Anda di halaman 1dari 8

REVIEW BUKU

SENTUHAN WAHYU PENYADAR KALBU


Karya : KH. Irfan Hielmy

Dibuat untuk memenuhi tugas mandiri


Mata Kuliah : Kewirausahaan
Dosen Pengampu : A. Nabil Athoillah, S.Th.I., M.Hum

Reviewer :
Rima Siti Rohimah J Nadiah

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYYAH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
2019
BAB I
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Sentuhan Wahyu Penyadar Kalbu


Penulis : KH. Irfan Hielmy
Penerbit : CV. Yrama Widya
Cetakan : Pertama, September 2003

Tentang Pengarang
K.H. Irfan Hielmy bin K.H. Ahmad Fadhil , dilahirkan di Ciamis pada 25
Desember 1933, adalah ulama besar dari Kabupaten Ciamis, putra dari K.H.
Ahmad Fadhil rahimahullah. Lahir di kalangan keluarga yang religius, dia mulai
mengkaji agama Islam klasik dari ayahanda dia, Kiai Ahmad Fadlil bin H. Abdul
Jalal bin Buyut Masitoh.
KH Irfan Hielmy sejak muda menuntut ilmu di berbagai Pesantren,
kemudian mendirikan Pesantren bersama ayahanda dia, K.H. Ahmad Fadhil yakni
Pesantren Darussalam Ciamis, Jawa Barat. Selain belajar dan mengkaji ilmu-ilmu
agama, Kyai Irfan Hielmy juga menekuni pendidikan formal. Sebagai seorang
terpelajar dan terdidik beliau juga aktif menjadi pengajar dan poltikus baik di
tingkat daerah dan nasional.
Dalam karya tulis beliau mempunyai cukup banyak karya tulis yang
menjadi mahakarya selepas beliau meninggal dunia dan salah satunya adalah buku
yang akan di review ini.

Tentang Buku
Buku ini berjudul “Sentuhan Wahyu Penyadar Kalbu” yang diterbitkan CV.
Yrama Widya pada tahun 2003. Sekilas buku ini nampak kecil dan sederhana
namun memiliki isi yang sangat lengkap sebagai bahan renungan untuk pribadi kita
manusia.
Buku ini memaparkan aspek keagaman dalam beberapa bidang seperti
ibadah dan muamalah disertai tips dan jalan agar yang membaca terbawa pada
pemikiran penulis untuk mewujudkan pribadi yang religius. Selain itu dalam buku
yang sederhana namun syarat makna ini seluruh isi bab dan sub nya di sertai dengan
keterangan Quran dan hadits serta contoh sebagai bumbu penguat tulisan.
Buku ini memiliki 7 sub judul yang diuraikan secara terperinci agar mudah
dipahami dan di enak untuk dibaca.
BAB II
ISI BUKU

 MENAKAR CINTA KEPADA ALLAH


Dalam sub judul pertama di buku ini penulis membuka buku dengan
membangkitkan rasa cinta manusia kepada penciptanya sebagai dasar dan pondasi
dalam membangun keislaman. Cinta kepada Allah merupakan modal awal untuk
membuahkan nilai ibadah dan muamalah, namun ada beberapa yang harus dilalui
oleh seseorang untuk menumbuhkan cinta kepada Allah diantaranya : (1).
Mengekang hawa nafsu pribadi (2). Menentang Hawa nafsu orang lain (3).
Memerangi setan dan para pengikutnya.
Hal tersebut diatas dikuatkan dengan sabda Nabi : “seseorang Mujahid
adalah orang yang berjihad dengan menentang nafsunya karena Allah”. Selain
memerangi hawa nafsu hal yang paling pokok adalah bersabar dalam memerangi
hawa nafsu tersebut, ketika ia mampu bersabar memerangi dirinya dari hawa nafsu
dan syahwat sesungguhnya ia akan mampu bersabar dalam jihad menentang
kemaksiatan dan kemungkaran.
Dalam hal lain menumbuhkan rasa cinta kepada Allah adalah untuk
menjaga manusia itu sendiri dari jebakan-jebakan syetan dan ketidak jelasan aturan
sebab dalam agama diperintahkan memelihara beberapa aspek agar manusia terjalin
hubungannya dengan allah, seperti dibawah ini :
1. Memelihara agama
2. Memelihara akal
3. Memelihara jiwa
4. Memelihara harta kekeyaan
5. Memelihara keturunan

 MENAKAR KADAR AKHLAK DAN PERILAKU KITA


Dalam sub kedua penulis menjelaskan tentang akhlak kepada sesama
manusia setelah pada bab sebelumnya menjelaskan tentang akhlak pada Allah.
Ada 3 poin penting dalam bab ini sebagau jalan menakar akhlak kita, diantaranya:
1. Mengendalikan Amarah
2. Bersama dalam menghadapi masalah
3. Menyeimbangkan beban dan tanggung jawab

 MENAKAR KEBENARAN IBADAH KITA


Pada sub ketiga ini penulis menjelaskan tentang Ibadah Mahdlah dalam
perspektif madzhab Islam. Ibadah adalah nama yang mencakup segala sesuatu yang
disukai dan dirdlai allah SWT dalam bentuk perkataan dan perbuatan, baik lahir
maupun bathin seperti shalat, puasa, haji, berbicara, menunaikan amanah, berlaku
baik pada orang tua dan silaturahim.
Dalam Ibadah Ada Ibadah Mahdlah dan Ghoir Mahdlah. Dalam Ibadah
mahdlah berlaku prinsip :
1. Mentaaati segala perintah yang tertuang dalam Al-Quran dan sunnah
2. Berpegang teguh pada Al-Quran dan sunnah
3. Berlaku pada jalan lurus dan tidak menyimpang
4. Tidak mengubah ketentuan nash

 MENAKAR KADAR PERILAKU SOSIAL BUDAYA KITA


Dalam sub ini penulis menjelaskan tentang sosial budaya kita, terutama
dalam hal :
1. Kepemimpian, jangan sampai masyarakat mengkultuskan individu
sebagai pemimpin yang mampu membingbingnya, sebab yang terjadi
tidak akan adanya kontrol sosial dari masyarakat
2. Islam dan Tradisi, pada saat corak berfikir manusia sudah relatif rasional
dan kritis harus bisa mengolah tradisi yang sesungguhnya sulit diakui
oleh akal sehat dan sama sekali tidak memiliki landasan teologis.
3. Kekuasaan yang Mashlahat,
4. Kerukunan beragama

 BELAJAR TAK PERNAH HENTI


Dalam bab ini penulis membahas perlu adanya sikap belajar tiada henti
dari setiap individu. Dan yang paling pokok belajar itu adalh dimulai dari belajar
mendewasakan diri sendiri, belajar mendewasakan dimana kita berada sehingga ada
kontrol dari dalam diri untuk menyelesaikan masalah yang kompleks.
Selanjutnay dalam bab ini dijelaskan tentang bagaimana Rasulullah yang
selalu belajar tiada henti dalam setiap waktunya. Serta meneladani sikap para
sahabat diantaranya Abu Bakar Al-Sidiq.

 KESADARAN TERHADAP SEJARAH SENDIRI


Dalam bab ini penulis memaparkan betapa pentingnya bangsa mempelajari
sejarah negara dan bangsa nya sendiri agar tercipta dan tumbuhnya rasa memiliki
pada bangsa dan tanah airnya. masalah yang kompleks sekarang ini haruslah
diselesaikan oleh beberapa elemen seperti masyarakat para pemimpin yang
harusnya mampu meneladani pada kasus yang dihadapi antara Nabi, kaum Anshar
dan Muhajirin.
Kembali kepada fitrah kesucian untuk membuat aman dan tentram dalam
diri serta tidak adanya kegelisahan yang menjadi konflik kita semakin rumit karena
sesungguhnya fitrah adalah kesucian yang membuat tentram sedang kejahatan
adalah tidak fitrah yang meimbulkan kegelisahan.
Selanjutnya penulis membahas betapa pentingnya pengembangan
pemahaman intelektualitas masyarakat sebagai salah satu pengalaman al-Quran
yang universal.
Dalam bab ini pula penulis menjelaskan bebrapa hal yang kaitannya dengan
ibadah yang ,mampu meningkatkan solidaritas dan kebersamaan. Diantaranya :
Puasa dan Ramadhan yang mampu membangun moment kebersamaan antar sesama
manusia. Selain kembali kepada kesucian puasa dan ramadhan mampu menjadi
ajang latihan untuk setiap lapisan masyarakat sekaligus pejabat sehingga
menimbulkan konsekuensi untuk berbuat baik dan membuat amalan-amalan yang
menjadikan setiap individu menjadi lebih baik.
Inilah kelebiahan-kelebihan syariat dan bahan ibadah bagi manusia tyang
Allah buat bukan hanya untuk melatih pribadinya tapi mampu dibawa dalam
kehidupan berbangsa dna bernegara.
Selanjutnya setelah puasa dan Ramadhan ada momen Idul Fitri sebagai
ajang silaturahim sebagai salah satu jalan membentuk manusia yang berkasih
sayang terhadap sesamanya tidak menjadikan perbedaan pilihan, perbenddan
orientasi sosial dan politik menjadi penghalang untuk saling mengasihi dan
menyayangi.

 MENUJU HAJI YANG MABRUR


Dalam bab ini penulis menjelaskan nsalah satu ritual yang sering
dilaksanakan oleh umat islam yakni ibadah hajii. Ibadah memang sarat dengan
nilai-nilai dan pesan-pesan moral, serta dipenuhi rahasia-rahasia keutaaman.
Rukun ibadah haji adalah : Ihram, Thawaf, Swukuf, Sa’i dan Tahalul.
Ada 3 macam ibadah haji : Haji Ifrad, Haji tamattu dan Haji Qiran.
Keutamaan ibadah haji diantaranya :
- Haji adalah amal yang utama
- Salah satu bentuk jihad
- Haji mengembalikan kepada fitrah
- Haji mabrur balasannya adalah surga.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam buku Sentuhan Wahyu Penyadar Kalbu ini, penulis KH. Irfan
Hielmy membahas perlunya kita individu, bangsa dan negara kembali kepada tata
nilai yang mampu membimbing, menuntun, memandu dan memberi petunjuk
kepada semuanya. Kembali kepada sistem dan tata nilai yang universal, yang tidak
dibatasi oleh tempat dan waktu ynag tidak luntur oleh zaman.
Buku ini dianggap mampu memberikan pelajaran dan tuntunan kepada
masyarakat dan seluruh elemen negara untuk kembali kepada fitrah manusia
sesungguhnya yang bersumber pada Al-Quran dan Hadits Rasul yang tidak pernah
luntur oleh zaman guna diterapkan dalam segala aspek kehidupan agar membawa
ketentramann dan keamanan dalam kehidupan bernegara sebelum masyarakat
mempunyai pemahaman lain yang lebih anarkis.

Komentar :
Buku ini memiliki kelebihan diantara nya adalah bahasa yang digunakan
dalam buku ini mudah untuk dimengerti. Dalam buku ini tidak hanya
menyajikanteori-teorinya saja tetapi juga sebagian besar isi tiap bab-nya disertai
ayat-ayat Al-Quran sehingga berfungsi untuk menguatkan teori-teori yang ada
dalam buku tersebut. Selain itu pada setiap bab nya terdapat kesimpulan yang
kemudia disertai pendapat dari sang pengarang sehingga kita dapat lebih
memahami buku ini.
PP

Anda mungkin juga menyukai