Anda di halaman 1dari 63

Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap

Tingkap Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan


Pemerintah Daerah

Pra Skripsi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana S1

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh :
Amalia Rahma Lisnantyas
Nim : 31401405378

Universitas Islam Sultan Agung


Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Semarang
2017

i
Halaman Pengesahan

Usulan Penelitian Untuk Pra Skripsi

Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap


Tingkap Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah

Disusun Oleh :

Amalia Rahma Lisnantyas

31401405378

Telah disetujui oleh pembimbing dan selanjutnya


dapat diajukan kehadapan sidang panitia ujian usulan penelitian Pra Skripsi
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Sultan Agung
Semarang

Mengetahui, Semarang, November 2017


Ketua Program Studi Akuntansi Pembimbing Pra Skripsi

Dr. Dra. Winarsih, SE., M.Si Dr. Indri Kartika, SE.,M.Si.,Ak.,CA.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan usulan penelitian pra skripsi dengan judul “Pengaruh Karakteristik
Pemerintah Daerah Terhadap Tingkap Pengungkapan Wajib Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah” yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat
akademis untuk menyelesaikan program sarjana (S1) Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan pra skripsi ini masih jauh dari
sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman
yang dimiliki oleh penulis baik dari penyajian maupun penggunaan bahasa.
Namun demikian, inilah yang terbaik yang dapat dilakukan oleh penulis dan
diharapkan pra skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Oleh karena itu,
semua masukan, kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangan penulis
harapkan bagi penyempurnaan pra skripsi ini.
Selama proses penyusunan usulan pra skripsi ini penulis banyak
mendapatkan dukungan, doa, bimbingan, dan masukan yang sangat berarti dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati yang
paling mendalam, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Hj. Olivia Fachrunnisa, SE.,M.Si.,Ph.D selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
2. Ibu Dr. Dra. Winarsih, SE.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
3. Ibu Dr. Indri Kartika, SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan waktu, motivasi, arahan, dan masukan sehingga pra
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.
4. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung
Semarang yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis.

iii
5. Kedua orang tua dan kakak yang telah memberikan dukungan dalam
bentuk moril dan materil, serta doa yang telah diberikan kepada penulis.
6. Teman seperjuangan Arin, Aulia, Sifa, Annisa, Arum, dan Siti yang telah
menyemangati
7. Teman-teman kos Heni, Arica, Silmi, Afriya, Mbak Wid yang telah
memberikan dorongan kepada penulis.
8. Mbak Dila yang telah memberikan saran dan kritikan yang membangun
kepada penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penyusunan pra skripsi ini.

Akhir kata dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis


mengucapkan terimakasih yang sangat mendalam kepada semua pihak yang telah
terlibat. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, November 2017

Amalia Rahma Lisnantyas

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii

1. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1

2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 7

3. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 8

4. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 8

5. Landasan Teori ............................................................................................... 10

5.1. Teori Agensi............................................................................................ 10

5.2. Variabel-Variabel Penelitian ................................................................... 11

5.2.1. Pengungkapan Laporan Keuangan ................................................ 11

5.2.2. Pendapatan Asli Daerah ................................................................ 13

5.2.3. Dana Alokasi Umum ..................................................................... 16

5.2.4. Dana Alokasi Khusus .................................................................... 18

5.2.5. Ukuran Pemda ............................................................................... 19

5.2.6. Kompleksitas Pemerintahan .......................................................... 20

5.2.7. Belanja Daerah .............................................................................. 21

5.3. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 22

5.4. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis .................. 29

5.4.1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ......................................... 29

v
5.4.2. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ......................................... 30

5.4.3. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Pengungkapan


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ......................................... 31

5.4.4. Pengaruh Ukuran Pemda terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan


Keuangan Pemerintah Daerah ....................................................... 31

5.4.5. Pengaruh Kompleksitas Pemerintahan terhadap Tingkat


Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ................ 32

5.4.6. Pengaruh Belanja Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan


Keuangan Pemerintah Daerah ....................................................... 33

6. Metode Penelitian .......................................................................................... 36

6.1. Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel, dan Pengukuran


Variabel ................................................................................................... 36

6.1.1. Variabel Penelitian ........................................................................ 36

6.1.1.1. Variabel Dependen .................................................................. 36

6.1.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................ 37

6.2. Populasi dan Sampel ............................................................................... 42

6.2.1. Populasi ......................................................................................... 42

6.2.2. Sampel ........................................................................................... 42

6.3. Jenis Data dan Sumber Data ................................................................... 42

6.4. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 43

6.5. Teknik Analisis Data............................................................................... 43

6.5.1. Analisis Statistik Deskriptif ........................................................... 43

6.5.2. Analisis Asumsi Klasik ................................................................. 44

6.5.3. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .............................................................. 22

Tabel 2 Daftar Checklist Tingkat Disclosure Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah ..................................................................................................... 38

Tabel 3 Tabel Durbin-Watson Klasifikasi nilai d Uji Durbin Watson.................. 46

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Penelitian ............................................................................ 35

viii
1

Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap


Tingkap Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah

1. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

masyarakat serta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum, pemerintahan di

Indonesia telah berupaya dalam hal mewujudkan system pengelolaan

pemerintahan yang lebih atau yang sering disebut dengan Good Public

Governance (GPG). Good Public Governance adalah sebuah peraturan yang

memiliki keterkaitan dengan pengelolaan kewenangan oleh para penyelenggara

negara dalam melaksanakan kewajibannya secara akuntabel. Agar GPG dapat

terwujud, maka pembenahan telah dilakukan oleh pemerintah diberbagai sektor,

salah satunya pada sektor pengelolaan keuangan. Hal tersebut ditandai dengan

dibuatnya peraturan perundang-undangan mengenai keuangan negara, yakni UU

no 17 tahun 2003 perihal Keuangan Negara, UU no 1 tahun 2004 yang berisikan

tentang Perbendaharaan Negara, dan UU no 15 tahun 2004 yang berisi mengenai

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Ketiga UU

tersebut merupakan peraturan yang dibuat sebagai pedoman untuk mengelola

keuangan pemerintah secara keseluruhan, baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.

Pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan oleh pemerintah daerah

ditandai dengan diberlakukannya regulasi terkait otonomi daerah. Pelaksanaan


2

otonomi daerah dilakukan dengan memberikan wewenang yang luas dan

bertanggungjawab kepada daerah kabupaten dan kota secara propinsial

(Mardiasmo, 2004). Otonomi daerah diselenggarakan dalam rangka diberikannya

wewenang dan kekuasaan bagi pemerintah daerah agar dapat mengelola

keuangannya sendiri. Walaupun pemerintah daerah mempunyai hak dalam hal

mengelola keuangannya sendiri, pemerintah tetap harus patuh dengan peraturan

terkait dengan pengelolaan keuangan yang berlaku. Selanjutnya, pemerintah harus

mempertanggungjawabkan wewenang dan kekuasaan dalam hal pengelolaan

keuangan yang telah diberikan.Salah satu bentuk pertanggungjawaban yang dapat

dilakukan pemerintah daerah yaitu menyusun laporan keuangan.

Penyediaan informasi yang terdapat pada laporan keuangan dilakukan

bertujuan untuk kepentingan transparansi. Unsur-unsur dari transparansi yaitu

pengungkapan (disclosure) dan ketersediaan informasi yang tidak sulit diperoleh

oleh orang-orang yang berkepentingan. Kedua unsur tersebut sangatlah penting

dalam sebuah laporan keuangan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

melakukan pengungkapan informasi-informasi pada laporan keuangan sebagai

bentuk transparansi publik dan pertanggungjawaban pemerintah. Pengungkapan

yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah yaitu pengungkapan wajib (mandatory

disclosure), yaitu pengungkapan semua informasi yang wajib dan juga harus

dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah daerah.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengungkapan wajib

(Mandatory Disclosure). Akan tetapi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah memang masih


3

menjadi bahan perdebatan. Beberapa faktor tersebut diantaranya Pendapatan Asli

Daerah, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Ukuran

Pemda, Kompleksitas Pemerintah, dan Belanja Daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dari

daerah itu sendiri yang berasal dari masyarakat. Pendapatan Asli Daerah terdiri

dari pungutan pajak daerah, laba dari Badan Usaha Milik Daerah, dan juga

retribusi daerah. Apabila PAD yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah terbilang

cukup besar, maka hal tersebut dapat menunjukkan bahwa andil masyarakat

dalam hal pembayaran pajak dan retribusi daerah sudah tinggi. Dengan adanya hal

tersebut, memotivasi pemerintah daerah untuk melakukan pengungkapan secara

terperinci di dalam laporan keuangan agar bersifat transparan dan akuntabel.

Dana Alokasi Umum memiliki sifat “Block Grant”dimana kepala daerah

dapat memanfaatkan dana alokasi umum sesuai dengan kebutuhan yang

diprioritaskan oleh suatu daerah dengan penuh tanggung jawab. Tingkat

ketergantungan suatu pemerintahan daerah digambarkan melalui besarnya dana

alokasi umum yang diterima oleh daerah tersebut (Robin dan Austin, 1986).

Pemerintah yang mempunyai tingkat ketergantung yang tinggi dapat dikatakan

pemerintah daerah tersebut memiliki tekanan yang berasal dari pemerintah pusat

guna melakukan pengungkapan laporan daerah yang lebih lengkap.

Dana Alokasi Khusus diberikan kepada suatu daerah untuk memenuhi

kebutuhan sarana dan prasarana daerah setempat yang mana belum mencapai

standar. Selain itu Dana Alokasi Khusus digunakan untuk mempercepat

pembangunan daerah. Semakin banyaknya alokasi dana yang diterima oleh daerah
4

pada setiap tahunnya, maka pemerintah daerah harus bisa memanfaatkan alokasi

dana tersebut dengan maksimal agar dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Terkait hal tersebut pemerintah daerah perlu membuat laporan

keuangan yang transparan dengan disertai pengungkapan yang lengkap terkait

dengan informasi yang ada pada laporan keuangan sebagai bentuk

pertanggungjawaban telah digunakannya dana alokasi khusus.

Ukuran Pemerintahan Daerah yang cukup besar akan membuat Pemerintah

Daerah melakukan pengungkapan pada laporan keuangannya. Pemerintahan

Daerah yang cukup besar akan melakukan pengelolaan terhadap keuangan yang

dimiliki secara lebih terperinci, sehingga hal tersebut mengakibatkan adanya

pengawasan yang lebih ketat terhadap pemerintahan tersebut. Hal ini membuat

pemerintah daerah harus mengeluarkan biaya pengawasan yang lebih besar.

Mengingat besarnya kebutuhan pengawasan dan pelaporan oleh pemerintah

daerah yang berukuran besar, maka diharapkan pemerintah melakukan pelaporan

dengan mengadopsi metode pelaporan yang paling efektif..

Belanja daerah dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup di

masyarakat sekitar. Hal tersebut diwujudkan dengan meningkatkan kualitas

pendidikan, pelayanan, peningkatan fasilitas kesehatan, sosial, dan juga fasilitas

umum yang memenuhi standar kelayakan, serta mengembangkan sistem jaminan

sosial. Semakin banyak belanja derah yang dilakukan oleh pemerintah daerah

maka akan semakin meningkat pula pelayanan yang diberikan terhadap

masyarakat, sehingga hal tersebut akan mendorong pemerintah untuk melakukan

pengungkapan terhadap laporan keuangannya. Pengungkapan merupakan salah


5

satu cara yang sangat efektif bagi pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban

akan transparansi keuangannya. Melalui pengungkapan, pemerintah daerah akan

menyampaikan informasi-informasi terkait dengan penggunaan keuangannya

secara lebih lengkap.

Beberapa penelitian terkait dengan faktor yang mempengaruhi tingkat

pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah telah dilakukan sebelumnya,

namun masih didapati hasil yang belum konsisten.Dana alokasi umum pada

penelitian yang dilakukan oleh Puspita &Martani (2012) dan Pandansari (2016)

mendapatkan hasil DAK berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan

keuangan pemerintah daerah. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh

HendriyanidanTahar (2015) didapatkan hasil bahwa DAK negatif tidak signifikan

terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah.

Variabel kompleksitas yang diteliti sebelumnya oleh Puspita danMartani

(2012) dan Junaedi (2015) dan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh

Pandansari (2016) didapati hasil yang tidak konsisten di mana dalam

penelitiannya ditemukan kompleksitas daerah tidak berpengaruh terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan daerah.

Ukuran daerah juga mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan laporan

keuangan daerah. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Aryani

(2016) dalam penelitiannya didapati ukuran daerah berpengaruh positif signifikan

terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah keuangan daerahdan hasil

yang tidak konsisten didapati pada penelitian yang dilakukan Suhardjanto dan

Yulianingtyas (2011), Setyaningrum dan Syafitri (2012), dan Suhardjanto et al.


6

(2010) didapati hasil di mana ukuran daerah positif tidak signifikan terhadap

tingkat pengungkapan laporan keuangan daerah.

Variabel belanja daerah didapati hasil yang tidak konsisten di mana dalam

penelitian yang dilakukan oleh Hendriyanidan Tahar (2015) ditemukan

hasilbelanja daerah berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan laporan

keuangan daerah sedangkan pada penelitian yang dilakukan Puspita dan Martani

(2012) ditemukan hasil belanja daerah negatif signifikan terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan daerah.

Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian dari Puspita dan Martani

(2012). Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

oleh Puspita dan Martani (2012). Perbedaannya terletak pada sampel dan periode

laporan keuangan. Puspita dan Martani (2012) menggunakan 108 Pemda yang ada

di Indonesia dengan menggunakan laporan keuangan bulan Februari-Maret tahun

2010. Selain itu perbedaan penelitian ini yaitu dengan menambahkan variabel

Dana Alokasi Khusus sebagai variabel independen. Variabel tersebut mengacu

pada penelitian dariPandansari (2016).

Dengan adanya penelitian sebelumnya yang menunjukkan hasil yang

berbeda, maka hal tersebut memotivasi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan

mandatory laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini mengacu pada

penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan Martani (2012). Perbedaan penelitian

terletak pada :
7

1) Penambahan variabel dana alokasi khusus yang mengacu pada penelitian

Pandansari (2016)

2) Penggunaan sampel Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Provinsi

Jawa Tengah pada periode 2014 – 2016.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan perbedaan dari hasil penelitian yang telah dijabarkan pada

latar belakang penelitian ini, maka pokok permasalahan di dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?

2. Bagaimana pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?

3. Bagaimana pengaruh Ukuran Pemerintah terhadap Tingkat Pengungkapan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?

4. Bagaimana pengaruh Kompleksitas Pemerintahan terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?

5. Bagaimana pengaruh Belanja Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?

6. Bagaimana pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?


8

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka

penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

2. Untuk menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

3. Untuk menganalisis pengaruh Ukuran Pemerintahan terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

4. Untuk menganalisis pengaruh Kompleksitas Pemerintahan terhadap

Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

5. Untuk menganalisis pengaruh Belanja Daerah terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

6. Untuk menganalisis pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

4. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai

berikut :

1. Bagi Instansi Pemerintah Terkait, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

bahan pertimbangan dalam mengevaluasi kesesuaian antara tingkat

pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah dengan standar

mandatory disclousure yang berlaku dan juga diharapkan dapat dijadikan


9

sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas pengungkapan laporan

keuangan pemerintah daerah agar dapat menjadi lebih baik daripada

laporan keuangan sebelumnya.

2. Bagi Akademisi diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan referensi

dalam melakukan penelitian dengan merumuskan masalah yang baru.

3. Bagi Masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber

informasi khususnya bagi para investor dalam hal pengambilan keputusan

terkait dengan investasi di suatu daerah.


10

5. Landasan Teori

5.1. Teori Agensi

Terkait dengan teori agensi (Agency Theory) ada dua pihak yang

terlibat dalam kesepakatan, mereka adalah pihak yang memberikan

kewenangan dan pihak yang diberi atau menerima kewenangan. Pihak

yang menyerahkan kekuasaan dinamakan dengan principal, sedangkan

pihak yang menerima kekuasaan dinamakan dengan agent. Zimmerman

(1997) mengatakan bahwa masalah keagenan muncul ketika pihak

pemberi wewenang mendelegasikan kewenangan pengambilan keputusan

kepada pihak agen. Hubungan antara dua pihak tersebut memunculkan

sebuah perkara, yaitu adanya informasi asimetris, yang manasalah satu

pihak principal atau agent memiliki sebuah informasi yang lebih banyak

ketimbang pihak yang lain. Selain itu Zimmerman (1997) juga

menambahkan bahwa masalah keagenan sering terjadi di semua

organisasi.

Pada organisasi sektor pemerintahan, masalah agensi terjadi antara

pejabat pemerintah yang dipilih sebagai principal dengan masyarakat

sebagai agen. Pejabat pemerintah sebagai pihak principal mempunyai

lebih banyak informasi sehingga mereka dapat membuat kebijakan yang

kebanyakan hanya mementingkan pemerintah dan orang-orang yang

memiliki kekuasaan dan sering mengabaikan kepentingan masyarakat.

Untuk mengurangi bahkan menghindari masalah tersebut, pemerintah


11

harus berupaya untuk menyajikan laporan keuangan secara transparan dan

akuntabel.

5.2. Variabel-Variabel Penelitian

5.2.1. Pengungkapan Laporan Keuangan

Stice (2000) dalam Sidharta dan Sherly Christianti (2007),

berpendapat bahwa pengungkapan dalam laporan keuangan yaitu

pelaporan yang dilakukan secara terperinci dari sebuah transaksi pada

catatan laporan keuangan. Evans (2002:334) mempunyai pendapat

bahwa pengungkapan pada laporan keuangan merupakan ”Disclosure

means supplying information in the financial statements including in

the statements themselves, the notes to the statements and the

supplementary disclosures associated with the statements”. Penyajian

laporan keuangan harus dilengkapi dengan beberapa informasi

pendukung, informasi pendukung tersebut dinamakan pengungkapan.

Hal tersebut dilakukan sehubungan dengan pemahaman terkait dengan

laporan keuangan yang telah disajikan dapat mudah dipahami serta

tidak mengakibatkan kesalahan interpretasi ketika membaca laporan

keuangan.

Di dalam laporan keuangan terdapat dua jenis pengungkapan,

diantaranya pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan

pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) (Suhardjanto dan

Yuliningtyas, 2011). Mandatory disclosure yaitu pengungkapan

informasi yang harus disajikan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang


12

telah dibuat dan ditetapkan oleh badan otoriter. Sedangkan

pengungkapan sukarela yaitu pengungkapan yang memberikan

informasi-informasi tambahan terkait laporan keuangan diluar

informasi wajib bagi pengguna laporan keuangan.

Di dalam pengungkapan terdapat beberapa informasi yang disajikan

diantaranya yaitu pos statemen keuangan, catatan atas statemen

keuangan, penggunaan istilah, penjelasan yang ada di dalam kurung,

lampiran-lampiran, penjelasan seorang auditor dalam laporan auditor,

serta komunikasi manajemen yang berbentuk pernyataan resmi. Selain

itu terdapat beberapa hal yang harus diungkapkan terhadap pos-pos

yang terdapat di laporan keuangan serta jumlah yang ada di dalam

laporan keuangan sebuah organisasi diantaranya :

a. Contigencies (Ketidakpastian)

Hal ini terkait dengan peristiwa yang mempunyai kemungkinan

akan terjadi dimasa depan dan juga mempengaruhi secara materiil

terkait keadaan keuangan sutau organisasi. Peristiwa tersebut bisa

saja meninmbulkan kerugian atau bahkan keuntungan.

b. Dasar Penilaian dan Kebijakan Akuntansi

Selanjutnya yang perlu diungkapkan dalam sebuah laporan

keuangan yaitu mengenai dasar dan metode yang digunakan oleh

organisasi.
13

c. Perubahan Akuntansi

Pengungkapan terhadap perubahan kebijakan yang dilakukan oleh

organisasi sebagai contoh adanya perubahan metode penilaian.

d. Keterikatan dengan Suatu Kontrak

Pengungkapan yang terkait dengan keterikatan suatu aktiva dengan

kontrak atau hutang.

e. Peristiwa-Peristiwa Setelah Tanggal Neraca

Beberapa peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca antara lain :

 Suatu peristiwa yang berpengaruh terhadap pos-pos yang

terdapat di dalam laporan keuangan

 Suatu peristiwa yang secara materiil dapat mengubah validitas

penilaian pada neraca

 Sutau peristiwa yang mempunyai pengaruh secara materiil

penilaian dimasa depan

5.2.2. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah adalah seluruh pendapatan yang diterima

oleh pemerintah daerah yang berasal dari daerah tersebut yang

dipungutberdasarkan peraturan daerah yang seusuai dengan peraturan

perundangan-undangan yang berlaku (Halim, 2004). Menurut Herlina

Rahman (2005:38) Pendapatan asli daerah yaitu pendapatan yang didapat

dari hasil pembayaran pajak daerah, hasil pungutanretribusi daerah, hasil

pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan asli daerah

yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otda sebagai


14

bentuk atas desentralisasi.Menurut Warsito (2001:128) pendapatan asli

daerah adalah pendapatan yang berasal dan dipungut oleh pemerintah

daerah.

Pendapatan asli daerah yakni pendapatan dari daerahnya sendiri

yang didapat dari penduduk setempat yang terdiri atas pungutan

pembayaran pajak daerah, hasil pungutan retribusi daerah serta

penerimaan pendapatan lainnya. Apabila pemerintah daerah memiliki

pendapatan asli daerah yang besar maka hal tersebut dapat menunjukkan

bahwa andil masyarakat dalam membayarkan pajak dan retribusi daerah

sudahlah tinggi, dengan demikian pemerintah daerah akan termotivasi

untuk melakukan pengungkapan secara terperinci pada laporan

keuangannya sebagai bentuk transparansi dan pertanggungjawabannya

kepada publik.

Sebagai salah satu penerimaan daerah yang berasal dari daerahnya

sendiri, pendapatan asli daerah (PAD) bersumber dari pajak daerah, laba

dari BUMD, dan retribusi daerah, serta pendapatan asli daerah lainnya

yang sah.

5.2.2.1 Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pungutan wajib terhadap wajib pajak orang

pribadi atau badan yang dilakukan oleh daerah. Pungutan tersebut bisa

dilakukan secara paksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan digunakan untuk membiayai keperluan daerah dan

pembangunan daerah (Mardiasmo, 2002:5). Besarnya pajak daerah yang


15

dihasilkan oleh suatu wilayah dapat menunjukkan seberapa besar tingkat

partisipasi masyarakat dalam hal pembayaran pajak dengan demikian hal

tersebut akan membuat pemerintah melakukan pengungkapan laporan

keuangan secara kompleks agar laporan tersebut transparan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

5.2.2.2 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

BUMD termasuk salah satu sumber PAD yang mempunyai peranan

penting selain pajak retribusi dan pajak daerah. Adanya BUMD sendiri

memberikan manfaat yang besar untuk perekonomian di daerah karena

BUMD bertujuan untuk melaksanakan pembagunan di daerah-daerah.

Pemerintah daerah menyadari bahwa BUMD memiliki peranan yang

sangat besar terkait dengan PAD. Dalam mewujudkan kesejahteraan

BUMD memberikan kontribusi terkait dengan PAD dalam bentuk laba

ataupun pajak.

5.2.2.3 Retribusi Daerah

Selain pajak daerah dan laba BUMD, sumber pendapatan daerah

lainnyayaitu retribusi daerah. Berdasarkan UU no. 28 tahun 2009, retribusi

adalah suatu bentuk pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau izin yang telah diberikan oleh

pemerintah daerah yang ditujukkan untuk kepentingan pribadi maupun

badan. Pungutan retribusi daerah dilakukan oleh pemerintah dengan cara

paksaan secara ekonomis dan ditujukkan kepada setiap orang ataupun

badan yang telah mendapatkan manfaat dari jasa yang disediakan oleh
16

pemerintah. Semakin banyak masyarakat yang berpartisipasi dalam

pembayaran retribusi daerah maka semakin besar pula pendapatan daerah

yang dihasilkan. Dengan adanya hal tersebut maka pemerintah akan

melakukan pengungkapan laporan keuangan secara lengkap.

5.2.3. Dana Alokasi Umum

Salah satu komponen belanja APBN yakni Dana Alokasi Umum

(DAU). Dana Alokasi Umum merupakan dana yang digunakan untuk

melakukan pembangunan yang dialokasikan kepada setiap daerah otonom

di setiap tahunnya.

DAU bertujuan sebagai pemerataan kemampuan keuangan di setiap

daerahnya yang bermaksud untuk mendanai kebutuhan belanja daerah

sebagai wujud pelaksanaan desentralisasi. Beberapa tahun belakangan ini,

DAU merupakan penerimaan tertinggi di daerah dibandingkan dengan

penerimaan daerah lainnya (Adi, 2006). Hal tersebut disebabkan karena

pertumbuhan ekonomi pada pendapatan asli daerah sangatlah kecil,

berbeda dengan dana alokasi umum yang mengalami pertumbuhan yang

besar. Hal itulah yang menjadi sebab mengapa dana alokasi umum

menjadi dana yang dapat dikatakan menjadi penerimaan tertinggi di

sebuah daerah.

Berdasarkan peraturan yang terdapat pada Perpres no 2 tahun 2014,

Dana Alokasi Umum yang dialokasikan keseluruhan jumlahnya sebesar

26% dari pendapatan negeri neto. Proporsi yg dialokasikan untuk daerah


17

provinsi sebesar 10% dari jumlah keseluruhan Dana Alokasi Umum,

sedangkan yang dialokasikan ke daerah kabupaten/kota sebesar 90% dari

jumlah keseluruhan Dana Alokasi Umum.

Berdasarkan UU No. 25 tahun 1999, ditetapkan formula

pengalokasian DAU bagi provinsi, kabupaten/kota sebagai berikut :

Bobot Provinsi X
Jumlah DAUProvinsi X =
Jumlah Bobot Seluruh Provinsi

Bobot Kabupaten A/Kota A


Jumlah DAUKabupaten/KotaA =
JumlahBobotSeluruhKabupaten/Kota

Dana alokasi umum memiliki sifat “Block Grant” dimana kepala

daerah dapat menggunakan dana alokasi umum sesuai dengan kebutuhan

yang diprioritaskan oleh suatu daerah dengan penuh tanggung jawab.

Tingkat ketergantungan suatu pemerintahan daerah digambarkan melalui

besarnya dana alokasi umum yang diterima oleh daerah tersebut (Robin

dan Austin, 1986). Pemerintah yang mempunyai tingkat ketergantung

yang tinggi dapat dikatakan pemerintah daerah tersebut memiliki tekanan

yang berasal dari pemerintah pusat guna melakukan pengungkapan

laporan daerah yang lebih kompleks.

Setiap pemerintah daerah akan meneriman Dana Alokasi Umum yang

diperoleh dari pemerintah pusat. Proporsi pengalokasian dana tersebut

sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah. Semakin besar dana yang


18

diterima oleh pemerintah daerah, maka semakin ketat pula pemerintah

pusat melakukan pengawasan. Oleh karena itu pemerintah daerah harus

berhati-hati dalam menggunakan dana tersebut guna melaksanakan

program kerja yang telah dibuat serta pemerintah daerah juga harus

melakukan pengungkapan laporan keuangan secara lengkap terkait dengan

penggunaan dana alokasi umum sehingga dana tersebut dapat terlihat

secara jelas dalam pengalokasiannya.

5.2.4. Dana Alokasi Khusus

Menurut UU No. 25 tahun 1999, yang dimaksud dengan Dana

Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang ditetapkan atau dialokasikan

kepada daerah guna membantu pendanaan terkait dengan kebutuhan-

kebutuhan khusus daerah. Adanya Dana Alokasi Khusus ini

dimaksudkan :

1) Untuk membantu beberapa daerah yang memiliki kemampuan

keuangan di bawah rata-rata nasional

2) Meningkatkan diversifikasi ekonomi dan meningkatkan

produktivitas perluasan kesempatan kerja terutama di pedesaan. Hal

tersebut dapat dilakukan pada bidang pertanian, kelautan, dan

infrastruktur.

3) Mempercepat peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur di

daerah pesisir dan pulau-pulau kecil


19

Dana Alokasi Khusus telah dialokasikan pada APBN yang ditujukkan

kepada daerah-daerah tertentu untuk mendanai program-program khusus

yang berkaitan dengan kepentingan daerah dan juga merupakan program

prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus diberikan kepada daerah untuk

memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana daerah setempat yang mana

belum mencapai standar. Selain itu Dana Alokasi Khusus digunakan untuk

mempercepat pembangunan daerah. Semakin banyaknya alokasi dana

yang diterima oleh daerah pada setiap tahunnya, maka pemerintah daerah

harus bisa memanfaatkan alokasi dana tersebut dengan maksimal agar

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terkait hal tersebut

pemerintah daerah perlu membuat laporan keuangan yang transparan

dengan disertai pengungkapan yang lengkap terkait dengan informasi yang

ada pada laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban telah

digunakannya dana alokasi khusus.

5.2.5. Ukuran Pemda

Ukuran suatu organisasi merupakan suatu skala yang mana

organisasi tersebut bisa digolongkan berdasarkan besar atau kecilnya

dengan beberapa tolok ukur. Ukuran suatu organisasi biasanya

menunjukkan seberapa besar organisasi tersebut. Organisasi atau instansi

yang cukup besar biasanya memiliki aturan yang lebih banyak

dibandingkan dengan organisasi yang masih kecil (Suhardjanto dan

Yuliningtyas, 2011). Ukuran Pemda juga bisa digambarkan berdasarkan


20

seberapa banyak aset yang dimiliki. Pemerintahan daerah yang memiliki

total aset yang lebih besar biasanya akan lebih kompleks dalam menjaga

dan mengelola aset yang dimilikinya. Akibatnya, pemerintah daerah harus

melakukan pengungkapan lebih lanjut terkait dengan aset-aset yang

dimiliki, pengelolaan, dan pemeliharaannya. (Suhardjanto et al, 2010).

Nilai aset dalam pemerintahan suatu daerah dapat dilihat dari total aset

yang ada di dalam neraca pemerintahan tersebut.

Pemda yang ukurannya sudah cukup besar, dalam pengelolaan

keuangannya harus dilakukan secara transparan sebagai bentuk

akuntabilitas publik melalui pengungkapan informasi yang kompleks

dalam laporan keuangan.

5.2.6. Kompleksitas Pemerintahan

Kompleksitas merupakan suatu keadaan dan keberagaman faktor-

faktor yang terdapat pada lingkungan itu sendiri dan di luar lingkungan

yang mempunyai pengaruh terhadap organisasi (Khasanah, 2014).

Kompleksitas pemerintahan disebut juga sebagai keadaan dimana ada

beberapa ukuran dengan karakteristik yang tidak sama yang berpengaruh

terhadap pemerintahan baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Ada beberapa hal yang menjadi ukuran kompleksitas pemerintahan

yaitu ukuran legislatif, jumlah SKPD, umur administratif pemerintah

daerah, diferensiasi fungsional, kekayaan pemda, latar belakang

pendidikan kepala daerah, rasio kemandirian keuangan daerah, dan

intergovernmental revenue. Tingginya tingkat kompleksitas suatu


21

pemerintahan dalam melaksanakan kegiatan akan mendorong

pemerintahan daerah tersebut melakukan pengungkapan laporan keuangan.

Dengan adanya hal tersebut dapat dikatakan bahwa semakin kompleks

suatu pemerintahan maka akan dibutuhkan pengungkapan yang lebih

lengkap agar informasi-informasi mengenai kegiatan yang dilakukan

pemerintah dapat dipahami oleh para pembaca laporan keuangan dengan

baik

5.2.7. Belanja Daerah

Belanja daerah yaitu belanja yang dilakukan oleh pemerintah

daerah guna memenuhi kebutuhan sarana dan pra sarana masyarakat

(UU Nomor 32 tahun 2004). Belanja daerah diukur dengan total

realisasi belanja sebagaimana penelitian yang dilakukan Lin dan Raman

(1998) dan Bingham (1978).

Didalam APBD, belanja pemerintah daerah diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Belanja modal

Belanja modal yakni salah satu jenis belanja yang dilakukan oleh

pemerintahdimana terdapat manfaat yang akan diperoleh selama

lebih dari satu tahun. Belanja ini dilakukan guna menambah jumlah

aset daerah dimana aset tersebut dapat menimbulkan kebutuhan

belanja yang lain.


22

2. Belanja operasi

Belanja operasi adalah belanja yang dilakukan oleh pemerintah

daerah dimana belanja tersebut berhubungan dengan pelayanan

publik.

3. Belanja tak terduga

Belanja tak terduga merupakan belanja yang dilakukan oleh

pemerintah daerah untuk menangani bencana alam, bencana sosial,

ataupun pengeluaran lainnya yang sangat penting dalam rangka

kegiatan penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah.

Semakin meningkatknya tingkat pelayanan yang dilakukan

pemerintah terhadap masyarakat, maka kinerja pemerintah dalam

melakukan pengawasan akan meningkat dan hal tersebut akan diimbangi

dengan adanya pengungkapan informasi laporan keuangan secara

terperinci yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

5.3. Penelitian Terdahulu

Tabel 1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
N Peneliti Variabel Penelitian Metode Hasil Penelitian
o &Judul Penelitian
1 Rora Puspita & Independen : Sampel yang  PAD berpengaruh
Dwi Martani  Pendapatan Asli digunakan : negatif tidak
(2012) Daerah (PAD) Penelitian ini signifikan terhadap
 Dana Alokasi menggunakan tingkat pengungkapan
“Analisis Umum (DAU) data 108 website Pemda
Pengaruh  Ukuran Pemda Pemda yang  PAD berpengaruh
Kinerja Dan (UP) diobservasi negatif tidak
Karakteristik  Kompleksitas pengungkapan signifikan terhadap
23

Pemda Pemerintahan websitenya kualitas informasi


Terhadap (KP) pada periode website Pemda
Tingkat  Belanja Daerah Bulan  Dana Alokasi Umum
Pengungkapan (BD) Februari-Maret berpengaruh positif
Dan Kualitas 2010 signifikan terhadap
Informasi Dependen : tingkat pengungkapan
Dalam Website  Tingkat website Pemda
Pemda” Pengungkapan  Dana Alokasi Umum
Website Pemda Metode berpengaruh negatif
 Kualitas Analisis Data signifikan terhadap
Informasi : kualitas informasi
Website Pemda Regresi LIner website Pemda
dan Uji  Ukuran Pemda
Analisis berpengaruh positif
Sensitivitas signifikan terhadap
tingkat pengungkapan
website Pemda
 Ukuran Pemda
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kualitas informasi
website Pemda
 Kompleksitas
pemerintah
berpengaruh positif
signifikan terhadap
terhadap tingkat
pengungkapan
website Pemda
 Kompleksitas
pemerintah
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
kualitas informasi
website Pemda
 Belanja daerah
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
tingkat pengungkapan
website Pemda
 Belanja daerah
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
kualitas informasi
website Pemda
24

2 Sucahyo Independen : Sampel yang  Tingkat


Heriningsih &  Tingkat digunakan : ketergantungan
Rusherlistyani ketergantungan Pengambilan berpengaruh negatif
(2013)  Total aset sampel dengan tidak signifikan
 Opini auditor metode terhadap tingkat
“Faktor- Faktor  SPI laporan purposive pengungkapan
Yang keuangan sampling maka laporan keuangan
Mempengaruhi pemerintah di peroleh 46 pemerintah daerah
Tingkat daerah kabupaten dan  Total asset
Pengungkapan  Kepatuhan kota yang berpengaruh negatif
Laporan terhadap dijadikan tidak signifikan
KeuanganPeme perundang- sampel. terhadap tingkat
rintah Daerah” undangan pengungkapan
Laporan laporan keuangan
Keuangan pemerintah daerah
Pemerintah  Opini auditor
Daerah berpengaruh positif
Metode tidak signifikan
Analisis Data terhadap tingkat
Dependen : : pengungkapan
Tingkat Regresi Linier laporan keuangan
Pengungkapan Berganda pemerintah daerah
Laporan Keuangan  SPI laporan keuangan
Pemerintah Daerah pemerintah daerah
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah daerah
 Kepatuhan terhadap
perundang-undangan
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah daerah
3 Rizky Arinda Independen : Sampel yang  Ketergantungan
Putri (2015)  Tingkat digunakan : Daerah Berpengaruh
Ketergantungan Sampel Negatif Signifikan
“Faktor  Total Aset penelitian ini Terhadap
adalah laporan
Karakteristik  Opini Auditor Pengungkapan
Dan Tingkat keuangan Laporan Keuangan
25

Akuntabilitas  SPILaporan pemerintah Pemerintah Daerah.


Pemerintah Keuangan daerah  Aset Daerah
Dalam Pemerintah Kabupaten/Kota Berpengaruh Positif
Pengungkapan Daerah di Provinsi Jawa Signifikan Terhadap
Tengah pada
Laporan  Kepatuhan tahun 2012-
Pengungkapan
Keuangan Terhadap Laporan Keuangan
2013.
Pemerintah UULaporan Pemerintah Daerah
Daerah Di Keuangan Metode  Opini audit BPK
Provinsi Jawa Pemerintah daerah berpengaruh
Analisis Data
Tengah Tahun Daerah positif signifikan
:
2012-2013” Regresi terhadap
Berganda pengungkapan
Dependen : Laporan Keuangan
Tingkat Pemerintah Daerah
Pengungkapan  Temuan Audit
Laporan Keuangan Kelemahan SPI
Pemerintah Daerah Berpengaruh Negatif
Kabupaten/Kota di Signifikan Terhadap
Provinsi Jawa Pengungkapan
Tengah Periode Laporan Keuangan
2012-2013. Pemerintah Daerah
 Temuan Audit
Ketidak Patuhan
Berpengaruh Negatif
Signifikan Terhadap
Pengungkapan
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
4 Tiara Independen : Sampel yang  Dana Alokasi Umum
Pandansari  Dana Alokasi digunakan : berpengaruh positif
(2016) Umum (DAU) 96 Laporan signifikan terhadap
 Dana Alokasi Keuangan tingkat pengungkapan
“Tingkat Bagi Hasil Pemerintah dalam laporan
Ketergantunga (DBH) Kabupaten/Kot keuangan
n,  Dana Alokasi a  Dana Alokasi Bagi
Kompleksitas Khusus (DAK) Hasil berpengaruh
Pemerintah, positif signifikan
Dan Tingkat Dependen : terhadap tingkat
Pengungkapan Tingkat Metode pengungkapan dalam
Laporan Pengungkapan Analisis Data laporan keuangan
Keuangan Dalam Laporan :  Dana Alokasi Khusus
Pemerintah Keuangan Uji Regresi berpengaruh positif
Daerah” Berganda tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan dalam
laporan keuangan
26

5 Ririn Independen : Sampel yang  Dana Alokasi Umum


Hendriyani &  Dana Alokasi digunakan : berpengaruh negatif
Afrizal Tahar Umum Pemda signifikan terhadap
(2015)  Pendapatan Asli Kabupaten/Kot tingkat pengungkapan
Daerah a di Laporan Keuangan
“Analisis  Belanja Modal Indonesiauntuk Pemerintah Daerah
Faktor-Faktor  Jumlah Penduduk tahun anggaran  Pendapatan asli
Yang  Temuan Audit 2008-2009 daerah berpengaruh
Memengaruhi yang negatif terhadap
Tingkat Dependen : telahdiaudit tingkat pengungkapan
Pengungkapan Tingkat oleh BPK RI laporan keuangan
Laporan Pengungkapan dan memiliki pemerintah provinsi
Keuangan Laporan Keuangan data di indonesia
Pemerintah Pemerintah Provinsi yanglengkap  Belanja modal
Provinsi Di Di Indonesia terkait dengan berpengaruh positif
Indonesia” variabel- signifikan terhadap
variabel tingkat pengungkapan
yangdigunakan laporan keuangan
dalam pemerintah provinsi
penelitian ini. di indonesia
 Jumlah penduduk
berpengaruh positif
Metode signifikan terhadap
Analisis Data tingkat pengungkapan
: laporan keuangan
Uji Regresi pemerintah provinsi
Berganda di indonesia
 Temuan audit
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah provinsi
di indonesia

6 Djoko Independen : Sampel yang  Ukuran daerah (size)


Suhardjanto &  Ukuran Daerah digunakan : berpengaruh positif
Rena Rukmita (Size) Penelitian Ini tidak signifikan
Yulianingtyas  Jumlah SKPD Menggunakan terhadap kepatuhan
(2011)  Status Daerah Data Sekunder pengungkapan wajib
berupa
27

“Pengaruh Laporan dalam Laporan


Karakteristik Dependen : Keuangan Keuangan Pemerintah
Pemerintah Kepatuhan Pemerintah Daerah
Daerah Pengungkapan DaerahTahun  Jumlah SKPD
Terhadap Wajib Dalam 2008, Yang berpengaruh
Kepatuhan Laporan Keuangan Diperoleh Dari positiftidak signifikan
Pengungkapan Pemerintah Laporan Hasil terhadap kepatuhan
Wajib Dalam DaerahKabupaten/K Pemeriksaan pengungkapan wajib
Laporan ota Tahun 2008. BPK Semester dalam Laporan
KeuanganPeme I Tahun 2009. Keuangan Pemerintah
rintah Daerah” Kontrol : Daerah
 Lokasi Metode  status pemerintah
Pemerintah Analisis Data daerah berpengaruh
Daerah : positiftidak signifikan
 Jumlah Anggota Uji Regresi terhadap kepatuhan
DPRD Berganda pengungkapan wajib
dalam Laporan
Keuangan Pemerintah
Daerah
 Lokasi daerah
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap kepatuhan
pengungkapan wajib
dalam Laporan
Keuangan Pemerintah
Daerah
 Jumlah anggota DPRD
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kepatuhan
pengungkapan wajib
dalam Laporan
Keuangan Pemerintah
Daerah

7 Dyah Independen : Sampel yang  Ukuran Pemda


Setyaningrum  Ukuran digunakan : berpengaruh positif
& Febriyani Pemerintah 620 Laporan tidak signifikan
Syafitri (2012) Daerah Keuangan terhadap tingkat
 Ukuran Legislatif Pemerintah pengungkapan
“Analisis  Umur Daerah laporan keuangan
Pengaruh Administrasi Kabupaten/Kot Pemda.
Karakteristik Pemerintah a di Indonesia  Ukuran legislatif
Pemerintah Daerah tahun 2008- berpengaruh positif
Daerah  Kekayaan 2009 signifikan terhadap
28

Terhadap Pemerintah tingkat pengungkapan


Tingkat Daerah Metode laporan keuangan
Pengungkapan  Diferensiasi Analisis Data: Pemda
Laporan Fungsional  Umur administrasi
Keuangan”  Spesialisasi Uji Regresi Pemda berpengaruh
Pekerjaan Berganda positif signifikan
 Rasio terhadap tingkat
Kemandirian pengungkapan
Keuangan Daerah laporan keuangan
 Intergovernmenta Pemda
l Revenue  Kekayaan Pemda
berpengaruh positif
Dependen : signifikan terhadap
Tingkat tingkat pengungkapan
Pengungkapan laporan keuangan
Wajib Laporan Pemda
Keuangan  Diferensiasi
Pemerintah Daerah fungsional
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
Pemda
 Spesialisasi pekerjaan
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
Pemda
 Rasio kemandirian
keuangan daerah
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
Pemda
 Intergovernmental
revenue berpengaruh
negatif terhadap
tingkat pengungkapan
laporan keuangan
Pemda
Sumber : dari berbagai jurnal
29

Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian dari Rora Puspita dan

Dwi Martani (2012). Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya. Perbedaannya adalah dengan menambahkan variabel Dana Alokasi

Khusus sebagai variabel independen. Variabel tersebut mengacu pada penelitian

dari Tiara Pandansari (2016).

5.4. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

5.4.1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Pendapatan asli daerah yakni seluruh pendapatan yang diterima oleh

pemerintah daerah yang asalnya dari daerah itu sendiri yang dipungut berdasarkan

peraturan daerah yang seusuai dengan peraturan perundangan-undangan yang

berlaku (Halim, 2004). PAD merupakan salah satu penerimaan suatu daerah yang

berasal dari daerahnya sendiri yang secara tidak langsung dapat mencerminkan

kemandirian suatu pemerintahan daerah (Santosa dan Rahayu, 2005). Dengan

demikian, semakin besar penerimaan dari PAD berarti masyarakat telah

berpartisipasi secara maksimal. Maka dari itu pemeritah diwajibkan untuk

melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terperinci.

Setyaningrum & Syafitri (2012) mengemukakan bahwa kekayaan

pemerintah daerah yaitu PAD berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan

laporan keuangan pemerintah. Semakin banyak jumlah PAD yang dimiliki akan

semakin memotivasi pemerintah untuk melakukan pengungkapan yang lengkap

terhadap laporan keuangan. Dari penjabaran tersebut, maka hipotesis dari

penelitian ini ada sebagai berikut :


30

H1 : Pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan


laporan keuangan.

5.4.2. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Tingkat Pengungkapan


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

DAU adalah salah satu dana transfer yang didistribusikan dari pemerintah

pusat ke pemerintah daerah yang asalnya dari APBN yang pengalokasiannya

ditujukan sebagai alat pemerataan keuangan antar daerah untuk mendanai

kebutuhan daerah otonom.

DAU yang telah diterima oleh suatu daerah harus diawasi agar jelas

penggunaannya. Semakin besar jumlah dana yang diterima maka semakin ketat

pula pengawasan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah agar dana tersebut

tidak disalahgunakan. Selain itu pemerintah juga harus lebih lengkap dalam

pengungkapan laporan keuangannya agar transparan sehingga tidak ada kesan

ditutup-tutupi dan juga dapat dipertanggungjawabkan.

Pandansari (2016) menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU)

berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. Dengan

demikian dapat dilihat bahwa semakin tinggi DAU yang diterima maka akan

semakin banyak pula informasi yang akan diungkap oleh pemerintah di dalam

laporan keuangan pemerintah daerah. Dari uraian diatas, maka hipotesis dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H2 : Dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan


laporan keuangan.
31

5.4.3. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Pengungkapan


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Sesuai dengan UU No 33 tahun 2004, DAK yakni dana yang bersumber

dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada suatu wilayah tertentu dengan

tujuan pendanaan kegiatan khusus sesuai dengan prioritas. DAK juga digunakan

untuk menutup adanya kesenjangan pelayanan publik dengan memprioritaskan

pada bidang infrastruktur, pendidikan, dan juga kesehatan.

Putri (2015) mengemukakan bahwa tingkat ketergantungan daerah

memilikipengaruh negatif siginifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan

keuangan pemerintah daerah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila

suatu daerah memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi menunjukkan

pendapatan daerah sebagian besar bersumber dari transfer dana dari pemerintah

pusat yang berbentuk DAK. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah

daerahkurang memiliki andil dalam menghasilkan pendapatan yang bersumber

dari daerah tersebut. Kondisi ini lah yang membuat pemerintah daerah melakukan

pengungkapan yang kurang kompleks dalam laporan keuangannya. Dari uraian

diatas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagiai berikut :

H3 : Dana alokasi khusus berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan


laporan keuangan.

5.4.4. Pengaruh Ukuran Pemda terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan


Keuangan Pemerintah Daerah

Ukuran suatu pemerintahan daerah dapat dilihat dari berapa total aset yang

dimiliki oleh pemerintahan tersebut (Damanpour, 1991). Suatu pemerintahan

daerah yang memiliki total aset yang lebih besar akan memiliki kewajiban untuk
32

mengungkapkan laporan keuangan pemerintah daerah agar terlihat transparan

sebagai bentuk akuntabilitasnya. Total aset yang dimaksud yaitu aset lancar, aset

tetap, aset tidak berwujud, investasi jangka panjang, dan pendapatan bersih.

Puspita & Martani (2012) telah melakukan penelitian dimana hasilnya

menjelaskan bahwa ukuran Pemda berpengaruh positif terhadap tingkat

pengungkapan laporam keuangan. Dengan demikian suatu pemerintahan yang

memiliki ukuran besar akan melakukan pengungkapan yang lengkap. Berdasarkan

penjelasan diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

H4 : Ukuran Pemda berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan

laporankeuangan pemerintah daerah.

5.4.5. Pengaruh Kompleksitas Pemerintahan terhadap Tingkat


Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Kompleksitas merupakan suatu keadaan dan keberagaman faktor-faktor

yang terdapat pada lingkungan internal dan eksternal yang mempunyai pengaruh

terhadap organisasi (Khasanah, 2014). Suatu organisasi mendapatkan tekanan

yang bersifat normatif yang berasal dari lingkungan eksternal ataupun dari dalam

organisasi tersebut (Zucker, 1987). Organisasi pemerintahan diharuskan

merealisasikan pengelolaan dan pelayaan yang baik terhadap masyarakat.

Mardiasmo (2002) pemerintah sekarang ini harus berprioritas terhadap pelanggan,

bukan lagi birokrasi. Yang dimaksud pelanggan yaitu penduduk yang ada di suatu

pemerintahan tersebut.
33

Banyaknya jumlah penduduk yang terdapat di suatu pemerintahan secara

tersirat mencerminkan berapa banyak kebutuhan yang harus disediakan di setiap

daerah.

Puspita & Martani (2012) mengemukakan bahwa kompleksitas pemerintah

berpengaruh positif terhadap tingkap pengungkapan. Hal tersebut dapat

menggambarkan apabila suatu daerah tingkat kompleksitasnya tinggi maka

pemerintah daerah akan melakukan pengungkapan informasi laporan keuangan

secara lengkap. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini merumuskan

hipotesis sebagai berikut :

H5 : Kompleksitas pemerintahan berpengaruh positif terhadap tingkat


pengungkapan laporan keuangan daerah.

5.4.6. Pengaruh Belanja Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan


Keuangan Pemerintah Daerah

Belanja daerah merupakan belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah

yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan pra sarana infrastruktur

masyarakat (UU Nomor 32 tahun 2004). Dalam APBD, belanja daerah

dikelompokkan menjadi belanja modal, belanja operasi, dan belanja tak terduga.

Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 pasal 167 ayat 1, belanja daerah

dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat setempat.

Peningkatan kualitas hidup masyarakat diwujudkan dalam bentuk peningkatan

kualitas pendidikan, menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai,

mengembangkan sistem jaminan sosial, dan juga meningkatkan fasilitas umum

yang layak. Dengan adanya pengeluaran belanja daerah yang cukup tinggi,

pemerintah diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan dengan memberikan


34

pengungkapan secara lengkap dan terinci. Hal tersebut sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Hendriyani & Tahar (2015) bahwa belanja daerah

mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.

Dengan demikian semakin besar pengeluaran pemerintah pada belanja daerah,

maka semakin lengkap pula pengungkapan yang dilakukan terkait dengan laporan

keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban.

H6 : Belanja daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan


laporan keuangan.

5.5.Kerangka Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada Teori Agensi. Dalam teori ini terdapat dua

pihak yang terlibat, yaitu pihak yang memberi wewenang dan pihak yang

menerima wewenang. Pemerintah daerah merupakan pihak yang diberi wewenang

untuk melaksanakan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk mensejahterakan

masyarakat. Dengan adanya kegiatan tersebut pemerintah daerah diharuskan

untuk membuat laporan keuangan secara transparan sebagai bentuk

pertanggungjawabannya terhadap masyarakat. Dalam laporan keuangan tersebut

juga harus berisikan mengenai informasi-informasi yang harus diungkap secara

kompleks. Faktor-faktor yang dapat menjadi pengaruh terhadap pengungkapan di

dalam laporan keuangan diantaranya: (1) Pendapatan Asli Daerah (2) Dana

Alokasi Umum (3) Dana Alokasi Khusus (4) Ukuran Pemda (5) Kompleksitas

Pemerintahan (6) Belanja Daerah. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi

tingkat pengungkapan apabila tingkat penerimaan dana yang diterima pemerintah

berjumlah besar dan semakin kompleksnya suatu pemerintahan daerah maka hal
35

tersebut membuat pemerintah untuk melakukan pengungkapan yang lebih lengkap

pada laporan keuangan.

Dengan adanya beberapa faktor-faktor di atas maka berikut adalah

kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini :

H1 (+)
PAD

H2 (+) DAU

DAK
H3 (-)
Pengungkapan
Laporan Keuangan
Ukuran Pemda Pemerintah Daerah
H4 (+)

Kompleksitas
H5 (+) Pemerintahan

Belanja
H6 (+)
Daerah

Gambar 1
Kerangka Penelitian
36

6. Metode Penelitian

6.1. Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel, dan Pengukuran

Variabel

6.1.1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu objek pengamatan yang digunakan

untuk melakukan sebuah penelitian (Ibnu Hajar, 1999). Variabel penelitian

yang digunakan ada dua jenis, yaitu variabel terikat (dependent variable)

dan variabel bebas (independent variable).

6.1.1.1.Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat sering juga disebut dengan

variabel output. Variabel terikat merupakan variabel yang mendapatkan

pengaruh dari variabel bebas. Variabel dependen yang digunakan di dalam

penelitian ini adalah Pengungkapan Laporan Keuangan.

6.1.1.2.Variabel Independen

Variabel independen bisa juga disebut dengan variabel bebas. Variabel

bebas adalah variabel yang memiliki pengaruh terhadap variabel terikat.

Variable yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli

Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Ukuran Pemda,

Kompleksitas Pemerintahan, Dan Belanja Daerah.


37

6.1.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

6.1.2.1. Variabel Pengungkapan Laporan Keuangan

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel dependen

adalah pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Disclosure

adalah sebuah penyajian secara terperinci terkait dengan transaksi yang

dilakukan yang telah dicatat dalam sebuah laporan keuangan. Dengan

demikian berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Girsang (2015)

maka besaran tingkat pengungkapan laporan keuangan yang telah

diungkap oleh pemerintah daerah dapat dihitung menggunakan rumus

berikut ini :

Jumlah item yang telah diungkap


Disclosure= Jumlah item yang harus diungkap

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah, maka penelitian ini diproksikan

menggunakan metode scoring. Metode scoring dilakukan dengan cara

membuat daftar checklist terlebih dahulu. Berikut adalah daftar checklist

yang dapat digunakan


38

Tabel 2
Daftar Checklist Tingkat DisclosureLaporan Keuangan
Pemerintah Daerah

PSAP No. 5 mengenai Akuntansi Persediaan


No. Penjelasan
1. Kebijakan akuntansi yang diterapkan terkait dengan pengukuran
persediaan
2. Total persediaan dan jenis persediaan yang rusak
3. Penjelasan terkait dengan persediaan yang ada, seperti perlengkapan
yang ditujukkan untuk melayani masyarakat
PSAP No. 6 mengenai Akuntansi Investasi
4. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk menetukan nilai investasi
5. Perubahanharga pasar terkait dengan long-term investment dan short-
term investment
6. Penuruna nilai investasi dan hal-hal yang menyebabkan adanya
penurunan investasi
7. Penilaian investasi terhadap nilai wajar dan hal-hal yang menjadi
alasan penetapannya
8. Perubahan akun investasi
PSAP No. 7 mengenai Akuntansi Aset Tetap
9. Penilaian yang digunakan untuk menetapkan nilai tercatat carrying
amount)
10. Rekonsiliasi yang dilakukan terhadap total yang tercatat di awal dan
di akhir periode
11. Depresiasi (metode depresiasi yang diterapkan, tarif depresiasi yang
digunakan, akumulasi depresiasi yang ada pada awal dan akhir
periode)
12. Kebijakan terkait dengan kapitalisasi yang berkenaan dengan aset
tetap
13. Total pengeluaran pada akun aset tetap
14. Jumlah komitmen akuisisi aset tetap
Apabila aktiva tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka
hal-hal dibawah ini juga harus ada pada pengungkapan :
15. Regulasi yang digunakan sebagai dasar penilaian kembali aset tetap
16. Tanggal efektif penilaian kembali
17. Nama penilai independen yang melakukan penilaian kembali
18. Hakikat pada petunjuk yang ditetapkan untuk menentukan biaya
pengganti
19. Nilai yang tercatat pada masing-masing aset tetap
PSAP No. 8 mengenai Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
20. Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan
21. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pendanaan
22. Total dana yang telah digunakan
23. Uang muka yang dikeluarkan
39

24. Retensi
PSAP No. 9 mengenai Akuntansi Kewajiban
25. Daftar utang
26. Total saldo utang jangka pendek dan utang jangka panjang
27. Total saldo utang pemerintah yang didasarkan pada jenis sekuritas
utang pemerintah beserta tanggal jatuh temponya
28. Total bunga pinjaman dan besaran bunga
29. Konsekuensi dilakukannya pembayaran utang sebelum masa jatuh
temponya
30. Perjanjian restrukturisasi kewajiban
31. Total tunggakan utang
32. Biaya pinjaman
Sumber : Syarifah, 2013

6.1.2.2. Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang bersumber

dari dalam suatu daerah itu sendiri yang pungutannya sesuai dengan

peraturan undang-undang yang berlaku. Menurut Puspita dan Martani

(2012) pengukuran rasio PAD dilakukan dengan cara membandingkan

total PAD dengan total realisasi anggaran pendapatan asli daerah. Dengan

demikian berikut adalah rumus yang dapat digunakan :

Jumlah PAD
Rasio PAD =
Jumlah Realisasi Anggaran Pendapatan

6.1.2.3. Variabel Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum merupakan pengalokasian dana dari

pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang dimaksudkan dengan tujuan

adanya pemerataan keuangan di daerah (Prakosa, 2004). Dana alokasi

umum merupakan salah satu variabel independen yang dipilih untuk

mengukur seberapa besar tingkat ketergantungan suatu daerah.


40

Berdasarkan penelitian yang dibuat oleh Puspita dan Martani (2012),

pengukuran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Dana Alokasi Umum


Rasio DAK =
Total Realisasi Anggaran Pendapatan

6.1.2.4. Variabel Dana Alokasi Khusus

Dana alokasi khusus merupakan pengalokasian dana yang berasal

dari pemerintah pusat yang ditujukkan ke pemerintah daerah guna untuk

mendanai program-program khusus seperti halnya memenuhi kebutuhan

sarana dan prasarana daerah tertentu yang belum memenuhi standar.

Menurut Puspita dan Martani (2012) Dana Alokasi Khusus dapat

digunakan untuk mengukur tingkat ketergantungan suatu daerah dengan

cara sebagai berikut :

Dana Alokasi Khusus


Rasio DAK =
Total Realisasi Anggaran Pendapatan

6.1.2.5.Variabel Ukuran Pemda(Size)

Ukuran Pemda merupakan suatu skala yang mana organisasi

tersebut bisa digolongkan berdasarkan besar atau kecilnya dengan

beberapa tolok ukur. Pengukuran size dapat diproksikan menggunakan

total aset yang dimiliki pemerintah daerah. Hal tersebut dikarenakan aset

dapat memperlihatkan seberapa banyak sumber daya yang dimiliki oleh

pemerintah daerah yang merupakan hasil dari adanya kegiatan pada masa
41

lalu dan juga merupakan sumber manfaat ekonomi yang dapat digunakan

di masa yang akan datang. Menurut Puspita dan Martani (2012)

pengukuran size dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑆𝑖𝑧𝑒 = log 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑠𝑒𝑡

6.1.2.6. Variabel Kompleksitas Pemerintahan

Kompleksitas merupakan suatu kondisi serta keanekaragaman

beberapa faktor yang terdapat pada lingkungan internal dan eksternal yang

memiliki pengaruh terhadap suatu organisasi (Khasanah, 2014).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Puspita dan Martani

(2012), Kompleksitas Pemerintahan dapat diukur dengan cara sebagai

berikut :

Kompleksitas Pemerintahan = log Populasi

6.1.2.7. Variabel Belanja Daerah

Belanja daerah merupakan belanja yang dilakukan oleh pemerintah

guna melaksanakan tanggungjawabnya untuk memenuhi kebutuhan sarana

dan prasarana di daerah (Halim, 2003). Menurut Puspita dan Martani

(2012) Belanja daerah diproksikan dengan realisasi belanja. Untuk

mengukur belanja daerah maka dapat menggunakan cara sebagai berikut

Belanja Daerah = log Realisasi Belanja


42

6.2. Populasi dan Sampel

6.2.1. Populasi

Populasi merupakan sekumpulan subjek penelitian yang dapat

digunakan sebagai sumber data guna memperoleh suatu informasi yang

dibutuhkan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah tahun 2014-2016 pada pemerintahan yang

terdapat di Provinsi Jawa Tengah. Di Provinsi Jawa Tengah terdapat 35

pemerintahan, diantaranya 29 kabupaten dan 6 kota.

6.2.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel dipilih menggunakan

cara nonprobability sampling dengan menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu teknik yang menentukan sesuatu dapat dijadikan sebagai

sampel berdasarkan kriteria sebagai berikut :

1. Kabupaten/kota yang menyajikan Laporan Realisasi APBD dalam

format SAP dan yang terdaftar disitus www.djpk.depkeu.go.id tahun

2014-2016.

2. Kabupaten/kota yang mempublikasikan Laporan Realisasi APBD

tahunan secara lengkap yang berhubungan dengan variabel penelitian.

6.3. Jenis Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah

sumber data penelitian yang didapatkan secara tidak langsung melalui

media perantara. Sumber data yang terdapat dalam penelitian ini berupa
43

laporan keuangan pemerintah daerah di Jawa Tengah yang didapatkan dari

website Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah melalui

website www.djpk.depkeu.go.id tahun 2014-2016.

6.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dapat dilakukan dengan

menggunakan cara :

1. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang

didapat dengan cara menyalin (copy) data darisitus Dirjen

Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah melalui website

www.djpk.depkeu.go.id. Hal tersebut dilakukan agar dapat

mengetahui tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh pemerintah

daerah pada laporan keuangannya.

6.5. Teknik Analisis Data

6.5.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan peneliti untuk menyajikan informasi-

informasi yang berkenaan dengan karakteristik variabel penelitian.

Pengujian statistik deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan atau

menjelaskan suatu data yang dilihat dari hasil pengujian nilai rata-rata

(mean), pengujian nilai standar deviasi, pengujian nilai maksimum, dan

pengujian nilai minimum. Pengujian statistik deskriptif berfungsi agar


44

memberikan penjelasan terkait dengan distribusi persebaran data dan

perilaku data sampel dalam pengujian tersebut (Ghozali, 2013).

6.5.2. Analisis Asumsi Klasik

6.5.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menilai apakah sebaran data yang

dimiliki sudah berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini dilakukan

karena banyaknya data tidak bisa dijadikan patokan bahwa data-data yang

ada dipastikan berdistribusi normal. Data yang banyaknya >30 dapat

berdistribusi normal, begitupun sebaliknya. Model regresi yang baik

adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Pengujian

normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan cara Kolmogorov

Smirnov. Hal tersebut dilakukan karena pengujian Kolmogorov Smirnov

dapat dilakukan pada data besar maupun kecil. Selain itu, pengujian ini

juga dapat dilakukan pada data yang belum dikelompokkan pada tabel

distribusi frekuensi. Pengujian Kolmogorov Smirnovdilakukan dengan

melihat hasil dari angka siginifikansinya dengan ketentuan sebagai

berikut:

1. Apabila angka signifikansinya >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

data memiliki distribusi normal.

2. Apabila angka signifikansinya <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

data memiliki distribusi tidak normal.


45

6.5.2.2. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui di

dalam model regresi apakah ada ketidaksamaan varians atau tidak pada

pengamatan satu terhadap pengamatan yang lainnya (Ghozali, 2013).

Model regresi yang baik yaitu Homokedastisitas. Dengan kata lain model

regresi yang baik adalah dimana varians dari pengamatansatu ke

pengamatan yang lainnya tetap. Untuk mengetahui ada atau tidaknya

heterokedastisitas dilakukanlah pengujian Uji Park.

Uji Park merupakan pengujian yang dilakukan dengan cara membuat

regresi logaritma dari kuadrat residual (ln 𝑈 2 𝑖) sebagai variabe terikat

sementara variabel bebasnya tetap. Apabila hasil dari persamaan tersebut

koefisien beta tersebut signifikan, maka model regresi yang telah dibuat

terdapat heterokedastisitas, begitupun sebaliknya apabila parameter beta

tidak signifikan maka terdapat homokedastisitas, artinya model regresi

diterima (Ghozali, 2013).

Kriteria pengujian yang digunakan apabila hasil yang didapat

memperlihatkan secara statistik bersifat tidak signifikan (tingkat

signifikansinya lebih besar dari 0,05) artinya tidak menunjukkan adanya

heteroskedastisitas pada model penelitian yang digunakan dan begitu pula

sebaliknya (Ghozali, 2013)

6.5.2.3.Uji Autokorelasi

Autokorelasi yaitu adanya hubungan antar sampel yang dimiliki

yang disajikan historis atau berdasarkan waktu, sehingga mengakibatkan


46

timbulnya suatu datum yang disebabkan oleh datum sebelumnya (Hasan,

2010). Uji Autokorelasi dilakukan guna mendeteksi apakah pada model

regresi terdapat hubungan antara kesalahan pengganggu pada periode saat

itu dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Untuk

melakukan pengujian ini dapat dilakukan dengan melakukan Durbin-

Watson (DW test).DW test dilakukan dengan cara membuat perbandingan

antara DW (d hitung) dengan nilai d tabel.

Tabel 3
Tabel Durbin-Watson
Klasifikasi nilai d Uji Durbin Watson

Nilai Keterangan
0 < d < dl Autokorelasi Positif
dl ≤ d ≤ du Tidak Dapat Disimpulkan
4-dl < d < 4 Autokorelasi Negatif
4-du ≤ d ≤ -dl Tidak Dapat Disimpulkan
du < d < 4-du Tidak Terdapat Autokorelasi
Sumber : (Ghozali, 2013)

6.5.2.4. Uji Multikolinearitas

Dilakukannya uji multikolinearitas agar dapat mengetahui apakah

ada atau tidak hubungan antar variabel independen satu dengan variabel

independen yang lainnya. Apabila ditemukan korelasi antar variabel

independen maka model regresi tersebut ditolak. Sebaliknya apabila tidak

terdapat korelasi antar variabel independen maka model regresi diterima.

Untuk melakukan uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan cara

menentukan nilai Variance Inflation Factor (VIP) dari hasil analisis data

(Ghozali, 2013). Apabila VIP < 10 maka tidak ada multikolinearitas antar

variabel independen. Akan tetapi apabila hasil dari uji tersebut ditemukan
47

VIP > 10 maka artinya terdapat korelasi antar variabel independen.

Multikolinearitas antar variabel terjadi sebagai akibat dari adanya

kombinasi dua atau lebih variabel bebas.

6.5.3. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan

menggunakan analisis regresi linier berganda (multiple regression).

Analisis regresi berganda dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat

pengaruh beberapa karakteristik pemerintah terhadap tingkat

pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Model regresi yang

digunakan sebagai berikut :

Y = β0 + β1 PAD + β2 DAU + β3 UP + β4 KP + β5 BD + β6 DAK + e

Keterangan :
Y =Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
PAD = Pendapatan Asli Daerah
DAU = Dana Alokasi Umum
UP = Ukuran Pemerintahan
KP = Kompleksitas Pemerintahan
BD = Belanja Daerah
DAK = Dana Alokasi Khusus
e = error

6.5.3.1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji R2 merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan variabel independen menjelaskan variabel

dependen (Ghozali, 2013). Nilai koefisien R2 berkisar antara 0 sampai 1

(0 < R2<1). Apabila R2 menunjukkan nilai yang besar atau mendekati


48

angka 1 berarti variabel bebas (variabel independen) dapat memberikan

penjelasan yang hampir lengkap terhadap variabel dependen.

Sebalikanya apabila nilai R2 kecil atau mendekati angka 0 (nol) artinya

variabel independen memiliki kemampuan yang lemah dalam

menjelaskan variabel dependennya.

6.5.3.2. Uji Statistik t

Uji t dilakukan dengan tujuan agar dapat diketahui banyaknya

pengaruh yang dimiliki oleh satu variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependennya. Pengujian ini dapat dilakukan dengan

melihat nilai masing-masing t hitungnya yang terdapat pada kolom

signifikansi. Pengujian ini menggunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : variabel independen bukanlah suatu penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : variabel independen suatu penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen.

Tingkat signifikansi pada pengujian t sebesar 5% dengan kriteria

pengujian sebagai berikut :

1. Apabila tingkat signifikansi t statistik ≥ 0,05 maka H0 diterima. Dapat

disimpulkan bahwa tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara

satu variabel bebas terhadap variabel terikatnya.


49

2. Apabila tingkat signifikansi t statistik < 0,05 maka H0 ditolak. Dapat

disimpulkan bahwa ditemukan pengaruh yang signifikan antara satu

variabel bebas terhadap variabel terikat.

6.5.3.3. Uji Statistik F

Pengujian statistik F dilakukan untuk mengetahui semua variabel

bebas yang dipakai berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

terikatnya (Ghozali, 2013). Hipotesis yang diuji yaitu :

Ho : Suatu variabel bebas tidak sebagai penjelasan yang signifikan

terhadap variabel terikat.

Ha : Suatu variabel bebas sebagai penjelasan yang signifikan terhadap

variabel terikat.

Uji statistik F dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Mengkomparasikan antara Ftabel dengan F hitung. Ha dinyatakan

diterima apabila perbandingan F hitung lebih besar dari tabel.

2. Menggunakan significan level 0,05 atau a =5%.

a. Dinyatakan diterima apabila nilai signifikansi F< 0,05. Dengan

kata lain koefisien regresi signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa

secara simultan keempat variabel independen yang digunakan

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai signifikansi F ≥ 0,05 maka Ha ditolak, yang berarti

koefisien regresi tidak signifikan. Ini berarti bahwa secara simultan


50

keempat variabel independen yang digunakan berpengaruh tidak

signifikan terhadap variabel dependen.


51

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta : Salemba Empat.

Adi, Priyo Hari, 2006. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja
Pembangunan dan Pebdapatan Asli Daerah (Studi Kasus pada Kabupaten
dan Kota se Jawa-Bali). Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.

Budi, Purbayu Santosa & Retno Puji Rahayu. 2005. Analisis Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Dalam Upaya
Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Kediri. Jurnal Dinamika
Pembangunan. Vol.2 No. 1.

Evans, Thomas G. 2002. Accounting Theory: Contemporary Accounting Issues.


Australia: Thomson, South-Western

Harianto, David dan Priyo Hari Adi. 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi
Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Per
Kapita. Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makasar 26-28 Juli 2007.

Hendriyani, R., dan Tahar, A.2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


TingkatPengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Di
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 22, 25-33

Hendriyani, Ririn dan Afrizal Tahar. 2015. Analisis Faktor-faktor yang


Memengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah
Provinsi di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE). Vol.22 No.1,
Maret, hal 25-33.
52

Heriningsih, Sucahyo dan Rusherlistyani. 2013. Faktor-faktor Yang


Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah. Jurnal ekonomi dan Bisnis, Volume 13. Nomor 02, September 2013

Herlina, Rahman, 2005. Pendapatan Asli Daerah. Jakarta : Arifgosita.

Hilmi, Martani. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat


Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi. E-Jurnal
Akuntansi. Universitas Indonesia.

Ichsan, Randhy. Teori Keagenan (Agency Theory). 21 Maret 2017.


https://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-keagenan-agency-
theory/

Jeckly Dharma Jaya dan Eka Ardhani Sisdyani. 2014. Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Belanja Modal Pada Kelengkapan
Pengungkapan Informasi Keuangan Daerah Melalui Situs Resmi Pemerintah
Provinsi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 9.1 (2014), ISSN: 2302-
8556 Hal: 162-179.

Junaedi. 2015. “Pengaruh Kekayaan Pemerintah Daerah, Ketergantungan Daerah,


Kompleksitas, Tipe Pemerintah Daerah, Kualitas Audit Dan Tingkat
Penyimpangan Anggaran Terhadap Pengungkapan Internet-Based Financial
Reportin”. Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-
5009 Vol. 2 Nomor 4 Desember Tahun 2015.

Kadek Aris Dwi Pratama dkk. 2015. Pengaruh Kompleksitas Pemerintah Daerah,
Ukuran Pemerintah Daerah, Kekayaan Daerah, Dan Belanja Daerah
Terhadap Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada Pemerintah
Kabupaten/Kota Di Bali Tahun 2010-2013). E-Journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1).
53

Kusumadewi, Diah Ayu dan Arief Rahman. 2007. Flypaper Effect Pada Dana
Alokasi Umum (Dau) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap
Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota Di Indonesia. JAAI, Vol.11 No. 1.

Lin, Weshan dan K.K. Raman B. 1998. The Housing Value-Relevance of


Governmental Accounting Information, Journal of Accounting and Public
Policy 1.7

Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Martani, dan Zaelani. 2011. Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan, dan Kompleksitas


terhadap Pengendalian Intern Pemerintah Daerah studi kasus di Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011. Universitas Indonesia,
Depok.

Nurtari, Almanita, et al. (2016). Pengaruh Karakteristik dan Kompleksitas


Pemerintah Daerah Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan (Studi pada
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa
Barat periode 2013-2014). Jurnal Akuntansi, 2, No. 1.

Pandansari, Tiara.2016. Tingkat Ketergantungan, Kompleksitas Pemerintah, Dan


Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, Vol.XIX No. 3.

________2014. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014


tentang Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun
Anggaran 2014.

Prakosa, Kesit Bambang. 2004. Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Prediksi Belanja Daerah
(Studi Empirik di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY). JAAI 8 (2).
54

Puspita, Rora & Martani, Dwi. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja Dan
Karakteristik Pemda Terhadap Tingkat Pengungkapan Dan Kualitas
Informasi Dalam Website Pemda. Simposium Nasional Akuntansi XV.
Republik Indonesia. 2013.

Setyaningrum, Dyah dan Febriyani Syafitri. 2012. Analisis Pengaruh


Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan
Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol.9 No.2,
Desember, hal 154-170.

Sidharta, Juaniva dan Sherly Christianti. 2007. Pengaruh Karakteristik Perusahaan


terhadap Kelengkapan Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Keuangan.
Jurnal Ekonomi, Volume XVII, No. 2.

Suhardjanto, D., dan Lesmana, S.I. 2010. Pengaruh Karakteristik Pemerintah


Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib di Indonesia. Jurnal STIE
Bank BPD Jateng Vol. 6 No. 2. Surakarta.

Suhardjanto, Djoko dan Yulianingtyas, Rukmita Rena, 2011. Pengaruh


Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kepatuhan Pengungkapan
Wajib Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada
Kabupaten/Kota di Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Auditing, Volume 8,
1-94.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dengan Daerah.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan


Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Jakarta: 2003


55

Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Jakarta:


2004.

Usman, Umaruddin. 2013. Analisis Pengaruh Hasil Laba Bumd Terhadap


Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Ekonomi
Manajemen dan Bisnis.

Warsito. 2001. Hukum Pajak. PT. Rajawali, Jakarta.

Wikipedia. Dana Alokasi Khusus. 22 Maret 2017.


http://id.wikipedia.org/wiki/Dana_Alokasi_Khusus.

Wikipedia. Dana Alokasi Umum. 22 Maret 2017.


http://id.wikipedia.org/wiki/Dana_Alokasi_Umum.

Wikipedia. Retribusi. 9 April 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Retribusi.

Anda mungkin juga menyukai