Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Puisi merupakan sebuah karya sastra yang berisi tentang curahan hati dari seseorang
yang dituangkan dalam sebuah tulisan dengan kata-kata pilihan yang indah dan padat akan
makna. Menganalisis merupakan suatu kegiatan membedah untuk mengetahui unsur-unsur
apa saja yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Atau dapat dikatakan bahwa,
menganalisis merupakan proses untuk mengetahui komposisi dan struktur yang terdapat
dalam sebuah karya sastra. Salah satunya adalah menganalisis puisi. Dalam menganalisis
sebuah puisi, ada beberapa struktur yang dapat kita gunakan untuk mengetahui unsur-unsur
atau komposisi yang terdapat dalam sebuah puisi tersebut. Struktur itu terbagi menjadi dua
bagian yaitu :

a. Struktur Kebahasaan (Struktur Fisik)

Struktur kebahasaan dapat pula disebut sebagai metode puisi. Unsur-unsur bentuk atau
struktur puisi dapat diuraikan dalam beberapa metode puisi yaitu : diksi, pengimajian, kata
konkret, bahasa figuratif (Majas), versifikasi (Rima, Ritma dan Metrum) serta tata wajah
puisi (Tipografi). Semua unsur tersebut sangat berkaitan dalam menganalisis puisi.

b. Struktur Batin Puisi

Struktur puisi atau dapat disebut hakikat puisi mengungkapkan apa saja yang hendak
dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya, dengan kata lain struktur
batin puisi dapat diartikan dengan makna dari sebuah puisi. Ada empat hakikat puisi yaitu
tema, perasaan, nada dan perasaan serta pesan atau amanat dari puisi.

Hanya dengan menggunakan struktur-struktur tersebut, kita dapat mengetahui unsur


dan komposisi yang dimiliki sebuah puisi dengan cara membedahnya atau menganalisis.
Disini penulis mencoba menganalisis beberapa puisi karya dari Taufiq Ismail. Semoga hasil
dari analisis puisi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Analisis Puisi “Seorang Tukang Rambutan Kepada Istrinya”

A. Analisis Struktur Fisik

● Diksi

Diksi dalam puisi ini tidak begitu sulit. Karena banyak menggunakan kata-kata yang
umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari, daripada menggunakan kata-kata yang
bersifat konotatif. Namun, penggunaan kata-kata umum juga tidak sampai mempengaruhi
keindahan puisi tersebut. Perhatikan larik pertama dan kedua pada puisi tersebut, yang
mengatakan :

Tadi siang ada yang mati,

Dan yang mengantar banyak sekali

Jelas dari larik pertama dan kedua menggunakan kata-kata yang umum digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya : tadi siang, mati, mengantar.

● Pengimajian

Pengimajian yang terdapat dalam puisi ini berbagai macam diantaranya imaji visual
(penglihatan), imaji taktil (sesuatu dapat dirasakan) dan imaji auditif (pendengaran). Hal ini
dapat kita temukan pada potongan puisinya yaitu :

Tadi siang ada yang mati,

Dan yang mengantar banyak sekali (imaji visual)

Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah

Yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus! (imaji auditif)

Sampai bensin juga turun harganya

Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula

Mereka kehausan dalam panas bukan main (imaji taktil)

2
● Kata Konkret

Kata konkret dalam puisi ini hanya sedikit, karena sebagian kata-katanya
menggunakan bahasa yang umum digunakan. Kata konkret itu terdapat pada pada kalimat
“Terbakar mukanya di atas truk terbuka” maksudnya para demonstran kepanasan dengan
sinar matahari yang sangat terik.

● Bahasa Figuratif (Majas)

Bahasa figuratif dalam puisi ini menggunakan beberapa bahasa figuratif. Diantaranya
adalah bahasa figuratif hiperbola atau kiasan yang berlebihan serta bahasa figuratif litotes
atau kiasan yang tidak memiliki arti yang sebenarnya untuk merendahkan diri. Hal ini dapat
kita temui dari beberapa potongan puisinya yaitu :

Terbakar mukanya di atas truk terbuka (Hiperbola)

Saya tersedu, bu. Belum pernah seumur hidup

Orang berterimakasih begitu jujurnya

Pada orang kecil seperti kita (Litotes)

Maksud dari terbakar mukanya di atas truk melambangkan para mahasiswa yang
kepanasan oleh terik matahari dan orang kecil disini bukan orang kecil/sangat miskin,
melainkan hanya merendahkan diri kepada pembacanya. Dengan tujuan agar tukang
rambutan itu tidak menyombongkan dirinya.

● Versifikasi (Rima, Ritma dan Metrum)

Jika diperhatikan bahwa rima yang digunakan disetiap lariknya banyak menggunakan
huruf a yang dipadu dengan huruf u yang melambangkan keberanian seorang mahasiswa
dalam melanjutkan perjuangan.

Mereka kehausan dalam panas bukan main

Terbakar mukanya di atas truk terbuka

Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu

Biarlah sepuluh ikat juga

3
Memang sudah rejeki mareka

Bunyi yang digunakan dalam puisi ini ada yang berbunyi rendah dan ada pula yang
berbunyi tinggi hal ini lebih dikenal dengan sebutan ritma. Perbedaan bunyi itu dapat kita
temukan dalam potongan puisi :

Dan menyoraki saya. Betul bu, menyoraki saya

‘Hidup tukang rambutan! Hidup tukang rambutan!’

Dan ada yang turun dari truk, bu

Mengejar dan menyalami saya

‘Hidup rakyat!’ teriaknya

Awalnya tukang rambutan itu berbicara seperti biasa saja, tetapi untuk mencontohkan
cara mahasiswa berbicara dengan nada suara yang tinggi, maka tukang rambutan itu
berbicara dengan nada suara yang tinggi pula. Dan untuk memberikan tanda bahwa kata-kata
yang terdapat dalam puisi itu tinggi/rendah, maka digunakan simbol (’) untuk tekanan keras
dan simbol (υ) untuk tekanan lemah. Hal ini disebut disebut metrum.

● Tipografi

Tipografi yang terdapat dalam puisi Seorang Tukang Rambutan Kepada Istrinya
memiliki larik-larik yang hampir sama panjang antara larik pertama dan keduanya. Hal ini
bertujuan untuk pemadatan makna disetiap lariknya.

B. Analisis Struktur Batin

● Tema

Puisi ini bertema kedaulatan rakyat yaitu tentang unjuk rasa para mahasiswa terhadap
pemerintah yang menaikan harga. Dan dari aksi unjuk rasa itu ada salah satu mahasiswa yang
tewas demi memperjuangkan agar harga barang turun demi kepentingan masyarakat. Hal ini
sesuai dengan potongan puisi :

Tadi siang ada yang mati,

Dan yang mengantar banyak sekali

4
Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah

Yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus!

Sampai bensin juga turun harganya

Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah pula

● Nada dan Suasana

Nada dalam puisi ini adalah kritik terhadap pemerintah yang menimbulkan suasana
yang semangat dalam memberontak. Hal ini karena, banyak mahasiswa yang pantang
menyerah dalam memperjuangkan hak-hak rakyat meskipun menewaskan salah seorang
mahasiswa.

● Perasaan

Perasaan yang terdapat dalam puisi ini adalah rasa geram atau marah terhadap
pemerintah yang melakukan hal kesewenangan dengan menaikan harga.

● Pesan/Amanat

Puisi ini memberikan pesan bahwa, jika kita melakukan hal sekecil apapun dan kita
melakukannya dengan ikhlas, maka kita akan mendapatkan balasan yang mungkin akan lebih
besar lagi. Contohnya tukang rambutan yang mendapatkan ucapan terimakasih yang tulus
hanya dengan memberikan rambutan kepada mahasiswa yang sedang unjuk rasa. Dia tidak
menyangka akan mendapatkan ucapan setulus itu, sedangkan dia hanya orang kecil. Sampai
ketika mahasiswa itu naik ke truk ucapan terimakasih itu masih terdengar olehnya.

Mereka naik truk kembali

Masih meneriakan terimakasihnya

5
2. Analisis Puisi “Kerendahan Hati”

A. Analisis Struktur Fisik

● Diksi

Diksi yang digunakan dalam puisi ini, penyair banyak menggunakan istilah
perumpamaan. Perumpamaan yang digunakan seperti tumbuhan ataupun sebuah tempat.
Meskipun memiliki struktur rima yang berbeda dan bebas, tetapi hal ini tidak mempengaruhi
keindahan dari puisi. Perumpamaan itu dapat dilihat dari pada potongan puisi berikut :

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,

Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang

Memperkuat tanggul pinggiran jalan

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya

Jadilah saja jalan kecil,

● Pengimajian

Pengimajian yang terdapat dalam puisi ini adalah imaji visual, hal ini sesuai dengan
potongan puisi : Yang tegak di puncak bukit.

● Kata Konkret

Kata konkret yang digunakan dalam puisi ini terdapat pada potongan puisi sebagai
berikut :

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,

Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang

Memperkuat tanggul pinggiran jalan

Maksudnya, jika kita tidak mampu untuk meniru seseorang atau ingin menjadi seperti
orang lain tidaklah perlu. Cukup menjadi diri sendiri saja sudah cukup membuat orang lain
bahagia.

6
● Bahasa Figuratif (Majas)

Bahasa figuratif yang digunakan dalam puisi ini bervariasi seperti bahasa figuratif
personifikasi yang terdapat pada kalimat “Jalan setapak yang membawa ke mata air”. Bahasa
figuratif depersonifikasi/membendakan manusia atau insan pada kalimat “Kalau engkau tak
mampu menjadi jalan raya” serta bahasa figuratif hiperbola pada kalimat “Tidak semua
kapten menjadi kapten”. Dan banyak pula menggunakan bahasa yang konotasi.

● Versifikasi (Rima, Ritma dan Metrum)

Jika kita memperhatikan puisi ini dengan sekilas, memang rima yang digunakan
merupakan rima bebas. Tetapi, meskipun demikian hal ini tidak mempengaruhi keindahan
dari makna dalam puisi ini.

Untuk penggunaan ritma dalam puisi ini dapat kita perhatikan dari potongan puisi
berikut :

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin

yang tegak di puncak bukit

Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,

yang tumbuh di tepi danau.

Pada kalimat pertama penyair ingin memberitahukan sesuatu hal yang merupakan
pesan atau saran yang baik untuk pembaca. Pada larik pertama pembaca menggunakan nada
suara yang cukup tingga dan larik yang cukup rendah. Hal ini bertujuan untuk mempertegas
kata yang akan disampaikan. Untuk hal membacakan tinggi rendahnya suatu bunyi, maka
metrumlah yang berperan.

● Tipografi

Tipografi yang terdapat dalam puisi Kerendahan Hati memiliki larik-larik yang
hampir tidak sama dengan larik berikutnya. Pada larik pertama dan kedua merupakan kalimat
sambungan dari kalimat pertama, sedangkan larik berikutnya merupakan yang kalimat baru.
Hal ini bermaksud untuk memberikan jawaban dari kalimat sebelumnya.

7
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin

yang tegak di puncak bukit

Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,

yang tumbuh di tepi danau.

B. Analisis Struktur Batin

● Tema

Puisi ini bertema kan tentang kerendahan hati seseorang untuk bisa menjadi dirinya
sendiri, walaupun baik atau buruknya dirinya. Yang terpenting adalah mampu menjadi
seseorang yang bermanfaat bagi orang lain.

● Nada dan Suasana

Nada yang digunakan dalam puisi ini adalah nada khusyuk karena puisi ini banyak
menggunakan perumpamaan yang menyuruh manusia agar merendahkan diri dan senantiasa
mampu bermanfaat bagi orang lain dan suasana yang dihasilkan menjadi suasana yang haru.

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya

Jadilah saja jalan kecil,

Tetapi jalan setapak yang

Membawa orang ke mata air

● Rasa

Rasa yang terdapat dalam puisi ini adalah rasa haru, karena dalam puisi ini dijelaskan
apakah kita sudah bermanfaat bagi orang lain? sedangkan, sebagai manusia harus bisa
membantu orang lain yang membutuhkan. Kita juga tahu, kita tidak dapat hidup tanpa orang
lain.

● Pesan/Amanat

Puisi ini memberikan pesan bahwa, kita sebagai manusia tidak boleh sombong,
memiliki sifat rendah hati, membantu orang yang membutuhkan, menjadi manusia yang

8
bermanfaat bagi orang lain dan terutama menjadi diri kita sendiri. Karena baik atau buruknya
diri kita, tetap itu diri kita.

3. Analisis Puisi “Sebuah Jaket Berlumur Darah”

A. Analisis Struktur Fisik

● Diksi

Diksi yang digunakan dalam puisi ini cukup rumit, karena kata-kata yang digunakan
tidak semuanya menggunakan bahasa sehari-hari. Hal ini dapat ditemukan pada kata ikrar,
tirani, setengah tiang, sang pelayan. Dan dalam puisi ini juga banyak diungkapkan kata-kata
yang berisi pembelaan secara keras terhadap kelompoknya dan kepada pihak yang dikritik.
Biasanya pihak yang dibela menggunakan kata-kata manis seperti kebebasan, keadilan,
kebesaran dan sebagainya. Sedangkan untuk pihak yang dikritik menggunakan kata tirani,
diktator, setan desa, munafik dan sebagainya. Perhatikan potongan puisi berikut :

Antara kebebasan dan penindasan

Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang

Seraya mengucapkan “Selamat tinggal perjuangan”

Berikrar setia kepada tirani

Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

● Pengimajian

Pengimajian dalam puisi ini dapat kita temukan imaji visual, imaji auditif dan imaji
taktil. Hal ini dapat kita temukan dalam potongan puisi :

Sebuah jaket berlumur darah

Kami semua telah menatapmu (imaji visual)

Telah berbagi duka yang agung

9
Dalam kepedihan bertahun-tahun (imaji taktil)

Seraya mengucapkan ‘Selamat tinggal perjuangan’ (imaji auditif)

● Kata Konkret

Kata konkret dalam puisi ini dapat kita temukan dalam potongan puisi :

Telah berbagi duka yang agung

Dalam kepedihan bertahun-tahun

Sebuah sungai membatasi kita

Dalam kalimat ini memiliki maksud bahwa telah pergi sosok seorang pejuang rakyat
yang menyimpan kesedihan yang begitu dalam hati, serta adanya pembeda antara pemerintah
dan rakyat.

● Bahasa Figuratif (Majas)

Bahasa figuratif yang digunakan dalam puisi bermacam-macam, salah satu dari
bahasa figuratif ini adalah bahasa figuratif personifikasi. Hal ini sesuai dengan potongan puisi
“Menunduk Bendera Setengah Tiang” dan bahasa figuratif tautologi atau bahasa figuratif
yang menggunakan kata-kata mubazir. Terdapat pada kalimat “Mereka berkata” kemudian
disusul kata “Semua berkata” yang pada dasarnya memiliki makna yang sama yaitu para
mahasiswa. Mungkin penyair hanya ingin mempertegas bahwa yang berkata itu adalah
seluruh lapisan masyarakat yang mendukung para mahasiswa.

● Verifikasi (Rima, Ritma dan Metrum)

Jika kita memperhatikan rima dalam puisi ini secara sekilas, memang biasa saja.
Tetapi, jika kita kaitkan dengan klanksymbol atau simbol bunyi yang memiliki makna, maka
didapatkan maksud dari tujuan ini yaitu : Serta setiapbaitnya banyak yang menggunakan
konsonan /h/ yang memiliki arti kedukaan, penggunaan konsonan /ng/ yang akan
memberikan makna peristiwa yang terjadi sangat panjang serta efek vokal /a/, /i/, /u/ dan
konsonan /k/, /b/, /p/ yang memberikan efek suasana yang kacau dan penuh dengan
kesibukan. Perhatikan potongan puisi berikut :

10
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan

Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa

Untuk tinggi rendahnya bunyi suara, penyair meletakannya dalam beberapa kalimat
dalam puisi tersebut. Salah satu diantaranya adalah “Spanduk kumal itu, ya spanduk itu” nada
yang digunakan untuk kata “Spanduk kumal itu” menggunakan nada yang rendah dan kata
“ya spanduk itu” dengan nada rendah yang digunakan untuk memperjelas makna. Untuk
masalah tekanan lemah atau tekanan kuatnya (metrum) dapat ditentukan dengan bantuan
ritma.

● Tipografi

Tipografi yang terdapat dalam puisi Sebuah Jaket Berlumur Darah memiliki panjang
larik yang hampir sama memiliki arti yang kaya akan makna, yang terkandung di dalamnya.

B. Analisis Struktur Batin

● Tema

Puisi ini bertema kan tentang kemarahan mahasiswa karena tewasnya salah satu rekan
mereka pada saat unjuk rasa dan adanya pemisah antara pemerintah dengan rakyatnya yang
menjadikan perbedaan antara rakyat dan pemerintah pada saat itu. Perhatikan potongan puisi
berikut :

Sebuah sungai membatasi kita

Di bawah terik matahari Jakarta

Antara kebebasan dan penindasan

● Nada dan Suasana

Nada yang digunakan dalam puisi ini menggunakan nada duka. Karena salah satu dari
mahasiswa tewas pada saat unjuk rasa. Dan menimbulkan suasana haru karena para
mahasiswa tersebut berusaha untuk meminta keadilan dengan berunjuk rasa wujud dari
pembelaan dan berakhir dengan prosesi pemakaman.

11
● Rasa

Rasa yang ada dalam puisi ini adalah rasa marah, benci dan kesal dengan adanya
ketidakadilan pemerintah. Dengan tewasnya salah seorang mahasiswa pada saat berunjuk
rasa menambah rasa geram para mahasiswa.

● Pesan/Amanat

Pesan yang terdapat dalam puisi ini dapat kita temukan dilarik terakhir yaitu
“Lanjutkan perjuangan” yang berarti bahwa kita harus berani dalam memperjuangkan hak-
hak rakyat dan mampu melawan ketidakadilan. Gugur dalam berjuang itu lebih mulia
daripada gugur karena menyerah.

12
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalam sebuah karya sastra pasti memiliki struktur penyusunnya. Salah satu dari karya
sastra itu adalah puisi. Puisi merupakan merupakan karya sastra yang disusun oleh dua
struktur : Versifikasi (Rima, Ritma dan Metrum)

a. Struktur Fisik

● Diksi ● Bahasa Figuratif (Majas)

● Pengimajian ● Versifikasi (Rima, Ritma dan Metrum)

● Kata Konkret ● Tipografi

b. Struktur Batin

● Tema ● Nada dan Suasana

● Rasa ● Pesan/Amanat

Struktur puisi diatas dapat digunakan untuk membedah isi atau menganalisis
komposisi dari sebuah puisi, sehingga kita tahu apa hal apa saja yang menyusun sebuah puisi.

2. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan untuk analisis puisi ini adalah lebih banyak
mencari sumber informasi dari berbagai media. Baik itu media cetak maupun media
elektronik. Hal ini karena, menganalisis puisi merupakan hal yang cukup rumit dalam
menentukan struktur fisik maupun batinnya. Semoga dengan adanya analisis puisi yang
penulis buat dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Darmawati.2013.Belajar Bahasa Indonesia.Klaten:Mancana Jaya Cemerlang.

Ismail, Taufiq.1993. Tirani dan Benteng : Dua Kumpulan Puisi. Jakarta : Yayasan
Ananda.

Pradopo, Rachmat Djoko.1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University.

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

14

Anda mungkin juga menyukai