OLEH:
Telah Diperiksa dan Siap Di ajukan Dalam Laporan Praktek Kerja Lapangan
(PKL)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan penyertaan serta tuntunannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Pratek Kuliah Lapangan (PKL) dan telah menyelesaikan penulisan
Laporan ini.
Penulisan Laporan yang dibuat ini merupakan suatu bentuk pengamatan
terhadap pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul:
TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN NORMALISASI SUNGAI D.I
NITOES, NOEMUTI, KAB. TTU
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan ini banyak sekali
kekurangan dan keterbatasan yang dihadapi, tetapi berkat dorongan dan bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak maka laporan ini dapat terselesaikan. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Nonce Farida Tuati, SE.,ME.Ak, selaku direktur Politeknik Negeri
Kupang.
2. Bapak Melchior Bria, ST.,MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan Praktek
Kuliah Lapangan.
3. Bapak Onisius Loden,SST.,M.Tech, selaku ketua program studi SI TPIPP
dan Dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
4. Kepala Dinas Pekerjaajn Umum TTU, selaku pemimpin instansi yang
telah memberikan peluang untuk dapat melakukan Praktek Kuliah
Lapangan melalui CV.GEO TEHNIK
5. Direktur CV.GEO TEHNIK, selaku kontraktor yang telah menerima
penulis sehingga dapat melakuan Praktek Kerja Lapangan.
6. Orang tua dan keluarga yang telah membantu dan memberikan motivasi
dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dan menyelesaikan laporan
ini.
7. Segenap rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknik Sipil angkatan 2013
khususnya teman-teman TPIPP yang telah memberikan dorongan kepada
penulis dalam menyusun laporan ini
ii
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melindungi Bapak, Ibu, Saudara/I yang
telah membantu penulis selama masa Praktek Kerja Lapangan dan dalam
menyelesaikan lporan ini.
Penulis Menyadari akan kekekurangan saat menulis laporan ini dan masi
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
diharapkan, guna penyempurnaan laporan ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBARAN PENGESAHAN ................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 4
1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 6
2.1 Pengertian ................................................................................................. 6
2.2 Manfaat Sungai ......................................................................................... 8
2.3 Tujuan Sungai ........................................................................................... 9
2.4 Jenis-Jenis Sungai..................................................................................... 9
2.5 Karakteristik Sungai di Indonesia .......................................................... 15
2.6 Permasalahan Sungai .............................................................................. 18
2.7 Pencegahan atau Nomalisasi .................................................................. 19
2.8 Material Penyusun Perkuatan Tebing..................................................... 20
2.9 Macam-macam Bronjong yang dikenal ................................................. 23
2.10 Standar Ukuran Bronjong Menurut SNI ................................................ 27
2.11 Pemasangan Bronjong ............................................................................ 28
2.12 Pengisian Bronjong ............................................................................... 31
2.13 Keuntungan Konstruksi Bronjong ......................................................... 31
2.14 Kerugian Konstruksi Bronjong ............................................................. 33
BAB III TINJAUAN PELAKSANAAN .............................................................. 35
3.1 Tinjauan Umum ...................................................................................... 35
3.2 Menajemen Proyek ................................................................................. 40
3.3 Tinjauan Khusus ..................................................................................... 56
iv
3.4 Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan. .................................................... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 64
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 64
4.2 Saran ....................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 66
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Ekologi sempadan sungai 7
Gambar 2.2 Sungai menurut debt air 9
Gambar 2.3 Pola Aliran Sungai (Ddritik) 10
Gambar 2.4 Pola Aliran Sungai (Pinnate) 10
Gambar 2.5 Pola Aliran Sungai (Trilles) 11
Gambar 2.6 Pola Aliran Sungai(Rectangular) 11
Gambar 2.7 Pola Aliran Sungai (Anular) 12
Gambar 2.8 Pola Aliran Sungai (Anular) 12
Gambar 2.9 Pola Aliran Sungai (Radial SenriPetal) 13
Gambar 2.10 Penampang Sungai Berbentuk V 15
Gambar 2.11 Penampang Sungai Bentuk U 16
Gambar 2.12 Agradasi dan Dgradasi 18
Gambar 2.13 Mata Anyaman Bronjong dengan Satu Lilitan 24
Gambar 2.14 Dimensi Kotak Bronjong 25
Gambar 2.15 Penempatan Dinding antara pada Kotak Bronjong 25
Gambar 2.16 Dimensi Kotak Bronjong Berbentuk Silinder 26
Gambar 2.17 Pemasangan Kotak Beronjong pada Tebing Miring 27
Gambar 2.18 Perletakan Kotak Bronjong pada Daerah yang Curam 28
Gambar 2.19 Cara Perletakan Bronjong pada Muka Air yang Tinggi 29
Gambar 2.20 Perletakan Bronjong Silinder pada Daerah Serongan 29
Sungai 30
Gambar 2. 21 Perletakan Bronjong pada Tebing dan Kaki
Gambar 3. 1 Peta Lingkup pekerjaan proyek Peningkatan jaringan 34
irigasi D.I Nitoes, Kab TTU. 48
Gambar 3. 2 Skema organisasi proyek 49
Gambar 3. 4 Struktur Organisasi Perusahaan CV GEO TEHNIK 51
Gambar 3.5 Diagram pelaksanaan pekerjaan galian. 54
Gambar 3.6 Kurva S 56
vi
Gambar 3.7 Sketsa Pekerjaan Pematokan 56
Gambar 3.8 Sketsa Pekerjaan Galian 57
Gambar 3.9 Pasangan Bonjong Fabrikasi 58
Gambar 3.10 Sketsa Pekerjaan galian 59
Gambar 3.11 Pasangan Bronjong Fabrikasi
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan elemen yang sangat mempengaruhi kehidupan di alam.
Semua makhluk hidup sangat memerlukan air dalam perkembangan dan
pertumbuhannya. Air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
domestik saja, yaitu untuk air minum atau keperluan memasak, mencuci,
mandi, akan tetapi air juga digunakan sebagai sumber kehidupan lainya, seperti
mengairi tanaman pertanian, perikanan dan juga sebagai pembangkit listrik
tenaga air.
Siklus hidrologi yang terjadi menyebabkan jumlah volume air yang ada
didunia ini adalah tetap. Akan tetapi, dipandang dari aspek ruang dan waktu
distribusi air secara alamiah tidak ideal. Sebagai contoh, dalam usaha sumber
air baku. Jika tidak ada usaha pengendalian air pada musim hujan, maka akan
menyebabkan terjadinya erosi dan banjir sedangkan pada musim kemarau akan
kekeringan dan sulit untuk mendapatkan sumber air baku. Laju pertumbuhan
penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat ini juga salah satu faktor dari
sekian banyak faktor yang mempengaruhi kurangnya ketersediaan air.
Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur meliputi tiga Pulau Besar, yaitu
Pulau Timor Barat, Pulau Sumba, Pulau Flores dan pulau-pulau kecil yang
pada umumya memiliki topografi berbukit-bukit sampai bergunung dengan
kondisi 1.500 mm di daerah pantai dan lebih dari 2.500 pada daerah
pegunungan dengan durasi hujan antara 3 sampai 5 bulan (Desember s/d
April). Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) umumnya telah mengalami
degradasi, sungai-sungai yang ada di wilayah Provinsi NTT memiliki fluktuasi
debit yang tidak tetap, dimana pada musim panas debit air sungai akan
menurun dan pada musim hujan debit air akan naik drastis sehingga
mengakibatkan banjir pada sungai sehingga mengakibatkan perubahan alur
pada sungai serta terjadi kerusakan pada bangunan-bangunan sungai. Kondisi
ini sangat tidak menguntungkan bagi suatu daerah irigasi yang memanfaatkan
air sungai. Dalam bidang pertanian salah satu faktor penentu keberhasilan
2
dalam memperoleh hasil pertaniaan yang memuaskan adalah cukupnya
ketersediaan air.
Dari data dan catatan kondisi iklim di Propinsi NTT,dapat disimpulkan
bahwa NTT merupakan daerah kering, akan tetapi rawan terhadap bencana
banjir pada musim hujan sehigga mengakibatkan kelangkaan air pada musim
kemarau, oleh karna itu sangat diperlukan upaya untuk menahan aliran air pada
saat musim hujan sedemikian rupa sehingga permukaan atau dasar sungai tetap
normal. Hal tersebut di atas merupakan salah satu permasalahan yang timbul
dalam usaha pengembangan dan pengendalian sumber daya air. Pemerintah
NTT dalam hal ini Kementrian Pekerjaan Umum TTU telah mengupayakan
pengembangan beberapa konstruksi bangunan air untuk mencegah kerusakan
pada musim penghujan. Bangunan air itu meliputi Normalisasi Sungai,
Perkuatan lereng, Pengarah arus (krib). Dan lain sebagainya.
Bangunan pengaturan sungai adalah suatu bangunan air yang dibangun
pada sungai dan berfungsi :
Mengatur aliran air agar tetap stabil serta Sebagai pengendalian banjir.
Masyarakat Desa Nitoes, Kecamatan Noemuti, Kabupaten TTU juga
merasakan dampak kekeringan dan permasalahan ketersediaan air, untuk itu
salah satu upaya pembangunan konstruksi bangunan air dalam hal ini
Normalisasi Sungai. Dengan dibangunnya sebuah Bangunan Penagtur Sungai
untuk menjawab kebutuhan masyarakat setempat yang berprofesi sebagian
besar petani, agar dapat mengairi areal persawahan. Sesuai dengan judul diatas
maka penulis dapat mengambil Judul PKL yaitu, TINJAUAN
PELAKSANAAN PEKERJAAN NORMALISASI SUNGAI DI NITOES,
NOEMUTI TTU dengan membahas beberapa manfaat dari Sungai serta
Bangunan Sungai.
3
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi subyek dalam peninjauan selama Praktek Kuliah
Lapangan (PKL) adalah :
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penulisan laporan ini adalah :
1 Untuk mengetahui proses pelaksanaan pekerjaan Normalisasi Sungai
di Nitoes, Kecamatan Noemuti, Kabupaten TTU
2 Untuk menghitung volume pekerjaan Normalisasi Ssungai di Nitoes,
Kecamatan Noemuti, Kabupaten TTU
1.3.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan:
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan Praktek Kerja
Lapangan antara lain :
1. Membekali mahasiswa dengan pengalaman dalam perencanaan dan
pelaksanaan pekerjaan Normalisai Sungai.
2. Memantapkan kedisiplinan dan tanggung jawab mahasiswa dalam
melaksanakan tugas.
3. Mempersiapkan tenaga profesional yang berguna bagi bangsa dan
negara.
4. Meningkatkan dan memperluas wawasan dan kemampuan berpikir
mahasiswa.
5. Mengaplikasikan keterampilan dan ilmu pengetahuan yang diperoleh
selama dibangku perkuliahan.
6. Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa/i dapat
menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah dalam suatu kerja
nyata dilapangan dan sebagai pengetahuan baru bagi mahasiswa
khususnya jurusan Teknik Sipil.
4
1.4 Batasan Masalah
Dengan mengigat waktu yang singkat maka penulis membatasi
permasalahan yang diangkat sesuai dengan kemampuan penulis. Penulis
berusaha menyampaikan dan menyajikan suatu batasan masalah adalah
sebagai berikut :
1. Tinjauan pelaksanaan proyek untuk mengetahui secara langsung
tentang pembagunan Nomalisasi Sungai yang dilaksanakan di Nitoes,
Kecamatan Noemuti, Kabupaten TTU
2. Realisasi pekerjaan yang sudah dilaksanakan.
3. Pekerjaan dalam proses pada penulis melaksanakan PKL.
4. Pekerjaan yang belum dilaksankan atau dikerja.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Makhluk hidup yaitu tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia untuk
melangsungkan kehidupannya selalu membutuhkan air. Sumber-sumber
air berasal dari; Mata air, Air tanah, Air artesis, Danau, danau buatan
(waduk), air hujan, air pasang surut dan sungai. Kelebihan curah hujan dan
kelebihan air tanah akan mengalir kelembah membentuk alur-alur atau
saluran yang lazim disebut Sungai.
Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah yang mengalir dari
tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menuju atau
bermuara ke laut, danau atau sungai yang lebih besar. Arus air di bagian
hulu sungai (umumnya terletak di daerah pegunungan) biasanya lebih
deras dibandingkan dengan arus sungai di bagian hilir. Aliran sungai
seringkali berliku-liku karena terjadinya proses pengikisan dan
pengendapan di sepanjang sungai. Sungai merupakan jalan air alami.
mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke sungai yang lain.
Sungai juga salah satu bagian dari siklus hidrologi.
Adapula yang mengatakan bahwa sungai adalah system pengairan
air dari mulai mata air sampai ke muara dengan di batasi kanan kirinya
serta sepanjang pengalirannya oleh sempadan sungai (sudaryoco,1986).
Sungai adalah fitur alami dan integritas ekologis, yang berguna bagi
ketahanan hidup ( Brierly, 2005).
Menurut Dinas Pekerjaan Umum, sungai sebagai salah satu sumber
air mempungai fungsi yang sangat pentig bagi kehidupan masyarakat.
Sedangkan PP No.35 Tahun 1991 tentang sungai, Sungai merupakan
tempat-tempat dan wadah-wadah serta pengaliran air mulai dari mata air
sampai ke muara dengan di batasi kanan kirinya serta sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan.
Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah
dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat pengalirannya air tawar
menuju ke laut,danau, rawa, atau ke sungai yang lain dengan debit yang
6
berfariasi tergantung pada volume air dan kemiringan dasar
sungi.(Hamzah, 2009).
Menentukan debit sungai umumnya dipergunakan formula chezy,
sebagai berikut :
Q = C x A x I0.5
dimana :
Q : Debit (m³/dt)
C : Koefisien Chezy
A : Luas Penampang Sungai (m2)
I : Kemiringan permukaan sungai
Bantaran sungai berbeda dengan sempadan sungai. Bantaran sungai
adalah areal sempadan kiri kanan sungai yang terkena / terbanjiri luapan air
sungai. Fungsi bantaran sungai adalah tempat mengalirnya sebagian debit
sungai pada saat banjir (high water channel) (Yodi Isnaini, 2006).
Menurut UU No. 35 1991 tentang sungai, menyebutkan pengertian Bantaran
sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palu sungai di hitung dari
tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam. Sehubungan dengan itu
maka pada bantaran sungai dilarang membuang sampah dan mendirikan
bangunan untuk hunian. (Polantolo, 2008)
Sedangkan sepadan sungai sungai adalah wilayah yang harus
diberikan pada sungai. Sewaktu musim hujan dan debit sungai meningkat,
sempadan sungai berfungsi sebagai daerah daerah parker air sehinggs air
dapat isa meresap ke tanah. Di samping itu, sempadan sungai merupakan
daerah mata air sungai ang padanya terdapat mekanisme inflow ke air tanah.
Proses inflow atau outflow tersebut merupakan proses konservasi hidrolis
sungai dan air tanah pada umumnya. Secara ekologis sempadan sungai
merupakan habitat di mana ekologi sungai berkembang (Sobirin, 2003).
Untuk lebih jelasnnya dapat di lihat pada gambar di bawah ini :
7
Gambar 2.1 Ekologi sempadan sungai
(Sumber: google)
8
2.3 Tujuan Sungai
Tujuan utama dari Rekayasa sungai adalah bagaimana mendapatkan
manfaat dari sungai untuk kehidupan manusia dan mengurangi/mencegah
aspek negatif yang ditimbulkannya serta untuk menjaga kelestarian sungai
seperti : - Hidrologi - Hidrolika - Geologi - Angkutan sedimen dan
Morfologi Teknik persungaian dapat dibagi dalam tiga kelompok utama :
Pengaturan alur sungai Pengaturan debit. Pengaturan muka air Bangunan air
sungai mempunyai berbagai sasaran seperti Irigasi, tenaga air, lalu-lintas air,
penanggulangan banjir dan sebagainya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat menunjang tugas
dari para ahli teknik persungaian. Gejala dan proses alam lebih banyak
diketahui, sedangkan sarana penunjang seperti model fisik dan model
matematik mengalami banyak perkembangan.
2.4 Jenis-Jenis Sungai
2.4.1 Sungai Menurut Sumber Air
1. Sungai Hujan
Sungai yang airnya berasal dari proses prestipasi (hujan) dan
keluar melalui mata air di hulu sungai. jenis sungai ini banyak
ditemukan di Indonesia. contoh: Sungai Bengawan Solo, Sungai
Citararum, Sungai Ciliwung, dsb.
2. Sungai Gletser
Sungai yang airnya berasal dari es yang mencair. contohnya
Sungai Membramo yang airnya berasal dari es yang mencair di
Puncak Jaya Wijaya, Papua.
3. Sungai Campuran
Sungai yang airnya berasal dari campuran air hujan dan
copypaste dari fuat cepat gletser. Contohnya Sungai Digul di Papua.
9
2.4.2 Sungai Menurut Debit Air
1. Sungai Perenial (Permanen)
Sungai dengan debit air yang tetap sepanjang tahun.
Contohnya sungai-sungai di Pulau Sumatra dan Kalimantan
seperti Sungai Mahakam, Sungai Kapuas, dan Sungai Musi.
2. Sungai Ephimeral (Periodik)
Sungai yang dipengaruhi oleh musim, sehingga debit airnya
akan berkurang pada musim kemarau dan melimpah pada
musim penghujan. contohnya sungai-sungai di Pulau Jawa
seperti Sungai Brantas dan Sungai Bengawan Solo.
3. Sungai Intermiten (Episodik)
Sungai yang hanya ada pada musim penghujan, pada musim
kemarau airnya kering. contohnya sungai-sungai di NTT seperti
sungai Melolo dan Sungai Laku Kalada.
10
3. Sungai Obsekuen
Arah aliran berlawanan dengan Sungai Konsekuen,
contohnya sungai-sungai bawah tanah di daerah karst Gunung
Kidul.
4. Sungai Subsekuen
Arah aliran sejajar dengan induk sungai, contohnya Selokan
Mataram di Jogjakarta.
2.4.4 Sungai Menurut Pola Aliran
1. Dendritik
11
Pola aliran pinate berbentuk lurus sejajar seperti anak panah
dengan sudut lancip 60 derajat, terdapat di daerah hulu sungai yang
berlereng terjal/curam karena berupa daerah patahan.
3 Trellis
4 Rectangular
12
5 Anular
13
7 Radial SentriPetal (P = pusat)
14
sungai yang bermuara ke danau, contohnya Sungai Lau renun yang
bermuara di Danau Toba.
3. Sungai Exoric
sungai yang bermuara ke laut, contohnya hampir kebanyaknya sungai
bermuara ke laut.
2.5 Karakteristik Sungai di Indonesia
Sungai adalah salah satu sumber air yang esensial terhadap kehidupan.
Sungai memiliki fungsi sebagai sumber air baku, irigasi, pengendali banjir
dan saluran makro perkotaan. Namun yang terjadi sekarang adalah
penurunan fungsi sungai karena sungai menjadi tempat sampah besar, tidak
menjadi beranda depan tetapi halaman belakang. Ini yang menjadi akar
permasalahan. Oleh karena itu sempadan sungai bukan hanya perlu tetapi
wajib ditata dan dilindungi. (Dra. Lina Marlia, CES, Direktorat Jenderal
Penataan Ruang, Departemen PU, 2009)
Menurut Robbet J. Kodoatie dan Sugianto dalam bukunya berjudul
Banjir, menyebutkan bahwa sungai dapat dikelompokkan menjadi tiga
daerah yang menunjukkan sifat dan karaktersitik dari sistem sungai yang
berbeda, yaitu :
Pada daerah hulu (pegunungan); di daerah pegunungan sungai-sungai
memiliki kemiringan yang terjal (steep slope). Kemiringan terjal ini dan
curah hujan yang tinggi akan menimbulkan stream power (kuat arus) besar
sehingga debit aliran sungai sungai di daerah ini menjadi cukup besar.
Periode waktu debit aliran umumnya berlangsung cepat. Pada bagian hulu
ditandai dengan adanya erosi di Daerah Pengairan Sungai (DPS) maupun
erosi akibat penggerusan dasar sungai dan longsoran tebing. Proses
sedimentasi tebing sungai disebut degradasi. Material dasar sungai dapat
berbentuk boulder/batu besar, krakal, krikil dan pasir. Bentuk sungai di
daerah ini adalah braider(selempit/kepang). Alur bagian atas hulu
merupakan rangkaian jeram-jeram aliran yang deras. Penampang lintang
sungai umumnya berbentuk V.
Pada daerah transisi batas pegunungan bagian sampai ke daerah
pantai, kemiringan dasar sungai umumnya berkurang dari 2% karena
15
kemiringan memanjang dasar sungai berangsur-angsur menjadi landai
(mild). Pada daerah ini seiring dengan berkurangnya debit aliran walaupun
erosi masih terjadi namun proses sedimentasi meningkat yang menyebabkan
endapan sedimen mulai timbul, akibat pengendapan ini berpengaruh
terhadap mengecilnya kapasitas sungai (pengurangan tampang lintang
sungai). Proses degradasi (penggerusan) dan agradasi (penumpukan
sedimen) terjadi akibatnya banjir dapat terjadi dalam waktu yang relatif
lama dibandingkan dengan daerah hulu. Material dasarnya relative lebih
halus dibandingkan pada daerah pegunungan. Penampang melintang sungai
umumnya berangsur-angsur berubah dari huruf V ke huruf U.
Pada daerah hilir; sungai mulai batas transisi, daerah pantai, dan berakhir di
laut (mulut sungai/ estuary). Kemiringan di daerah hilir dari landai menjadi
sangat landai bahkan ada bagian-bagian sungai, terutama yang mendekati
laut kemiringan dasar sungai hampir mendekati 0 (nol). Umumnya bentuk
sungai menunjukkan pola yang berbentuk meander sehingga akan
menghambat aliran banjir. Proses agradasi (penumpukan sedimen) lebih
dominan terjadi. Material dasar sungai lebih halus dibandingkan di daerah
transisi atau daera hulu .Apabilaterjadi banjir, periodenya lebih lama
dibandingkan daerah transisi maupun daerah hulu.
16
Gambar 2.11 Penampang Sungai Bentuk U
(Sumber: google)
Karateristik dan Jenis Sungai di Indonesia berdasarkan sumber air
sungai, dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
1. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber
mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di Pulau Jawa dan Nusa
Tenggara.
2. Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencarian es
(gletser) dari hujan, dan sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah
Sungai Digul dan Sungai Mamberano di Pulau Papua (Irian Jaya).
Karateristik dan Jenis Sungai di Indonesia, berdasarkan debit airnya
(volume airnya), sungai dibedakan menjadi beberapa macam, di antaranya :
1. Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relative
tetap. Contoh Sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam Di
Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera
2. Sungai Periodik, adalah sungai yang pada musin hujan airnya banyak
sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai ini banyak
dipulau Timor seperti sungai Noemina, sungai Temef, Sungai Noemuti, dan
beberapa sungai lainya.
3. Sungai Episodik, adalah Sungai yang pada musim kemarau airnya kering
dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh : Sungai kalada dipulau
Sumba.
4. Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim
hujan, pada musim hujan airnya belum tentu banyak.
17
Indonesia memiliki banyak pulau, maka secara umum sungai di
Indonesia masih alami serta cenderung panjang akibat dari berbelok-
beloknya aliran sungai tersebut akibat beda ketinggian, topografi ataupun
hal lainnya dan banyak yang bermuara langsung ke lautan. Pola aliran
sungai di Indonesia terdapat bermacam-macam misalnya pola aliran
granular, dentritik, trelis, merder dan lainnya. Granular misalnya ini
merupakan pola-pola aliran di daerah perbukitan, pararel merupakan pola
aliran pada bukit yang mempunyai sistem Kars (batu kapur). Untuk merder
merupakan pola alirannya yang biasanya banyak terdapat pada sistem
dataran aluvial (endapan). Aliran merder banyak ditemui di Indonesia, yaitu
aliran yang mengalir sepanjang tahun dan dapat ditemui di sungai-sungai
yang lebar seperti sungai Noemina, Sungai Noemuti, Sungai Benenaendan
lain-lain.
2.6 Permasalahan Sungai
Adapun masalah-masalah yang sering terjadi pada sungai sebagai berikut:
1. Banjir
Banjir adalah masalah utama yng sering terjadi pada sungai,
masalah banjir di akibtkan karena berkurangnya stabilitas lereng dan
laju transportasi sedimen yang terhambat akibat adanya sampah, dan
penumpukan sedimen atau material pada aliran sungai sehingga
mengkibatkan naiknya muka air sungai.
1. Degradasi dan Agradasi
a. Degradasi
Degradasi adalah proses yang menyebabkan berkurangnya bagian
suatu bentang alam atau permukaan bumi. Yang termasuk proses
degradasi adalah pelapukan, erosi, pengangkutan termasuk di
dalamnya denudasi.
Berikut ini adalah akhibat dari degradasi antara lain:
a) Pasokan sedimen dari hulu berhenti atau berkurang
b) Debit aliran air bertambah
c) Penurunan dasar sungai di suatu titik di hilir.
d) mengakibatkan tebing yang pada sungai.
18
Tinggi mula dasar sungai
19
meningkatkan kapasitas sungai dalam menampung dan mengalirkan ke
laut.
Normalisasi sungai juga merupakan upaya manusia untuk mencegah
permasalahan-permasalahan yang terjadi pada sungai akhibat factor alam.
Yaitu, merencanakan bangunan-bangunan pengarah sungai sesuai
kebutuhan unuk mencegah permsalahan tersebut. Diantaranya perkuatan
lereng. Perkuatan lereng (revetments) adalah bangunan yang ditempatkan
pada permukaan suatu lereng guna melindungi suatu tebing alur sungai
atau permukaan lereng tanggul dan secara keseluruhan berperan
meningkatkan stabilitas alur sungai atau tubuh tanggul yang dilindunginya.
20
Dokumentasi Konstruksi pasangan batu.
(Sumber: google)
21
2.8.4 Konstruksi Krib
Krib adalah suatu bangunan yang dibangun dengan memotong
sungai yang berfungsi untuk mengalihkan aliran air yang mengarah ke
tebing sehingga aliran tersebut berpindah ke arah tengah. Dan fungsi
dari krib ini adalah untuk mengarahkan aliran.
22
Kekuatan Bronjong tergantung dari bahan-bahan yang dipakai
untuk bronjong, agresip atau tidaknya dari air yang mengalir disitu,
adanya gangguan-gangguan dan baik atau tidaknya pembuatan,
pemasangan dan pemeliharaan bronjong-bronjong itu.
1. Bronjong Bambu
Bronjong bambu dibuat dari anyaman belahan bambu–bambu,
biasanya berbentuk silinder diisi dengan batu-batu.Garis tengah
bronjong bambu biasanya diambil 0,40 m atau 0,50 m. Apabila garis
tengahnya diambil lebih besar, batu-batu dalam bronjong tidak begitu
kompak dan bronjong lebih mudah rusak.
23
2. Bronjong Kawat
1) Kawat telepon
Bahan yang dipakai untuk bronjong kawat di Indonesia biasanya
kawat telepon dengan diameter 3 mm atau 4 mm dan kalau perlu 5
mm. Di luar negeri juga dipakai diameter 2 mm sampai 6 mm.
24
Tiap-tiap lilitan dapat mengurangi kekuatan kawat. Di luar
negeri terdapat juga pembuatan bronjong dengan satu lilitan.
25
Gambar 2.14 Dimensi Kotak Bronjong
Sumber :Perencanaan Teknis Persungaian, DIRJEN SDA
, Direktorat Sungai
Danau dan Waduk Dep. PU.(2010)
Bronjong yang dibuat tebal dan panjang menyimpang dari ukuran
diatas, misalnya dengan ukuran tebal 1.00 m, lebar 1.00 m dan panjang
3.00 m, harus tiap-tiap 1.00 m panjang dibuat dinding antara (tussen
schotten) supaya kuat. Rusuk-rusuk bronjong harus diperkuat dengan
kawat dan bilamana perlu kawatnya dirangkap seperti terlihat dalam
gambar di bawah ini
26
Gambar 2. 16 Dimensi Kotak Bronjong Berbentuk Silinder
Sumber : Perencanaan Teknis Persungaian, DIRJEN SDA,
Direktorat Sungai Danau dan Waduk Dep. PU.(2010)
Bronjong ini baik untuk memperkuat tebing-tebing sungai yang airnya
cukup tinggi.Keuntungan bronjong kawat :
1) Cukup tahan lama.
2) Flexible, jadi dapat mengikuti perobahan keadaan.
3) Tidak memerlukan drainage.
4) Dapat dikerjakan oleh setiap pekerja yang terlatih dan untuk
mengisi bronjong dapat dipakai batu kali atau batu pecahan dan
dapat dikerjakan dalam waktu pendek.
2.10 Standar Ukuran Bronjong Menurut SNI
1. Diameter kawat
1) Kawat ikat diameter 2 mm, dengan toleransi + 4%
2) Kawat anyaman diameter 3 mm, dengan toleransi + 4%
3) Kawat sisi diameter 4 mm, dengan toleransi + 4%
a. Kuat tarik minimum 41,0 kg/mm2
a) Jumlah puntiran kawat diameter 2 mm, minimum 38 kali
b) Kawat diameter 3 mm, minimum 26 kali
c) Kawat diameter 4 mm, minimum 21 kali
2. Lapisan Seng
1) Kawat diameter 2 mm, minimum 240 gram/m2
2) Kawat diameter 3 mm, minimum 275 gram/m2
3) Kawat diameter 4 mm, minimum 290 gram/m2
4) Ukuran Anyaman : 80 mm x 100 mm dengan lilitan ganda
27
5) Diafragma/sekat : setiap 1 (satu) meter
3. Ukuran Standar
Standar bronjong Standar matras
2,0 x 1,0 x 0,50 m 6,0 x 1,0 x 0,30 m
3,0 x 1,0 x 0,50 m 6,0 x 2,0 x 0,30 m
4,0 x 1,0 x 0,50 m 5,0 x 2,0 x 0,30 m
3,0 x 1,5 x 0,50 m 6,0 x 2,0 x 0,23 m
2,0 x 1,0 x 1,00 m 5,0 x 2,0 x 0,23 m
3,0 x 1,0 x 1,00 m 4,0 x 2,0 x 0,23 m
2.11 Pemasangan Bronjong
Bronjong kawat yang dipergunakan untuk melindungi dan
memperkuat tebing-tebing sungai atau lereng-lereng tanah. Untuk
menahan tebing sering kali dipergunakan sandaran batu kosong. Akan
tetapi bila diinginkan sandaran batu yang kuat, maka dapat dipakai
bronjong seperti terlihat dalamGambar 2.33.
28
Gambar 2.18 Perletakan Kotak Bronjong pada Daerah yang Curam
Sumber : Perencanaan Teknis Persungaian, DIRJEN SDA, Direktorat
Sungai Danau dan Waduk Dep. PU.(2010)
Bila muka air tinggi dan tidak dapat direndahkan, maka untuk
meletakkan bronjong didalam air dapat dipergunakan rakit bambu.
Pada suatu stellage pancang dari bambu digantungkan rakit yang lebih
besar dari bronjong lalu bronjong itu diisi batu-batu. Setelah penuh dan
tutupnya diikat baru diturunkan dan diletakkan pada tempat yang telah
ditentukan dengan mempergunakan bambu sebagai penunjuk selanjutnya
satu persatu diturunkan pada kedudukan yang dikehendaki seperti terlihat
dalam gambar 2.36.
Gambar 2.19 Cara Perletakan Bronjong pada Muka Air yang Tinggi
Sumber : Perencanaan Teknis Persungaian, DIRJEN SDA, Direktorat
Sungai Danau dan Waduk Dep. PU.(2010)
29
Untuk keperluan sebagai yang dimaksudkan diatas, dapat pula dipakai
bronjong-bronjong berbentuk silinder yang ditempatkan melandai kepada
serongan sungai, kemudian diisi batu-batu dari atas.
30
2.12 Pengisian Bronjong
Batu-batu untuk mengisi bronjong dapat dipakai batu-batu pecahan
atau batu-batu kali. Batu-batu pecahan dapat dipakai untuk bronjong
yang dapat dikatakan tidak akan bergerak, misalnya bronjong untuk
menahan tebing-tebing tanah, pangkal-pangkal bendung dan lain-lain
sebagainya.
Bronjong-bronjong yang mungkin bergerak, antara lain krib,
bendung dan lain-lain sebagainya, harus diisi dengan batu-batu kali
karena apabila ini dipakai dengan batu pecahan, maka sudut-sudut
yang tajam dari batu-batu pecahan itu dapat memotong kawat-kawat.
Untuk mengisi bronjong, batu-batu harus dimasukkan ke dalam
bronjong dan ditata dengan rapih sampai bronjong itu penuh.
Kemudian tutupnya ditutupkan dan rusuk-rusuknya diikat erat-erat
dengan kawat.
Tidak dapat dibenarkan mengisi bronjong dengan memasukkan
batu-batu dari mata anyaman, karena tentunya batu-batu yang
dimasukkan itu lebih kecil daripada mata anyaman dan batu-batu itu
mudah keluar dari bronjong.Pada bronjong bentuk silinder mengisinya
dapat dengan mudah dari satu ujung apabila bronjong itu dipasang
melandai.
2.13 Keuntungan Konstruksi Bronjong
1. Ukuran dan dimensi bronjong dibuat dengan ukuran strandar, sehingga
dapat digunakan untuk bermacam-macam konstruksi
2. Bentuk dan spesifikasi teknis kawat pengikat dikenal di banyak tempat
di seluruh dunia, sehingga pembuatan dan atau pemesanan mudah
dilaksanakan
3. Untuk mendapatkan kualitas yang diinginkan dapat dibuat bronjongnya
ditempat khusus di lokasi lain (tidak di lapangan pekerjaan), sedangkan
pemasangannya mudah tidak membutuhkan tenaga dengan kualitas
tinggi, juga peralatan untuk pemasangannya sederhana serta
membutuhkan persiapan pondasi minimal
31
4. Monolithic dan flexible structure pula dapat bertoleransi terhadap
diferensial settlement
5. Ketebalan konstruksi lebih tipis dibanding rip-rap, lapisan gabion
umumnyasepertiga ketebalan konstruksi rip-rap dan dapat diberi
lapisan untuk durability
6. Struktur permeable, sehingga konstruksi lebih kuat menahan tekanan
dari tanah, karena faktor tekanan air dihilangkan dan juga karena
pasangan bronjong berongga, maka dapat mengalirkan dan
menyalurkan air yang berguna untuk menyebarkan tekana air dan
gelombang serta bias mendisipasi energi yang akan meloloskan tekanan
yang menimpanya
7. Batuan kecil yang disusun di dalam bronjong bias menggantikan
proteksi sebesar batuan yang jauh lebih besar yang digunakan untuk
konstruksi revetment (ukuran batu)
8. Mengahasilkan konstruksi ramah lingkungan dengan keberadaan
tanaman (bio engineering). Untuk daerah dengan tampilan natural,
bronjong diletakkan diatas dan sepanjang tanah yang tererosi dengan
maksud untuk mendspatkan stabilitas terhadap tanah yang tererosi dan
perkuatan lapisan, karena bronjong permeable, maka dimungkinkan
untuk terisi tanah dn akan ditumbuhi tanaman-tanaman, dan akar
tanaman dapat membantu memperkuat struktur
9. Pelaksanaan konstruksi bronjong dapat menyerap tenaga kerja yang
cukup banyak sehingga cocok dengan keadaan di Indonesia
10. Pada kondisi tertentu bahan kawat pengikat bias dibuat dari bahan
setempat dan tahan lama misalnya dari bamboo atau anyaman tali dari
bahan ijuk.
32
2.14 Kerugian Konstruksi Bronjong
1. Ketahanan konstruksi bronjong terletak pada kawatnya yang rentan
terhadap korosi dan abrasi, sehingga apabila kawat rusak atau hilang,
maka konstruksi batu kosong didalamnya akan berhambur keluar,
sehingga akan terjadi gagal konstruksi dan gagal fungsi.
2. Bahan kawat mudah rusak akibat gelombang yang kuat, aliran debris,
mudah kena proses korosi apabila lapisan pelindungnya rusak, rusak
akibat aliran sedimen yang cepat, serta sering dicuri orang, begitu pula
bahan batuan sering hilang dicuri orang untuk bahan bangunan.
3. Dibutuhkan tenaga khusus yang ahli untuk membuat konstruksi
bronjong berkualitas sesuai persyaratan yang ditentukan (SNI).
4. Didaerah pantai konstruksi bronjong sering rusak akibat pemancing
ikan membakar ikan diatas konstruksi bronjong, sehingga lapiran
pelindung kawat hilang, kawat terkena korosi serta putus dan batuan
akan menghambur keluar.
5. Konstruksi bronjong membutuhkan pekerjaan monitoring dan
pemeliharaan yang ketat untuk mengidentifikasi awal kerusakan yang
terjadi sebelum kerusakan berlanjut lebih parah.
6. Dibandingkan dengan proteksi pasangan batu kosong, kalau terjadi
kerusakan lebih sulit perbaikannya dan membutuhkan biaya yang
lebih besar, dan juga fleksibilitas konstruksinya lebih rendah.
7. Pemasangan bronjong sulit dilakssanakan dibawah muka air.
8. Petunjuk pemakaian dari pabrik bronjong terlalu umum, belum dapat
mencakup berbagai kondisi lapangan.
9. Pabrik bronjong dan jenis bahan isiannya masih terbatas, sehingga
dapat menyebabkan biaya yang cukup mahal.
10. Sifat konstruksi dimaksudkan untuk berbagai pekerjaan yang darurat,
sehingga dari pertimbangan ekonomi bias menghasilkan konstruksi
yang boros biaya.
11. Hampir semua bahan isian konstruksi bronjong direncanakan dari batu
kali, sehingga menimbulkan eksploitas/penambangan baru kali yang
terus menerus, yang selanjutnya akan mengakibatkan hilangnya
33
lapisan pelindung dasar sungai (armaur coat). Dengan hilangnya
lapisan pelindung dasar sungai tersebut, maka dasar sungai akan
mudah tergerus dan mengakibatkan adanya degradasi dasar sungai.
34
BAB III
TINJAUAN PELAKSANAAN
3.1 Tinjauan Umum
3.1.1 Data Umum Proyek
Data umum proyek pada Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Normalisasi
Sungai di Nitoes,Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara yang
berlangsung selama 1 bulan yakni terhitung sejak tanggal 29 Agustus s/d 01
Oktober 2016 adalah sebagai berikut:
1. Lokasi Kegiatan
Kegiatan Tinjauan Pelaksaaan Pekjaan Normalisasi Sungai dilakukan di
Desa Nitoes, Kecamatan Noemuti, Kabupatent Timor Tengah Utara,
Propinsi Nusa Tenggara Timur. Lokasi kegiatan ini berjarak sekitar ± 4
km sebelum kota Kefamenanu atau ± 190 km dari ibu kota Propinsi.
Perjalanan menuju Lokasi kegiatan dapat ditempuh secara mudah dengan
menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua.
2. Waktu Pelaksanaan
Proyek Pekerjaan Peningkatan Jaringan Irigasi D.I Nitoes terletak di
Desa Nitoes, Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara
(TTU) Propinsi Nusa Tenggara Timur. Waktu pelaksanaan pekerjaan
35
Peningkatan Jaringan Irigasi D. I Nitoes adalah 150 hari kalender yakni
mulai dari tanggal 25 juli 2016 sampai tanggal 22 Desember 2016.
Sedangkan waktu pelaksanaan Praktek Kuliah Lapangan adalah selama
31 hari, mulai dari tanggal 01 September 2016 sampai 01 Oktober 2016.
3. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam Pelaksanaan PKL untuk penyusunan
laporan adalah:
1) Melakukan pembekalan sebelum melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan sebagai persiapan awal.
2) Mencari lokasi kegiatan proyek atau tempat pelaksanaan Praktek
Kerja Lapangan
3) Setelah menemukan lokasi proyek langka berikutnya adalah
mahasiswa mengajukan judul dan lokasi proyek ke bagian akademik,
sesuai dengan prosedur yang ada pada Politeknik Negeri Kupang.
4) Memberikan surat pengantar ke perusahaan atau pemilik proyek
Mahasiswa memberikan surat pengantar dari bagian akademik atau
kampus kepada perusahaan atau pemilik proyek.
5) Melaksanakan praktek kerja lapangan Setelah mendapat persetujuan
PKL (Praktek Kerja Lapangan) dari pihak-pihak yang bertanggung
jawab.
6) Mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penulisan laporan
selama melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan
7) Mencari materi atau buku refrensi mengenai proyek yang ditinjau
Mencari buku refrensi, atau informasi yang diperlukan untuk
kebutuhan penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan
8) Menulis Laporan Praktek Kerja Lapangan sesuai dengan sistematika
penulisan laporan yang berlaku pada Politeknik Negeri Kupang.
9) Melakukan Konsultasi dengan dosen pembimbing selama melakukan
penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan.
10) Pengumpulan laporan Praktek Kerja Lapangan Setelah selesai menulis
laporan Praktek Kerja Lapangan laporan dapat dikumpul ke jurusan
Teknik Teknik Sipil.
36
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang di pakai dalam penulisan Laporan
Parktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut :
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data yaitu dapt dibagi menjadi:
1) Observasi
Pengumpulan data secara observasi langsung atau pengamatan langsung
dalam hal ini penulis secara langsung mengamati kegiatan Peningkatan
Jaringan Irigasi D.I Nitoes (Normalisasi Sungai) yang diamati sebagai
sumber data primer.
2) Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara penulis dengan
pelaksana di lapangan.
3) Studi Kepustakaan
Maksud dari Metode ini adalah untuk mendapatkan data tentang kondisi
fisik daerah Praktek Kerja Lapangan secara umum, peta lokasi dan
lainnya. Cara ini untuk memperoleh data sekunder.
4) Identifikasi Masalah
Untuk dapat mengatasi permasalahan secara tepat maka pokok
permasalahan harus diketahui terlebih dahulu. Solusi masalah yang
akan dibuat harus mengacu pada permasalahan yang terjadi, yaitu
permasalahan ketersediaan air irigasi yang dialami oleh masyarakat
desa Nitoes untuk kebutuhan air areal persawahan
37
5. Data umum proyek
38
1. Papan Proyek
39
Dokumentasi Base Camp proyek Peningkatan jaringan irigasi D.I Nitoes,
Kab TTU.
(Sumber : Hasil dokumentasi penulis,2016)
40
1) Menurut H. Koontz, (1982) mengatakan bahwa menejemen adalah proses
merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan kegiatan
anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi
(perusahaan) yang telah di tentukan.
2) Menurut George Terry (1987) mengemukakan bahwa proses yang
membeda-bedakan atas rencana pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian dengan memanfaatkan ilmu dan seni agar tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai.
3) Menurut Aroef (1987) mengemukakan bahwa manajemen adalah
sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama dan bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada dasarnya dalam manajemen terkandung pengertian pemanfaatan
sumber daya untuk mencapai tujuan yang merupakan unsur-unsur
manajemen yakni : manusia (man), bahan (materials), mesin (machines),
metode (methods), uang (money). Sedangkan yang di maksud dengan
proyek adalah rangkaian kagiatan yang mempunyai dimensi waktu, fisik
dan biaya guna mewujudkan gagasan serta mendapatkan tujuan tertentu.
Adapun pengertian proyek dari beberapa sumber:
a. Proyek adalah Rencana pekerjaan dengan sasaran khusus seperti
(Pengairan, Pembangkit Tenaga Listrik dan Lainnya.) dan dengan
penyelesaian tugas dengantepat(kamus-besar-bahasaindoseia)
b. Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dalam
satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber
untuk mendapatkan laba yang diharapkan.
c. Pengertian proyek secara umum adalah merupakan sebuah kegiatan
pekerjaan yang dilaksanakan atas dasar permintaan dari seorang
pebisnis atau pemilik pekerjaan yang ingin mencapai suatu tujuan
tertentu dan dilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan sesuai dengan
keinginan dari pada pebisnis atau pemilik proyek dan spesifikasi
yang ada.
Jadi yang dimaksudkan dengan manajemen proyek adalah
merencanakan mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber
41
daya perusahan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah
ditentukan.Imam Soeharto, 1997
Dalam pengertian Manajemen proyek, juga memiliki fungsi Sebagai
suatu proses, manajemen mengenal suatu urutan pelaksanaan yang
logis, yang menggambarkan bahwa ada tindakan-tinakan manajemen
semata-mata diarahkan pada pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan, oleh karena penetapan tujuan/sasaran merupakan tindakan
manajemen yang pertama, kemudian diikuti tindakan perencanaan
(planning), organisasi (organizing) dan koordinasi (coordinating),
pelaksanaan (actuating), dan pengawasan dan pengendalian
(controlling) dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara
efisien dan efektif.
Kelima tindakan ini pada dasarnya merupakan fungsi-fungsi dari
manajemen.
Jika seluruh usaha kegiatan diilustrasikan sebagai bentuk input, proses
dan output, maka ;
1) Sumber daya yang tersedia merupakan input,
2) Fungsi-fungsi manajemen merupakan proses, dan
3) Tujuan merupakan output.
Perlu diingat fungsi-fungsi manajemen di dalam unsur manajemen
merupakan perangkat lunaknya (prosedur operasi), manajer
merupakan perangkat SDM (brainware) serta organisasi berikut
perangkat pendukungnya merupakan perangkat kerasnya.
Secara umum fungsi-fungsi manajemen dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan (planning), berupa tindakan pengambilan
keputusan yang mengandung data dan informasi, maupun fakta
kegiatan yang akan dipilih dan akan dilakukan pada masa mendatang.
Tindakan-tindakan yang dilakukan adalah:
42
1) Menetapkan tujuan dan sasaran proyek.
2) Menganalisis kendala dan resiko yang mungkin terjadi untuk seluruh
proyek ataupun per bagian-bagian dari rencana.
3) Menetapkan penggunaan sumber daya.
4) Menyusun rencana induk jangka panjang dan pendek.
5) Menyumbangkan strategi dan prosedur operasi.
6) Menyiapkan pendanaan serta standar kualitas yang diharapkan.
7) Menentukan metode dan aspek-aspek teknik yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Manfaat dari fungsi di atas adalah sebagai alat pengawas maupun
pengendali kegiatan, atau pedoman pelaksana kegiatan, serta sarana
untuk memilih dan menetapkan kegiatan yang diperlukan.
43
Berupa tindakan untuk menyelaraskan seluruh anggota organisasi
dalam kegiatan pelaksanaan, serta agar seluruh anggota organisasi
dapat bekerja sama dalam pencapaian tujuan bersama. Tindakan
tersebut antara lain:
1) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan.
2) Mendistribusikan tugas, wewenang dan tanggung jawab.
3) Memberikan pengarahan penugasan dan motivasi.
Manfaat dari fungsi pelaksanaan ini adalah terciptakannya
keseimbangan tugas, hak dan kewajiban masing-masing bagian dalam
organisasi, dan mendorong tercapainya efisiensi serta kebersamaan
dalam bekerjasama untuk tujuan bersama.
44
3.2.1 Pihak- Pihak Terkait Pelaksanaan Proyek
Keberhasilan suatu proyek tergantung pada hubungan kerjasama para
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu proyek.Secara umum para
pihak yang terlibat dalam suatu proyek adalah pemilik proyek, penyedia
jasa konsultasi,penyedia pekerja konstruksi. (PERPRES No 54 tahun
2010).
Pihak- pihak yang terkait dalam pelaksanaan proyek diantaranya:
1. Pemilik Proyek
Pemilik proyek adalah suatu badan hukum atau perorangan yang
mempunyai gagasan atau ide untuk membangun sebuah konstruksi.
Pemilik proyek dapat berupa
1) Perorangan.
2) Badan usaha swasta (PT, CV).
3) Pemerintah.
Khusus untuk proyek Pelaksanaan Pekerjaan Peningkatan Jaringan irigasi
D.I Nitoes,Kecmatan, Noemuti, Kabpaten TTU yang bertindak sebagai
pemilik proyek adalah Dinas Pekerjaan Umum TTU.
Adapun tugas- tugas dari pemilik proyek antara lain:
1) Mengelurkan surat perintah kerja kepada kontraktor mengenai
Menyediakan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proyek .
2) pembangunan. proyek sesuai dengan dokumen kontrak.
3) Memerintahkan penambahan atau pengurangan pekerjaan suatu proyek.
4) Menyetujui atau menolak perubahan suatu pekerjaan.
5) Menerima suatu pekerjaan apabila memenuhi persyaratan
Dalam konteks hak dan kewajiban, pemilik proyek memiliki hak dan
kewajiban sebagai berikut :
45
2. Hak Pemilik Proyek :
1) Mengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang timbul dalam
proyek.
2) Menghentikan pekerjaan dan pengadaan klien terhadap hal yang tidak
sesuai dengan rencana.
3) Melakukan penundaan dan pengadaan klien terhadap hal yang tidak
memenuhi ketentuan dalam kontrak.
4) Memperbaiki kesalahan rencana pekerjaan maupun gambar.
3. Kewajiban :
1. Pengolahan dan pengawasan mencakup :
a. Pengesahan sub kontraktor dan sub pemborong meliputi kemampuan
teknis, keuangan, dan administrasi yang bersangkutan.
b. Menetapkan, menyediakan, dan mengkoordinir tenaga ahli yang
khusus.
c. Meminta keputusan arsitek perencana yang menyangkut perubahan
arsitektural yang perlu dilakukan.
d. Meminta penjelasan mengenai hal-hal yang kurang jelas dalam
rancangan dan perencanaan.
2. Pengawasan administrasi :
a. Menyelenggarakan surat-menyurat yang berkaitan dengan pelaksanaan
proyek.
b. Membuat laporan berkala mengenai kegiatan pembangunan kepada
pemberi tugas.
c. Mencatat dan menghitung pekerjaan ataupun pengurangan pekerjaan.
3. Pengawasan teknik
Menjalankan pelaksanaan kualitas, bahan, peralatan, tenaga, hasil
pekerjaan, waktu, serta cara-cara pelaksanaan sesuai dengan perjanjian
pemborong.
4. Penyedia Jasa Konsultasi.
a. Konsultan Perencana.
Konsultan perencana adalah orang atau Badan usaha yang
membuat perencanaan secara lengkap, baik dalam bidang arsitektur,
46
sipil, mekanikal, elektrikal, maupun tat lingkungan, yang melekat erat
dalam membentuk suatu sistem bangunan. Konsultan perencana dapat
berupa perseorangan yang berbadan hukum atau badan usaha berbadan
hukum yang bergerak dalam bidang perencanaan pembangunan (jasa
konsultasi).
Dalam proyek Pelaksanaan Pekerjaan Peningkatan Jaingan Irigasi
D.I Nitoes Kecamatan Noemuti, Kabupaten TTU, yang bertindak
sebagai konsultan perencana adalah Dinas Pekerjaan Umum TTU yang
berbentuk badan usaha yang berbadan hukum.
47
4) Menerima atau menolak material yang didatangkan oleh kontraktor.
5) Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang
berlaku.
6) Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
5. Penyedia Pekerja Konstruksi (Kontraktor Pelaksana).
Kontraktor pelaksana adalah orang atau badan usaha yang berbadan
hukum yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan
pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana
dan peraturan serta syarat-syarat yang telah ditetapkan. Kontraktor dapat
berupa perusahan atau perorangan yang berbadan hukum yang bergerak
dalam bidang pelaksanaan pekerjaan. Yang bertindak menjadi kontraktor
pelaksana dalam Pelaksanaan Pekerjaan peningkatan Jaringan Irigasi D.I
Nitoes, Kecamatan Noemuti, Kabupaten TTU
adalah CV.GEO TEHNIK, yang berbentuk badan usaha berbadan hukum.
Hak dan kewajiban kontraktor adalah:
1) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan dan
syarat-syarat yang telah ditetapkan.
2) Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkaan oleh konsultan
sebagai wakil dari pemilik proyek.
3) Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan, harian mingguan, dan
bulanan.
4) Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan
sesuai ketetapan yang berlaku.
6. Hubungan Kerja Dalam Organisasi Proyek
48
Skema organisasi proyek
Pemlik Proyek
Keterangan :
= garis kontrak
= garis koordinasi
49
7. Struktur Organisasi Proyek
Struktur organisasi adalah hubungan tugas, wewenang, dan unit–unit
kerja dari orang–orang dalam organisasi tersebut untuk mencapai tujuan
organisasi.
Pada umumnya kontraktor mempunyai stuktur organisasi yang akan
menunjang pekerjaanya. Adapun struktur organisasi dengan tugas dan
tanggung jawabnya masing–masing dalam pelaksanaan pekerjaan
Peningkatan Jaringan Irigasi D.I Nitoes, Kecamatan Noemuti,
Kabupaten TTU, dapat dilihat pada gambar 3.2 dibawah ini
YULIANA SUEK, SH
Pelaksana
BERNADUS AMSTRONG, ST
TUKANG
KEPALA TUKANG
OPERATOR DLL
50
8. Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan Peningkatan jaringan irigasi D.I Nitoes yaitu. :
d. Pekerjaan Konstruksi
Pekerjaan konstruksi meliputi beberapa item pekerjaan antara lain
1) Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian merupakan pekerjaan galian untuk membuat lubang
yang berfungsi untuk menempatkan konstruksi berupa bronjong
vabrikasi, dengan luas total galian 116 m³. pekerjaan galian di lakukan
secara bertahap
a) Persiapan Alat
1) Exavator 6) Tang
2) Dump truck. 7)Meter Roll
3) Linggis. 8) Kayu patok
4) Saringan
5) Sekop
51
b) Prosedur Pelaksanaan
1) Penggalian di lakukan secara mekanik, menggunakan alat
berat.
2) Setelah di lakukan pengukuran dan pematokan exavator
melakukan penggalian sesuai bentuk profil yang telah di
buat.
3) Material hasil galian di gunakan untuk penimbunan kembali
4) Setelah selesai kelompok pekerja melakukan perapihan dan
pembersihan.
c) Diagram Pelaksanaan Galian
STAR
(PROFIL)
GALIAN
CEK
PERAPIHAN
SELESAI
52
Pasangan beronjong vabrikasi adalah proses pemasangan dan
pengisian beronjong vabrikasi
53
b. Lampiran Bahan.
54
Gambar 3.5 Kurva S
Sumber: documen kontrak
55
2.2.4 Data sekunder, bharacart atau NWP dan data teknik lainya
(Terlampir )
3.3 Tinjauan Khusus
Lokasi tinjauan pelaksanaan selama Praktek Kerja Lapangan pada Pekerjaan
Normalisasi Sungai terdapat di Desa Nitoes, Kecamatan Noemuti,
Kabupaten Timor Tengah Utara. Tinjauan pelaksanaan selama Praktek
Kerja Lapangan adalah pekerjaan galian tanah brpasir untuk dan pekerjaan
pasangan bronjong.
3.3.1 Identifikasi Nama Pekerjaan
Sebelum melakukan suatu pekerjaan perlu kita pahami metode
pekerjaan rencana kerja dan syarat serta spesifikasi yang tertuang dalam
dokumen kontrak, yang menjadi acuan bagi pelaksana kerja dalam
menyelesaikan pekerjaan. Dalam pelaksanaan pekerjaan Normalisasi
sungai di nitoes. terdapat tiga item pekerjaan diantaranya : pekerjaan
galian tanah berpasir, pekerjaan pemasangan beronjong, dan pekerjaan
urugan tanah berpasir kembali.
1. Pelaksanaan Pekerjaan Galian.
1) Peralatan yang digunakan :
a. Exavator.
b. Dump truck.
c. Linggis.
d. Sekop
e. Meter roll
2) Langkah-langkah pekerjaan galian
Langkah-langkah pekerjaan galian, antara lain :
a. Pekerjaan galian yang digali sepanjang 44 m, lebar 4,20 m dan
kedalaman 1,60 m. Dilakukan pengukuran dan pematokan, yang
berguna untuk menentukan ukuran galian. Berikut sketsa pengukuran
dan pematokan:
56
Gambar 3.6 Sketsa Pekerjaan Pematokan
Sumber : penulis
b. Setelah itu, dilakukan penggalian. Galian dilakukan secara bertahap
menggunakan alat berat yaitu exavator. Exavator melakukan galian
sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah dibuat yaitu dengan
panjang 44 m, lebar 4,20 m, kedalaman 1,60 m. Berikut sketsa galian :
1,60
4,20
57
2. Pekerjaan Pasangan Beronjong
a) Peralatan Dan Bahan Yang Digunakan
a. Peralatan yang digunakan :
a) Sekop
b) Tang
c) linggis
b. Bahan yang digunakan :
a) Batu kali
b) Bronjong Fabrikasi
c) Kawat Ikat
A. Langkah-Langkah Pekerjaan Pasangan Bronjong Fabrikasi antara lain :
1) Persiapkan alat dan bahan
2) Pekerjaan pasangan Bronjong Fabrikasi sepanjang 44 m. Setelah
galian dan telah sesuai ukuran yang di persyaratkan , lalu di pasang
Bronjong Fabrikasi sesuai gambar kerja.
0,50
0,50
0,50
0,50
0,50
2,00 2,00
58
B. Langkah-Langkah Pekerjaan Urugan Tanah kembali
Langkah-Langkah Pekerjaan Urugan Tanah kembali antara lain :
1. Persiapkan alat dan bahan
2. Pekerjaan Urugan Tanah kembali sepanjang 44 m. Setelah
pemasangan bronjong fabrikasi sesuai gambar kerja.
3.3.2 Perhitungan Volume Pekerjaan
1. Volume Pekerjaan Galian
Perhitungan Volume Pekerjaan Galian untuk pemasanagn bronjong
fabrikasi dengan panjang galian (l) = 44 m.
1,60
4,20
59
2,00 1,00 1,00
0,50
0,50
0,50
0,50
0,50
2,00 2,00
L = 44 m'
Volume = 8 x 44 = 352
= 1 x 25 = 25
= 352 + 25
= 377 m3
3. Volume Pekerjaan Normalsasi
L = 44 m'
½ x 10 x 1.00 x 44 = 220
½ x 14 x 1.00 x44 = 308
0.50 x 1.00 x 44 = 22
220 + 308 + 22 = 550
60
3.3.3 Gambar Skets (terlampir).
3.3.4 Hasil Kerja dalam bentuk foto-foto pelaksanaan dan laporan
kemajuan pekerjaan (terlampir).
3.4 Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan.
Pengendalian dalam bidang konstruksi menurut Nugraha (1985) adalah
membandingkan apa yang direncanakan dan apa yang dilaksanakan. Tujuan
dari pengendalian adalah untuk mendirikan suatu konstruksi bangunan yang
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan oleh konsultan perencana dalam
batasan biaya dan waktu yang telah disepakati mutu dan kualitasnya.
Pengendalian pekerjaan yang dilakukan meliputi :
1. Pengendalian waktu
Sistem ini bertujuan untuk memanfaatkan waktu pelaksanaan suatu
proyek secara efektif dan efisien guna memperlancar pelaksanaan proyek.
Pengendalian waktu sering mengacu pada time schedule atau jadwal
pelaksanaan kegiatan pada time schedule, antara perencanaan dan
pelaksanaan sering tidak selalu sama, kadang mengalami kemajuan
pelaksanaan atau malah mengalami keterlambatan.
Dalam memperlancar pelaksanaan pekerjaan proyek Normalisasi sungai
di Nitoes, Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara maka
dilakukan penjadwalan waktu.pelaksanaan pekerjaan yang di uraikan sebagai
berikut :
1) Jam 08.00 pagi - 12.00 siang.
2) Jam 12.00-13.00 siang (waktu istirahat/makan).
3) Jam 13.00 siang - 17.00 sore.
4) Jam 18.00 sore - 23.00 malam (waktu lembur)
Lembur dilakukan apabila dalam pekerjaan tidak mencapai hasil yang
maksimal dimana upah pekerja yang melakukan lembur dari jam 19.00 - 23.00
malam dihitung menjadi 1 hari kerja.
2. Pengendalian Biaya
Prinsip dasar dari pengendalian adalah mengetahui biaya sementara
pekerjaan tersebut sedang berlangsung dan membandingkan hal ini dengan
standar yang di rencanakan. Manfaat pengendalian biaya anggaran adalah
61
untuk membimbing pengontrolan arah usaha menuju suatu tujuan yang telah
di tetapkan. Adapun beberapa hal yang dilakukan dalam pengendalian biaya
yang dilakukan untuk pengembangan pekerjaan pada proyek Normalisasi
sungai di Nitoes, Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara
adalah: membuat perkiraan (forecast). Ini dilakukan bertujuan untuk
memperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap jenis
pekerjaan, kemudian dilakukan pengontrolan. Pengontolan ini biasanya di
lakukan oleh kontraktor setiap miggunya guna melihat langsung
perkembangan pekerjaan, serta mengontrol alat dan bahan, juga tenaga kerja
yang berada di lapangan. Unuk memastikan kelancaran pekerjaan.
1) Tenaga kerja
Tenaga kerja berhubungan dengan upah atau gaji. Pada Proyek Normalisasi
sungai di Nitoes, Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara
terdapat 3 macam pembayaran upah atau gaji yaitu:
a) Upah operator alat berat dan sopir truk dibayarkan setiap akhir bulan.
b) Upah mandor dibayarkan setiap hari Sabtu melalui bagian administrasi
proyek.
c) Upah tenaga kerja dibayarkan setiap minggunya melalui mandor, tepatnya
hari Sabtu setelah mandor mendapat dari bagian administrasi.
2) Material
Pada proyek Pekerjaan Normalisasi sungai di Nitoes, Kecamatan Noemuti,
Kabupaten Timor Tengah Utara. Material yang didatangkan seperti bronjong
fabrikasi dan batu kali dimanfaatkan secara baik sesuai kebutuhan, dan semua
material yang sudah masuk dan keluar dalam lokasi proyek dicatat sehingga
penggunaannya dapat dikontrol dengan baik.
3. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu adalah suatu bentuk sistem pengendalian untuk
mengontrol mutu dari bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan suatu
proyek. Unsur utama sebagai pengendalian mutu adalah pengawas lapangan,
yang mana bertanggung jawab agar kegiatan harian kontraktor memberi hasil
akhir sesuai dengan spesifikasi kontrak. Untuk peningkatan mutu yang
semakin tinggi diperlukan upaya yang lebih berat dan perlu ditopang dengan
62
anggaran keuangan yang lebih banyak, sehingga harus diupayakan prinsip
optimalisasi untuk menetapkan standar mutu terbaik yang dapat dicapai dalam
setiap pelaksanaan pekerjaan untuk mencegah pembengkakan biaya pada
akhir proyek. Beberapa metode yang dipakai dalam pengendalian mutu suatu
proyek konstruksi, yaitu:
a) Pengecekan dan Pengkajian
Hal ini dilakukan terhadap gambar konstruksi dan perhitungan, yaitu
pembuatan maket dan perhitungan yang berkaitan dengan masalah teknik.
Tindakan tersebut dilakukan untuk mengetahui bahwa criteria, spesifikasi, dan
standar yang ditentukan telah terpenuhi.
b) Pemeriksaan uji dan kemampuan peralatan.
Pekerjaan ini merupakan pemeriksaan fisik termasuk menyaksikan dan
melakukan uji coba peralatan.
Kegiatan ini digolongkan menjadi beberapa hal, yaitu:
1) Pemeriksaan sewaktu menerima material.
2) Pemeriksaan selama proses pabrikasi berlangsung.
3) Pemeriksaan selama pembangunan berlangsung.
4) Pemeriksaan akhir, yaitu pemeriksaan dalam rangka penyelesaian fisik
atau material.
c) Pengujian dan Pengambilan Contoh
Cara ini dilakukan untuk menguji apakah material telah memenuhi spesifikasi
atau kriteria yang telah ditentukan.
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan pada proyek Pekerjaan
proyek Peningkatan jaringan irigasi D.I Nitoes selama satu bulan dengan
tinjauan khusus terhadap pekerjaan Normalisasi Sungai. Ada beberapa hal
yang dapat disimpulkan sesuai dengan konsep pembanding antara teori pada
bangku perkuliahan dan praktek dilapangan sebagai suatu acuan dan
pembelajaran bagi penulis maupun pihak merasa perlu untuk mengetahui
tentang Normalisasi Sungai. yaitu :
1. Normalisasi Sungai merupakan salah satu upaya untuk mencegah masalah
banjir.
2. Keberhasilan suatu proyek harus didukung oleh sistim manajemen yang
baik sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat mencapai tujuan proyek yaitu
tepat waktu,tepat biaya dan tepat mutu.
3. Mutu pemasangan Bronjong Fabrikasi sangat tergantung dari mutu bahan
atau material yang digunakan, jika mutu bahan yang digunakan tidak
memenuhi syarat, maka pekerjaan tersebut tidak mencapai umur yang
direncanakan.
4. Dalam merencanakan Normalisasi Sungai perlu memperhatikan kondisi
daerah sekitar agar dalam perencanaan Normalisasi Sungai dapat di desain
sedemikian rupa sehingga Normalisasi Sungai dapat berfungsi dengan
baik.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan diatas, penulis memberikan saran-
saran sebagaiberikut:
1. Material yang di turunkan ke lokasi pekerjaan harus tepat waktu,agar
proses pekerjaan selesai tepat waktu yang sudah di rencanakan..
2. Agar pekerjaan selesai sesuai dengan kalender hari kerja yang sudah di
rencanakan maka para pekerja atau tukang harus di awasi setiap hari.
64
3. Agar memudahkan pekerja dalam pemasangan bronjong fabrikasi
sebaiknya, air yang terendam di dalam galian terlebih dahulu di
keringkan.
4. Agar batu kali tidak licin dalam proses pekerjaan, sebaiknya batu kali
disiram terlebih dahulu menggunakan air agar bebas dari lumpur.
65
DAFTAR PUSTAKA
http://ruangkotahanun.blogspot.com/2011/04/fungsi-fungsi-sungai.html
http://ruangkotahanun.blogspot.com/2011/03/definisi-permasalahan-dan-
karakteristik.html
Perencanaan Teknis Persungaian, DIRJEN SDA, Direktorat Sungai Danau dan
Waduk Dep. PU.(2010)
66