Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS INDONESIA

UTILITAS PADA INDUSTRI GULA

Tugas Mata Kuliah Utilitas dan Pemeliharaan Pabrik

KELOMPOK 5

FAUZUL FADLI (1606823153)


IRVI NURUL JANNAH (1606831395)
M. AZKIA RIFQI A. (1606891223)
WULAN SILVIA R. (1606907884)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
MARET 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


INDUSTRI GULA .................................................................................................. 3
1. Deskripsi Industri Gula ............................................................................ 3
2. Proses pada Industri Gula ......................................................................... 3
2. 1 Pemurnian Nira ................................................................................. 4
2. 2 Penguapan ......................................................................................... 5
2. 3 Pengkristalan ..................................................................................... 6
2. 4 Pengeringan ....................................................................................... 6
3. Utilitas pada Industri Gula ....................................................................... 6
3.1 Unit Penyediaan Air .......................................................................... 7
3.2 Unit Penyediaan Tenaga Lisrik ......................................................... 7
3.3 Unit Bahan Bakar .............................................................................. 7
3.4 Unit Penyediaan Uap ........................................................................ 8
3.5 Unit Pendinginan Air ........................................................................ 8
4. Penyediaan Fasilitas Utilitas Industri Gula .............................................. 8
4.1. Unit Penyediaan Air .......................................................................... 8
4.2. Unit Penyediaan Tenaga Lisrik ......................................................... 9
4.3. Unit Penyediaan Air Pemanas......................................................... 11
4.4. Unit Pendinginan Air ...................................................................... 11
4.5. Unit Penyediaan Udara ................................................................... 13
5. Pengolahan Limbah ................................................................................ 14
5.1. Penanganan Limbah Cair ................................................................ 14
5.2. Penanganan Limbah Padat .............................................................. 15
5.3. Penanganan Limbah Gas ................................................................. 15
KESIMPULAN ..................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

ii Universitas Indonesia
INDUSTRI GULA

1. Deskripsi Industri Gula


Pabrik gula merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia karena
pabrik gula bermanfaat untuk memenuhi pangan pokok, kebutuhan industri lainnya,
dan penyedia lapangan pekerjaan. Sumber utama dari gula adalah dari berbagai
macam tanaman, antara lain: tebu, beet, kelapa aren (enau). Untuk daerah tropis,
tebu merupakan tanaman utama sebagai penghasil gula, disamping kelapa dan enau.
Tebu mengandung hidrokarbon yang terjadi dalam tanaman karena proses
fotosintesa. Karbohidrat-karbohidrat ini terdiri dari monosakarida (glukosa,
fruktosa), disakarida (sakharosa), dan polisakharida (selulosa).
Sejak berabad-abad, gula pasir sebagai suatu produk dagang komersial telah
dikenal dan dibuat di Indonesia. Gula menjadi produk dagang yang penting karena
dibutuhkan manusia sebagai bahan pemanis minuman, makanan, dan sumber
kalori. Sehubungan dengan hal tersebut, dikenal pembuatan gula dari cara
sederhana hingga modern. Pada awalnya pembuatan gula dilakukan dengan cara
sederhana menggunakan ”kilang”, alat pemeras tebu dibuat dari bahan batu
berbentuk silinder. Bersamaan dengan kemajuan teknologi, maka pembuatan gula
mengalami perubahan dari cara tradisional kemudian beralih ke cara menggunakan
mesin dan mendirikan pabrik-pabrik gula.

2. Proses pada Industri Gula


Pembuatan gula dari tebu adalah proses pemisahan sakharosa yang terdapat
dalam batang tebu dari zat-zat lain seperti air, zat organik, sabut. Pemisahan
dilakukan secara bertingkat dengan jalan tebu digiling dalam beberapa mesin
penggiling, sehingga diperoleh cairan yang disebut nira.
Nira yang diperoleh dari mesin penggiling dibersihkan dari zat-zat bukan gula
dengan pemanasan dan penambahan zat kimia. Sedangkan, ampas digunakan bahan
ketel uap.

3 Universitas Indonesia
2. 1 Pemurnian Nira
Pemurnian nira dalam pembuatan gula dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
a. Proses Defekasi

Pemurnian cara Defekasi adalah cara pemurnian yang paling sederhana,


bahan pembantu hanya berupa kapur tohor. Kapur tohor hanya digunakan
untuk menetralkan asam-asam yang terdapat dalam nira. Nira yang telah
diperoleh dari mesin penggiling diberi kapur sampai diperoleh harga pH sedikit
alkalis (pH 7,2). Nira yang telah diberi kapur kemudian dipanaskan sampai
mendidih. Endapan yang terjadi dipisahkan
b. Proses Sulfitasi

Pada pemurnian cara sulfitasi pemberian kapur berlebihan. Kelebihan kapur


ini dinetralkan kembali dengan gas sulfite. Penambahan gas SO2 menyebabkan
penggabungan antara SO2 dengan CaO membentuk CaSO3 yang mengendap.
SO2 memperlambat reaksi antara asam amino dan gula reduksi yang dapat
mengakibatkan terbentuknya zat warna gelap. SO2 dalam larutan asam dapat
mereduksi ion ferrri sehingga menurunkan efek oksidasi. Pelaksanaan proses
sulfitasi adalah sebagai berikut:
 Sulfitasi dingin
Nira mentah disulfitasi sampai pH 3,8 kemudian diberi kapur sampai
pH 7. Setelah itu dipanaskan sampai mendidih dan kotorannya
diendapkan.
 Sulfitasi panas
Pada proses sulfitasi terbentuk garam CaSO3 yang lebih mudah larut
dalam keadaan dingin, sehingga waktu dipanaskan akan terjadi
endapan pada pipa pemanas. Untuk mencegah hal ini pelaksanaan
proses sulfitasi dimodifikasi dengan memanaskan nira mentah sampai
70-80℃, kemudian disulfitasi, diberi kapur, dipanaskan sampai
mendidih dan akhirnya diendapkan. Pada suhu kira-kira 750 kelarutan
CaSO3 paling kecil.

4 Universitas Indonesia
 Pengapuran sebagian dan sulfitasi
Bila dicara sulfitasi panas tidak dapat memberikan hasil yang baik
maka dipakai cara modifikasi berikut : pengapuran pertama sampai
pH 8,0 pemanasan sampai 50-700℃, sulfitasi sampai pH 5,1 – 5,3
pengapuran kedua sampai pH 7 – 7,2 dilanjutkan dengan pemanasan
dengan pemanasan sampai mendidih dan pengendapan. Pelaksanaan
sulfitasi dipandang dari sudut kimia dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Sulfitasi Asam
Nira mentah disulfitasi dengan SO2 sehingga dicapai pH nira 3,2.
Sesudah sulfitasi nira diberi larutan kapur sehingga pH 7,0 – 7,3.
2. Sulfitasi Alkalis
Pemberian larutan kapur sehingga pH nira 10,5 dan sesudah itu
diberi SO2 pH nira menjadi 7,0 – 7,3.
3. Sulfitasi netral
Pemberian larutan kapur sehingga pH nira 8,5 dan ditambah gas
SO2 pH nira menjadi 7,0 – 7,3.
4. Proses Karbonatasi
c. Proses Karbonat
Cara ini merupakan cara yang paling baik dibanding dengan kedua cara
diatas. Sebagai bahan pembantu untuk pemurnian nira adalah susu kapur dan
gas CO2. Pemberian susu kapur berlebihan kemudian ditambah gas CO2 yang
berguna utnuk menetralkan kelebihan susu sehingga kotoran-kotoran yang
terdapat dalam nira akan diikat.
Reaksi: Ca (OH)2  CaCO3 + H2O.
Karena terbentuknya endapan CaCO3 banya maka endapan dapat dengan
mudah dipisahkan.

2. 2 Penguapan
Nira yang telah mengalami proses pemurnian masih mengandung air, air ini
harus dipisahkan dengan menggunakan alat penguap. Penguapan adalah suatu
proses menghilangkan zat pelarut dari dalam larutan dengan menggunakan panas.
Zat pelarut dalam proses penguapan nira adalah air. Bila nira dipanaskan terjadi
penguapan molekul air. Akibat penguapan, nira akan menjadi kental. Sumber panas
5 Universitas Indonesia
yang digunakan adalah uap panas. Pada pemakaian uap panas terjadilah peristiwa
pengembunan. Sistem penguapan yang dipakai perusahaan gula adalah penguapan
efek banyak.
2. 3 Pengkristalan
Proses pengkristalan adalah salah satu langkah dalam rangkaian proses di
pabrik gula dimana akan dikerjakan pengkristalan gula dari larutan yang
mengandung gula. Tujuan pengkristalan yaitu mendapatkan bahan murni yang
berupa gula kristal berwarna putih, berbentuk padat, sehingga gula dapat terpisah
dari larutan induknya dalam bentuk kristal. Dalam larutan encer jarak antara
molekul satu dengan yang lain masih cukup besar. Pada proses penguapan jarak
antara masing-masing molekul dalam larutan tersebut saling mendekat. Apabila
jaraknya sudah cukup dekat masing-masing molekul dapat saling tarik menarik.
Apabila pada saat itu disekitarnya terdapat sakharosa yang melarut dan molekul
sakharosa yang menempel, keadaan ini disebut sebagai larutan jenuh. Pada tahap
selanjutnya, bila kepekatan naik maka molekul-molekul dalam larutan akan dan
saling bergabung dan membentuk rantai-rantai molekul sakharosa. Sedangkan pada
pemekatan lebih tinggi maka rantai-rantai sakharosa tersebut akan dapat saling
bergabung pula dan membentuk suatu kerangka atau pola kristal sakharosa.
2. 4 Pengeringan
Gula yang keluar dari alat pemutar ditampung dalam alat getar (talang goyang).
Talang goyang ini selain berfungsi sebagai alat pengengkut, juga sebagai alat
pengering gula. Pengeringan ini menggunakan udara yang dihembuskan dari
bawah, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kadar air dalam gula. Setelah
pengeringan gula dimasukkan dalam karung dan disimpan di gudang.

3. Utilitas pada Industri Gula


Unit utilitas merupakan sarana pendukung yang diperlukan industri untuk
melakukan suatu proses. Unit utilitas dalam proses industri berfungsi sebagai unit
yang menyediakan, mengolah, dan mengoptimasi jenis-jenis utilitas yang
dibutuhkan untuk memproses suatu bahan menjadi produk. Pada umunya, setiap
pabrik mempunyai bagian utilitas yang menangani berbagai macam peralatan. Unit
utilitas pada industri gula meliputi:

6 Universitas Indonesia
3.1 Unit Penyediaan Air
Air merupakan salah satu utilitas yang terpenting. Air berfungsi sebagai air
proses, air pendingin, air umpan boiler, dan air sanitasi untuk kegiatan perkantoran.
Pada proses pembuatan gula, air digunakan sebagai air pengisi ketel, medium pada
unit gilingan, pemurnian, penguapan, masakan, dan sebagai pendinginan unit yang
beroperasi.
3.2 Unit Penyediaan Tenaga Lisrik
Listrik merupakan tenaga penggerak untuk peralatan proses maupun
penerangan. Listrik diperoleh dari PLN, Turbin Uap Generator, atau Generator Set.
3.3 Unit Bahan Bakar
Unit bahan bakar merupakan unit yang diadakan untuk penanganan bahan
bakar. Bahan bakar yang digunakan pada industri gula adalah:
a. Ampas Tebu
Ampas tebu diperoleh dari unit penggilingan. Beberapa produsen gula
telah mengoptimalkan ampas tebu (bagasse) sebagai sumber bahan bakar.
PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) atau PTPN X merupakan salah
satu industri gula yang menggunakan ampas sebagai pengganti BBM
untuk proses produksi gula.
b. Moulding (Kayu Grajen)
Kayu Grajen digunakan sebagai bahan bakar pada boiler yoshimine.
Keuntungan dari kayu grajen ialah dapat menghasilkan kalori tinggi,
sedangkan, kerugiannya, grajen mempunyai kadar air tinggi, harus
membeli dan pengangkutan sulit.
c. Coal (Batu Bara)
Batu bara digunakan sebagai bahan bakar pada coal boiler.
d. BBM (solar)
Bahan bakar fosil merupakan bahan bakar utama untuk produksi gula.
Selain sebagai bahan bakar proses, BBM juga digunakan untuk kendaraan
pengangkutan yang mendukung proses dalam pabrik, seperti truk
pengangkut blotong, forkliff, dan kendaraan berat.

7 Universitas Indonesia
3.4 Unit Penyediaan Uap
Pada industri gula terdapat 3 pembangkit tenaga uap, yaitu boiler KTR (Ketel
Tekanan Rendah), coal boiler, dan boiler yoshimine. Uap yang dihasilkan ketel
digunakan untuk menggerakkan steam generator, mesin uap gilingan, dan turbin
uap uni-generator.
3.5 Unit Pendinginan Air
Pendinginan air di industri gula menggunakan cooling tower dan spray water.
Proses pendinginan air digunakan untuk mendinginkan air panas dari proses dan air
yang telah dingin dapat digunakan kembali untuk pendinginan dalam proses seperti
air untuk condenser pada evaporator dan kristalisator.

4. Penyediaan Fasilitas Utilitas Industri Gula


Terdapat beberapa aspek utilitas yang disediakan oleh bagian utilitas pada
proses produksi gula yang mana semua komponen tersebut dibutuhkan dalam
keberjalanan proses produksi gula. Berikut merupakan penjelasan dari unit
penyediaan fasilitas utilitas pada industri gula.
4.1. Unit Penyediaan Air
Industri gula umumnya menggunakan air sungai dan air sumur bor sebagai air
proses untuk menunjang proses produksi gula. Air sumur bor digunakan untuk
proses pemasakan, air pendingin pada kolom destilasi, pendingin produk alkohol,
MCK, dan laboratorium. Pada air sumur bor, perlakuan yang dilakukan adalah
dengan pengendapan, sedangakan air sungai tidak mengalami pengendapan dan
digunakan untuk kebutuhan air pendingin pada proses pembibitan dan fermentasi.
Sebelum digunakan, air dilakukan penyaringan kasar yang bertujuan untuk
menyaring sampah plastik dan dilewatkan ke saringan halus untuk meminimalkan
kotoran. Setelah melewati proses saringan kasar dan saringan halus, kemudian air
dilunakkan secara kimiawi. Pelunakan air secara kimiawi air dilakukan dengan
mengalirkan air menuju tangki softener dan menambahkannya dengan resin. Dalam
tangki softener, resin berfungsi mengikat ion-ion logam dalam air sumur, sehingga
air yang dihasilkan dan digunakan untuk proses bebas dari logam-logam yang
menyebabkan kesadahan. Kesahadan dapat menimbulkan dampak negatif bagi
peralatan, yaitu menimbulkan kerak pada peralatan proses. Resin yang digunakan

8 Universitas Indonesia
dapat mengalami kejenuhan, sehingga penangkapan ion-ion logam tidak berjalan
secara optimal, maka diperlukan pengaktifan resin dengan penambahan garam.
Berikut merupakan air yang digunakan pada industri gula:
a. Pengisi Ketel

Air pengisi ketel terdiri dari air sumur yang sebelumnya terlebih dahulu
mengalami proses pelunakan secara kimiawi. Berikut merupakan
persyaratan air untuk pengisi ketel. Tabel Persyaratan Air Pengisi Ketel:
Tabel 1. Persyaratan Air Pengisi Ketel
FCB I dan
No Air pengisi ketel Takuma
FCB II
1. PH (pada T = 25 0C) 7,0 – 9,0 8.5
2. Kesadahan CaCO3 Mendekati 0 8
3. Minyak, ppm Mendekati 0 -
4. Oksigen terlarut < 0,1 0,1
5. Hydrazine > 0,4 -
b. Proses
Unit-unit proses yang membutuhkan air adalah bagian gilingan, pemurnian,
penguapan, masakan, dan sebagai pendingin unit yang beroperasi. Air pada
stasiun gilingan digunakan sebagai air imbibisi sementara pada stasiun
penguapan dan masakan digunakan untuk air injeksi pada kondensor.
4.2. Unit Penyediaan Tenaga Lisrik
Penyediaan tenaga listrik pada pabrik gula didapatkan oleh:
a. Turbin Uap Generator
Generator turbin digerakkan oleh tenaga uap yang diperoleh dari stasiun
coal boiler dan yoshimine. Coal boiler menghasilkan uap 20 ton, sedangkan
yoshimine menghasilkan 40 ton uap. Generator turbin digunakan untuk
pemenuhan proses pabrik. Generator turbin yang dioperasikan ada 2 buah,
yaitu 2 buah aktif dan cadangan. Generator yang aktif berkapasitas 3 MW dan
2 MW. Generator kapasitas 3 MW mempunyai tekanan 24 bar, sedangkan
generator yang berkapasitas 2 MW mempunyai tekanan 20 bar. Listrik dari
turbin digunakan sebagai penggerak control tebu, boiler, affinasi, melting,

9 Universitas Indonesia
sugar drying, sugar recovery, cane cutter, conveyor, pompa, elevator dan
sentrifugasi.
b. PLN
Listrik untuk kebutuhan penerangan pabrik dan kantor disuplai dari PLN.
c. Generator Set
Listrik juga diperoleh melalui Generator Set sebagai cadangan apabila
PLN mengalami gangguan.
d. Cogeneration
Beberapa perusahaan yang bergerak di industri gula di Indonesia telah
mengembangkan sistem pembangkitan ganda atau cogeneration, yakni dengan
memanfaatkan ampas tebu untuk dijadikan pembangkit listrik. Pabrik Gula
dapat memperoleh kelebihan ampas hingga 29%, sehingga akan lebih baik bila
ampas tersebut dapat dimanfaatkan. Ampas tebu merupakan keluaran dari
stasiun gilingan. Ampas dari gilingan akhir melalui elevator dan distributor
conveyor dibawa menju stasiun ketel, dengan sebagian ampas diumpankan ke
dalam dapur dan sisanya menuju gudang. Dalam sistem cogeneration,
digunakannya ketel dengan turbin uap double extraction condensing turbine
yang mempunyai konsumsi uap rendah dapat menghasilkan tenaga listrik yang
dapat dijual ke industri lain.
Teknologi utama untuk kogenerasi pabrik gula adalah desain siklus steam-
Rankine konvensional untuk konversi bahan bakar menjadi listrik. Ampas tebu
biasanya diumpankan ke tungku yang dirancang khusus untuk menghasilkan
uap dalam boiler pada tekanan dan suhu yang lebih dari 40 bar dan 440°C.
Steam tekanan tinggi kemudian diperluas baik dalam tekanan balik atau tekanan
balik ekstraksi tunggal atau kondensasi ekstraksi tunggal atau ekstraksi ganda
dengan generator turbo jenis kondensasi yang beroperasi pada kondisi steam
inlet yang serupa. Karena tekanan dan suhu tinggi serta mode ekstraksi dan
kondensasi turbin, maka daya kuantum yang lebih tinggi dihasilkan dalam
perangkat turbin-generator, melebihi dan di atas daya yang dibutuhkan untuk
proses gula, produk sampingan lainnya, dan produk tambahan pabrik
kogenerasi. Kelebihan daya yang dihasilkan dalam genset turbin kemudian
ditingkatkan ke tegangan ekstra tinggi 66/110/220 kV, tergantung pada

10 Universitas Indonesia
konfigurasi gardu terdekat dan dimasukkan ke dalam jaringan utilitas terdekat.
Umumnya industri gula beroperasi secara musiman, sehingga boiler biasanya
dirancang untuk operasi multi-bahan bakar dan dapat memanfaatkan bagasse,
bahan bakar batubara, dan bahan bakar fosil, untuk memastikan operasi
pembangkit listrik.
4.3. Unit Penyediaan Air Pemanas
Pada proses produksi gula, air suhu tinggi digunakan pada pemanasan ataupun
pengeringan saat produksi gula yang mana membutuhkan energi yang banyak. Pada
pembuatannya, air yang digunakan untuk pemanasan dapat berupa air dengan suhu
tinggi ataupun uap air. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat digunakan boiler
untuk menghasilkan uap air. Pada prinsipnya, air yang akan dipanaskan dimasukan
kedalam boiler kemudian terdapat bahan bakar yang menghasilkan panas pada
boiler, sehingga air yang dimasukan sebelumnya menerima energi dari pembakaran
bahan bakar tersebut. Namun air tidak menerima panas secara langsung, melainkan
melewati pipa-pipa yang dipanaskan oleh adanya panas dari bahan bakar.
Sepanjang air mengalir pada boiler air akan terus menerima panas, karena pipa pada
boiler sangat panjang sehingga air cukup menerima energi untuk menjadi uap air
dan siap untuk diberikan kepada proses yang membutuhkan uap air. Pada proses di
boiler, terdapat hal yang harus diperhatikan yaitu kandungan pada air yang
dipanaskan. Apabila air yang dipanaskan pada boiler mengandung kandungan yang
menyebabkan kerusakan pada boiler, maka dibutuhkan treatment terlebih dahulu
pada air sebelum dimasukan ke boiler. Kandungan pada air yang dapat
menimbulkan bahaya pada boiler yaitu mineral berlebih karena dapat menimbulkan
ekrak, zat organic yang dapat menimbulkan foaming dan zat-zat yang dapat
menimbulkan korosi.
4.4. Unit Pendinginan Air
Terdapat beberapa proses pada pabrik gula yang mana membutuhkan
pendinginan. Pada proses pendinginan tersebut, dapat digunakan air pendingin
yang mana dihasilkan dari fasilitas utilitas pada pabrik tersebut. Pada proses
produksi gula, proses yang membutuhkan air pendingin yaitu:
 Kondenser pada evaporator, biasanya membutuhkan sekitar 5-8% dari total
tebu yang diolah

11 Universitas Indonesia
 Kondenser pada pengeringan gula, pada pengeringan ini membutuhkan
banyak sekali air pendingin karena pada prosesnya dibutuhkan banyak
energi untuk mengeringkan. Biasanya membutuhkan 20-25% dati total tebu
yang diolah
 Vacuum filter condenser, membutuhkan 0.8-1.2% dari total tebu yang
diolah
 Kebutuhan lainnya, air pendingin juga dibutuhkan untuk proses lainnya
seperti pada ejector vacuum crystallizers, pendingin gas yang tidak
terkondensasi dan lainnya. Dapat membutuhkan hingga 100-150% dari total
tebu yang diolah.

Untuk memenuhi kebutuhan air pendingin tersebut, maka dibutuhkan sistem


untuk mendapatkan air pendingin secara kontinu. Pada pabrik gula, terdapat dua
mekanisme yang dapat dilakukan sebagai sistem pendingin yaitu cooling tower dan
spray pond.
4.1.1. Cooling Tower
Cara kerja dari cooling tower yaitu mula-mula dengan memompa air
panas dari condenser menuju Menara cooling tower. Setelah sampai pada
Menara cooling tower, air akan melewati ujung yang memiliki banyak nozzle
sehingga air keluar seperti disemburkan. Air panas yang disemburkan akan
melakukan kontak dengan udara sekitar yang beregrak secara paksa karena
adanya blower pada cooling tower. Kemudian air yang sudah berkurang
temperaturnya ditampung pada bak yang kemudian dipompa kembali menuju
proses yang membutuhkan air pendingin. Pada prosesnya, terdapat
kemungkinan kehilangan air pada proses penguapan dan saat turun di cooling
tower, oleh karena itu terdapat katup untuk aliran air masuk dari sumber air
terdekat agar kapasitas air tetap konstan selama proses berlangung.
Terdapat kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada penggunaan
cooling tower, kelebihan yang ada yaitu membutuhkan area yang lebih kecil
dan memiliki efisiensi yang lebih besar dibandingkan dengan sistem pendingin
lainnya (spray pond). Namun cooling tower juga memiliki beberapa
kekurangan yaitu akan terdapat kehilangan air selama proses berlangsung,
apabila terdapat pengotor pada air pendingin, pengotor tersebut akan terbawa
12 Universitas Indonesia
pada proses, berpeluang besar untuk tumbuhnya alga pada cooling tower, dan
membutuhkan lebih banyak perawatan.
4.4.1. Spray Pond
Pada dasarnya cara kerja dari spray pond mirip dengan cooling tower,
air yang memiliki suhu tinggi keluaran condenser akan dialirkan menuju spray
pond melewati pipa, pada bagian akhir pipa, terdapat spray yang membuat air
keluar menuju udara seperti disemprotkan dan terjadilah proses pendinginan
air. Air yang sudah didinginkan jatuh pada kolam yang menampung air yang
mana air tersebut digunakan untuk proses pendinginan yang lain.

Gambar 1. Spray Pond

Jika dibandingkan dengan cooling tower, spray ponds memiliki


kelebihan yaitu lebih mudah dalam perawatannya dan pengawasan kebersihan,
memiliki daya tahan yang tinggi, biaya konstruksi rendah, kapasitas
peneyemprotan besar dan dapat menjadi tempat rekreasi. Namun disamping
itu, kerugian yang paling besar pada metode spray pond yaitu memiliki luas
area yang jauh lebih besar dibandingkan dengan cooling tower.

4.5. Unit Penyediaan Udara


Pada pabrik terdapat control yang mana pada kerjanya membutuhkan udara
sebagai penggerak control tersebut. Pada pemenuhan fungsi tersebut jgua dipenuhi
oleh bagian utilitas. Udara yang digunakan pada proses control merupakan udara
yang sudah dikeringkan dan dihilangkan dari zat yang tidak dibutuhkan pada proses

13 Universitas Indonesia
instrumentasi. Pada proses pembuatan udara instrument, udara dari lingkungan
sekitar ditangkap menggunakan air receiver kemudian terdapat fllter untuk
menyaring zat yang tidak dibutuhkan. Proses berikutnya adalah udara melewati
dryer yang berisi silica gel sehingga air pada udara diserap oleh silica gel. Udara
yang sudah kering kemudian di filter kembali. Agar udara yang sudah dihilangkan
dari zat pengotor dapat digunakan untuk instrumentasi, maka tekanan dari udara
dinaikkan terlebih dahulu menggunakan kompresor kemudia disimpan pada tangki
penampung dan siap untuk digunakan pada proses instrumentasi.

5. Pengolahan Limbah
Industri gula menghasilkan limbah hasil dari proses produksi yang berupa
limbah cair, padat, dan gas. Berikut merupakan penanganan limbah industri gula:

5.1. Penanganan Limbah Cair


Limbah cair pada industri gula berasal dari larutan gula dari pipa-pipa yang
langsung masuk ke selokan, larutan gula yang terbawa minyak pelumas atau bahan
baker dari air buangan, air cucian evaporator, air injeksi kondensor, air pembersihan
ketel, air pendingin ketel, air pendingin mesin pabrik.
Limbah cair yang memasuki lingkungan sekitar pabrik diupayakan memenuhi
baku mutu air buangan industri sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kadar
polutan bahan organik yang diukur dengan menggunakan parameter BOD dan COD
dapat diturunkan hingga memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, penanganan limbah cair dilakukan secara terpadu artinya dilakukan
secara eksternal dan internal.
a. Penanganan internal
Penanganan internal dilakukan dengan minimalisasi limbah, pemisahan air
berpolutan, pencegahan masuknya polutan padat ke dalam air, daur ulang
polutan yang bisa diproses, mengganti penggunaan Pb asetat dengan Al
sulfat pada analisis gula.
b. Penanganan Eksternal
Penanganan eksternal dilakukan dengan melewatkan air berpolutan melalui
UPLC, dengan menjaga agar jumlah limbah sekecil mungkin dan kadar polutan
sekecil mungkin diharapkan tidak akan mencemari lingkungan.
14 Universitas Indonesia
Sistem UPLC (Unit Pengolahan Limbah Cair bekerja secara biologis
dengan aerasi lanjut (SAL/PSUL 93-3). pada system ini, bahan organic sebagai
polutan akan didegradasi dan diurai oleh mikroba menjadi CO2 + H20 + energi
dengan bantuan oksigen.
5.2. Penanganan Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan berupa ampas, blotong dan abu ketel.
a. Ampas
Ampas merupakan hasil akhir dari Stasiun Gilingan. Ampas yang
dihasilkan sekitar 35-45% dari berat tebu yang digiling. Ampas kaya serat
selulosa sekitar 50%, zat lilin, zat lignin dan pectin. Ampas yang dihasilkan
setelah mengalami pengeringan dimasukan ke dalam ketel sebagai bahan
bakar.
b. Blotong
Blotong dihasilkan dari Stasiun Pemurnian merupakan kotoran-kotoran nira
yang mengendap yang mengandung bahan organic dan anorganik. Blotong
dipergunakan oleh petani dan warga secara gratis dengan mengikuti
prosedur pengambilan. Blotong digunakan sebagai bahan batu bata dan
dapat diolah menjadi kompos.
c. Abu Ketel
Hasil pembakaran dari ketel menghasilkan abu yang harus ditangani,
sehingga tidak menganggu kesehatan warga sekitar. Abu ketel dapat
dimanfaatkan sebagai bahan untuk pupuk kompos, bahan campuran batu
bata dan bahan bakaran batu bata.

5.3. Penanganan Limbah Gas


Ketel menghasilkan limbah gas. Pembakaran yang tidak sempurna akan
menghasilkan jelaga. Untuk mengatasi hal tersebut, pada ketel dilengkapi dengan
dust collector dan cyclone yang dapat memisahkan partikel dari gas dengan cara
memasukan aliran gas menurut gerakan rotasi dan membentuk vorteks sehingga
menimbulkan gaya sentrifugal yang akan melempar partikel secara radial ke arah
dinding cerobong.

15 Universitas Indonesia
KESIMPULAN

 Tebu mengandung karbohidrat yang terdiri dari monosakarida (glukosa,


fruktosa), disakarida (sakharosa), dan polisakharida (selulosa).

 Proses pengolahan tebu menjadi gula melewati beberapa tahap, yaitu


pemurnian nira, penguapan, pengkristalan, dan pengeringan.

 Unit utilitas merupakan unit yang menyediakan, mengolah, dan


mengoptimasi jenis-jenis utilitas yang dibutuhkan untuk memproses suatu
bahan menjadi produk.

 Unit utilitas yang digunakan pada industri gula meliputi unit penyediaan air,
unit penyediaan tenaga listrik, unit penyedia air pemanas, unit pendinginan
air, unit penyedia udara.

 Air termasuk dalam unit utilitas utama karena air diperlukan dalam proses
industri dan membersihkan alat-alat proses. Pada industri gula, air
digunakan sebagai pengisi air ketel, unit gilingan, pemurnian, penguapan,
masakan, dan sebagai pendinginan unit yang beroperasi.

 Industri gula menghasilkan limbah berfasa cair, padat, dan gas. Limbah
tersebut perlu dilakukan penanganan untuk mencegah dampak negatif bagi
lingkungan sekitar.

16 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Saechu, M. (2009). Optimasi Pemanfaatan Energi Ampas di Pabrik Gula. Jurnal
Teknik Kimia, 274-279.
Saputra, R. H. (2016). Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet, Malang. Malang:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Wibowo, M. S. (2017). Laporan Kerja Praktik PT. Madu Baru (PG/PS Madukismo.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Anonimous. (2019). Penanganan Limbah. Diambil kembali dari PT Kebon Agung:
https://www.ptkebonagung.com/

17 Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai