Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

A. PENGUKURAN SUHU

NO PENGUKURAN PERTAMA (I) PENGUKURAN KE DUA (2) PENGUKURAN KE TIGA (3)


3 MENIT PERTAMA 3 MENIT KE DUA 3 MENIT KE TIGA
Sebelum Sesudah Ebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Beraktiitas Beraktivitas Beraktiitas Beraktivitas Beraktiitas Beraktivitas

1. 36, 5 0 C 37 0 C 36, 6 0C 37, 1 0C 36,9 0C 37,2 0C

B. PENGUKURAN NADI

NO PENGUKURAN PERTAMA (I) PENGUKURAN KE DUA (2) PENGUKURAN KE TIGA (3)


3 MENIT PERTAMA 3 MENIT KE DUA 3 MENIT KE TIGA
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Beraktiitas Beraktivitas Beraktiitas Beraktivitas Beraktiitas Beraktivitas

1. 82 102 71 93 61 74

C. PENGUKURAN FREKUENSI PERNAPASAN

NO PENGUKURAN PERTAMA (I) PENGUKURAN KE DUA (2) PENGUKURAN KE TIGA (3)


3 MENIT PERTAMA 3 MENIT KE DUA 3 MENIT KE TIGA
Sebelum Sesudah Ebelum Sesudah Ebelum Sesudah

Beraktiitas Beraktivitas Beraktiitas Beraktivitas Beraktiitas Beraktivitas

1. 19 27 15 25 14 24
BAB V

PEMBAHASAN HASIL PRAKTIKUM

A. PENGUKURAN SUHU

Dari hasil pengukuran yang dilakukan dalam percobaan kali ini didaptkan hasil

pengukuran suhu sebelum berktivitas yaitu memenuhi kriteria (36,5 0C - 37,5 0C).

Sedangkan hasil pengukuran suhu setelah orang coba beraktivitas menaiki dan menuruni

tangga suhunya mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena ada faktor-faktor yang

mempengaruhi suhu tubuh yaitu :

1) Lingkungan, suhu lingkungan yang tinggi akan menyebabkan suhu tubuh meningkat

dan sebaliknya.

2) Jenis kelamin, suhu tubuh pria lebih tinggi dibandingkan wanita karena perbedaan

kegiatan metabolik dan hormon yang diproduksi. Berdasarkan percobaan yang

dilakukan, probandus yang digunakan yaitu jenis kelamin laki-laki

3) Aktivitas fisik, setelah aktivitas fisik suhu tubuh akan naik terkait dengan kerja otot

rangka.

4) Berat badan, semakin berat badan probandus maka semakin tinggi pula suhunya

Karena mengandung banyak lemak.

5) Hormon pertumbuhan atau tinggi badan juga berpengaruh pada suhu tubuh. Hormon

pertumbuhan dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme yang akhirnya

meningkatkan produksi panas tubuh.

6) Usia atau umur juga mempengaruhi suhu tubuh. Pada makhluk hidup yang berusia

muda metabolisme cenderung cepat dari pada yang berusia tua, sehingga suhu tubuh
individu yang masih muda akan cenderung lebih tinggi dari yang tua. Namun hanya

sedikit mempengaruhi metabolisme tubuh.

Hipotalamus atau hypothalamus adalah pusat pengendali fungsi tubuh dan sistem

syaraf untuk menjaga agar kondisi tubuh kita selalu konstan dan stabil. Hipotalamus

mempunyai peranan sangat penting dalam menjaga agar kita selalu dapat menjalani hidup

ini secara berkualitas. Terdapat dua macam hipotalamus, yaitu hipotalamus anterior dan

hipotalamus posterior. Hipostalamus anterior merupakan pusat pengatur pengeluaran

panas. Bila suhu diluar tubuh lebih tinggi maka pengeluaran ditingkatkan dengan cara

vasodilatasi (melebarakan), evaporasi (berkeringat), radiasi (dipancarkan), kontak

(bersinggungan/kompres), aliran (dari daerah panas ke dingin), dan konveksi. Pengaturan

suhu tubuh terjadi secra terpadu di hipotalamus berdasarkan sinyal yang diterima dari

kulit dan suhu inti tubuh. Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur yang bertugas

meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran panas. Bila suhu luar rendah

pembentukan panas akan dilakukan dengan meningkatkan metabolisme, dengan

mekanisme kontraksi otot atauu menggigil, pengeluaran panas akan dikurangi dengan

vasokonstriksi (memperkecil) pembuluh darah kulit dan perangsangan produksi keringat.

Pengaturan suhu tubuh terjadi secra terpadu di hipotalamus berdasarkan sinyal yang

diterima dari kulit dan suhu inti tubuh.

Dalam metabolisme pengaturan suhu, terdapat adanya produksi panas dan

pembuangan panas. Untuk produksi panas tergantung dari metabolisme, jadi tergantung

pada proses kimia eksotermal, misalnya kerja otot, menggigil dan lain-lain. Bila

pengeluaran panas melebihi pemasukan panas, maka termostat ini akan berusaha

menyeimbakan suhu tersebut dengan cara memerintahkan otot-otot rangka kita untuk
berkontraksi (bergerak) guna menghasilkan panas tubuh. Kontraksi otot-otok rangka ini

merupakan mekanisme dari menggigil.

B. PENGUKURAN NADI

Berdasarkan data yang diperoleh , bahwa hasil pengukuran nadi sebelum

beraktivitas memenuhi kriteria (60-100/menit). Sedangkan setelah beraktivitas menaiki

dan menuruni tangga kecepatan denyut nadi meningkat, dikarenakan saat beraktivitas

kebutuhan oksigen dalam tubuh akan meningkat karena adanya peningkatan aktivitas

tubuh. Semakin berat suatu kegiatan yang dilakukan manusia, maka semakin banyak pula

kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh tubuh, untuk itu jantung akan lebih banyak

memompa darah yang mengandung banyak oksigen melalui nadi keseluruh tubuh untuk

memenuhi kebutuhan oksigen yang tinggi.

Adapun faktor yang mempengaruhi kecepatan denyut nadi yaitu usia, berat badan,

jenis kelamin, kesehatan / kebugaran fisik, suhu tubuh dan aktivitas tubuh. Frekuensi

denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan usia dewasa,

denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring

dengan pertambahan usia. Ukuran yang lebih berat juga menyebabkan denyut nadi akan

lebih cepat. ini sesuai dengan literatur, ukuran tubuh yang penting adalah berat badan

untuk ukuran tubuh seseorang. Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih

cepat.

C. PENGUKURAN FREKUENSI PERNAPASAN

Dari data yang diperoleh, bahwa hasil pengukuran frekuensi 1,2 dan3 sebelum

beraktivitas telah memenuhi kriteria normal yaitu antara 12- 20/ permenit atau 16-

24/menit. Sedangkan frekuensi pernafasan setelah melakukan aktivitas mengalami


kenaikan. Besarnya kenaikan frekuensi tergantung pada jenis kegiatan. Seseorang yang

melakukan kegiatan ringan akan mengalami kenaikan frekuensi yang lebih kecil

dibandingkan melakukan kegiatan yang berat dan yang memerlukan banyak tenaga.

Pada saat melakukan aktivitas frekuensi pernafasan meningkat karena tubuh

memerlukan banyak oksigen untuk melakukan pembakaran dalam tubuh untuk

menghasilkan energi yang digunakan untuk beraktifitas dan memperkeras kerja jantung

dalam memompa darah. Ukuran rongga dada dipengaruhi oleh kegiatan otot pernafasan.

Otot-otot ini berkontraksi dan relaksasi sebagai respon impuls saraf yang ditransmisi

kepadanya dari pusat otak. Selain itu mekanisme yang paling umum untuk mengontrol

hal ini ialah inhibisi umpan balik: Produk-akhir jalur anabolik menginhibisi

(menghambat) enzim yang menngkatalisis langkah awal jalur. Hal ini akan mecegah

pengalihan intermediet metabolik utama yang sedang digunakan untuk aktivitas yang

lebih penting ke sesuatu yang kurang perlu. Sel juga mengontrol katabolismenya. Jika sel

tersebut sedang bekerja keras dan konsentrasi ATP-nya mulai menurun, respirasi akan

semakin cepat. Ketika terdapat banyak ATP untuk memenuhi permintaan, respirasi

melambat, mencadangkan molekul organik yang bernilai itu untuk fungsi lain.
BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

A. BUNYI JANTUNG SEBELUM BERAKTIVITAS

N POSISI BARING POSISI ANGKAT KAKI POSISI TEKUK KAKI


Bunyi jantung Bunyi jantung Bunyi jantung Bunyi jantung Bunyi jantung Bunyi jantung
o
I II I II I II

1. Bunyi jantung Bunyi jantung Bunyi jantung Bunyi jantung Bunyi jantung Bunyi jantung

lebih jelas lebih jelas lebih terdengar lebih lebih lebih terdengar

terdengar di terdengar di di mitral dan terdengar di terdengar di di parasternal

katup mitral parasternal bunyinya lebih parasternal parasternal kiri dan

kiri rendah kiri dan kiri, dan bunyinya tidak

bunyinya bunyinya terlalu jelas

lebih rendah tidak terlalu

jelas

B. BUNYI JANTUNG SETELAH BERAKTIVITAS

NO POSISI BARING

BUNYI JANTUNG I BUNYI JANTUNG II

1. Bunyi jantung sangat jelas, terdengar pada Bunyi jantung sangat jelas, tajam dan singkat

katup mitral terdengar pada parasternal kiri


BAB V

PEMBHASAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, bahwa bunyi jantung pada

posisi baring, mengangkat kedua kaki dan menekuk kaki sebelum beraktivitas, bunyi

jantung I lebih terdengar pada katup mitral dari pada katup trikuspidalis. Hal ini terjadi

karena tekanan pada ventrikel sisnistra lebih kuat, bunyi jantung pertama terjadi ketika

katup AV menutup. Sedangkan bunyi jantung II lebih terdengar pada parasternal kiri.

Bunyi jantung II terjadi ketika katup aorta atau pulmonalis menutup. Bunyi jantung I

lebih lunak, rendah dan relative lama dibandingkan dengan bunyi jantung II lebih tajam,

tinggi dan singkat.

Terdapat perubahan yang meningkat dari kecepatan denyut jantung istirahat

dengan denyut jantung aktivitas. Hal tersebut dapat dilihat dari irama denyut jantung saat

istirahat dari teratur menjadi lebih cepat saat aktivitas, begitu pula dengan kekuatan

denyut jantung yang semakin kuat pada saat aktivitas. Perubahan tersebut terjadi karena

saat berolahraga jantung dirangsang untuk berkontraksi lebih cepat. Pada saat aktivitas

terjadi peningkatan metabolisme sel-sel otot, sehingga aliran darah meningkat untuk

memindahkan zat-zat makanan dari darah yang dibutuhkan jaringan otot sehingga curah

jantung akan meningkat untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui peningkatan

aliran darah. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan frekuensi denyut jantung

yang akan meningkatkan denyut nadi pada akhirnya. Kecepatan denyut jantung

mengalami peningkatan juga akibat adanya peningkatan aktivitas simpatis yang diiringi

oleh penurunan aktivitas parasimpatis. Kekuatan denyut jantung yang kuat juga karena

otot berkontraksi dan menyebabkan tekanan sistol pada aorta/pulmonalis meningkat


sehingga menyebabkan katup yang berhubungan menutup dengan cepat pada akhir sistol.

Hal ini mengakibatkan timbulnya letupan yang kuat sehingga menimbulkan bunyi yang

keras dan tajam.

Anda mungkin juga menyukai