Anda di halaman 1dari 64

Laporan Kerja Praktek PT.

Semen Indonesia (Persero), Tbk

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap mahasiswa Universitas Islam Indonesia diharapkan siap untuk
dikembangkan ke bidang yang sesuai dengan spesifikasinya. Sejalan dengan upaya tersebut,
kerjasama dengan industri perlu untuk ditingkatkan. Salah satu bentuk kerjasama yang
diterapkan oleh Universitas Islam Indonesia(UII) Yogyakarta dengan bidang perindustrian
nasional adalah dengan diadakannya Kunjungan Industri, Kerja Praktek, dan lain
sebagainya. Pemahaman tentang permasalahan di dunia industri akan banyak diperlukan
untuk menunjang pengetahuan secara teoritis yang didapat dari materi perkuliahan,
sehingga mahasiswa dapat menjadi salah satu sumber daya manusia yang siap menghadapi
tantangan era globalisasi pada dunia kerja yang akan dihadapinya.
Kerja praktek merupakan salah satu kurikulum wajib yang harus ditempuh oleh
mahasiswa Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Selain itu
kegiatan tersebut diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang hal-hal yang terjadi di
dunia industri dan untuk mendapatkan pengalaman tentang dunia kerja. Pada kerja praktek
kali ini kami memilih PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk, Pabrik Tuban, karena
mengingat terdapat hubungan antara bidang perusahaan dengan bidang akademis yang kami
pelajari khususnya dalam perkuliahan. Di samping itu, PT. SEMEN INDONESIA
(PERSERO) Tbk, Pabrik Tuban merupakan perusahaan besar dengan kualitas baik sehingga
kami yakin akan mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan yang bisa kami
pelajari.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Sebagai salah satu prasyarat mahasiswa sebelum melaksanakan tugas akhir kuliah
adalah melaksanakan kerja praktek. Pelaksanaan kerja praktek secara umum dimaksudkan
untuk mengenalkan mahasiswa dengan realitas dunia kerja dan dapat menerapkan teori-teori
di bangku kuliah dengan kondisi riil di lapangan.

Jurusan Teknik Industri FTI UII


1
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

Pemilihan kerja praktek di industri semen, khususnya di pabrik PT Semen Indonesia


(Persero) Tbk., dimaksudkan untuk mempelajari kegiatan-kegiatan yang ada di pabrik yang
meliputi :

 Pengendalian proses produksi semen dimulai dari perencanaan dan pengawasan


penambangan bahan baku hingga produk jadi siap jual ke konsumen.
 Kegiatan yang erat hubungannya dengan bidang teknik industri (sesuai dengan
Industrial Engineering).

Manfaat dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah:


 Mendapatkan pengalaman dalam suatu lingkungan kerja dan mendapat
peluang untuk memahami permasalahan yang terjadi dalam pabrik dan cara
penanggulangannya serta melaksanakan studi perbandingan antara teori yang
didapat di kuliah dengan penerapannya di pabrik.
 Menambah wawasan mengenai PT Semen Indonesia (Persero ) Tbk secara
umum,memahami proses produksi semen, laboratorium, utilitas,pengendalian
proses, Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) serta unit Pemeliharaan
Penanggulangan Polusi di PT. Semen Indonesia (Persero ) Tbk
 Memperoleh pemahaman yang komprehensif akan dunia industri.

1.3 Metodelogi Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode:
 Wawancara
Kami melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab
terhadap unit yang dikendalikannya. Seperti wawancara pada bagian Pengendalian
proses, Perencanaan dan pengawasan tambang, crusher, serta perencanaan bahan
dan produksi.
 Observasi
Pada saat berada di lapangan, kami berkeliling dan mengamati proses pembuatan
semen dan alat yang digunakannya.
 Pencarian Pustaka

Jurusan Teknik Industri FTI UII


2
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

Untuk menunjang data yang kami dapatkan dilapangan, kami juga mencari
referensidari beberapa buku yang berhubungan dengan proses pembuatan semen
yang dilakukan olehPTSemenIndonesia (Persero)Tbk.

1.4 Metodelogi Penyusunan Laporan


Pengumpulan data dengan berbagai metode yang telah dijelaskan sebelumnya
yakni mencari data dilapangan kemudian membandingkannya dengan referensi yang
kami dapatkan. Kemudian kami rangkum serta kami susun sesuai format laporan PT
Semen Indonesia (persero)Tbk.

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek


 Kerja praktek dilaksanakan mulai tanggal 1september 2014 sampai 30
sepetember2014.
 Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek adalah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk,
Pabrik Tuban.

1.6 Nama Unit Kerja Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek


Unit Kerja : Biro Pengendalian Proses

Jurusan Teknik Industri FTI UII


3
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

BAB II
PROFIL PT. SEMEN INDONESIA (Persero), Tbk.

2.1 Sejarah PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.


PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. merupakan sebuah badan usaha lama yang
didirikan melalui akte no. 41, yang dibuat oleh Raden Mr. Soewandi, notaries di
Jakarta pada tanggal 25 Maret 1953. Pada saat didirika legal statusnya adalah
Naamlodze Veennotschap (NV) dengan nama Pabrik Semen Indonesia. Perusahaan
ini mengalami beberapa kali perubahan baik perubahan legal statusnya maupun juga
kepemilikannnya. Pada tanggal 17 April 1961, status perusahaan ini dirubah dari NV
menjadi Perusahaan Negara (PN Persero), berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 132
tahun 1961. Akte No. 81 tanggal 24 Oktober 1969 legal statusnya berubah menjadi
Perseroan Terbatas Persero (PT. Persero), dengan nama yang sama, dibuat oleh J.N.
Siregar SH. Terakhir melalui akte No. 92 tanggal 27 Juni 2008, dibuat oleh Indah
Fatmawati SH., Notaris di Jakarta, tentang penyesuaian dengan Undang-Undang
Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007.
Akte No. 92 tersebut sudah mendapat pengesahaan dari Menteri Hukum dan
HAM, dengan SK No. AHU-30822.AH.01.02, tanggal 3 Juli 2008. Sebelumnya pada
tanggal 23 Desember 1987, perusahaan ini sudah mendapat persetujuan dari Menteri
kKeuangan RI, sesuai dengan SK No. 859/KMK.01/1987, tentang penawaran saham
kepada masyarakat. Kemudian Badan Pengaas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
menyetujui pencatatan saham PT. Semen INDONESIA mulai tanggal 4 Juli 1991.
Kemudian pada bulan Juni 1997 perusahaan ini merubah namanya menjadi PT.
SEMEN INDONESIA Tbk (PT. SG Tbk).
Pada bulan Juni 1998 modal dasar PT. SG Tbk ditingkatkan menjadi Rp
2.000.000 juta dan modal ditempatkan sebesar Rp 593.152 juta yang telah disetor
penuh. Kemudian pada bulan Oktober 1998 sebuah perusahaan industry semen dari
Mexico, yaitu CEMENTO MEXI-CANOS S.A de C.V. (CEMEX SA de CV)
menguasai sekitar 24,9% saham PT. SG Tbk. Masuknya perusahaan asing dari
Mexico tersebut sangat membantu perkembangan dan operasi PT. SG Tbk., karena
pada waktu itu situasi perekonomian di Indonesia kurang baik. Setelah berlangsung

Jurusan Teknik Industri FTI UII


4
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

kurang lebih 6 tahun lamanya, pada bulan Mei 2006 seluruh saham CEMEX SA de
CV dibeli oleh PT. RAJAWALI Corporation seharga US$ 337 juta.
Walaupun terjadi berbagai perubahan didalam perusahaan ini, namun sejak Juni
1998 hingga saat ini tidak ada perubahan disektor permodalannya. Menurut informasi
terakhir, pemegang saham PT. SG Tbk. Adalah Pemerintah Indonesia menguasi 51%
kemudian sisanya dikuasi oleh PT. RAJAWALI Corporation. Ltd sebesar 24,9% dan
masyarakatluas sebesar 24,1%.

2.2 Visi dan Misi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.


Sebagai salah satu industri semen yang terbesar di Indonesia, PT.SEMEN
INDONESIA (Persero), Tbk mempunyai visi dan misi sebagai pengantar keberhasilan
di masa mendatang.
2.2.1 Visi Perusahaan
Menjadi Perusahaan Persemenan Terkemuka di Indonesia dan Asia
Tenggara.
2.2.2 Misi Perusahaan
1. Memproduksi, memperdagangkan semen dan produk terkait lainnya
yang berorientasikan kepuasan konsumen dengan menggunakan
teknologi ramah lingkungan.
2. Mewujudkan manajemen perusahaan berstandar internasional dengan
menjunjung tinggi etika bisnis dan semangat kebersamaan, serta
bertindak proaktif, efisien dan inovatif dalam setiap karya.
3. Memiliki keunggulan bersaing dalam industri semen domestik dan
internasional.
4. Memberdayakan dan mensinergikan unit-unit usaha strategik untuk
meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.
5. Memiliki komitmen terhadap peningkatan kesejahteraan pemangku
kepentingan (stakeholders) terutama pemegang saham, pegawai dan
masyarakat sekitar.

Jurusan Teknik Industri FTI UII


5
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

2.3 Lokasi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.


PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk adalah perusahaan pembuat semen yang
membawahi empat perusahaan semen yaitu:
 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk yang bertempat di Tuban – Jawa Timur
 PT. Semen Tonasa (Persero), Tbk yang bertempat di Tonasa – Pangkep - Makassar,
Sulawesi Selatan
 PT. Semen Padang (Persero), Tbk yang bertempat di Indarung – Padang – Sumatera
selatan
 PT. Thang Long Cement yang bertempat di Quang ningh – Vietnam utara & Ho chi
min city – Vietnam selatan.

2.4 Struktur Organisasi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.


PT. Semen Indonesia memiliki struktur organisasi yang selalu mengalami
penyempurnaan untuk menciptakan sistem kerja yang efektif dan efisien.
Perkembangan tersebut mengikuti kebijaksanaan pemerintah dan situasi nasional serta
disesuaikan dengan kebutuhan pabrik yang menyangkut keadaan sosial, ekonomi, dan
politik.
Struktur organisasi PT. Semen Indonesia menurut Keputusan Direksi Nomor
005/Kpts/Dir/2012 yaitu sebagai berikut :

Jurusan Teknik Industri FTI UII


6
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

Direktur Utama

Direktur Direktur Produksi& Direktur Enginiring & Direktur Komersial Direktur SDM & Direktur Keuangan
Pengembangan Usaha Litbang Proyek Hukum
& Strategi Bisnis

Departemen Departemen Departemen Tim Office of Departemen Departemen Departemen


Capex Litbang Rancang the CEO Pemasaran SDM Group Keuangan
Energi, Bangun Grup
Material &

Dept.Pengem Departemen Departemen Internal Departemen Departemen Deprtemen


bangan Litbang Engineering Audit Distribusi & Center of Istrategic
Perusahaan Teknologi & Knowledge Logistik Dynamic Performance
Produk & Inovasi Learning Management

Departemen Departemen Departemen Sekretris Departemen Departemen Departemen


Perluasan Litbang Layanan Perusahaan Pengadaan Hukum & Operasi ICT
Bahan Baku Aplikasi Proyek Strategis GRC
Produk

Departemen Manajemen Departemen Tim


Teknik & Proyek CSR Pengembang
Departemen
Produktivitas an ICT
Aset Group

Dewan
Inovasi

EVP
Operasional

SVP SVP SVP


Produksi Komersial Keuangan

Departemen Departemen Departemen Departemen Departemen Internal Departemen Departemen Departemen Departemen Departemen Departemen
Produksi Produksi Produksi Produksi Teknik & Audit Komunikasi Penjualan Distribusi & Pengadaan Akutansi & SDM
Bahan Baku Terak I Terak II Semen Jaminan & Sarana Transportasi Keuangan
Mutu Umum

Jurusan Teknik Kimia FTI ITS


7
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Dewan Direksi yang ada Di PT. Semen
Indonesia:
a. Direktur Utama
Bertugas memimpin dan bertanggung jawab secara mutlak terhadap seluruh
operasional pabrik, termasuk didalamnya adalah penandatanganan Memorandum Of
Understanding. Direktur Utama membawahi langsung Direktur Pengembangan Usaha &
Strategi Bisnis, Direktur Produksi& Litbang, Direktur Engineering & Proyek, Direktur
Komersial, Direktur SDM & Hukum, Direktur Keuangan, Tim Office of The CEO,
Internal Audit Grup, Sekretaris Perusahaan, Departemen CSR, Dewan Inovasi
b. Direktur Pengembangan Usaha & Strategi Bisnis
Bertugas dan bertanggung jawab dalam pengembangan usaha dan strategi baru
dengan mengembangkan perusahaan, pengembangan energi, dan perluasan bahan baku
sehingga dapat menghasilkan produk-produk yang lebih baik.Direktur pengembangan
usaha & strategi bisnis membawahi tiga departemen, yaitu Departemen Capex,
Departemen Perluasan Bahan Baku, Departemen Pengembangan Perusahaan.
c. Direktur Produksi& Litbang
Bertugas mengawasi kegiatan proses produksi serta bertanggung jawab pada
pelaksanaan kegiatan produksi mulai dari pengadaan bahan baku sampai dihasilkan
produk semen serta menghasilkan inovasi atau penemuan baru untuk peningkatan
efisiensi pabrik. Direktur Produksi& Litbang membawahi Departemen Litbang Energi,
Material & Lingkungan, Departemen Litbang Aplikasi Produk, Depertemen Litbang
Teknologi & Produk, Departemen Teknik & Produktivitas serta Departemen SVP
Produksi yang membawahi lima departemen yaitu Departemen Produksi Bahan Baku,
Departemen Produksi Terak I, Departemen Produksi Terak II, Departemen Produksi
Semen, Departemen Teknik & Jaminan Mutu.
d. Direktur Enjiniring & Proyek
Bertugas merancang bangunan pabrik sesuai kebutuhan. Direktur Enjiniring &
Proyek membawahi Departemen Rancang Bangun, Departemen Layanan Proyek,
Departemen Engineering Knowledge & Inovasi, dan Manajemen Proyek.
e. Direktur Komersial
Bertugas mengatur pemasaran produk semen. Direktur Komersial membawahi
Departemen Pemasaran, Departemen Pengadaan Strategis, Departemen Distribusi
Jurusan Teknik Industri FTI UII
8
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

&Logistik dan SVP Komersial yang membawahi Departemen Penjualan, Departemen


Distribusi & Transportasi dan Departemen Pengadaan.
f. Direktur SDM & Hukum
Bertanggung jawab dalam mengawasi sumberdaya manusia, baik pengembangan,
manajeman resiko yang kemungkinan terjadi serta menangani sarana umum yang
berfungsi untuk menunjang produktifitas sumbee daya manusia. Direktur Sumber Daya
Manusia & Hukum membawahi Departemen SDM Group, Departemen Hukum dan
GRC, Departemen Center of Dynamic Learning, dan Departemen Aset Group.
g. Direktur Keuangan
Bertugas dan bertanggung jawab dalam keseluruhan keuangan pabrik, termasuk
urusan hutang maupun piutang, serta mengelola teknologi informasi. Direktur keuangan
membawahi Departemen Keuangan Grup, Departemen Operasi ICT, Departemen
Strategic Performance Management, Tim Pengembangan ICT serta SVP Keuangan yang
membawahi Departemen Akuntansi & Keuangan dan Departemen SDM.

2.5 Sistem Manajemen PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.


Sistem Manajemen Semen Indonesia (SMSG) diimplementasikan mencakup:
 Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008.
(diadopsi tahun 1996)
Sistem Manajemen Mutu (QMS) merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi
dan praktek-praktek standar untuk manajemen system yang bertujuan menjamin
kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan atau jasa) tehadap kebutuhan atau
persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau
dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi.
Adapun manfaat secara kualitatif dalam menerapkan system manajemen mutu ISO
9001:2008 sebagai berikut:
o Meningkatkan Kepercayaan Pelanggan
o Jaminan Kualitas Produk dan Proses
o Meningkatkan Produktivitas perusahaan & “market gain”
o Meningkatkan motivasi, moral & kinerja karyawan
o Sebagai alat analisa kompetitor perusahaan
o Meningkatkan hubungan saling menguntungkan dengan pemasok
Jurusan Teknik Industri FTI UII
9
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

o Meningkatkan cost efficiency & keamanan produk


o Meningkatkan komunikasi internal
o Meningkatkan image positif perusahaan
o Sistem terdokumentasi
o Media untuk Pelatihan dan Pendidikan
Metodologi yang digunakan dalam penerapan QMS adalah Plan – Do – Check –
Action (PDCA). dengan model sistem manajemen mutu berdasarkan proses.

Continual Improvement of The Quality Management System

Management
Responsibility

Customers
Customers
Resource Measurement,
Satis
Management Analysis,and
facti
Improvement on

Require Input Product Output


ments Realization Product

Legend : Value adding activities


Information flow
Gambar 2.2 Model Sistem Manajemen Mutu berdasarkan Proses

 Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO 140001:2004.


(diadopsi tahun 2000)
Sistem manajemen lingkungan merupakan system manajemen yang
mengidentifikasikan, memahami dan mengendalikan dampak negative atas kegiatan
perusahaan terhadap lingkungan.

Jurusan Teknik Industri FTI UII


10
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

Tujuan secara menyeluruh dari penerapan system manajemen lingkungan (SML)


ISO 14001 sebagai standart internasional untuk mendukung perlindungan lingkungan
dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan social ekonomi.
Adapun manfaat utama dari penerapan system manajemen lingkungan ISO
14001:2004 antara lain:
o Dapat mengindetifikasi, memperkirakan dan mengatasi resiko lingkungan yang
mungkin timbul.
o Dapat menekan biaya produksi, dapat mengurangi kecelakaan kerja, dapat
memelihara hubungan baik dengan mayarakat, pemerintah dan pihak-pihak yang
peduli terhadap lingkungan.
o Memberi jaminan kepada konsumen mengenai komitmen pihak manajemen puncak
terhadap lingkungan.
o Dapat mengangkat citra perusahaan, meningkatkan kepercayaan konsumen dan
memperbesar terhadap lingkungan.
o Menunjukkan ketaatan perusahaan terhadap Peraturan Perundang-undangan yang
berkaitan dengan lingkungan.
o Mempermudah memperoleh izin dan akses kredit bank.
o Dapat meningkatkan motivasi para pekerja.
Metodologi yang digunakan dalam penerapan EMS adalah Plan – Do – Check –
Action (PDCA). Berikut model sistem manajemen lingkungan yang diterapkan.

Environmental
Policy

Continual
Planning
Improvement

Management Implementation
Review and Operation

Checking

Gambar 2.3 Model Sistem Manajemen Lingkungan


Jurusan Teknik Industri FTI UII
11
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan OHSAS


18001:2007.
(SMK3 diadopsi tahun 1998 dan OHSAS tahun 2008)
Sistem Manajemen K3 (SMK3) adalah bagian dari system manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan efektif. (Permen 05/MEN/1996).
Adapun tujuan penerapan SMK3 adalah menciptkan suatu system keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsure manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien,
dan efektif.
Metodologi yang digunakan dalam penerapan manajemen sistem OHS adalah
Plan – Do – Check – Action (PDCA) dengan model sistem manajemen K3.

OH & S Policy

Continual
Planning
Improvement

Management Implementation
Review and Operation

Checking and
Corrective Action

Gambar 2.4 Model Sistem Manajemen K3

Jurusan Teknik Industri FTI UII


12
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

 Sistem Manajemen Mutu Laboratorium ISO 17025:2005.


(diadopsi tahun 2005)
Sistem Manajemen Mutu laboratoriumdisusun berdasarkan tuntutan dari sebuah
laboratorium yang melakukan pengujian agar untuk meningkatkan kompetensi dan
kepercayaan terhdap hasil uji yang abash dan valid.
Manfaat dari penerapan system manajemen mutu laboratorium pengujian ISO
17025:2005 adalah :
o Meningkatkan kemampuan dan kepercayaan pada laboratorium kalibrasi dan
laboratorium pengujian melalui penerapan persyaratan yang berlaku
o Memudahkan penghapusan hambatan non-pajak perdagangan melalui penerimaan
hasil kalibrasi dan hasil uji antar Negara
o Memudahkan kerjasama antar laboratorium dan antar instalansi dalam tukar menukar
informasi, penglaman dan harmonisasi standard dan prosedurnya
 Sistem Manajemen Mutu Laboratorium ISO 17025:2005.
Sistem manajemen risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran
dan control keuangan dari sebuah resiko yang mengancam asset dan penghasilan dari
sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada
perusahaan tersebut.
Manfaat manajemen risiko dalam perusahaan sangat jelas maka secar implicit
terkandung didalamnya suatu atau lebih sasaran yang akan dicapai manajemen risiko
antara lain sebagai berikut:
o Survival
o Kedamaian pikiran
o Memperkecil biaya
o Menstabilkan pendapatan perusahaan
o Memperkecil atau meniadakan gangguan operasi perusahaan
o Melanjutkan pertumbuhan perusahaan
o Merumuskan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat
SMSG merupakan sistem manajemen yang terpadu dengan basis integrasi ISO
9000 untuk menjamin bahwa fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dapat dijalankan dengan baik. Siklus
yang ada didalam SMSG tersebut merupakan proses pembelajaran yang berkelanjutan
Jurusan Teknik Industri FTI UII
13
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

untuk memastikan perubahan yang direncanakan selaras dengan sasaran strategis


perusahaan. Pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian sasaran strategis perusahaan
salah satunya dengan mekanisme penerapan SMSG secara konsisten sebagai dasar
pengelolaan perusahaan.
Sistem manajemen lingkungan diterapkan pada kegiatan, produk, dan jasa yang
berdampak pada lingkungan di Indonesia, Tuban dan Gudang Penyangga, meliputi:

Kegiatan Produk Jasa


 Penyiapan Bahan  Batu kapur pecah  Penambangan
 Pengolahan Bahan  Tanah liat produk  Pengadaan :
 Pembakaran  Umpan klin - Bahan baku
 Penggilingan  Bahan bakar batubara - Batu kapur
 Pengantongan/Penyerahan  Terak - Tanah liat

 Pengujian Terak dan  Semen - Gypsum

Semen  Kantong semen - Fly ash


- Copper slag
- Bahan bakar
- IDO
- Batu bara
 Pemeliharaan
 Tenaga kerja
 Alat-alat berat
 Distribusi dan
transportasi :
- Terak
- Semen
- Batu kapur
Gambar 2.5Tabel Kegiatan, Produk dan Jasa di PT Semen Indonesia

2.6. ProdukPT. Semen Indonesia (PERSERO), Tbk.


Jenis semen yang diproduksi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. adalah semen
portland yang dapat didefinisikan sebagai berikut: semen portland adalah semen hidrolis
Jurusan Teknik Industri FTI UII
14
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat-silikat
kalsium yang bersifat hidrolis, bersama bahan tambahan yang biasanya digunakan adalah
gypsum.
Adapun semen portland yang diproduksi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. ada
tiga jenis yaitu:
1. Ordinary Portland Cement (OPC)
Merupakan semen yang dipakai untuk semua konstruksi, yang tidak memerlukan
persyaratan atau sifat-sifat khusus, seperti ketahanan sulfat, panas hidrasi, dan
sebagainya. Semen tipe ini mempunyai kandungan C2S lebih kecil daripada
kandungan C3S , dengan kandungan C3S antara 55%-56% sedangkan kandungan SO3
1,3%-1,4%. Semen tipe ini mempunyai sifat antara moderat heat cement dan high
early strength cement.
2. Pozzolan Portland Cement (PPC)
Semen Portland pozzolan merupakan suatu bahan pengikat hidrolis yang dibuat
dengan menggiling bersama-sama terak semen Portland dan bahan yang mempunyai
sifat pozzolan, biasanya digunakan trass. Semen ini tahan terhadap asam ataupun
garam, cocok untuk bangunan–bangunan dekat laut. Menurut ASTM bahan pozzolan
yang ditambahkan antara 15%-40%. Semen tipe ini mempunyai kandungan C2S lebih
besar daripada C3S, sedangkan kandungan SO3 antara 1,2%-1,3%. Semen tipe ini
mempunyai kuat tekan awal agak rendah akan tetapi kuat tekan selanjutnya lebih
stabil.
3. Special Blended Cement (SBC)
Special Blended Cement adalah semen khusus yang diciptakan untuk pembangunan
mega proyek jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) dan cocok digunakan untuk
bangunan di lingkungan air laut. Dikemas dalam bentuk curah.

2.7. Anak Perusahaan


Sebagai pendukung operasional pabrik PT. Semen Indonesia,Tbk memiliki
beberapa anak perusahaan penghasil semen maupun non semen, Afiliasi dan Lembaga
penunjang, antaralain:
1. Anak Perusahaaan Penghasil Semen
 PT Semen Padang
Jurusan Teknik Industri FTI UII
15
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

PT Semen Padang terletak di Indarung, Padang, Sumatera Barat. Mempunyai


kapasitas sebesar 5.900.000 ton per tahun yang dihasilkan oleh kelma tahap
pabriknya. Jenis produk yang dihasilkan berupa : Ordinary Portland Cement
(OPC), PozzolanPotland Cement (PPC), Oil Weel Cement (OWC), Super
MasonryCement (SMC). PT Semen Padang sebagai pemasok terbesar di Sumatera.
Selain itu produknya juga dipasarkan ke Jawa Barat dan sebagian ke Kalimantan.
 PT Semen Tonasa
Terletak di Biringere, Pangkep, Sulawesi Selatan. Total kapasitas terpasang
3.500.000 ton per tahun yang dihasilkan dari ketiga tahap pabriknya. Jenis produk
yang dihasilkan berupa : OrdinaryPortland Cement (OPC), Super Masonry Cement
(SMC), Fly AshCement. PT Semen Tonasa sebagai pemasok semen dikawasan
timur Indonesia.
2. Anak Perusahaan bukan Penghasil Semen
 PT. Industri Kemasan Semen Indonesia (IKSG)
Terletak di Tuban, Jawa Timur. Bergerak dalam pembuatan kantong semen
dan kantong industri kmia.
 PT. Kawasan Industri Indonesia
Terletak di Indonesia, Jawa Timur. Bidang usahanya meliputi : penjualan
lahan industri, penjualan ruko, persewaan tanah industri, persewaan Bangunan
Pabrik Siap Pakai, persewaan gudang, persewaan kantor dan persewaan ruko.
 PT. Eternit Indonesia
Memproduksi asbes semen gelombang besar, kecil, genteng fiber semen, flat
semen, cerobong, ventilasi, penutup cahaya, pagar dan tangki septis.
 PT. United Traktor Semen Indonesia (UTSG)
Terletak di Tuban,Jawa Timur. Bergerak dalam bidang usaha pertambangan
galian yang berupa bahan mentah yan diperlukan untuk pembuatan semen, bidang
usaha pemasaran bebagai macam galian, bidang usaha lain yang ada hubungannya
dengan pemanfaatan peralatan yang dimiliki perusahaan termasuk didalamnya
pekerjaan sipil dan angkutan, bidang jasa konsultan, pertambangan yang
merupakan sarana pelengkap atau penunjang lajunya pengembangan perusahaan.
 PT. Varia Usaha

Jurusan Teknik Industri FTI UII


16
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

Bergerak dalam bidang jasa pengangkutan, perdagangan atau distribusi


semen dan pertambangan.
 PT. Swadaya Graha
Bergerak dalam bidang developer, kontraktor sipil dan listrik, kontraktor
mekanikal, workshop dan manufactur. Untuk mendukung usaha tersebut, PT
Swadaya Graha memiliki alat konstruksi dan alat berat.
3. Afiliasi
 PT. Swabina Gatra
Bergerak dalam bidang pembersih kantor (Cleaning Service), persewaan gudang dan
kendaraan serta travel biro.
 PT Varia Usaha Beton
Bidang usahanya meliputi industri beton dan bahan bangunan, yang terdiri dari tahap
beton siap pakai, tahap beton pracetak, tahap beton ringan dan tahap jasa seperti
pengelolaan gudang semen.
 PT Waru Abadi
Bergerak dalam bidang Perdagangan Bahan Bangunan, Angkutan dan Pergudangan
Jasa Konstruksi dan Kayu Olahan.
 PT Varia Usaha Bahari
 PT Varia Usaha Dharma Segara
 PT Varia Usaha Lintas Segara
 PT Varia Usaha Barito
 PT Konsultan Semen Indonesia

4. Lembaga Penunjang
 Koperasi Warga Semen Indonesia
Bergerak dalam bidang pertokoan barang-barang konsumsi, bahan bangunan,
distributor semen, percetakan, serta penjahitan.
 Semen Indonesia Foundation
Mengelola pendidikan meliputi : Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, SMP, SMU,
STM, Lembaga Bimbingan Belajar serta pelayanan jasa psikologik, kesehatan, dan
social.

Jurusan Teknik Industri FTI UII


17
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

 PT Cipta Nirmala
Bergerak dalam bidang layanan kesehatan untuk umum (Rumah Sakit) dan farmasi.
 Dana Pensiun Semen Indonesia
Mengelola dan mengembangkan dana yang terkumpul untuk program pensiun para
pegawai.
 Yayasan Wisma Semen Indonesia

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Jurusan Teknik Industri FTI UII


18
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

3.1 Definisi Semen


Semen diartikan sebagai bahan perekat yang mempunyai sifat yang mampu mengikat
bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat.
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara mengiling terak atau
clinkeryang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis yang apabila dilakukan
prosespengilingan bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa gypsum dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain.

3.2 Bahan Pembuatan Semen


3.2.1 Bahan Baku Utama Pembuatan Semen
1. Batu Kapur
 Susunan batu-batuan yang mengandung 85 % CaCO3 atau lebih sering disebut batu
kapur (gamping) atau dengan istilah Limestone.
 Oksida yang terkandung didalamnya adalah CaO.
 Pengujian kualitasnya didasarkan kadar CaO, MgO dan kadar air (H2O).
 Di alam, batu kapuryang baik biasanya mengandung CaO sebesar 52% - 54%
sertaMgO<17%.
 Dibedakan atas kandungan CaCO3 nya:
a. Batu Kapu kadar tinggi (High Grade), kandungan CaCO3nya tinggi, yaitu:
Lebih dari 97 – 99 %, MgO max 2 % sifatnya rapuh.
b. Batu Kapur kadar menengah (middle grade), kadar CaCOnya 88 - 90 %, MgO
max 2 %, sifat rapuh dan kurang keras.
c. Batu Kapur mutu rendah (Low Grade),kadar CaCO3nya rendah yaitu berkisar
85 – 87 %.

Sifat Fisis:
 Fase : Padat
 Warna : Putih Kekuningan
Jurusan Teknik Industri FTI UII
19
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

 Kadar Air : 7-10 H2O


 Bulk Dencity : 1,3 ton/m3
 Specific Gravity : 2,4 gram/cm3
 Kandungan CaCO3 : 85-93%
 Kandungan CaO
Low Lime :40-44%
High Lime : 51-53%

 Kuat Tekan : 31,6 N/mm2


 Silica Ratio : 2,6
 Alumina Ratio :2,57
Sifat Kimia :
Mengalami Kalsinasi
CaCO3 → CaO + CO2
Warna Batu Kapur adalah putih dan akan berubah menjadi agak kecoklatan jika
terkontaminasi tanah liat atau senyawa besi. Komponen terbanyakpada batu kapur
adalah:
CaCO3, Al2O3, Fe2O3, SiO2 dan mineral lain dengan konsentrasi kecil.
2. Tanah Liat atau Clay
 Tanah Liat mempunyai rumus senyawa kimia 2SiO3.2H2O (kaolinite) yang pada
umumnya dikenal masyarakat sebagai lempung atau clay.
 Tanah liat berfungsi sebagai pembentuk senyawa clinker (C3A dan C4AF).
 Oksida yang terkandung didalamnya adalah Al2O3
 Pengujian kualitasnya didasarkan kadar Al2O3 dan kadar air (H2O).
 Di alam, tanah liat yang baik biasanya mengandung SiO2 sebesar 60% - 70% serta
14%<Al2O3 <17%.
3.2.2 Bahan Koreksi Pembuatan Semen
Bahan mentah ini dipakai apabila ada kekurangan pada salah satu komponen oksida
mineral pada pencampuran bahan mentah utama. Bahan ini antara lain :
1. Pasir Besi (Fe2O3)
 Pasir Besi dengan Fe2O3 (Ferri Oksida) sebagai komposisi tertinggi (70-80%)
terdapat pada sepanjang pantai selatan pulau jawa.
Jurusan Teknik Industri FTI UII
20
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

 Selain sebagai bahan koreksi, pasir besi juga digunakan sebagai penghantar panas
dalam pembentukan clinker dalam klin.
 Sejak tahun 1998 sebagai pengganti pesir Besi digunakan Copper slage. Bahan ini
berasal dari limbah sisa pemurnian tembaga yang dihasilkan pabrik PT.
SMELTEHING Co,Gresik. Kandungan Fe2O3nya sekitar 52-64%. Bentuk fisiknya
berupa granular dan berwarna merah kehitaman.
2. Pasir Silika (SiO2)
 Pasir Silika berupa pasir bewarna putih/kekuningan, banyak ditemukan
disepanjang pantai pulau jawa.
 Mempunyai kandungan SiO2 yang tinggi 90-95%. Ini dipakai terus sebagai bahan
tambahan pada pembuatan semen apabila kadar SiO2nya masih rendah.
 Pengujian kualitasnya didasarkan kadar SiO2dan kadar air (H2O).
3. Limestone High Grade (CaCO3)
Jika dalam proses pembuatan semen diindikasikan kadar CaOnya kurang maka dapat
digunakan Limestone High Grade atau (kadar CaO > 90%) sebagai bahan koreksi.
3.2.3 Bahan Tambahan Pembuatan Semen
1. Gypsum
 Gypsum merupakan bahan alam sebagai mineral calsium sulfat berbentuk hydrous
(CaSO4.2H2O) yang disebut gypsum alam. Sedangkan gypsum sintetis
(purified&granular) juga banyak diperoleh dari limbah pabrik Petrokimia Gresik,
PLTU dan lainnya.
 Gypsum berperan sebagai bahan retarder untuk memperlambat waktu pengikatan
semen.
 Oksidanya dikenal sebagai SO3.
 Pengujian kualitasnya didasarkan kadar CaSO4.2H2O dan kadar air (H2O).
 Gypsum ini digunakan untuk bahan tambahan pembuatan semen type I atau semen
OPC.
Spesifikasi Gypsum:
 Fase : padat
 Warna : putih kotor
 Kadar air : 10 % H2O
 Bulk density : 1,4 ton/m3
Jurusan Teknik Industri FTI UII
21
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

 Ukuran material : 0-30 mm


2. Trass
 Trass merupakan pasir gunung yang banyak mengandung senyawa silika aktif.
 Trass berperan sebagai material ketiga semen karena mengandung silika aktif atau
pozzolan yang bereaksi dengan CaO bebas.
 Oksidanya dikenal sebagai SiO2.
 Pengujian kualitasnya didasarkan kadar PA, SiO2, R2O3 dan kadar air (H2O).
 PT SG menggunakan trass untuk memproduksi semen PPC (Portland Pozzoland
Cement) yang dikonsumsi dari beberapa daerah Rembang dengan transportasi
truck.

3.3 Proses Pembuatan Semen


Proses pembuatan semen pada dasarnya melalui lima tahapan, yaitu: proses
penyiapan bahan baku, proses pengolahan bahan, proses pembakaran, proses
penggilingan akhir, proses pengisian. Bahan baku utuma untuk pembuatan semen adalah
80 % batu kapur, 15 % tanah liat, 4 % pasir silica, dan 1 % pasir besi.
Proses pembuatan semen ada dua macam yaitu proses basah dan proses kering. Proses
yang digunakan PT Semen Gresik Pabrik Tuban adalah proses kering.
Pada proses kering bahan baku dipecah dan digiling sampai kadar air 1%. Bahan baku
yang telah digiling dicampur dalam blending silo untuk mendapatkan campuran yang
homogen dengaan menggunakan udara tekan. Dan tepung yang telah homogen ini
diumpankan ke kiln selanjutnya didinginkan dan dicampur dengan gypsum dengan
perbandingan tertentu untuk kemudian digiling hingga menjadi semen.
Reaksi utama pembuatan semen berlangsung di Rotary Kiln pada suhu 900 – 1450
o
C, fase cair, dimana reaksi bersifat irreversibel dan secara total bersifat endotermis.
Dapat dikatakan bersifat endotermis karena bahan bakar yang dibutuhkan dalam
pembuatan semen jumlahnya jauh lebih besar daripada panas yang dikeluarkan dalam
reaksi.
Keuntungan menggunakan proses kering :
a. Kiln yang digunakan relatif pendek
b. Panas yang dibutuhkan rendah sehingga bahan bakar yang digunakan sedikit
c. Kapasitas besar
Jurusan Teknik Industri FTI UII
22
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

d. Biaya operasi rendah


Kerugian menggunkan proses kering :
a. Kadar air sangat mengganggu operasi karena material menjadi lengket
b. Impuritas alkali menyebabkan penyempitan pada saluran
c. Campuran kurang homogen
d. Banyak debu yang dihasilkan maka dibutuhkan penangkap debu
Proses pembuatan semen dimulai dari penyiapan bahan baku, meliputi bahan baku
utama yaitu batu kapur dan tanah liat, serta bahan baku koreksi yaitu batu kapur koreksi,
cooper slag dan pasir silica. Batu kapur dengan diameter kurang dari 120 cm diambil,
diangkut dan dihancurkan dengan alat pemecah batu kapur yang disebut limestone
crusher hingga diameternya kurang dari 9 cm, sedangkan tanah liat dengan diameter
kurang dari 50 cm diambil, diangkut dan dipotong–potong dengan clay cutter hingga
diameternya kurang dari 9 cm. Setelah mengalami proses size reduction, batu kapur
dicampur dengan tanah liat menjadi limestone clay mix dengan komposisi sesuai dengan
ketentuan dari laboratorium, untuk batu kapur ±80%, sedangkan untuk tanah liat ± 20%,
kemudian campuran ini disimpan di dalam limestone clay mix storage dalam bentuk pile
yang nantinya akan dicampur dengan bahan baku koreksi di dalam raw mill. Bahan baku
koreksi berupa batu kapur high grade yang memiliki diameter kurang dari 9 cm diperoleh
dari penambangan, sedangkan pasir silika dan cooper slag yang diameternya masing–
masing 5 cm dan 3 cm diperoleh dari pemasok.
Bahan baku dari masing–masing storage dicampur dengan proporsi tertentu sesuai
dengan ketentuan laboratorium, perbandingan paling banyak pada pile mix 91-96%,
sedangkan bahan koreksi yaitu batu kapur koreksi sekitar 4–5 %, serta cooper slag dan
pasir silica sekitar 2–3 %. Bahan–bahan mentah ini kemudian digiling dan dikeringkan
pada mesin penggiling roller mill menjadi tepung raw material dengan ukuran 170 mesh
yang berarti bahwa dalam 1 in2 terdapat 170 lubang. Material yang lolos dari roller mill
maksimal 16%. Tepung raw material disimpan di blending silo agar lebih homogen yang
siap diumpankan ke unit pembakaran.
Tepung raw material yang telah mengalami homogenizing di blending silo
diumpankan ke preheater, selanjutnya dibakar di dalam tanur putar atau rotary kiln.
Proses pembakaran ini mengakibatkan terjadinya reaksi calsinasi lanjut, serta reaksi
pembentukan terak/clinker yang tersusun dari senyawa–senyawa C2S, C3A, C4AF, dan
Jurusan Teknik Industri FTI UII
23
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

C3S. Terak dengan temperatur 14500C ini kemudian didinginkan secara mendadak pada
clinker cooler hingga temperatur 820C sampai membentuk kristal clinker kemudian
disimpan pada penampung terak atau clinker dome.
Terak dari clinker dome ditambahkan dengan zat additive, penambahan gypsum pada
OPC sebanyak 3-5% dan penambahan trass pada PPC maksimal 17%. Sebelum
penambahan dilakukan, zat additive ini dihancurkan dahulu dengan alat crusher dari
diameter >3cm menjadi partikel berdiameter <3cm, selanjutnya digiling bersama–sama
pada mesin penggiling yang disebut ball mill. Produk dari penggilingan akhir ini adalah
pada PPC dengan blaine 350 ±20 m2/kg sedangkan pada OPC dengan blaine 340 ±20
m2/kg, lalu disimpan pada silo-silo semen.
Semen dikemas dengan berat 40 kg untuk semen PPC, 50 kg untuk semen OPC,
kantong ukuran jumbo 1 ton dengan menggunakan mesin packer automatis atau dalam
bentuk curah untuk tangki truck pada unit pengisian (packing plant). Semen siap
didistribusikan melalui darat maupun laut.

Gambar 3.1 Blok Diagram Proses Produksi

3.4 Jenis, Komposisi dan Sifat Semen


Jurusan Teknik Industri FTI UII
24
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

Komposisi semen terdiri atas senyawa-senyawa utama (mineral–mineral potensial)


sebagai penyusun semen yang terbentuk dari keempat oksida utama, yaitu :
a. C3S : Tricalsium Silicate, Alite. Sifatnya hampir sama dengan sifat semen, yaitu apabila
ditambahkan air maka akan menjadi kaku dan dalam beberapa jam saja pasta semen
akan mengeras. C3S menunjang penyusunan kekuatan awal semen tinggi dan
menimbulkan panas hidrasi kurang lebih 500 joule/gram. Kandungan C3S pada
Semen Portland bervariasi antara 20 - 60%.
b. C2S : Dicalcium Silicate, Belite. Pada penambahan air segera terjadi reaksi, menyebabkan
pasta mengeras dan menimbulkan sedikit panas yaitu 250 joule/gram. Pasta yang
mengeras, perkembangan kekuatannya stabil dan lambat pada beberapa minggu,
kemudian mencapai kekuatan tekan akhir hampir sama dengan C3S. Kandungan
C2S pada Semen Portland bervariasi antara 20-60%.
c. C3A: Tricalcium Aluminate, Aluminate phase. Dengan air bereaksi menimbulkan panas
hidrasi yang tinggi yaitu ± 850 joule/gram. Perkembangan kekuatan terjadi pada
satu sampai dua hari, tetapi sangat rendah. Kandungan C3A bervariasi antara 0-
16%.
d. C4AF: Tetra Alumino Ferrit, Ferrite phase. Dengan air bereaksi dengan cepat dan pasta
terbentuk dalam beberapa menit, menimbulkan panas hidrasi ± 420 joule/gram.
Kandungan C4AF pada Semen Portland bervariasi antara 1-16 %. Ini
mempengaruhi warna abu–abu dari semen.
3.4.1 Semen Portland
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak.
Semen Portland terutama terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis yang digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa
kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Definisisecara umum
Semen Portland adalah hydroulis binder yang dibuat dengan menggiling halus Clinker
Semen Portland dengan menambahkan 4 – 5 % Gypsum (CaSO4 . H2O).
 Komposisi Kimia Semen Portland:
 CaO antara 60-
65%

Jurusan Teknik Industri FTI UII


25
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

 SiO2 antara 19-25%


 Al2O3 antara 2-8%
 Fe2O3 antara 0,3-6%
 MgO antara 1-6%
 SO3 antara 1-3%
 Alkali antara 0,5-1,5%
Komposisi spesifik Semen Portland tergantung pada jenis semen dan komposisi bahan
baku yang dipergunakan.
 Pengujian Sifat Fisika Semen Portland
a. Kehalusan (fineness)
 Blaine : kehalusan semen berdasarkan luas permukaan cm2/gram, artinya semakin
tinggi blaine maka semakin luas permukaan partikelnya sehingga semakin halus
semen.
 Mesh :kehalusan semen berdasarkan ayakan 45 mikron,artinya semakin halus semen
maka yang lolos ayakan tersebut semakin banyak. Standar SG minimal 85% lolos
ayakan 45 mikron dengan alat Blaine (Air Permiability Meter). Semakin besar nilai
mesh maka semakin halus sehingga kuat tekan awal tinggi.
b. Waktu pengikatan (Setting Time)
 Waktu pengikatan semen merupakan fungsi dari gypsum sebagai retarder. Waktu
pengikatan semen tidak boleh terlalu cepat dan tidak boleh terlalu lambat. Hal ini
bertujuan untuk mengendalikan sifat plastisitas dan workability dari adonan mortar
dan beton. Adapun pengukurannya biasa dilakukan dengan Vicat atau Gillmore test.
 Dipengaruhi oleh jumlah dan jenis gypsum yang ditambahkan.
 Kandungan C3A semen tinggi, waktu pengikatan semakin pendek.
 Faktor lain yang mempengaruhi:
a. Temperatur
b. Kandungan SO3

Jurusan Teknik Industri FTI UII


26
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

c. Perbandingan semen dan air


d. Kelembaban udara ruangan
e. Kehalusan semen
f. Air kristal gypsum

c. Pengujian cepat kaku


 False Set (pengikatan semu): pengembangan kekakuan pada kondisi awal tanpa
evolusi banyak panas dari pasta semen,mortar,atau beton.Kekakuan dapat
dihilangkan dan bisa plastis kembali dengan pengadukan. False set terjadi karena
pada operasi penggilingan klinker dan gypsum dilaksanakan pada suhu operasi yang
terlalu tinggi sehingga terjadi dihidrasi (pelepasan kristal hidrat) dari CaSO4.2H2O
menjadi CaSO4.1/2 H2O.
a. Pasta adalah campuran antara semen dan air pada perbandingan tertentu.
b. Mortar adalah campuran antara semen, air dan pasir pada perbandingan tertentu.
c. Beton adalah campuran antara semen, air, pasir dan kerikil pada perbandingan
tertentu, kadang-kadang ditambahkan bahan tambahan (admixtur).
 Flash Set (pengikatan cepat): pengembangan kekakuan pada kondisi awal dengan
evolusi panas lebih besar dari pasta semen,mortar, atau beton. Dapat kembali normal
dengan pengadukan dan penambahan air. Dapat menimbulkan kesulitan pada
penanganan dan pengecoran beton, penurunan kuat tekan dan memperbesar
pnyusutan.Penyebabnya:
-Perubahan bentuk gypsum dehidrat menjadi hemidrat dan anhidrat selama proses
penggilingan.
-Kandungan C3A tinggi.
d. Kuat Tekan Mortar
Faktor yang mempengaruhi tekan semen hidrolis yaitu Kalsium silikat (C2S dan C3S)
memberikan kontribusi tertinggi pada pengembangan kuat tekan, tetapi dengan kecepatan
yang
berbeda.

Faktor yang mempengaruhi tekan semen hidrolis yaitu Kalsium silikat (C2S dan C3S)
Jurusan Teknik Industri FTI UII
27
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

memberikan kontribusi tertinggi pada pengembangan kuat tekan, tetapi dengan kecepatan
yang berbeda.
 C3S berkontribusi penting untuk pengembangan kekuatan dalam 4 minggu pertama
dan C2S mulai berperan setelahnya.
 C3A berkontribusi untuk kekuatan awal (pengaruh proses hidrasi).
 Alkalis meningkatkan kekuatan awal dan menurunkan kekuatan akhir.
 Mikrostruktur klinker.
e. Kekekalan bentuk
Syarat ini untuk pengendalian agar pada beton tidak terjadi pemuaian atau
penyusutan, karena dapat mengakibatkan kerusakan pada konstruksi. Pengujian untuk
mengukur sifat pemuaian dari pasta semen yang disebabkan oleh hidrasi CaO dan MgO.
Alat yang dapat dipakai untuk mengukur kekekalan bentuk adalah alat Le Chattelier
Expansion atau Autoclave.
f. Panas hidrasi
Hal ini diperlukan untuk mengontrol panas yang dilepas/ditimbulkan pada reaksi
hidrasi semen ini tidak terlalu besar, sebab akan dapat menimbulkan keretakan pada
beton. Pada pembuatan beton masa seperti dam atau raft foundation, selalu dikendalikan
agar suhu (temperature) beton tidak terlalu tinggi.
g. Pemuaian karena Sulfat
Syarat ini diperlukan hanya untuk semen dengan ketahanan tinggi terhadap sulfat
(jenis V).
h. Warna
Di dalam standart SNI maupun ASTM, tidak ada persyaratan mengenai warna semen.
Disamping itu semen, baik gelap atau pucat, tidak ada pengaruhnya terhadap kuat tekan
atau kualitas semen. Warna semen ditentukan oleh kandungan C4AF dan MgO, semakin
tinggi kandungan C4AF dan MgO akan membuat warna semen menjadi lebih gelap. Di
sisi lain, MgO adalah komponen negatif pada semen yang apabila jumlahnya terlalu
banyak, dalam waktu yang lama dapat menyebabkan pemuaian pada beton, dan ini
dikenal sebagai “Magnesia expansion, sehingga di dalam standart SNI dan ASTM
kandungan MgO dibatasi maksimum 5 %. Sedangkan pada C4AF, semakin tinggi C4AF
maka C3A menjadi semakin rendah dan ini mengakibatkan kuat tekan semen menjadi
semakin rendah.
Jurusan Teknik Industri FTI UII
28
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

 Pengujian Sifat Fisika Semen Portland


Pengujian dengan wet analisis (gravimetri,titrimetri/volumetrik) dan instrumentasi
(X-Ray Fluorescence).
a. Kapur bebas (Freelime)
b. Bagian tak larut (Insoluble Matter)
c. Hilang pada pemijaran (Lol)
d. Oksida-oksida semen dan alkalis misal SiO2, Al2O3,Fe2O3,CaO,MgO
 Hidrasi dan Pengerasan Semen Portland
 Pengikatan dan pengerasan semen
Apabila semen dicampur dengan air, maka akan terjadi proses hidrasi. Secara fisika
akan nampak terjadi pasta yang plastis dan dapat dibentuk, sampai beberapa waktu, lalu
mulai terjadi pengerasan dan tidak dapat dibentuk.
 Proses hidrasi semen
Semen terdiri atas beberapa senyawa, dengan demikian hidrasi semen terdiri dari
beberapa reaksi kimia yang berjalan bersamaan. Sebagaimana telah disebutkan diatas,
bahwa semen mempunyai kandungan oksida utama yaitu C3S, C2S, C3A dan C4AF. Oksida-
oksida ini apabila ditambahkan air akan bereaksi sebagai berikut:
C3S + Air → C S H + Ca(OH)2 + Ca(OH)2

C2S + Air → C S H + Ca(OH)2

C3A + Air → C A H + Panas tinggi

C3A + Gypsum + Air → ettringite/trisulphate (menunda pengerasan)

C4AF + Air → C A F H + Ca(OH)2

Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrasi semen adalah:


- Umur - Admixture
- Komposisi semen -
Temperatur
- Kehalusan semen - Perbandingan jumlah air dan semen
 Jenis Semen Portland dan Kegunaannya
Semen Portland diklasifikasikan dalam lima jenis, yaitu :

Jurusan Teknik Industri FTI UII


29
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

a. Semen portland tipe I (Ordinary Portland Cement)


Semen yang dikenal dengan semen abu-abu ini digunakan untuk keperluan umum, tidak
memerlukan persyaratan khusus yaitu :
 Tidak memerlukan ketahanan sulfat
 Tidak memerlukan persyaratan panas hydrasi
 Tidak memerlukan kekuatan awal yang tinggi
Kegunaan :

Gedung, jembatan, jalan raya, rumah pemukiman


TYPICAL QUALITY OF PORTLAND CEMENT TYPE I
Gedung, jembatan, jalan raya, rumah pemukiman.
PRODUCED BY PT. SEMEN PADANG

STANDARD REQUIREMENT
TYPICAL ASTM C 150-95 a SNI 15-2049-2004 BS 12 : 1996
DESCRIPTION TEST Portland Cement Portland Cement Ordinary
RESULTS Type I Type I Portland Cement
Class 42,5 N

I. CHEMICAL COMPOSITION :
Magnesium oxide (MgO) ...............................................……….
% 0.78 6.00 max 6.00 max 4.00 max
Sulphur trioxide (SO3) ..........................................…..
% 1.70
when C3A < 8 % 3.00 max 3.00 max
when C3A > 8 % 3.50 max 3.50 max
when C3A < 3.5 % 2.50 max
when C3A > 3.5 % 3.50 max
Total alkali content-as Na2O equivalent............... % 0.38 0.60 max *1) 0.60 max *1)
Loss on ignition .................................................................
% 2.11 3.00 max 5.00 max 3.00 max
Insoluble residue …………………………………… % 0.32 0.75 max 3.00 max 1.50 max
Chlor (Cl) ………………………………………………. % 0.005 0.10 max
II. PHYSICAL PROPERTIES :
Fineness :
m 2/kg
- Air permeability test with Blaine app. ................................................................
324 280 min 280 min 275 min
Durability :
- Expansion in Autoclave................................................ % 0.10 0.80 max 0.80 max 0.80 max
Compressive strength :
kg/cm 2 (N/mm 2)
- 2 days ...........................................................................
(21.8) ( > 10 )
kg/cm 2
- 3 days ...........................................................................
200 122.4 min 125 min
kg/cm 2
- 7 days ..................................................................................
284 193.8 min 200 min
2 2
kg/cm (N/mm ) 378(50.9)
- 28 days ........................................................................... 285.6 min *2) 280 min *2) (42,5 - 62,5)
Time of setting (vicat test) :
- Initial ...................................................................................
minutes 118 45 min 45 min 60 min
- Final set .......................................................................
minutes 279 375 max 375 max
Soundness expansion (Le-Chatelier) ………… mm 0.50 10 max
False Set :
- Final penetration ................................................................
% 76.67 50 min*2) 50 min *2)

f/typical/tp semen/tp1.xl

*1) This limit may be specified when the cement is to be used in concrete with agregates that may be
deleteriously reactive (Optional chemical requirement apply only if specifically requested).

*2) Optional physical requirement apply only if specifically requested.

Memenuhi :
 SNI 15 - 2049 – 2004
 ASTM C 150 - 04
 BSS 12 - 78/89/91
 JIS R 5210 - 1981

Jurusan Teknik Industri FTI UII


30
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

b. Semen portland tipe II (Moderate Sulfat Resistance Cement)


STANDARD REQUIREMENT
TYPICAL ASTM C 150-95 a SNI 15-2049-2004 BS 1370 : 1974
DESCRIPTION
TEST Portland Cement Portland Cement Moderate Sulfate
RESULTS Type II Type II Resistance Cement

I. CHEMICAL COMPOSITION :
Silicon dioxide (SiO2) .....................................................
% 21.20 20.00 min. 20.00 min.
Aluminum oxide (Al203) ................................................
% 5.23 6.00 max. 6.00 max.
Ferric oxide (Fe2O3) .................................................
% 3.69 6.00 max. 6.00 max.
Calcium oxide (CaO) ......................................................
% 64.54
Magnesium oxide (MgO) ..................................................
% 0.90 6.00 max. 6.00 max. 4.00 max.
Sulphur trioxide (SO3) ..........................................................
% 1.55 3.00 max. 3.00 max.
when C3A < 7.0 % 2.50 max.
when C3A > 7.0 % 3.00 max.
Loss on ignition ...........................................................
% 2.73 3.00 max. 3.00 max. 3.00 max.
Insoluble residue .....................................................
% 0.18 0.75 max. 1.50 max. 1.50 max.
Tricalcium aluminate (C3A) .................................................
% 7.61 8.00 max. 8.00 max.
C3S + C3A .................................................................
% 57.72 58.00 max.*3) 58.00 max.*3)
Total alkali content as Na2O equivalent ................................
% 0.36 0.60 max. *1) 0.60 max. *1)
Chlor (Cl) ……………………………………………. % 0.003 0.10 max.
II. PHYSICAL PROPERTIES :
Fineness :
m 2/kg
- Air permeability test with Blaine app. ..........................................................................
335 280 min. 280 min. 275 min.
Durability :
- Expansion in Autoclave .......................................................
% 0.04 0.80 max. 0.8 max.
Compressive strength :
kg/cm 2 (N/mm 2) 198 (19.4)
- 3 days ....................................................................... 102.0 min. 100 min. (8 N/mm 2) min.
kg/cm 2 (N/mm 2) 277 (27,2)
- 7 days ......................................................................... 173.4 min. 175 min. (14 N/mm 2) min.
kg/cm 2 (N/mm 2) 360 (35.3)
- 28 days ..................................................................... 285.6 min. *2) 280 min. *2) (28 N/mm 2) min.
Time of setting (vicat test) :
- Initial ..........................................................................
minutes 110 45 min. 45 min. 60 min.
- Final ..........................................................................
minutes 265 375 max. 375 max. 600 max.
Soundness expansion (Le-Chatelier) ………..mm 0.00 10 max.
Heat of hydration :
- 7 days .........................................................................
cal/gr 67.30 70 max.*2) 70 max.*2) 59.75 max.
- 28 days ....................................................................................
cal/gr 78.24 69.31 max.
False-set :
- Final penetration ........................................................
% 77.15 50 min. *2) 50 min. *2)
f/typical/tp semen/tp2.xl
*1) This limit may be specified when the cement is to be used in concrete with agregates that may be deleteriously reactive.
(Optional chemical requirements apply only if specifically requested).
*2) Optional physical requirements apply only if specifically requested.
*3) This limit applies when moderate heat of hydration is required and tests for heat of hydration are not requested.
(Optional chemical requirements apply only if specifically requested).

Semen yang mempunyai ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Semen ini digunakan untuk keperluan konstruksi yang memerlukan persyaratan :
 Tahan terhadap sulfat sedang yaitu terhadap air tanah yang mengandung sulfat antara
0,08 - 0,17 % atau yang dinyatakan mengandung SO3+ 125 ppm.
 Tahan terhadap panas hydrasi sedang
Kegunaan :
 Dermaga, bendungan
 Bangunan di tanah berawa, bergambut dan tepi pantai
 Soil cement

Misalnya untuk bangunan di pinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi, beton
massa dan bendungan.
Memenuhi :
 SNI 15 - 2049 - 2004
 ASTM C 150 – 04

c. Semen portland tipe III (High Early Strenght Cement) :


Jurusan Teknik Industri FTI UII
31
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

Semen jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk memenuhi


kebutuhan bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah proses
pengecoran dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin.
STANDARD REQUIREMENT
TYPICAL ASTM C 150-95 a SNI 15-2049-2004 BS 12 : 1989
DESCRIPTION
TEST Portland Cement Portland Cement Rapid Hardening
RESULTS Type III Type III Portland Cement

I. CHEMICAL COMPOSITION :
Magnesium oxide (MgO) ...................................% 0.77 6.00 max. 6.00 max. 4.00 max.
Total alkali content as Na2O equivalent ........................................
% 0.32 0.60 max.*1) 0.60 max.*1)
Sulphur trioxide (SO3) …………………….. % 1.94
when C3A < 8,0 % 3.50 max. 3.50 max.
when C3A > 8,0 % 4.50 max. 4.50 max.
when C3A < 3.5 % 2.50 max
when C3A > 3.5 % 3.50 max
Loss on ignition ..................................................% 1.96 3.00 max. 3.00 max. 3.00 max.
Insoluble residue ................................................% 0.18 0.75 max. 1.50 max. 1.50 max.
Tricalcium aluminate (C3A) ..............................................
% 6.40 15 max.*2) 15 max.*2)
Chlor (Cl) …………………………………….. % 0.003 0.10 max.
II. PHYSICAL PROPERTIES :
Fineness :
m 2/kg
- Air permeability test with Blaine app. ..........................................................................
398 350 min.
Durability :
- Expansion in Autoclave .......................................................
% 0.015 0.8 max. 0.8 max.
Compressive strength :
kg/cm 2
- 1 days ....................................................................... 153 122.4 min. 125 min.
(N/mm 2)
- 2 days ....................................................................... (28) (25) min.
kg/cm 2
- 3 days ....................................................................... 280 244.8 min. 250 min.
2
kg/cm
- 7 days ....................................................................... 352
2 2
kg/cm (N/mm )
- 28 days ..................................................................... 461(63) (52) min.
Time of setting (vicat test) :
- Initial ..........................................................................
minutes 100 45 min. 45 min.
- Final ..........................................................................
minutes 255 375 max. 375 max.
Time of setting (Gillmore test) :
- Initial ..........................................................................
minutes 105 45 min
- Final set ..........................................................................
hours 4.20 10 max
Soundness expansion (Le-Chatelier) ………..mm 0.00 10 max.
False-set :
- Final penetration ........................................................
% 79.71 50 min.*3) 50 min.*3)
f/typical/tp semen/tp3.xl
*) Portland Cement type III also known as : - Rapid Hardening Portland Cement or as
- High Early Strength Portland Cement
*1) This limit may be specified when the cement is to be used in concrete with agregates that may be deleteriously reactive.
(optional chemical requirements apply only if specifically requested).
*2) Optional chemical requirements : - C3A = 8 % max. for moderate sulfate resistance.
- C3A = 5 % max. for high sulfate resistance.
*3) Optional physical requirements

Memenuhi :
 SNI 15 - 2049 - 2004
 ASTM C 150 - 04
Semen ini digunakan untuk keperluan konstruksi yang memerlukan kekuatan awal yang
tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi.
Kegunaan :
 Pembuatan jalan beton
 Landasan lapangan udara
 Bangunan tingkat tinggi
 Bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan thp sulfat.
d. Semen portland tipe IV (Low Heat PC)
Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi rendah.
e. Semen portland tipe V (High Sulfat Resistant)

Jurusan Teknik Industri FTI UII


32
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

Semen portland tipe V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/air


yang mengandung sulfat tinggi dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah
pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga
nuklir.
STANDARD REQUIREMENT
TYPICAL ASTM C 150-95 a SNI 15-2049-2004 BS 4027 : 1980
DESCRIPTION
TEST Portland Cement Portland Cement High Sulphate
RESULTS Type V Type V Resistance Cement

I. CHEMICAL COMPOSITION :
0.73
Magnesium oxide (MgO) ..............................................................
% 6.00 max. 6.00 max. 4.00 max.
Sulphur trioxide (SO3) C3A < 8 ...........................................................
% 1.72 2.30 max. 2.30 max. 2.50 max.
Total alkali content as Na2O equivalent ............% 0.33 0.60 max.*1) 0.60 max.*1)
Loss on ignition .......................................................
% 0.99 3.00 max. 3.00 max. 4.00 max.
Insoluble residue .................................................
% 0.18 0.75 max. 1.50 max. 1.50 max.
Tricalcium aluminate (C3A) ................................... % 2.07 5.00 max.*6) 5.00 max.*6) 3.50 max.
C4AF + 2C3A or (C4AF + C2F) * ) ........................ % 18.15 25 max. 25 max. 25 max.
LSF …………………………………………… 0.92 0.66 - 1.02
II. PHYSICAL PROPERTIES :
Fineness :
m 2/kg
- Air permeability test with Blaine app. ........................................ 309 280 min. 280 min.
Durability :
- Expansion in Autoclave .................................................
% 0.035 0.8 max. 0.8 max.
Time of setting (vicat test) :
- Initial ..................................................................
minutes 160 45 min. 45 min.
- Final ......................................................................
minutes 360 375 max. 375 max.
Time of setting (British Standard) :
- Initial ...................................................................................
minutes 160 45 min
- Final set .......................................................................
hours 6.0 10 max
Soundness expansion (Le-Chatelier) …. mm 0.00 10 max
Compressive strength :
kg/cm 2 (N/mm 2) 160 (24.5)
- 3 days ............................................................. 81.6 min. 85 min. 20 min.
kg/cm 2
- 7 days ............................................................. 214 153 min. 160 min.
kg/cm 2 (N/mm 2) 307 (42.6)
- 28 days ................................................................. 214.2 min. 210 min. 39 min.
False-set :
- Final penetration ............................................ % 77.75 50 min.*2) 50 min.*2)
Sulphate expansion :
-14 days ..................................................................
% 0.032 0.040 max. 0.040 max.
f/typical/tp semen/tp5.xl

*1) This limit may be specified when the cement is to be used in concrete with agregates that may be
deleteriously reactive. (Optional chemical requirements apply only if specifically requested).
*2) Optional physical requirements apply only if specifically requested.
*6) Does not apply when the sulfate expansion is specified. It shall be instead of the limits of
C3A and C4AF + 2C3A listed in the requirement of main chemical shall not be apply.

Memenuhi :
 SNI 15 - 2049 - 2004
 ASTM C 150 - 04
Semen ini cocok dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan persyaratan :
Tahan terhadap sulfat tinggi, air tanah yang mengandung sulfat 0,17 - 1,67 % (mengandung
SO3 125 - 250 ppm).
Kegunaan :
 Bangunan instalasi pengolahan limbah pabrik
 Konstruksi dalam air
 Jembatan, terowongan, dermaga
3.4.2 Semen Portland Pozollan (PPC)
Semen Portland Pozolan (PPC) merupakan suatu semen hidrolis yang terdiri dari
campuran yang homogen antara semen Portland dengan pozolan halus, yang diproduksi dengan

Jurusan Teknik Industri FTI UII


33
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

menggiling klinker semen portland dan pozzolan bersama-sama, atau mencampur secara
merata bubuk semen portland dengan bubuk pozolan, atau gabungan antara menggiling dan
mencampur, dimana kadar pozolan 6 % sampai dengan 40 % massa semen portland
pozzolan.Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina, yang
tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, akan tetapi dalam bentuknya yang halus dan
dengan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida
pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen.

TYPICAL STANDARD REQUIREMENT


DESCRIPTION TEST SNI 15-0302-2004 ASTM C 595 M-95 a
RESULTS IP.u IP.k IP IP (MS)

I. CHEMICAL COMPOSITION :
MgO .....................................................
% 0.68 6.0 max. 6.0 max. 6.0 max. 6.0 max.
SO3 ................................................. % 1.27 4.0 max. 4.0 max. 4.0 max. 4.0 max.
Loss on ignition ...........................................................
% 1.57 5.0 max. 5.0 max. 5.0 max. 5.0 max.

II. PHYSICAL PROPERTIES :


Fineness :
Sieve residue on 90 m ........................................
% 2.5 10 max. 15 max - -
cm 2/g
Air Permeability (Blaine) ................................... 3294 2800 min 2800 min - -
Autoclave expansion ............................ % 0.15 0.8 max. 0.8 max 0.8 max 0.8 max
Autoclave compaction ............................ % - 0.2 max. 0.2 max 0.2 max 0.2 max
Time of setting (vicat test) :
- Initial set ......................................................................
minutes 145 45 min 45 min 45 min 45 min
- Final set ......................................................................
hours 5.43 7 max. 7 max 7 max 7 max
Compressive strength :
kg/cm 2
- 3 days .......................................................................
172 125 min 106 min 133 min 112 min
kg/cm 2
- 7 days .................................................................................
239 200 min 164 min 204 min 184 min
kg/cm 2
- 28 days ........................................................................
365 320 min 205 min 255 min 255 min
Heat of hydration :
- 7 days ......................................................................
cal/g 68.24 - 70 max 70 max 70 max
- 28 days .................................................................................
cal/g 77.38 - 80 max 80 max 80 max

Memenuhi :
 SNI 15 - 0302 - 2004
 ASTM C 595 – 03 a
Portland Pozzolan Cement (PPC) (1998). Jenis semen ini untuk konstruksi umum dan tahan
terhadap sulfate dan panas hidrasi sedang.
Kegunaan :
 Perumahan
 Bendungan, dam dan irigasi
 Bangunan tepi pantai dan daerah rawa/gambut
 Bahan bangunan seperti genteng, hollow brick, polongan, ubin dll.

 Macam-macam Pozzolan

Jurusan Teknik Industri FTI UII


34
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

1. Pozzolan alam (Natural Pozzolan)


Pozzolan yang terdapat di alam, seperti abu vulkanis atau purnice, tanah diatome atau
tufa.
2. Pozzolan buatan (Africial Pozzolan)
Pozzolan yang didapat dari hasil pembakaran tanah liat, pembakaran batubara, berupa
abu terbang (fly ash) dan abu sekam.
 Jenis Semen Portland Pozzolan
Portland Pozzolan Cemen(PPC)diklasifikasikan dalam empat jenis, yaitu :
1. Jenis IP-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan
pembuatan adukan beton.
2. Jenis IP-K yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan
pembuatan adukan beton, semen untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi sedang.
3. Jenis P-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan beton
dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi.
4. Jenis P-K yaitu semen porland pozolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan beton
dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi, serta untuk tahan sulfat sedang dan
panas hidrasi rendah.
 Sifat-Sifat Fisika Semen Portland Pozzolan
Sifat-sifat Semen Portland Pozzolan (PPC) secara umum sebagai berikut:
a. Sifat pengerjaan (Workability)
Campuran beton dan mortar menggunakan Semen Portland Pozzolan (PPC)
mempunyai sifat pengerjaan (workability) yang lebih mudah dan lebih baik daripada
campuran menggunakan Semen Portland jenis I (PC I). Hal ini terlihat bahwa adukan
mortar atau beton menggunakan Portland Pozzolan (PPC) memiliki plastisitas yang lebih
baik dibandingkan dengan yang menggunakan semen portland jenis I (PC I). Dengan nilai
slup yang sama akan diperoleh bahwa beton menggunakan PPC lebih workable dari PC I,
dan faktor kepadatan beton menggunakan PPC menjadi lebih tinggi dari beton yang
menggunakan PC I.

b. Waktu pengikatan
Jurusan Teknik Industri FTI UII
35
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

Penambahan Pozzolan pada Semen Portland akan memperpanjang waktu pengikatan.


Selisih waktu pengikatan akhir antara Semen Portland dengan Semen Portland Pozzolan
(PPC) sebesar 45 menit.
c. Panas hidrasi dan suhu beton
Apabila semen ditambahkan air, maka akan terbentuk Ca(OH)2 (kalsium hidroksida)
sebanyak ±30 % bagian berat semen, menurut persamaan reaksi:
2 (3CaO.SiO2) + 6 H2O → 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2
2 (2CaO.SiO2) + 4 H2O → 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2
Reaksi antara silica aktif dari Pozzolan dengan kalsium hidroksida berjalan lambat,
sehingga berkembangnya panas selama proses hidrasi berjalan lambat. Karena hidrasi
berjalan lambat maka Semen Portland Pozzolan (PPC) mempunyai panas hidrasi yang
lebih rendah dari Semen Portland Jenis I (PC I), dan relatif sama dengan semen portland
jenis II (PC II). Panas hidrasi semen berhubungan erat dengan suhu beton, sehingga beton
yang menggunakan Semen Portland Pozzolan (PPC) akan mempunyai suhu beton yang
lebih rendah dari beton yang menggunakan Semen Portland jenis I (PC I).
d. Kekuatan tekan
Dengan penambahan bahan Pozzolan pada Semen Portland, maka akan menurunkan
kekuatan awal. Oleh karena pada Semen Portland Pozzolan (PPC) masih terjadi reaksi
antara silica aktif dari Pozzolan dengan kalsium hidroksida yang berjalan terus dalam
waktu yang lama, maka kekuatan PPC pada umur yang lama akan bisa lebih tinggi dari
Semen Portland jenis I (PC I).
e. Keawetan (durability)
Sebagaimana diketahui kalsium hidroksida hasil reaksi semen dengan air adalah basa
kuat, sehingga beton tidak tahan terhadap asam dan lingkungan yang mengandung garam
atau sulfat. Dengan adanya Pozzolan, maka peranan kalsium hidroksida akan diperkecil,
karena kalsium hidroksida akan bereaksi dengan silica dan alumina aktif yang berasal dari
Pozzolan membentuk kalsium silikat hidrat (CSH) dan kalsium aluminat silikat hidrat
(CASH), menurut persamaan:
Ca(OH)2 + AS → CSH + CASH
Sehingga dengan berkurangnya Ca(OH)2 beton akan mempunyai ketahanan yang
lebih baik. Disamping itu, dengan adanya Pozzolan juga akan memperkecil kandungan
C3A, sehingga beton akan lebih tahan terhadap garam dan sulfat.
Jurusan Teknik Industri FTI UII
36
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

 Kegunaan Semen Portland Pozzolan (PPC)


 Konstruksi beton untuk bangunan-bangunan umum dan bertingkat tinggi.
 Konstruksi beton massa yang membutuhkan panas hidrasi dan suhu beton yang rendah,
seperti Raft Foundation dan Dam / Bendungan.
 Konstruksi bangunan di tepi pantai, bangunan dan saluran irigasi, dan tempat-tempat
dengan lingkungan garam agresif, dimana diperlukan bangunan yang tahan terhadap
serangan garam sulfat.
 Bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti bangunan sanitasi dan bak
penampungan air.
 Pekerjaan plesteran yang membutuhkan sifat pengerjaan yang plastis dan permukaan
yang lebih halus.

Jurusan Teknik Industri FTI UII


37
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Struktur Organisasi Unit Kerja

Biro Pengendalian
Proses

Seksi Pengendalian Seksi Operasi


Staf Evaluasi
Proses Utilitas
Proses

Gambar 4.1.1 Struktur Organisasi Biro Pengendalian Proses

4.2 Tugas Pokok Unit Kerja


Pengendalian Proses adalah unit kerja yang bertanggung jawab mengontrol dan
mengendalikan kualitas bahan dalam proses, mulai bahan tambang sampai menjadi produk
semen.
Adapun tugas pokok unit kerja biro pengendalian proses:
1. Mengendalikan bahan atau mengendalikan kualitas dengan cara mengatur
komposisibahan mellalui perbandingan komposisi agar dapat mencapai target yang
diinginkan
2. Melakukan preparasi sampel yang akan di analisa
3. Menganalisis kandungan beberapa unsur dalam sampel menggunakan X-Ray
4. Menjaga dan memantau peralatan di Unit Pengendalian Proses agar dapat beroperasi
secara standart
5. Mensupport peralatan proses operasi secara standart
Pengendalian kualitas dalam industri semen dilakukan pada tiap-tiap titik proses, yaitu
pada penyiapan bahan mentah, penggilingan bahan baku, pembakaran dan pendinginan klinker,
penggilingan semen, pengantongan dan hasil akhir yaitu semen. Kualitas ditentukan atau
dibatasi oleh parameter-parameter yang ada yang meliputi sifat kimia dan fisika dari bahan.
Pengambilan titik sampling atau tempat/lokasi pengambilan contoh ditentukan agar bisa
mewakili bahan sebelum diproses maupun setelah diproses.

Jurusan Teknik Industri FTI UII


38
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

4.3 Penjelasan Singkat Tugas Unit Kerja


1. Mengendalikan bahan atau mengendalikan kualitas dengan cara mengatur komposisi
bahan melalui perbamdingan komposisi agar dapat mencapai target yang diingikan,
Bahan-bahan mulai dari proses penambangan hingga hasil operasi finish mill diambil
sampelnnya kemudian dianalisis untuk mengetahui kadar unsur didalamnya sehingga
dapat ditentukan perbandingan komposisi yang diinginkan untuk mencapai target
melalui sistem komputerisasi yang telah di setting otomatis
2. Melakukan preparasi sampel yang akan dianalisa
Sampel yang didatangkan dengan mencuplik bagian sampel dari proses penambangan
hingga finish mill disiapkan sebelum dilakukan analisa menggunakan X-Ray mulai
dari proses penggilingan untuk menghaluskan sampel, ditimbang, dipress untuk
analisa X-Ray, dilakukan pengukuran moisture balance untuk mengukur kadar air
serta pengukuran blaine untuk mengetahui luas permukaan, dan mesh menggunak air
jet shieve.
3. Menganalisa kandungan beberapa unsur dalam sampel menggunakan X-Ray
Sampel yang telah dipreparasi dianalisis kadar unsurnya menggunakan X-Ray dengan
sumber tube dimana X-Ray uang digunakan mempunyai 9 channel untuk
menganalisis 9 kadar unsur, yaitu SiO2, Na2O, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O, Cl,
dan SO3.
4. Menjaga dan memantau peralatan di Unit Pengendalian Proses agar dapat beroperasi
ssecara standart.
Dalam pelaksanaannya dilakukan pemantauan secara rutin untuk mengecek ada
tidaknya trouble pada peralatan serta dilakukan servis peralatan secara rutin dan
bergilir. Perlatan dijaga dengan cara dilakukan pembersihan secara berkala.
5. Mensupport peralatan proses secara standart
Bila ada trouble pada alat, maka segera dilakukan perbaikan pada alat baik servis oleh
tenaga ahli dari perusahaan maupun servis dengan bantuan tenaga dari luar
perusahaan yang terpercaya dan ahli dalam bidangnya.

Jurusan Teknik Industri FTI UII


39
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

4.4. Tugas Khusus


4.4.1. Definisi Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi dapat di definisikan sebagai proses untuk merencanakan
system produksi sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat,
waktu penyerahan yang tepat dan biaya produksi minimum. Petugas perencanaan
produksi, tugasnya lebih banyak pada mana manajemen bagaimana suatu produk
diproses di dalam pabrik dari bahan baku hingga siap dikirim. Perencanaan produksi
harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Berjangka
Waktu proses produksi merupakan proses sangat kompleks. Proses tersebut
memerlukan keterlibatan bermacam-macam tingkat keterampilan tenaga kerja,
peralatan modal, dan informasi yang biasanya dilakukan secara terus-menerus dalam
jangka waktu yang sangat lama. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah dengan
membuat rencana produksi yang mencakup periode waktu tertentu dan akan
diperbarui bila periode waktu tersebut sudah tercapai. Dalam perencanaan produksi,
biasanya kita jumpai tiga jenis perencanaan berdasarkan periode waktu yang dicakup
oleh perencanaan tersebut, yaitu :
a. Perencanaan produksi jangka panjang
b. Perencanaan produksi jangka menengah
c. Perencanaan produksi jangka pendek
2. Berjenjang
Perencanaan produksi harus dilakukan secara bertahap dan berjenjang. Artinya,
perencanaan produksi level rendah, dimana perencanaan produksi level yang lebih
rendah adalah penjabaran dari perencanaan produksi level yang lebih tinggi.
3. Berkelanjutan
Perencanaan produksi disusun untuk satu periode tertentu yang merupakan
masa berlakunya rencana tersebut. Setelah habis masa berlakunya maka harus dibuat
rencana produksi baru untuk periode waktu berikutnya.
4. Terukur
Selama pelaksanaan produksi, realisasi dari rencana produksi akan selalu
dimonitor untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan dari rencana yang
ditetapkan.
Jurusan Teknik Industri FTI UII
40
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

5. Realistis
Rencana produksi yang dibuat haruslah sesuai dengan kondisi perusahaan,
sehingga target yang ditetapkan merupakan nilai yang realistic untuk dapat dicapai
dengan kondisi yang dimiliki perusahaan pada saat rencana tersebut dibuat.
6. Akurat
Perencanaan produksi harus dibuat berdasarkan informasi-informasi yang
akurat tentang kondisi internal dan eksternal sehingga angka-angka yang
dimunculkan dalam target produksi dapat dipertanggung jawabkan.
7. Menantang
Rencana produksi yang baik harus menetapkan target produksi yang hanya
dapat dicapai dengan usaha yang sungguh-sungguh.

4.4.1.1. Make to Order


Suatu strategi yang digunakan apabila perusahaan tersebut hanya mempunyai
desain produk dan beberapa material standar dalam system inventory, dari produk-
produk yang telah dibuat sebelumnya. Aktifitas proses pembuatan produk bersifat
khusus yang disesuaikan dengan setiap pesanan dari pelanggan. Produsen
menawarkan harga dan waktu penyerahan berdasarkan atas permintaan pelanggan
itu. Dalam strategy Make to Order perusahaan mempunyai resiko yang sangat kecil
berkaitan dengan investasi dan inventory.
4.4.1.2. Make to Stock
Suatu strategi yang digunakan apabila perusahaan tersebut memiliki inventory
yang terdiri dari produk akhir (finished product) untuk dapat dikirim dengan segera
apabila ada permintaan dari pelanggan. Dalam strategi Make to Stock, sikls waktu
dimulai ketika produsen menspesifikasikan produk, memperoleh bahan baku (raw
material), dan memproduksi produk akhir untuk disimpan dalam stok. Apabila
pelanggan memesan produk, dengan asumsi bahwa produk itu telah disimpan dalam
stock, produsen akan mengambil produk itu dari stock dan mengirimkan kepada
pemesan.
Dalam strategi Make to Stock, perusahaan industry memiliki resiko yang tinggi
berkaitan dengan investasi inventory, karena pesanan pelanggan secara actual tidak
dapat diidentifikasi secara tepat dalam proses produksi.
Jurusan Teknik Industri FTI UII
41
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

4.4.1.3. Sistem Produksi Semen di Finish Mill Tuban I PT Semen Indonesia


Untuk proses produksiya, Finish Mill Tuban I akan memproduksinya semen
sesuai dengan permintaan dari bagian produksi pusat. Jadi system produksinya
menganut system Make to Stock.

Jurusan Teknik Industri FTI UII


42
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

4.4.2. Kapasitas Produksi


Tabel 4.1 Data produksi semen di Finish Mill Tuban I selama satu tahun pada periode 2013
P R O D U K S I PEMAKAIAN BAHAN FINISH MILL
2013 PRODUKSI PRODUKSI Batu
Klinker Trass Gypsum Fly Ash
KILN TB.1 SEMEN TB.1 Kapur
JAN
204,539.12 258,208.80 192,705.87 41,750.81 12,776.28 7,992.92 4,460.04
PEB
214,403.14 238,290.99 183,584.20 33,182.53 9,319.96 9,214.72 3,763.52
MAR
241,516.06 249,911.07 190,092.14 37,728.53 9,573.33 8,496.81 4,117.97
APR
179,578.99 260,381.36 196,051.10 42,035.61 11,104.40 8,364.82 4,442.24
MEI
195,376.36 266,150.63 200,775.81 47,334.74 9,396.13 7,894.28 4,549.10
JUN
89,402.09 217,355.87 164,629.77 36,740.81 8,456.66 5,238.41 4,275.86
JUL
255,162.51 283,272.38 205,594.59 59,115.72 10,898.33 6,171.88 6,109.53
AGS
270,823.90 227,111.76 166,755.98 43,568.41 8,459.46 4,714.18 4,530.74
SEP
225,350.64 230,583.48 169,796.51 45,231.12 8,629.66 7,763.75 1,540.14
OKT
264,665.72 242,370.18 184,015.22 41,744.46 9,552.11 8,595.42 -
NOP
230,608.34 261,225.05 200,491.29 40,370.13 12,408.72 8,613.81 836.03
DES
229,725.67 270,234.09 207,379.72 41,033.86 13,397.14 9,128.34 -
Jurusan Teknik Industri FTI UII
43
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

4.4.3. Jadwal Induk Produksi


Pada dasarnya jadwal induk produksi (Master Production Schedule)
merupakan suatu pernyataan tentang produksi akhir (termasuk part pengganti dan
suku cadang) dari suatu perusahaan industry manufaktur yang merencanakan
produksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu. Dengan kata lain
jadwal induk produksi adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasikan
kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan
manufaktur (dalam satuan waktu oleh Vince Gasperz, 2002).

4.4.3.1. Fungsi Utama Jadwal Induk Produksi


a. Menyediakan atau memberikan input kepada system perencanaan kebutuhan
material dan kapasitas (material and capacity requirements planning).
b. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (production and
purchase order) untuk item-item MPS.
c. Memberikan landasanuntuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas.
d. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk (delivery
promises) kepada pelanggan.
4.4.3.2. Tujuan Jadual Induk Produksi
a. Memenuhi target tingkat pelayanan kepada konsumen.
b. Efisiensi dalam penggunaan sumber daya produksi.
c. Mencapai target tingkat produksi.
4.4.3.3. Kriteria-Kriteria Dasar Jadual Induk Produksi
a. Jenis item tidak terlalu banyak.
b. Dapat diramalkan kebutuhannya.
c. Mempunya Bill of Material (BOM) sehingga dapat ditentukan komponen dan
bahan bakunya.
d. Dapat diperhitungkan dalam menentukan kebutuhan kapasitas.
e. Menyatakan konfigurasi produk yang dapat dikirim (produk akhir tertentu atau
komponen berlevel tinggi dari produk akhir tertentu).

Jurusan Teknik Industri FTI UII


44
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

4.4.3.4. Input Utama Jadwal Induk Produksi


a. Data permuntaan total merupakan salah satu sumber data bagi proses
penjadwalan produksi induk berkaitan dengan ramalan penjualan (sales
forecast) dan pesanan-pesanan (order).
b. Status inventory berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory, stok
yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock), pesanan-
pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released production and
purchase orders), dan firm planned orders.
c. Rencana produksi memberikan sejumlah batasan kepada MPS. MPS harus
menjumlahkan untuk menentukan tingkat produksi, inventory, dan sumber-
sumber lain dalam rencana produksi itu.
d. Data perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan lot-sizing yang harus
digunakan, stok pengaman (safety stock) dan waktu tunggu (lead time).
e. Informasi berupa kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS
menjadi salah satu input bagi MPS.
4.4.3.5. Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Jadwal Induk Produksi
a. Lead Time adalah waktu (banyaknya periode) dibutuhkan untuk memproduksi
atau membeli suatu item.
b. On Hand adalah posisi inventory awal yang secara fisik tersedia dalam stok.
c. Lot Size adalah kuantitas dari item yang biasanya dipesan dari pabrik atau
pemasok.
d. Safety stock adalah stok tambahan dari item yang direncanakan untuk berada
didalam inventory yang dijadikan sebagai stok pengaman guna mengatasi
fluktuasi dalam ramalan penjualan, pesanan-pesanan pelanggan dalan waktu
singkat, penyerahan item untuk pengisian kembali inventory.
e. Time Bucket pembagian planning periode yang digunakan dalam MPS atau
MRP.
f. Time Phase Plan adalah penyajian perencanaan, dimana demand, order
inventory disajikan dalam time bucket.
g. Time Foreces adalah batas waktu penyesuaian pesanan.
h. Demand Time Fence (DTF) adalah periode mendatang dari MPS dimana
dalam periode ini perubahan-perubahan terhadap MPS tidak diijinkan atau

Jurusan Teknik Industri FTI UII


45
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

tidak diterima karena akan menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat
ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal.
i. Planning Time Fence (PTF) adalah periode mendatang dari MPS dimana
dalam periode ini perubahan-perubahan terhadap MPS dievaluasi guna
mencegah ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal yang akan menimbulkan
kerugian.
j. Time Periods for Display adalah banyaknya periode waktu yang ditampilkan
dalam format MPS.
k. Saes Plan (Sales Forecast) adalah rencana penjualan atau peramalan penjualan
untuk item yang dijadwalkan itu.
l. Actual Orders merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat pasti.
m. Profected Available Balance (PAB) merupakan informasi proyeksi on-hand
inventory dari waktu ke waktu selama horizon perencanaan MPS.
n. Master Production Schedule (MPS) merupakan jadwal produksi atau
manufacturing yang diantisipasi untuk item tertentu.
o. Planning horizon adalah jangka waktu perencanaan yang digunakan.
4.4.3.6. Jenis Order Dalam MPS
a. Planning Order yaitu order yang rencananya akan di released dan dibuat
setelah mempertimbangkan demand-suplay.
b. Firm Planned Order yaitu order yang direncanakan akan dibuat diperusahaan
tersebut tetapi belum di released (masih perkiraan).
c. Order yaitu pesanan yang telah dibuat dan diperintahkan untuk dibuat atau
dikerjakan.

4.4.4. Perencanaan Kebutuhan Material


Untuk merencanakan kebutuhan material diperiode yang akan dating,
diperlukan data permintaan dari periode sebelumnya sebagai acuan.
Tabel 4.2 data produksi semen plant 1 tahun 2013

Produksi
(t) Bulan
(dalam ton)
1 Januari
258,208.80
Jurusan Teknik Industri FTI UII
46
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

Produksi
(t) Bulan
(dalam ton)

2 Februari 238,290.99

3 Maret
249,911.07
4 April
260,381.36
5 Mei
266,150.63
6 Juni
217,355.87
7 Juli
283,272.38
8 Agustus
227,111.76
9 September
230,583.48
10 Oktober
242,370.18
11 November
261,225.05
12 Desember
270,234.09
Jumlah
3,005,095.66

Produksi Semen Tuban I Tahun 2013


300,000.00

250,000.00

200,000.00

150,000.00

100,000.00

50,000.00

Gambar 4.4.1 Diagram Produksi Semen Tuban 1 Tahun 2013

Jurusan Teknik Industri FTI UII


47
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

4.4.4.1. Peramalan Permintaan Produksi Tahun 2014


Peramalan permintaan adalah perkiraan tingkat permintaan suatu produk
dalam suatu periode tertentu untuk masa yang akan dating. Tujuan peramalan
adalah agar produksi yang dihasilkan optimum, artinya sesuai dengan kebutuhan
konsumen dan sumber daya yang ada. Biasanya peramalan permintaan dihitung
berdasarkan data actualpada periode sebelumnya.
a. Metode Simple Moving Average ( 5 Periode )
Metode rata-rata banyak digunakan untuk menentukan trend dari suatu deret
waktu. Dengan menggunakan metode rata-rata ini, deret berkala dari data asli
dirubah menjadi deret rata-rata bergerak yang lebih baik. Metode ini digunakan
untuk data perubahannya tidak cepat dan tidak mempunyai karakteristik musiman
atau seasonal. Model rata-rata bergerak mengestimasi permintaan periode
berikutnya sebagai rata-rata data permintaan actual dari periode terakhir.
1) Peramalan produksi semen Finish Mill Tuban I untuk tahun 2014
Permintaan untuk bulan januari
d’1 = Agustus + …..+ November + Desember / t …………………persamaan 4.1
= ( 227,111.76 + 230,583.48 + 242,370.18 + 261,225.05 + 270,234.09 ) /
5
= 246,304.91 ton
Untuk perhitungan bulan Februari (d’2) dan selanjutnya ada di table 4.4.3

2) Hasil peramalan produksi semen di sector finish mill tuban I untuk tahun
2014.

Tabel 4.3 Peramalan produksi semen (Finish Mill) dengan metode Simple
Moving Average

Produksi Peramalan
Bulan Tahun 2013 Tahun 2014
(ton) (ton)
Januari
258,208.80 246,304.91
Februari
238,290.99 252,524.32

Jurusan Teknik Industri FTI UII


48
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

Produksi Peramalan
Bulan Tahun 2013 Tahun 2014
(ton) (ton)
Maret
249,911.07 254,065.82
April
260,381.36 255,574.00
Mei
266,150.63 255,405.26
Juni
217,355.87 254,588.57
Juli
283,272.38 246,417.98
Agustus
227,111.76 255,414.26
September
230,583.48 250,854.40
Oktober
242,370.18 244,894.82
November
261,225.05 240,138.73
Desember
270,234.09 248,912.57
Jumlah
3,005,095.66 3,005,095.66

Peramalan Produksi
260,000.00

255,000.00

250,000.00

245,000.00

240,000.00

235,000.00

230,000.00

Gambar 4.4.2 Diagram Produksi Dengan Metode Simple Moving Average 5


periode

Jurusan Teknik Industri FTI UII


49
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

b. Metode Centered Moving Average ( 5 Periode )


Metode CMA ini termasuk dalam metode moving average. Perbedaan metode
ini dengan SMA yaitu CMA menggunakan titik tengah data actual sebagai
acuannya sedangkan SMA menggunakan 5 data periode sebelumnya sebagai data
olahnya.
1) Peramalan Produksi Semen (Finish Mill) Tuban I Tahun 2014
Permintaan untuk bulan januari
d’1 = November + ….. + Februari + Maret / t …………………….Persamaan
4.2
= ( 261,225.05 + 270,234.09 + 258,208.80 + 238,290.99 + 249,911.07 ) /
5
= 255,574 ton
Untuk perhitungan bulan februari (d’2) dan selanjutnya ada di tabel 4.4.4
2) Hasil Peramalan Produksi Semen (Finish Mill) Tuban I Pada Taun 2014
Tabel 4.4 Peramalan produksi semen (finish mill) dengan metode centered
moving average

Produksi Peramalan
Bulan Semen Tahun Produksi Tahun
2013 (ton) 2014 (ton)
Januari
258,208.80 255,574.00
Februari
238,290.99 255,405.26
Maret
249,911.07 254,588.57
April
260,381.36 246,417.98
Mei
266,150.63 255,414.26
Juni
217,355.87 250,854.40
Juli
283,272.38 244,894.82
Agustus
227,111.76 240,138.73
September
230,583.48 248,912.57
Oktober
242,370.18 246,304.91
Jurusan Teknik Industri FTI UII
50
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

Produksi Peramalan
Bulan Semen Tahun Produksi Tahun
2013 (ton) 2014 (ton)
November
261,225.05 252,524.32
Desember
270,234.09 254,065.82
Jumlah
3,005,095.66 3,005,095.66

Peramalan Produksi Tahun 2014


260,000.00

255,000.00

250,000.00

245,000.00

240,000.00

235,000.00

230,000.00

Gambar 4.4.3 Diagram Peramalan Produksi Dengan Metode Centered


Moving Average 5 Periode

c. Metode Exponensial Smoothing


Diasumsikan α = 0, 3
1) Peramalan Produksi Semen (Finish Mill) Tuban I Pada Tahun 2014
Permintaan untuk bulan januari
d’1 = d1 = 258,208.80
Permintaan untuk bulan februari
d’2 = α d1 + (1-α)d’1 ………………………………………………..persamaan
4.3
= 0,3 (258,208.80) + (1-0,3)258,208.80
= 258,208,80 ton
Untuk perhitungan bulan maret dan selanjutnya ada di table 4.4.5

Jurusan Teknik Industri FTI UII


51
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

2) Hasil Peramalan Produksi Semen (Finish Mill) Tuban 1 Pada Tahun 2014
Tabel 4.5 Peramalan produksi semen (finish mill) dengan metode
Exponensial Smoothing 0,3

Produksi Peramalan
Bulan Semen Tahun Produksi Tahun
2013 (ton) 2014 (ton)
Januari
258,208.80 258,208.80
Februari
238,290.99 258,208.80
Maret
249,911.07 252,233.46
April
260,381.36 251,536.74
Mei
266,150.63 254,190.13
Juni
217,355.87 257,778.28
Juli
283,272.38 245,651.56
Agustus
227,111.76 256,937.80
September
230,583.48 247,989.99
Oktober
242,370.18 242,768.04
November
261,225.05 242,648.68
Desember
270,234.09 248,221.59
Jumlah
3,005,095.66 3,016,373.86

Jurusan Teknik Industri FTI UII


52
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

Peramalan Produksi Tahun 2014


260,000.00

255,000.00

250,000.00

245,000.00

240,000.00

235,000.00

230,000.00

Gambar 4.4.4 Diagram Peramalan Produksi Dengan Metode Exponensial


Smoothing

4.4.4.2. Perhitungan Standart Error


Beberapa metode lebih ditentukan untuk meringkas kesalahan (error)
yang dihasilkan oleh fakta (keterangan) pada teknik peramalan. Sebagian
besar dari pengukuran ini melibatkan rata-rata beberapa fungsi dari
perbedaan antara nilai actual dan nilai peramalannya. Perbedaan antara nilai
observasi dan nilai ramalan ini sering dimaksud sebagai residual.
Satu metode untuk mengevaluasi metode peramalan menggunakan
jumlah dari kesalahan-kesalahan yang absolut. The Mean Absolute Deviation
(MAD) mengukur ketepatan ramalan dengan merata-rata kesalahan dugaan
(nilai absolut masing-masing kesalahan). MAD paling berguna ketika orang
yang menganalisa ingin mengukur kesalahan ramalan dalam unit yang sama
sebagai deret asli.

The Mean Squared Error (MSE) adalah metode lain untuk mengevaluasi
metode peramalan. Masing-masing kesalahan atau sisa dikuadratkan.
Kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah observasi. Pendekatan ini
Jurusan Teknik Industri FTI UII
53
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

mengatur kesalahan peramalan yang besar karena kesalahan-kesalahan itu


dikuadratkan. Suatu teknik yang menghasilkan kesalahan moderat mungkin
lebih baik untuk salah satu yang memiliki kesalahan kecil tapi kadang-
kadang menghasilkan sesuatu yang sangat besar. Berikut ini rumus untuk
menghitung MSE :

Ada kalanya persamaan ini sangat berguna untuk menghitung


kesalahankesalahan peramalan dalam bentuk presentase daripada jumlah.
The Mean Absolute Percentage Error (MAPE) dihitung dengan
menggunakan kesalahan absolut pada tiap periode dibagi dengan nilai
observasi yang nyata untuk periode itu. Kemudian, meratarata kesalahan
persentase absolut tersebut. Pendekatan ini berguna ketika ukuran atau besar
variabel ramalan itu penting dalam mengevaluasi ketepatan ramalan. MAPE
mengindikasi seberapa besar kesalahan dalam meramal yang dibandingkan
dengan nilai nyata pada deret. Metode MAPE digunakan jika nilai Yt besar.
MAPE juga dapat digunakan untuk membandingkan ketepatan dari teknik
yang sama atau berbeda dalam dua deret yang sangat berbeda dan mengukur
ketepatan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata
persentase absolut kesalahan. MAPE dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:

Ada kalanya perlu untuk menentukan apakah suatu metode peramalan


bias (peramalan tinggi atau rendah secara konsisten). The Mean Percentage
Error (MPE) digunakan dalam kasus ini. MPE dihitung dengan mencari
kesalahan pada tiap periode dibagi dengan nilai nyata untuk periode itu.
Kemudian, merata-rata kesalahan persentase ini. Jika pendekatan peramalan
tak bias, MPE akan menghasilkan angka yang mendekati nol. Jika hasilnya
mempunyai presentase negatif yang besar, metode peramalannya dapat
dihitung. Jika hasilnya mempunyai persentase positif yang besar, metode

Jurusan Teknik Industri FTI UII


54
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

peramalan tidak dapat dihitung. MPE dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:

a. Metode Simple Moving Average


Tabel 4.6 Perbandingan produksi semen tahun 2013 dengan hasil
peramalan menggunakan metode Simple Moving Average

Produksi Semen Peramalan


Bulan Tahun 2013 Produksi Tahun
(ton) 2014 (ton)

Januari
258,208.80 246,304.91
Februari
238,290.99 252,524.32
Maret
249,911.07 254,065.82
April
260,381.36 255,574.00
Mei
266,150.63 255,405.26

Juni 217,355.87 254,588.57

Juli
283,272.38 246,417.98
Agustus
227,111.76 255,414.26
September
230,583.48 250,854.40
Oktober
242,370.18 244,894.82
November
261,225.05 240,138.73
Desember
270,234.09 248,912.57
Jumlah
3,005,095.66 3,005,095.66

Jurusan Teknik Industri FTI UII


55
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

Tabel 4.7 Tabel perhitungan Mean Absolute Deviation pada metode SMA

Bulan Periode Produksi Peramalan MAD

Januari 1 11903.888
258,208.80 246,304.91
Februari 2 13068.609
238,290.99 252,524.32
Maret 3 10097.323
249,911.07 254,065.82
April 4 8774.833
260,381.36 255,574.00
Mei 5 9168.940
266,150.63 255,405.26
Juni 6 13846.233
217,355.87 254,588.57
Juli 7 17133.113
283,272.38 246,417.98
Agustus 8 18529.287
227,111.76 255,414.26
September 9 18722.802
230,583.48 250,854.40
Oktober 10 17102.986
242,370.18 244,894.82
November 11 17465.107
261,225.05 240,138.73
Desember 12 17786.475
270,234.09 248,912.57

Tabel 4.8 Tabel perhitungan MAPE , MPE dan MSE


| et | /
Bulan Periode et2 et / Yt MAPE MPE MSE
Yt
Januari 1
141702549.5 0.05 0.05 4.61% 4.61% 141702549.5
Februari 2
202587682.9 0.06 (0.06) 5.29% -0.68% 101293841.4
Maret 3
17261964.18 0.02 (0.02) 4.08% -1.01% 5753988.061
April 4
23110710.17 0.02 0.02 3.52% -0.29% 5777677.542
Mei 5
115462933.5 0.04 0.04 3.63% 0.57% 23092586.69
Juni 6
1386273949 0.17 (0.17) 5.88% -2.38% 231045658.2

Jurusan Teknik Industri FTI UII


56
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

| et | /
Bulan Periode et2 et / Yt MAPE MPE MSE
Yt
Juli 7
1358246505 0.13 0.13 6.90% -0.18% 194035214.9
Agustus 8
801031619.5 0.12 (0.12) 7.59% -1.72% 100128952.4
September 9
410910197.6 0.09 (0.09) 7.72% -2.50% 45656688.63
Oktober 10
6373827.327 0.01 (0.01) 7.06% -2.36% 637382.7327
November 11
444632722.5 0.08 0.08 7.15% -1.41% 40421156.59
Desember 12
454607215.1 0.08 0.08 7.21% -0.63% 37883934.59

5
4
3
2
1 UCL
0 LCL
-1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
TS
-2
-3
-4
-5
Gambar 4.4.5 Grafik Tracking Signal pada metode SMA

b. Metode Centered Moving Average


Tabel 4.9 Perbandingan produksi semen tahun 2013 dengan hasil
peramalan menggunakan metode Simple Moving Average

Produksi Peramalan
Bulan Semen Tahun Produksi Tahun
2013 (ton) 2014 (ton)
Januari
258,208.80 255,574.00
Februari
238,290.99 255,405.26
Maret
249,911.07 254,588.57

Jurusan Teknik Industri FTI UII


57
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

Produksi Peramalan
Bulan Semen Tahun Produksi Tahun
2013 (ton) 2014 (ton)
April
260,381.36 246,417.98
Mei
266,150.63 255,414.26
Juni
217,355.87 250,854.40
Juli
283,272.38 244,894.82
Agustus
227,111.76 240,138.73
September
230,583.48 248,912.57
Oktober
242,370.18 246,304.91
November
261,225.05 252,524.32
Desember
270,234.09 254,065.82
Jumlah
3,005,095.66 3,005,095.66

Tabel 4.10 Tabel perhitungan Mean Absolute Deviation pada metode CMA

Bulan Periode Produksi Peramalan MAD

Januari 1 255,574.00 2634.8


258,208.80

Februari 2 255,405.26 9874.54


238,290.99

Maret 3 254,588.57 8142.19


249,911.07

April 4 246,417.98 9597.49


260,381.36

Mei 5 255,414.26 9825.26


266,150.63

Juni 6 250,854.40 13770.8


217,355.87

Jurusan Teknik Industri FTI UII


58
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

Bulan Periode Produksi Peramalan MAD

244,894.82 17286.1
Juli 7 283,272.38

240,138.73 16753.7
Agustus 8 227,111.76

248,912.57 16928.7
September 9 230,583.48

246,304.91 15629.3
Oktober 10 242,370.18

252,524.32 14999.4
November 11 261,225.05

254,065.82 15096.8
Desember 12 270,234.09

Tabel 4.11 Tabel perhitungan MAPE , MPE dan MSE

Bulan Periode et2 | et | / Yt et / Yt MAPE MPE MSE

Januari 1
6942171.04 0.01 0.01 1.02% 1.02% 6942171.04
Februari 2
292898306 0.07 (0.07) 4.10% -3.08% 146449153
Maret 3
21879006.3 0.02 (0.02) 3.36% -2.68% 7293002.08
April 4
194975869 0.05 0.05 3.86% -0.67% 48743967.3
Mei 5
115269598 0.04 0.04 3.89% 0.27% 23053919.6
Juni 6
1122151512 0.15 (0.15) 5.81% -2.34% 187025252
Juli 7
1472836805 0.14 0.14 6.92% -0.07% 210405258
Agustus 8
169702052 0.06 (0.06) 6.77% -0.78% 21212756.4
September 9
335955540 0.08 (0.08) 6.90% -1.58% 37328393.4
Oktober 10
15482115.9 0.02 (0.02) 6.37% -1.58% 1548211.59
Jurusan Teknik Industri FTI UII
59
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

Bulan Periode et2 | et | / Yt et / Yt MAPE MPE MSE

November 11
75702702.5 0.03 0.03 6.10% -1.13% 6882063.87
Desember 12
261412890 0.06 0.06 6.09% -0.54% 21784407.5

2 LCL
0 UCL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-2 TS

-4

-6
Gambar 4.4.6 Grafik Tracking Signal pada metode CMA

c. Metode Exponensial Smoothing


Tabel 4.12 Perbandingan produksi semen tahun 2013 dengan hasil
peramalan menggunakan metode Simple Moving Average

Produksi Peramalan
Bulan Semen Tahun Produksi Tahun
2013 (ton) 2014 (ton)
Januari
258,208.80 258,208.80
Februari
238,290.99 258,208.80
Maret
249,911.07 252,233.46
April
260,381.36 251,536.74
Mei
266,150.63 254,190.13

Juni 217,355.87 257,778.28


Juli
283,272.38 245,651.56

Jurusan Teknik Industri FTI UII


60
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

Produksi Peramalan
Bulan Semen Tahun Produksi Tahun
2013 (ton) 2014 (ton)

Agustus 256,937.80
227,111.76

September
230,583.48 247,989.99
Oktober
242,370.18 242,768.04
November
261,225.05 242,648.68
Desember
270,234.09 248,221.59
Jumlah
3,005,095.66 3,016,373.86

Tabel 4.13 Perhitungan Mean Absolute Deviation pada metode ES 0,3

Bulan Periode Produksi Peramalan MAD

Januari
1 258,208.80 258,208.80 0
Februari
2 238,290.99 258,208.80 9958.91
Maret
3 249,911.07 252,233.46 7413.4
April
4 260,381.36 251,536.74 7771.2
Mei
5 266,150.63 254,190.13 8609.06
Juni
6 217,355.87 257,778.28 13911.3
Juli
7 283,272.38 245,651.56 17298.4
Agustus
8 227,111.76 256,937.80 18864.3
September
9 230,583.48 247,989.99 18702.3
Oktober
10 242,370.18 242,768.04 16871.9
November
11 261,225.05 242,648.68 17026.8
Desember
12 270,234.09 248,221.59 17442.3

Jurusan Teknik Industri FTI UII


61
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

Tabel 4.14 Tabel perhitungan MAPE , MPE dan MSE

| et | /
Bulan Periode et2 et / Yt MAPE MPE MSE
Yt
Januari
1 0 - - 0.00% 0.00% 0
Februari
2 3.97E+08 0.08 (0.08) 4.18% -4.18% 1.98E+08
Maret
3 5393481 0.01 (0.01) 3.10% -3.10% 1797827
April
4 78227287 0.03 0.03 3.17% -1.47% 19556822
Mei
5 1.43E+08 0.04 0.04 3.44% -0.28% 28610728
Juni
6 1.63E+09 0.19 (0.19) 5.96% -3.33% 2.72E+08
Juli
7 1.42E+09 0.13 0.13 7.01% -0.96% 2.02E+08
Agustus
8 8.9E+08 0.13 (0.13) 7.77% -2.48% 1.11E+08
September
9 3.03E+08 0.08 (0.08) 7.75% -3.04% 33665176
Oktober
10 158290.1 0.00 (0.00) 6.99% -2.76% 15829.01
November
11 3.45E+08 0.07 0.07 7.00% -1.86% 31371048
Desember
12 4.85E+08 0.08 0.08 7.10% -1.03% 40379176

2 LCL
0 UCL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-2 TS

-4

-6

Gambar 4.4.7 Grafik Tracking Signal pada metode ES 0,3

Jurusan Teknik Industri FTI UII


62
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

4.4.4.3. Perhitungan Pemilihan Alternatif Terbaik


Setelah melakukan perhitungan maka dapat kita lihat criteria mana yang
lebih baik yang akan digunakan nantinya. Dalam pemilihan ini ada 2 faktor
yang dilihat, yang pertama yaitu mean absolute deviation (MAD) dan grafik
tracking signal. Berikut table perhitungan nilai MAD.
Tabel 4.15 Perhitungan Nilai Error MAD
Perhitungan Nilai Error
Metode
Mean Absolute Deviation

Simple Moving
17786.47467
Average

Centered
Moving 15096.84967
Average

Exponensial
17442.31922
Smoothing 0,3

Untuk factor MAD, metode centered moving average memiliki standar


error yang lebih kecil dari lainnya yaitu 15096,84967. Kemudian untuk
factor grafick tracking signal dapat kita lihat pada gambar dibawah.

Tabel 4.16 Perhitungan Nilai Error MAPE


Perhitungan Nilai Error
Metode
Mean Absolute Percentage Error
Simple Moving
7.21%
Average
Centered
Moving 6.09%
Average
Exponensial
7.10%
Smoothing 0,3

Pada metode Mean Absolute Percentage Error (MAPE) ini, yang


memiliki nilai persentase error terendah yaitu teknik Centered Moving
Average (CMA) dengan nilai 6,09% lebih kecil dari nilai MAPE teknik yang
lainnya.

Jurusan Teknik Industri FTI UII


63
Laporan Kerja Praktek PT. Semen Gresik (Persero), Tbk

Tabel 4.17 Perhitungan Nilai Error MPE


Perhitungan Nilai
Metode Error
Mean Percentage Error
Simple Moving
-0.63%
Average
Centered
Moving -0.54%
Average
Exponensial
-1.03%
Smoothing 0,3

Dari table diatas dapat diketahui bahwa nilai dari setiap teknik peramalan
memiliki nilai negative. Hal ni menunjukkan bahwa metode peramalan dapat
dihitung. Yang memiliki nilai negative terbesar yaitu teknik Exponensial
Smoothing.

Tabel 4.18 Perhitungan Nilai Error MSE


Perhitungan Nilai Error
Metode
Mean Squared Error
Simple Moving
37883934.59
Average
Centered
Moving 21784407.51
Average
Exponensial
40379176.38
Smoothing 0,3

Pada perhitungan MSE ini yang memiliki kesalahan peramalan paling


besar yaitu metode Exponensial Smoothing, sedangkan yang memiliki
kesalahan peramalan paling kecil yaitu metode CMA dengan nilai MSE
sebesar 21784407.

Jurusan Teknik Industri FTI UII


64

Anda mungkin juga menyukai