Oleh:
ISTUTI
NIM:185141161
Judul proposal penelitian “ Status Kebersihan Gigi dan Mulut pada Anak Berkebutuhan Khusus Usia
Sekolah Dasar di SLB Pelita Hati Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru”
Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan
yang ada, sehingga penulis merasa masih ada yang belum sempurna, baik dalam isi maupun dalam
penyajian. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan
proposal penelitian ini.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
atas segala bimbingan, pengarahan serta masukan dalam penulisan proposal penelitiaqn dari Ibu
drg.Linayetty,Mkes selaku pembimbing I dan Ibu Eldarita,S.SiT,MDSc selaku pembimbing II serta berbagai
pihak yang penulis terima, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penulisan ini.
1. Bapak Dr. Burhan Muslim,SKM,MSi, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Padang.
2. Ibu drg.Minarni,MDSc selaku Ketua Jurusan Keperawatan Gigi.
3. Ibu drg.Lisnayetty,M.Kes sebagai Penasehat Akademik selama perkuliahan.
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini , penelitian tentang status kebersihan gigi dan mulut pada ABK belum banyak
dilakukan dikarenakan berbagai alasan misalnya, anak tersebut tidak kooperatif. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan status kebersihan gigi dan mulut pada murid berkebutuhan
khusus di SLB Pelita Hati Pekanbaru agar dapat mengetahui pola hidup para murid serta
perhatian orang tua dan pendidik dalam membantu menjaga kesehatan gigi dan mulut anak-anak
tersebut.
Individu berkebutuhan khusus memiliki tingkat kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut
yang lebih rendah dibandingkan dengan individu normal. Tingkat pengetahuan tentang menjaga
kesehatan gigi dan mulut yang rendah menyebabkan tingginya angka karies, kalkulus, dan debris.
Salah satu indicator kesehatan gigi dan mulut yaitu tingkat kebersihan gigi dan mulut. Hal
tersebut dapat dilihat secara klinis dari ada tidaknya deposit-deposit organik, seperti pelikel,
material alba, debris, kalkulus, dan plak gigi. Plak merupakan deposit lunak yang membentuk
lapisan bioflm dan melekat pada permukaan gigi dan gusi serta permukaan jaringan keras lainnya
dalam rongga mulut. Resiko yang ditimbulkan akibat kondisi kebersihan gigi dan mulut yang
buruk dapat meningkatkan terjadinya karies dan penyakit periodontal.
Faktor lingkungan, distribusi penduduk dan perilaku murid terhadap kebersihan gigi dan
mulut merupakan faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan upaya kesehatan gigi dan
mulut. Indikator derajat kebersihan gigi dan mulut di Indonesia memiliki status derajat
kebersihan gigi dan mulut dengan rerata Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) <1,2. Indikator
kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) didapatkan dari menjumlahkan angka debris indeks dan
kalkulus indeks. Indeks OHI-S adalah keadaan kebersihan gigi dan mulut dari murid yang dinilai
dari adanya sisa makanan (debris) dan kalkulus (karang gigi) pada permukaan gigi.
Menjaga kesehatan gigi dapat dilakukan dengan menyikat gigi, tujuannya adalah
untuk menghilangkan plak pada permukaan gigi sehingga kebersihan gigi dan mulut tetap baik.
Tingkat kebersihan seseorang dapat berubah dengan adanya kebiasaan menyikat gigi setiap 2
kali sehari. Riskesda tahun 2007 tentang pengaruh kebiasaan menyikat gigi terhadap prevalensi
karies menyimpulkan bahwa murid yang memiliki kebiasaan menyikat gigi hanya setelah sarapan
beresiko karies 1,4 kali dibandingkan dengan yang memiliki kebiasaan menyikat gigi setelah
sarapan dan sebelum tidur.
Kelompok anak usia sekolah dasar pada umumnya belum bisa menyikat gigi dengan baik
dan efektif, karena menyikat gigi itu tidak mudah terutama pada makanan yang lengket, serta
sisa makanan yang berada pada permukaan gigi yang sulit dijangkau dengan sikat gigi. Untuk
itulah peran orang tua dalam membimbing dan mendisiplinkan anak untuk melatih pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut dengan menyikat gigi secara baik dan benar pada anak-anak sangat
diperlukan agar sisa makanan yang tertinggal dipermukaan gigi yang sulit dijangkau dengan sikat
gigi bisa dibersihkan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan gigi dan mulut oleh penulis pada anak berkebutuhan khusus
di SLB Pelita Hati Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru, yang berjumlah 36 murid yang
berdasarkan tingkat kelainan ,untuk kelas A (tunanetra) ada 3 murid, kelas B (tunarungu) ada 15
murid dan kelas C (tunagrahita) ada 18 murid disajikan dalam tabel 1.1, dan distribusi responden
berdasarkan tingkatan kelas ada 12 kelas dengan variasi umur disajikan dalam tabel 1.2, distribusi
responden berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam tabel 1.3
Tabel 1.1 Distribusi responden berdasarkan tingkat kelainan di SLB Pelita Hati Kecamatan Tampan
Tabel 1.2 Distribusi responden berdasarkan tingkatan kelas di SLB Pelita Hati Kecamatan Tampan
Tabel 1.3 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di SLB Pelita Hati
No Jenis Kelamin n %
1. Laki – laki 19 52
2. Perempuan 17 48
Jumlah 36 100
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data diatas, maka dapat ditarik permasalahan penelitian sebagai berikut:
“Bagaimana Gambaran Status Kebersihan gigi dan mulut Pada anak Berkebutuhan Khusus
pada usia sekolah dasar di SLB Pelita Hati kota Pekanbaru”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui status kebersihan gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khusus usia
anak sekolah dasar di SLB Pelita Hati Tampan kota Pekanbaru
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi debris indeks pada murid berkebutuhan khusus
usia anak sekolah dasar di SLB Pelita hati Kec.Tampan Kota Pekanbaru
b. Untuk mengetahui status kebersihan gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khusus
pada anak usia sekolah dasar di SLB Pelita Hati Kec. Tampan Kota Pekanbaru
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas maka manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan dan informasi mengenai status kebersihan gigi dan mulut pada
anak berkebutuhan khusus di SLB Pelita Hati Kec.Tampan Kota Pekanbaru
2. Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya terutama dalam melakukan penelitian
pada anak berkebutuhan khusus
3. Bagi keilmuan keperawatan gigi
Sebagai informasi bagi mahasiswa keperawatan gigi dalam upaya meningkatkan kesehatan
gigi dan mulut terutama pada anak berkebutuhanm khusus
Jumlah debris
Indek debris =----------------------------------------------------------
Jumlah permukaan gigi yang diperiksa
Kriteria penilaian debris yaitu mengikuti ketentuan adalah: nilai 0-0,6 yaitu kriteria baik; nilai 0,7-
1,8 yaitu kriteria sedang; dan nilai 1,9-3 kriteria buruk.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) dianggap berbeda dengan anak normal. Anak
berkebutuhan khusus dianggap anak yang tidak berdaya sehingga perlu dibantu dan
dikasihani. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Setiap anak mempunyai kekurangan dan
juga kelebihan. Oleh karena itu, dalam melihat anak berkebutuhan khusus, kita harus melihat
dari segi kemampuan dan tidak kemampuannya. Anak berkebutuhan khusus memerlukan
perhatian yang lebih, dengan demikian, ia akan dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara optimal.
Pada dasarnya kelainan anak memiliki tingkatan, yaitu dari yang paling ringan hingga
paling berat, dari kelainan tunggal, ganda, hingga kompleks yang berkaitan dengan emosi, fisik,
dan social. Anak berkebutuhan khusus merupakan kelompok heterogen, terdapat di berbagai
strata social, dan menyebar di daerah perkotaan, pedesaan bahkan di daerah-daerah terpencil.
Pada tingkatan ini dalam segi pendidikan termasuk masih bisa di didik disekolah umum,
meskipun hasilnya lebih rendah dari anak – anak normal lainnya pada umumnya karena
rentang perhatian mereka lebih pendek, sehingga sulit berkonsentrasi dalam janka waktu
yang lama. Diluar pendidikan, mereka dapat melakukan beberapa keterampilan seperti
mandi, makan, berpakaian, dan mampu menikah.
Dapat disimpulkan dari tabel diatas bahwa derajat retardasi mental yang sering terjadi
Sindrom Down yang tak ditentukan adalah kondisi dimana terdapat dugaan retardasi mental,
tetapi individu tersebut tidak dapat dites dengan tes standar karena, sebagai contoh, orang
tersebut tidak kooratif. Batas frungsi intelektual (IQ 71-84) lebih tinggi dibandingkan untuk
retardasi mental(Goldman,2000 dikutip dari Skripsi Alresna, 2009)
Pasien Sindrom Down mempunyai susunan geligi yang tidak beraturan, dan ini
merupakan factor predisposisi dari retensi plak dan mempersulit upaya menghilangkan plak.
Mreka juga menyatakan bahwa bila bibir terbuka maka gingiva bagian depan tidak akan
terbasahi oleh saliva sehingga keadaan ini mempunyai efek antara lain: aksi pembersihan
oleh saliva berkurang sehingga memudahkan timbunnan plak bertambah. Serta terjadi
dehidrasi dari jaringaan yang akan mengganggu retensinya. Khusus pada penderita retardasi
mental yang mengalami Sindrom Down, macam maloklusi yang sering ditemukan adalah
gangguan pertumbuhan dentokraniofasial yaiitu mikrodonsi, gigi berdesakan, gigitan silang
dan gigitan terbuka. (Mawardiyanti, 2012)
Ciri khas Sindrom Down adalah pertumbuhan yang lambat. Anak-anak dengan Sindrom
Down sering memiliki infeksi saluran pernapasan atas kronis. Ini menyebabkan sering terjadi
pernapasan melalui mulut dan berefek xerostomia (mulut kering). Beberapa peneliti telah
melaporkan adanya gangguan pertumbuhan dentokraniofasial, umumnya dijumpai
mikrondonsi, anomaly struktur fasial, keterlambatan erupsi gigi, oligodonsia gigi berjejal,
gigitan terbuka dan gigitan silang anterior. Keadaan umum rongga mulut anak SindromDown
adalah lidah maupun bibir terbentuk celah dan fissure. Pembentukan fissure pada lidah
menjadi berat dan merupakan factor kontribusi pada terjadinya halitosis (Pilcher,1998)
D. KERANGKA TEORI
SYNDROM DOWN
1.Gambaran Karakteristik
2.Gejala Klinis ditinjau
KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT
dari segi Ilmu Kedokteran
Gigi
OHI-S
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara
objektif dengan menggambarkan keadaan kesehatan gigi dan anak Sindrom Down
(Notoatmodjo, 2005)
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SLB Pelita Hati jl.Merpati Sakti Kecamatan
Tampan Kota Pekanbaru, Riau.
Penelitian ini dilaksanakan bulan April – Juni 2019.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh anak-anak berkebutuhan khusus atau Sindrom
Down usia sekolah dasar yang berjumlah 36 murid yaitu di SLB Pelita Hati Kecamatan
Tampan Kota Pekanbaru
2. Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara Total Sampling yaitu suatu
pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara memakai seluruh populasi dalam
pelaksanaan penelitian. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan beberapa
rekan melalui pemeriksaan OHI-S pada anak Sindrom Down.
D. Alat dan Bahan Penelitian.
A. Alat
Alat yang digunakan antara lain:
- Form pemeriksaan OHI-S
- Kaca mulut
- Sonde
- Pincet
- Masker
- Handscoon
B. Bahan
Bahan yang digunakan antara lain:
- Cotton roll dan cotton pellet
- Alkohol 70%
E. Pengolahan Data
Data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi