Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hymen Imperforata

2.1.1 Embriologi

Hymen imperforata merupakan suatu malformasi kongenital tetapi dapat


juga terjadi akibat jaringan parut oklusif karena sebelumnya terjadi cedera atau
infeksi. Secara embriologi, hymen merupakan sambungan antara bulbus
sinovaginal dengan sinus urogenital, berbentuk membrane mukosa yang tipis.
Hymen berasal dari endoderm epitel sinus urogenital, dan bukan berasal dari
duktus mullerian. Hymen mengalami perforasi selama masa embrional untuk
mempertahankan hubungan antara lumen vagina dan vestibulum. Hymen
merupakan lipatan membrane irregular dengan berbagai jenis ketebalan yang
menutupi sebagian orifisium vagina, terletak mulai dari dinding bawah uretra
sampai ke fossa navikularis. 2

Embryologic origin of the hymenal membrane

4
Hymen Imperforata terbentuk karena ada bagian yang persisten dari
membran urogenital dan terjadi ketika mesoderm dari primitive streak yang
abnormal terbagi menjadi bagian urogenital dari membran cloacal. Hymen
Imperforata tanpa mukokolpos yang berasal dari jaringan fibrous dan jaringan
lunak antara labium minora sulit dibedakan dengan tidak adanya vagina. Aplasia
dan atresia vagina terjadi karena kegagalan perkembangan duktus mullerian,
sehingga vagina tidak terbentuk dan lubang vagina hanya berupa lekukan kloaka.
Pokorny & Kozinetz (1988) menerangkan bahwa secara anatomi, hymen pada
wanita usia prepubertas (anak-anak) dengan masalah organ genitalia, dijumpai
konfigurasi berupa hymen fimbrae, sirkumferensial dan posterior ring.2

2.1.2 Definisi

Hymen imperforata/ Atresia hymen merupakan hymen dengan membrane


yang solid tanpa lubang. Hymen imperforata merupakan salah satu dari penyebab
Pseudoamenorrhea / Cryptomenorrhea (haid ada, tetapi darah haid tidak keluar)
yang bersifat kongenital dan abnormalitas ini terjadi pada bagian distal saluran
genitalia wanita.2

2.1.3 Epidemiologi

• Insiden terjadinya hymen imperforata adalah sebesar 0.1% dari seluruh


wanita usia pubertas.
• 1 kasus dari 1000 populasi sampai 1 kasus dari 10.000 populasi.
• Dari 147 gadis premenstruasi dengan usia 63 bulan, < 1% mengalami
hymen imperforata dan 2% mengalami septa hymen.3

5
2.1.4 Etiologi

Anomali traktus genitalia akibat perkembangan embriologi yang abnormal


atau kurang sempurna. Hymen imperforata merupakan suatu malformasi
kongenital tetapi dapat juga terjadi akibat jaringan parut oklusif karena
sebelumnya terjadi cedera atau infeksi. Secara embriologi, hymen merupakan
sambungan antara bulbus sinovaginal dengan sinus urogenital, berbentuk
membrane mukosa yang tipis. Hymen berasal dari endoderm epitel sinus
urogenital, dan bukan berasal dari duktus mullerian. Hymen mengalami perforasi
selama masa embrional untuk mempertahankan hubungan antara lumen vagina
dan vestibulum. Hymen merupakan lipatan membrane irregular dengan
berbagai jenis ketebalan yang menutupi sebagian orifisium vagina, terletak mulai
dari dinding bawah uretra sampai ke fossa navikularis.2
Hymen Imperforata terbentuk karena ada bagian yang persisten dari
membrane urogenital dan terjadi ketika mesoderm dari primitive streak yang
abnormal terbagi menjadi bagian urogenital dari membran cloacal. Hymen
Imperforata tanpa mukokolpos yang berasal dari jaringan fibrous dan jaringan
lunak antara labium minora sulit dibedakan dengan tidak adanya vagina. Aplasia
dan atresia vagina terjadi karena kegagalan perkembangan duktus mullerian,
sehingga vagina tidak terbentuk dan lubang vagina hanya berupa lekukan kloaka.2

2.1.5 Gejala Klinis

Sebagian kelainan ini tidak dikenali sebelum menarche, setelah itu akan
terjadi molimenia menstrualia (nyeri yang siklik tanpa haid), yang dialami setiap
bulan. Sesekali hymen imperforata ditemukan pada neonatus atau anak kecil.
Vagina terisi cairan (sekret) yang disebut hidrokolpos. Bila diketahui sebelum
pubertas, dan segera diberi penanganan asimptomatik, serta dilakukan
hymenektomi, maka dari vagina akan keluar cairan mukoid yang merupakan

6
kumpulan dari sekresi serviks. Kebanyakan pasien datang berobat pada usia 13-
15 tahun, dimana gejala mulai tampak, tetapi menstruasi tidak terjadi. Darah
menstruasi dari satu siklus menstruasi pertama atau kedua yang terkumpul di
vagina belum menyebabkan peregangan vagina dan belum menimbulkan gejala.2

Hymen Buldging

Darah yang terkumpul di dalam vagina (hematokolpos) menyebabkan


hymen tampak kebiru-biruan dan menonjol (hymen buldging) akibat meregangnya
membran mukosa hymen. Keluhan yang timbul pada pasien adalah rasa nyeri,
kram pada perut selama menstruasi dan haid tidak keluar. Bila keadaan ini
dibiarkan berlanjut maka darah haid akan mengakibatkan over distensi vagina dan
kanalis servikalis, sehingga terjadi dilatasi dan darah haid akan mengisi kavum
uteri (Hematometra).2

Hematometra dan Hematokolpos dengan Ultrasonografi

7
Tekanan intra uterin mengakibatkan darah dari kavum uteri juga dapat
memasuki tuba fallopi dan menyebabkan hemotosalfing karena terbentuknya
adhesi (perlengketan) pada fimbriae dan ujung tuba, sehingga darah tidak masuk
atau hanya sedikit yang dapat masuk ke kavum peritoneum membentuk
hematoperitoneum.2

Gejala yang paling sering terjadi akibat over distensi vagina, diantaranya
rasa sakit perut bagian bawah, nyeri pelvis dan sakit di punggung bagian
belakang. Gangguan buang air kecil terjadi karena penekanan dari vagina yang
distensi ke uretra dan menghambat pengosongan kandung kemih. Rasa sakit pada
daerah supra pubik bersamaan dengan gangguan air kecil menimbulkan disuria,
urgensi, inkontinensia overflow, selain itu juga dapat disertai penekanan pada
rectum yang menimbulkan gangguan defekasi.2

Gejala teraba massa di daerah supra pubik karena terjadinya pembesaran


uterus, hematometra, distensi kandung kemih, hematoperitoneum, bahkan dapat
terjadi iritasi menyebabkan peritonitis. Rock dkk (1997), mengamati 13 pasien
hymen imperforata, 10 pasien diantaranya mengalami distensi uterus dan vagina
yang luas, setelah diamati sampai usia dewasa, seluruh pasien mengalami
endometriosis pelvik, diduga akibat menstruasi retrograde yang terjadi ke dalam
rongga abdolmen, saat hymen imperforata belum tertangani.2

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin,


dan urinalisa. 3
b. Pemeriksaan Imaging

 Foto abdomen (BNO-IVP), USG abdomen serta MRI Abdominal dan


pelvis dapat memberikan gambaran imaging untuk uterovaginal anomali.

8
 Dengan USG dapat segera didiagnosis hematokolpos atau
hematometrokolpos, Selain itu, transrectal ultrasonography dalam
membantu delineating complex anatomy. Apabila dengan USG tidak jelas,
diperlukan pemeriksaan MRI.
 USG dan MRI sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengetahui apakah
ada kongenital anomali traktus urinaria yang menyertai. 3

c. Pemeriksaan Tambahan Lain

 Pemeriksaan invasif tidak perlu dilakukan untuk membantu menegakkan


diagnosis sampai terapi definitif dilakukan, mengingat pasien akan
merasa cemas (kebanyakan pasien usia muda/usia pubertas).
 Laparoskopi direkomendasikan pada beberapa kasus tertentu untuk
mengevakuasi menstruasi retrograde yang memasuki rongga pelvik dan
intra-abdominal. Prosedur ini diharapkan dapat meminimalisir potensi
terjadinya endometriosis sekunder pada usia dewasa.3

2.1.7 Diagnosis Banding


- Adhesi labium congenital
- Septum vagina
- Kista vagina
- Vaginal agenesis (Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser syndrome)
- Testicular feminization syndrome 3

2.1.8 Penatalaksanaan
TINDAKAN PEMBEDAHAN
Apabila hymen imperforata dijumpai sebelum pubertas, membran hymen
dilakukan insisi/ hymenotomi dengan cara sederhana dengan melakukan insisi

9
silang (gambar 1) atau dilakukan pada posisi 2, 4, 8 dan 10 arah jarum jam
disebut insisi stellate (gambar 2).4
Pendapat lain mengatakan, bila dijumpai hymen imperforata pada anak
kecil/ balita tanpa menimbulkan gejala, maka keadaan diawasi sampai anak lebih
besar dan keadaan anatomi lebih jelas, dengan demikian dapat diketahui apakah
yang terjadi hymen imperforata atau aplasia vagina.4
Pada insisi silang tidak dilakukan eksisi membrane hymen, sementara
pada insisi stellate setelah insisi dilakukan eksisi pada kuadran hymen dan pinggir
mukosa hymen di aproksimasi dengan jahitan mempergunakan benang delayed-
absorbable. Tindakan insisi saja tanpa disertai eksisi dapat mengakibatkan
membrane hymen menyatu kembali dan obstruksi membrane hymen terjadi
kembali.5
Untuk mencegah terjadinya jaringan parut dan stenosis yang
mengakibatkan dispareunia, eksisi jaringan jangan dilakukan terlalu dekat dengan
mukosa vagina. Setelah dilakukan insisi akan keluar darah berwarna merah tua
kehitaman yang kental. Sebaiknya posisi pasien dibaringkan dengan posisi fowler.
Selama 2-3 hari darah tetap akan mengalir, disertai dengan pengecilan vagina dan
uterus. Selain itu, pemberian antibiotik profilaksis juga diperlukan.4
Evaluasi vagina dan uterus perlu dilakukan sampai 4-6 minggu paska
pembedahan, bila uterus tidak mengecil, perlu dilakukan pemeriksaan inspeksi
dan dilatasi serviks untuk memastikan drainase uterus berjalan dengan lancar.
Bila hematokolpos belum keluar, instrumen intrauterine jangan dipergunakan
karena bahaya perforasi dapat terjadi akibat peregangan uterus yang berlebihan.5

10
Insisi Silang Insisi Stellate

Insisi Stellate dilakukan pada posisi arah jam 2, 4, 8 dan 10


Tiap kuadran dieksisi ke arah lateral, tepi dari mukosa hymen dijahit dengan
benang delayed absorbable.

11
Beberapa Teknik Hymenektomi : 5

(1) The patient is placed in the dorsal (2) The hymenal tags are grasped by
lithotomy position. The perineum tissue forceps, and a small Metzenbaum
is prepped and draped. The labia scissors is inserted through the opening.
are retracted. Stellate incisions are made to open the
vaginal canal. If mucus is present, it is
gently irrigated away with saline
solution.

(3) As each stellate tag is elevated with


tissue forceps, it is excised at the
introital level, and its base is sutured
with interrupted 3-0 synthetic
absorbable suture.

Atlas of Pelvic Surgery (online edition) Clifford R. Wheeless, Jr., M.D. and
Marcella L. Roenneburg, M.D.

2.1.9 Komplikasi

• Penanganan dengan teknik operasi yang baik jarang menimbulkan


komplikasi
• Hematocolpos faktor resiko terjadinya PID yang akan berimplikasi
terhadap terjadinya infertilitas, nyeri pelvis dan kehamilan ektopik. 3

12
2.1.10 Prognosis
Prognosis secara klinis umumnya baik. Angka kesembuhan mencapai 90%
kasus setelah dilakukan pembedahan. Dari hasil studi menunjukkan wanita
dengan hymen imperforata dapat mengalami siklus menstruasi normal dan
kehamilan seperti biasanya. Terdapat 10% kasus hymen dapat dapat tertutup
kembali pada teknik pembedahan tidak tepat.3

2.2 Kista Ovarium

2.2.1 Anatomi Ovarium

Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri,
dengan penggantung mesovarium di bagian belakang ligamentum latum, kiri
dan kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan
ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.1

Hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat ditemukannya


pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium. Pinggir
bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir keatas dan belakang ,
sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan. Ujung yang dekat
dengan tuba terletak lebih tinggi dari pada ujung yang dekat pada uterus, dan
tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum.1,4

13
Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan
ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi
satu dengan yang ada di ligamentum rotundum. Embriologik kedua
ligamentum berasal dari gubernakulum1,2,4

2.2.2 Definisi

Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum


diketahui. Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi
cairan. Pada wanita organ yang paling sering terjadi adalah kista ovarium.1

2.2.3 Sifat kista

1. Kista Fisiologis

Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya


berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran
dibawah 4 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan
dalam 3 bulan akan hilang. Jadi, kista yang bersifat fisiologis tidak perlu
operasi, karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi
perlu diamati apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak.1,4

14
Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi
karena masih mengalami menstruasi. Biasanya kista fisiologis tidak
menimbulkan nyeri pada saat haid.4

2. Kista Patologis (Kanker Ovarium)

Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker
ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker
ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya
bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi
metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut, penyakit ini
disebut juga sebagai silent killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia
belum diketahui dengan pasti.1

Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang kadang
tidak disadari penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala
seperti penyakit umumnya. Itu sebabnya diagnosa agak sulit dilakukan.
Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit serta bagian bawah perut
yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup
besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan
melalui proses laparoskopi.1,2

Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersifat
jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak
menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas. Tetapi sampai
saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut.1,2

Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan


dinding sel tebal dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya
berisi cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan
solid dan dapat bersifat ganas. 1

15
2.2.4 Jenis kista

Berdasarkan tingkat keganasannya, kista dibedakan menjadi dua


macam, yaitu kista non-neoplastik dan kista neoplastik. 1

Kista ovarium non neoplastik

a. Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel. Bisa didapatkan satu kista atau
beberapa dan besarnya biasanya berdiameter 1-1 ½cm.1,3
Dalam menangani tumor ovarium, timbul persoalan apakah tumor
yang dihadapi itu neoplasma atau kista folikel. Umumnya jika diameter
tumor tidak lebih dari 5 cm, dapat di tunggu dahulu karena kista folikel
dalam 2 bulan akan hilang sendiri.1,3

Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak
sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung
estrogen sebagai respon terhadap hipersekresi FSH ( folikel stimulating
hormone) dan LH (luteinizing hormone) normalnya ditemui saat menopause
berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran limit 2,5 cm); berasal dari
folikel ovarium yang gagal mengalami involusi. Dapat multipel dan bilateral.
Biasanya asimtomatik.1

b. Kista korpus lutein

Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan


menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan
mempertahankan diri (korpus luteum persisten); perdarahan yang terjadi di
dalamnya akan menyebabkan kista, berisi cairan berwarna merah coklat
karena darah tua.1,3

16
Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi gambaran
yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-
sel luteum yang berasal dari sel-sel teka.1,3

Penanganan kista luteum ini menunggu sampai kista hilang sendiri.


Dalam hal ini dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu,
kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan ovarium.1,3

c. Kista teka lutein

Kista biasanya bilateral dan sebesar tinju. Pada pemeriksaan


mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Tumbuhnya kista ini ialah akibat
pengaruh hormone koriogonadrotropin yang berlebihan.1,3

Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung


telur yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi.

Kista teka-lutein biasanya berisi cairan bening, berwarna seperti


jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari pertumbuhan indung
telur, serta terapi hormon.

d. Kista inklusi germinal

Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian - bagian terkecil dari


epitel germinativum pada permukaan ovarium. Biasanya terjadi pada wanita
usia lanjut dan besarnya jarang melebihi 1 cm. Kista terletak di bawah
permukaan ovarium dan isinya cairan jernih dan serous.1,3

17
e. Kista endometrium
Kista ini merupakan endometriosis yang berlokasi di ovarium.1

Neoplastik jinak

1. Kistik:
a. Kistoma ovari simpleks
Kista ini mempunyai permukaan yang rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista
tipis dan cairan di dalam kista jernih, serous dan berwarna kuning.1,3
Terapinya terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium,
akan tetapi jarinngan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara
histologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.1,3

b. Kistadenoma ovarii serosum

Berasal dari epitel permukaan ovarium, umumnya jenis ini tak


mencapai ukuran yang sangat besar, di bandingkan dengan
kistadenoma muscinosum. Pertumbuhan menjadi ganas apabila di
temukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta
anaplasia dan mitosis pada sel-sel. Secara mikroskopik di golongkan
dalam kelompok tumor ganas.1,3

c. Kistadenoma ovarii musinosum

Asal tumor belum diketahui dengan pasti. Menurut meyer, berasal


dari teratoma dimana di dalam pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen-elemen lain.1,3
Umumnya berbentuk multilokuler, ukurannya dapat mencapai ukuran
yang amat besar1,3

18
d. Kista endometroid

Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu


haid dan terlihat keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak
dalam rahim tetapi melekat pada dinding luar ovarium. Akibat
peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut menghasilkan darah
haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini
bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit
terutama sewaktu haid/ sexual intercourse.1,3

e. Kista dermoid

Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian


tumbuh menjadi beberapa jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista
dapat terjadi pada kedua indung telur dan biasanya tanpa gejala.
Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir/ pecah. 1,3

19
2. Solid:
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma. Akan tetapi, ini tidak
berarti bahwa termasuk suatu neoplasma yang ganas, meskipun semuanya
berpotensi maligna. Potensi menjadi ganas sangat berbeda pada berbagai
jenis.
a. Fibroma
b. Leiomioma
c. Fibroadenoma
d. Papiloma
e. Angioma
f. Limfangioma
g. Tumor brenner

2.2.5 Etiologi

Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan


pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu
sendiri. Kista ovarium timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama
siklus menstruasi.1

Faktor resiko terjadinya kista ovarium.4

a. Riwayat kista ovarium sebelumnya


b. Siklus menstruasi yang tidak teratur
c. Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
d. Menstruasi dini
e. Tingkat kesuburan

20
2.2.6 Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil
yang disebut Folikel de Graaf. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi
fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan
pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum
mula-mula akan membesar kemudian secara bertahap akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.1,2
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi
gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada
neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan
diabetes, hcg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein.
Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan
pemberian HCG.1,2
Kista neoplastik dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih
dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak.
Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan
ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel
permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista
jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan

21
mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik,
termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ
cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel
yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal,
endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi darah dari
endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya
terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti
terlihat dalam sonogram.1,2

2.2.7 Tanda dan gejala

Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan


gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan
tidak spesifik.4

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa;

a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau
sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.

Pada stadium lanjut.4;

a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga
perut
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
d. Gangguan buang air besar dan kecil.

22
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

2.2.8 Diagnosis

a. Anamnesa

Diagnosis dimulai dari anamnesis berdasarkan keluhan pasien. Banyak


tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
ovarium yang kecil. Adanya tumor bisa menyebabkan pembenjolan perut.
Rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit tersebut
akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat
juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat
terjadi penekanan terhadapat kandung kemih sehingga menyebabkan
frekuensi berkemih menjadi sering.

Kista ovarium dapat menyebabkan obstipasi karena pergerakan


usus terganggu atau dapat juga terjadi penekanan dan menyebabkan
defekasi yang sering. Pasien juga mengeluhkan ketidaknyamanan dalam
coitus, yaitu pada penetrasi yang dalam. Pada tumor yang besar dapat
terjadi tidak adanya nafsu makan dan rasa enak dan rasa sesak. Pada
umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor
tersebut mengeluarkan hormon. Ireguleritas siklus menstruasi dan
pendarahan vagina yang abnormal dapat terjadi. Pada anak muda, dapat
menimbulkan menarche lebih awal.

Polikistik ovari menimbulkan sindroma polistik ovari, terdiri dari


hirsutism, inferilitas, aligomenorrhea, obesitas dan acne. Pada keganasan,
dapat ditemukan penurunan berat badan yang drastis.

b. Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada

23
wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal
ini adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan
menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile,
permukaan massa umummnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong
pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul
pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau
endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif.
c. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium. Cancer
antigen 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh
membran sel ovarium normal dan karsinoma ovarium. Level serum
kurang dari 35 U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat
pada 85% pasien dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA
125 ditemukan meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien
sehat.
b. Laparoskopi
Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan menentukan
sifat- sifat tumor.
c. Ultrasonografi
Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam
rongga perut yang bebas dan tidak. USG adalah alat diagnostik
imaging yang utama untuk kista ovarium. Kista simpleks
bentuknya unilokular, dindingnya tipis, satu cavitas yang
didalamnya tidak terdapat internal echo. Biasanya jenis kista
seperti ini tidak ganas, dan merupakan kista fungsioal, kista luteal
atau mungkln juga kistadenoma serosa atau kista inklusi.
Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul
ke dalam lumen. Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin

24
juga kista neoplasma benigna. USG sulit membedakan kista
ovarium dengan hidrosalfing, paraovarian dan kista tuba. USG
endovaginal dapat memberikan pemeriksaan morfologi yang jelas
dari struktur pelvis. Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung
kemih yang penuh. USG transabdominal lebih baik dari
endovaginal untuk mengevaluasi massa yang besar dan organ
intrabdomen lain, seperti ginjal, hati dan ascites. Ini memerlukan
kandung kemih yang penuh.
d. MRI
MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT
scan, dapat memberikan gambaran massa ginekologik yang lebih
baik. MRI ini biasanya tidak diperlukan
e. CT Scan
Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan
kurang baik bila dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai
untuk mengidentifikasi organ intra abdomen dan retroperitoneum
dalam kasus keganasan ovarium.
f. Parasentesis
Pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites.
g. Tes kehamilan
Dan HCG negatif, kecuali bila terjadi kehamilan.

Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan bila ditemukan hal-hal


berikut yaitu pada anamnesa menunjukkan gejala seperti yang disebutkan
diatas disertai pada pemeriksaan fisik
:

1. Ditemukan tumor di rongga perut bagian depan dengan ukuran >5cm



2. Pada pemeriksaan dalam, letak tumor di parametrium kiri atau kanan
atau mengisi kavum douglasi

3. Konsistensi kistik, mobile, permukaan tumor umumnya rata.

25
2.2.9 Komplikasi

Perdarahan ke dalam kista, biasanya terjadi sedikit-sedikit, berangsur -


angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala klinik
yang minimal. Tetapi bila dalam jumlah banyak akan terjadi distensi cepat dan
nyeri perut mendadak.

Putaran tangkai menimbulkan rasa sakit yang berat akibat tarikan melalui
ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale. Robekan
dinding kista terjadi pada torsi tangkai, tetapi dapat pula akibat trauma yaitu jatuh,
pukulan pada perut dan coitus. Bila kista hanya mengandung cairan serosa, rasa
nyeri akbat robekan akan segera berkurang. Namun bila terjadi hemoragi yang
timbul secara akut, perdarahan bebas dapat berlangsung terus menerus dalam
rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-
tanda abdomen akut.

Infeksi dapat terjadi, jika dekat tumor terdapat sumber kuman patogen,
seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akut. Perubahan keganasan
dapat terjadi pada kista jinak, misalnya pada kista denoma ovarii derosum,
kistadenoma ovarii musinosum dan kista dermoid. Sindroma Meigs ditemukan
pada 40% dari kasus fibroma ovarii yaitu tumor ovarium disertai asites dan
hidrotoraks.

2.2.10 Penatalaksanaan

Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan


operasi dan tumor non neoplastik tidak. Tumor non neoplastik biasanya besarnya
tidak melebihi 5 cm. Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan
secara spontan dan menghilang.

26
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan tuba. Seluruh
jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi anatomi untuk
diperiksa.

Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak membutuhkan


terapi. Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita postmenopause, kista yang
berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal, aman untuk
tidak dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan pemeriksaan USG serial.
Sedangkan untuk wanita premenopause, kista berukuran kurang dari 8 cm
dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi.

Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih
besar 10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunanan pada pasien
dengan kista benigna, kista fungsional atau simpleks yang memberikan keluhan.
Laparotomi harus dikerjakan pada pasien dengan resiko keganasan dan panda
pasien dengan kista benigna yang tidak dapat diangkat dengan laparaskopi. Eksisi
kista dengan konservasi ovarium dikerjakan pada pasien yang menginginkan
ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di masa mendatang.

Pengangkatan ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan pada wanita


postmenopause, perimenopause, dan wanita premenopasue yang lebih tua dari 35
tahun yang tidak menginginkan anak lagi serta yang beresiko menyebabkan
karsinoma ovarium. Diperlukan konsultasi dengan ahli endokrin reproduksi dan
infertilitas untuk endometrioma dan sindrom ovarium polikistik. Konsultasi
dengan onkologi ginekologi diperlukan untuk kista ovarium kompleks dengan
serum CA 125 lebih dari 35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat karsinoma
ovarium pada keluarga.

27
Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka terhadap radiasi,
disgerminoma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi menggunakan obat sitostatika
seperti agents alkylating (cyclophosphamide, chlorambucyl) dan antimetabolit
(adriamycin). FoIlow up tumor ganas sampai 1 tahun setelah penanganan setiap 2
bulan, kemudian 4 bulan selama 3 tahun setiap 6 bulan sampai 5 tahun dan
seterusnya setiap tahun sekali.

2.2.11 Prognosis

Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian disebabkan karena
karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis pertama
kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam stadium
akhir.2

Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel


granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel
skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang
buruk.2

28

Anda mungkin juga menyukai