Anda di halaman 1dari 8

Pneumonia Pada Anak : UNICEF dan WHO menyebutkan pneumonia sebagai

penyebab kematian tertinggi anak balita


Surabaya, The green Darmo Hospital Magazine Edisi : Juli - September
2012 - Pneumonia sebenarnya bukan penyakit baru. Tahun 1936 pneumonia
menjadi penyebab kematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik,
membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun pada
ahun 2000, kombinasi pneumonia dan influenza kembali merajalela.

Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah


kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi
angka kematian. Kasus pneumonia ditemukan paling banyak meyerang anak
balita. Menurut laporan WHO, sekitar 800.000 hingga 1 juta anak meninggal
dunia taiap tahun akibat pneumonia. Bahkan UNICEF dan WHO menyebutkan
pneumonia sebagai kematian tertinggi anak balita, melebihi penyakit-penyakit
lain seperti campak, malaria serta AIDS.

Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantong-


kantong udara dalam paru yang disebut alveolidipenuhi nanah dan cairan
sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi berkurang. Kekurangan
oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja.

Karena inilah, selain penyebaran infeksi ke seluru tubuh, penderita


pneumonia bisa meninggal. Sebenarnya pneumonia bukanlah penyakit
tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber
inefksi dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai
senyawa kimia maupun partikel.

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru


(alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan
proses infeksi akut pada bronkus ( biasanya siebut bronchopneumonia). Gejala
penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karean paru meradang
secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak
50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang 1 tahun,
dan 40 kali per menit atau lebih pada usia 1 tahun sampai kurang dari 5
tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia.

Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran
bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam
pada anak usia 2 bulan sampai anak usia kurang dari 5 tahun. Pada
kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat dengan gejala batuk,
kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.
Sementara untuk anak di bawah 2 bulan, pneumonia berat ditandai dengan
frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih atau (juga
disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah.

Perbedaan yang mendasar antara pneumonia dan TBC terletak pada jenis
mikroorganisme yang menginfeksi. Pneumonia yang ada di masyarakat
umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus, atau mikoplasma (bentuk peralihan
antara bakteri dan virus), bakteri yang umum adalah streptococcus
Pnemoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella sp, Pseudomonas sp.

Sedangkan yang disebabkan virus, misalnya virus influensa. Pada TBC, jenis
mikroorganisme yang menginfeksinya adalah mikrobakterium tuberculosis.
Balita rentanterken penyakit pneumonia, umumnya dikerenakan lemahnya
atau belum sempurnanya sistem kekebalan tubuh mereka. Oleh sebab itu,
mikroorganisme atau kuman lebih mudah menembus pertahanan tubuh.

Jenis bakteri Pneumococcus atau pneumokok belakangan semakin populer


seiring dengan dikenalnya jenis penyakit Invasive Pneumococcal Disease (IPD).
Selain pneumonia, yang termasuk IPD adalah radang selaput otak (meningitis)
atau infeksi darah (bakteremia). Pada pneumonia yang disebabkan oleh
bakteri pneumokok, kerap menimbulkan komplikasi dan mengakibatkan
penderita juga terkena meningitis atau bakteremia.

Bakteri pneumokok ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan
tenggorokan, menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah,
mengikuti aliran darah sapai ke paru-paru dan selaput otak. “Akibatnya,
timbul peradanganpada paru dan dan daerah selaput otak.

Gejala khususnya adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak
berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen
memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru
dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh
untuk mematikan kuman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita
mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen.

Namun, gejala awalnya yang tergolong sederhana seringkali membuat orang


tua kurang waspada terhadap penyakit ini. Orang tua sering datang terlambat
membawa anaknya ke dokter. Karena gejala awal panas dan batuk, orang tua
sring mengobati sendiri di rumah dengan obat biasa, bila sudah sesak baru
dibawa ke dokter. Sebaiknya bila anak mengalami panas tinggi dan batuk,
segeralah dibawa ke dokter untuk dicari tahu penyebabnya.

Diagnosis dan Pengobatan


Diagnosis pneumonia dilakukan dengan berbagai cara. Pertama dengan
pemeriksaan fisik secra umum. Setelah itu ada pula pemeriksaan penunjang
seperti rontgen paru dan pemeriksaan darah. Penanganan pneumonia pun
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Umumya pengobatan dengan
pemberian antibiotik. Penderita pneumonia dapat sembuh bila diberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis kumannya, hanya saja memerlukan dosis
yang tinggi dan waktu yang lama
.
Namun, bakteri Streptococcus pneumoniae mulai resisten atau kebal terhadap
beberapa jenis antibiotik. Bahkan kawasan Asia dinyatakan sebagai hot zone,
yakni daerah dengan tingkat resistensi tinggi untuk bakteri pneumokok. Oleh
sebab itu apabila pneumonia yang dialami cukup parah, penanganannya juga
dilakukan dengan cara opname. Dengan perawatan khusus di rumah sakit,
pasien bisa mendapatkan istirahat dan pengobatan yang lebih intensif, atau
bahkan terapi oksigen sebagai penunjang. Selain itu penderita pneumonia
juga membutuhkan banyak cairan untuk mencegahnya dari dehidrasi. Cairan
ini bisa diperoleh dengan cara minum air putih melalui infus.

Untuk pneumonia oleh virus sampai saat ini belum ada panduan khusus,
meski bebrapa obat antivirus telah digunakan. Kebanyakan pasien juga bisa
diobati di rumah. Biasanya dokter yang menangani pneumonia akan
memilihkan obat sesuai pertimbangan masing-masing, setelah suhu pasien
kembali normal, dokter akan menginstruksikan pengobatan lanjutan untuk
mencegah kekambuhan dikarenakan serangan berikutnya bisa lebih berat
dibanding yang pertama. Selain antibotka, pasien juga akan mendapat
pengobatan tambahan berupa pengaturan pola makan dan oksigen untuk
meningkatkan jumlah oksigen dalam darah.
Pada beberapa kasus, pneumonia yang sudah mengalami komplikasi tersebut
bisa meninggalka efek samping. Anak dapat mengalami berbagai efek samping
seperti gangguan kecerdasan, gangguan perkembangan motorik, gangguan
pendengaran dan keterlambatan berbicara. Walaupun demikian, anak dengan
pneumonia juga bisa sembuh total dan hidup dengan normal.

Pencegahan
Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA
(Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Program ini
mengupayakan agar istilah pneumonia lebih dikenal masyarakat, sehingga
mumudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang
penanggulannya Program P2ISPA mengklasifikasi penderita ke dalam 2
kelompok usia. Yaitu, usai di bawah 2 bulan (Pneumonia Berat atau Bukan
Pneumonia) dan usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun.

Klasifikasi Bukan Pneunomia mencakup kelompok balita penderita batuk yang


tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak
menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
Penyakit ISPA diluar pneumonia ini antara lain batuk-pilek biasa, pharyngitis,
tonsilitis dan otitis. Ungkapan klasik bahwa “mencegah lebih baik daripada
mengobati” benar-benar relevan dengan penyakit pneumonia ini. Mengingat
pengobatannya semakin sulit, terutama terkait dengan meningkatnya
resistensi bakteri pneumokolus, maka tindakan pencegahan sangatlah
dianjurkan.

Pencegahan penyakit IPD, termasuk pneumonia, dapat dilakukan dengan cara


vaksinasi pneumokokus atau sering juga disebut sebagai vaksin IPD. Peluang
mencegah Pneumonia dengan vaksin IPD adalah sekitar 80-90%.

Adapun mengenai waktu ideal pemberian vaksin IPD, adalah sebanyak 4 kali,
yakni pada saat bayi berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan diulang lagi pada
usai 12 bulan. Vaksin itu aman dan dapat diberikan bersamaan dengan
vaksin lain seperti Hib, MMR maupun Hepatitis B.
Selain imunisasi, pencegahan pneumonia dengan menjaga keseimbangan
nutrisi anak dan mengupayakan agar anak memiliki daya tahan tubuh yang
baik, antara lain dengan cara istirahat yang cukup juga olahraga.

Pneumonia oleh Bakteri


Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siap sajadari bayi sampai usia
lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah
Streptococcus pneumonia sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu
pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri
segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh jaringan
paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh
melalui aliran darah.

Pasien yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas


terengah-engah, dan denyut jantungnya meningkat cepat.Bibir dan kuku
mungkin membiru karena tubuh kekurangan oksigen. Pada kasus yang
ekstrem, pasien akan mengigil, gigi bergemeletuk, sakit dada, dan kalau batuk
mengeluarkan lendir berwarna hijau. Sebelum terlambat, penyakit ini masih
bisa diobati. Bahkan untuk pencegahanvaksinnya pun sudah tersedia.

Pneumonia oleh Virus


Setengah dari kejadian pneuimonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat
ini makin banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski virus-virus ini
kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas terutama pada anak-
anak gangguan ini bisa memicu pneumonia. Untunglah, sebagian besar
pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat.
Namun, bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa
berat dan kadang menyebabkan kematian. Virus yang menginfeksi paru akan
berkembang biak walaupun tak terlihat jaringan paru dipenuhi cairan. Gejala
pneumonia oleh virus sama saja dengan influenza yaitu demam, batuk kering,
sakit kepala, ngilu di seluruh tubuh. Dan letih lesu selam 12-136 jam, napas
menjadi sesak, batuk makin hebat dan menghasilkan sejumlah lendir. Demam
tinggi kadang membuat bibir menjadi biru.

Pneumonia Mikoplasma
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda-tanda fisiknya bila dibandingkan
dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga
disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga disebut
pneumonia yang tidak tipikal (Atypical Pneumonia). Mikoplasma tidak bisa
diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski mamiliki karakteristik
keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan
tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala usia. Tetapi paling sering pada
anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga
pada yang tidak diobati.

Gejala yang paling sering adalah batuk berat, namun dengan sedikit lendir.
Demam dan menggigil hanya muncul di awal, dan pada beberapa pasien bisa
mual dan muntah. Rasa lemah baru hilang dalam waktu lama.

Pneumonia Jenis Lain


Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pnumonia (PCP) yang
diduga disebabkan oleh jamur, PCP biasanya menjadi tanda awal serangan
penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP bisa diobati pada banyak kasus. Bisa
saja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan kemudian, namun pengobatan
yang baik akan mencegah atau menundah kekambuhan. Pneumonia lain yang
lebih jarang disebabkan oleh masuknya makanan, cairan,gas,debu maupun
jamur. Rickettsia juga masuk golongan antara virus dan bakteri menyebabkan
demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan psittacosis. Penyakit-penyakit
ini juga mengganggu fungsi paru, namun pneumonia tuberkolosis alias TBC
adalah infeksi paru paling berbahaya kecuali diobati sejak dini.

Penyebab Pneumonia Pada Anak


Dalam banyak penelitian menyebutkan bahwa pneumonia pada anak
disebabkan oleh dua jenis bakteri, yaitu: Haemophilus Influenzae tipe B (Hib)
dan Streptococcus pneumoniae. Kedua bakteri ini juga dapat menyebabkan
meningitis akut (infeksi pada selaput yang menutupi otak) pada anak-anak.

Selain kesulitan dalam bernapas, batuk rejan merupakan salah satu gejala
umum pada anak ketika ia terkena pnemonia. Pneunomia dapat diobati secara
efektif dengan antibiotik. Namun dalam kasus pneumonia yang lebih lanjut,
pengobatan bisa dilakukan melalui metode sinar-X. Pneumonia dapat dicegah
dengan beberapa cara, seperti:
1. Memberikan ASI ekslusif selama enam bulan pertama, hal tersebut
merupakan langkah penting untuk memastikan bayi anda mendapatkan
gizi yang cukup serta membangun kekebalan alami terhadap bakteri
maupun virus.
2. Memberikan vaksin yang disarankan oleh dokter dalam satu tahun
pertama kelahiran.
3. Menjaga kebersihan lingkungan.
4. Membiasakan anak untuk hidup sehat seperti tidak jajan sembarangan
dan mencuci tangan sebelum makan.

Anda mungkin juga menyukai