Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat
serta karunia-Nya semata, sehingga tugas Asuhan Keperawatan ini dapat terselesaikan
dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Praktek Klinik Keperawatan Dasar 1.
Praktek Klinik Keperawatan Dasar 1 salah satu mata kuliah wajib di Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso.
Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak akan dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin megucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM, M. Kes sebagai Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso;
2. Bapak Muhlis kurniawan, S.STtee sebagai Kepala Ruangan Melati
3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.
Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari
Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.

situbondo, 7 mei 2019

1
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 3
1.1.Latar Belakang Masalah ............................................................................ 3
1.2.Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3. Tujuan Masalah..........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 5
2.1 kebutuhan imobilitas dan mobilitas ........................................................... 5
2.2. faktor faktor yang mempengaruhi mobilitas ............................................ 7
2.3. perubahan sistem tubuh akibat imobilitas ................................................ 9
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................ 10
3.1.Biodata ....................................................................................................... 10
3.2.Riwayat Kesehatan..................................................................................... 11
3.3. Pola Fungsi Kesehatan .............................................................................. 12
3.4. Pemeriksaan Fisik ..................................................................................... 14
3.5. Pemeriksaan Diagnostik............................................................................ 17
3.6. Laboratorium............................................................................................. 17
3.7. Terapi ........................................................................................................ 17
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 26
4.1. Kesimpulan ............................................................................................... 26
4.2. Saran ......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,


mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian
(Barbara Kozier, 1995).
Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik
dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah
satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat
duduk atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004).
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan
mobilisasi secara aktif.
Mobilisasim secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan
tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi
aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa
bantuan dari orang lain (Priharjo, 1997).
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya
penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada
pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus
diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat
mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisa.

Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) dini menurut Carpenito tahun 2000 adalah suatu
upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita
untuk mempertahankan fungsi fisiologis.
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu kesatuan
yang saling berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah
adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan
musculoskeletal.
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apadefinisi dari kebutuhan aktivitas?
2. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan aktivitas?
3. Apa saja kebutuhan mobilitas dan imobilitas?
4. Apa saja kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi?
5. Bagaimana cara mengatur posisi tempat tidur pasien?
6. Bagaimana cara memindahkan pasien?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari kebutuhan aktivitas


2. Mengetahui sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan aktivitas
3. Mengetahui apa saja kebutuhan mobilitas dan imobilitas
4. Memahami apa saja kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi
5. Memahami bagaimana cara mengatur posisi tempat tidur pasien
6. Mengetahui bagaimana cara memindahkan pasien

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebutuhan Mobilitas Dan Imobilitas

A. Mobilitas

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.

Jenis Mobilitas

1. Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk
dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera
atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapt mengalami
mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan
sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan
tulang.
b) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem
saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi
karena cedera tulang belakang, poliomielitis karena terganggunya sistem saraf
motorik dan sensorik.

5
B. Aktifitas

Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan
kegiatan dengan bebas (kosier,1989).
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit
berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping
kemampuan mengerakkan ekstermitas atas. (Hincliff, 1999).
Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) dini menurut Carpenito tahun 2000 adalah suatu upaya
mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk
mempertahankan fungsi fisiologis.
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu kesatuan yang saling
berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan
seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup.
 Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk
membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan
mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan,
fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ
dalam.
Terdapa tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid
seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur dan
tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah.
Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis,
metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah
dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.
2. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan
keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui
tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat
berfungsi kembali.
3. Ligamen

6
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligament bersifat
elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut
merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan
ketidakstabilan.
4. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem saraf tepi
(percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian
somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat
seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan
kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan
kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada
daerah radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi
dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan berbagai derajat
pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan
sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup
kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul,
lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas

Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan diantaranya :


1. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya
hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.

2. Proses Penyakit/Cedera

Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat memengaruhi fungsi
sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami
keterbatasan pergerakan dalam ekstrimitas bagian bawah.

7
3. Kebudayaan

Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Sebagai contoh, orang
yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat;
sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya
tertentu dilarang untuk beraktivitas.

4. Tingkat Energi

Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas
dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.

5. Usia dan Status Perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini
dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan perkembangan usia.

B. Imobilitas

Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan di mana seseorang tidak dapat bergerak
secara bebas karena kondisi yang menganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami
trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya.
Jenis Imobilitas

1. Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan
hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak
dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.

2. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya


pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.

3. Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional


karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh, keadaan
stress berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan
bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.

8
4. Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi
sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan
sosial.

2.3 Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas

1. Perubahan Metabolisme
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
3. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
4. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
5. Perubahan Sistem Pernapasan
6. Perubahan Kardiovaskuler
7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
8. Perubahan Sistem Integumen
9. Perubahan Eliminasi
10. Perubahan Perilaku

9
U N I V E R S I T A S B O N D O W O S O

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Jalan Chairil Anwar No.3B Tlp/Fax. (0332) 433015


Bondowoso

FORMAT PENGKAJIAN

AKTIVITAS DAN MOBILITAS

Rumah sakit : Abdoer rahem situbondo

Ruangan : Melati

Tgl/Jam MRS : 13-04-2019/08.30 wib

Dx. Medis : Hidrokel testis

No. Register :19290898

Pengkajian Oleh : Kelompok 4

Tgl/Jam pengkajian : 15-04-2019

PENANGGUNG JAWAB
I. BIODATA
Nama : Tn. u
Nama Klien : Tn. s
Umur :38
Umur : 50thn
Pendidikan :perguruan tinggi
Jenis Kelamin : Laki -laki
Pekerjaan .PNS
Pendidikan : SMA
Alamat :Klatakan kendit
Pekerjaan : Buruh
Hubungan dengan klien

Agama : Islam.
Suami/ Istri/Orangtua/: Saudara

Gol. Darah :.-

Alamat : 2/2 klatakan kendit

10
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama :
a. Saat MRS
Benjolan pada scrotum kiri

b. Saat Pengkajian
Klien kesulitan beraktifitas dan bergerak karena terdapat bekas luka operasi.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 13 april 2019 jam 08.30 wib dengan keluhan
nyeri dibagian testis sebelah kiri yang menyebabkan pasien kesulitan beraktifitas
seperti mandi,berjalan,berolahraga, sebelum sakit klien dapat melakukan aktifitas
seperti biasanya dengan normal tanpa hambatan apapun, kemudian dokter
mendiagnosa pasien mengalami hedrocel testis sebelah kiri dan disarankan untuk
operasi, lalu pasien menjalani rawat inap di ruangan melati, kemudian pada tanggal
15 april 2019 pasien menjalani operasi.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit turunan seperti asma,diabetes
militus, hipertensi

Trauma masa lalu/ fraktur tidak ada

Pembedahan tidak ada

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga klien mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat penyakit keluarga

5. Genogram

11
III. POLA FUNGSI KESEHATAN :
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Kesehatan
Keluarga klien mengatakan jika klien merasakan sakit klien langsung
memeriksakan kesehatannya ke puskesmas

b. Pola Nutrisi
Macam Sebelum Sakit Saat sakit

Makan

 Frekuensi 3x sehari 3x sehari


 Jenis
 Porsi Nasi Bubur
 Keluhan
I porsi habis ¼ porsi

Tidak ada Tidak ada

Minum

 Frekuensi 6-8x sehari 6-8x sehari


 Jenis
 Jumlah Air Air
 Keluhan
1800cc/hari 1700cc/hari

Tidak ada Tidak ada

c. Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB

Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit

 Frekuensi 1-2x/hari 1-2x/hari


 Jumlah
250cc 250cc
 Bau
 Warna

12
 Konsistensi Khas Khas
 Keluhan
Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan

Lunak berbentuk Lunak

Tidak ada Tidak ada

Kebiasaan BAK

Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit

 Frekuensi 6-8x/hari 5-6x/hari


 Jumlah
1300cc/hari 900cc/hari
 Bau
 Warna Khas amomah Khas amomah
 Keluhan
Kuning Kuning pekat

Tidak ada Tidak ada

d. Pola Aktivitas dan kebersihan diri


Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit

Mobilitas Rutin 0 2

Mobilitas di atas tempat 0 2


tidur
Waktu Senggang 0 2

Berdiri-berjalan 0 2

Mandi 0 2

13
Berpakaian 0 2

Berhias 0 2

Toileting 0 2

Makan-minum 0 2

Keterangan :
0 : mandiri
1 : dengan alat bantu
2 : dibantu oleh orang lain
3 : dibantu oleh orang lain dan alat
4 : tergantung secara total

e. Pola Istirahat-Tidur
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit

Lama tidur siang 3 jam/ hari 4 jam/ hari

Lama tidur malam 7 jam/ hari 8 jam/ hari

Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada

Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada

f. Pola Kognitif dan Persepsi Sensori


Pasien dapat berbicara dengan lancar dan jelas, pasien dapat merasakan rasa
lemak pada makanan, dan disaat pasien dilontarkan pertanyaan respon pasien
untuk menjawab tepat dan cepat

IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : Lemah


Kesadaran : Composmentis
Suhu : 36 ᵒC
No Tanda-Tanda Vital Saat Sakit Sebelum Sakit

1 Tekanan Darah 120/80 mmHg 120/70 mmHg

14
2 Nadi 78 x/menit 65 x/menit

3 RR 20 x/menit 18 x/menit

TB : 170 cm
BB saat ini : 68 Kg
BB ideal : Kg
2. Kepala
 Rambut : Warna hitam , tidak berketombe , tidak ada lesi
 Wajah : Simetris , tidak ada lesi , merintih kesakitan
 Mata : Simetris , sklera putih , konjungtiva anemis
 Hidung : Tidak ada polip , todak ada lesi , tidak ada benjolan
 Mulut : Mukosa bibir kering
 Gigi : Tidak terdapat gigi palsu , gigi sedikit berwarna kuning
 Telinga : Simetris , pendengaran baik , tidak ada lesi
3. Leher
I : Tidak ada distensi vena suqularis
P : Tidak ada massa , tidak ada nyeri tekan
4. Payudara dan Ketiak
I : Tidak ada benjolan
P : Tidak teraba massa , tidak ada nyeri tekan
5. Dada
Paru-Paru
I : Bentuk dada normal chest
P : Tidak ada nyeri tekan , ictus kordis teraba pada ics IV . V
P : Sonor
A : Vesikuler
Jantung
I : Simetris , tidak ada benjolan
P : Ictus Cordis teraba
P : Pekak
A : S1 , S2 tunggal
6. Abdomen
I : Tidak ada benjolan
A : Bising usus 6 x/menit

15
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Tympani
7. Ekstremitas
Atas
I : Tidak ada lesi , terpasang infus
P : Tidak teraba massa
Gerakan Sendi : fleksi ekstensi
Kekuatan Otot : 5
Bawah
I : Tidak ada lesi
P : Tidak teraba massa/benjolan , tidak ada nyeri tekan
Gerakan Sendi : fleksi ekstensi
Kekuatan Otot : 5
8. Tulang belakang / Punggung-Pinggang
I : Tidak ada luka , tidak teraba ulkus
P : Tidak ada massa
9. Anus – Genetalia
Terdapat benjolan di daerah skrotum sebelah kiri , terdapat bekas jaitan operasi , ada
nyeri tekan daerah skrotum sebelah kiri
10. Pemeriksaan Neurokogis
Kesadaran : Composmentis
Meningeal Sign : Tidak terdapat kaku kuduk
Refleks
 Fisiologis : Bisep , trisep , radialis , patela , achiles , lutut , abdominal
 Patologis : Babinski , chadok , openhim , qordon , schaffer , gonda
Pemeriksaan saraf kranial ( I-XII)

 N. Olfaktorius : Pasien dapat mencium bau minyak kayu putih


 N. Optikus : Pasien dapat membaca snellent card
 N. Okolomotorius : Pupil mwngwcil saat diberi cahay
 N. Troklearis : Pasien dapat mengikuti arah gerakan tangan perawat
 N. Trigeminus : Pasien dapat berkedip dengan normal dan dapat
mengidentifikasi sensasi kapas pada wajah
 N. Abdusen : Pasien dapat melirik ke samping

16
 N. Facialis : Pasien dapat merasakan mual karena garpu tala
 N. Auditorius : Pasien dapat mendengarkan apa yang diucapkan
 N. Glosofaringeal : Pasien dapat berkata “Ah” dan refleks muntah
 N. Vagus : Pasien dapat menelan dengan baik
 N. Hipoglosus : Pasien dapat menjulurkan lidahnya
 N. Aksesorius : Menyuruh pasien untuk menggerakkan bahu dan
lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan
V. Pemeriksaan Diagnostik

Tidak dilakukan pemeriksaan diagnostik

VI. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil Faal Hemotasis

Faal Hemotasis Hasil Satuan Nilai Normal

PT 14 Detik 11-18

APTT 31 Detik 27-42

INR 1,08 0,85-1,15

VII. Terapi

Oral

 Tidak terdapat obat oral


Parenteral

 Anbacim 2x1 gr melalui iv


= Manfaat nya untuk menangani sejumlah infeksi yang disebabkan oleh
bakteri

17
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDAASARKAN URUTAN PRIORITAS

TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF

15-04-2019 Hambatan Mobilitas fisik berhubungan Kelompok 4


dengan penurunan kekuatan otot ditandai
dengan klien masih terbaring di tempat
tidur, sulit untuk bergerak dan berjalan
karena pasien selesai operasi

18
ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

Ds : klien mengatakan Penurunan kekuatan otot Hambatan


kesulitan untuk bergerak dan mobilitas fisik

beraktivitas karena terdapat
bekas luka jahitan. Kelemahan

Do : Keterbatasan anggota gerak

 Klien masih terbaring di ↓

tempat tidur
Penurunan kekuatan otot
 Sulit untuk bergerak dan
berjalan dan masih ↓

dibantu oleh keluarga


Hambatan mobilitas fisik
untuk beraktivitas
 TD : 120/80 mmHg , N :
78 x/menit
 RR : 20 x/menit , S :
36◦C
 Cara berjalan sedikit
terganggu (4)
 Bergerak dengan mudah
sedikit terganggu (4)

19
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL/JAM DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL

15-04- Hambatan Setelah 1. Lalukan latihan 1. Mencegah


2019 mobilitas fisik dilakukan range of motion terjadinya
tindakan pasif atau aktif kontraktur

minimsl sesuai program meningkatkan


2. Mengkaji lemas otot dan
2x24 jam kekuatan otot meningkatkan
masalah pasien aliran darah
keperawatan 3. Kaji komitmen 2. Salah satu
klien dapat pasie untuk indikator
teratasi dengan belajar dan kelemahan otot
kriteria hasil : menggunakan fisik adalah
postur (tubuh) adanya penuruna
1. Berjalan
yang benar kekuatan otot
tidak
4. Instrusikan untuk 3. Meningkatkan
terganggu
posisi tidur yang kemampuan dan
(5)
tengkurep meningkatkan
2. Bergerak
5. Kolaborasikan kemandirian
dengan
dengan fisioterapi pasien dalam
mudah tidak
dalam beraktivitas
terganggu
mengembangkan 4. Melatih secara
(5)
peningktana bertahap
3. Bejalan tidak
mekanik tubuh kemampuan dan
terganggu
sesuai indikasi meningkatkan
(5)
kemandirian
pasien dalam
beraktivitas
5. Pasien mungkin
membutuhkan
informasi dalam

20
penggunaan alat
bantu jalan
karena
menempatkan hal
yang baru pada
pasien

21
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TANGGAL/JAM NO.DX KEP IMPLEMENTASI EVALIASI TANDA


TANGAN

15-04-2019 1) Membantu pasien S. pasien mengatakan


kesulitan beraktivitas
09:00 pasien dalam
dan bergerak karena
melakukan aktivitas
11:15 terdapat bekas luka
2) membantu pasien oprasi
tentang pentingnya
O. keadaan umum :
postur tubuh yang
lemah
benar untuk
13:00
mencegah kelelahan Kesadaran : compos
ketegangan mentis

13:40 3) membantu pasien TTV:


untuk menghindari
TD:120/80 mmhg
posisi tidur tengkurap
N:70X/menit
4) melakukan
pengkajian kekuatan RR:20X/menit
otot
S:36C

A.Masalah belum
teratasi

1)cara berjalan sangat


terganggu (1)

4)berjalan yang sangat


terganggu (1)

5)bergerak dengan
mudah terganggu

22
P.rencana tindakan
1,2,3 di teruskan

23
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TANGGAL/JAM NO.DX IMPLEMENTASI EVALIASI TANDA


KEP TANGAN

16-09-2019 1)membantu pasien dalam S. pasien sudah


melakukan aktivitas beraktivitas sendiri
11:00
seperti duduk-duduk
2)memberitahu pasien
11:45 dan berjalan ke
tentang pentingnya patur
kamar mandi
tubuh yang benar untuk
merencanakankelelahan O. keadaan umum
ketegangan lemah

3)memberitahupasien TTV
13:00 untuk menahan dari posisi
TD:120/80mmhg
tidur tengkurap
N:80X/menit

RR:23X/menit

S:36,5C

A.masalah sebagian
teratasi

Cara berjalan sedikit


terganggu (4)

Berjalan tidak
terganggu (5)

Bergerak dengan
mudah tidak
terganggu (5)

P. rencana tindakan

24
di hentikan pasien
pulang

25
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu kesatuan

yang saling berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya

kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan

musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia

memerlukn untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Manusia mempunyai kebutuhan untuk

bergerak agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan.

Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari muskuskeletal dan sistem saraf untuk

mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh

secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara aman dalam

menggerakkan serta mempertahankan keseimbangan dalam beraktivitas.

4.2 Saran

Mempelajari tentang kebutuhan aktivitas akan membuat kita menjadi lebih tau

pengertiannya secara mendalam. Kita akan tau bagaimna seharusnya seorang perawat

memberi pelayanan kesehatan dengan baik bagi kesembuhan kliennya. Kita juga akan tahu

bagaimana dampak positif dan negatifnya dari pelayanan yang kita berikan ini terhadap diri

kita, semoga dengan pembuatan makalah ini dapat bermanfaat yang akan menjadi informasi

untuk kehidupan kita sehari-hari

26
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika

Wilkinson, Judith. M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dasar Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien, Jakarta: Salemba Medika

27

Anda mungkin juga menyukai