Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum ke-9 Hari/tanggal : Selasa,16 April 2019

Mikrobiologi Akuatik Waktu : 08.00 WIB


Dosen : Dr. Wiyoto, SPi Msi
Muhammad Arif Mulya, SPi
Wida Lesmanawati, SPi, Msi
Dian Eka R, Spi Msi
Amalia Putri F, SPi Msi
Dosen asisten : Fadhil Setiawan, S.Pi
Laras Cica Marsela, S.Pi
Indah Febristi Grahanny,AMd

PENGARUH SUHU DAN SALINITAS TERHADAP


VIABILITAS BAKTERI

Disusun oleh:
Kelompok 1
Muhammad Wahyu Firmansyah J3H918156

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MANAJEMEN


PERIKANAN BUDIDAYA
SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
I.PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme yang berukuran
sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan harus
menggunakan bantuan mikroskop. Organisme yang sangat kecil ini disebut
sebagai mikroorganisme, atau sering disebut mikroba ataupun jasad renik.
Saat ini, mikrobiologi sangat berkembang luas pada berbagai bidang
ilmu pengetahuan, misalnya pertanian, industri, kesehatan, lingkungan
hidup,bidang pangan, bahkan bidang antariksa (Waluyo 2009).
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme
yaitu suhu, konsentrasi substrat, waktu inkubasi, dan pH. Di dalam proses
metabolisme terjadi suatu rangkaian reaksi kimia, dimana kenaikan temperatur
sampai pada nilai batas tertentu, dapat mempercepat proses metabolisme. Tetapi
temperatur tinggi melebihi temperatur maksimum akan menyebabkan denaturasi
protein dan enzim. Hal ini akan mengakibatkan terhentinya metabolisme
(Suriawira 2003).
Mikroorganisme psikotrif dan sering disebut mikroorganisme psikrofilik
fakultatif, maka dapat tumbuh pada suhu dingin, dengan temperatur minimum
pada suhu 0 – 4°C, temperatur maksimal pada suhu 45°C, temperatur optimumnya
adalah 37°C. sedangkan yang tumbuh pada suhu 70°C adalah bakteri termofil
(politernik) yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan baik sekali pada temperatur
setinggi 55° sampai 65°C, meskipun bakteri ini juga dapat tumbuh pada
temperatur rendah atau lebih tinggi dari pada itu, batas – batas 40°C sampai 80°C
(Dwidjoseputro 2005)

I.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati dan mempelajari pengaruh suhu
dan salinitas terhadap viabilitas bakteri serta mengetahui kondisi suhu dan
salinitas yang optimum bagi pertumbuhan bakteri
II. METODOLOGI

2.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 09 April 2019. Bertempat
di Laboratorium IKN PSDKU Sukabumi pada pukul 08:00 WIB.

2.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan adalah jarum ose, bunsen, alkohol 70%,
spidol permanen, cawan perti, label, bakteri Bacillus sp., bakteri Aeromonas sp.,
media agar TSA untuk salinitas (0%, 3%, 15%, dan 25%) dan media agar TSA
untuk suhu (4°C, 27°C, 37°C, dan 70°C), dan akuades steril.

2.3. Prosedur Kerja


2.3.1. Suhu
Pertama alat yang steril dan bahan yang digunakan untuk praktikum
pengaruh suhu terhadap viabilitas bakteri disiapkan. Sterilkan meja kerja dan
tangan dengan alkohol 70% saat ingin melakukan praktikum. Setelah itu nyalakan
bunsen dan lakukan pengeringan media terlebih dahulu apabila sekiranya media
atau cawan masih terlalu basah. Siapkan empat media agar TSA untuk masing –
masing suhu (4°C, 28°C, 37°C, dan 70°C).
Lakukan pembagian dua kuadran untuk masing – masing bakteri
menggunakan spidol permanen. Ambil jarum ose dan sterilkan terlebih dahulu
dengan membakar jarum ose dengan api bunsen hingga jarum berwarna merah
panas. Ambil masing – masing bakteri menggunakan ose yang sudah di sterilkan
dan sudah dalam keadaan suhu ruang. Gores bakteri Aeromonas sp. pada kuadran
bagian A dan gores bakteri Bacillus sp. pada kuadran bagian B. Lakukan
sebanyak empat kali, yaiut untuk suhu 4°C, 28°C, 37°C, dan 70°C. Kemudian
inkubasi pada masing – masing suhu selama 24 jam. Lalu amati pertumbuhan
yang terjadi dan semua pekerjaan dilakukan dengan cara aseptik, agar tetap
menjaga hasil dari kontaminasi bakteri lain.
2.3.2. Salinitas
Pertama alat yang steril dan bahan yang digunakan untuk praktikum
pengaruh salinitas terhadap viabilitas bakteri disiapkan. Sterilkan meja kerja dan
tangan dengan alkohol 70% saat ingin melakukan praktikum. Setelah itu nyalakan
bunsen dan lakukan pengeringan media terlebih dahulu apabila sekiranya media
atau cawan masih terlalu basah. Siapkan empat media agar TSA untuk masing –
masing konsentrasi salinitas 0%, 3%, 15%, dan 25%.
Lakukan pembagian dua kuadran untuk masing – masing bakteri
menggunakan spidol permanen. Ambil jarum ose dan sterilkan terlebih dahulu
dengan membakar jarum ose dengan api bunsen hingga jarum berwarna merah
panas. Ambil masing – masing bakteri menggunakan ose yang sudah di sterilkan
dan sudah dalam keadaan suhu ruang. Gores bakteri Aeromonas sp. pada kuadran
bagian A dan gores bakteri Bacillus sp. pada kuadran bagian B. Lakukan
sebanyak empat kali, yaiut untuk konsentrasi 0%, 3%, 15%, dan 25%. Kemudian
inkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Lalu amati pertumbuhan yang terjadi
dan semua pekerjaan dilakukan dengan cara aseptik, agar tetap menjaga hasil dari
kontaminasi bakteri lain.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Berikut ini merupakan tabel dari hasil pengaruh suhu dan salinitas terhadap
viabilitas bakteri Aeromonas sp dan Bacillus sp.
Tabel 1 Perlakuan oleh suhu

Perlakuan Pertumbuhan Bakteri Hasil


Aeromonas Bacilus
Suhu 4°C - -

Suhu 28°C ++ ++

Suhu 37°C +++ +++

Suhu 70°C + +

Keterangan : (-) tidak tumbuh


(+) sedikit
(++) sedang
(+++) banyak

Berdasarkan tabel diatas bahwa bakteri banyak yang tumbuh pada suhu
37°C. Sehingga suhu optimum bakteri untuk tumbuh yaitu pada suhu sekitar 35
sampai 40°C.
Tabel 2. Pengaruh salinitas terhadap viabilitas bakteri
Perlakuan Pertumbuhan Bakteri Hasil
Aeromonas Bacilus
Salinitas 0% +++ +++

Salinitas 3% ++ ++

Salinitas 15% - --

Salinitas 25% - -

Keterangan : (-) tidak tumbuh


(+) sedikit
(++) sedang
(+++) banyak

Pada tabel 2 bakteri Aeromonas sp. dan Bacillus sp. banyak tumbuh pada
salinitas dengan konsentrasi 0% dan 1.5%, pada konsentrasi 3% bakteri
Aeromonas sp. banyak tumbuh, sedangkan pada bakteri Bacillus sp. cukup
tumbuh. Pada konsentrasi 15% bakteri Aeromonas sp. dan Bacillus sp. tidak
tumbuh.
3.2. Pembahasan
Bakteri dapat tumbuh dimana-mana tetapi tetap dipengaruhi oleh faktor-
faktor lingkungan. Dalam kegiatan ini, dapat dilihat pengaruh dari faktor
lingkungan yaitu suhu dan salinitas terhadap pertumbuhan bakteri. Viabilitas ini
dapat diketahui dengan menumbuhkan bakteri tersebut pada media dengan
berbagai perlakuan. Pertumbuhan bakteri bergantung pada reaksi-reaksi kimiawi
dan karena laju reaksi-reaksi tersebut dipengaruhi oleh suhu maka pertumbuhan
bakteri sangat dipengaruhi oleh suhu (Pleczar 2007).
Hasil yang didapatkan tabel 1 pengaruh suhu terhadap viabilitas bakteri.
Bakteri Aeromonas sp. tidak tumbuh pada suhu 4°C tapi pada suhu 70°C tumbuh
walaupun sedikit .Seharusnya bakteri Aeromonas sp. Ini tumbuh di suhu 4˚C dan
tidak tumbuh pada suhu 70°C.Hal tersebut dikarenakan bakteri Aeromonas sp.
merupakan mikroorganisme psikrotrof dan sering disebut mikroorganisme
psikrofilik fakultatif, maka dapat tumbuh pada suhu dingin, dengan temperatur
minimum pada suhu 0-4°C, temperatur maksimum pada suhu 45°C.
(Dwidjoseputro 2005).
Pada bakteri Bacillus sp. bisa tumbuh dari suhu 4°C sampai perlakuan
70°C sekalipun. Tetapi pada suhu 70°C hanya tumbuh sedikit. Sedangkan yang
tumbuh pada suhu 70°C adalah bakteri termofil ( politermik) yaitu bakteri yang
dapat tumbuh dengan baik sekali pada temperatur setinggi 55°C sampai 65°C,
meskipun bakteri ini juga dapat berbiak pada temperatur lebih rendah atau lebih
tinggi dari pada itu, batas-batas 40°C sampai 80°C (Dwidjoseputro 2005).
Pada tabel 2 pengaruh salinitas pada viabilitas bakteri didapat hasil dimana
bakteri Aeromonas sp. tumbuh optimum pada konsentrasi salinitas 0% sampai 3%
dan tidak tumbuh pada konsentrasi sebesar 15%. Menurut (Kuswardani 2006),
bakteri Aeromonas sp. merupakan salah satu spesies bakteri yang hidup
dilingkungan perairan tawar dan perairan payau. Perairan yang mengandung
bahan organik tinggi serta tingkat pH 5,5 – 9 menjadi tempat yang ideal bagi
perkembangan dan pertumbuhan bakteri Aeromonas sp.
Pada bakteri Bacillus sp. tumbuh optimum pada konsentrasi salinitas 0%
sampai 1.5% dan cukup optimum pada konsentrasi 3%, sedangkan pada
konsentrasi 15% tidak dapat tumbuh. Menurut (Feliatra 2004) bakteri Bacillus sp.
termasuk bakteri yang bersifat mesofilik kerena tumbuh optimum pada suhu 30-
37oC dan tumbuh baik pada NaCl 1-3%.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa bakteri Aeromonas sp.
dapat tumbuh di suhu minimum 0°C hingga suhu optimum 45°C dan tumbuh pada
konsentrasi salinitas 0% sampai 3%. Pada bakteri Bacillus sp. dapat tumbuh di
suhu minimum 4°C hingga suhu yang ekstrim yaitu mencapai 80°C dan tumbuh pada
konsentrasi salinitas 0% sampai 3%.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 2005. Dasar – dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID) : Djambatan

Feliatra. 2004. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik dari Ikan Kerapu Macan
(Ephinephelus fuscogatus) dalam Upaya Efisiensi Pakan Ikan. Jurnal Natur
Indonesia. 6 (2): 75-80.

Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh pemberian Resin Lebah Terhadap Gambarab


Darah Maskoki Carassius auratus Yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas
hydrophila. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pleczar Mjjr, Chan ECS. 2007. Dasar –dasar Mikrobiologi.Volume 1.


Hadioetomo RS, Imas T, tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah; Jakarta:
UI-Press. Terjemahan dari Elements of Microbiology

Suriawiria, U. 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan


BuanganSecara Biologis. Bandung (ID) : PT Alumni

Waluyo and Lud. 2009. Mikrobilogi Lingkungan, Universitas Muhammadiyah


Malang, Malang (ID) : Malang Press

Anda mungkin juga menyukai