Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM EMBRIOLOGI HEWAN

KEGIATAN 7
SIKLUS ESTRUS

Disusun oleh

Nama : SULIS PUJIYANTI


NIM : K4316063
Kelas :A
Kelompok : 11

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
I. Judul : Siklus Estrus
II. Tujuan
1. Membedakan sel-sel hasil apusan vagina
2. Menentukan tahapan siklus estrus yang sedang dialami hewan betina dewasa
(mencit)
III. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Alat tulis 1. Air
2. Mikroskop 2. Mencit (Mus musculus) betina
3. Cutton bud 3. Pewarna Metilen blue
4. Obaject glass

IV. Prinsip Kerja


1. Memegang mencit dengan bagian ventral mrnghadap ke ke arah wajah, kemudian
mengusap vagina menggunakan cutton bud yang telah dibasahi air. Oleskan pada
permukaan objek glass
2. Menunggu sampai kering, lalu teteskan pewarna methilen blue menunggu 3-5
menit
3. Mencuci dengan aquades perlahan-lahan, membiarkan sampai kering
4. Mengamati di bawah mikroskop, berada di stadium berapa mencit yang dibuat
apusan vaginanya
V. Data Pengamatan
Proestrus
Proestrus tanpa pewarnaan Proestrus dengan pewarnaan
Kelompok 7 Kelompok 7

Kelompok 8 Kelompok 8

Kelompok 10 Kelompok 10

Kelompok 11
Kelompok 11
Kelompok 12 Kelompok 12

Keterangan Keterangan
Yang dilingkari merupakan fase proestrus. Yang dilingkari merupakan fase proestrus
Estrus
Tanpa pewarnaan Dengan Pewarnaan
Kelompok 9 Kelompok 9

Keterangan Keterangan
Yang dilingkari merupakan fase estrus. Hasil preparat terlalu bertumpuk.
VI. Pembahasan
A. Siklus Reproduksi
Siklus reproduksi adalah perubahan siklis yang terjadi pada sistem reproduksi
(ovarium, oviduk, uterus, dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang
memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Siklus reproduksi pada
mamalia primata disebut siklus menstruasi. Sedangkan, siklus reproduksi yang
berlangsung pada hewan non primata betina dewasa seksual yang tidak hamil pada
mamalia non primata (contohnya mencit) disebut siklus estrus. (Frandson, 1992).
B. Siklus Estrus
Estrus yang dikenal dengan istilah birahi yaitu suatu periode secara psikologis
maupun fisiologis pada hewan betina yang bersedia menerima pejantan untuk
kopulasi. Siklus estrus dibagi menjadi beberapa fase yang dapat dibedakan dengan
jelas yang disebut proestrus, estrus, metestrus dan diestrus (Frandson, 1996).
Estrus merupakan periode seksual yang sangat jelas yang disebabkan oleh
tingginya level estradiol, folikel de Graaf membesar dan menjadi matang, uterus
berkontraksi dan ovum mengalami perubahan kearah pematangan. Metestrus adalah
periode dimana korpus luteum bertambah cepat dari sel-sel graulose folikel yang telah
pecah dibawah pengaruh Luteinizing hormone (LH) dari adenohyphophysa. Diestrus
adalah periode terlama dalam siklus estrus dimana korpus luteum menjadi matang dan
pengaruh progesterone terhadap saluran reproduksi menjadi nyata. Diestrus adalah
periode dimana folikel de Graaf bertumbuh dibawah pengaruh follicle stimulating
hormone (FSH) dan menghasilkan sejumlah estradiol bertambah.
Siklus birahi pada setiap hewan berbeda antara satu sama lain tergantung dari
bangsa, umur, dan spesies (Partodiharjo, 1992). Interval antara timbulnya satu periode
berahi ke permulaan periode berikutnya disebut sebagai suatu siklus berahi. Siklus
berahi pada dasarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu ; proestrus, estrus,
metestrus, dan diestrus (Marawali, dkk., 2001; Sonjaya, 2005). Berikut ini adalah
keadaan korpus luteum dan folikel pada ovarium sapi selama siklus estrus.
a. Proestrus
Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode pada saat folikel de graaf
tumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang
semakin bertambah (Marawali, dkk, 2001). Estradiol meningkatkan jumlah suplai
darah ke saluran alat kelamin dan meningkatkan perkembangan estrus, vagina,
tuba fallopi, folikel ovarium (Toelihere, 1985).
Fase yang pertama kali dari siklus estrus ini dianggap sebagai fase
penumpukan atau pemantapan dimana folikel ovarium yang berisi ovum
membesar terutama karena meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan
estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel ke dalam aliran darah merangsang
peningkatam vaskularisasi dan pertumbuhan sel genital dalam persiapan untuk
birahi dan kebuntingan yang terjadi (Frandson, 1992).
Pada fase ini akan terlihat perubahan pada alat kelamin luar dan terjadi
perubahan-perubahan tingkah laku dimana hewan betina gelisah dan sering
mengeluarkan suara-suara yang tidak biasa terdengar (Partodiharjo, 1980).
b. Estrus
Estrus adalah periode yang ditandai dengan penerimaan pejantan oleh hewan
betina untuk berkopulasi. Pada umumnya memperlihatkan tanda-tanda gelisah,
nafsu makan turun atau hilang sama sekali, menghampiri pejantan dan tidak lari
bila pejantan menungganginya. Menurut Frandson (1992), fase estrus ditandai
dengan sapi yang berusaha dinaiki oleh sapi pejantan, keluarnya cairan bening
dari vulva dan peningkatan sirkulasi sehingga tampak merah. Pada saat itu,
keseimbangan hormon hipofisa bergeser dari FSH ke LH yang mengakibatkan
peningkatan LH, hormon ini akan membantu terjadinya ovulasi dan pembentukan
korpus luteum yang terlihat pada masa sesudah estrus. Proses ovulasi akan
diulang kembali secara teratur setiap jangka waktu yang tetap yaitu satu siklus
birahi. Pengamatan birahi pada ternak sebaiknya dilakukan dua kali, yaitu pagi
dan sore sehingga adanya birahi dapat teramati dan tidak terlewatkan (Salisbury
dan Vandenmark, 1978).
c. Metestrus
Metestrus ditandai dengan berhentinya puncak estrus dan bekas folikel
setelah ovulasi mengecil dan berhentinya pengeluaran lendir (Salisbury dan
Vandenmark, 1978). Selama metestrus, rongga yang ditinggalkan oleh pemecahan
folikel mulai terisi dengan darah. Darah membentuk struktur yang disebut korpus
hemoragikum. Setelah sekitar 5 hari, korpus hemoragikum mulai berubah menjadi
jaringan luteal, menghasilkan korpus luteum atau Cl. Fase ini sebagian besar
berada dibawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum
(Frandson, 1992). Progesteron menghambat sekeresi FSH oleh pituitari anterior
sehingga menghambat pertumbuhan folikel ovarium dan mencegah terjadinya
estrus. Pada masa ini terjadi ovulasi, kurang lebih 10-12 jam sesudah estrus, kira-
kira 24 sampai 48 jam sesudah birahi.
d. Diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada siklus berahi, korpus
luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi
menjadi nyata (Marawali, dkk, 2001).

Setiap hewan mempunyai siklus estrus yang berbeda-beda tergantung jenisnya.


Golongan hewan :
 monoestrus (estrus sekali dalam satu tahun)
 poliestrus (estrus beberapa kali dalam satu tahun)
 monoestrus bermusim (estrus hanya selama musim tertentu dalam setahun)
Mencit merupakan poliestrus dengan ovulasi terjadi secara spontan. Pada hewan
seperti mencit mengalami siklus estrus selama 4-5 hari (Frandson, 1992). Siklus estrus
pada mencit ditandai dengan masa berahi atau estrus. Siklus estrus dari tiap hewan
betina dipengaruhi oleh banyak faktor seperti menyusui, produksi susu, kondisi tubuh
dannutrisi.Siklus estrus merupakan proses yang dikendalikan oleh berbagai
hormon, baik hormon dari hipotalamus-hipofisa maupun dari ovarium. Perkembangan
folikel dipicuolehhormon FSH dari kelenjar hipofisa bagian anterior. Folikel yang
sedang berkembang akan mengeluarkan esterogen. Estrogen dapat menambah
sintesis dan ekskresi hormon pertumbuhan sehingga dapat menstimulir pertumbuhan
sel-sel dalam tubuh, mempercepat pertambahan bobot badan, merangsang korteks
kelenjar adrenal untuk lebih banyak meningkatkan metabolisme protein karena
retensi nitrogen meningkat (Chakraborty, 2013).
C. Fase Siklus Estrus yang Terlihat
Proestrus
Proestrus tanpa pewarnaan Proestrus dengan pewarnaan
Kelompok 7 Kelompok 7

Kelompok 8 Kelompok 8

Kelompok 10 Kelompok 10

Kelompok 11
Kelompok 11
Kelompok 12 Kelompok 12

Keterangan Keterangan
Yang dilingkari merupakan fase proestrus. Yang dilingkari merupakan fase proestrus
Gambar Referensi
Keterangan

1. Sel parabasal
2. Inti sel

1
http://www.eastcentralvet.com/canine-estrouscycle.pml

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 7,8,10.11. dan 12 pada mencit (Mus
muculus) mengalami fase prestrus ditunjukkan oleh banyaknya sel-sel yang terkeratinisasi
atau mengalami kematian pada jaringan epitel vagina tikus yang digunakan, akan tetapi
masih terdapat pula sel-sel basal, Pada preparat non warna hasil pengamatan kurang jelas,
karena tidak terlihat bagian-bagian dari sel epitel, hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya
perbesaran mikroskop yang digunakan untuk pengamatan. Sedangkan pada preparat warna
hasil sama juga kurang jelas, hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya perbesaran
mikroskop yang digunakan untuk pengamatan.
Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode pada saat folikel de graaf
tumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang semakin
bertambah (Marawali, dkk, 2001). Estradiol meningkatkan jumlah suplai darah ke saluran
alat kelamin dan meningkatkan perkembangan estrus, vagina, tuba fallopi, folikel ovarium
(Toelihere, 1985). Pada fase ini akan terlihat perubahan pada alat kelamin luar dan terjadi
perubahan-perubahan tingkah laku dimana hewan betina gelisah dan sering mengeluarkan
suara-suara yang tidak biasa terdengar (Partodiharjo, 1980).
Fase proestrus merupakan fase persiapan dari siklus birahi, setiap jenis hewan
betina yang berada dalam fase ini mulai menampakan gejala birahi walaupun belum mau
menerima pejantan untuk kopulasi. Folikel de graaf akan tumbuh di bawah pengaruh
hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone). Hal tersebut mengakibatkan sekresi
esterogen dalam darah meningkat sehingga akan menimbulkan perubahan-perubahan
fisiologis dan syaraf kelakuan birahi pada hewan. Perubahan fisiologis tersebut meliputi
pertumbuhan folikel, peningkatan dan pertumbuhan endometrium, uterus, serviks serta
vaskularisasi dan keratinisasi epithel vagina pada beberapa spesies (Praptomo, 2009).
Proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan
pertumbuhan folikel oleh FSH sehingga folikel tumbuh dengan cepat . Proestrus
berlangsung selama 2-3 hari. Pada fase kandungan air pada uterus meningkat dan
mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar-kelenjar endometrial mengalami
hipertrofi. Pada apusan vaginanya akan terlihat sel-sel epitel yang sudah tidak berinti (sel
cornified) dan tidak ada lagi leukosit. Sel cornified ini terbentuk akibat adanya pembelahan
sel epitel berinti secara mitosis dengan sangat cepat sehingga inti pada sel yang baru belum
terbentuk sempuna bahkan belum terbentuk inti dan sel-sel baru ini berada di atas sel epitel
yang membelah, sel-sel baru ini disebut juga sel cornified (sel yang menanduk). Sel-sel
cornified ini berperan penting pada saat kopulasi karena sel-sel ini membuat vagina pada
mencit betina tahan terhadap gesekan penis pada saat kopulasi. Perilaku mencit betina pada
tahap ini sudah mulai gelisah namun keinginan untuk kopulasi belum terlalu besar. Fase ini
terjadi selama 12 jam. Setelah fase ini berakhir fase selanjutnya adalah fase estrus dan
begitu selanjutnya fase akan berulang . (Praptomo, 2009).
Pada fase ini serviks mengalami relaksasi secara bertahap dan makin banyak
mensekresikan mukus yang tebal dan berlendir. Mukus tersebut disekresikan oleh sel-sel
goblet pada serviks, anterior vagina serta kelenjar-kelenjar uterus. Cairan lumen yang
terdapat di organ-organ reproduksi berhubungan dengan aktivitas pertahanan antibacteri.
Korpus luteum pada zaman terdahulu mengalami vakuolisasi, degenerasi dan pengecilan
secara cepat. (Praptomo, 2009).
Pemberian larutan metilen blue berfungsi untuk memperjelas tahap siklus estrus
pada apusan vagina (Ganond, 2003). Metilen blue merupakan zat warna yang bersifat basa.
Pewarnaan apusan vagina mencit, metilen blue akan mewarnai inti sel karena bersifat
asam. Dengan demikian, sel akan berwarna lebih biru dibanding sitoplasma. Pada preparat
apusan vagina mencit non warna terlihat kurang jelas dikarenakan preparat tersebut tidak
diberi warna sehingga tidak dapat dibedakan antara sel epitel dengan sitoplasma.
Estrus
Tanpa pewarnaan Dengan Pewarnaan
Kelompok 9 Kelompok 9

Keterangan Keterangan
Yang dilingkari merupakan fase estrus. Hasil preparat terlalu bertumpuk.
Gambar Referensi

Sel epitel mengalami penandukan


http://www.eastcentralvet.com/canine-estrouscycle.pml
Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 9 pada mencit (Mus muculus) mengalami


fase estrus terdiri dari sel epitel menanduk dan sel epitel tak berinti. Pada preparat non
warna hasil pengamatan kurang jelas, karena tidak terlihat bagian-bagian dari sel epitel, hal
ini dapat disebabkan oleh kurangnya perbesaran mikroskop yang digunakan untuk
pewarnaan. Sedangkan pada preparat warna hasil sama sekali tidak jelas, kaena kondisi sel
epitel yangmenumpuk.
Fase estrus adalah tahap penerimaan seksual pada hewan betina ditentukan oleh
tingkat sirkulasi estrogen. Selama atau segera setelah periode itu terjadilah ovulasi, ini
terjadi dengan penurunan tingkat FSH dalam darah dan peningkatan tingkat LH. Sesaat
sebelum ovulasi folikel membesar dan mengalami turgid, serta ovum yang mengalami
pemasakan. Estrus berakhir kira –kira pada saat pecahnya folikel ovary atau terjadinya
ovulasi. Fase ini terjadi selama 12 jam. Menurut Adnan (2006), fase estrus ditandai dengan
adanya sel-sel epitel menanduk yang sangat banyak dan beberapa sel-sel epitel dengan inti
yang berdegenerasi.
Fase estrus merupakan kelanjutan dari fase proestrus. Fase estrus ditandai dengan
adanya perkembangan folikel dengan sekresi yang kuat dari hormon estrogen, dan sangat
sedikit progesteron. Namun pada fase estrus ini akan diakhiri dengan terjadinya ovulasi
atau pembentukan sel telur pada ovarium. Pada fase ini juga terjadi keratinisasi sel epitel
atau epitel degenerasi. Sel epitel yang mengalami degenerasi ini akan terjadi pembentukan
folikel yang baru untuk persiapan pasca terjadinya ovulasi. Fase estrus pada mencit
ditandai dengan kondisi vagina mirip dengan pada saat fase proestrus, namun jaringannya
berwarna pink lebih terang dan agak kasar. Selain itu juga ditandai oleh keinginan untuk
kawin dilihat dari keadaaan tikus yang tidak tenang, keluar lendir dari dalam vulva,
pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan
maksimal, ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya mengalami akhir
perkembangan/terjadi dengan cepat (Tomi, 1990).
Estrus merupakan klimaks fase folikel, betina siap menerima jantan dan pada saat ini
pula terjadi ovulasi. Produksi estrogen akan betambah dan terjadi ovulasi sehingga dinding
mukosa uterus akan menggembung dan mengandung sel-sel darah. Sel-sel epitel menanduk
merupakan indikator terjadinya ovulasi. Menjelang ovulasi leukosit semakin banyak
menerobos lapisan mukosa vagina kemudian ke lumen. Selama masa lutel pada ovarium
dengan pengaruh hormon progesteron dapat menekan pertumbuhan sel vagina
(Chakraborty, 2013).
Kondisi organ genitalia fase estrus :
a) Kondisi Ovarium : terjadi ovulasi
b) Kondisi Oviduk : menegang, berkontraksi,epitelnya matang, cilia aktif, sekresi cairan
bertambah, ujung oviduk yang berfimbria merapat ke folikel de graff untuk
menangkap ovum matang.
c) Kondisi Uterus : dinding endometrium dergranular dan membengkak mencapai
ketebalan maksimal.
d) Kondisi Vagina : mukosa vagina sangat menebal, sekresinya bertambah, epitel yang
terkontraksi tanggal (Praptomo, 2009).
Pemberian larutan metilen blue berfungsi untuk memperjelas tahap siklus estrus pada
apusan vagina (Ganond, 2003). Metilen blue merupakan zat warna yang bersifat basa.
Pewarnaan apusan vagina mencit, metilen blue akan mewarnai inti sel karena bersifat
asam. Dengan demikian, sel akan berwarna lebih biru dibanding sitoplasma. Pada preparat
apusan vagina mencit non warna terlihat kurang jelas dikarenakan preparat tersebut tidak
diberi warna sehingga tidak dapat dibedakan antara sel epitel dengan sitoplasma.

VII. Kesimpulan
1. Siklus reproduksi adalah perubahan siklis yang terjadi pada sistem reproduksi
(ovarium, oviduk, uterus, dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang
memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya.
2. Daur siklus estrus merupakan siklus reproduksi yang ditemui pada hewan betina yang
tidak hamil dan berhubungan dengan organ-organ reproduksi. Pada mencit siklus
estrus berlangsung 4-6 hari.
3. Sel apusan vagina menunjukkan fase-fase siklus estrus:
a. Proestrus : sel epitel normal, mempunyai inti
b. Estrus : sel epitel menanduk, ukuran besar, tidak mempunyai inti
c. Metestrus : sel epitel menanduk dan ditemukan leukosit
d. Diestrus : sel epitel berinti da nada leukosit
4. Berdasarkan hasil pengamatan apus vagina Mus muculus, yaitu :

No Fase Keterangan Hasil Kelompok

1 Proestrus Preparat teramati terlihat tidak ditemukan leukosti. 7,8,10,11, dan12


Terlihat inti pada saat pewarnaan methylen blue
dengan kelenjar mulai tampak. Folikel besar dengan
cairan folikel, mitosis mulai aktif

2 Estrus Pewarnaan methylen blue memiliki hasil lebih baik 9


dalam mempresentasikan fase estrus dibandingkan
non warna.

Tidak ada leukosit, mitosis dan hidrasi maksimal,


kelenjar mulai aktif

Lapisan epitel berinti bagian luar digantikan oleh


epitel menanduk, vulva terbuka

3 Metestrus Preparat terlihat sel epitel berkornifikasi, inti sel Tidak ditemukan
dan leukosit mulai tampak berinti. Hasil
pengamatan menggunakan pewarna methylen blue
untuk preparat sediaan agar mewarnai lebih jelas

4 Diestrus Preparat yang teramati terlihat sel epitel jelas Tidak ditemukan
karena sitoplasma lebih terang daripada inti sel
epitel. Hasil pengamatan pewarna methylen blue
terlihat leukosit jelas sehingga struktur sel secara
jelas.

Folikel mulai tumbuh cepat untuk ovulasi


berikutnya

VIII. Daftar Pustaka

Adnan. (2006). Reproduksi dan Embriologi Hewan. Makassar: Biologi FMIPA UNM

Chakraborty P, Roy SK. (2013). Expression of Estrogen Receptor a 36 (ESR36) in the


Hamster Ovary throughout the Estrous Cycle: Effects of Gonadotropins. PLoS
ONE 8(3): e58291. doi:10.1371/journal.pone.0058291

Frandson, R.D., 1992, Anatomi dan Fisiologi Ternak, Edisi ke-4, diterjemahkan oleh
Srigandono, B dan Praseno, K, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Frandson, R.D., 1996, Anatomi dan Fisiologi Ternak, Edisi ke-7, diterjemahkan oleh
Srigandono, B dan Praseno, K, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ganong, William F. (2003). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Marawali, A., M.T. Hine, Burhanuddin, H.L.L. Belli. 2001. Dasar-dasar ilmu reproduksi
ternak. Departemen pendidikan nasional direktorat pendidikan tinggi badan
kerjasama perguruan tinggi negeri Indonesia timur. Jakarta.

Partodiaharjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta
Lopez, H., L. D. Satter, and M. C. Wiltbank. 2004. Relationship between level of
milk production and estrous behavior of lactating dairy cows. Anim. Reprod. Sci.
89:209–223.

Praptomo, Dwi Waluyo. (2009). Laporan Praktikum Biologi Reproduksi. Malang:


Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Brawujaya.

Salisbury, R.E. dan W.L. Vandemark. 1985. Fisiologi Reproduksi Dan Inseminasi Buatan
Pada Sapi. Edisi terjemahan oleh R. Djanuar. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Sonjaya, H. 2005. Materi Mata Kuliah Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, Makassar.

Toelihere, M.R. 1985a. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung.

Toelihere, M.R. 1985b. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa. Bandung.

Tomi, Andria. (1990). Diktat Asistensi Anatomi Hewan-Zoologi. Yogyakarta : Zoologi


UGM Press.

IX. Lampiran
1. 1 lembar foto dokumentasi
2. 1 lembar laporan sementara (logbook)

X. Lembar Pengesahan
Surakarta, 13 Mei 2019
Asisten Praktikan

Safira Medina San Sulis Pujiyanti


NIM. K4315056 NIM. K4316063
Lampiran dan Foto Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai