Anda di halaman 1dari 11

HAKIKAT EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM

Ebi Nabilah1, Enok Sri Hastuti 1, dan Ganang Ramadhan1

1
Program Studi Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. Cimencrang, Cimenerang, Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat 40292
E-mail: Ebinwahab@gmail.com

Abstract: Rangkaian akhir dari suatu proses kependidikan Islam adalah evaluasi atau penilaian.
Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah
dilakukan evaluasi terhadap output yang dihasilkan. Evaluasi dalam pendidikan Islam secara
umum sangat berguna bagi pendidik, peserta didik, ahli fikir pendidikan Islam, politik pengambil
kebijakan pendidikan agama Islam, untuk membantu mereka dalam membenahi system
pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang akan diterapkan dalam system pendidikan
nasional (Islam). Evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi peserta didik, pendidik, materi
pendidikan, proses penyampaian materi pelajaran dan berbagai aspek lainnya yang berkaitan
dengan materi pendidikan.

Kata kunci: Konsep, Evaluasi, Pembelajaran, Pendidikan Islam

1. Pendahuluan
Proses pembelajaran merupakan tanggung jawab guru dalam mengembangkan segala
potensi yang ada pada siswa. Salah satu komponen yang menjdi sasaran peningkatan kualitas
pendidikan adalah system pembelajaran di kelas. Tujuan pokok proses pembelajaran adalah
untuk mengubah tingkah laku siswa berdasarkan tujuan yang direncanakan dan disusun oleh
guru sebelum proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Perubahan tingkah laku itu mencakup
aspek intelektual. Untuk menghasilkan dan mengetahui daya serap siswa terhadap pembelajaran
yang dilakukan dan untuk mengetahui perubahan tingkah lakunya, maka evaluasi adalah salah
satu hal yang sangat urgen untuk dilakukan. Sebab evaluasi dipandang sebagai masukan yang
diperoleh dari proses pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan berbagai komponen yang terdapat dalam suatu proses belakar mengajar (Prasetya
Irawan, 2001:1)
Hakikat evaluasi adalah pengukuran dan penilaian yang berlaku bagi semua unsure
pendidikan. Evaluasi bukan hanya untuk anak didik, melainkan untuk lembaga pendidikan, para
pendidik, kurikulum, tujuan pendidikan dan visi-misi yang dicanangkan oleh dunia pendidikan.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitiaan kepustakaan (library research), yaitu
telaah kepada beberapa referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan baik
telaah pemikiran tokoh dan yang lainnya. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data-
data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap berbagai literatur yang ada hubungannya
dengan judul pembahasan jurnal ini.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan


A. Pengertian Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata “to evalute” yang berarti “menilai”. Istilah nilai (value/ al-
qimat) pada mulanya dipopulerkan oleh filosof. Dalam hal ini, plato merupakan filosof yang
pertama sekali mengemukakannya(3). Penilaian atau evaluasi menurut Edwin Wand dan Gerald
W. Brown adalah “the act or prosess to detemining the value of something” .penilaian dalam
pendidikan berarti seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu yang
berkaitan dengan dunia pendidikan. Menurut ilmu jiwa, evaluasi berarti menetapkan fenomena
yang dianggap berarti di dalam hal yang sama berdasarkan suatu standar. Makna evaluasi dalam
bahasa Arab disebut al-Thaqdir bermakna penilaian. Akar katanya adalah al-Qimah bermakna
nilai. Dengan demikian secara harfiah evaluasi pembelajaran (Educational evaluation= al-Taqdir
al Tarbawy) diartikan sebagai penilaian dalam pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Nazar mengemukakan bahwa evaluasi
pendidikan Islam dapat diberi batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan
suatu pekerjaan dalam proses pendidikan Islam. Dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi
dilakukan dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi
pendidikan Islam kepada peserta didik. Sedangkan dalam ruang lingkup luas, evaluasi dilakukan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan Islam (dengan
seluruh komponen yang terlibat di dalmnya) dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-
citakan
Dalam pendidikan Islam, penilaian akan objektif apabila didasarkan dengan tolak ukur al-
Qur’an atau al-hadits sebagai pembandingnya. Yang menjadi permasalahan adalah pemahaman
tentang al-Qur’an atau al-hadits terdapat perbedaan-perbedaan pendapat. Untuk itu, harus
dirumuskan terlebih dahulu pemahaman dan penafsiran tentang al-Qur’an dan al-hadits yang
dapat diterima oleh segala pihak.
Term evaluasi dalam wacana keislaman tidak dapat ditemukan padanan yang pasti, tetapi
terdaoat term-term tertentu mengarah pada makna evaluasi. Term-term tersebut adalah :
1. Al-Hisab, memiliki makna mengira, menafsirkan, dan menghitung. Hal ini dapat dilihat
pada firman Allah Swt.
Artinya : “Dan jika kamu melahirkan apa yang ada dihatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang
perbuatan itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki”. (QS. Al-Baqarah:
284).
2. Al-Bala’, memiliki makna cobaan, ujian. Misalnya dalam firman Allah Swt.
Artinya : “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu ahsan (yang lebih
baik) amalnya”. (QS. Al-Mulk: 2).
3. Al-Hukm, memiliki makna putusan atau vonis. Misalnya dalam firman Allah Swt.
Artinya : “Sesungguhnya Tuhanmu akan menyelesaikan perkara antara mereka dengan
putusan-Nya, dan Dia Maha Perkasa dan Maha Mengetahui”. (QS. An-Naml: 78).
4. Al-Qadha, memiliki arti putusan. Misalnya dalam Firman Allah Swt.
Artinya :”Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu
hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja”. (QS. Thaha: 72).
5. Al-Nazhr, memiliki arti melihat. Misalnya dalam Firman Allah Swt.
Artinya :”(Sulaiman) berkata : akan kami lihat, apakah kamu benar-benar ataukah kamu
termasuk orang-orang yang berdusta”. (QS. An-Naml: 27).
6. Al-Imtihan, memiliki arti ujian.

Beberapa term tersebut dapat dijadikan petunjuk arti evaluasi secara langsung, atau hanya
sekedar alat atau proses di dalam evaluasi. Hal ini didasarkan asumsi bahwa al-Qur’an dan
sunnah merupakan azas-azas atau prinsip-prinsip umum pendidikan, sementara
operasionalisasinya diserahkan penuh kepada ijtihad umatnya. Term penilaian (evaluasi) pada
taraf berikutnya lebih diorientasikan pada makna penafsiran atau memberi putusan terhadap
kependidikan. Setiap tindakan pendidikan didasarkan atas rencana, tujuan, bahan, alat dan
lingkungan kependidikan tertentu. Berdasrkan komponen ini, maka peran penilaian dibutuhkan
guna mengetahui sejauh mana keberhasilan pendidikan tercapai. Dan pengertian ini, proses
pelaksanaan penilaian lebih ditekankan pada akhir tindakan pendidikan. Penilaian dalam
pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan keputusan-keputusan kependidikan, baik yang
menyangkut perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan, baik yang
menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan. Dalam konteks ini, penilaian dalam
pendidikan Islam bertujuan agar keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam
benar-benar sesuai dengan nilai-nilai yang Islami sehingga tujuan pendidikan Islam yang
dicanangkan dapat tercapai secara maksimal.

B. Objek Evaluasi
a. Evaluasi terhadap diri sendiri adalah dengan mengadakan intropeksi atau
perhitungan terhadap diri sendiri. Evaluasi ini tentunya berdasarkan kesadaran
internal yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas (amal
saleh) pribadi. Menurut Umar bin Khatab “hasibu an fusahumqabla an tuhasabu”
(evaluasilah dirimu sebelum engkau dievaluasi). Statement ini berkaitan dengan
kegiatan evaluasi terhadap diri sendiri. Asumsi yang mendasari statement tersebut
adalah bahwa Allah Swtmengutus dua malaikat Raqib dan Atid sebagai
supervisor dan evaluator terhadap manusia. Berdasarkan catatan tersebut, Allah
Swt mengevaluasinya. Hasil penilaian yang baik mendapatkan syurga sedangkan
hasil penilaian yang buruk mendapat neraka.
b. Evaluasi terhadap diri orang lain (peserta didik)
Merupakan bagian dari kegiatan pendidikan Islam. Kegiatan inimerupakan sebuah
keniscayaan. Keniscayaan disini tentunya berdasarkan niat “amar makruf nahi
munkar” yang bertujuan untuk perbaikan (ishlah) perbuatan sesama umat Islam.
Syarat penilaian harus bersifat obyektif, segera dan tidak dibiarkan berlarut-larut,
dan menyeluruh sehingga peserta didik tidak tenggelam dalam kebimbangan,
kebodohan, kezaliman, dan dapat melakukan perubahan secara cepat ke arah yang
lebih baik dari perilaku sebelumnya.

Aspek-aspek khusus menjadi sasaran evaluasi pendidikan Islam adalah perkembangan


peserta didik. Perkembangan peserta didik dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu :

1. Dilihat dari sudut tujuan umum pendidikan Islam


Evaluasi disini meliputi aspek :
a) Perkembangan ibadah peserta didik
b) Perkembangan pelaksanaan menjadi khalifah Allah di muka bumi
c) Perkembangan keimanan dan ketakwaan kepada-Nya
d) Perkembangan pemenuhan kewajiban hidup berupa kewajiban yang bersifat duniawi
atau ukhrawi.
2. Dilihat dari sudut fungsi pendidikan Islam
Evaluasi disini meliputi aspek :
a) Perkembangan pendayagunaan potensi-potensi peserta didik, misalnya potensi ijtihad,
jihad, tajdid, emosi (qalb/ rasa), kognisi (‘aql/ cipta), dan konasi (nafs/ karsa)
b) Perkembangan perolehan, pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Islam
c) Perkembangan perolehan kelayakan hidup, baik hidup yang bersifat duniawi maupun
ukhrawi.
3. Dilihat dari sudut dimensi-dimensi kebutuhan hidup dalam pendidikan Islam
Dimensi-dimensi kebutuhan manusia, meliputi:
a) Berdasarkan kebutuhan asasi hidup menusia, seperti kebutuhan hajjah (primer),
kebutuhan dharuriah (sekunder), dan kebutuhan taksiniyah (pelengkap untuk
memperindah).
b) Berdasarkan segi-segi yang terdapat pada psikopisik manusia, seperti segi jasmani,
akliah, akhlakiah, ijtimaiah (sosial), dan jamaliah (artistik/ seni).

Sementara aspek evaluasi meliputi:

a) Perkembangan peserta didik dalam memperoleh dan memenuhi kebutuhan hidupnya.


Perolehan dan pemenuhan kebutuhan ini didasrkan atas hirarkhinya, misalnya
perkembangan pemenuhan kebutuhan agama (li hifzh al-din), jiwa (li hifzh al-nafs),
akal (li hifzh al-aql), keturunan (li hifzh al-nasl), harta, kehormatan (li hifzh al-amwal
wa-‘irdh), bermuamalah, dan sebagainya
b) Perkembangan pendayagunaan dan optimalisasi potensi jasmani, intelegensi, dan
emosi agar peserta didik mampu memiliki kepribadian mulia, baik terhadap diri
sendiri, sesama manusai, alam dan kepada Tuhan.
4. Dilihat dari domain atau ranah yang terdapat pada diri peserta didik
Menurut Taksonomi Benyamin S. Bloom :
a) Aspek kognitif, berupa pengembangan pengetahuan agama termasuk di dalamnya
fungsi ingatan dan kecerdasan. Di samping pembinaan sikap dan pertumbuhan
keterampilan beragama, maka yang perlu diketahui oleh pendidik adalah pemberian
pelajaran agama kepada peserta didik yang telah dikuasai, dipatuhi, dianalisa dan
dapat digunakan oleh peserta didik dalam situasi yang kongkrit yang ditemui dalam
kehidupan sehari-hari.
b) Aspek afektif, berupa pembentukan sikap terhadap agama, termasuk di dalamnya
fungsi perasaan dan sikap. Tujuan utama dalam pendidikan agama adalah
penumbuhan dan pengembangan sikap positif dan cinta kepada agama.
c) Aspek psikomotor, berupa menumbuhkan keterampilan beragama, termasuk di
dalamnya fungsi kehendak, kemauan dan tingkah laku. Keterampilan beragama yang
harus ditumbuhkan dan dibina pada peserta didik meliputi; keterampilan beragama
dalam menghubungkannya dengan Tuhan dalam ibadah. Penanaman keterampilan
beribadah harus disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, dilakukan
dengan latihan, dan pembinaan secara berangsur-angsur. Demikian pula terhadap
keterampilan dalam hubungan dengan sesama manusia dan alam sekitar.

C. Tujuan dan Fungsi Evaluasi


Dalam proses pendidikan Islam, tujuan adalah merupakan sasaran ideal yang hendak
dicapai. Dengan memperhatikan kekhususan tugas pendidikan Islam yang meletakkan faktor
pengembangan fitrah manusia-didik, di mana nilai-nilai agama dijadikan landasan kepribadian
manusia-didik yang dibentuk melalui proses itu. Maka idealitas Islami yang telah terbentuk dan
menjiwai pribadi manusia-didik tidak akan dapat diketahui oleh pendidik muslim tanpa melalui
proses evaluasi. Di bawah ini beberapa tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan Islam:
1) Untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan
kemajuan yang diperoleh peserta didik dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum pendidikan.
2) Mengetahui prestasi hasil belajar guru menetapkan keputusan apakah bahan pelajaran
perlu diulang atau dapat dilanjutkan. Dengan demikian, prinsip life long education benar-
benar berjalan secara berkesinambungan.
3) Mengetahui efektivitas cara belajar dan mengajar apakah yang telah dilakukan pendidik
benar-benar tepat atau tidak, terutama berkenaan dengan sikap pendidik maupun sikap
peserta didik.
4) Mengetahui kelembagaan. Ketersediaan sarana prasarana, dan efektifitas media yang
digunakan guna menetapkan keputusan yang tepat dan mewujudkan persaingan sehat
dalam rangka berpacu dalam prestasi.
5) Mengetahui sejauhmana muatan kurikulum telah dipenuhi dalam proses kegiatan belajar
mengajar.
6) Mengetahui alokasi pembiayaan yang dibutuhkan dalam berbagai kebutuhan pendidikan,
baik secara fisik seperti fasilitas ruang, perpustakaan, honorarium pendidik dan lain-lain,
maupun kebutuhan psikis, seperti ketenangan, kedamaian, kesehatan, keharmonisan dan
sebagainya.

Dengan beberapa tujuan tersebut, evaluasi berfungsi sebagai umpan balik (feed back)
terhadap kegiatan pendidikan. Umpan balik ini berguna untuk pertama, ishlah, yaitu perbaikan
terhadap semua komponen pendidikan, termasuk perbaikan perilaku, wawasan, dan kebiasaan-
kebiasaan peserta didik. Kedua, tazkiyah, yaitu penyucian terhadap semua komponen
pendidikan. Artinya melihat kembali program-program pendidikan yang dilakukan, apakah
program tersebut penting atau tidak dalam kehidupan peserta didik. Apabila terdapat program
harus dihilangkan dan dicarikan sublimasi yang cocok dengan program semula. Ketiga, tajdid,
yaitu memodernisasi semua kegiatan pendidikan. Kegiatan yang tidak relevan- baik untuk
kepentingan internal maupun eksternal- perlu diubah dan di carikan penggantinya yang lebih
baik. Dengan kegiatan ini, maka pendidikan dapat dimobilisasi dan didinamisasikan untuk lebih
maju. Keempat, al-dakhil, yaitu masukan sebagai laporan bagi orang tua peserta didik berupa
rapor, ijazah, piagam dan sebagainya.
Kalau dilihat dari prinsip evaluasi yang terdapat di dalam al-Quran dan praktek yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW, maka evaluasi berfungsi ebagai berikut:
1. Untuk menguji kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan
yang dihadapi (QS. Al-Baqarah: 155)
2. Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah
diaplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya (QS. Al-Naml: 40)

D. Prinsip Evaluasi Pendidikan Isalam


Dalam pelaksanaan evaluasi penidikan Islam perlu dipegang beberapa prinsip, yaitu:
1. Evaluasi Mengacu pada Tujuan
“Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah dia akan meninggalkan segala
aktivitas yang tidak berguna baginya (sia-sia). (HR. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Setiap aktivitas manusia sudah tentu mempunyai tujuan tertentu, karena aktivitas yang
tidak mempunyai tujuan berarti sktivitas/pekerjaan yang sia-sia.
2. Evaluasi Dilaksanakan secara Objektif
Objektif falam evaluasi antara lain ditunjukkan dalam sikap=sikap evaluator sebagai
beriikut:
a. Sikap ash-shidqah, yakni berlaku benar dan jujur dalam menadakan evaluasi
Sebagaimana Allah SWT Berfirman dalam QS. At-Taubah: 119.
َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
)119( َ‫َّللاَ َوكُونُوا َم َع الصَّا ِد ِقين‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan jadilah kamu
orang-orang yang benar”.
b. Sikap amanah, yakni suatu sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam
menjalankan sesuatu yang dipercayakan kepadanya. Sebagaimana Allah SWT
Berfirman dalam QS. An-Nisa: 58.
ِ ‫َّللاَ َيأ ْ ُم ُر ُك ْم أ َ ْن ت ُ َؤدُّوا ْاْل َ َمانَا‬
)58( …‫ت إِلَى أ َ ْه ِلهَا‬ َّ َّ‫إ ِِن‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menunaikan amanah kepada yang
berhak…”
c. Sikap rahmah dan ta’awun, yakni sikap kasih sayang terhadap sesame dan sikap
saling tolong menolong menuju kebaikan. Sikap ini harus dimiliki oleh evaluator
bagaimanapun juga. Sebagaimana Allah SWT Berfirman QS. Al-Balad: 17.
َّ ‫ث ُ َّم كَانَ ِمنَ الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوت َ َواص َْوا ِبال‬
)17( ‫صب ِْر َوت َ َواص َْوا ِبا ْل َم ْر َح َم ِة‬
3. Evaluasi Harus Dilakukan secara Komprehensif
Sebagaimana Firman Allah SWR dalam QS: Al-Baqarah: 208.
ِ ‫ش ْي َط‬
َ ‫ان إِنَّهُ لَ ُك ْم‬
)208( ٌ‫عدُو ُمبِين‬ َّ ‫ت ال‬ ُ ‫الس ْل ِم كَافَّةً َو ََل تَتَّبِعُوا ُخ‬
ِ ‫ط َوا‬ ِ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ا ْد ُخلُوا فِي‬
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara menyeluruh, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang
nyata bagimu.”
4. Evaluasi Harus Dilakukan secara Kontinu (Terus menerus)
Apabila aktivitas pendidikan Islam dipandang sebagai suatu proses untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu, maka evaluasi pendidikannya pun harus dilakukan secara kontinu
(terus-menerus), dengan tetap memperhatilan prinsip-prinsip pertama (objektivitas) dan
prinsip kedua (harus dilakukan secara komprehensif) sebagaimana uraian terdahulu.

E. Sistem Evaluasi yang Diterapkan Allah SWT


Al-Quran menginspirasikan bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik adalah
merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh
pendidik. Ada tiga tujuan pedagogis dari system evaluasi Tuhan terhadap perbuatan manusia,
yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema
kehidupan yang dialaminya. Sebagai contoh system evaluasi Tuhan terhadap manusia
yang menghadapi berbagai kesulitan hidup. Jika dikaitakan dengan pendidikan, dapat
diambil contoh teknik testing. Sebagaimana Allah SWT Berfirman dalam QS. Al-
Baqarah:155.
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar”.
2. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman atau keimanan
manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia di sisi Allah yaitu yang paling
bertakwa kepada-Nya, manusia yang sedang dalam iman dan ketakwaannya dan manusia
yang ingkar kepada ajaran Islam. Sebagai contoh ujian (tes) yang berat kepada Nabi
Ibrahim, Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anaknya Ismail yang amat
dicintai. Tujuannya untuk mengetahui kadar keimanan dan ketakwaan serta ketaatannya
kepada Allah SWT. sebagaimana Allah Berfirman dalam QS. Ash-Shaffat: 103, 106 dan
107.
“Tatkala keduanya telag berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis
(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)… Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang
nyata; Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang benar”.
3. System evaluasi untuk mengetahui apakah bersyukur ataupun kufur terhadap Tuhan.
Sebagaimana Allah Berfirman dalam QS. An-Naml: 40.
“…ia pun berkata (orang yang berilmu dari al-Kitab): ia termasuk karunia Tuhanku
untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan
barang siapa bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi
Mahamulia”.
4. Nabi Sulaiman pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung hud-hud yang
memberitahukan tentang adanya kerajaan yang diperintah oleh seorang wanita cantik,
yang dikisahkan dalam QS. An-Naml: 27.
“Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat (evaluasi) apakah kamu benar ataukah kamu
termasuk orang-orang berdusta”.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Bana, Hasan. (1990). Majmuah al-Rasail Hasan al-Bana. Iskandariyah: Dar al-Da’wah.

Anas, Sudijono. 2019. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Arifin, M. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.


Penilaian dalam Pendidikan, Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar.

Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama, Departemen Agama RI. (1974). Pedoman
Pendidik Sekolah Lanjutan Atas. Jakarta: Depag RI

Purwanto, Ngalim. (1975). Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Ranayulis. (2015). Filsafat Pendidikan Islam Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam. Jakarta
Pusat: Radar Jaya Offset Jakarta.

Soleha dan Rada. (2012), Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Alfabeta.

Uhbiyati, Nur. Tt. Ilmu Pendidikan Islam. Pustaka Setia.

Umar, B. (2011). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Anda mungkin juga menyukai