaksanaan pekerjaan dengan kape.
c) Ketebalan lapisan 25-150 micron atau daya sebar 10 m 2 / liter.
d) Tunggu selama minimum 12 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
2) Lapisan Kedua.
a) Cat dasar jenis Alkali Resisting Primer.
b) Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
c) Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar 13 -15 m 2 / liter.
d) Tunggu selama 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
3) Lapisan Ketiga dan Keempat.
a) Cat jenis Vinyl Acrylic Emulsion.
b) Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
c) Ketebalan setiap lapis 25-40 micron atau daya sebar 11-17 m2/liter/lapis.
d) Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam. Warna ditentukan
kemudian.

13. PEKERJAAN KACA DAN CERMIN

13.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan kaca dan cermin meliputi :


13.1.1. Pekerjaan Kaca Dinding, Jendela dan Pintu.
13.1.2. Pekerjaan Cermin.
13.1.3. Dan/atau seperti yang tercantum dalam Gambar pelaksanaan.

13.2 Persyaratan Bahan


13.2.1. Kaca yang dipakai dari standar produk SII 0189/78, semua cermin harus
sesuai NI-3, produk ASAHIMAS GLASS atau f.

13.2.2. Jenis kaca untuk jendela dan pintu menggunakan jenis dan ketebalan sesuai dengan
gambar.

13.2.3. Cermin jenis Clear Glass Float Type dengan salah satu permukaan dilapisi perak
(Chemical Deposital Silver).
13.2.4. Semua kaca, dan cermin harus bebas dari noda dan cacat, bebas sulfida maupun
bercak bercak lain.

13.2.5. Khusus untuk kaca Dinding dan Pintu Frameless di bangunan Administrasi,
menggunakan Tinted Tempered Glass dengan ketebalan 8mm (untuk curtain
wall) dan 12 mm (untuk pintu frameless), warna ditentukan kemudian, s e t a r a
produk Asahimas.

13.3 Persyaratan Teknis (Syarat Mutu)


13.3.1. Ketebalan kaca dan cermin lembaran tidak boleh melebihi toleransi tebal, untuk
cermin 6 mm, kaca 6 mm dan 8 mm adalah 0,3 mm.

13.3.2. Ukuran lebar dan panjang kaca dan cermin lembaran tidak boleh melebihi toleransi,
untuk kaca 6 mm adalah 1,5 mm sedangkan kaca 8 mm adalah 2 mm.

15.3.3. Kaca dan cermin lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyal sudut
siku serta tepi potongan yang rata dan lurus. Toleransi kesikuan maksimum yang
diperkenankan adalah 1,5 mm/ m, kecuali disyaratkan lain oleh Direksi/Pengawas.

13.3.4. Kaca dan cermin lembaran yang dipakai harus bebas dari cacat dan noda apapun.

13.3.5. Lapisan perak / chemical deposited silver pada cermin yang dipakai harus terlihat
merata. Apabila terjadi bercak bercak hitam, maka cermin harus diganti atas biaya
Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambahan.

13.4 Persyaratan Pelaksanaan


13.4.1. Pemotongan harus rapi dan lurus, menggunakan alat pemotong kaca / cermin yang
khusus.

13.4.2. Sisi-sisi kaca / cermin yang tampak maupun tidak tampak akibat pemotongan harus
digurinda dan dihaluskan sampai berbentuk tembereng.

13.4.3. Pekerjaan pemasangan cermin.


1) Pemasangan cermin di atas rangka kayu dengan memakai sekrup. Jarak
pemasangan sekrup maksimal 60 cm. Kepala sekrup yang timbul dipermukaan
kaca ditutup dengan penutup yang diverchroom. Saat pemasangan sekrup
tidak boleh ada keretakan pada cermin.
2) Pemasangan list kayu / Iist lain harus sesuai gambar pelaksanaan, benar
benar lurus, telah memenuhi persyaratan pekerjaan kayu halus dan telah
difinish sesuai Persyaratan Pengecatan Kayu Halus.

13.4.4. Kualitas pekerjaan.


1) Tidak boleh terjadi retak tepi pada semua kaca dan cermin akibat pemasangan
list maupun sekrup. Pekerjaan tersebut harus sesuai Gambar pelaksanaan.
2) Semua kaca dan cermin pada saat terpasang tidak boleh bergelombang.

13.4.5. Pabrik dan Kontraktor harus memberi jaminan terhadap kemungkinan cacat, warna
yang berubah dan kerusakan cat lainnya minimal selama lima (5) tahun terhitung
dari waktu penyerahan atas semua pekerjaan ini.
14. PEKERJAAN SANITARY FIXTURES
14.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan sanitary fixture meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,


peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
ini secara lengkap sesuai yang tercantum dalam gambar pelaksanaan.

14.2 Persyaratan Bahan

14.2.1. Bahan dari kualitas utama, produk setara TOTO dan San-Ei dengan tipe-tipe
sesuai tercantum dalam gambar skedul finish interior. Yang dimaksud penyebutan
tipe disini adalah lengkap dengan accessories seperti standard Pabrik.
14.2.2. Jenis sanitary fixture diuraikan sebagai berikut:

No. Jenis Sanitary Fixtures Type /


Kode

1 Kloset Duduk

- R. Perawatan kelas VIP dan S VIP Ex TOTO CW 826 J / SW 826 JP lengkap

- R. Perawatan kelas 1 dan 2, Tolet


Ex TOTO CW420J/SW420JP lengkap
Dokter dan Perawat

- R. Perawatan kelas 3, Toilet tamu Ex TOTO C704L/SW784JP lengkap

- R. Toilet Dokter, Perawat Ex TOTO CW420J/SW420JP

2 Wastafel Ex TOTO LW 825 J/LW 825 HFJ


(Lengkap)
3 Urinals Ex TOTO U370M

4 Urinal Divider Ex TOTO AW115J

5 Faucet/ Kran
No. Jenis Sanitary Fixtures Type / Kode

- Kran wastafel untuk wastafel Ex San-Ei Y50JRN-L PY50 JRN-L


pedestal (1 tap hole)

- Kitchen Sink ( air panas & dingin) Ex San-Ei K35PR/PK35PR

- Kitchen Sink ( Ex TOTO T 30 AR13V7N

6 Shower spray/ Washlet Ex TOTO TX403SMCR

7 Shower

- Hand shower set (untuk KM Ex TOTO THX118SH/ THX452SES +


Perawat, KM Dokter, Rawat Inap TGB 9 MZN (atau TGB 21 SMZN
Paru Kelas 1. untuk air dingin dan air panas)

- Head shower (untuk KM Ex TOTO TX422S + TX452SF + TGB 9


Rawat inap kelas 3&2) MZN

8 Floor Drain Cover Ex TOTO TX1BNze

9 Paper Holder Ex TOTO TS116R

10 Soap Holder (tanam dinding) Ex TOTO S156N

11 Soap Dispenser Ex TOTO TS125R/ TS126AR

12 Zink
- Kitchen zink pantry Ex Type Single Bowl, Stainless Steel
Meiwa,
Royle

- Zink laboratorium (R. Ex TOTO T30ARQ13N/ SK 508


Praktikum Maternits)
- Zink Spoel Hoek ex TOTO SKW22E – T30ARQ13N
13 Grab bar ex TOTO TX 3 A1 dan TX 3 A3

14 Robe hook ex TOTO TS 118 WSB


15 Cermin ex Asahimas Miralux T = 6 mm

16 Sluice/ Spoel Hoek Ex TOTO SK33 lengkap


14.3 Persyaratan Pelaksanaan
14.3.1. Pemasangan harus dilakukan dengan hati hati, rapi dan tidak ada percikan kotoran,
seperti adukan, semen, pada alat-alat tersebut diatas.

14.3.2. Apabila fixtures tersebut dilengkapi dengan peralatan pelindung terhadap tekanan
balik / pelepas vacum atmosfir, maka pekerjaan tersebut harus dilakukan.

14.3.3. Apabila fixtures tersebut dilengkapi dengan plastik pelindung oleh pabrik, maka
plastik pelindung tersebut baru boleh dibuka pada saat penyerahan pekerjaan
dilakukan.

14.3.4. Kontraktor harus melengkapi fixture tersebut dengan leher angsa hanya jika fixtures
tersebut belum memiliki leher angsa built-in.

14.3.5. Seal-seal untuk mengatasi kebocoran, klos-klos penguat dudukan termasuk untuk
kesempurnaan dan berfungsinya peralatan ini.

15. PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU, JENDELA DAN BOVENLICHT

15.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan perlengkapan pintu, jendela & bovenlicht meliputi pengadaan,


pemasangan semua bahan perlengkapan pintu dan jendela seperti lockcase,
backplate, handle, stopper dan hardware lainnya yang dipergunakan di dalam
pekerjaan yang terdiri dari:
15.1.1. Pekerjaan perlengkapan Pintu Kayu.
15.1.2. Pekerjaan perlengkapan Pintu Aluminium.
15.1.3. Pekerjaan perlengkapan Pintu Baja.
15.1.4. Pekerjaan perlengkapan lainnya seperti tersebut pada Gambar pelaksanaan.

15.2 Persyaratan Bahan


15.2.1. Semua Hardware yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam buku spesifikasi ini. Apabila tejadi perubahan atau penggantian hardware
akibat dari pemilihan merk, Kontraktor wajib melaporkan hal tersebut kepada
Direksi/Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

15.2.2. Pemilihan hardware pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan pintu.
15.2.3. Hardware
1) Engsel
Mekanisme : Single Swing
Pemakaian : Pintu Aluminium
Spesifikasi : Tipe kupu-kupu dengan ball bearing memenuhi standar SII 0407-
80 (pintu selain besi), axial bearing (pintu besi), untuk
pemasangan engsel di kusen aluminium diperlukan klos kayu
dengan ukuran sesuai dimensi kusen aluminium.
Ukuran : 4” x 3” x 3 mm (pintu aluminium)
Produk : Griff atau setara
Warna : SSS (Pintu kayu & aluminium) dan
SN (pintu besi) Jumlah : Tiga set per daun Pintu

2) Engsel Khusus/ Spesial Purpose Hinge


Mekanisme : Double Swing
Pemakaian : Pintu kayu dua arah
Spesifikasi : Special purpose hinge tipe spring hinge dengan ball
bearing memenuhi standar SII 0407-80
Ukuran : 4” x 4” x 3 mm
Produk : Wilka atau setara
Warna : SSS
Jumlah : Dua set per daun Pintu

3) Engsel Khusus/ Spesial Purpose Hinge


Mekanisme : Engsel Loket Jendela
Pemakaian : Dipasang pada bukaan loket
Spesifikasi : Special purpose hinge tipe salon
Ukuran : 9”
Produk : Griff atau setara
Jumlah : Dua set per daun jendela

4) Engsel Khusus/ Spesial Purpose Hinge


Mekanisme : Engsel sendok
Pemakaian : Dipasang pada lemari built-in dan lemari pantry
Spesifikasi : Special purpose hinge tipe sendok
Produk : Griff atau setara
Jumlah : Dua set per daun pintu lemari

15.3 Persyaratan Teknis

Seluruh perangkat perlengkapan pintu, jendela harus bekerja dengan baik


sebelum dan sesudah pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan pengujian secara,
kasar dan halus.

15.4 Persyaratan Pelaksanaan


15.4.1. Pemasangan semua perangkat perlengkapan pintu dan jendela khususnya Handle,
Backplate dan Door Closer harus rapi serta sesuai dengan letak posisi yang telah
ditentukan oleh Direksi/Pengawas dan harus sesuai dengan gambar pelaksanaan.
Apabila hal tersebut tidak tercapai, maka Kontraktor wajib memperbaiki tanpa
tambahan biaya.
15.4.2. Pemasangan Engsel.
1) Engsel atas, + 28 cm (as) dari permukaan atas pintu.
2) Engsel bawah, + 28 cm (as) dari permukaan bawah pintu, khusus pintu toilet /
peturasan adalah + 32 cm (as) dari permukaan bawah pintu.

15.4.3. Pemasangan Door Stopper.


1) Untuk pintu toilet/peturasan, dipasang pada daun pintu dengan minimum
ketinggian 1,55 cm dan 6 cm dari tepi daun pintu.
2) Untuk pintu lain, dipasang pada lantai, letaknya diatur agar daun pintu dan
kunci tidak membentur dinding pada saat pintu terbuka.

16. PEKERJAAN PEMBERSIHAN BEKAS PEMBONGKARAN DAN


PENGAMANAN SETELAH PEMBANGUNAN.

- Pembersihan Lokasi pembangunan konstruksi dan pembersihan semua


pekerjaan yang termasuk dalam lingkup pekerjaan seperti tercantum di
gambar pelaksanaan yang diuraikan dalam Buku Persyaratan Pelaksanaan
Pekerjaan ini dari semua barang atau bahan bangunan lainnya yang
dinyatakan tidak digunakan lagi setelah pekerjaan yang menjadi tanggung
jawab Kontraktor bersangkutan selesai.

- Semua bekas bongkaran dan sebagainya harus dikeluarkan dari Lokasi


pembangunan konstruksi

- Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan


bahan/ material, barang maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap
serah terima.
E. PEKERJAAN ELEKTRIKAL & ELEKTRONIK

1. PEKERJAAN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK

1.1 LINGKUP PEKERJAAN

1.1.1. Lingkup pekerjaan Sistem Distribusi Listrik terdiri dari pengadaan dan pemasangan
semua material, peralatan, tenaga kerja dan lain-lain untuk pemasangan,
pengetesan, commissioning dan pemeliharaan yang sempurna untuk seluruh
instalasi listrik seperti dipersyaratkan dalam buku Persyaratan Teknis Pelaksanaan
Pekerjaan ini dan seperti ditunjukkan dalam Gambar Pelaksanaan.

1.1.2. Pekerjaan ini juga harus termasuk sertifikat pabrik dari peralatan yang akan dipakai
dan pekerjaan - pekerjaan kecil lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini yang
tidak mungkin disebutkan secara terinci di dalam buku Persyaratan Teknis
Pelaksanaan Pekerjaan ini akan tetapi dianggap perlu untuk keselamatan dan
kesempurnaan fungsi dan operasi sistem distribusi listrik.

1.1.3. Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik
dalam Persyaratan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan ataupun yang tertera dalam
Gambar Pelaksanaan, dimana bahan dan peralatan yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan pada buku Persyaratan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan ini.

1.1.4. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang
dipasang dengan Persyaratan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan yang dipersyaratkan
pada pasal ini, merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau
peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.

1.1.5. Lingkup pekerjaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:


1) Kabel Daya Tegangan Menengah.
Pekerjaan ini termasuk kabel yang menghubungkan gardu PLN dengan
Medium Voltage Main Distribution Panel (MVMDP), menghubungkan MVMDP
dan Transformator Daya serta harus termasuk seluruh peralatan - peralatan
bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi listrik.
2) Panel-Panel Daya Tegangan Menengah atau Medium Voltage Main
Distribution Panel (MVMDP).
Pekerjaan ini meliputi Incoming Panel, Metering Panel dan Out-going Panel
serta peralatan - peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem
instalasi listrik.
3) Transformator Daya.
Pekerjaan ini meliputi trafo daya serta kelengkapan-kelengkapan lain yang
dibutuhkan sesuai Persyaratan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Pelaksanaan
Pekerjaan dan Gambar Pelaksanaan serta persyaratan keamanan lain yang
diperlukan untuk kesempurnaan sistem.
4) Panel-Panel Daya Tegangan Rendah,
Pekerjaan ini meliputi Panel Distribusi Utama Tegangan Rendah Subdistribution
Panel, Panel-panel Daya dan Panel-panel Penerangan termasuk seluruh
peralatan peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi
listrik.

1.1.6. Kabel-Kabel Daya Tegangan Rendah,


Pekerjaan ini meliputi kabel utama dari genset ke panel genset, kemudian kabel-
kabel yang digunakan untuk menghubungkan panel satu dengan panel lainnya serta
harus termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem instalasi listrik.

1.1.7. Instalasi Daya,


Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang digunakan untuk menghubungkan
panel-panel daya dengan outlet-outlet daya dan peralatan-peralatan listrik, seperti
Exhaust Fan, Motor-motor Listrik pada peralatan Sistem Mekanikal serta
peralatan lain sesuai dengan Gambar Pelaksanaan dan Buku Persyaratan Teknis
Pelaksanaan Pekerjaan Pelaksanaan Pekerjaan.

1.1.8. Instalasi Penerangan,


Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang menghubungkan panel-panel
penerangan dengan fixture lampu, baik didalam maupun diluar bangunan, sesuai
dengan Gambar Pelaksanaan dan Buku Persyaratan Teknis Pelaksanaan
Pekerjaan Pelaksanaan Pekerjaan.

1.1.9. Fixture Lampu,


Yang termasuk didalam pekerjaan ini adalah armature lampu, fitting, ballast, starter,
capasitor, lampu-lampu dan peralatan-peralatan lain yang berhubungan dengan
item pekerjaan sesuai dengan standard pabrik yang dipilih.

1.1.10. Sistem Pembumian Pengaman,


Yang termasuk didalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang elektroda
pengebumian dan bare copper conductor atau kabel yang menghubungkan
peralatan yang harus dikebumikan dengan elektroda pembumian termasuk seluruh
peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini.

1.1.11. Peralatan Penunjang Instalasi,


Pekerjaan ini meliputi junction box, conduit, sparing, doos outlet daya, doos
saklar, doos penyambungan, doos pencabangan, elbow, metal flexible conduit, klem
dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan Sistem
Distribusi Listrik meskipun peralatan-peralatan ini tidak disebutkan dan digambarkan
dengan jelas didalam Gambar Pelaksanaan.

1.1.12. Instalasi penangkal petir.


Pekerjaan ini meliputi kepala penangkal petir (splitzen) dari jenis electrostatic,
hantaran menurun, elektroda pembumian bak kontrol dan peralatan-peralatan lain
yang dibutuhkan untuk kesempurnaan Sistem Instalasi Penangkal Petir meskipun
peralatan--peralatan tersebut tidak disebutkan secara terinci dalam Gambar
Pelaksanaan.
1.1.13. Peralatan bantu/pendukung lainnya yang diperlukan untuk kesempurnaan kerja
sistem, meskipun peralatan tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terperinci
di dalam Gambar Pelaksanaan dan Persyaratan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan.

1.1.14. Pekerjaan testing dan commissioning seluruh Sistem Distribusi Listrik, Sistem
Penerangan dan Sistem Penangkal Petir secara lengkap termasuk pengujian trafo
untuk pengujian pembebanan dan pengujian sistem pemindahan beban serta system
kontrol operasi.

1.1.15. Melatih tenaga operator dan maintenance dari Pemilik Bangunan serta menyerahkan
brosur Maintenance & Operation Manual.

1.1.16. Melaksanakan Supervisi Pengoperasian Sistem dan Pemeliharaan.

1.2 KEMAMPUAN OPERASI SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK

1.2.1. Sistem Distribusi Listrik


1) Pada keadaan normal, seluruh beban dilayani oleh sumber catu daya listrik
utama yang berasal dari Jaringan Tegangan Menengah PLN (20 KV, 3 phasa,
50 Hertz) pada Gardu yang selanjutnya didistribusikan salah satunya ke
LVMDP.
2) Pada saat sumber catu daya utama dari PLN mengalami gangguan, secara
otomatis sebagian kebutuhan daya dilayani oleh sumber catu daya cadangan
yang berasal dari Diesel Generating Set.
3) Pada keadaan darurat (terjadi kebakaran), secara otomatis seluruh beban
dimatikan oleh signal listrik yang dikirimkan dari sentral Sistem Pengindera
Kebakaran (FACP) kecuali daya listrik untuk mencatu beban-beban khusus
peralatan bantu evakuasi.
4) Pelepasan beban secara otomatis dilakukan oleh signal FACP dengan
menggerakkan shunt trip (tegangan kerja 12 V DC) pada outgoing circuit
breaker LVMDP.

1.2.2. Sistem Penerangan

1) Klasifikasi Lampu Penerangan,


Lampu-lampu penerangan di dalam gedung dikategorikan sebagai berikut :
a) Lampu penerangan normal (normal lighting) yaitu lampu penerangan
buatan dengan intensitas penerangan yang sesuai persyaratan untuk
menjamin kelancaran kegiatan dalam gedung.
b) Lampu penerangan darurat (emergency lighting) yaitu lampu penerangan
buatan sebagai pengganti bila lampu penerangan normal terganggu (mati)
lampu ini akan menyala baik pada kondisi normal maupun darurat.
c) Lampu penerangan dalam gedung terdiri dari:
 Escape lighting yaitu lampu penerangan darurat untuk
menjamin kelancaran dan keamanan evakuasi pada saat terjadi
darurat kebakaran emergency.
 Emergency Exit lighting yaitu lampu penerangan darurat untuk
penunjuk jalan keluar yang aman pada saat terjadi darurat
kebakaran.
 Lampu - lampu penerangan yang disebutkan di atas beroperasi
sebagai berikut:

Lampu
Sumber
No. Kondisi Normal Escape Exit
Daya
Lighting Lighting Lighting
1. Normal Hidup Hidup Hidup PLN
Darurat Sumber
2. Daya PLN Hidup Hidup Hidup Genset

3. Darurat Mati Hidup Hidup Batere

2) Pada setiap ruangan kecuali Lobby, Lift dan Tangga, disediakan saklar-saklar
setempat untuk menyalakan atau mematikan lampu.
3) Sistem penyalaan lampu penerangan luar dilakukan secara otomatis oleh
kombinasi kerja antara magnetic contactor dengan timer switch sehingga
penyalaan lampu penerangan luar tergantung pada operasi kedua alat
tersebut.

1.3 PERSYARATAN PEKERJAAN PANEL TEGANGAN MENENGAH

1.3.1. Ketentuan Umum.


1) Medium Voltage Main Distribution Panel (MVMDP) terdiri dari panel :
a) Incoming Panel
b) Metering Panel
c) Outgoing (transformer protection) Panel
2) MVMDP yang digunakan harus memenuhi SII dan SPLN atau standard-
standard lain yang diakui dinegara Republik Indonesia serta mendapat
rekomendasi dari LMK.
3) MVMDP yang digunakan harus mempunyai rekomendasi untuk dipasang di
daerah tropis.

1.3.2. Konstruksi Box Panel.


1) Panel berupa indoor installation type dan berbentuk kubikal.
2) Panel harus terbuat dari plat baja dengan ketebalan untuk dinding minimum 2
mm dan pintu minimum 3 mm, dengan rangka yang terbuat dari besi siku
atau besi plat yang dibentuk dan diberi cat dasar dengan meni tahan karat
serta difinish dengan powder coating warna abu abu.
3) Pintu panel, saklar pembumian dan Load break Switch harus interlock
sehingga :
 Pintu panel dapat dibuka bila saklar pembumian telah menutup / ON dan
sebaliknya pintu panel bisa ditutup bila saklar pembumian telah membuka.
 Saklar pembumian dapat ditutup bila Load Break Switch telah membuka.
 Load Break Switch dapat ditutup bila Saklar pembumian sudah terbuka.
4) Tujuan interlock diatas bertujuan untuk keamanan terhadap operator dan
sistem.
5) Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang dikebumikan
(grounding) dan bus-bar pembumian yang berfungsi untuk dudukan ujung
kabel pembumian.

1.3.3. Kelengkapan - kelengkapan


MVMDP dilengkapi dengan komponen-komponen panel sebagai berikut:
1) Fuse tegangan menengah 32 A,
2) Fuse Load Break Switch (FLBS) tegangan menengah 32 A,
3) LBS 400 A untuk switching,
4) Bus-bar dari tembaga dengan Zincromate,
5) Saklar pembumian 630 A,
6) Terminal ukur,
7) Dudukan kabel (terminating),
8) Capasitor voltage divider,
9) Lampu indikator,
10) Mimic diagram,
11) Penunjuk untuk posisi saklar pembumian,
12) Single phase protector.

1.3.4. Persyaratan listrik


Komponen komponen MVMDP mempunyai persyaratan teknis sebagai berikut :
1) Tegangan kerja nominal : 24 KV
2) Tingkat ketahanan isolasi (untuk 1 menit) : 50 KV
3) Basic Insulation Lavel : 25 KV
4) Arus nominal : 630 A
5) Thermal withstand (1 detik) : 14,5 KA
6) Electrodynamic withstand (sesaat) : 62,5 KA

1.3.5. Bus-bar
1) Panel mempunyai tiga buah bus-bar phasa dan satu bar atau terminal untuk
pembumian yang terbuat dari tembaga dengan ukuran masing-masing 40x10
mm.
2) Bus-bar ditempatkan pada compartement yang terpisah.
3) Bus-bar dipasang menggunakan isolator sehingga kokoh dan tahan oleh
gangguan mekanis akibat electrodynamic force.

1.3.6. Load Break Switch.


1) Peralatan switching panel berupa Load break Switch dari jenis
autopneumatic dimana penutupan dan pembukaannya sangat cepat dan
tidak tergantung kecepatan operator.
2) LBS dipasang pada 'fixed element'.
3) LBS jenis SF-6
4) LBS harus interlock dengan ACB trafo di LVMDP, dimana LBS
masuk terlebih dahulu kemudian ACB ( kondisi ini untuk menghindari Arus
start yang sangat besar/inrush current yang dapat mengakibatkan FUSE
medium voltage putus ).

1.3.7. Peralatan Ukur.

MVMDP dilengkapi dengan peralatan ukur yang terdiri dari:


1) Amperemeter,
2) Voltmeter,
3) KWH-meter,
4) Trafo ukur tegangan menengah.

1.3.8. Fuse tegangan menengah


1) Fuse digunakan untuk memproteksi transformator mempunyai rating 24 KV,
32 Ampere.
2) Dilengkapi single phasing protector sedemikian rupa bila salah satu fuse
putus, maka Load Break Switch akan membuka.

1.4 PERSYARAT AN PEKERJAAN KABEL TEGANGAN MENENGAH

1.4.1. Ketentuan Umum.


1) Kabel tegangan menengah digunakan untuk menghubungkan:
a) Gardu PLN dengan MVMDP
b) MVMDP dengan Transformator Daya
2) Kabel-kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard SII dan
SPLN atau standard-standard lain yang diakui dinegara Republik Indonesia
serta mendapat rekomendasi dari LMK.

1.4.2. Data Teknis.


1) Jenis kabel : N2XSY multi core atau single core sesuai dengan Gambar
pelaksanaan.
2) Bahan konduktor : Tembaga
3) Isolasi : XLPE
4) Tegangan nominal : 24 kV
5) Ukuran kabel : Sesuai Gambar Pelaksanaan.

1.4.3. Persyaratan Pemasangan


1) Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus memenuhi peraturan PLN
dan PUIL atau peraturan lain yang diakui dinegara Republik Indonesia.
2) Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh sehingga tidak
akan lepas atau rusak oleh gangguan gangguan mekanis.
3) Pembelokan kabel harus diatur sedemikain rupa sehingga jari-jari pembelokan
tidak boleh kurang dari 15 kali diameter luar kabel tersebut atau sesuai
dengan rekomendasi dari pabrik pembuat kabel.
4) Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe press, ukuran
sesuai dengan ukuran luas penampang kabel serta dililit dengan excelcior
tape dan difinish dengan bahan isolasi ciut panas yang sesuai.
5) Kabel yang menghubungkan antara gardu PLN dengan MVMDP dan antara
MVMDP dengan Trafo tidak boleh ada sambungan.
6) Penarikan kabel harus menggunakan peralatan-peralatan bantu yang sesuai
dan tidak boleh melebihi strength dan stress maximum yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat kabel.
7) Sebelum dilakukan pemasangan/penyambungan, bagian ujung awal dan ujung
akhir dari kabel daya harus dilindungi dengan 'sealing end cable', sehingga
bagian konduktor maupun bagian isolasi kabel tidak rusak.
8) Kabel antara gardu PLN dengan MVMDP (di ruang trafo) dipasang dengan
cara ditanam langsung dalam tanah dan Rak Kabel (seperti tercantum dalam
Gambar Pelaksanaan).

1.5 PERSYARATAN PEKERJAAN TRANSFORMATOR DAYA

1.5.1. Ketentuan Umum.


1) Transformator daya yang digunakan harus memenuhi IEC standar dan SPLN
atau standard-standard lain yang diakui dinegara Republik Indonesia serta
mendapat rekomendasi dari LMK.
2) Transformator yang digunakan harus mempunyai rekomendasi untuk dipasang
di daerah tropis.

1.5.2. Konstruksi.
1) Inti besi harus kokoh sehingga:
a) Dijamin tidak akan bergetar,
b) Rugi-rugi inti kecil.
2) Kumparan terbuat dari tembaga harus mempunyai ketahanan dielektrik dan
mekanik yang cukup kuat.
3) Selungkup (housing) terbuat dari pelat baja yang dicat dasar tahan karat dan
cat finish berwarna putih.
4) Bushing isolator terbuat dari porcelin.

1.5.3. Kelengkapan-kelengkapan
Trafo dilengkapi dengan komponen-komponen sebagai berikut:
1) Name plate,
2) Elastimold Bushing,
3) Kuping pengangkat,
4) Tap changer,
5) Roda,
6) Terminal pengebumian.
1.5.4. Persyaratan listrik
1) Kapasitas : 1600kVA dan harus mampu dibebani sampai 125 % selama 15
menit.
2) Tegangan kerja nominal
a) Sisi primer : 20 kV,
b) Sisi sekunder : 400/230 Volt.
3) Jumlah phasa : 3
4) Frekwensi : 50 Hz.
5) Hubungan belitan : DYn-5
6) Tap changer : 3 tap dengan 2,5%, 1,5% per tap
7) Basic Insulation Level : 125 kV
8) Applied voltage test 1 menit : 50 kV
9) Efisiensi > 98 % dalam keadaan beban
10) Jenis : Oil-immersed transformer.
11) Impedansi : 4 %

1.5.5. Persyaratan Pemasangan.


1) Trafo ditempatkan pada ruang trafo seperti terlihat dalam Gambar
pelaksanaan.
2) Trafo dipasang pada dudukan setempat dengan perkuatan sedemikian rupa
sehingga tidak akan bergeser oleh gangguan mekanis.

1.6 PERSYARATAN PEKERJAAN PANEL TEGANGAN RENDAH

1.6.1. Konstruksi Box Panel


1) Panel harus terbuat dari plat baja dengan rangka terbuat dari besi siku dengan
ukuran minimal 40x40x4 mM (free standing) atau plat besi yang terbentuk
(wall mounted).
2) Rangka utama harus diberi tutup dari bahan plat baja dengan ketebalan
sebagai berikut :

No. Panel Dinding Pintu

1. LVMDP, SDP-FH, SDP, PP-FH 2,0 mM 3,0 mm


2. LP, PP 1,6 mM 2,0 mm

3) Plat penutup harus dikerjakan dengan baik dan setiap siku dari plat penutup ini
harus benar-benar 90 o.
4) Plat penutup kerangka panel harus disekrup dengan rapi yang dilengkapi
cincin plastic sebelum cincin besi terhadap kerangka panel. Plat penutup ini
harus dapat dilepas-lepas.
5) Panel harus dilengkapi dengan tutup atas atau tutup bawah yang dapat
dilepas-lepas dan harus disiapkan lubang serta COMPRESSION CABLE
GLAD untuk setiap incoming dan outgoing feeder.
6) Pada dinding belakang atau/dan samping diperlukan membuat lubang-
lubang ventilasi yang cukup.
7) Lubang ventilasi ini harus dibuat dengan cara punch dan rapi.
8) Pada bagian dalam dari dinding yang diberi ventilasi yang di-punch harus
dilengkapi tambahan dinding yang diberi lubang punch, hal ini untuk menjaga
masuknya benda-benda atau tusukan pada bagian bagian yang bertegangan
dari peralatan panel.
9) Engsel yang digunakan harus kuat dan tidak menonjol serta harus diusahakan
tersembunyi serta rapi. Kunci dan handle pintu harus dari type Spagnolet
dengan tungkai penguat bawah dan atas dan dari bahan yang dilapisi vernikel.
10) Rangka, penutup, cover plate dan pintu, seluruhnya harus diberi cat dasar dan
dilapisi dengan powder coating warna abu-abu.
11) Ukuran panel diusahakan standard dan disediakan ruang yang cukup apabila
terdapat penambahan peralatan.
12) Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang
diketanahkan (grounding) dan bus-bar pentanahan, yang berfungsi untuk
dudukan ujung kabel pentanahan.

13) Pada circuit breaker, sepatu kabel, kabel incoming dan outgoing serta
terminal penyambungan kabel harus diberi indikasi/label/sign plates mengenai
nama beban atau kelompok beban yang dicatu daya listriknya. Label ini harus
terbuat dari plat aluminium atau sesuai standard DIN 4070.
14) Pada bagian atas panel (dari ambang atas sampai dengan 12 cm dibawah
ambang atas panel atau disesuaikan dengan kebutuhan) harus disediakan
tempat untuk pemasangan lampu indikator, fuse dan alat-alat ukur. Bagian
tersebut merupakan bagian yang terpisah dari pintu panel dan kedudukannya
menetap (fixed).

1.6.2. Bus-bar dan Terminal Penyambungan.


1) Panel harus sesuai untuk sistem 3 phasa, 4 kawat dan mempunyai 5 bus-bar
dimana bus-bar pentanahan terpisah.
2) Bus-bar dari bahan tembaga yang digalvanisasi dengan bahan perak.
Galvanisasi ini, termasuk pula bagian-bagian yang menempel pada bus-bar,
seperti sepatu kabel dan lain lain.
3) Pemasangan kabel (untuk semua ukuran luas penampang kabel) pada bus-
bar dan terminal penyambungan harus menggunakan sepatu kabel.
4) Bus-bar dan terminal penyambungan harus disusun dan dipegang oleh isolator
dengan baik, sehingga mampu menahan electro mechanical force akibat arus
hubung singkat terbesar yang mungkin terjadi.

1.6.3. Circuit Breaker.


1) Circuit breaker yang digunakan dari jenis MCB dan MCCB yang dilengkapi
dengan thermal overcurrent release dan electromagnetic overcurrent release
yang rating ampere trip-nya dapat diatur (adjustable).
2) Outgoing circuit breaker dari Panel khusus untuk motor-motor tiga fasa harus
dilengkapi dengan proteksi kehilangan arus satu phasa
3) Circuit Breaker untuk proteksi motor-motor listrik harus menggunakan Circuit
Breaker yang dirancang khusus untuk pengaman motor (Circuit Breaker tipe
M) dan untuk motor-motor > 10 HP harus menggunakan MCCB.
4) Breaking capacity dan rating CB yang digunakan harus sebesar yang
tercantum dalam Gambar Pelaksanaan.
5) Circuit Breaker dari jenis moulded case circuit breaker (MCCB) dengan rating
> 80 A harus menggunakan tipe yang rating ampere trip-nya dapat diatur.
6) Pemasangan MCB harus menggunakan Omega Rail, sedangkan
pemasangan MCCB dan komponen komponen lain, seperti magnetic
contactor, time switch dan lain lain harus menggunakan dudukan plat.
7) Pemasangan komponen-komponen tersebut harus rapi dan kokoh
sehingga tidak akan lepas oleh gangguan mekanis.
8) Jika di dalam Gambar Pelaksanaan dinyatakan ada spare, maka
spare tersebut harus terpasang secara lengkap atau sesuai dengan
keterangan pada Gambar.
9) Semua Circuit Breaker harus diberi label / signplate yang terbuat
dari Alumunium mengenai nama beban atau kelompok beban yang di catu
daya listriknya. Label itu harus terbuat dari plat alumunium atau sesuai
standard DIN-4070.

1.6.4. Alat Ukur / indikator.


1) Panel panel dilengkapi dengan alat-alat ukur, seperti :
a) Volt meter & Selector switch,
b) Ampere meter,
c) Cosphi meter,
d) Frequensi meter,
e) Trafo arus,
f) KWH meter,
g) Indicator lamp & mini fuse,
Tidak semua panel dilengkapi dengan peralatan seperti diatas, melainkan
harus disesuaikan dengan Gambar Pelaksanaan.
2) Volt meter dilengkapi dengan selector switch yang mempunyai mode 7 posisi :
a) 3 kali phasa terhadap netral,
b) 3 kali phasa terhadap phasa,
c) posisi Off.
3) Ampere meter yang digunakan mempunyai range pengukuran sesuai
dengan rating incoming Circuit Breaker, seperti pada tabel berikut ini:

No. Rating incoming CB Panel Ranges of Amperemeter

1. 2500 - 4000 A 0 - 3600/6300 A


2. 1500 - 3600 A 0 - 2500/4000 A
3. 800 - 1250 A 0 - 1500/2500 A
4. 630 - 1000 A 0 - 1000/2000 A

5. 500 - 630 A 0 - 600/1200 A


6. 350 - 400 A 0 - 400/ 600 A
7. 250 - 300 A 0 - 250/ 500 A
8. 125 - 200 A 0 - 200/ 400 A
9. 80 - 100 A 0 - 100/ 200 A
10. 50 - 63 A 0 - 60/ 120 A
11. < 40 A 0 - 40/ 80 A

4) Pengukuran arus yang besar harus menggunakan trafo arus yang dirancang
khusus untuk pengukuran. Rating trafo arus harus sesuai dengan rating
Amperemeter yang digunakan dan tahan menerima impact short circuit
terbesar yang mungkin terjadi.
5) Rating trafo arus yang digunakan harus sesuai dengan tabel berikut ini:

No. Ranges of Amperemeter Rating Trafo arus

1. 0 - 1500/2500 A 2500/5
2. 0 - 1000/2000 A 1000/5
3. 0 - 600/1200 A 600/5
4. 0 - 400/ 800 A 400/5
5. 0 - 250/ 500 A 200/5
6. 0 - 200/ 400 A 200/5
7. 0 - 100/ 200 A 100/5
8. 0 - 60/ 120 A Direct
9. 0 - 40/ 80 A Direct

6) Amperemeter yang dipasang pada panel utama selain mempunyai pointer


(jarum penunjuk) untuk menunjukkan besarnya arus listrik yang ada dilengkapi
juga dengan pointer lain yang berfungsi sebagai "Maximum Demand Indicator"
7) Lampu indikator yang digunakan adalah :
a) W arna merah untuk phasa R,
b) W arna kuning untuk phasa S,
c) W arna hijau untuk phasa T,
8) Lampu-lampu indikator harus diproteksi dengan menggunakan mini fuse.

10) Amperemeter dan Voltmeter harus menggunakan tipe Moving iron rectangular
dengan kelas alat 2,0 dan mempunyai dimensi sebagai berikut :

Page |
170170170
No. Nama Panel Dimensi Alat Ukur

1. LVMDP, SDP dan PP-AB 96 x 96


2. PP-LP 72 x 72

1.6.5. Tipe Panel.


1) Berdasarkan cara pemasangannya, panel-panel tegangan rendah
diklasifikasikan sebagai berikut:

No. Nama Panel Tipe Panel

1. LVMDP Free Standing


2. SDP Free Standing
2. LP,PP dan PP-AB W all Mounting

2) Panel jenis Free Standing dipasang pada lantai kerja dengan lokasi seperti
pada Gambar Pelaksanaan. Pemasangan panel harus menggunakan dudukan
konstruksi baja dan harus diperkuat dengan mur baut atau dynabolt sehingga
tidak akan berubah posisi oleh gangguan mekanis.
3) Panel jenis wall mounting dipasang flush mounting pada dinding tembok
dengan lokasi sesuai Gambar Pelaksanaan.
4) Pemasangan panel pada dinding harus diperkuat dengan baut tanam (anchor
bolt) sehingga tidak akan rusak oleh gangguan mekanis.
5) Box panel dan semua material yang bersifat konduktif yang berada di sekitar
panel listrik harus dihubungkan ke Sistem Pembumian Pengaman.

1.6.6. Gambar Skema Rangkaian Listrik.


1) Panel harus dilengkapi dengan gambar skema rangkaian listrik, lengkap
dengan keterangan mengenai bagian instalasi yang diatur oleh panel tersebut.
2) Gambar skema rangkaian listrik dibuat dengan baik, dilaminasi plastik dan
ditempelkan pada pintu luar panel bagian dalam.

1.7 PERSYARATAN PEKERJAAN KABEL TEGANGAN RENDAH

1.7.1. Ketentuan Umum.


1) Persyaratan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan ini berlaku untuk:
a) Kabel daya,
Page |
171171171
b) Instalasi daya,
c) Instalasi penerangan.
2) Yang dimaksud dengan kabel daya adalah kabel yang menghubungkan antara
panel satu dengan panel yang lainnya termasuk peralatan bantu yang
dibutuhkan.
3) Yang dimaksud dengan instalasi daya adalah kabel yang menghubungkan
panel-panel daya dengan beban-beban stop kontak, peralatan Sistem Tata
Udara dan Penghawaan (AC Split, Exhaust Fan), Pompa Air Bersih dan lain-
lain, sesuai dengan Gambar Pelaksanaan.
4) Di dalam instalasi daya ini harus sudah termasuk outlet daya, conduit,
sparing, doos untuk outlet daya / penyambungan / pencabangan, flexible conduit
dan peralatan-peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem instalasi daya.
5) Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel-kabel yang
menghubungkan antara panel-panel penerangan dengan fixture-fixture lampu
penerangan buatan.
6) Di dalam instalasi penerangan ini harus sudah termasuk semua jenis / tipe
saklar, conduit, sparing, doos untuk saklar / penyambungan / pencabangan,
metal flexible conduit dan peralatan-peralatan bantu lainnya yang dibutuhkan
untuk kesempurnaan sistem instalasi penerangan buatan.

1.7.2. Jenis Kabel.


1) Kabel kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard SII dan
SPLN atau standard-standard lain yang diakui dinegara Republik Indonesia
serta mendapat rekomendasi dari LMK.
2) Ukuran luas penampang kabel untuk jaringan instalasi listrik Tegangan
Rendah yang digunakan minimal harus sesuai dengan Gambar Pelaksanaan.
3) Kabel listrik yang digunakan harus mempunyai rated voltage sebesar 500 Volt
dan/atau 600 Volt/1000 Volt.
4) Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga arus
bocor yang terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap 100 M panjang kabel.
5) Kecuali untuk instalasi yang harus beroperasi pada keadaan darurat (seperti
lift, fire pump dan lain-lain seperti ditunjukkan didalam Gambar Pelaksanaan)
kabel-kabel yang digunakan adalah kabel PVC dengan jenis kabel yang
sesuai dengan fungsi dan lokasi pemasangannya seperti tabel di bawah ini :

No. Pemakaian Jenis Kabel

1. Instalasi penerangan di dalam bangunan NYM


2. Instalasi penerangan di luar bangunan NYY
3. Instalasi dan kabel daya di dalam bangunan NYY

6) Pada kabel instalasi harus dapat dibaca mengenai merk, jenis, ukuran luas
penampang, rating tegangan kerja dan standard yang digunakan.

Page |
172172172
7) Pada ujung kabel-kabel daya utama harus diberi label/sign-plate yang terbuat
dari alumunium mengenai nama beban yang dicatu daya listriknya atau nama
sumber yang mencatu daya kabel / beban tersebut.
8) Sebelum melakukan pemesanan dan pengadaan kabel daya untuk incoming
cable panel daya & kontrol (PP/PC) alat-alat/motor listrik pada Sistem
Mekanikal/Plambing, terlebih dahulu harus melakukan koordinasi terhadap
Kontraktor Sistem Mekanikal / Plumbing tersebut.

1.7.3. Persyaratan Pemasangan.


1) Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus memenuhi peraturan PLN
dan PUIL atau peraturan lain yang diakui di negara Republik Indonesia.
2) Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh sehingga tidak
akan lepas atau rusak oleh gangguan gangguan mekanis.

3) Pembelokan kabel harus diatur sedemikain rupa sehingga jari-jari pembelokan


tidak boleh kurang dari 15 kali diameter luar kabel tersebut atau harus sesuai
dengan rekomendasi dari pabrik pembuat kabel.
4) Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe press, ukuran
sesuai dengan ukuran luas penampang kabel serta dililit dengan excelcior tape
dan difinish dengan bahan isolasi ciut panas yang sesuai.
5) Penyambungan kabel pada kabel daya, kabel instalasi daya dan instalasi
penerangan tidak diperkenankan kecuali untuk pencabangan pada kabel
instalasi daya dan instalasi penerangan.
6) Penyambungan kabel untuk pencabangan harus dilakukan didalam junction
box atau doos serta dilengkapi dengan spring connector 3M sesuai dengan
persyaratan.
7) Penarikan kabel harus menggunakan peralatan-peralatan bantu yang sesuai
dan tidak boleh melebihi strength dan stress maximum yang
direkomendasikan oleh pabrik pembuat kabel.
8) Sebelum dilakukan pemasangan/penyambungan, bagian ujung awal dan ujung
akhir dari kabel daya harus dilindungi dengan 'sealing end cable', sehingga
bagian konduktor maupun bagian isolasi kabel tidak rusak.
9) Pemasangan kabel di dalam tanah dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a) Ditanam langsung di dalam tanah,
b) Ditanam di dalam tanah dengan dilindungi pipa GIP.
c) Kabel daya listrik yang ditanam langsung didalam tanah harus mempunyai
kedalaman minimal 70 cm di bawah permukaan tanah dengan cara
penanaman kabel sebagai berikut :
 Disediakan galian kabel dengan kedalaman minimal 80 cm
dan lebar galian sesuai dengan jumlah kabel yang akan ditanam.
 Diberi alas pasir setebal 10 cm.
 Gelarkan kabel yang akan ditanam dan disusun serapi mungkin.
 Timbuni lagi dengan pasir setebal 10 cm dan di atas pasir tersebut
diberi bata pelindung sebanyak 6 (enam) buah per meter.

Page |
173173173
 Timbuni dengan tanah urug halus serta tanah galian dan usahakan
tanah galian yang digunakan bebas dari kerikil yang dapat
merusak isolasi kabel.
d) Kabel listrik yang ditanam di dalam tanah dengan menggunakan pipa GIP
sebagai pelindung harus dilengkapi dengan bak kontrol berukuran sesuai
Gambar Pelaksanaan. Bak kontrol tersebut dipasang pada setiap
pembelokan, pencabangan atau daerah-daerah tertentu lainnya sesuai
dengan modul pipa.
e) Setiap pipa hanya digunakan untuk sebuah kabel berinti banyak untuk
sistem 3 phasa atau empat kabel berinti tunggal untuk sistem 3 phasa.
f) Pipa tersebut harus mempunyai diameter dalam 1,5 kali total diameter luar
kabel yang dilindunginya.
g) Apabila kabel sistem 3 phasa yang ditanam dalam tanah lebih dari satu
buah, maka kabel-kabel tersebut harus disusun sejajar dengan jarak satu
sama lain minimal sebesar 7 cm.
h) Bak kontrol yang digunakan harus terbuat dari beton dan dilengkapi

dengan tutup yang memakai handle dan harus mudah dibuka.


i) Pada ujung pipa pelindung kabel harus dibentuk seperti corong, dihaluskan
sehingga bebas dari hal-hal yang dapat merusak kabel.
j) Setelah kabel dipasang lubang ujung kabel tersebut harus disumbat
dengan bahan karet atau bahan- bahan lain yang tidak merusak kabel dan
tidak mudah rusak.
10) Pemasangan kabel didalam bangunan dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Pada rak kabel,
b) Di dalam dinding.
11) Pemasangan kabel pada rak kabel harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Kabel harus diatur rapi
b) Kabel harus diperkuat dengan klem pada setiap jarak 40 cm dengan
perkuatan mur baut pada dudukan/struktur rak.
c) Untuk kabel instalasi daya dan penerangan harus dilindungi dengan
conduit (di dalam High Impact Conduit).
d) Tidak diperkenankan adanya sambungan kabel didalam conduit kecuali
didalam kotak sambung atau kotak cabang.
12) Pemasangan kabel dalam dinding harus memperhatikan hal hal sebagai
berikut :
a) Kabel harus dilindungi dengan sparing.
b) Sparing (pipa pelindung kabel yang ditanam dalam High Impact Conduit)
sebelum ditutup tembok harus disusun rapi dan diklem pada setiap jarak
60 cm. Jika sparing tersebut berjumlah cukup banyak, maka perkuatan
tersebut harus dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara klem
dan kawat ayam sehingga tersusun rapi dan kokoh.
c) Kabel instalasi yang datang dari conduit menuju sparing harus dilindungi
dengan 'metal flexible conduit' serta pertemuan antara conduit/sparing
dengan metal flexible conduit harus dilakukan dengan cara klem.

Page |
174174174
d) Untuk instalasi kabel expose harus di dalam Rigid Conduit.

1.8 PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN PERALATAN


INSTALASI

1.8.1. Outlet Daya.


1) Outlet daya dan plug yang digunakan harus memenuhi standard SII, SPLN,
2) VDE/DIN atau standard-standard lain yang berlaku dan diakui di Indonesia.
3) Outlet daya dan plug harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
a) Rating tegangan : 250 Volt
b) Rating arus : 16 A atau lebih seperti pada Gambar Pelaksanaan
c) Tipe pemasangan : Recessed
4) Outlet daya dan plug harus mempunyai label yang menunjukkan merk pabrik
pembuat, standard produk, tipe dan rating arus serta tegangannya.
5) Outlet daya untuk peralatan AC Split, Koridor, Machine Lift Room, Panel Room
harus dilengkapi dengan lampu indikator, saklar dan label

6) Outlet daya yang digunakan jenis putar & tusuk kontak yang dilengkapi
dengan protector.
7) Outlet untuk Gondola menggunakan jenis 'W aterproof'.
8) Kontraktor harus mengkoordinasikan warna, bentuk dan ukuran outlet daya
dengan pihak Perencana Arsitektur/Interior.
9) Outlet daya dipasang pada dinding atau partisi harus menggunakan doos
dengan ketinggian pemasangan 30 cm dari permukaan lantai atau ditentukan
oleh Perencana Interior.
10) Tata letak outlet daya sesuai dengan Gambar Pelaksanaan dan harus
dikoordinasikan dengan tata letak furnitures.

1.8.2. Saklar Lampu Penerangan.


1) Saklar yang digunakan harus sesuai dengan standard PLN, SII dan VDE/DIN
atau standard-standard lain yang berlaku dan diakui di Indonesia.
2) Saklar harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
a) Rating tegangan : 250 Volt
b) Rating arus : minimal 10 A
c) Tipe : recessed
3) Saklar lampu harus mempunyai label yang menunjukkan merk pabrik
pembuat, standard produk, tipe dan rating arus serta tegangannya.
4) Saklar harus dipasang pada dinding atau partisi dengan ketinggian 150 cm
dari permukaan lantai atau ditentukan oleh Perencana Interior. Pemasangan
saklar harus menggunakan doos.
5) Tata letak saklar harus sesuai dengan Gambar Pelaksanaan dan
dikoordinasikan dengan Perencana Interior.

1.9 PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN PENUNJANG


INSTALASI
Page |
175175175
1.9.1. Rigid Conduit.
1) Rigid conduit yang dipasang secara exposed menggunakan Rigid Steel
Conduit (RSC) type thickwall dengan ketebalan minimum 2 mm dan conduit-
conduit yang ditanam di dalam tembok atau beton menggunakan High Impact
Conduit.
2) Conduit dan sparing harus mempunyai ukuran diameter dalam sebesar 1,5
kali dari total diameter luar kabel yang dilindunginya dan ukuran minimum
sebesar 3/4". Oleh karena itu, kontraktor sebelum memasang conduit harus
re-konfirmasi dahulu terhadap kabel yang akan dilindunginya.
3) Ujung ujung conduit harus dihaluskan dan diberi tules agar tidak merusak
isolasi kabel.
4) Conduit untuk keperluan instalasi satu dengan instalasi lainnya harus
dibedakan dengan cara dicat finish dengan warna yang berbeda sebagai
berikut :
a) Instalasi listrik : warna hitam,
b) Instalasi fire alarm : warna merah,
c) Instalasi tata suara : warna putih,
d) Instalasi telepon : warna kuning,
5) Pemakaian conduit disini dimaksudkan untuk finishing seluruh instalasi daya,
instalasi penerangan dan instalasi lainnya. Oleh karena itu pemasangannya
harus dilakukan serapi mungkin dan dikoordinasikan dengan pekerjaan
Finishing Arsitektur.
6) Pemasangan pipa conduit di atas plafond harus dikoordinasikan dengan
penggunaan jalur untuk utilitas lain seperti instalasi komunikasi, fire alarm,
sound system, matv, ducting AC dan lain-lain sehingga tersusun rapi, kokoh
dan tidak saling mempengaruhi.
7) Pemasangan pipa conduit atau sparing tidak boleh merusak atau mengganggu
instalasi utilitas lainnya.
8) Dalam hal jalur pipa conduit pada Gambar Pelaksanaan diperkirakan tidak
mungkin lagi untuk dilaksanakan, maka Kontraktor wajib mencari jalur lain
sehingga Pelaksanaan mudah dan tidak mengganggu utilitas lain, tetapi tetap
harus sesuai dengan persyaratan.
9) Pertemuan antara pipa sparing yang muncul dari dalam dinding dengan pipa
conduit di atas plafond harus menggunakan doos dan diantara doos tersebut
dipasang flexible conduit. Pemasangan flexible conduit tersebut harus
dilakukan dengan cara klem.
10) Setiap sparing maupun conduit maximum hanya dapat diisi dengan 1 (satu)
kabel berinti banyak atau satu pasang kabel untuk phasa, netral dan
grounding, baik untuk kabel daya maupun untuk kabel lain.
11) Conduit untuk instalasi listrik harus berjarak minimum 50 cm dari pipa air
panas.
12) Jumlah sparing (conduit yang ditanam didalam beton) harus disediakan
minimum sebanyak 120 % dari jumlah kabel yang akan melewatinya atau
minimum mempunyai satu buah sparing lebih banyak dari jumlah kabel yang
akan melewatinya.

Page |
176176176
1.9.2. Metal Flexible Conduit.
1) Flexible conduit digunakan untuk melindungi kabel :
a) Yang ke luar dari conduit dan masuk ke dalam sparing.
b) Yang ke luar dari conduit ke titik titik lampu.
c) Yang ke luar dari conduit ke mesin-mesin atau beban-beban yang lainnya.
d) Pembelokan instalasi.
e) Dan keperluan lain seperti tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan
2) Penyambungan flexible conduit dengan conduit lain harus dilakukan di dalam
doos penyambungan.
3) Ukuran conduit harus mempunyai diameter dalam minimum 1,5 kali total
diameter luar kabel yang dilindunginya.
4) Flexible conduit yang digunakan harus tahan karat dan cukup kuat untuk
menahan gangguan gangguan mekanis yang mungkin terjadi.
5) Pemasangan flexible conduit harus menggunakan klem.

1.9.3. Rak Kabel.


1) Rak kabel digunakan untuk menyanggqa kabel-kabel daya kabel instalasi
daya, penerangan serta kabel instalasi arus lemah.
2) Rak kabel terbuat dari plat baja dengan ketebalan 2 mm yang dilapisi Hot
Dipped Galvanised dengan ketebalan lapisan minimum 50 M dan disesuiakan
dengan standart BS 729 (dalam shaft).
3) Rak kabel harus dilengkapi dengan tutup (cover) rakrung penyangga kabel,
jarak antar ruang penyangga kabel maximum 50 cm.
4) Rak kabel yang terpasang di daerah basement harus dicat dengan powder
coating dan difinish dengan warna disesuaikan / dikoordinasikan dengan
Perencana Arsitektur/Interior.
5) Penggantung rak kabel dipasang pada plat beton dengan anchor bolt dan
harus kuat untuk menyangga rak kabel beserta isinya serta harus tahan pula
menahan gangguan-gangguan mekanis
6) Rak kabel harus mempunyai penggantung yang dapat diatur (adjustable) yang
terbuat dari bahan besi.

1.11 SISTEM PEMBUMIAN UNTUK PENGAM AN

1.11.1. Ketentuan umum.


1) Yang dimaksud dengan sistem pembumian untuk pengaman adalah
pembumian dari badan-badan peralatan listrik atau benda-benda disekitar
instalasi listrik yang bersifat konduktif dimana pada keadaan normal benda-
benda tersebut tidak bertegangan, tetapi dalam keadaan gangguan seperti
hubung singkat phasa ke badan peralatan kemungkinan benda-benda tersebut
menjadi bertegangan.
2) Sistem pembumian ini bertujuan untuk keamanan/keselamatan manusia dari
bahaya tegangan sentuh pada saat terjadinya gangguan.

Page |
177177177
3) Semua badan peralatan atau benda-benda disekitar peralatan yang bersifat
konduktif harus dihubungkan dengan sistem pembumian ini.
4) Ketentuan-ketentuan lain harus sesuai dengan PUIL, SPLN dan standard-
standard lain yang diakui di Negara Republik Indonesia.

1.11.2. Konstruksi.
1) Sistem pembumian terdiri dari grounding rod, kabel penghubung antara
benda-benda yang diketanahkan dan peralatan bantu lain yang dibutuhkan
untuk kesempurnaan sistem ini.
2) Grounding rod dari sistem pembumian terbuat dari pipa GIP dan tembaga
dengan konstruksi seperti Gambar Pelaksanaan.
3) Konduktor penghubung antara peralatan (yang digrounding) dengan grounding
rod terbuat dari 'bare copper conductor' atau kabel berisolasi sesuai dengan
Gambar Pelaksanaan.
4) Tahanan sistem pembumian sedemikian rupa sehingga tahanan sentuh yang
terjadi harus lebih kecil dari 50 Volt.

1.11.3. Pemasangan
1) Grounding rod harus ditanam langsung dalam tanah dengan bagian grounding
rod yang tertanam di dalam tanah minimum sepanjang 6 M dan masing-
masing titik grounding rod mempunyai tahanan tidak lebih dari 1 Ohm.
2) Grounding rod harus ditempatkan didalam bak kontrol yang tertutup. Tutup
bak kontrol harus mudah dibuka dan dilengkapi dengan handle.
3) Bak kontrol ini mempunyai fungsi sebagai tempat terminal penyambungan dan
tempat pengukuran tahanan pembumian grounding rod.
4) Ukuran bak kontrol harus sesuai dengan Gambar Pelaksanaan.
5) Hantaran pembumian harus dipasang sempurna dan cukup kuat menahan
gangguan mekanis.
6) Penyambungan bagian bagian hantaran pembumian yang tertanam didalam
tanah harus menggunakan sambungan las sedangkan penyambungan dengan
peralatan yang diketanahkan harus menggunakan mur-baut atau sesuai
dengan Gambar Pelaksanaan.
7) Penyambungan hantaran pembumian dengan grounding rod harus
menggunakan mur baut berukuran M-10 sebanyak tiga titik. Penyambungan ini
dilakukan di dalam bak kontrol.
8) Ukuran hantaran pembumian harus sesuai dengan yang tercantum didalam
Gambar Pelaksanaan.
9) Sistem pembumian insdtalasi listrik harus terpisah dari sistem pembumian :
a) Pembumian instalasi sistem penangkal petir,
b) Pembumian sistem telepon.

Page |
178178178
2. SISTEM PENANGKAL PETIR

2.1. LINGKUP PEKERJAAN

.1.1. Lingkup pekerjaan ini termasuk pengadaan semua material, peralatan, tenaga
kerja dan lain-lain untuk pemasangan, pengetesan, commissioning dan
pemeliharaan yang sempurna untuk seluruh instalasi sistem penangkal petir seperti
dipersyaratkan didalam buku Persyaratan Teknis ini dan seperti ditunjukkan pada
Gambar Pelaksanaan.

2.1.2. Pekerjaan ini harus termasuk juga pekerjaan-pekerjaan kecil lain yang berhubungan
dengan pekerjaan ini yang tidak mungkin disebutkan secara terinci di dalam buku
Persyaratan Teknis ini, tetapi dianggap perlu untuk keselamatan dan
kesempurnaan fungsi dan operasi instalasi sistem penangkal petir.

2.1.3. Item-item pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut :


1) Elektroda penangkal petir ini termasuk batang penangkap petir (air
termination), dudukan air termination dan peralatan bantu lainnya yang
dibutuhkan untuk kesempurnaan instalasi sistem penangkal petir.
2) Hantaran Turun,
Didalam item ini termasuk juga pipa pelindung dan klem untuk dudukan dan
pemasangan hantaran turun.
3) Elektroda Pembumian,
Item ini meliputi batang pembumian, terminal penyambungan, bak kontrol
dan material - material bantu lainnya.

2.1.4. Instalasi sistem penangkal petir harus mengikuti Peraturan Umum Instalasi
Penangkal Petir atau peraturan peraturan lainnya yang berlaku di Indonesia, serta
harus mendapat rekomendasi dari Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.

2.2. ELEKTRODA PENANGKAL PETIR / AIR TERMINATION

2.2.1. Elektroda penangkal petir ini terdiri dari :


1) Air Termination dari jenis electro static lightning terminal.
2) Dudukan air termination yang terbuat dari fibre glass dengan diameter 70
mm dan ketinggian minimum 2,5 meter.
3) Pemasangan dudukan air terminator harus tahan terhadap pengaruh
goncangan dan angin.

2.2.2. Air termination yang dipakai harus mendapat izin atau rekomendasi dari
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia atau instansi lain yang berwenang.

2.2.3. Air termination yang dipakai dengan menggunakan air termination dari jenis
radioaktif.

2.2.4. Detail dan tata letak instalasi penangkal petir sesuai dengan Gambar Pelaksanaan.

2.2.5. Air termination harus terbuat dari bahan yang tahan untuk dialiri arus listrik yang
Page |
179179179
cukup besar tanpa terjadi kerusakan.

2.2.6. Elektroda penangkal petir harus dihubungkan dengan hantaran turun

2.2.7. Pemasangan penangkal petir harus diatur sedemikian rupa, sehingga semua bagian
atau benda yang berada di atap sampai dengan lantai semi basement harus
dapat terlindung oleh sistem instalasi penangkal petir.

2.3. HANTARAN TURUN

2.3.1. Hantaran turun berfungsi untuk mengalirkan muatan listrik petir yang diterima /
ditangkap oleh elektroda penangkal petir kekonduktor pembumian. Oleh karena itu,
hantaran turun harus dihubungkan secara sempurna, baik dengan
elektroda penangkal petir maupun elektroda pembumian.

2.3.2. Hantaran turun terbuat dari konduktor yang dirancang khusus untuk hantaran turun
sistem penangkal petir.

2.3.3. Hantaran turun yang digunakan harus mendapat rekomendasi dari pabrik
pembuatnya yang menyatakan bahwa kabel tersebut dapat digunakan untuk sistem
penangkal petir.

2.3.4. Hantaran turun yang digunakan mempunyai ukuran sesuai dengan standard produk
yang dipilih.

2.3.5. Hantaran turun harus dipasang dengan baik, lurus dan mempunyai kekuatan yang
cukup sehingga mampu menahan gangguan mekanis.

2.4. ELEKTRODA PEMBUMIAN

2.4.1. Elektroda pembumian terbuat dari pipa GIP diameter 11/4" dan plat tembaga serta
lilitan kawat timah dengan konstruksi seperti tercantum didalam Gambar
Pelaksanaan.

2.4.2. Elektroda pembumian harus ditanam langsung didalam tanah dengan panjang
bagian yang tertanam minimal sepanjang 12 M, telah mencapai lapisan air dan
mempunyai tahanan pentanahan sebesar 1 Ohm.

2.4.3. Terminal penyambungan untuk menghubungkan elektroda pembumian dengan


hantaran turun harus dilakukan di Test Box. Penyambungan tersebut harus
menggunakan mur baut berukuran M-10 sebanyak tiga titik.

2.4.4. Sistem pembumian untuk penangkal petir ini harus terpisah dari sistem pembumian
untuk sistem elektrikal lainnya.

2.5. BAK KONTROL / TERMINAL PENYAMBUNGAN

2.5.1. Bak kontrol berfungsi sebagai tempat penyambungan antara hantaran penyalur
petir dengan elektroda pembumian (terminal pembumian) dan sebagai tempat untuk
melakukan pengukuran tahanan pembumian.

Page |
181181181
2.5.2. Dimensi konstruksi bak kontrol sesuai dengan Gambar Pelaksanaan.

2.5.3. Dinding dan tutup bak kontrol terbuat dari konstruksi beton.

2.5.4. Bak kontrol mempunyai tutup yang dilengkapi dengan handle. Tutup bak kontrol
ini harus dapat dibuka dengan mudah.

2.6. PENYANGGA DAN KLEM

2.6.1. Penyangga digunakan untuk memegang hantaran penyalur petir.

2.6.2. Penyangga terbuat dari besi yang digalvanisasi sehingga tahan terhadap karat.

2.6.3. Dimensi dan konstruksi penyangga sesuai dengan Gambar Pelaksanaan.

4. PEKERJAAN CABLE TRAY

4.1 Bahan

Cable Tray yang digunakan harus dari jenis berlubang (perforated), terbuat dari
bahan besi lunak (hot rolled mild steel sheet) dengan sisi-sisi di tekuk ke dalam.
Keseluruhan permukaan cable tray harus digalvanisir (hot dip galvanized).

Lebar cable tray ditentukan oleh banyaknya kabel yang ditampung. Untuk jumlah
kabel yang banyak, lebar tray adalah 30 cm dengan ketebalan tray 10 cm.

Spesifikasi Cable Tray dari produk / Merk Setara Duta Listrik, NIFANG
ELEKTRIK.

Page |
182182182
4.2 Penggantung / Penyangga

Untuk cable tray yang dipasang menggantung. Ujung penggantung di ulir untuk
memungkinkan pengaturan ketinggian (leveling) dari cable tray.

Untuk penyangga / penumpu (bracket) harus dipilih sedemikian rupa agar


menghasilkan penyangga yang kokoh.

F. PEKERJAAN MEKANIKAL

1. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL, PLUMBING & TATA


UDARA

1.1 Persyaratan Umum


Yang dimaksud disini dengan pekerjaan instalasi mekanikal plumbing secara
keseluruhan adalah pengadaan, transportasi, pabrikasi, pemasangan,
peralatan-peralatan bahan-bahan utama dan pembantu serta pengujian,
sehingga diperoleh instalasi yang lengkap dan baik sesuai dengan
spesifikasi, gambar dan bill of quantity serta berfungsi dengan baik.

1.2 Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan secara garis besar sebagai berikut:
 Sistem Air Hujan di dalam bangunan
 Sistem Pembuangan Air Kotor/Air Limbah

1.3 Pemipaan
1.3.1. Umum
1. Secara umum pekerjaan pemipaan meliputi: pipa, sambungan,
katub, strainer, sambungan ekspansi, sambungan fleksibel,
penggantungan dan penumpu, sleeve, bak kontrol, galian, pengecatan,
pengujian.
2. Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter nominal/dalam dari pipa
dan letak serta arah dari masing-masing sistem pipa.
3. Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan/atau spesifikasi
dipasang terintegrasi dengan kondisi bangunan dan menghindari
gangguan dengan bagian lainnya.
4. Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air
karat dan stress sebelum, selama dan sesudah pemasangan.
5. Khusus pipa dan perlengkapan dari bahan plastik, selain disebut di
atas harus juga terlindung dari cahaya matahari.
6. Semua barang yang akan dipergunakan menunjukkan identitas pabrik
pembuat.

1.3.2. Ketentuan Bahan

1. Ketentuan Bahan Pipa masing-masing sistem mengikuti tabel sebagai


berikut : Keterangan Spesifikasi Bahan
Spesifikasi
Penggunaan : Air Bersih (HW)
Tekanan Standard : 10 Kg/cm2

Uraian Keterangan
Pipa air bersih PPR-PN 10

Spesifikasi
Penggunaan : Air limbah pengaliran gravitasi
Tekanan Standar : 8 Kg/cm2

Uraian Keterangan

Pipa Polyvinyl Chloride (PVC) klas 8 bar

2. Keterangan Bahan Valve, Strainer mengikuti ketentuan tabel di bawah ini :

Fungsi Ukuran & Joint W.O & G Steam

Katup Penutup (Stop s/d 40 mm screwed Ball Globe Butterfly Gate


Valve) Diaphargm
50 mm ke atas Butterfly Globe Gate
flanged
Katup Pengatur s/d 40 mm screwed Globe Globe Buterfly
(Regulating Valve) Diaphargm
50 mm ke atas Butterfly Globe
flanged
Gate
Check Valve s/d 40 mm screwed Swing Check,
Globe Check
50 mm ke atas Double Swing Check, Disk
flanged
Check
Strainer “Y” Type,
“Bucket Type”
Pressure Reducer Die and Flow Type
Pressure Indicator Dial Type Dial Dia 100 m

Catatan :
W :Water
O : Oil
G : Gas

3. Ketentuan Bahan Isolasi


Bahan-bahan
Bahan untuk isolasi pipa terbuat dari glasswool/fiber glass dengan
density minimal 64 Kg/m3, dibungkus dengan aluminium foil single
sided.
Tebal isolasi untuk diameter pipa lebih kecil dari 25 mm minimal 40
mm, diameter 32 mm sampai dengan 150 mm minimal 50 mm dan lebih
besar diameter 150 mm minimal 75 mm. Finishing pipa dengan
aluminum metal cover.

Tabel

Pipa Lokasi Finishing

Air Panas Tidak terlihat (di atas palfon) Tidak perlu

Terlihat atau di ruang mesin Diperlukan


1.3.3. Persyaratan Pemasangan
1. Umum
a. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk
menjamin kebersihan, kerapihan, ketinggian yang benar, serta
memperkecil banyaknya penyilangan.
b. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak
kurang dari 50 mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan &
peralatan.
c. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan
teliti sebelum dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda
tajam/ runcing serta penghalang lainnya.
d. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup
yang diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik
dan sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang
diperlihatkan di gambar.
e. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan,
harus dilengkapi dengan FLANGE.
f. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-
sambungan cabang pada pekerjaan perpipaan harus
mempergunakan fitting buatan pabrik.
g. Raducer dan expander yang terletak dijalur pipa-pipa uap pada
posisi horizontal dasarnya harus datar untuk memungkinkan
drainase.
h. Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus
seperti berikut, kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar.
 Dibagikan dalam bangunan
 Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 ½% Dibandingkan luar
bangunan
 Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 ½%
 Garis tengah 200 mm atau lebih besar : 1%
i. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah
titik buangan.

j. Drainase dan vent harus disediakan guna mempermudah

pengisian maupun pengurasan.

k. Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk


pemeliharaan dan penggantian.
l. Pegangan katup (valve handled) tidak boleh menukik.
m. Sambungan-sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian
rupa dan angker pipa secukupnya harus disediakan guna
mencegah tegangan pada pipa atau alat- alat yang dihubungkan
oleh gaya yang bekerja kearah memanjang.
n. Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus
tepat ke arah pompa dengan proporsi yang tepat pada bagian-
bagian penyempitan.
o. Katup-katup dan fittings pada pemipaan demikian harus ukuran jalur
penuh.
p. Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angker-angker pipa
dan pengarah- pengarah pipa harus secukupnya disediakan agar
pemuaian serta perenggangan terjadi pada alat-alat tersebut, sesuai
dengan permintaan dan persyaratan pabrik.
q. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, pipa sleeves harus
disediakan dimana pipa-pipa menembus dinding-dining, lantai,
balok, kolom atau langit-langit.
r. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang
terbuka dalam pekerjaan perpipaan yang tersisa pada setiap
tahap pekerjaan, harus ditutup dengan menggunakan caps
atau plugs untuk mencegah masuknya benda-benda lain.
s. Semua galian harus juga termasuk penutupan kembali serta
pemadatan.
t. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.

1.3.4. Penggantung Dan Penunjang Pipa


1. Perpipaan harus ditunjang atau digantung dengan hanger, brackets
atau sadel dengan tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan-
gerakan pemuaian atau perenggangan pada jarak yang tidak boleh
melebihi jarak yang diberikan dalam tabel
berikut ini :

Batas Maximum
Ruang :
Jenis Pipa Ukuran Pipa Interval Interval
Mendatar Tegak
(m)
Sampai 20 1.8 - 2
25 s/d 40 2.0 - 3
Pipa Baja 50 s/d 80 3.0 - 4
100 s/d 150 4.0 - 4
200 atau lebih 5.0 - 4

Sampai 20 1.0 - 2
20 s/d 40 1.5 - 2
Pipa Tembaga 50 2.0 - 3
65 s/d 100 2.5 - 3
125 atau lebih besar 3.0 - 4

Seluruh ukuran 1 titik/


Pipa Besi Cor sambungan

50 0.6 - 0.9
80 0.9 - 1.2
Pipa PVC
100 1.2 - 1.5
150 1.8 - 2.1

a. Penunjang atau penggantung tambahan harus disediakan pada pipa


berikut ini :
 Perubahan-perubahan arah
 Titik percabangan
 Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal yang
sejenis.
b. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai
berikut :
 Diameter Batang
Ukuran Pipa Batang

Sampai 20 mm 10 mm
25 mm s/d 50 mm 10 mm
65 mm s/d 150 mm 12 mm
200 mm s/d 300 mm 15 mm dihitung dengan faktor keamanan 3
300 mm atau lebih besar
1 ukuran lebih kecil dari tabel
Gantungan ganda Penunjang
diatas dihitung dengan faktor

pipa lebih dari 2


keamanan 5
terhadap kekuatan puncak

c. Bentuk Gantungan
 Untuk yang lain-lain : Split ring type atau Clevis type.

d. Penggapit pipa baja yang digalvanized harus disediakan untuk pipa


tegak.
e. Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat
dasar zinchromat sebelum dipasang.
2. Cara Pemasangan Pipa air Limbah Dalam Tanah
a. Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.
b. Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda-benda
keras/tajam.
c. Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada dasar
galian dengan adukan semen.
d. Pipa yang telah tersambung diletakkan diatas dasar pipa.
3. Pemasangan Katup-Katup
a. Katup-katup harus sediakan sesuai yang diminta dalam gambar,
spesifikasi dan untuk bagian-bagian berikut ini :

 Sambungan masuk dan keluar peralatan.


Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah.
- Di ruang Mesin
Ukuran Ukuran Katup
Pipa

Sampai 75 mm 20

100 mm s/d 200 mm 40 mm

250 mm atau lebih besar 50 mm

 Lain-lain, ukuran katup 20 mm


- Ventilasi udara otomatis
- Katup kontrol aliran keatas dan kebawah.
- Katup pengurang tekanan (pressure reducing valves) untuk
aliran keatas dan kebawah.
- Steam trap untuk aliran keatas dan kebawah.
- Katup by-pass.
4. Pemasangan Strainer
Strainer harus disediakan sesuai gambar, spesifikasi dan untuk alat-alat
berikut ini :
a. Katup-katup Pengontrol.
b. Katup-katup pengurang tekanan.
c. Steam traps.
5. Penyambungan Pipa-pipa
a. Sambungan Ulir
 Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan
sambungan ulir berlaku untuk ukuran sampai dengan 80 mm.
 Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat
masuk pada pipa dengan diputar tangan sebanyak 3 ulir.
 Semua pemotongan pipa harus memakai pipa cutter dengan
pisau roda.
 Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas
cutter dengan reamer.
 Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.

b. Sambungan Las
 Sistim sambungan las hanya berlaku untuk saluran bukan
air minum.
 Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting
las. Kawat las atau elektroda yang dipakai harus sesuai
dengan jenis pipa yang dilas. Sebelum pekerjaan las dimulai
pemborong harus mengajukan kepada direksi contoh
hasil las untuk mendapat persetujuan tertulis.
 Tukang las harus mempunyai pengalaman kerja dan
hanya boleh bekerja sesudah mempunyai surat ijin tertulis
dari direksi/pengawas.
 Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat
khusus untuk itu.
 Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik
yang berkondisi baik menurut penilaian direksi/pengawas.
c. Sambungan Lem
 Penyambungan antara pipa dan fitting PVC,
mempergunakan lem yang sesuai dengan jenis pipa,
sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.
 Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting,
maka untuk itu harus dipergunakan alat press
khusus. selain itu pemotongan pipa harus
menggunakan alat pemotong khusus agar pemotongan
pipa dapat tegak lurus terhadap batang pipa.
 Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus
mengikuti spesifikasi pabrik pipa.
d. Sambungan yang mudah dibuka
Sambungan ini dipergunakan pada alat-alat saniter sebagai berikut:
 Antara Lavatory Faucet dan Supply Valve.
 Pada Waste fitting dan Siphon.
 Pada sambungan ini kerapatan diperoleh oleh adanya
paking dan bukan seal threat.
6. Sleeves
a. Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali
pipa tersebut menembus konstruksi beton.
b. Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan
kelonggaran diluar pipa ataupun isolasi.
c. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tulang atau baja.
Untuk yang mempunyai kedap air harus digunakan sayap.
d. Untuk pipa-pipa yang akan mene mbus konstruksi bangunan yang
mempunyai lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis “Flushing
Sleeves”.
e. Rongga antara pipa dan sleeves harus dibuat kedap air dengan
rubber sealed atau “Caulk”.
7. Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan,
pemipaan di setiap service harus dibersihkan dengan seksama,
menggunakan cara-cara/ metode- metode yang disetujui sampai semua
benda-benda asing disingkirkan.

1.3.5. Pengujian
Sistem Air Bersih
Kalau tidak dinyatakan lain, semua pemipaan harus diuji dengan
tekanan air dibawah tekanan tidak kurang dari tekanan kerja tambah 50%
atau 10 kg/cm2 dan tidak lebih tinggi lagi dalam jangka waktu 3 jam.
1. Kebocoran-kebocoran harus diperbaiki dan pekerjaan pemipaan
harus diuji kembali.
2. Peralatan-peralatan yang rusak akibat uji tekanan harus dilepas
(diputus) dari hubungan-hubungannya selama uji tekanan
berlangsung.

1.3.6. Pengecatan
1. Umum
Barang-barang yang harus dicat adalah sebagai berikut:
a. Pipa service
b. Support pipa dan peralatanKonstruksi besi
c. Flens
d. Peralatan yang belum dicat dari pabrik
e. Peralatan yang catnya harus diperbaharui.
2. Pengecatan
Pengecatan harus dilakukan seperti berikut:

Pipa dan peralatan dalam plafond Zinchromate primer 2 lapis


Pipa dan peralatan expose Zinchromate primer 2 lapis dan cat akhir 2 lapis
Pipa dalam tanah Bitumin 2 lapis
3. Ketentuan Warna Cat Untuk Indikasi
Setiap instalasi pemipaan yang terlihat, setelah dilindungi Zinchromate
primer harus dilapis pula dengan cat warna dan dilengkapi indikasi
berupa gambar panah yang menunjukkan arah aliran air/gas.
Indikasi gambar panah tersebut dibuat berwarna putih untuk semua
pipa dan warna hitam untuk pipa yang berwarna putih serta dibuat pada
setiap jarak 1 meter.

INSTALASI
WARNA PIPA
- Pipa air bersih dan condesated water supply biru muda
- Pipa air panas kuning
- Pipa hydrant merah
- Pipa kotoran hitam
- Pipa air kotor hijau
- Pipa air flushing (dari STP) abu-abu
- Pipa ventilasi putih
- Pipa air hujan coklat
- Pipa condeceted water return hijau muda

4. Label Katup (Valve Tag)


a. Tags untuk katup harus disediakan ditempat-tempat penting guna
operasi dan pemeliharaan.
b. Fungsi-fungsi seperti “Normaly Open” atau “Normally Close” harus
ditunjukkan ditags katup.
c. Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan
rantai atau kawat.

4. SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH & SISTEM PENGOLAH AIR


LIMBAH

4.1 Lingkup Pekerjaan


Uraian singkat lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut:
1. Peralatan sanitair.
2. Grease Trap.
3. Sump pit.
4. Sump pump/sewage pump.
5. Man hole.
4.2 Peralatan Sanitair
Ruang lingkup pekerjaan finishing, pemasangan dan testing semua sistem
dan peralatan, bahan dan hal-hal yang berhubungan untuk
melengkapi pekerjaan Mekanikal dan Pemipaan dan untuk memenuhi
seluruh permintaan yang ada pada gambar design, terdaftar pada BQ
dan dijabarkan pada bagian ini.
Tipe dan warna masing-masing peralatan sanitair harus mendapat
persetujuan arsitek atau direksi.
 Semua material dan peralatan harus memenuhi standart
yang telah ditentukan dan mudah didapat di pasaran.
 Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala
perlengkapannya, sesuai dengan yang telah disediakan oleh
pabrik. Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah di
syaratkan dalam uraian dan syarat-syarat dalam buku ini.
 Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan
kepada MK beserta persyaratan/ketentuan pabrik untuk
mendapatkan persetujuan. Bahan yang tidak disetujui harus
diganti tanpa biaya tambahan.
 Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan
pengganti harus disetujui MK berdasarkan contoh yang
diajukan Pemborong.
 Sebelum pemasangan dimulai, Pemborong harus meneliti
gambar-gambar yang ada dan kondisi di lapangan,
termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, cara
pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.
 Bila ada kelainan dalam hal-hal apapun antara gambar
dengan gambar, gambar dengan spesifikasi dan
sebagainya, maka Pemborong harus segera
melaporkannya kepada MK. Pemborong tidak dibenarkan
memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada perbedaan di
tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
 Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/
pemeriksaan untuk kesempurnaan hasil pekerjaan.
 Pemborong wajib memperbaiki bila ada kerusakan yang
terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi,
atas biaya Pemborong. Pelaksanaan pemasangan harus
menghasilkan pekerjaan yang sempurna, rapi dan benar.

4.3 Grease Trap

 Harus dipasang pada setiap saluran pembuangan dari


dapur/pantry, sedekat mungkin dengan sumber limbah.
 Harus berfungsi untuk mengumpulkan serta “menangkap” lemak
yang terkandung dalam air limbah dapur.
 Endapan lemak harus dapat berkumpul dalam bak lemak dan
selanjutnya secara berkala akan dikeluarkan petugas kebersihan.

4.4 Sump Pit


 Apabila ditentukan dalam gambar perencanaan, maka harus
dibuat sump pit seperti diuraikan disini.
 Sump pit harus dibuat dari konstruksi beton bertulang badan
rapat air bertutup grill.
 Setiap bagian air harus dapat dipompa sedangkan semua
ujung sudut dibuat 135oC.
 Sump pit harus dilengkapi sebagai berikut: Level siwch untuk
kendali pompa.atau dengan pompa yang sdh terangkai
otomatisnya.

4.5 Man Hole


st
Ukuran bahan dan letak man hole seperti terlihat di gambar andar detail
plumbing di gambar mekanikal.

Anda mungkin juga menyukai