Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEPERAWATAN DASAR II
MENJAHIT LUKA
Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan izin-Nya kami diberikan kemudahan dan kelancaran
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MENJAHIT
LUKA” Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman, terutama
kepada dosen mata kuliah “Keperawatan Dasar II” Bp.Giri Susanto, S.kep.,Ns.
yang telah memberikan pengarahan kepada kami dalam membuat makalah ini.
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………….
B. Tujuan……………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Luka……………………………….…………………………...
B. Menjahit Luka………………….……………………………………….
C. Penutupan Luka………………………………………………………...
D. Penyembuhan Luka…………………………………………………….
E. Persiapan Menjahit Luka………………………………………………
F. Alat Untuk Menjahit……………………………………………………
G. Informasi Yang Harus Di Ketahui…………………………………….
H. Teknik Menjahit Luka…………………………………………………
I. Manajemen Pasca Penjahitan……….…………………………………
J. Membuka Jahitan……………………………………………………….
K. Penyakit Yang Mungkin Terjadi………………………………...…….
L. 10 Tips Menghindari Masalah………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan tekhik
invasive dengan membuka atau menanpilkan bagian tubuh yang akan di
tangani melalui sayatan yang di akhiri dengan penutupan dan penjahitan
luka (Sustywati, dkk, 2010). Potter dan pery (2005) menyebutkan bahwa
menghadapi pembedahan pasien akan mengalami berbagai sttesor,
sedangkan rentang waktu menunggu pelaksanaan pembedahan akan
menyebabkan rasa takutv dan kecemasan pada pasien.
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat terutama dalam dua decade terakhir ini.Teknologi dalam bidang
kesehatan juga memberikan kontribusi untuk menunjang praktek
perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, diman pasien
dengan kondisi penyakit degenerative dan kelainan metabolic semakin
banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai
kekomplekan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar
proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Seorang dokter, baik dokter umum maupun spesialis pada suatu saat akan
menghadapi kasus yang mengharuskannya menjahit luka, baik sebagai
tindakan definiktif ataupun tindakan sementara.Angka kejadian luka
terbuka yang memerluka jahitan cukup tinggi, di instalasi gawat darurat di
salah satu RS pemerintahan di Jakarta di dapatkan angka 9607 pasien
pertahun.sehingga setiap dokter, khususnya dokter umum dan dokter
bedah membutuhkan pengetahuan dan kemampuan menjahit luka agar
bekasnya kelak tidak menambah masalah bagi pasien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan definisi luka ?
2. Apa yang dimaksud dengan menjahit luka ?
3. Apa yang dimaksud dengan penutupan luka ?
4. Apa yang dimaksud dengan penyembuhan luka ?
5. Apa yang dimaksud dengan persiapan menjahit luka ?
6. Apa yang dimaksud dengan alat untuk menjahit ?
7. Apa yang dimaksud dengan informasi yang baru di ketahui ?
8. Apa yang dimaksud dengan teknik menjahit ?
9. Apa yang dimaksud dengan manajemen pasca penjahitan ?
10. Apa yang dimaksud dengan membuka jahitan ?
11. Apa yang dimaksud dengan penyakit yang mungkin terjadi ?
12. Apa yang dimaksud dengan 10 tips menghindari masalah ?
C. Tujuan
1. Umum
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar II, menambah wawasan tentang Penjahitan Luka,
agar kami mahasiswa mengerti tentang bagaimana caraMenjahit dan
Perawat Luka yang baik.
2. Khusus
a. Menjelaskan apa yang di maksud dengan definisi luka
b. Menjelaskan apa yang di maksud dengan menjahit luka
c. Menjelaskan apa yang di maksud dengan penutupan luka
d. Menjelaskan apa yang di maksud dengan penyembuhan luka
e. Menjelaskan apa yang di maksud dengan persiapan menjahit luka
f. Menjelaskan apa yang di maksud dengan alat untuk menjahit
g. Menjelaskan apa yang di maksud dengan informasi yang baru di
ketahui
h. Menjelaskan apa yang di maksud dengan teknik menjahit
i. Menjelaskan apa yang di maksud dengan manajemen pasca
penjahitan
j. Menjelaskan apa yang di maksud dengan membuka jahitan
k. Menjelaskan apa yang di maksud dengan penyakit yang mungkin
terjadi
l. Apa yang dimaksud dengan 10 tips menghindari masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Luka
Lukaadalah terputusnya kontinuitas jaringan. Dibawah ini terdapat
beberapa defisini dari luka, yaitu :
1. Luka Terbuka adalah luka yang menyakut epidermis-dermis dan
jelas tampak jaringan di bawah dermis missal lemak, otot atau
tulang.
2. Luka Tertutup adalah kerusakan jaringan yang terjadi dibawah
dermis, misalnya “closed degloving injury” dan rupture intestinum
pada trauma tumpul abdomen.
3. Luka Tegang adalah luka dengan jarak kedua tepinya relative jauh
dan saat di tautkan memerlukan daya yang besar. Biasanya bekas
lukanya/parut akan menebal dan melebar
4. Luka Memar adalah biasanya akibat benda tumpul, pembuluh
darah kapiler di bawah kulit pecah tanpa robekan pada kulit
diatasnya sehingga darah menyusup pada jaringan ikat longgar,
terlihat dari luar berwarna kebiruan/kehitamana.
5. Luka Avulsi Total adalah terlepasnya kulit dengan paksa, dapat
disertai jaringan di bawahnya. Pada avlusi parsial, belum tentu
sirkulasi ke jaringan avlusi tersebut memeadai.
6. Luka Tembus adalah luka yang menembus organ tubuh setelah
menembus kuli.
7. Jahitan jebol/ luka kembali terbuka setelah di tutup (dehisensi)
adalah luka yang telah di tutup dalam kurung (biasanya dengan
penjahitan), dank arena di tautkan terlalu tegang atau terjadi infeksi
tepi luka sehingga kulit rapuh, terbuka kembali karena jahitan
takbisa berfungsi.
8. Luka Sayat adalah luka akibat benda tajam, biasanya tepi lukanya
lurus/teratur.
9. Luka Robek (Lacetaed Wound) terjadi akibat trauma oleh benda
yang tidak tajam misalnya tepi meja, bagian dari kendaraan
bermotor dan sebagainya. Tapi luka tidak rata.
10. Luka Lecet (Excoriated Wound) biasanya di permuakaan
(superfisial) terjadi akibat trauma. Luka umumnya memenjang.
Luka akan kering dengan proses epitelisasi dari dasar.
11. Luka Abrasi (luka gores) adalah kerusakan hanya terjadi pada
epidermis. Biasanya terjadi bila kulit bergesekan dengan
permukaan yang kasar.
12. Luka Insisi (Incised wounds) terjadi karena di iris oleh instrument
yang tajam. Missal yang terjadi akibat pembedahan.
13. Luka Kronik adalah luka yang gagal melewati fase penyembuhan
dalam tempio yang wajar, untuk menghasilkan penutupan luka
yang baik secara structural, fungsional dan kosmetik.
14. Luka Basah adalah luka yang masih mengeluarkan cairan eksudad
(bila kasa kering di tempelkan pada luka, akan teridsi eksudad)
15. Luka Kering adalah luka yang tidak lagi mengeluarka eksudad.
Biasanya setelah hari ke 7 pada saat telah terbentuk fibrin sebagai
perekat tepi luka yang cukup kuat sehingga jaitan kulit (luar) bisa
diangkat.
16. Luka Sembuh adalah setelah luka kering proses remodeling
berjalan terus sampai luka sembuh atau dapat di sebut luka matang
dengan ciri: tidak gatal, tidak merah, lebih rata, dan di tekan lunak.
Waktu untuk sembuh paling cepat 3 bulan, bisa mencapai lebih dari
1 tahun pada luka dekat sendi.
17. Luka terinfeksi adalah terdapat replikasi kuman pathogen dalam
luka. Tanda yang dapat di temukan adalah kemerahan pada luka,
bengkak, rasa panas pada luka, dan nyeri.
18. Luka Gigitan adalah luka yang diakibatkan oleh bagian mulut
(biasanya gigi) dari lewan atau manusia. Harus diperhatikan
kemungkinan infeksi bakteri dan rabies.
19. Luka Remuk (Crush injury) adalah luka akibat trauma yang
meremukan ektremitas, sering terjadi pada kaki yang terjepit/
dijatuhi beban barat. Luka dapat terdiri dari memar, laserasi, fraktur
kerusakan faskuler atau kombinasi antara keadaan tersebut.
B. Menjahit Luka
Menjahit luka adalah proses menyatukan dua permukaan atau tepi luka
sehingga menyatu dengan suatu cara tertentu biasa nya menggunakan
instrument dan benang jahit yang akan dibahas selanjutnya adalah
menjahit luka yang di dapat akibat trauma.
1. Tujuan Menjahit Luka
a. mencegah parut luka dikemudian hari menjadi parut
hipertropik
b. (tebal,gelap,tidak rata), atau keloid (tumbuh
terus,gatal,nyeri,) membuat bekas luka halus,tak begitu
nyata
c. Memuaskan pasien dan mengurangi morbiditas.
D. Peyembuhan Luka
1. Fase Inflamasi
a. Di mulai saat terjadi luka, bertahan 2 hingga 3 hari
b. Diawali dengan vasokontriksi untuk mencapai hemostasis
(efek epinefrin dan tromboksan)
c. Thrombus terbentuk dan rangkaian pembentukan darah
diaktifkan, sehingga terjadi deposisi fibrin.
d. Keeping darah melepaskan platelet-derifetd growth factor
(PDGF) dan transforming growth factor B (TGF) – B yang
menarik sel-sel inflamasi, terutama makrofag
e. Setelah hemostasis tercapi, terjadi vasodilatasi dan
permebilitas pembuluh darah meningkat.
f. Jumlah neotrofil memuncak pada 24 jam dan membantu
depridement.
g. Monosit memasuki luka,menjadi makrofag, dan jumlahnya
memuncak dalam 2 hingga 3 hari
h. Makrofag menhasilkan PDGF dan mengecil TGF-Bakan
menarik fibrobras dan merangsang pembentukan kolagen.
2. Fase proliferasi
a. Dimulai pada hari ke3, setelah fibrolas batang, dan bertahan
hingga minggu ke 3
b. Fibrolas: di tarik dan diaktifkan oleh PDGF dan TGF- B :
memasuki pada hari ke 3, mencapai jumlah terbanyak pada
hari ke-7.
c. Terjadi sistesis kolagen (terutama tipe III), angiogenesis,
dan epitelisasi.
d. Jumlah kolagen total meningkat selama 3 minggu, hingga
produksi dan pemecahan kolagen mencapai keseimbangan,
yang menandai di mulai fase remodeling.
e. Pada fase oini biasanya jahitan di angkat ( bila di gunakan
benang yang tidak di serap).
3. Fase remodeling
a. Peningkatan produksi maupun penyerapan kolagen
berlangsung 6 bulan hingga 1 tahun, dapat lebih lama bila
dekat sendi.
b. Kolagen tipe 1 menggantikan kolagen tipe III hingga
mencapai perbandingan 4:1 (seperti kulit normal dan kulit
matang.
c. Kekuatan meningkat sejalan dengan reorganisasi kolagen
sepanjang garis tegangan kulit, terjadi cross- link kolagen.
d. Penurunan faskulalitas.
e. Fibroblast dan miofibroblast menyebabkan kontraksi luka
selama fase remodeling.
f. Selesai fase ini luka dapat dikatakan sembuh dengan ciri:
1) Tidak terlalu gatal
2) Tidak menonjol
3) Tidak merah
4) Lunak bila di tekan.
b. Cairan steril
Cairan di gunakan untuk irigasi luka dengan cara
menyeprotkan cairan tersebut kebagian dalam luka, untuk
menyeprotkan cairan tersebut dapat digunakan berbagai
cara, antara lain dengan spuit 50cc ataupun dengan
melubangi kolf cairan dan menyemprotkan isinya kearah
luka.cara yang pertama lebih di sukai untuk luka terbatas
karena aliran lebih kuat dan terkendali. Cairan yang
digunakan secara luas untuk irigasi adalah NaCl 0,9% steril.
c. Kasa steril
Kasa setril digunakan untuk deberidement, menghentikan
pendarahan, menutup luka setelah di jahit, menyerap
eksudad, membatasi penguapan, melindungiluka dan lain-
lain.
d. Plester perekat
Digunakan untuk merekatkan kasa penutup luka atau untuk
penekanan ringan pada keadaan tertentu.
e. Anestesi local
Umumnya dalam penjahitan luka digunakan anestesi local
dengan kerja cepat seperti lidokain.Konsentrasi yang sering
digunakan 1-2 persen dengan atau tanpa adrenalin. Perlu
diinget bila lidokain digunakan bersama adrenalin maka
durasi kerja dan dosis maksimal akan bertambah dan
pendarahan akan berkurang, namun tidak boleh dipakai
pada daerah “end artery” seperti jari-jari dan penis.
Pemberian dapat dilakukan dengan cara injeksi cara
intradermal, subkutan atau kombinasi keduanya. Dosis
maksimaltanpa epinefrin 5mg/kg BB, dengan epinefrin
7mg/kg BB, dosis maksimal dewasa 300-500 mg (15-25 cc
lidokain 2%), dengan lama kerja 2-4 jam.
2. Klem
Berfungsi untuk memegang jaringan untuk hemostastis, namun
dalam menejement luka yang sederhana klem jarang diperlukan,
dan klem dapat juga untuk menjepit benang yang akan di cabut
pada anak-anak yang belum kooperatif.
3. Pinset.
Digunakan untuk menjepit jaringan yang akan dijahit, untuk
menjahit kulit di gunakn pinset kecil bergigi, misalnya pinset adson
chirurgic, untuk mrmrgang tepi luka dan memudahkan jarum
menembus kulit. Jangan gunakan pinset anatomic untuk memegang
kulit karena akan menjepit kulit lebih banyak dan memerlukan
tekanan yang lebih besar sehingga jaringan kulit mengalami
kerusakan dan penyembuhannya akan terganggu. Selain untuk
memegang kulit, pinset juga berfungsi untuk memegang jarum jahit
agar aman dan menusuk jari operator.
4. Benang jahit
Benang jahit dapat dibagi-bagi dalam berbagai klarifikasi.
a. Kemampuan untuk diserap
1) Dapat diserap
Benang yang dapat diserap penggunaanya praktis
karena tidak perlu di cabut lagi, kerap menjadi pilihan
dalam penjahitan organ visceral atau penjahitan
jaringan bawah kulit. Benang jenis ini akan di cerna
secara enzimatik ataupun reaksi hidrolisis,
menimbulkan reaksi jaringan yang nyata, dan
kekuatanya akan berkurang seiring proses penyerapan
sehingga tidak dipilih untuk menjahit kulit ataupun
menjahit jaringan yang memerlukan kekuatan dalam
waktu yang lama. Contoh golongan ini adalah catgood,
polyglikolik acid, poli glatin 9,10, dan polydioxanone.
Benang jenis ini dalam waktu 3 minggu kekuatannya
tinggal 20% padahal proses penyembuhan luka sampai
matang masih lama, sehingga perlu difikirkan
pemenfaatannya yang spesifik.
5. Jarum jahit
Jarum jahit yang digunakan dalam menjahit kulit atau jaringan lain
umumnya berbentuk melengkung, ukuran dan penampang jarum
jahit bermacam-macam, namun secar garis besarnya terdapat tiga
jenis penampang jarum; cutting, taper dan reverse cutting. Untuk
menjahit kulit umumnya di gunakan jarum penampang cutting 3/8
lingkaran.
a. Cutting
Jarum cutting berbentuk seperti segitiga yang puncaknya
menhadap kea rah lengkungan jarum. Jarum di gunakan untuk
menembus jaringan yang liat. Misalnya kulit. Merupakan
penampang jarum yang paling sering di gunakan dalam pratek
sehari-hari.
b. Taper
berbentuk bulat dengan penampang seperti lingkaran. Jarum
ini digunakan terutama untuk menjahit jaringan yang lunak
dan mudah di tembus, misalnya usus, organ visceral lain, dan
fasia. Tidak di gunakan untuk menjahit kulit karena sulit untuk
menembus kulit sehingga perlu kekuatan yang lebih besar dan
berpotensi menimbulkan kerusakan jaringan yang lebih luas.
c. Reverse cutting
Bentuknya seperti jarum cutting namun puncak segitiganya
menghadap kearah sebaliknya dari lengkungan jarum,
sehingga disebut reverse. Jarum seperti ini digunakan untuk
mencegah benang memotong jaringan saat simpul
dikencangkan karena sebelumnya sudah berbentuk awal
robekan oleh jarum non reverse.
Saat ini jarum biasanya sudah menyatu dengan benang, namun
masih sering di gunakan jarum tipe “French-eyed” dan “round
eyed” yang benangnya harus dimasukan dulu kelubang jarum.
Jarum cutting.
Jarum Taper
8. Baskom
Untuk meletakan/menampung alat-alat yang digunakan.
9. Mangkok
Umumnya dipakai untuk wadah cairan antiseptic yang digunakan.
3. Irigasi luka
Pada luka kotor disemprotkan cairan NaCl 0,9%. Tekanan harus
cukup untuk menyapu keluar debris dan benda asing. Irigasi
dilakukan sampai luka terlihat bersih, kotoran dan debris telah
tersapu keluar. Jumlah cairan yang diperlukan untuk irigasi pada
luka musculoskeletal yang kompleks berkisar dari 3L-9L sesuai
kontaminasi lukanya (Anglen 2001). Gunakan sarung tangan (tidak
perlu steril), masker, dan pelindung mata (goggle) selama
melakukan tindakan.
4. Memakai sarung tangan steril.
Sebelum memakai sarung tangan, operator sebaiknya mencuci
tangan terlebih dahulu dengan sabun antiseptic kemudian sarung
tangan dipaki dengan teknik sedemikian rupa sehingga permukaan
yang nantinya akan bersentuhan dengan alat tidak bersentuhan
dengan permukaan tangan atau jari-jari tangan. Setelah memakai
sarung tangan setril kemudian diatas luka dipasang duk steril yang
berlubang di tengahnya
5. Memegang alat-alat
a. Pinset
Pinset dipegang ditangan kiri menggunakan telunjuk dan ibu
jari, dengan pangkal pinset diletakan diatas sela jari antara
ibujari dan telunjuk.
b. Pemegang jarum
Pemegang jarum dipegang di tangan kanan menggunakan ibu
jari dan jari manis yang dimasukan ke cincin gagang
pemegang jarum. Jari dimasukan ½ ruas saja untuk
memberikan control yang baik.
c. Gunting
Cara memegang gunting serupa dengan needle holder.
d. Jarum
Jarum dipegeng dengan needle holder pada 2/3 bagian
belakang, agar saat menusukan jarum ke kulit lebih mudah,
nemun bila terluka ke belakang maka perlekatan jarum dengan
benang akan melemah, dan jarum mungkin akan bengkok.
6. Meratakan tepi luka
Luka yang terjadi akibat sayatan benda tajam misalnya pisau
umumnya memiliki tepi yang rata, sehingga seringkali luka tidak
perlu dirapihkan lagi dan dapat langsung dijahit. Namun luka
akibat benda tumpul sering kali tepinya tidak rata, dan mungkin
didapatkan bagian epidermis yang yang terlepas dari dermis namun
masih melekat dengan epidermis di sebelahnya. Untuk
mendapatkan hasil yang baik, dapat ddirapatkan menjadi berbentuk
garis lurus. Tepi luka yang tidak rata dijepit dengan pinset
kemudian digunting dengan gunting jaringan menyusuri tepi luka
agar didapatkan tepi luka yang rata.
7. Menjahit luka
Teknik menjahit luka ada beberapa macam, penggunaanya
tergantung kepada keadaan luka, tempat luka pada tubuh, dan
pertimbangan operator.
a. Jahitan dermal dalam
Apapun teknik jaitan yng digunakan untuk menutup kulit,
parut bekas jahitan akan menjadi jelek apabila saat kedua tepi
luka ditautkan dengan menyimpul benang terdapat ketegangan.
Untuk mencegah terjadinya tegangan pada luka diperlukan
sebuah jahitan pada dermis yang disebut jahitan dermal dalam.
Dengan jahitan ini bagian dalam dermis kedua tepi luka di
tarik merapat sehingga tegangan pada kulit diatasnya dapat
dikurangi. Cara membuat jahitan ini seperti membuat jahitan
satu-satu yang terbaik. Jarum dimasukan menurut arah seperti
pada gambar. Benang yang digunakan adalah bennag yang
tidak diserap berukuran kecil, misalnya nylon bening/clear 5.0.
bila ada benang yang diserapnya lama, baik digunakan untuk
jahitan ini, namun harganya 3 kali lipat. Arah tusukannya lihat
gambar.
Jahitan Dermal Dalam
c. Membuat simpul
1) Biasanya menggunakan needle holder
2) Mulai dengan double row kemudian 3x simpul satu row
masing-masing arahnya berlawanan satu sama lain.
3) Ikat setidaknya 5 kali simpul pada benang catgut, pada
asam poliglikolat setidaknya 4 kali.
4) Sebaiknya simpul diposisikan pada salah satu sisi luka dan
tidak diatas luka karena menggangu proses penyembuhan.
2) Jahitan kontinu
Dibuat jahitan kulit menembus lemak dan keluar lagi dari
tepi yangbersamaan (through and through). Bila sudah
terbiasa, dan sudah didahuli oleh jahitan dermal dalam,
pengerjaan jahitan ini tidak perlu benar menggunakan
pinset, sehingga memar jaringan bisa dikurangi. Setiap 5x
jahitan kontinu disimpulkan dulu kemudian dilanjutkan
lagi. (lihat gambar dengan tujuan:
a) Agar bila terjadi sesuatu dan jahitan ini dilepas satu
segmen, luka tidak perlu terbuka semuannya
sekaligus (bagian yang tidak perlu dibuka dapat
melanjutkan proses penyembuhan).
b) Bila jahitan terbuka kembali (dehisensi) maka tidak
perlu jahitan diulang semuannya.
c) Membagi tegangan pada tepi luka agar sama
sepanjang jahitan.
Tabel 9
Waktu pengangkatan jahitan berdasarkan lokasi jahitan.
J. Membuka Jahitan
Jahitan dan luka diolesi terlebih dahulu dengan antiseptic. Hydrogen
peroksida baik untuk membersihkan darah dan eksudat yang kering.
Kemudian salah satu ujung simpul dipegang dengan pinset dan ditarik ke
atas sehingga salah satu bilah gunting benang dapat masuk, kemudian
benang digunting dan seluruh benang ditarik keluar menggunakan pinset
anatomis. Pengguntingan sebaiknya dilakukan dekat permukaan kulit,
agar bagian benang yang ada di luar kulit (terkontaminasi) melalui kulit
sesedikit mungkin.
\
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menjahit luka adalah proses menyatukan dua permukaan atau tepi luka
sehingga menyatu dengan suatu cara tertentu biasa nya menggunakan
instrument dan benang jahit yang akan dibahas selanjutnya adalah
menjahit luka yang di dapat akibat trauma.
Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan tekhik
invasive dengan membuka atau menanpilkan bagian tubuh yang akan di
tangani melalui sayatan yang di akhiri dengan penutupan dan penjahitan
luka (Sustywati, dkk, 2010). Potter dan pery (2005) menyebutkan bahwa
menghadapi pembedahan pasien akan mengalami berbagai sttesor,
sedangkan rentang waktu menunggu pelaksanaan pembedahan akan
menyebabkan rasa takut dan kecemasan pada pasien.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa perawatan luka dapat di lakukan dengan
beberapa tekhnik menjahit tergantung pada luka yang di derita oleh pasien
tersebut.
B. Saran
Di harapkan Setelah mengetahui isi makalah ini pembaca di harapkan
untuk ikut serta untuk mempelajari tentang teknik penjahitan luka supaya
luka yang diderita pasien tidak menyebar keseluruh bagian tubuh pasien
dan perawat juga harus lebih memperhatikan kebersihan alat dari
mikroorganisme.
DAFTAR PUSTAKA
Sudjatmiko, Gentur. Menjahit Luka “Supaya Berkasnya Susah Dicari”. Jakarta:
Sagung Seto. 2009