Anda di halaman 1dari 21

5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.

com

Tugas Bisnis Pariwisata 


Pertumbuhan Pariwisata dan 

Ekonomi Nasional 

Oleh 
Kelompok IV : 
1.  Andrea Ferdian Colognesi (0906205109)  
2.  Luh Putu Fiadevi Wulandari (1006205021) 
3.  Ni Putu Vivin Wisnayanti (1006205023) 
4.  Putu Yesy Fransiska Dewi (1006205024) 
5.  Rai Gita Pratiwi (1006205025) 
6.  Luh Putu Eka Oktaviantari (1006205031) 
7.  Ni Nym Ayu Suri Tri Cahyaning Dewi (1006205040) 
8.  A. A. Ayu Raras Indraswari (1006205148) 
9.  I Gede Made Dharma Tatwa Dyatmika (1006205164) 

Fakultas Ekonomi 
Universitas Udayana 
2012

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

A.  EKONOMI NASIONAL


Ekonomi Nasional diperuntukkan bagi ekonom dan masyarakat yang
menginginkan agar Indonesia menjadi negara yang mandiri sehingga ribuan
trilyun rupiah hasil SDA bisa memakmurkan rakyat, tidak tergantung oleh hutang
luar negeri atau lembaga IMF (yang mendikte pemerintah RI untuk mengkonversi
hutang swasta jadi hutang negara/rakyat), tidak mementingkan konglomerat di
atas rakyat Indonesia.
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republi Indonesia Tahun 1945, ihwal
Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial antara lain dinyatakan sebagai
berikut:
1)  Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan;
 
2) Cabang-cabang
hajat hidup orangproduski yang penting
banyak dikuasai bagi negara dan yang menguasai
oleh negara;
3)  Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat;
4)  Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas asas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Kondisi ekonomi dapat dikatakan sangat berpengaruh terhadap suatu


negara, kondisi ekonomi itu sendiri dapat juga mencerminkan bagaimana
keadaan suatu negara. Maju atau tidaknya , tingkat keamanannya, hingga
menyangkut masalah kesehatan sangat di pengaruhi oleh kondisi ekonominya.
Untuk perekonomian Indonesia masih dalam tahap memperbaiki , hal ini
dikarenakan Indonesia sempat terkena krisis yang membuat perekonomian
Indonesia turun drastis pada saat pemerintahan orde baru.
Sebenarnya pertumbuhan perekonomian Indonesia yang sangat bagus terjadi
pada masa orde baru, atau pada masa pemerintahan Soeharto. Pada saat itu
pemerintah mencanangkan pelaksanaan pola umum pembangunan jangka
panjang (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut pelita ,yang
kebijakan ekonominya mencakup segala bidang seperti, kebutuhan
pokok,pendidikan dan kesehatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha,
penyebaran pembangunan, dan lain- lain.

[1]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

Pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, kesuksesan ini


mendapatkan penghargaan dari FAO(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia)
pada tahun 1985. Ini suatu prestasi yang sangat luar biasa bagi Indonesia , dan
sangat sulit di ulangi hingga saat ini. Namun dampak negative pada saat

pemerintahan Soeharto ialah terjadinya krisis moneter yang melanda negara ini,
yang disebabkan banyaknya hutang luar negeri. Selain itu KKN pun merajalela,
kemudian timbulah perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan,
antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam. Hal ini yang
menyebabkan runtuhnya orde baru.
Setelah orde baru sampai saat ini Indonesia masih berusaha untuk
memperbaiki kondisi ekonominya dan hal itu membawa dampak yang positif ,
hal ini dapat diketahui selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian
Indonesia tumbuh cukup signifikan yang pertumbuhan diatas 6%. Bahkan pada
pertengahan bulan oktober 2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada
IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS. Pada tahun 2010 perkembangan perekonomian
Indonesia bisa di bilang cukup baik walaupun sempat terjadi penurunan
sebelumnya, bahkan deputi gubernur Bank Indonesia Hartadi A. Sarwono
memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011 akan tumbuh pada kisaran
6,3-6,5%.

B.  KONTRIBUSI PARIWISATA TERHADAP EKONOMI NASIONAL


DAN REGIONAL
 Kontribusi Pariwisata Terhadap Ekonomi Nasional
Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan
menjadi dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung
berasal dari pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan
pelaku bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas
pendapatan suatu destinasi.
Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan
pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di import  dan
pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung.
Dalam kedua konteks di atas, WTO memprediksi bahwa usaha perjalanan
wisata dan bisnis pariwisata tersebut secara langsung dan tidak langsung
termasuk juga pajak perorangan telah berkontribusi terhadap pariwisata dunia
melampaui US$ 800 billion pada tahun 1998, dan pada tahun 2010 berlipat dua
kali jika dibandingkan tahun 1998.

[2]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

Menurut penelitian, pariwisata Kanada menghasilkan $ 19, 7 Juta pendapatan


untuk ketiga tingkat pemerintahan gabungan di Kanada pada tahun 2007. Dan
Belanja Kanada menyumbang tiga dari setiap empat dolar, sementara satu dari
empat dolar berasal dari wisatawan asing yang berwisata di Kanada.

Sementara pemerintah Komboja mencatat bahwa sector pariwisata secara


langsung dan nyata telah memberikan sumbangan pendapatan bagi pemerintah
melalui aktifitas penjualan tiket masuk wisatawan yang mengunjungi obyek
wisata Angkor sebesar 1,2 Juta US Dolar, dari Visa sebesar 3 juta US Dolar, dan
aktifitas taksi dan aktifitas pelayanan di bandara.
Pada kedua studi kasus di atas, tidak dapat disangkal lagi bahwa pariwisata
memang benar dapat meningkatkan pendapatan bagi pemerintah di mana
pariwisata tersebut dapat dikembangkan dengan baik.
Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata, terbukti
bahwa sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap
penciptaan peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha
akomodasi, restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.
Menurut Canada Government Revenue Attributable to Tourism, (2007),
mendifinisikan bahwa yang dimaksud “Tourism employment” adalah ukuran yang
dipakai untuk mengukur besarnya tenaga kerja yang terserap secara langsung
pada sector pariwisata termasuk juga besarnya tenaga kerja yang terserap di luar
bidang pariwisata akibat keberadaan pembangunan pariwisata. Dan WTO
mencatat kontribusi sector pariwisata terhadap penyediaan lahan pekerjaan
sebesar 7% secara internasional.
Hasil studi pada dampak pembangunan pariwisata di Tripura, India
menunjukkan bahwa industry pariwisata adalah industri yang mampu menyerap
tenaga kerja dalam jumlah besar dan mampu menciptakan peluang kerja dari
peluang kerja untuk tenaga yang tidak terdidik sampai dengan tenaga yang
sangat terdidik. Pariwisata juga menyediakan peluang kerja diluar bidang
pariwisata khususnya peluang kerja bagi mereka yang berusaha secara langsung
pada bidang pariwisata dan termasuk juga bagi mereka yang bekerja secara tidak
langsung terkait industri pariwisata seperti usaha-usaha pendukung pariwisata;
misalnya pertanian sayur mayor, peternak daging, supplier bahan makanan, yang
akan mendukung operasional industri perhotelan dan restoran.
Sedangkan menurut Mitchell dan Ashley 2010, mencatat bahwa sumbangan
pariwisata dalam penyerapan tenaga kerja jika dibandingkan dengan sector
lainnya menunjukkan angka yang cukup berarti, dan indeks terbesar terjadi di
Negara New Zealand sebesar 1,15 disusul oleh Negara Philipines, kemudian

[3]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

Chile, Papua New Guinea, dan Thailand sebesar 0,93. Sementara di Indonesia
indeks penyerapan tenaga kerja dari sector pariwisata sebesar 0,74, masih lebih
rendah jika dibandingkan Negara Afrika Selatan yang mencapai 0,84.
Dalam dua kasus di atas, pariwisata memegang peranan penting dalam

penyerapan tenaga kerja di hampir semua Negara yang mengembangkan


pariwisata, walaupun harus diakui sector pertanian “agriculture” masih lebih
besar indeks penyerapannya dan berada di atas indeks penyerapan tenaga kerja
oleh sector pariwisata di hampir semua Negara pada penjelasan di atas.

 Kontribusi Pariwisata Terhadap Ekonomi Regional


Berdasarkan fakta yang ada, pariwisata memberikan dampak yang cukup
signifikan terhadap keadaan suatu daerah baik itu dampak sosial, budaya sampai
dengan ekonomi. Namun, dampak yang sangat berperan dalam pengembangan
masyarakat suatu daerah adalah dampak ekonomi. Dengan adanya sektor
pariwisata ini mampu mengembangkan ekonomi lokal terutama pada daerah
yang mempunyai daya tarik wisata yang cukup baik.
Selain itu, dampak ekonomi juga dapat bersifat positif maupun negatif dalam
setiap pengembangan obyek wisata.
  Segi Positif

Dampak ekonomi dari segi positif ini ada yang langsung dan ada juga yang
tidak langsung. Dampak positif langsungnya antara lain membuka lapangan
pekerjaan yang baru untuk komunitas lokal, yang sesuai dengan
kemampuan dan skill dari masyarakat sekitar sehingga masyarakat lokal bisa
mendapatkan peningkatan taraf hidup yang layak. Namun, selain untuk
masyarakat lokal, dampak ekonomi juga akan berpengaruh bagi pemerintah
daerah yang akan mendapatkan pendapatan dari pajak. Pajak yang
didapatkan oleh pemerintah biasanya dalam bentuk pajak hiburan dan
sebagainya. Sedangkan dampak ekonomi yang tidak langsung adalah
kemajuan pemikiran akan pengembangan suatu obyek wisata, terutama
dengan adanya emansipasi wanita sehingga wanita pun bisa bekerja.
Dengan begitu dapat lebih mengembangkan perekonomian lokal melalui
pemberdayaan masyarakat dari semua kalangan, tidak terkecuali kaum
wanita.
  Segi Negatif
Dari segi negatifnya, dampak terhadap ekonomi lokal sebenarnya tidak serta
merta berjalan lancer, banyak faktor yang menyebabkan tidak semua
masyarakat lokal menerima dampak dari perkembangan perekonomian,

[4]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

antara lain adanya kebocoron. Kebocoran dalam pariwisata ini banyak


disebabkan karena adanya investor yang menanamkan modalnya untuk
mengembangkan objek wisata di suatu daerah. Hal seperti inilah yang
sebenarnya harus dapat dicegah oleh pemerintah daerah agar pendapatan

yang diterima oleh daerah tidak dijajah oleh para investor luar.
Berdasarkan data dari sumber yang kami dapatkan, Pengembangan suatu
obyek wisata yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan pendapatan
ekonomi yang baik juga untuk komunitas setempat (Joseph D. Fritgen, 1996).
Menurut Prof.Ir Kusudianto Hadinoto bahwa suatu tempat wisata yang
direncanakan dengan baik, tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi yang
memperbaiki taraf , kualitas dan pola hidup komunitas setempat, tetapi juga
peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih baik. Menurut Mill dalam
bukunya yang berjudul “The Tourism, International Business” (2000, p.168 -169),
menyatakan bahwa : “pariwisata dapat memberikan keuntungan bagi wisatawan
maupun komunitas tuan rumah dan dapat menaikkan taraf hidup melalui
keuntungan secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut.

C.  PERTUMBUHAN PARIWISATA DAN DAMPAKNYA TERHADAP


SUATU PEREKONOMIAN
 Pertumbuhan Pariwisata
Pariwisata merupakan industry perdagangan jasa yang memiliki mekanisme
pengaturan yang kompleks karena mencakupn pengaturan pergerakan wisatawan
dari Negara asalnya, di daerah tujuan wisata hingga kembali ke Negara asalnya
yang melibatkan berbagai hal, seperti: transportasi, penginapan, restoran,
pemandu wisata, dan lain-lain. Oleh karena itu, industry pariwisata memegang
peranan yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata.
Dalam menjalankan perannya, industry pariwisata harus menerapkan konsep
dan peraturan serta panduan yang berlaku dalam pengembangan pariwisata agar
mampu mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang
nantinya bermuara pada pemberian manfaat ekonomi bagi industry pariwisata
dan masyarakat local. Industry-industri pariwisata yang sangat berperan dalam
pengembangan pariwisata adalah: biro perjalanan wisata, hotel dan restoran.
Selain itu juga di dukung oleh industry-industri pendukung pariwisata lainnya. 
Pariwisata Indonesia menjadi sektor paling menjanjikan. Bahkan, sektor ini
memiliki peran penting terhadap perekonomian. Ini bisa dilihat dari tren
pertumbuhannya yang selalu di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia dan
melebihi perkembangan pariwisata dunia.
[5]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Mari Elka Pangestu


mengatakan tahun 2011, perolehan devisa dari pariwisata diperkirakan mencapai
USD8,5 miliar. Angka ini naik 11,8 persen dibandingkan tahun lalu. Bahkan,
kenaikan ini melebihi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diproyeksikan ada

di level 6,5 persen dan pertumbuhan pariwisata dunia yang hanya berkisar 4,5
persen.
“Untuk kontribusi terhadap devisa, sektor pariwisata ada di peringkat lima
setelah minyak dan gas bumi, minyak kelapa sawit, batubara, dan karet olahan,”
kata Mari Pangestu, di Jakarta, (5/1).
Mari Pangestu menjelaskan bahwa visi pariwisata, fokusnya adalah
menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya
saing, dan berkelanjutan. Upaya yang perlu dilakukan agar sejalan dengan visi
tersebut adalah peningkatan daya saing produk wisata, pengembangan daya
tarik, promosi terpadu dan berkesinambungan, serta pengembangan institusi dan
sumber daya manusia.
“Untuk pariwisata ada tiga hal utama. Destinasi yang sudah ada akan
dikembangkan, mengembangkan destinasi baru, dan wisata minat khusus. Untuk
wisata minat khusus yang akan dikembangkan adalah MICE ( Meeting Incentives
Convention and Exhibition), wisata bahari dan alam, wisata olahraga, serta wisata
belanja dan kuliner,” katanya. 
Untuk pengembangan destinasi pariwisata, tambahnya, akan difokuskan
pada pengembangan 15 Destination Management Organization (DMO), desa wisata,
pusat rekreasi masyarakat, pasar wisata, zona kreatif, daya tarik wisata serta
melakukan kerjasama dan kemitraan.
Berdasarkan draft Renstra hingga 2014, pada 2014 Indonesia akan memiliki 15
destinasi wisata yang telah menerapkan tata kelola destinasi yang berkualitas
(Destination Management Organization). Untuk pariwisata berbasis pedesaan,
ditargetkan tahun 2014 akan ada 822 desa, naik dibandingkan 2011 yang hanya
sejumlah 674 desa.
Untuk sektor ekonomi kreatif, visi yang diusulkan adalah meningkatkan
kualitas hidup, toleransi, dan penciptaan nilai tambah. Langkah-langkah yang
akan dilakukan agar sejalan dengan visi tersebut adalah peningkatan daya saing
dan penciptaan nilai tambah, pengembangan institusi, apresiasi dan penegakan
hukum, promosi terpadu dan berkesinambungan, pengembangan SDM dan
bahan baku, serta pengembangan teknologi dan akses pembiayaan.

[6]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

 Dampak Pertumbuhan Pariwisata Terhadap Suatu Perekonomian


Pariwisata disambut sebagai industri yang membawa aliran devisa, lapangan
pekerjaan dan cara hidup modern. Industri periwisata memberikan keunikan
tersendiri dibandingkan dengan sektor ekonomi lain karena adanya empat faktor,

yaitu :
a.  Pariwisata adalah Industri Ekspor Fana  
Segala transaksi yang terjadi di industri pariwisata berupa pengalaman yang
dapat diceritakan kepada orang lain, tetapi tidak dapat dibawa pulang sebagai
cinderamata.
b.  Butuhnya Barang dan Jasa Tambahan oleh Wisatawan 
Saat seorang wisatawan mengunjungi suatu destinasi, ia selalu membutuhkan
barang dan jasa tambahan, seperti transportasi dan kebutuhan air bersih.
c.  Pariwisata adalah Produk Fragmented But Intergreted 

Maksudnya disini adalah pariwisata sebagai produk yang terpisah-pisah


tetapi terintegrasi dan langsung mempengaruhi sektor ekonomi lain. UU
nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan secara jelas menyatakan,
pariwisata berkaitan dengan banyak sektor atau multisektor. Koordinasi
strategis lintas sektor terkait dengan pariwisata di antaranya dengan bidang
pelayanan ke pelayanan kepabeanan, keimigrasian, dan karantina; bidang
keamanan dan ketertiban; bidang prasarana umum yang mencakupi jalan, air
abersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan; bidang
transportasi darat, laut, dan udara; dan bidang promosi pariwisara dan
kerjasama luar negeri. Kerjasama antarsektor harus diatur dengan tata kerja,
mekanisme dan hubungan baik untuk manfaat bersama.
d.  Pariwisata Merupakan Ekspor yang Sangat Tidak Stabil 
Sifat kepariwisataan yang dinamis dan musiman, membuat industri ini
mngalami fluktuasi yang sangat tinggi. Industri pariwisata rentan terhadap
banyak hal, seperti politik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

Dampak pariwisata terhadap perekonomian bisa bersifat positif dan bisa


negatif. Secara umum dampak tersebut dapat dikelompokkan(Cohen, 1984)
sebagai berikut :
1.  Dampak terhadap peneriamaan devisa
2.  Dampak terhadap pendapatan masyarakat
3.  Dampak terhadap peluang kerja
4.  Dampak terhadap harga dan tarif
5.  Dampak terhadap distribusi manfaat dan keuntungan
6.  Dampak terhadap kepemilikan dan pengendalian
[7]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

7.  Dampak terhadap pembangunan


8.  Dampak terhadap pendapatan pemerintah

Keunikan industri pariwisata terhadap perekonomian berupa dampak ganda


(multiplier effect) dari pariwisata terhadap ekonomi. Pariwisata memberikan
pengaruh tidak hanya terhadap sektor ekonomi yang langsung terkait dengan
industri periwisata, tetapi juga industri tidak langsung terkait dengan industri
pariwisata.

Gambar A. Dampak Ganda Pariwisata terhadap Perekonomian

Pariwisata memberikan keuntungan berganda ke bawah, terutama bagi


masyarakat setempat (trickle down). Secara ideal, pariwisata menghidupkan
pemaok-pemasok lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap import.
Dampak ganda dapat memperbaiki kualitas pelayanan lokal dengan berinvestasi
dan mendorong pembelajaan dalam negeri. Namun, tidak tertutup
kemungkianan, dampak ganda memperbesar kebocoran devisa, apabila
pembelanjaan masyarakat sarat dengan import.
Pariwisata memberikan keuntungan sebagai dampak positif, yang juga
memberikan kerugian sebagai dampak negatif. Beberapa keuntungan dari
pariwisata terhadap perekonomian di antaranya sebagai berikut :

[8]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

a.  Dampak terhadap Penerimaan Devisa


Di Indonesia, kontribusi pariwisata terhadap neraca peneriamaan negara
dihitung melalui Neraca Pariwisata Nasional (Nesparnas). Pada umumnya
diistilahkan dengan Tourism Satellite Account (TSA). Nesparnas menghitung

secara kuantitatif melaui standar statistik dengan mengacu pada UN System of


National Accounts yang menampilkan definisi dan klasifikasi yang dipergunakan
untuk survey sesuai standar internasional.
Berdasarkan data dapat diketahui bahwa sumbangan periwisata terhadap
perekonomian dan keterkaitannya dengan berbagai sektor ekonomi lain baik
konsumsi yang dilakukan oleh wisatawan untuk sektor pariwisata maupun sektor
lain.
Perhitungan Nesparnas terdiri atas beberapa subsektor dalam ekonomi
(perdagangan, hotel, restoran, transportasi dan jasa), faktor pendapatan (upah,
keuntungan, dan bunga) serta komposisi pengeluaran (konsumsi, pemerintah,
investasi, ekspor, dan impor). Ketiga komponen itu dihitung menjadi satu sebagai
devisa dari sektor kepariwisataan. Nesparnas menggambarkan besaran devisa
yang mengalir masuk dan mengalir keluar dari sektor pariwisata.
Besarnya kontribusi pariwisata dalam bentuk devisa ke dalam negara
penerimaan negara dicontohkan sebagai berikut :

b.  Dampak terhadap Pendapatan Masyarakat


Setiap kegiatan pariwisata menghasilkan pendapatan khususnya bagi
masyarakat setempat . Pendapatan itu dihasilkan dai transaksi antara wisatawan
dan tuan rumah dalam bentuk pembelanjaan yang dilakukan oleh wisatawan.
Pengeluaran wisatawan terdistribusi tidak hanya ke pihak-pihak yang terlibat
langsung dalam industri pariwisata seperti hotel, restoran, biro perjalanan wisata,

[9]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

dan pemandu wisata. Distribusi pengeluaran wisatawan juga diserap ke sektor


pertanian, sektor industri kerajinan, sektor angkutan, sektor komunikasi, dan
sektor lain yang terkait.
Gambar Dampak Pariwisata tehadap Masyarakat

c.  Dampak terhadap Peluang Kerja


Pariwisata merupakan industri yang menawarkan beragam jenis pekerjaan
kreatif sehingga mampu menampung jumlah tenaga kerja yang cukup banyak.
Seorang wisatawan dilayani oleh banyak orang. Sebagai contoh, wisatawan yang
bersantai di pantai dapat memberikan pendapatan bagi penjual makan-minum,
penyewa tikar, pemijat, dan pekerja lain.
d.  Dampak terhadap Struktur Ekonomi
Peningkatan pendapatan masyarakat dari industri pariwisata membuat
struktur ekonomi masyarakat menjadi lebih baik. Masyarakat bisa memperbaiki
kehidupan dari bekerja di industri pariwisata.
e.  Dampak dalam Membuka Peluang Investasi
Keragaman usaha dalam industri pariwisata memberikan peluang bagi para
investor untuk menanamkan modal. Kesempatan berinvestasi di daerah wisata
berpotensi membentuk dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
f.  Dampak terhadap Aktivitas Wirausaha
Adanya kebutuhan wisatawan saat berkunjung ke destinasi wisata
mendorong masyarakat untuk menyediakan kebutuhannya dengan membuka

[10]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

usaha atau wirausaha. Pariwisata membuka peluang untuk berwirausaha dengan


menjajahkan berbagai kebutuhan wisatawan, baik produk barang maupun
produk jasa.

Selain keuntungan-keuntungan itu, pariwisata memberikan dampak yang


merugikan bagi masyarakat di antaranya sebagai berikut :

a.  Bahaya Ketergantungan terhadap Industri pariwisata


Melihat banyaknya keuntungan yang dapat diperoleh dari sektor pariwisata
namun beberapa daerah tujuan wisata menjadi sangat tergantung dari
kepariwisataan untuk kehidupannya. Hal ini menjadikan wisatawan sangat
rentan terhadap perubahan permintaan wisata.
b.  Pengembalian Modal Lambat
Industri pariwisata adalah Industri dengan investasi yang besar dan
pengembalian modal yang lambat. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi
pengusaha pariwisata untuk mendapatkan pinjaman untuk modal usaha.
c.  Mendorong Timbulnya Biaya Eksternal Lain
Pengembangan pariwisata menyebabkan muncul biaya eksternal lain bagi
penduduk di daerah tujuan wisata, seperti biaya kebersihan lingkungan, biaya
pemeliharaan lingkungan yang rusak akibat aktivitas wisata, dan peluang lain.

D.  MENGUKUR SUMBANGAN PARIWISATA

1. Foreign Exchange Earnings 


Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan perekonomian masyarakat
local menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan menyebabkan sektor
keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya.
Pengalaman di beberapa negara bahwa kedatangan wisatawan ke sebuah
destinasi wisata juga menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk
memberikan pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama mereka
berwisata. Tercatat juga bahwa di beberapa negara di dunia 83% dari lima besar
pendapatan mereka, 38% pendapatannya adalah berasal dari “Foreign Exchange
Earnings ” perdagangan valuta asing. 
Sebagai contoh, bahwa pariwisata mampu menyumbangkan pendapatan
untuk Negara India, berdasarkan hasil survey ekonomi India pada tahun 2010-11,
bahwa akibat kedatangan wisatawan asing ke India pada tahun 2010 terjadi
peningkatan pendapatan dari perdangan Valas sebesar 34,56% atau sebesar 14,193
 Juta US Dolar meningkat jika dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar 11,394
 Juta US Dolar.
[11]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

Sementara pemerintah China mencapat bahwa sumbangan pariwisata akibat


perdagangan Valas telah mencapai 5,1 Juta US Dolar untuk kurun waktu hanya
empat bulan saja pada tahun 2010.
Dari kedua contoh tersebut sudah dianggap cukup menguatkan pendapat

bahwa pembangunan pariwisata dapat meningkatkan pendapatan suatu Negara


khususnya dari aktifitas perdagangan valuta asing.
 2. Contributions To Government Revenues 
Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan
menjadi dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung
berasal dari pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan
pelaku bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas
pendapatan suatu destinasi.
Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan
pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di import dan
pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung.
Dalam kedua konteks di atas, WTO memprediksi bahwa usaha perjalanan
wisata dan bisnis pariwisata tersebut secara langsung dan tidak langsung
termasuk juga pajak perorangan telah berkontribusi terhadap pariwisata dunia
melampaui US$ 800 billion pada tahun 1998, dan pada tahun 2010 berlipat dua kali
 jika dibandingkan tahun 1998.
Menurut penelitian, pariwisata Kanada menghasilkan $ 19, 7 Juta pendapatan
untuk ketiga tingkat pemerintahan gabungan di Kanada pada tahun 2007. Dan
Belanja Kanada menyumbang tiga dari setiap empat dolar, sementara satu dari
empat dolar berasal dari wisatawan asing yang berwisata di Kanada.
Sementara pemerintah Komboja mencatat bahwa sector pariwisata secara
langsung dan nyata telah memberikan sumbangan pendapatan bagi pemerintah
melalui aktifitas penjualan tiket masuk wisatawan yang mengunjungi obyek
wisata Angkor sebesar 1,2 Juta US Dolar, dari Visa sebesar 3 juta US Dolar, dan
aktifitas taksi dan aktifitas pelayanan di bandara.
Pada kedua studi kasus di atas, tidak dapat disangkal lagi bahwa pariwisata
memang benar dapat meningkatkan pendapatan bagi pemerintah di mana
pariwisata tersebut dapat dikembangkan dengan baik.
3. Employment Generation 
Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata, terbukti
bahwa sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap
penciptaan peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha
akomodasi, restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.

[12]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

Menurut Canada Government Revenue Attributable to Tourism, (2007),


mendifinisikan bahwa yang dimaksud “Tourism employment” adalah ukuran yang
dipakai untuk mengukur besarnya tenaga kerja yang terserap secara langsung
pada sector pariwisata termasuk juga besarnya tenaga kerja yang terserap di luar

bidang pariwisata akibat keberadaan pembangunan pariwisata. Dan WTO


mencatat kontribusi sector pariwisata terhadap penyediaan lahan pekerjaan
sebesar 7% secara internasional.
Hasil studi pada dampak pembangunan pariwisata di Tripura, India
menunjukkan bahwa industry pariwisata adalah industri yang mampu menyerap
tenaga kerja dalam jumlah besar dan mampu menciptakan peluang kerja dari
peluang kerja untuk tenaga yang tidak terdidik sampai dengan tenaga yang
sangat terdidik. Pariwisata juga menyediakan peluang kerja diluar bidang
pariwisata khususnya peluang kerja bagi mereka yang berusaha secara langsung
pada bidang pariwisata dan termasuk juga bagi mereka yang bekerja secara tidak
langsung terkait industri pariwisata seperti usaha-usaha pendukung pariwisata;
misalnya pertanian sayur mayor, peternak daging, supplier bahan makanan, yang
akan mendukung operasional industri perhotelan dan restoran.
Sedangkan menurut Mitchell dan Ashley 2010, mencatat bahwa sumbangan
pariwisata dalam penyerapan tenaga kerja jika dibandingkan dengan sector
lainnya menunjukkan angka yang cukup berarti, dan indeks terbesar terjadi di
Negara New Zealand sebesar 1,15 disusul oleh Negara Philipines, kemudian
Chile, Papua New Guinea, dan Thailand sebesar 0,93. Sementara di Indonesia
indeks penyerapan tenaga kerja dari sector pariwisata sebesar 0,74, masih lebih
rendah jika dibandingkan Negara Afrika Selatan yang mencapai 0,84.
Dalam dua kasus di atas, pariwisata memegang peranan penting dalam
penyerapan tenaga kerja di hampir semua Negara yang mengembangkan
pariwisata, walaupun harus diakui sector pertanian “agriculture” masih lebih
besar indeks penyerapannya dan berada di atas indeks penyerapan tenaga kerja
oleh sector pariwisata di hampir semua Negara pada table di atas.
 4. Infrastructure Development  
Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah lokal
untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih, listrik,
telekomunikasi, transportasi umum dan fasilitas pendukung lainnya sebagai
konsekuensi logis dan kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik
wisatawan dan juga masyarakat local itu sendiri sebagai tuan rumah.
Sepakat membangun pariwisata berarti sepakat pula harus membangun yakni
daya tarik wisata “attractions” khususnya daya tarik wisata man-made, sementara

[13]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

untuk daya tarik alamiah dan budaya hanya diperlukan penataan dan
pengkemasan. Karena Jarak dan waktu tempuh menuju destinasi “accesable”
akhirnya akan mendorong pemerintah untuk membangun jalan raya yang layak
untuk angkutan wisata, sementara fasilitas pendukung pariwisata “ Amenities”

seperti hotel, penginapan, restoran juga harus disiapkan.


Pembangunan infrastruktur pariwisata dapa dilakukan secara mandiri
ataupun mengundang pihak swasta nasional bahkan pihak investor asing
khususnya untuk pembangunan yang berskala besar seperti pembangunan
Bandara Internasional, dan sebagainya. Perbaikan dan pembangunan
insfrastruktur pariwisata tersebut juga akan dinikmati oleh penduduk local dalam
menjalankan aktifitas bisnisnya, dalam konteks ini masyarakat local akan
mendapatkan pengaruh positif dari pembangunan pariwisata di daerahnya.
5. Development of Local Economies 

Pendapatan sektor pariwisata acapkali digunakan untuk mengukur nilai


ekonomi pada suatu kawasan wisata. Sementara ada beberapa pendapatan lokal
sangat sulit untuk dihitung karena tidak semua pengeluaran wisatawan dapat
diketahui dengan jelas seperti misalnya penghasilan para pekerja informal seperti
sopir taksi tidak resmi, pramuwisata tidak resmi, dan lain sebagainya.
WTO memprediksi bahwa pendapatan pariwisata secara tidak langsung
disumbangkan 100% secara langsung dari pengeluaran wisatawan pada suatu
kawasan. Dalam kenyataannya masyarakat local lebih banyak berebut lahan
penghidupan dari sector informal ini, artinya jika sector informal bertumbuh
maka masyarakat local akan mendapat menfaat ekonomi yang lebih besar.
Sebagai contoh, peran pariwisata bagi Provinsi Bali terhadap perekonomian
daerah “PDRB” sangat besar bahkan telah mengungguli sector pertanian yang
pada tahun-tahun sebelumnya memegang peranan penting di Bali.

Salah satu cara melihat sumbangan sektor pariwisata terhadap PDRB dapat
dilihat dengan dua cara, yaitu:
Dari sisi permintaan (demand side) yang berkaitan dengan pengeluaran
wisatawan. Gabungan dari sisi penawaran (supply side) dan sisi permintaan
(demand side). Dari sisi penawaran sebagian sektor pariwisata bisa dilihat dalam
PDRB yang mencakup restoran/rumah makan dan jasa hiburan. Sedangkan sisi
permintaan adalah semua pengeluaran wisatawan baik wisman maupun wisnus,
di luar pengeluaran yang telah ada dalam sisi penawaran, yang merupakan
output dari usaha-usaha yang melayani para wisatawan. Dengan mengalikan
rasio nilai tambah dari usaha-usaha tersebut dengan outputnya maka diperoleh

[14]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

nilai tambah yang ditimbulkan oleh permintaan wisatawan. Sehingga dengan


menjumlahkan kedua nilai tambah dari sisi penawaran dan permintaan dapat
diperoleh nilai tambah sektor pariwisata secara keseluruhan.
Diharapkan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung di

DKI Jakarta serta peningkatan rata-rata pengeluaran mereka melebihi dari


pertumbuhan PDRB akan semakin meningkatkan sumbangan sektor pariwisata.
Pembelanjaan wisman selama di Jakarta merupakan pemasukan devisa yang
dibawa secara langsung oleh para tamu mancanegara tersebut. Dengan
terpuruknya nilai rupiah terhadap mata uang US$ sejak pertengahan tahun 1997
akan mengakibatkan harga barang dan jasa di Jakarta dan Indonesia pada
umumnya menjadi sangat murah apabila diukur dengan mata uang US$.
Sebenarnya dari sisi ekspor barang dan jasa atau dalam hal ini pengeluaran
wisman di Indonesia akan menjadikan permintaan barang dan jasa akan semakin
meningkat yang pada gilirannya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara.
Sementara itu barang-barang impor akan menjadi mahal apabila diukur
dengan mata uang rupiah, sehingga bahan baku usaha industri yang masih
banyak mengandalkan dari luar negeri akan semakin tidak efisien. Kenaikan
harga barang dan jasa pada umumnya tidak bisa terelakkan lagi. Ini bisa dilihat
dengan tingginya laju inflasi pada tahun 1998 yang hampir mencapai 80 persen.
Daya beli masyarakat menjadi turun, suku bunga pinjaman di bank menjadi tinggi
mengakibatkan lesunya roda perekonomian nasional maupun regional. Banyak
perusahaan yang gulung tikar akibat resesi ini sehingga peningkatan
pengangguran tidak terelakkan lagi dengan banyaknya pekerja yang di-PHK.
Di sisi lain banyak usaha-usaha kecil yang sifatnya informal bermunculan
dengan menampung tenaga kerja korban PHK, seperti munculnya cafe-cafe di
ibukota. Usaha-usaha tersebut berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990
tentang Pariwisata merupakan bagian dari usaha penyediaan sarana pariwisata.
Tampaknya dengan terpuruknya berbagai usaha akhir-akhir ini menjadikan
sebagian usaha pariwisata tetap bisa bertahan.

Sumbangan Sektor Pariwisata dari Sisi Permintaan


Dari total pengeluaran wisman pada tahun 1998 sebesar Rp 7.796,89 milyar
dan wisnus sebesar Rp 4.725,82 milyar tercipta nilai tambah Rp 7.455,53 milyar.
Nilai tambah ini ternyata yang terbesar terserap pada usaha jasa akomodasi, yaitu
24,5 persen diikuti dengan pengeluaran untuk transport sebesar 20,7 persen.

[15]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

Sedangkan porsi terkecil dikeluarkan untuk keperluan tamasya yang hanya


mencapai 2,8 persen dari total nilai tambah yang diciptakan wisatawan.
Sejalan dengan krisis ekonomi yang terjadi akhir-akhir ini dengan
melemahnya dunia usaha, maka pertumbuhan PDRB DKI Jakarta atas dasar harga

konstan (1993) juga mengalami penurunan yang cukup besar, yaitu 17,58 persen.
Padahal lima tahun terakhir sebelum tahun 1998 terjadi peningkatan di atas 5
persen. Apabila dilihat menurut sektor penurunan terbesar terjadi pada sektor
bangunan/konstruksi, yaitu sebesar 38,29 persen.
Sedangkan PDRB DKI Jakarta menurut harga berlaku pada tahun 1998
mencapai Rp 123.316,20 milyar dimana 3,72 persennya diciptakan oleh
permintaan barang dan jasa dari wisman dan 2,33 persen diciptakan oleh wisnus.
Angka ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai tambah yang
diciptakan oleh wisatawan pada tahun 1997. PDRB harga berlaku pada tahun 1997
mencapai Rp 91.375,10 milyar di mana 5,58 persen diciptakan oleh wisman dan
1,69 persen oleh wisnus. Dari hasil estimasi memang menunjukkan bahwa
sumbangan wisman terhadap nilai tambah yang diciptakan oleh wisman lebih
besar jika dibandingkan dengan wisnus.
Secara keseluruhan gambaran sumbangan nilai tambah sektor pariwisata
yang diciptakan oleh wisman dan wisnus terhadap PDRB DKI Jakarta seperti
berikut: Dari tahun 1993 sampai dengan 1998, sumbangan terbesar sektor
pariwisata terhadap PDRB DKI Jakarta terjadi pada tahun 1997, yaitu 7,26 persen
terhadap total PDRB. Sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 1995 yang
hanya mencapai 5,44 persen. Namun apabila di lihat pada tahun 1997 dan 1998 di
mana krisis ekonomi melanda Indonesia, justru pariwisata memberikan
sumbangan yang lebih besar jika dibandingkan dengan tahun-tahun tidak
terjadinya krisis. Ini menunjukkan bahwa pariwisata bisa merupakan sektor yang
bisa diharapkan menjadi sektor andalan dalam menciptakan nilai tambah dimasa
krisis. Bahkan sesuai dengan GBHN bahwa sektor pariwisata khususnya
pemasukan devisa dari wisman dapat menjadi sektor andalan penerimaan devisa
setelah menurunnya ekspor Indonesia akhir-akhir ini. Berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah untuk terus bisa meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara ke Indonesia yang pada gilirannya akan meningkatkan
pendapatan masyarakat dan meningkatkan mobilitas masyarakat Indonesia yang
pada akhirnya akan meningkatkan jumlah kunjungan wisnus.
 Jumlah kunjungan wisnus maupun PDRB menurut harga yang berlaku
menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan jumlah
wismannya terlihat adanya tren yang menurun sejak tahun 1997. Hal ini berkaitan

[16]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di ibukota mulai dari bulan Mei 1998 di
mana pemberitaan terjadinya kerusuhan di luar negeri sudah tidak bisa
dibendung lagi yang mengakibatkan ditundanya atau dibatalkannya rencana
perjalanan wisman untuk berkunjung ke Indonesia pada umumnya dan Jakarta

pada khususnya.
Sumbangan Sektor Pariwisata dari Sisi Permintaan Dan Penawaran
Selama kurun waktu tujuh tahun (1992 - 1998) sumbangan sektor pariwisata
berdasarkan metode gabungan antara sisi permintaan dan penawaran mengalami
fluktuasi naik turun. Sumbangan terbesar terjadi pada tahun 1997 yang mencapai
10,95 persen dan paling rendah terjadi pada tahun 1993 sebesar 8,80 persen.
Namun bila dilihat menurut jenis kegiatan sumbangan paling banyak selama
kurun waktu tujuh tahun adalah rumah makan/restoran.
Pada tahun 1997 di mana krisis ekonomi mulai melanda Indonesia, justru
sektor pariwisata memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB selama kurun
waktu 7 tahun (1992 - 1998). Tahun berikutnya, 1998, krisis ekonomi semakin
terasa dampaknya oleh masyarakat dan dunia usaha pada umumnya, termasuk
usaha pariwisata. Sehingga sumbangan sektor pariwisata terhadap PDRB pada
tahun tersebut mengalami penurunan sebesar 14,43 persen, yaitu dari 10,95 persen
pada tahun 1997 menjadi 9,37 persen pada tahun 1998. Namun jika dilihat
perkembangan PDRB pada tahun yang sama terjadi penurunan sebesar 17,58
persen. Ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata masih bisa diharapkan sebagai
salah satu pendorong roda ekonomi di DKI Jakarta dengan meningkatkan
sumbangan sektor ini terhadap PDRB.
 Jika dilihat nilai tambah yang diciptakan sektor pariwisata pada tahun 1998
sebesar Rp 11.574,07 milyar memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) pada sektor ini sebesar Rp 238,50 milyar atau 2,06 persen yang
berasal dari pajak pembangunan I (PB I), pajak hiburan dan retribusi. Pada tahun
1998 terjadi penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, di mana
PAD yang diperoleh pada tahun tersebut sebesar Rp 319,81 milyar atau sebesar
3,20 persen dari nilai tambah sektor pariwisata.
Seperti halnya nilai tambah pariwisata, PAD pariwisata terbesar selama kurun
waktu 6 tahun (1993-1998) terjadi pada tahun 1998. Namun apabila dilihat
sumbangan PAD pariwisata terbesar terhadap perolehan total PAD di DKI Jakarta
 justru terjadi pada tahun 1997 yaitu sebesar 27,01 persen. Sedangkan pada tahun
1998 hanya mencapai 21,17 persen. Di sini juga menunjukkan bahwa sektor
pariwisata masih bisa menjadi salah satu pemasukan utama PAD.

[17]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

Kasus (Pulau Bali) 


Seperti yang telah kita ketahui bersama, Pulau Bali merupakan daya tarik wisata
yang dimiliki oleh Negara Indonesia secara Internasional. Oleh karena itu, harus ada
perhatian khusus dari pemerintah pusat mengenai bagaimana mengatur perputaran

perekonomian yang terjadi di Pulau Bali. Jangan sampai terjadi kebocoran yang cukup
besar sehingga menjadi tidak ada gunanya keberadaan pariwisata di Pulau Bali.
Berdasarkan fakta yang didapatkan, Pembangunan di Propinsi Bali didasarkan pada
bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian dalam arti luas guna melanjutkan
usaha-usaha memantapkan swasembada pangan, pengembangan sektor pariwisata dengan
karakter kebudayaan Bali yang dijiwai oleh agama Hindu, serta sektor industri kecil dan
kerajinan yang berkaitan dengan sektor pertanian dan sektor pariwisata (Anonim, 1999;
 Anonim, 2001.
Dari pernyataan diatas, diketahui bahwa keadaan perekonomian Bali sangat

bergantung pada sektor pariwisata salah satunya. Tentu juga dengan didukung oleh
perkembangan sektor industri kecil yang memainkan peran dalam sektor
pariwisatanya juga. Hal itu juga ditandai dengan pertumbuhan ekonomi Bali yang
selalu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Pada perencanaan lima tahun
yang dikeluarkan oleh pemerintah, Bali mengalami kenaikan-kenaikan yang cukup
signifikan. Penjabarannya dapat dilihat dibawah ini :
   Pelita I perekonomian Bali tumbuh 7,32%;
   Pelita II sebesar 8,55%;
   Pelita III sebesar 14,01%,

  Pelita IV sebesar 8,28%;


  dan pada Pelita V tumbuh sebesar 8,40%.
  Sedangkan dalam Pelita VI (1994-1998) pertumbuhan perekonomian Bali rata-
rata 5,07% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sebelumnya.
Pertumbuhan perekonomian Bali 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993
sebesar 2,78%, Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan lima tahun sebelumnya
yang disebabkan oleh dampak krisis ekonomi nasional 1997/1999 dan Bom Kuta I
tahun 2002. Namun pertumbuhan ekonomi Bali 2004-2005 atas harga konstan tahun
2000 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 5.09%. Walau tahun 2005 Bali lagi-lagi
diguncang Bom Kuta II, tetapi tidak banyak berpengaruh terhadap perekonomian Bali
karena wisatawan tetap datang ke Bali walau sedikit mengalami penurunan.
Pulau Bali mengalami pertumbuhan ekonomi lokal yang cukup signifikan
disamping faktor pariwisata yang sangat indah, Pulau Bali memiliki adat yang cukup
kuat sehingga masyarakat lokal tidak mudah mengalami degradasi sosial walaupun
banyak wisatawan mancanegara yang datang ke Pulau Bali. Dengan begitu,

[18]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

keekonomian lokal di Pulau Bali sangat terjaga dan tidak terlalu banyak kebocoran
yang terjadi sehingga masyarakat lokal dapat terberdayakan.

[19]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional
5/17/2018 BisnisPariwisata-Pertumbuhan Pariwisata&EkonomiNasional-slidepdf.com

Daftar Pustaka

Canada Government Revenue Attributable to Tourism. 2007. Research Paper :


Income and Expenditure Accounts Technical Series: Catalogue no. 13-604-M — No.
60. Canada : Canada Government Revenue Attributable.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. 2005. Rencana Strategis Pembangunan
Kebudayaan dan Pariwisata Nasional 2005 – 2009. Jakarta : Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata RI.
Antara, Made. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas
Udayana, Bali
Rai Utama, Bagus. 2011. Dimensi Ekonomi Pariwisata: Kajian Terhadap Dampak
Ekonomi dan Refleksi Dampak Pariwisata Terhadap Pembangunan Ekonomi Provinsi
Bali. Denpasar : S3 Doktor Pariwisata, Universitas Udayana.

Website :
http://pisoftskill.blogspot.com/2011/03/perekonomian-indonesia.html
http://architecturetourism.files.wordpress.com/2009/06/multiplier-effect-
pariwisata1.jpg. Diunduh Maret 2012
http://kppo.bappenas.go.id/preview/282
http://travel.kompas.com/read/2012/01/06/08213046/Pertumbuhan.Pariwisata.
Selalu.di.Atas.Pertumbuhan.Ekonomi
http://student.eepis-
its.edu/~wongthathu/COOL/MANAJ.%20PROYEK%20SI/Day%201/Contoh
%20Tugas/Tugas%20ManPro%201/Lampiran/rupe18.htm

[20]

http://slidepdf.com/reader/full/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi-nasional

Anda mungkin juga menyukai