Annisa Destiani - Pencegahan Primordial, Primer, Dan Tersier Leukimia
Annisa Destiani - Pencegahan Primordial, Primer, Dan Tersier Leukimia
Leukimia atau yang bisa disebut dengan kanker darah merupakan penyakit yang
terjadi pada sumsum tulang. Penyakit ini ditandai adanya perbanyakan secara tak
normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk di sumsum tulang dan
jaringan limfoid, yang pada umumnya penyakit ini terjadi pada leukosit. Pada
pasien leukima yang belum mendapatkan terapi akan banyak ditemukan sel darah
putih dimana mempu mencapai 50.000 sel per tetes. Penyakit leukemia ini terdiri
dari 4 tipe, yaitu; Accute Myeotic Leukimia, Accute Lymphotic Leukima, Chronic
Myeotic Leukimia, Chronic Lymphotic Leukima.
Penyebab pasti dari kejadian leukemia ini masih belum bsa diketahui, namun
factor predisposisi sudah bias diketahui, sehingga dapat digunakan sebagai acuan
dalam memberikan upaya pencegahan terhadap penyakit leukemia. Berikut
merupakan upaya pencegahan tersebut:
1. Pencegahan Primordial
a. Adanya Peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Salah satu fator predisposisi penyakit leukemia adalah terekspos pada
benzene atau dosis besar radiasi pengion. Benzene merupakan bahan
senyawa organic volatile atau yang dapat berubah menjadi gas atau uap.
Benzene terbuat dari sumber batu bara, minyak bumi, serta terdapat dalam
gasoline. Selain itu, benzene juga terdapat dalam kandungan rokok. Asap
tembakau yang memiliki kandungan benzene tersebut sangat erat kaitannya
dengan kejadian leukemia terutama leukemia myeloid akut pada orang
dewasa.
Kawasan tanpa rokok merupakan salah satu upaya perlindungan untuk
masyarakat terhadap risiko ancaman akibat dari lingkungan yang terkena
asap rokok. Penetapan kawasan tanpa rokok ini perlu diselenggarakan di
tempat; Fasilitas pelayanan kesehatan, Tempat proses belajar mengajar,
Tempat anak bermain, Tempat ibadah, Angkutan umum, Tempat kerja,
Serta tempat umum lain yang ditetapkan untuk melindungi masyarakat yang
ada dari asap rokok. Peraturan perundangan terkait kawasan tanpa rokok ini
diantaranya:
1. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 84/Menkes/Inst/II/2002 tentang
Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan.
2. Instruksi Menteri Pedidikan dan Kebudayaan RI Nomor 4/U/1997
tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok.
3. Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap
Rokok.
4. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 tentang Kawasan
Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok
5. Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Barat Nomor 8 Tahun 2016
tentang Kawasan Tanpa Rokok
6. Serta peraturan daerah lain yang mengatur terkait kawasan tanpa rokok.
2. Pencegahan Primer
Terdapat 2 macam dalam pencegahan primer, yaitu health promotion dan
specific protection.
a. Health Promotion
Upaya pencegahan health promotion yang dapat dilakukan pada penyakit
leukemia adalah:
1. Memberikan sosialisasi/upaya promosi kesehatan kepada pengguna
rokok akan bahaya yang ditimbulkan akibat asap rokok yang
mengandung benzene, bisa berupa sosialisasi maupun penggunaan
media poster. Sasaran kegiatan disini adalah masyarakat secara umum
baik perokok aktif maupun perokok pasif.
2. Memberikan sosialisasi kepada pekerja radiologi dan pasien dalam
pentingnya menggunakan APD disaat bekerja untuk mengurangi
paparan radiasi. Selain pada pekerja radiologi, juga pada pekerja lain
yang terpapar benzene untuk menghindari paparan zat kimia tersebut
secara langsung. Sasaran kegiatan ini adalah pekerja radiologi serta
pekerja lain yang bekerja dengan paparan benzene.
3. Pemeriksaan Pra Nikah
Memberikan pengetahuan terkait pemeriksaan pra nikah dapat
digunakan untuk memastikan kesehatan dari kedua calon mempelah.
Apabila diketemukan dari calon mempelai yang memiliki riwayat
keluarga dengan down syndrome atau kelainan gen lainnya, maka dapat
dilakukan konsultasi secara rutin sehingga penyakit bisa secara dini
dapat diketahui. Sasaran dari kegiatan ini adalah calon pengantin.
4. Menyertakan pesan-pesan terkait kesehatan lingkungan khususnya yang
dapat menyebabkan penyakit leukemia pada tahap prakonsepsi,
prenatal, serta pada kesehatan preventif pada anak.
b. Spesific Protection
1. Pengendalian Terhadap Pemaparan Sinar Radioaktif
Pencegahan ini ditujukan kepada petugas radiologi dan pasien yang
penatalaksanaan medisnya menggunakan radiasi. Untuk petugas
radiologi dapat dilakukan dengan menggunakan baju khusus anti
radiasi, mengurangi paparan terhadap radiasi, dan pergantian atau
rotasi kerja. Untuk pasien dapat dilakukan dengan
memberikanpelayanan diagnostik radiologi serendah mungkin sesuai
kebutuhan
klinik. Sasaran dari kegiatan ini adalah pekerja radiologi dan juga pasien
yang akan mendapatkan perawatan dengan radioaktif.
2. Pemakaian APD pada Pekerja dengan Paparan Benzena
Pada pekerja dengan aparan benzene diwajibkan untuk menggunakan
alat pelindung diri berupa baju khusus yan digunakan agar tidak secara
langsung terpapar oleh zat tersebut. Sasaran dari kegiatan ini adalah
bagian manajemen, pekerja, dan orang-orang yang berada pada
perusahaan tersebut yang mendapatkan paparan benzene.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan pencegahan yang dilakukan dilakukan untuk
membatasi kelemahan rehabilitasi. Tujuan pencegahan tersier ini adalah untuk
menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan, untuk
melakukan penyesuaian diri terhadap keadaannya. Pada pencegahan tersier
disini dapat dilakukan perbaikan dalam bidang psikologgi, social dan spiritual
dan juga dukungan moral dari orang-orang terdekat untuk mengembalikan
semangat dari penderita. Sasaran kegiatan ini adalah penderita leukemia.
DAFTAR PUSTAKA
Ilhan, G, Karakus S, Andie N. 2006. Risk Factors and Primary Prevention of Acute
Leukimia. Asian Pasific Journal of Cancer Prevention. Vol. 7. 516-517.