Anda di halaman 1dari 2

STANDAR OPERATING PROSEDUR

BLADDER TRAINING

Jurusan Bladder Training


Keperawatan No. Dokumen No. Revisi 004 Halaman 2
Ditetapkan
Prosedur Tetap JPitoyo,SKpMKep Ketua Jurusan Keperawatan Malang
Tanggal terbit 16
Julii 2014
(Imam Subekti , SKp.MKep. Sp..Kom)
Pengertian  Suatu Program pendidikan yang ditujukan pada klien yang
mengalami gangguan pola berkemih dengan mengajarkan klien
mengontrol pola berkemihnya ( Ignativisius, 1995)

Indikasi 1. Kelemahan otot berkemih, Gangguan pola berkemih, stress


inkontinensia
2. Klien terpasang kateter , menjelang kateter dilepas (2-3 hr sblm
dilepas) dan setelah kateter dilepas(Brunner, 2002)

Kontraindikasi 1. Cystitis
2. Pielonefritis
3. Hydronefrosis
4. Kelainan Traktus Urinarius
5. Urolitiasis
6. Tak kooperatif (gekisah, kesadaran menurun) (Brunner, 2002)
7. Post op system perkemihan , dan Abdoment
Tujuan 1. Menetapkan & mempertahankan jadwal berkemih secara teratur
2. Meningkatkan kekuatan otot bladder
3. Meningkatkan kontrol berkemih ( Ignativisius, 1995)
Petugas  Mahasiswa semester III, IV, V, VI
 Perawat
Pengkajian 1. Keluhan klien terkait dengan kateter : panas, nyeri daerah orifisium
uretra
2. Jumlah urine
3. Warna urine
4. Ada tidaknya endapan
Persiapan Klien 1. Memberitahu klien ttg tujuan dan prosedur bladder training
2. Menganjurkan keluarga untuk mendampingi selama bladder
trainining dilaksanakan
3. Memasang sketsel atau menutup tirai jendela/ pintu ruangan klien.
Persiapan alat 1. Urobag 7. Korentang dan tempatnya
2. Klem koker 8. Bengkok
3. Handskun
4. Air minum  1500 CC
5. Perlak
6. Lembar observasi
Prosedur 1. Menganjurkan klien untuk minum semampu klien sebanyak-
banyaknya 30 menit sebelum bladder training dilaksanakan . Waktu
yang tepat adalah jam 06.00 sd 18.00
2. Tehnik Fiksasi kateter
a. Gunakan sarung tangan
b. Klem kateter 1 – 2 jam untuk beri kesempatan bladder terisi
c. Mengatur posisi klien dgn supine (terlentang)/sim (miring)
dan kepala sedikit elevasi untuk mencegah tekanan bladder
d. Pasang perlak
e. Membuka klem dan menganjurkan klien untuk mengedan
seiring mengalirnya urine melalui kateter.
f. Tutup klem setelah urine berhenti mengalir/ vesica urinaria
kosong)
g. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
h. Catat urine yang keluar
i. Menambah waktu untuk klem kateter 3 – 4 jam atau
bladder terasa penuh

3. Latihan Kegel ( Kazier, 1997)


a. Dimulai dengan mengosongkan bladder dengan mengedan
kuat seperti kencing normal ( klem dibuka saat mulai
mengedan dan tutup setelah urine berhenti mengalir )
b. Mengontraksikan otot pelvis ( seperti menahan kencing yg
kuat) dan tahan dalam 10 kali hitungan ( detik)
c. Merelaksasikan otot selama 10 kali hitungan (detik)
d. Lakukan 3x /hari dgn frekuensi 10x latihan pada setiap
waktu
e. Coba untuk memulai dan menghentikan aliran urine dengan
mengedan kuat dan menahan kencing ( klem dibuka saat
mulai mengedan dan tutup setelah urine berhenti mengalir )

4. Latihan Kegel dengan metode slow & Quick


Slow : mengencangkan otot pelvis, menahannya sampai
hitungan ketiga dan kemudian rileks
a. Quick : mengencangkan otot pelvis, kemudian rileks
secepat mungkin.

Keterangan :
Untuk latihan kegel biasanya saat latihan hanya digunakan salah satu metode saja, tergantung
dari pasien atau perawat yang melatih.

Anda mungkin juga menyukai