Anda di halaman 1dari 4

Hukum Adat masa kemerdekaan Setelah Indonesia merdeka

Keberadaan hukum adat masih dipertanyakan terutama berkisar, mampukah hukum adat
itu untuk membawa bangsa kearah kemajuan. Mengenai hal ini ada pendapat yang saling
bertentangan. Apakah yang harus kita utamakan untuk bangsa ini, apakah kita mengutamakan
kemajuan bidang ekonomi atau mengutamakan rasa kebanggaan terhadap rasa nasionalisame.
Jika yang diutamakan adalah pembangunan bidang ekonomi, maka hukum adat tidak tepat untuk
dijadikan dasar dalam pembentukan hukum nasional. Tetapi apabila yang diprioritaskan adalah
menumbuhkan rasa kebanggaan sebagai suatu bangsa yang berdaulat, maka hukum adat itulah
yang harus dijadikan sumber hukum nasional.

Perkembangan Di Era 1959-1966

Persoalan yang dihadapi tetap sama yaitu persoalan dalam menentukan hukum apa yang
akan digunakan dalam rangka pembentukan hukum nasional. Ada peristiwa yang relevan untuk
dikaji dalam rangka pembentukan hukum dikade tersebut. Salah satu peristiwa tersebut adalah
pembebasan Irian Barat yang berpengaruh dalam menumbuhkan rasa nasionalisme. Hal ini juga
berimbas terhadap hukum, ada rasa kebencian terhadap sesuatu yang bersumber dari barat
termasuk hukumnya, sehingga isu hukum adat tetap kuat untuk dijadikan dasar dalam
pembentukan hukum nasional. Keadaan ini ditambah pula dengan pernyataan Sukarno tanggal 5
Juli 1956 yang menyatakan “Revolusi Belum Selesai”.Pada awal tahun 1960, pemerintah
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan hukum adat, yaitu :Pemerintah pada
waktu itu mengeluarkan Tap MPR No II/1960 yang menyatakan Hukum adatlah yang dijadikan
landasan atau dasar pembentukan hukum nasional. Dikeluarkan pula UU No 5 Tahun 1960
tentang Peraturan dasar Pokok-pokok agraria. Perhatikan Pasal 5 yang berbunyi : Hukum agraria
yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan
sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undang-undang ini
dan dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur
yang bersandar pada hukum agama Kemudian diaktifkannya kembali LPHN tahun 1961 (LPHN
dibentuk tahun 1958).Tugas LPHN yaitu “Berupaya untuk menciptakan kodifikasi dan unifikasi
hukum nasional yang bersumber dari hukum adat, namun tetap mengarahkan para upaya
pemodernan hukum, agar dapat diterima oleh dunia internasional.

Hukum Adat pada masa Orde Baru

Pada masa orde baru yang menjadi prioritas adalah pembangunan sektor ekonomi. Rule
of law dijalankan namun dengan satu tujuan yaitu untuk peningkatan ekonomi semata – mata.
Prinsip yang berkembang adalah “ekonomi Indonesia tidak akan bangkit tanpa bantuan asing”.
Asing tidak akan mau menanamkan modal di Indonesia, jika tidak dijamin oleh sektor hukum.
Akibatnya hukum harus benar-benar dijalankan. Sehingga muncul istilah tool of social
enginering.Hal ini tentu berpengaruh pada hukum yang ada. Untuk mendukung peningkatan
ekonomi tersebut, maka hukum harus sesuai dengan asing, secara otomatis hukum yang
dijadikan sumber adalah hukum barat, namun hukum adat tetap digunakan bersama – sama
dengan hukum barat. Di era itu hukum banyak yang bersumber dari barat yang masuk ke
Indonesia. Misalnya lembaga – lembaga hukum yang bersumber dari Amerika yang sama sekali
tidak dikenal dalam sistem hukum adat. Peristiwa yang menonjol pada waktu itu adalah
dikeluarkannya Tap MPR No. XX/1966 Tentang hirarki perundang-undangan dan sumber tertib
hukum. Dari produk hukum di atas, terlihat bahwa peran eksekutif terlihat lebih menonjol dari
legislatif.

Hukum Adat pada masa era Reformasi

Pada era ini timbul keinginan untuk meninggalkan rasa kejenuhan yang selama ini telah
diciptakan. Khusus dibidang hukum rasa kejenuhan itu adalah kejenuhan terhadap produk hukum
yang sumbernya dari atas (Top Down), sehingga ada keinginan hukum itu bersumber dari bawah
(Bottom Up). Kemudian adanya keinginan untuk perubahan secara cepat dan dapat diberlakukan
seketika, temasuk dibidang hukum. Akibatnya, hukum yang diciptakan bersifat pragmatis (hanya
untuk kepentingan sesaat) dan bukan dogmatis.Pada era reformasi ini telah terjadi empat kali
amandemen UUD 1945. Pasal yang berkenaan dengan hukum adat mulai dimasukkan dalam
Pasal Pasal 18B ayat 2 dan Pasal 28 ayat 3 UUD 1945 amandemen kedua dan belum mengalami
perubahan hingga amandemen keempat. Namun, konsep masyarakat hukum adat adalah konsep
yang masih terlalu umum, yang memerlukan penjelasan lebih lanjut. Lebih lanjut pengaturan
mengenai masyarakat hukum adat ditemui dalam Pasal 51 ayat (1) huruf b UU No. 24 Tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi (MK) yang merumuskan salah satu kategori pemohon adalah
: “Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang.
Menurut MK, suatu kesatuan masyarakat hukum adat untuk dapat dikatakan secara de facto
masih hidup (actual existence) baik yang bersifat teritorial, genealogis, maupun yang bersifat
fungsional setidak-tidaknya mengandung unsur-unsur:

1. Adanya masyarakat yang masyarakatnya memiliki perasaan kelompok (in group feeling)

2. Adanya pranata pemerintahan adat

3. Adanya harta kekayaan dan/atau benda-benda padat

4. Adanya perangkat norma hukum adat. Khusus pada kesatuan masyarakat hukum adat yang
bersifat teritorial juga terdapat unsure

5. Adanya wilayah tertentu.

MK juga berpendapat bahwa kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak


tradisionalnya dipandang sesuai dengan perkembangan masyarakat apabila kesatuan masyarakat
hukum adat tersebut :Keberadaannya telah diakui berdasarkan undang-undang yang berlaku
sebagai pencerminan perkembangan nilai-nilai yang dianggap ideal dalam masyarakat dewasa
ini, baik undang-undang yang bersifat umum maupun bersifat sektoral, seperti bidang agraria,
kehutanan, perikanan, dan lain-lain maupun dalam peraturan daerah;Substansi hak-hak
tradisional tersebut diakui dan dihormati oleh warga kesatuan masyarakat yang bersangkutan
maupun masyarakat yang lebih luas, serta tidak bertentangan dengan hak-hak asasi manusia.MK
kemudian menyatakan bahwa suatu kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia apabila kesatuan
masyarakat hukum adat tersebut tidak mengganggu eksistensi Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai sebuah kesatuan politik dan kesatuan hukum, yaitu keberadaannya tidak
mengancam kedaulatan dan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia dan substansi norma
hukum adatnya sesuai dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Pemikiran
mengenai peranan hukum adat dalam pembentukan hukum nasional sudah ada sebelum
Indonesia merdeka, namun pada saat itu pemikiran tersebut belum dapat diaplikasikan dalam
bentuk peraturan. Awal penerapan pemikiran tersebut baru terlihat di awal tahun 1960 dengan
dikeluarkannya Tap MPR No II/1960 dan UU No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar Pokok-
pokok Agraria. Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat hukum adat sempat terlupakan,
namun di era sekarang, negara mulai memperhatikan lagi hak-hak masyarakat adat yang sudah
terabaikan.

1. Kenapa hukum adat masih eksis sampai saat ini?


Jawaban:
Karena hukum adat masih dipegang teguh oleh masyarakat, dan akan selalu digunakan,
juga tetap digunakan selama masih menjadi sumber hukum di Indonesia.

2. Kenapa Belanda membebaskan masyarakat nusantara untuk menggunakan hukum adat?


Jawaban:
Awalnya Belanda ingin menerapkan hukum mereka di tanah jajahan (konkordasi)
Artinya belanda akan menerapkan hukum Barat pada masyarakat Indonesia. Belanda
melihat bahwa Indonesia yang awalnya tidak mempunyai hukum tertulis akan tetapi
masyarakat bisa hidup dengan aturan-aturan yang ada. Pada saat Belanda akan
menerapkan hukumnya tidak disetujui dan tidak diterima oleh masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia dibebaskan dalam penggunaan hukum adat.

3. Bagaimana perkembangan Hukum Adat Pasca Kemerdekaan?


Jawaban:
Persoalan yang dihadapi pasca Kemerdekaan adalah menentukan hukum apa yang akan
diberlakukan, apakah memakai hukum Nasional atau tetap mempertahankan hukum adat.
pada masa 1959-1966 dimana pada era tersebut terjadi peristiwa pembebasan irian barat
dimana menumbuhkan rasa nasionalisme pada rakyat. Hal ini, menjadikan adanya
kebencian terhadap hukum yang bersumber dari barat. Sehingga hukum adat tetap kuat
untuk dijadikan dasar dalam pembentukan hukum nasional. Hukum adat dalam masa orde
baru pada saat itu pemerintah lebih menekankan pada sektor pembangunan ekonomi.
Prinsip yang berkembang adalah ekonomi Indonesia tidak akan berkembang tanpa
bantuan asing, akan tetapi asing tidak mau menanamkan modal di Indonesia jika tidak
dijamin oleh hukum. Untuk mendukung ekonomi tersebut maka hukum harus sesuai
dengan asing. Secara otomatis hukum yanh digunakan adalah hukum barat tetapi hukum
adat tetap digunakan. Hukum adat pada masa reformasi tetap dijalankan. Konsep
masyarakat hukum adat juga dimasukkan dalam amandemen UUD 1945. Konsep
masyarakat hukum adat adalah konsep yang masih umum sehingga memerlukan
penjelasan yang masih lanjut. Intinya, pada masa setelah kemerdekaan hukum adat masih
tetap digunakan di Indonesia.

4. Apa yang membedakan penggunaan Hukum Adat sebelum dan sesudah Kemerdekaan?
Jawaban:
Pada masa sebelum kemerdekaan hukum adat lebih kuat karena ditaati oleh masyarakat
pada masa itu karena mengandung nilai-nilai keagamaan, kesusilaan, dan tradisi serta
nilai kebudayaan yang tinggi. Karena pada ini belum ada hukum nasional sehingga sifat
hukum adat masih sangat kental. Pada masa setelah kemerdekaan sampai sekarang
hukum adat masih tetap dipakai akan tetapi ada beberapa hal yang disimpangi karena
suatu kepentingan. Hingga saat ini hukum adat masih berlaku dan dipatuhi walaupun
sudah ada hukum nasional.

Anda mungkin juga menyukai