Makalah Evaluasi Pendidikan
Makalah Evaluasi Pendidikan
Disusun oleh :
NAMA :RUBIYAH
NIM : 18.61.3284
1. Umur panjang dan hidup sehat yang diukur dengan angka harapan
hidup saat kelahiran
2. Pengetahuan yang dihitung dari angka harapan sekolah dan angka
rata-rata lama sekolah
3. Standar hidup layak yang dihitung dari Produk Domestik
Bruto/PDB (keseimbangan kemampuan berbelanja) per kapita
TUJUAN
1. Pengertian BOS
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 161 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah
Tahun Anggaran 2015 (2015 : 2) menyatakan bahwa: : BOS adalah program
pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya
operasi nonpersonalia bagi bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana
program wajib belajar. Menurut PP 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai,dan biaya tak langsungberupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pajak, Asuransi, dll. Namun demikain ada beberapa jenis
pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan
dana BOS. Secara detail jenis kegiatan yang boleh dibiayai dari dana BOA
dibahas pada bab berikutnya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1 Tahun 2018
tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah (2018 : 10)
menyatakan bahwa:
A. Tujuan BOS
Tujuan BOS pada:
1. SD/SDLB/SMP/SMPLB untuk:
a. membantu penyediaan pendanaan biaya operasi non personil
sekolah, akan tetapi masih ada beberapa pembiayaan personil yang
masih dapat dibayarkan dari dana BOS;
b. membebaskan pungutan biaya operasi sekolah bagi peserta didik
SD/SDLB/SMP/SMPLB yang di selenggarakan oleh Pemerintah
Pusat atau pemerintah daerah;
c. meringankan beban biaya operasi sekolah bagi peserta didik
SD/SDLB/SMP/SMPLB yang diselenggarakan oleh masyarakat;
dan/atau
d. membebaskan pungutan peserta didik yang orangtua/walinyatidak
mampu pada SD/SDLB/SMP/SMPLB yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
2. SMA/SMALB/SMK untuk:
a. membantu penyediaan pendanaan biaya operasi non personil
sekolah, akan tetapi masih ada beberapa pembiayaan personil yang
masih dapat dibayarkan dari dana BOS;
b. meningkatkan angka partisipasi kasar;
c. mengurangi angka putus sekolah;
d. mewujudkan keberpihakan Pemerintah Pusat (affimative action)
bagi peserta didik yang orangtua/walinya tidak mampu dengan
membebaskan (fee waive) dan/atau membantu (discount fee) tagihan
biaya sekolah dan biaya lainnya di SMA/SMALB/SMK sekolah;
e. memberikan kesempatan yang setara (equal opportunity) bagi
peserta didik yang orangtua/walinya tidak mampu untuk
mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu;
f. meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.
B. Sasaran
1. SD/SDLB/SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK, dan SLB yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat di bawah pengelolaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah daerah, atau
masyarakat yang telah terdata dalam Dapodik; dan
2. SD/SDLB/SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK, dan SLB yang
memenuhi syarat sebagai penerima BOS berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
SD/SDLB/SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK, dan SLB yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau pemerintah daerah
wajib menerima BOS yang telah dialokasikan.
SD/SDLB/SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK, dan SLB yang
diselenggarakan oleh masyarakat dapat menolak BOS yang telah
dialokasikan setelah memperoleh persetujuan orang tua peserta
didik melalui Komite Sekolah dan tetap menjamin kelangsungan
pendidikan peserta didik yang orangtua/walinya tidak mampu di
SD/SDLB/SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK, dan SLB yang
bersangkutan.
C. Satuan Biaya
BOS yang diterima oleh SD/SDLB/SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK,
dan SLB dihitung berdasarkan jumlah peserta didik pada sekolah yang
bersangkutan, dengan besar satuan biaya sebagai berikut:
1. SD sebesar Rp800.000,00 (delapan ratus ribu rupiah) per 1 (satu)
peserta didik per 1 (satu) tahun;
2. SMP sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per 1 (satu) peserta
didik per 1 (satu) tahun;
3. SMA dan SMK sebesar Rp1.400.000,00 (satu juta empat ratus ribu
rupiah) per 1 (satu) peserta didik per 1 (satu) tahun;
4. SDLB/SMPLB/SMALB/SLB sebesar Rp2.000.000,00 (dua juta
rupiah) per 1 (satu peserta didik per 1 (satu) tahun.
D. Waktu Penyaluran
Penyaluran BOS dilakukan setiap triwulan, yaitu Januari-Maret,
April-Juni, Juli-September, dan Oktober-Desember. Bagi wilayah yang
secara geografis sangat sulit dijangkau sehingga proses pengambilan BOS
mengalami hambatan atau memerlukan biaya pengambilan yang mahal,
maka atas usulan pemerintah daerah dan persetujuan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk penyaluran BOS dilakukan setiap
semester, yaitu Januari-Juni dan Juli-Desember.
E. Pengelolaan BOS
Menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah BOS dikelola oleh
SD/SDLB/SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK, dan SLB dengan
menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang memberikan
kebebasan dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan program yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. Penggunaan BOS
hanya untuk kepentingan peningkatan layanan pendidikan dan tidak ada
intervensi atau pemotongan dari pihak manapun. Pengelolaan BOS
mengikutsertakan Dewan Guru dan Komite Sekolah. Pengelolaan BOS
dengan menggunakan MBS wajib melaksanakan ketentuan sebagai berikut:
1. mengelola dana secara profesional dengan menerapkan prinsip
efisien, efektif, akuntabel, dan transparan;
2. melakukan evaluasi setiap tahun; dan
3. menyusun Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM), Rencana
Kerja Tahunan (RKT), dan Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS), dengan ketentuan:
a. RKJM disusun setiap 4 (empat) tahun;
b. RKJM, RKT, dan RKAS disusun berdasarkan hasil evaluasi diri
sekolah;
c. RKAS memuat penerimaan dan perencanaan penggunaan BOS;
d. RKJM, RKT, dan RKAS harus disetujui dalam rapat Dewan Guru
setelah memperhatikan pertimbangan Komite Sekolah dan
disahkan oleh dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya.
PEMBAHASAN
FOKUS PERMASALAHAN
ANALISIS SWOT
A. Kekuatan (Strenght)
B. Kelemahan (Weakness)
C. Peluang (Oportunity)
D. Tantangan (Treat)
Lihat saja kebocoran yang terjadi pada penyaluran dana bantuan operasional
sekolah (BOS) 2007. Di sana terdapat banyak penyimpangan, mulai
penggelembungan jumlah siswa agar bisa dapat dana BOS yang banyak, belum
memiliki izin operasional sudah mendapatkan dana bantuan, hingga tidak
transparannya sekolah mengelola dana BOS. Belum lagi, penyelewengan dana
bantuan berupa block grant maupun specific grant.
Tentu saja butuh komitmen bersama untuk melakukan semua itu. Bahkan, hal
tersebut merupakan pilihan yang sulit karena menyangkut kehormatan dan masa
depan mereka. Tetapi, bukankah menjaga sekolah dari para bandit juga merupakan
kehormatan yang harus dibela, apalagi menyangkut masa depan jutaan anak didik.
Hasil temuan menunjukkan bahwa kampanye dana BOS yang begitu gencar
di berbagai media massa, ternyata hanya “tebar pesona” saja, kasihan murid sekolah
kita yang hanya dibuat terpesona lewat tayangan-tayangan itu.
Beberapa temuan BPKP tentang penyaluran dana BOS bermasalah,
adalah, Pertama, ditemukan sekolah yang belum punya izin operasional, tetapi
mendapat dana BOS. Kedua, terjadi penggelembungan jumlah siswa di 29 provinsi.
Lalu, ketiga,penggunaan dana BOS tidak seperti apa yang disampaikan Mendiknas
di depan Komisi X DPR.
Selain itu, ditemukan pula pengunaan dana BOS yang tidak sesuai aturan,
seperti dipakai untuk insentif guru, beli komputer, kepentingan pribadi,
dipinjamkan dan karya siswa. Kalau kayak gini penggunaannya, tidak pas kalau
jumlah siswa yang dijadikan patokan menghitung jatah BOS per sekolah. Perlu di
ingat, konsep awal guna BOS itu untuk beli alat praktek siswa, biaya rapat komite
sekolah, alat tulis, pembinaan siswa, perbaikan fasilitas.
Indikasi Penyimpangan
Jika dana berasal dari masyarakat, sekolah (kepala sekolah) yang menjadi
aktor, siswa diharuskan membeli buku dari penerbit yang sudah memiliki perjanjian
kerja sama dengan sekolah. Bila yang digunakan uang negara, biasanya pejabat
dinas yang menjadi pelaku, sekolah diarahkan membeli buku-buku dari rekanan
mereka..
Peran aktif juga semestinya dilakukan berbagai pihak. Seperti dari LSM
yang tergabung dalam tim pengawas kucuran dana BOS buku di lapangan. Dewan
akan mengawasi BOS buku dengan ketat. Tak bisa dipungkiri, pelaksanaannya di
lapangan sangat rentan penyimpangan. Misalnya saat sekolah menggelar kegiatan,
banyak penerbit buku yang bersedia menawarkan diri sebagai sponsor. Kalau tak
ada kepentingan, tak mungkin penerbit mau membantu tanpa adanya kompensasi
tertentu. Mengenai pemberian diskon adalah kebijakan internal tiap sekolah, tidak
perlu dipermasalahkan jika diberikan secara profesional. Artinya, potongan harga
tersebut bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh guru, bukannya hanya kepala
sekolah ataupun dialihkan untuk pembelian berbagai perlengkapan sekolah, di luar
BOS.
BOS buku adalah bantuan dana yang digulirkan kepada sekolah untuk
pembelian buku pelajaran. Program ini mulai digulirkan ke semua propinsi di
seluruh Indonesia pada tahun 2006. Tujuannya untuk membantu masyarakat
meringankan beban biaya pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan. Disadari
bahwa komponen buku pelajaran merupakan salah satu beban yang memberatkan
masyarakat.
Atas dasar pertimbangan itu dan hasil konsultasi dengan Tim Pusat, maka
dibuatlah edaran ke sekolah agar dana Bos Buku diusahakan untuk memenuhi buku
yang belum dipenuhi oleh Pemda. Sekolah bebas memilih buku sesuai
kebutuhannya sendiri. Tetapi, ternyata beberapa saat kemudian oleh oknum yang
merasa dirugikan dengan kebijakan itu, surat edaran itu dianggap menyalahi
panduan BOS buku. Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan dan agar tidak
merepotkan, akhirnya surat itu diralat kembali untuk tetap sesuai panduan yang ada
saja meskipun akhirnya ada yang dirasakan kurang tepat.
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
SIMPULAN
Kemudian utnuk BOS Buku, Buku teks pelajaran yang dipilih adalah buku
yang sudah ditetapkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Besar kecilnya
dana BOS Buku ditentukan oleh jumlah siswa dari sekolah yang bersangkutan.
Jumlah dana Bos buku adalah 20% dari jumlah total penerimaan BOS dalanm satu
tahun anggaran.
Sedangkan masalah dan hambatan yang dihadapi program BOS pada tahun
pelajaran 2018/2019 adalah:
1. Sesuai regulasinya program BOS dan petunjuk teknis penggunaan dana Bos
sesuai dengan permen yg baru juga dan tiap tahun ganti petunjuk
penggunaan dana Bos. Banyak sekolah khususnya tingkat SD/MI yang
masih belum tahu cara menyusun RAPBS dan tatacara pertanggungjawaban
keuangan BOS. Selain itu, umumnya hambatan di tingkat SD/MI tidak
memiliki pegawai administrasi/tata usaha.
2. Komitmen sebagian pemerintah daerah terhadap pendidikan masih kurang.
Hal ini ditandai dengan berkurangnya dana APBD untuk pendidikan setelah
adanya dana BOS. Sebagian pemda menganggap, dana BOS adalah
pengganti dana yang dialokasikan pemda kepada sekolah. Beberapa
pemkab/pemkot dan pemprov terindikasi, menarik dana yang selama ini
diberikan kepada sekolah.
3. Beberapa hal terutama mengenai penggunaan dana BOS yang tertuang di
dalam Juknis kurang jelas. Hal ini banyak menimbulkan persepsi berbeda
dalam menerjemahkannya. Hal yang menimbulkan perdebatan antara lain
penggunaan dana BOS untuk insentif guru, kelebihan jam mengajar,
membeli komputer, biaya pengelolaan sekolah dan rehabilitasi.
Pendidikan adalah amanat Tuhan dan kemanusiaan. Maka, melaksanakan
segala sesuatu yang positif dan berkaitan dengan pendidikan sama dengan
menjalankan amanat, yang tentu saja bernilai ibadah. Termasuk dalam hal
melaksanakan program BOS. Oleh karena itu, marilah kita jaga amanah itu dengan
melaksanakan program BOS secara baik dan benar sesuai ketentuan yang berlaku.
SARAN