Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU ANGGOTA


KELUARGA MENDERITA HIPERTENSI

Disusun oleh :

Hardyantining Astuti (1401100016)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG

September 2016
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR KELUARGA


1. PENGERTIAN
Pengertian keluarga menurut Riadi (2012) adalah sebagai berikut. Keluarga
adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai
satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah,
ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang
dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan makan dalam satu periuk. Terdapat
beberapa definisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu:
a. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986).
b. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya,1978 ).
c. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan
RI, 1988).

2. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998).
a. Tahap I; Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti
psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan
orang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran
dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan
sebagainya. Adapun tugas perkembangan, yaitu :
1. Membina hubungan intim dan memuaskan.
2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga; keluarga suami,
keluarga, istri dan keluarga sendiri.
b. Tahap II; Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.Tugas perkembangan kelurga yang penting pada
tahap ini adalah:
1. Persiapan menjadi orang tua.
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaiamana orang tua
berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan
bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang
tua dapat tercapai.
c. Tahap III; Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun. Tugas perkembangan :
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
2. Membantu anak untuk bersosialisasi.
3. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga
harus terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun
dengan masyarakat.
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
d. Tahap IV; Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah) dan berakhir pada
saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah
maksimal sehingga keluarga sangat sibuk.Selain aktivitas di sekolah, masing-
masing anak memiliki minat sendiri. Demikian pula orang tua mempunyai aktivitas
yang berbeda dengan anak.Tugas perkembangan keluarga :
1. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada
anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
e. Tahap V; Keluarga dengan anak remaja
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.
Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa. Tugas perkembangan:
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya
danmembimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang
tuadan remaja.
f. Tahap VI; Keluarga dengan anak dewasa
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anak terakhir meninggalkan rumah.Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak
dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang
tua. Tugas perkembangan :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
g. Tahap VII; Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan
fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan
perasaan gagal sebagai orang tua.Tugas perkembangan :
1. Mempertahankan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah
raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
h. Tahap VIII; Keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan meninggal dan
keduanya meninggal. Tugas perkembangan :
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5. Melakukan life review.
6. Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga pada tahap ini.

3. 5 TUGAS KELUARGA
Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu:
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda.
4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungjan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan kepribadian anggota keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada.

4. STRUKTUR KELUARGA

Struktur keluarga terdiri atas:


a) Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ayah.
b) Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ibu.
c) Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari
istri.
d) Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari
suami.
e) Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri.

Ciri-ciri struktur keluarga:


a) Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
b) Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas
masing-masing.
c) Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur
keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma
keluarga, dan kekuatan keluarga.
a. Struktur komunikasi keluarga.
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara emosional,
komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular. Komunikasi emosional
memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan
seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi
verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-
kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi
sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada
saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang
membuat istri marah.
b. Struktur peran keluarga.
Peran masing – masing anggaota keluarga baik secara formal maupun informal,
model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga.
c. Struktur nilai dan norma keluarga.
Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau
bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang dilakukan manusia,
berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah kepada nilai yang dianut
masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Nilai merupakan prilaku
motivasi diekspresikan melalui perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai
memberikan makna kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto, 2012,
dikutip dari Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan
yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
Nilai keluarga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola prilaku yang baik menurut
masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
d. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain berubah
kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk
mengontrol seperti orang tua terhadap anak (legitimate power/outhority),
seseorang yang ditiru (referent power), pendapat, ahli dan lain-lain (resource or
expert power), pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima
(reward power), pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power),
pengaruh yang dilalui dengan persuasi (informational power), pengaruh yang
diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual
(affective power).
5. FUNGSI KELUARGA
Ada beberapa fungsi keluarga menurut Suprajitno tahun 2004 (dalam Sriulina,
2013).
1. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:
1. Sandang, Pangan dan papan
2. Hubungan seksual suami istri
3. Reproduksi atau pengembangan keturunan
2. Fungsi ekonomi: Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban
menafkahi keluarganya (istri dan anaknya)
3. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau
mediator sosial budaya bagi anak)
4. Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa
depan dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat
mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang
5. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga
dari gangguan,
ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik,
psikologis) para anggotanya
6. Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi
kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya
7. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama
kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar
B. KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERTENSI
1. DEFINISI
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu
yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita
sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan
mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).
Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan
darah tinggi.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah
kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah
tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi
biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua
lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

2. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:

a. Hipertensi esensial atau primer


Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat
diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan
hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong
Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain
lain. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia
esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke
penderita hipertensi esensial.

3. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala hipertensi adalah
a. Biasanya orang yang menderita hipertensi akan mengalami sakit kepala,
pusing yang sering dirasakan akibat tekanan darahnya naik melebihi batas
normal
b. Wajah akan menjadi kemerahan
c. Pada sebagian orang akan mengalami detak jantung yang berdebar-debar
d. Orang yang mengalami darah tinggi akan mengalami gejala hipertensi,
seperti pandangan mata menjadi kabur atau menjadi tidak jelas
e. Sering buang air kecil dan sulit berkonsentrasi
f. Sering mudah kelelahan saat melakukan berbagai aktivitas
g. Sering terjadi perdarahan di hidung atau mimisan
h. Gejala hipertensi yang parah dapat menyebabkan seseorang mengalami
vertigo
i. Orang yang mempunyai darah tinggi biasanya akan sensitif dan mudah
marah terhadap hal-hal yang tidak dia sukai

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Hemoglobin / hematokrit: mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume


cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
 BUN / kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
 Glukosa: Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
 Kalium serum: hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
 Kalsium serum: peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
 Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiofaskuler).
 Pemeriksaan tiroid: hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi
dan hipertensi.
 Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
 Urinalisa: darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
 VMA urin (metabolit katekolamin): kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan
untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
 Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
 Steroid urin: kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin
dapat juga meningkat.
 IVP: dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
 Foto dada: dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
 CT scan: mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
 EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.

5. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.


1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakan intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium,golongan penghambat konversi rennin angitensin.
6. PATHWAY
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU
ANGGOTA KELUARGA MENDERITA HIPERTENSI

1. PENGKAJIAN
a. Data umum
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Data lingkungan
d. Struktur keluarga
e. Fungsi keluarga
f. Stress dan koping keluarga
g. Pemeriksaan fisik

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


Diagnosa keperawatan keluarga adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan
analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan
dimana perawat bertanggungjawab melaksanakannya (Shoemaker, 1984).
Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap
adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur
keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga, baik yang bersifat aktual,
resikomaupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggungjawab
untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan
berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga.

3. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN ATAU ETIOLOGI


Pada diagnosa keperawatan aktual, faktor yang berhubungan merupakan
etiologi, atau faktor penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan status
kesehatan. Sedangkan faktor dapat dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu;
patofisiologis (biologi atau fisiologi), tindakan yang berhubungan, situasional
(lingkungan, personal) dan maturasional. Secara umum faktor-faktor yang
berhubungan atau etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga dalah adanya
ketidaktahuan, ketidakmauan dan ketidakmampuan.
4. MENETAPKAN PRIORITAS MASALAH
Di dalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan sistim
scoring berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai berikut:

No. kriteria score Bobot

Sifat masalah
 Tidak/ kurang sehat 3
1.
 Ancaman kesehatan 2 1
 Krisis atau keadaan sejahtera 1
Kemungkinan masalah dapat diubah
 Dengan mudah 2
2.
 Hanya sebagian 1 2
 Tidak dapat 0

Potensi masalah dapat dicegah


 Tinggi 3
3. 1
 Cukup 2
 Rendah 1
Menonjolnya masalah
 Masalah berat, harus segera ditangani 2
4. 1
 Ada masalah, tidak perlu segera ditangani 1
 Masalah tidak dirasakan 0

Scoring;

1. Tentukan score untuk semua kriteria


2. Score dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
(Score: Angka tertinggi) x Bobot
3. Jumlahkan score untuk semua kriteria, skore tertinggi 5 sama dengan seluruh
bobot
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta: EGC


Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Riadi, M. 2012. Definisi, Fungsi dan Bentuk Keluarga.
(http://www.kajianpustaka.com/2012/11/definisi-fungsi-dan-bentuk-keluarga.html).
Diakses pada 13 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai