Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 3(2) : 71-84 (2015) ISSN : 2303-2960

PEMANFAATAN LIMBAH BUDIDAYA IKAN LELE UNTUK BUDIDAYA IKAN NILA


DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA YANG DIPELIHARA DENGAN WADAH
BERTINGKAT DALAM KOLAM

Utilization of catfish culture waste forTilapia culture with different reared stocking
density in pond cage level

Rizal Firdaus1, Ade Dwi Sasanti1*, Yulisman1


1
PS.Akuakultur Fakultas PertanianUNSRI
Kampus Indralaya Jl. Raya Palembang Prabumulih KM 32 Ogan Ilir Telp. 0711 7728874
*
Korespondensi email : sasanti.ade@gmail.com

ABSTRACT
The aim of this research was to determine the growth, survival of catfish (Clarias sp.)
and tilapia (Oreochromis niloticus) in cage level in pond system. The research held in
Laboratorium Budidaya Perairan, Aquaculture Study Program, Agriculture Faculty, Sriwijaya
University on June 2015. Research used Completely Randomized Design (CRD) which are three
treatments and three replications, there were stocking density of catfish100 ind.m-2(166 ind.m-3)
and tilapia 25 ind.m-2 (31 ind.m-3), stocking density of catfish 100 ind.m-2(166 ind.m-3) and tilapia
50 ind.m-2 (62 ind.m-3), and stocking density of catfish100 ind.m-2(166 ind.m-3) and tilapia 75
ind.m-2 (93 ind.m-3). Parameters were growth, survival and water chemical physics.The result
showed that tilapia stocking density of 75 ind.m2 could balance growth and survival of
catfish and tilapia that reared in leveling media in pond. Treatment of P3 with tilapia
stocking density of 75 ind.m2 showed both absolute length and weight were 1.54 cm and
3.91 g, and both absolute length and weight growth of catfish were 5.91 cm, and 18.95 g.
Survival rate of tilapia and catfish both were 76% and 94%.

Keyword : Aquaculture waste, Cage, Pond, Stocking density, Catfish and Tilapia

PENDAHULUAN

Ikan lele (Clarias sp.) dan ikan yang sesuai baik untuk mempertahankan
nila (Oreochromis niloticus) merupakan maupun meningkatkan produksi yang
jenis komoditas perikanan yang telah dicapai.
diproyeksikan terus berkembang Berdasarkan Kementerian
(Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pertanian (2013) diversifikasi merupakan
2010).Oleh sebab itu, kegiatan budidaya metode budidaya ikan yang dapat
komoditas tersebut harus berorientasikan mengoptimalkan lahan yang ada dengan
pengembangan produksi yang hasil produksi yang lebih beragam. Sejalan
dihasilkan.Berdasarkan hal tersebut, dengan hal tersebut, Yasin (2013)
dibutuhkan metode kegiatan budidaya menyatakan diversifikasi budidaya dapat

70
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Firdaus, et al. (2015)

dilaksanakan dengan penerapan metode optimaldalam memanfaatkan limbah


polikultur.Salah satu metode polikultur budidaya ikan lele dengan padat tebar 100
dalam kegiatan budidaya perikanan adalah ekor lele per m2 belum diketahui. Sehingga
sistem karamba dalam kolam (Yi et al., perlu dilakukan penelitianmengenai
2003).Sistem tersebut merupakan salah pemeliharaan ikan lele dan nila pada
satu teknik intensifikasi budidaya ikan sistem karamba dalam kolam dengan padat
dengan hasil produksi yang lebih beragam tebar ikan lele yang samatetapi dengan
(Lazur dan Britt, 1997). padat tebar ikan nila yang berbeda.Tujuan
Karamba dalam kolam merupakan daripenelitian ini adalah untuk
budidaya ikan dalam karamba yang mengetahuipertumbuhan, kelangsungan
diletakkan dalam kolam yang juga berisi hidup, dan padat tebar ikan nila yang dapat
ikan budidaya.Pada sistem tersebut hanya memanfaatkan limbah hasil budidaya ikan
ikan pada karamba yang diberi pakan, lele secara optimal pada wadah bertigkat
sementara ikan yang berada dalam kolam dalam kolam.
memanfaatkan sisa pakan yang tidak
termakan dan limbah budidaya dari BAHAN DAN METODE
karamba (Yi 1999).Hasil penelitian Yi et
al. (2003) menunjukkan bahwa penerapan Penelitian ini dilakukan di

sistem karamba dalam kolam layak LaboratoriumBudidayaPerairan, sedangkan

diterapkan untuk ikan lele dan nila.Hal analisa kualitas air bertempat di Balai

tersebut ditunjukkan dengan ikan nila Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian


2
dapat efektif memanfaatkan nutrisi yang Penyakit, Palembangpada bulan Juni 2015

terkandung dalam air limbah budidaya selama 30 hari.

ikan lele.
Sistem karamba dalam kolam telah Alat dan Bahan

dipraktekkan melalui intensifikasi alga Bahan yang digunakan dalam

dengan menggunakan kombinasi catfish- penelitian adalah ikan lele, ikan nila, pelet,

carp (Wahab et al. 2005), sahar-tilapia probiotik dan enceng gondok. Alat yang

(Yadav et al. 2007), tilapia-tilapia (Yi digunakan meliputi waring, kolam

1999), catfish-tilapia (Yi et al. 2003) dan terpal,blower,timbangan digital, penggaris,

climbing perch-tilapia (Yi et al. 2005). termometer, pH meter, DO meter dan

Tetapi, padat tebar ikan nila yang skopnet.

71
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Firdaus, et al. (2015)

Rancangan percobaan Cara Kerja


Rancangan penelitian yang Persiapan penelitian
digunakan adalah Rancangan Acak Wadahpemeliharaanikanberupa
Lengkap, (RAL) dengan tiga perlakuaan wadah bertingkat dalamkolamberukuran
dan tiga ulangan. Perlakuan dalam 1,25 m x 0,8 m x 0,6 mdandimensikolam
peneltian ini adalah perbedaan padat tebar plastik3 m x 1 m x 1 m. Pada setiap
ikan nila yang dipelihara dengan ikan lele kolamditempatkan satu buah karamba yang
pada sistem wadah bertingkat dalam kolam. diposisikan pada bagian tengah dan
Ikan lele ditebar dengan jumlah yang sama diletakkan 20 cm dari dasar kolam. Kolam
pada setiap perlakuan. Padat tebar ikan lele diisi air yangtelah diendapkan terlebih
mengacu pada pelaksanaan penelitian dahulu. Ketinggian air kolam adalah 80 cm,
Rohmana (2009) yaitu sebanyak 100 sedangkan ketinggian air dalam karamba 60
ekor.m-2 dengan ketinggian air 60 cm. cm. Aerasi diberikan sebanyak empat titik
Sedangkan padat tebar ikan nila mengacu setiap kolam percobaan.
pada perlakuan terendah dari penelitian
Mujiono (2008) yaitu 75 ekor.m-2. Penebaran ikan
Perlakuan tersebut ditetapkan sebagai Benih ikan lele ditebardalam
perlakuan tertinggi dalam penelitan dengan wadah bertingkat, sedangkan ikan nila di
pertimbangan perbedaan sistem dalam kolam. Ikan lele ditebar terlebih
pemeliharaan yang digunakan. Adapun dahulu dengan ukuran 9+1 cm dan tujuh
perlakuan yang diterapkan adalah sebagai hari kemudian ikan nila ditebar di
berikut : kolam.Ikan nila yang ditebar memiliki
P1 : benih ikan lele 100 ekor.m-2: benih panjang 6+0,5 cm. Berdasarkan hasil 3uji
ikan nila 25ekor.m-2. pendahuluan, setelah tujuh hari
P2 : benih ikan lele 100 ekor.m-2: benih pemeliharaan ikan lele, air sudah berubah
-2
ikan nila 50 ekor.m . menjadi hijau muda yang menandakan
P3 : benih ikan lele 100 ekor.m-2: benih plankton sebagai pakan alami untuk ikan
ikan nila 75 ekor.m-2. nila sudah mulai tumbuh. Sebelum ikan
nila ditebar, diukur panjang dan beratnya.
Padat tebar disesuaikan dengan perlakuan
penelitian..

72
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Firdaus, et al. (2015)

Pemeliharaan ikan Parameter


Pemeliharaan ikan dilakukan Pertumbuhan Ikan
selama 30 hari. Setelah ditebar ikan Pertumbuhan ikan yangdiukur
dipuasakan selama satu hari.Pengukuran meliputi panjang dan berat
panjang dan berat ikan di awal dan akhir ikan.Pengukuran dilakukan pada awal dan
pemeliharaan dilakukan menggunakan akhir pemeliharaan.Data hasil pengukuran
metode sampling dengan jumlah sampel 10 digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
ekor ikan lele dan ikan nila untuk setiap panjang mutlak dan pertumbuhan berat
unit percobaan.Selama masa pemeliharaan mutlak dengan menggunakan rumus
dilakukan pemberian pakan, pemberian Effendie (2002) berikut :
probiotik, dan pengontrolan ketinggian
air.Pemberian pakan dilakukan secara at L = Lt-L0
satiation dengan frekuensi pemberian tiga Keterangan:
kali setiap hari.Pakan yang digunakan L = Pertumbuhanpanjang (cm)
adalah pakan apung komersil berbentuk L0 = Panjangawal (cm)
pelet dengan kandungan protein 39-41 %. Lt = Panjangakhir (cm)
Pakan hanya diberikan pada ikan lele yang
dipelihara dalam wadah bertingkat. W = Wt-W0
Pemberian probiotik berdasarkan Keterangan:
hasil penelitian Hartini (2013) dan W = Pertumbuhanberat (g)
Parameswariet al. (2013) yaitu sebesar 10 W0 = Berat awal (g)
μl.L-1 dengan frekuensi pemberian setiap Wt = Berat akhir (g)
satu minggu. Probiotik diberikan pada air
media pemeliharaan. Pemberian probiotik Kelangsungan Hidup Ikan
berfungsi untuk membantu percepatan Perhitungan persentase
penguraian limbah dari ikan lele. kelangsungan hidup ikan lele dan nila
Pengontrolan ketinggian air dihitung dengan menggunakan rumus
dilakukan setiap hari.Pergantian air tidak Effendie (2002) sebagai berikut :
dilakukan selama waktu pemeliharan,
tetapi penambahan air dilakukan jika Nt
KH = x 100 %
terjadi penurunan ketinggian air.Air No
ditambahkan sampai ketinggian semula.

73
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Firdaus, et al. (2015)

Keterangan : Kualitas Air


KH = Kelangsungan hidup (%) Kualitasair yang diukur pada
Nt = Jumlah ikan pada akhir penebaran penelitian ini meliputi suhu, pH, oksigen
(ekor) terlarut, amonia, nitrit, nitrat. Pengumpulan
No = Jumlah ikan pada awal data kualitas air tersaji pada Tabel 1.
penebaran(ekor)
Tabel 1. Pengumpulan data kualitas air media pemeliharaan
No Parameter Pengukuran Alat/Metode Frekuensi pengukuran
1 Suhu Insitu Termometer Setiap hari
2 Ph Insitu pH-meter Setiap sepuluh hari
3 Oksigen terlarut Insitu DO-meter Setiap sepuluh hari
4 Amonia Eksitu SNI 06-2479-1991 Setiap sepuluh hari
5 Nitrit Eksitu SNI 06-2480.1991 Setiap sepuluh hari
6 Nitrat Eksitu SNI 06-6989.9-2004 Setiap sepuluh hari

Analisis data HASIL DAN PEMBAHASAN


Data kelangsungan hidup dan
pertumbuhan diuji secara statistik dengan Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
menggunakan analysis of variance Ikan Lele
(ANOVA) taraf kritis 5%. Jika tedapat
perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Pertumbuhan dan kelangsungan
lanjut Beda Nyata Terkecil hidup merupakan parameter yang diamati
(BNT)(Hanafiah, 2010). Data kualitas air dalam penelitian ini karena merupakan
yang diperoleh dari setiap perlakuan indikator keberhasilan budidaya. Adapun
berupa suhu, pH, oksigen terlarut, amonia, data pertumbuhan panjang mutlak,
nitrit dan nitratdianalis secara deskriptif. pertumbuhan berat mutlak, dan
kelangsungan hidup ikan lele berturut-turut
tersajikan dalam Tabel 2, 3, dan 4.

74
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Firdaus, et al. (2015)

Tabel 2. Pertumbuhan panjang mutlak ikan terkandung dalam pakan mencukupi untuk
lele
menunjang pertumbuhan ikan
Perlakua Pertumbuhan Pertumbuhan
n Ikan panjang panjangmutla lele.Dengandemikian tidak terjadi
Lele Panjan Panjan k persaingan dalam mendapatkan makanan
g awal g akhir ± standar
(cm) (cm) deviasi (cm) ataupun kekurangan nutrisi yang dapat
P1 8,69 14,70 6,01±0,54
mempengaruhi pertumbuhan ikan lele.
P2 8,75 14,40 5,65±0,33
P3 8,68 14,59 5,91±0,58 Ikan lele mendapatkan sumber nutrisi
utama yang berasal dari pelet yang
Tabel 3. Pertumbuhan berat mutlak ikan
lele diberikan secara rutin. Menurut BSNI

Perlakuan Pertumbuhan Pertumbuhanberat (2006) pakan yang digunakan untuk


Ikan Lele berat mutlak pemeliharaan ikan mengandung kadar
Berat Berat ± standar deviasi
awal akhir (g) protein minimal sebesar 25%.
(g) (g)
Kelangsungan hidup ikan lele dari
P1 4,24 23,75 19,52±2,96
P2 4,22 22,23 18,01±1,48 hasil pemeliharan tergolong baik (Tabel
P3 4,15 23,10 18,95±2,49
4). Hasil uji statistik menunjukkan tidak

Tabel 4. Kelangsungan hidup ikan lele terdapat perbedaan nyata (P>0,05)

Perlakuan Kelangsungan Kelangsungan terhadap semua perlakuan (Lampiran 3).


Ikan Lele hidup hidup ± Hal tersebut menunjukan bahwa padat
Jumlah Jumlah standar
awal akhir deviasi (%) tebar ikan 100 ekor per m2 untuk ukuran
(ekor) (ekor)
karamba 1,25 x 0,8 x 0,6 m merupakan
P1 100 100 100,00±0,00b
P2 100 99,33 99,33±1,15b padat tebar yang masih dapat menunjang
P3 100 94 94,00±3,00a
kelangsungan hidup ikan lele.
Data hasil penelitian menunjukkan Kelangsungan hidup ikan juga ditunjang
nilai rata-rata pertumbuhan panjang oleh kondisi kualitas air media
mutlak ikan lele berkisar antara 5,65 – pemeliharaan. Kondisi kualitas air media
6,01 cm sedangkan pertumbuhan berat merupakan salah satu faktor yang
mutlak berkisar antara 18,01 – 19,52 g. mempengaruhi pertumbuhan dan
Pertumbuhan panjang mutlak dan kelangsungan hidup ikan. Kondisi kualitas
pertumbuhan berat mutlak ikan lele tidak air media yang buruk akan menyebabkan
berbeda nyata (P>0,05) pada setiap terganggunya fungsi fisiologi tubuh ikan
perlakuan. Hal ini diduga karena jumlah dan dapat mengakibatkan kematian pada
pakan yang diberikan dan protein yang ikan (Effendi, 2003). Pada penelitian ini,

75
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Firdaus, et al. (2015)

walaupun terjadi peningkatan nilai amonia, Tabel 5. Pertumbuhan panjangmutlak ikan


nila
nitrit dan nitrat pada P3 tetapi nilai
Perlakuan Panjang ikan Pertumbuhan
tersebut masih dalam kisaran optimum Ikan Nila Panjang Panjang panjang
untuk ikan lele yaitu kurang dari 1 mg/L awal akhir mutlak
(cm) (cm) ± standar
untuk amonia Robinette (1976) dalam deviasi (cm)
P1 6,08 7,50 1,43±0,13
Nisrinah et al (2013) kurang dari 0,306 P2 5,96 7,43 1,47±0,10
mg/L untuk nitrit dan kurang 0,97 mg/L P3 5,99 7,53 1,54±0,04

untuk nitrat (Firdus dan Muchlisin, 2010).


Tabel 6. Pertumbuhan berat mutlak ikan
Sedangkan untuk pH air, nilai pH yang nila
rendah hanya terjadi saat awal Perlakuan Berat ikan Pertumbuhan
pemeliharaan (dalam sepuluh hari Ikan Nila Berat Berat berat mutlak
awal akhir ± standar
pertama) selanjutnya nilai pH berada (g) (g) deviasi (g)
P1 3,93 7,15 3,21±0,27a
dalam kisara optimum ikan lele 6,5 – 8,6
P2 3,66 6,99 3,33±0,27a
(BSNI, 2000) yang tersaji pada Tabel 8. P3 3,53 7,43 3,91±0,05b
*Keterangan : huruf superscrib yang berbeda
Dengan demikian kualitas air media menunjukkan antar perlakuan
berbeda nyata (P>0,05)
pemeliharaan masih dalam kisaran optimal
untuk budidaya ikan lele.
Tabel 7. Kelangsungan hidup ikan nila
Perlakuan Kelangsungan Kelangsungan
Pertumbuhan dan KelangsunganHidup Ikan Nila hidup hidup
Jumlah Jumlah ± standar
Nila awal akhir deviasi (%)
Ikan nila yang dipelihara dalam (ekor) (ekor)
P1 75 66,67 88,89±4,29b
kolam walaupun tidak diberi pakan, pada P2 150 122 81,83±3,71ab
P3 225 171 76,00±6,46a
akhir pemeliharan diketahui mengalami *Keterangan : huruf superscrib yang berbeda
pertumbuhan yang dicirikan dengan adanya menunjukkan antar perlakuan
berbeda nyata (P>0,05)
pertumbuhan panjang mutlak dan
pertumbuhan berat mutlak ikan. Adapun Data hasil penelitian
nilai
6
data pertumbuhan panjang mutlak , pertumbuhan panjang mutlak ikan nila
pertumbuhan berat mutlak, dan berkisar antara 1,43 sampai 1,54
kelangsungan hidup ikan nila berturut-turut cm,pertumbuhan berat mutlak berkisar
tersajikan dalam Tabel 5, 6, dan 7: antara 3,21 sampai 3,91 g sedangkan
kelangsungan hidup berkisar antara 76,00
– 88,89%. Pertumbuhan panjang mutlak,

76
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Firdaus, et al. (2015)

pertumbuhan berat mutlak, dan Pada penelitian ini limbah


kelangsungan hidup ikan nila tidak budidaya yang dihasilkan diduga dirombak
berbeda nyata (P>0,05) pada setiap oleh mikroorganisme pengurai dalam air
perlakuan kecuali pada pertumbuhan berat menjadi bahan organik yang dapat
P3. Data pertumbuhan dan kelangsungan membantu pertumbuhan plankton dan
hidup ikan nila pada penelitian ini mikroorganisme menguntungkan dalam air
menunjukkan bahwa padat tebar ikan nila media pemeliharaan. Plankton dan
hingga 75 ekor per m2 (P3) masih dapat mikroorganisme yang ada selanjutnya
menunjang pertumbuhan dan berperan sebagai sumber makanan bagi
kelangsungan hidup ikan nila dan lele ikan nila. Diduga plankton dan
dengan baik (Tabel 2. sampai dengan 7). mikroorganisme menguntungkan yang
Pada penelitian ini diduga jumlah hidup dalam air media pemeliharaan dapat
pakan komersil yang diberikan pada ikan juga berperan sebagai single cell protein
lele berada dalam jumlah yang cukup (SCP). SCP yang ada di air media
untuk menjaga ketersediaan pakan alami pemeliharaan dapat beperan sebagai pakan
bagi ikan nila dan keseimbagan ekosistem alami bagi ikan nila. Dengan demikian
dalam wadah budidaya. Pertumbuhan yang diduga padat tebar ikan lele 100 ekor per
terjadi pada ikan nila pada penelitian ini m2 dalam karamba dan diberi pakan
menunjukkan bahawa ikan nila dapat komersil serta padat tebar ikan nila hingga
memanfaatkan limbah budidaya ikan 75 ekor per m2dalam kolam (tanpa diberi
dengan baik. Limbah budidaya tersebut pakan komersil) masih dapat menjaga
dapat berupa feses atau sisa metabolisme keseimbangan ekosistem budidaya ikan
ikan lele dan nila, juga dapat berupa sisa lele dan nila pada sistem wadah bertingkat
pakan yang tidak termakan oleh ikan lele. dalam kolam.
Adanya penambahan probiotik dalam air Gunadi (2012) melaporkan bahwa
media pemeliharan diduga turut berperan sistem tropic level memanfaatkan bakteri
membantu proses perombakan limbah heterotropik sebagai sumber makanan
budidaya menjadi bahan organik yang untuk ikan nila yang bersifat filter feeder.
bermanfaat untuk menumbuhkan plankton Menurut Turker et al (2003) dalam
dan mikroorganisme menguntungkan Radhiyufa (2011) bahwa ikan nila
lainnya. merupakan spesies akuakultur dengan
tropik level feeding-nya rendah sehingga

77
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Firdaus, et al. (2015)

dapat digunakan sebagai filter feeder. sebesar 81,83%. Walaupun terjadi


Adapun diagram pemanfaatan limbah ikan penurunan nilai kelangsungan hidup ikan
lele untuk ikan nila pada Gambar 4.1. nila pada P3 sebesar 76% tetapi nilai
Secara statistik respon kelangsungan hidup ikan nila pada P3
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan masih lebih dari 75% atau tergolong dalam
lele tidak berbeda nyata antar perlakuan, kisaran optimum untuk kelangsungan
sedangkan pada ikan nila, respon hidup ikan nila (BSNI , 2009). Dengan
pertumbuhan pada perlakuan P3 berbeda demikian diduga kepadatan ikan nila 75
nyata dengan P2 dan P1. Pada perlakuan ekor per m2 masih tergolong cukup baik
P3 menghasilkan respon kelangsungan dalam memanfaatkan limbah budidaya
hidup ikan nila yang berbeda nyata dengan ikan lele yang dipelihara dengan kepadatan
perlakuan P1 sebesar 88,89% tetapi tidak 100 ekor ikan lele per m2.
berbeda nyata dengan perlakuan P2

Sumber : Gunadi (2009)

Gambar 1. Diagram pemanfaatanlimbah budidaya ikan lele untuk ikannila

78
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Firdaus, et al. (2015)

4.3. Kualitas Air masih berada di dalam kisaran optimum


Hasil pengukuran kualitas air untuk pemeliharaan ikan lele dan nila.
selama pemeliharaan disajikan pada Tabel Kualitas air media pemeliharaan ikan lele
8. Dari Tabel 8 diketahui bahwa dan nilaselama penelitian disajikan dalam
nilaikualitas air pada setiap perlakuan Tabel 8.

Tabel 8Kualitas air media pemeliharaan ikan lele dan nila.


Perlakuan Nilai
Suhu (oC) pH Oksigen Amonia Nitrit Nitrat (mg/L)
terlarut (mg/L) (mg/L) (mg/L)
P1 25 – 29 5,98–6,70 3,46 – 4,46 0,22 – 0,42 0,009 – 0,06– 0,37
0,034
P2 25 – 29 5,76–6,67 3,58 – 4,93 0,09 – 0,57 0,008 – 0,03– 0,39
0,039
P3 25 – 29 5,76–6,60 3,53 – 4,87 0,23 – 0,63 0,011 – 0,06– 0,42
0,042
Optimum 0,003 –
25 – 30a 6,5 – 8,6a > 1a < 1b 0,02 – 0,97c
ikan lele 0,306c
Optimum
25 – 32d 6,5 – 8,5d ≥ 3d < 1e < 0,06f < 1f
ikan nila
Keterangan :
a
= BSNI (2000)
b
= Robinette (1976) dalam Nisrinahet al (2013)
c
= Firdus dan Muchlisin (2010)
d
= BSNI (2009)
e
= Boyd (1982)dalamPutri et al(2012)
f
= Lawson dalam Fikri (2012)

Adanya peningkatan nilai amonia kandungan amonia dalam darah


pada air media pemeliharaan diduga meningkat. Selain itu, amonia juga dapat
berpengaruh terhadap nilai kelangsungan masuk melalui difusi pada lapisan
hidup ikan lele dan nila. Nilai amonia yang epidermis karena perbedaan gradien
tinggi dapat mengakibatkan kematian pada konsentrasi antara media pemeliharaan dan
ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan cairan dalam tubuh ikan.Amonia dalam
Effendi (2003), bahwa tingginya amonia molekul NH3 pada tingkatan tertentu dapat
pada suatu perairan dapat menyebabkan menembus membran sel dan menyebabkan
kematian pada kultivan.Tingginya nilai kerusakan pada jaringan insang
amonia pada media budidaya (Poernomo, 1988 dalam Agus, 2008).
menyebabkan amonia masuk kedalam Perlakuan P3 merupakan perlakuan
tubuh ikan. Amonia masuk dalam tubuh dengan nilai amonia tertinggi (0,23 – 0,63
ikan melalui insang dan menyebabkan mg/L) dalam air media pemeliharaan dan

79
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Firdaus, et al. (2015)

memiliki nilai persentase kelangsungan dalam kisaran optimum untuk ikan lele
hidup ikan lele dan nila terendah dan nila yaitu kurang dari 1 mg/L. Adapun
(94,00±3,00 dan 76,00±6,46). Tetapi peningkatan nilai amonia dapat dilihat
meskipun terjadi peningkatan nilai amonia, pada Gambar 2.
nilai amonia air media pemeliharaan masih
0,7
0,6
0,5
Nilai Amonia (mg/L)

0,4
P1
0,3
P2
0,2
P3
0,1
0
10 20 30
Hari ke-

Gambar 2. Grafik peningkatan nilaiamonia

Nilai nitrit dan nitrat pada semua Penurunan kualitas air media
perlakuan memiliki kecenderungan pemeliharaan yang tidak sesuai dengan
meningkat nilainya di akhir penelitian. nilaioptimum ikan terjadi dikarenakan
Tetapi peningkatan nilai nitrit dan nitrat tidak adanya proses pergantian air selama
pada air media pemeliharaan, semuanya pemeliharaan.Penurunan kualitas air juga
masih berada dalam kisaran optimum dapat menjadi pemicu ikan menjadi stress.
untuk ikan lele dan nila (Tabel 8). Adanya Berdasarkan Sulistyowati (2002) dalam
nilai pH yang di luar kisaran optimum (< Fitriah (2004), bahwa stres dianggap
6,5) hanya terjadi pada awal pemeliharaan sebagai faktor utama yang dapat
yaitu sepuluh hari pertama pemeliharaan mengganggu mekanisme fisiologis ikan
ikan selanjutnya nila pH air berada di untuk bertahan dalam kondisi lingkungan
kisaran optimum untuk budidaya ikan lele yang tidak menguntungkan.
dan nilayaitu antara 6,5 – 8,6. Pada
Gambar 3 ditunjukkan fluktuasi nilai pH
selama pemeliharaan ikan.

80
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Firdaus, et al. (2015)

6,8

6,7
6,6
6,5
6,4
Nilai pH

6,3 P1
6,2 P2
6,1
6,0 P3

5,9
5,8
5,7
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Hari ke-

Gambar 3. Grafik fluktuasi harian pH

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Agus M. 2008. Analisis Carryng Capacity


1. Padat tebar ikan nila hingga 75 Tambak Pada Sentra Budidaya
Kepiting Bakau
ekor.m-2 masih dapat menunjang
(Scyllasp.)DiKabupatenPemalang–
pertumbuhan dan kelangsungan hidup JawaTengah. Tesis S2. Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro,
ikan lele dan nila yang dipelihara
Semarang.
dengan sistem wadah bertingkat
BSNI.2000. 01-6484.4-2000. Produksi
dalam kolam.
Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias
2. Perlakuan P3 dengan padat tebar ikan gariepinus X C.fuscus) Kelas Benih
Sebar.Badan Standar Nasional
nila 75 ekor.m-2 menghasilkan
Indonesia.
pertumbuhan panjang dan berat ikan
BSNI. 2006. 01-4087-2006. Nutrisi dan
nila sebesar 1,54 cm dan 3,91 g, dan
Karakteristik Pelet Lele. Badan
pertumbuhan panjang dan berat ikan Standar Nasional Indonesia.
lele 5,91 cm, dan 18,95 g, dengan nilai
BSNI. 2009. SNI 7550:2009. Produksi
kelangsungan hidup ikan nila dan lele Benih Ikan Nila (Oreochromis
niloticus Bleeker) Kelas
sebesar 76% dan 94
Pembesaran di Kolam Air

81
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Firdaus, et al. (2015)

Tenang.Badan Standar Nasional


Indonesia. Lazur AM dan Britt DC. 1997. Pond
recirculating production systems.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Southern Regional Aquaculture
Yayasan Pustaka Sri. Bogor. 163 Center Publication. Hal 455.
hal.
Kementerian Kelautan dan
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Perikanan.2010. Peraturan Menteri
Kanisius. Yogyakarta. Kelautan dan Perikanan Nomor
Per. 06/Men/2010 Tentang
Fikri MR. 2012. Perubahan Kualitas Rencana Strategi Kementerian
Media pada Produksi Ikan Nila Kelautan dan Peikanan Tahun 2010
Oreochromis niloticus dalam – 2014.Kementerian Kelautan dan
Budidaya Intensif Sistem IMTA Perikanan Republik Indonesia.
Outdoor dengan Kepadatan
Berbeda.Skripsi S1. Institut Kementerian Pertanian. 2013. Peraturan
Pertanian Bogor, Bogor. Menteri Pertanian Nomor :
15/Permentan/OT.140/2013
Firdus, Muchlisin ZA. 2010. Degradation Tentang Program peningkatan
Rate of Sludge and Water Quality Diversifikasi dan 10
Ketahanan
of Septic Tank (Water Closed) by Pangan Masyarakat Badan
Using Starbio and Freshwater Ketahanan Pangan Tahun
Cathfish as Biodegradator. Jurnal Anggaran 2013. Kementerian
Natural. 10 (1). Pertanian Republik Indonesia.

Gunadi B. 2012. Minimalisasi Limbah Mujiono A. 2008. Pemanfaatan Limbah


Nitrogen dalam Budidaya Ikan Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.)
Lele (Clarias gariepinus) dengan oleh Ikan Nila (Oreochromis
Sistem Akuakultur Berbasis niloticus) melalui
Jenjang Rantai Makanan. PengembanganFitoplankton.Skripsi
Disertasi. Sekolah Pascasarjana S1. Institut Pertanian Bogor,
Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bogor.

Nisrinah, Subandiyono, dan Elfitasari T.


Hanafiah KA. 2010. Rancangan
2013. Pengaruh Penggunaan
Percobaan Teori dan Aplikasi.
Bromelin Terhadap Tingkat
Fakultas Pertanian Universitas
Pemanfaatan Protein Pakan dan
Sriwijaya. PT. Raja Grafindo
Pertumbuhan Lele Dumbo (clarias
Persada. Jakarta.
gariepinus). Journal of
Aquaculture Management and
Hartini S. 2013. Kualitas Air,
Technology. 2 (2): 57-63.
Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Benih Ikan Gabus
Parameswari W., Sasanti AD., dan
(Channa striata) yang Dipelihara
Muslim. 2013. Populasi bakteri dan
dalam Media dengan Penambahan histology benih ikan gabus
Probiotik. Skripsi S1 (Tidak (Channa striata) yang dipelihara
dipublikasikan). Fakultas Pertanian dalam media dengan penambahan
Universitas Sriwijaya, Indralaya.

82
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Firdaus, et al. (2015)

probiotik. J. Akuakultur Rawa Yadav RK, Shresta MK, Pandit NP. 2007.
Indonesia (JARI). 1(1). Introduction of sahar (Tor putitora)
in cage-cum-pond integration
Putri FS, Hasan Z, dan Haetami K. 2012. system of mixed-sex nile tilapia
Pengaruh Pemberian Bakteri (Oreochromisniloticus). J.Our
Probiotik Pada Pelet yang Nature 5:52-59.
Mengandung Kaliandra
(Calliandracothyrsus) Terhadap Yang Yi, C. Kwei Lin, James S, Diana.
Pertumbuhan Benih Ikan Nila 2003. Hybrid catfish (Clarias
(Oreochromis niloticus). Jurnal macrocephalus_ C. gariepinus) and
Perikanan dan Kelautan. 3 (4) : Nile tilapia (Oreochromis
283-291. niloticus) culture in an integrated
pen-cum-pond system: growth
Radhiyufa M. 2011. Dinamika Fosfat dan performance and nutrient budgets.
Klorofil dengan Penebaran Ikan Aquaculture 217:395-408.
Nila (Oreochromis niloticus) pada
Kolam Budidaya Ikan Lele Yasin M. 2013. Prospek usaha budidaya
(Clarias gariepinus) Sistem udang organik secara polikultur.J.
Heterotrofik. Fakultas Sains dan Ilmiah AgrIBA. 1:86-99.
Teknologi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Yi Y. 1999. Modeling growth of nile tilapia
Jakarta. (Oreochromis niloticus) in a cage-
cum- pond integrated culture system.
Rohmana D.2009.Konversi Limbah J.Aquacultural Engineering 21:113-
Budidaya Ikan Lele, Clarias 133.
sp.Menjadi Biomassa Bakteri
Heterotrof untukPerbaikan Yi Y, C. Kwei Lin, James S. Diana. 2003.
Kualitas Air dan Makanan Udang Hybrid catfish (Clarias
Galah,Macrobrachium macrocephalus_ C. gariepinus) and
rosenbergii.Tesis S2. Sekolah Nile tilapia (Oreochromis niloticus)
Pascasarjana Institut Pertanian culture in an integrated pen-cum-
Bogor, Bogor. pond system: growth performance
and nutrient budgets. J.
Wahab MA, Masud OA, Yi Y, Diana JS, Aquaculture. 217:395-408.
Lin CK. 2005. Integrated cage-
cum-pond culture system with Yi Y, Phuong NT, Diana JS, Lin CK.
high-valued stinging catfish 2005. Integrated cage-cum-pond
(Heteropneustes fossilis) in cages culture system with high-valued
and low-valued carps in open pond. climbing perch (Anabas
Twenty-Second Annual Technical testudineus) in cage suspended in
Report. OregonAquaculture CRSP. nile tilapia (Oreochromis niloticus)
81-96. pond. Twenty-Second Annual
Technical Report. Oregon: J.
Aquaculture CRSP. 115-130.

83

Anda mungkin juga menyukai