Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Tanaman lada telah lama dibudidayakan di Indonesia. Lada telah menjadi
salah satu komoditas ekspor tradisional andalan Indonesia yang peranannya
sangat besar dalam perekonomian nasional. Dalam sejarah perdagangan
Indonesia, lada tercatat sebagai produk pertama yang diperdagangkan ke Eropa
melalui Arab dan PersiaSalah satu daerah penghasil lada di Indonesia adala
provinsi Sulawesi Selatan.
Permintaan pasar dunia atas komoditas lada di Sulawesi Selatan terus
tumbuh. Pada tahun 2016, ekspor lada hanya 105 ton. Tahun 2017 lalu, meningkat
drastis menjadi 500 ton. Bahkan, permintaan terus bertambah. Bertambahnya nilai
ekspor, didukung oleh produksi yang baik. Tahun 2015 total produksi 5067 ton,
itu naik 950 ton menjadi 6017 ton pada 2016. Jumlah petani juga meningkat dari
32109 menjadi 32541 orang pada tahun 2016. Meskipun lahan pertanian lada di
Sulawesi Selatan tidak seluas lahan di provinsi lain, namun produksinya selalu
bertambah setiap tahunnya. Peningkatan produksi ini tidak terlepas dari pengolahan
lada putih yang baik. Pengolahan lada khususnya pengupasan berperan sangat
penting dalam menjamin kualitas lada. Sampai saat ini pengolahan lada putih
secara umum masih dikerjakan secara tradisional.
Pengolahan lada putih secara tradisional dilakukan melalui proses
perendaman, pengupasan kulit, pencucian dan pengeringan. Tahapan
perendaman dalam pengolahan buah lada menjadi lada putih sangat mempengaruhi
kualitas dan aroma lada. Proses perendaman merupakan masalah utama dalam
menghasilkan lada putih dengan kualitas yang baik. Perendaman yang terlalu
lama menyebabkan produk menjadi bau dan menyebabkan kandungan minyak
atsiri pada lada putih menjadi rendah. Menurut Rubiyanti (2009), tinggi
rendahnya kadar minyak atsiri lada sangat menentukan tinggi rendahnya aroma
dalam biji lada. Disamping itu, kebersihan lada putih yang dihasilkan dipengaruhi
oleh kualitas air yang digunakan untuk perendaman.
Proses pengupasan buah lada seperti proses perontokan lada dari tangkai,
dilanjutkan sortasi dengan diameter 6 mm sampai 8 mm, dan pengupasan kulit
dengan cara tradisional dari buah lada menggunakan cara seperti yang dilakukan
oleh petani di daerah Sungai Kunyit Kalimantan Barat membutuhkan waktu
yang lama. Proses pengupasan buah lada setelah dipanen menggunakan teknik
perendaman dan pengupasan dilakukan dengan menggunakan cara yang
tradisional. Proses perendaman buah lada memerlukan jangka waktu 7-10 hari.
Perendaman dilanjutkan pengupasan dengan menekan buah lada menggunakan
tangan dalam keadaan memutar pada sebuah wadah yang memiliki lubang.
Proses pengupasan lada seperti ini membutuhkan waktu yang lama dan
pekerja mengalami berbagai macam keluhan. Proses pengupasan tersebut
mengakibatkan pergelangan tangan dan bahu harus bergerak memutar, sehingga
bersinggungan langsung dengan lada dalam keadaan menekan lada yang
memiliki getah tanpa menggunakan sarung tangan. Berdasarkan permasalahan
yang dihadapi oleh para petani pada proses perendaman dan pengupasan lada
secara tradisional, maka salah satu alternative yang dapat dilakukan adalah
melalui rancangan mesin pengupas kulit buah lada. Rancangan ini dapat
mengupas kulit lada dengan menggunakan mesin agar dalam mengupas kulit
buah lada memakan waktu yang lebih singkat.

II. Manfaat
Adapun manfaat dari perancangan alat pengupas lada ini adalah:
1. Sebagai alternative pengganti tenaga manusia dalam proses pengupasan kulit
ladaa.
2. Dapat mengefisienkan waktu pengupasan lada.
3. Dapat meningkatkan kualitas produksi lada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Perkembangan Mesin Pengupas Lada


Untuk mengatasi masalah pengupasan lada, beberapa upaya telah
dilakukan antara lain dengan pengembangan alat dan mesin proses pengolahan
lada. Iskandar (1986) membuat alat pengupas lada tipe sirip (fin) menggunakan
komponen pengupas yang dibuat menyerupai ulir. Laksmanahardja dan Rusli
(1988) mengembangkan alat pengupas lada dengan mendorongkan buah lada ke
dalam saringan berlobang. Hidayat et al. (2001) telah mengembangkan alat
pengupas lada tipe piringan yang digerakkan secara manual dengan sistem
engkol. Risfaheri et. al. (1992) mengembangkan alat pengupas lada tipe
piringan dengan sistem pedal. Alat yang dikembangkan memiliki kapasitas
pengupasan yang masih sangat rendah. Risfaheri dan Hidayat (2002) merancang
alat pengupas lada terpadu tipe piringan dengan arah pengupasan horizontal yang
memiliki kecepatan optimal 325 rpm dan menghasilkan efisiensi pengupasan
97,5%. Dari lada yang terkupas 93,6% terkupas utuh dan 6,4% lada pecah
atau rusak. Alat pengupas yang dirancang ini sesuai untuk tujuan produksi
lada putih bubuk, sedangkan untuk produksi lada putih butiran masih kurang
optimal karena persentase lada pecah masih cukup tinggi. Dalam penelitian
lainnya, Chithra et al. (2009) merancang alat pengupas lada menggunakan
sepasang gerinda untuk proses pengupasannya. Dilaporkan bahwa efisiensi
pengupasan yang dicapai adalah 69,52% sehingga masih perlu ditingkatkan. Dari
berbagai upaya yang telah dilakukan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk
memperoleh kapasitas dan efisiensi serta kualitas hasil pengupasan yang baik
maka pengembangan alat pengupas lada untuk pengolahan lada putih butiran masih
perlu terus dilakukan.

II. Komponen Pendukung / Transmisi


1. Motor listrik
Motor listrik adalah suatu perangkat elektromagnetik yang digunakan
untuk mengkonversi atau mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.
Hasil konversi ini atau energi mekanik ini bisa digunakan untuk berbagai
macam keperluan seperti digunakan untuk memompa suatu cairan dari satu
tempat ke tempat yang lain pada mesin pompa, untuk meniup udara pada
blower, digunakan sebagai kipas angin, dan keperluan-keperluan yang lain.
Motor listrik inilah yang menjadi sumber tenaga untuk menggerakkan alat
pengupas lada. Berdasarkan jenis dan karakteristik arus listrik yang masuk dan
mekanisme operasinya motor listrik dibedakan menjadi 2, yaitu motor AC, dan
motor DC. Namun pada artikel kali ini kita akan membahas sedikit tentang
motor AC, beserta cara menghitung arus, daya, dan kecepatan pada motor
tersebut.

Ada 2 jenis motor pada motor AC, yaitu :

 Motor sinkron, yaitu motor AC (arus bolak-balik) yang bekerja pada


kecepatan tetap atau konstan pada frekuensi tertentu. Kecepatan putaran
motor sinkron tidak akan berkurang(tidak slip) meskipun beban
bertambah, namun kekurangan motor ini adalah tidak dapat menstart
sendiri. Motor ini membutuhkan arus searah (DC) yang dihubungkan ke
rotor untuk menghasilkan medan magnet rotor. Motor ini disebut motor
sinkron karena kutup medan rotor mendapat tarikan dari kutup medan
putar stator hingga turut berputar dengan kecepatan yang sama
(sinkron).
 Motor induksi, yaitu motor AC yang paling umum digunakan di
industri – industri. Pada motor DC arus listrik dihubungkan secara
langsung ke rotor melalui sikat-sikat(brushes) dan
komutator(commutator). Jadi kita bisa mengatakan motor DC adalah
motor konduksi. Sedangkan pada motor AC, rotor tidak menerima
sumber listrik secara konduksi tapi dengan induksi. Oleh karena itu
motor AC jenis ini disebut juga sebagai motor induksi.
2. Poros penggerak
Poros merupakan sebuah elemen mesin berbentuk silinder pejal yang
berfungsi sebagai penerus daya dan tempat dudukan elem-elemen seperti
pully,sprocket,roda gigi,dan kopling dan juga sebagai elemen penerus daya
dan putaran dari penggerak mesin. Poros merupakan bagian terpenting, karena
berfungsi sebagai komponen penerus putaran atau daya. Mengenai perencana
rancang bangun ini adalah suatu persoalan perencanaan dasar. Dimana poros
dapat menerima pembebananya. Gaya tekan yang terjadi menimbulkan
momen lentur juga menyebabkan torsi. Berdasarkan pada perencanaan alat
ini, poros tersebut termasuk kedalam poros horizontal. Pada alat pengupas
lada ini poros penggerak berfungsi untuk memutar atau menggerakkan piringan
pengupas lada yang berada di dalam ruang pengupas.
3. Puli
Pulley adalah bagian atau elemen mesin yang berfungsi untuk
mentransmisikan atau meneruskan tenaga dari poros satu ke poros lain
memakai sabuk. Pulley bisa dibuat dari besi tuang, baja tuang atau baja yang
dicetak, pulley pada umumnya terbuat dari besi tuang.
Pulley dapat dibagi dalam beberapa jenis diantaranya:
a. Sheaves/V-Pulley, paling sering digunakan untuk transmisi, produk ini
digerakkan oleh V-Belt karena kemudahannya dan dapat diandalkan.
b. Variable Speed Pulley, perangkat yang digunakan untuk mengontrol
kecepatan mesin. Berbagai proses industri seperti jalur perakitan harus
bekerja pada kecepatan yang berbeda untuk produk yang berbeda.
Dimana kondisi memproses kebutuhan penyetelan aliran dari pompa atau
kipas, memvariasikan kecepatan dari drive mungkin menghemat energi
dibandingkan dengan teknik lain untuk kontrol aliran.
c. Mi–Lock Pulleys, digunakan pada pegas rem jenis ini menawarkan
keamanan operasional yang tinggi untuk semua aplikasi, melindungi
personil, mesin dan peralatan, dapat diandalkan untuk pengereman yang
mendadak atau fungsinya menahan pada mesin yang tiba-tiba mati
atau karena kegagalan daya.
d. Timing Pulley, Ini adalah jenis lainnya dari katrol dimana ketepatan
sangat dibutuhkan untuk aplikasi. Material khusus yang tersedia untuk
aplikasi yang mempunyai kebutuhan yang lebih spesifik.Puli merupakan
transmisi yang berbentuk roda yang penggunaannya selalu berpasangan dan
dihubungkan dengan sabuk. Ada beberapa fungsi puli, yaitu
mentransmisikan daya dari penggerak menuju komponen yang digerakkan,
mereduksi putaran, mempercepat putaran, memperbesar torsi, dan
memperkecil torsi.

4. Sabuk V ( V belt)
Sabuk V adalah salah satu transmisi penghubung yang terbuat dari karet
yang dalam penggunaannya sabuk-V dibelitkan mengelilingi alur puli yang
berbentuk V pula. Bagian sabuk yang membelit pada puli akan mengalami
lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar.
Sabuk-V banyak digunakan karena sabuk-V sangat mudah dalam
penangananya dan murah harganya. Selain itu sabuk-V juga memiliki
keungulan lain di mana sabuk-V akan menghasilhan transmisi daya yang besar
pada tegangan yang relatif rendah serta jika dibandingkan dengan transmisi
roda gigi dan rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan tak bersuara.
BAB III

METODE PERANCANGAN

I. Diagram Alir Perancangan

Alat pengupas lada terdiri atas empat bagian utama, yaitu selinder, ruang
pengupas, kerangka alat, dan motor penggerak. Bagian selinder terdiri atas
badan selinder dan poros penggerak. Bagian silinder diletakkan pada alas
selinder yang dilengkapi oleh penyangga badan selinder dan poros penggerak.
Bagian selinder diletakkan pada alas selinder yang dilengkapi dengan
penyangga badan selinder dan alas pengatur kerenggangan. Ruang pengupas
terdiri atas piring pengupas, spiral pengupas, tutup ruang pengupas, dan tempat
pemasukan bahan. Kerangka alat menjadi tempat kedudukan ruangan
pengupas, badan selinder, dan motor penggerak.

II. Alat dan Bahan

Alat Pengupas Lada

Gambar 1 : Badan dan poros silinder pengupas lada,


Gambar 2 : Spiral pengupas: (a) tampak samping, (b) tampak depan

Gambar 4. Karet pengupas lada, Balittro, Bogor,

Gambar 5. Mesin pengupas lada; (a) tampak depan, (b) tampak


samping

Tabel 1. Nama bahan dan spesifikasinya yang digunakan dalam pembuatan alat
pengupas lada

Nama bahan Spesifikasi Keterangan


Besi Pipa Diameter 80/60 mm
Poros / as Diameter 40 mm
Besi siku 50 mm x 50 mm
Besi plat T18 mm, 8 mm, 6 mm,
3 mm, 1,20 mm
Bearing Diameter 65 mm
Motor 5,56 Pk
Puli Diameter 76,2mm B1,
355,5 mm B2
Belt Tipe B
Mur baud 6 mm, 8mm
Piring karet T 3 mm, elastisitas 55, Pabrikan
tahan asam, tidak mudah
sobek dan lepas
III. Cara Kerja Alat

Butiran lada dimasukkan melalui lubang pemasukan bahan dan akan


diteruskan ke ruang spiral yang berfungsi menarik butir pengunci selinder. Pada
masing – masing komponen dilakukan penyambungan.

Pada sisi selinder ruang pengupas, dibuat tutup pada bagian bawah tempat
pengeluaran bahan. Pada bagian depan dibuat tutup ruangan spiral yang
berhubungandengan tempat pemsukan bahan. Tutup dibuat terlepas untuk
memudahkan membuka spiral dan membersikan alat. Bagian spiral dibuat dari
bahan plat besi tebal 3 mm, digulung membentuk selinder ukuran 100 mm x
100 mm. Daun spiral dibuat dengan menggunakan bahan plat besi tebal 4 mm,
yang dibuat lingkaran luar 130 mm dan lingkaran dalam 100 mm dan dilakukan
pengelasan pada permukaan selinder. Spiral dipasang pada poros penggerak
dan merapat dengan piringan pengupas yang berputar, dan melalui piring
pengupas diam.
BAB IV

HASIL PERANCANGAN

I. Gambar Perencanaan

Anda mungkin juga menyukai