SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana S1
Disusun Oleh :
Amalia Rahma Lisnantyas
Nim : 31401405378
i
SKRIPSI
Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat
Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Disusun Oleh :
Nim : 31401405378
ii
Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap
Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah
Disusun Oleh :
Amalia Rahma Lisnantyas
Nim : 31401405378
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik Pemerintah Daerah
terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Menurut Putri
(2015) rata-rata pengungkapan wajib di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2013 sebesar 55,4%
dengan pengungkapan tertinggi sebesar 66%. Tingkat pengungkapan tersebut belum cukup untuk
dikatakan sebagai angka yang ideal yang seharusnya 100%. Populasi penelitian ini adalah Laporan
Keuangan Kabupaten/Kota tahun anggaran 2014-2016 di Provinsi Jawa Tengah, dengan teknik
sampling yaitu total sampling. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 35 Pemda dengan periode
pengamatan selama 3 tahun sehingga jumlah pengamatan sebanyak 105 Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan
program SPSS 22. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD)
berpengaruh positif signifikan terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah, Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Ukuran Pemda (Size)
berpengaruh positif signifikan terhadapTingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah, Kompleksitas Pemerintahan berpengaruh positif tidak signifikan
terhadapTingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Belanja Daerah
berpengaruh negatif signifikan terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah.
v
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of the characteristics of Local Government on the
Level of Compulsory Public Financial Statement Disclosure. According to Putri (2015) the
average mandatory disclosure in Central Java Province for 2012-2013 is 55.4% with the highest
disclosure of 66%. This level of disclosure is not enough to be said to be an ideal number that
should be 100%. The population of this research is Regency / City Financial Report of fiscal year
2014-2016 in Central Java Province, with sampling technique that is total sampling. The number
of samples of this study are 35 local governments with a period of observation for 3 years so that
the number of observations of 105 Local Government Financial Statements. The technique of data
analysis using multiple linear regression analysis with SPSS 22 program. The results of this study
prove that the Pendapatan Asli Daerah (PAD) has a significant positive effect on the Level of
Disclosure of Compulsory Local Government Financial Statements, Special Allocation Fund
(DAK) has no significant negative impact on the Level of Compulsory Disclosure Local
Government Financial Statement, Size Size has a significant positive effect to the Compulsory
Local Government Financial Statement Disclosure Level, Governmental Complexity has no
significant positive effect on Local Government Compulsory Financial Statement Disclosure,
Local Spending has significant negative effect on Local Government Financial Statement
Compulsory Disclosure.
vi
INTISARI
Penelitian Putri (2015) menemukan bahwa rata-rata pengungkapan wajib
di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2013 sebesar 55,4% dengan tingkat
pengungkapan tertinggi sebesar 66%. Hal ini membuktikan bahwa tingkat
pengungkapan wajib masih belum tercapai pada tingkat ideal yaitu 100%. Tidak
menutup kemungkinan pada periode 2014-2016 tingkat pengungkapan wajib
dapat meningkat ke arah yang ideal. Dengan demikian penelitian mengenai
pengungkapan wajib laporan keuangan pemerintah daerah perlu dilakukan untuk
mengetahui bagaimana perkembangan pengungkapan wajib pada laporan
keuangan pemerintah daerah di provinsi jawa tengah.
Penelitian ini didasarkan pada Teori Agensi. Dalam teori ini terdapat dua
pihak yang terlibat, yaitu pihak yang memberi wewenang dan pihak yang
menerima wewenang. Pemerintah daerah merupakan pihak yang diberi wewenang
untuk melaksanakan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk mensejahterakan
masyarakat. Dengan adanya kegiatan tersebut pemerintah daerah diharuskan
untuk membuat laporan keuangan secara transparan sebagai bentuk
pertanggungjawabannya terhadap masyarakat.
Faktor-faktor yang dapat menjadi pengaruh terhadap pengungkapan di
dalam laporan keuangan diantaranya: (1) PAD (2) DAU (3) DAK (4) Ukuran
Pemda (5) Kompleksitas Pemerintahan (6) Belanja Daerah. Faktor-faktor tersebut
dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan wajib apabila tingkat penerimaan
dana yang diterima pemerintah berjumlah besar dan semakin kompleksnya suatu
pemerintahan daerah maka hal tersebut membuat pemerintah untuk melakukan
pengungkapan yang lebih lengkap pada laporan keuangan.
Beberapa penelitian terdahulu terdapat variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi pengungkapan wajib laporan keuangan pemerintah daerah dan
hasil yang didapat tidaklah konsisten. Setyaningrum & Syafitri (2012) dengan
Hendriyani & Tahar (2015) tentang PAD. Puspita & Martani (2012) dan
Pandansari (2012) dengan Hendriyani & Tahar (2015) mengenai DAU. Hilmi
(2011), Heriningsih & Rusherlistyani (2013) dengan Putri (2015) mengenai DAK.
Puspita & Martani (2012) dengan Suhardjanto & Yulianingtyas (2011) dan
Setyaningrum & Syafitri (2012) mengena Ukuran Pemda. Pandansari (2016)
dengan Puspita & Martani (2012) mengenai Kompleksitas Pemerintahan. Puspita
& Martani (2012) dengan Hendriyani & Tahar (2015) mengenai Belanja Daerah.
Berdasarkan fenomena dan research gap yang dikemukakan dan
menunjukkan hasil yang berbeda maka hal ini memotivasi peneliti untuk
melakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini merupakan pengembangan
penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Puspita & Martani (2012). Perbedaan
dalam penelitian ini adalah pertama penambahan dengan menambahkan variabel
Dana Alokasi Khusus yang mengacu pada penelitian Pandansari (2016).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah tahun 2014-2016 pada Kabupaten/Kota yang terdapat di
vii
Provinsi Jawa Tengah. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total
sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 35 sampel dengan
penelitian yang dilakukan selama 3 tahun sehingga jumlah observasi sebanyak
105. Kemudian teknik analisis pada penelitian ini menggunakan regresi linier
berganda dengan program SPSS.
Berdasarkan pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa PAD
berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan
pemerintah daerah (hipotesis diterima). DAK berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap tingkat pengungkapan wajib laporan keuangan (hipotesis ditolak).
Ukuran Pemda berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan
wajib laporan keuangan pemerintah daerah (hipotesis diterima). Kompleksitas
Pemerintahan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan
wajib laporan keuangan pemerintah daerah (hipotesis ditolak). Belanja Daerah
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib laporan
keuangan pemerintah daerah (hipotesis ditolak).
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ix
KATA PENGANTAR
x
5. Kedua orang tua dan kakak yang telah memberikan dukungan dalam
bentuk moril dan materil, serta doa yang telah diberikan kepada penulis.
6. Teman seperjuangan Arin, Aulia, Sifa, Annisa, Arum, dan Siti yang telah
menyemangati
7. Teman-teman kos Heni, Arica, Silmi, Afriya, Mbak Wid yang telah
memberikan dorongan kepada penulis.
8. Mbak Dila yang telah memberikan saran dan kritikan yang membangun
kepada penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................................ iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
INTISARI.............................................................................................................. vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 10
2.1. Landasan Teori........................................................................................ 10
2.1.1. Teori Agensi .................................................................................. 10
2.2. Variabel-Variabel Penelitian ................................................................... 11
2.2.1. Pengungkapan Laporan Keuangan ................................................ 11
2.2.2. Pendapatan Asli Daerah ................................................................ 13
2.2.3. Dana Alokasi Umum ..................................................................... 15
2.2.4. Dana Alokasi Khusus .................................................................... 17
2.2.5. Ukuran Pemda ............................................................................... 18
2.2.6. Kompleksitas Pemerintahan .......................................................... 19
2.2.7. Belanja Daerah .............................................................................. 20
2.3. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 21
xii
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis .................. 28
2.4.1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ......................................... 28
2.4.2. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ......................................... 29
2.4.3. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ......................................... 30
2.4.4. Pengaruh Ukuran Pemda terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah ....................................................... 31
2.4.5. Pengaruh Kompleksitas Pemerintahan terhadap Tingkat
Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ................ 32
2.4.6. Pengaruh Belanja Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah ....................................................... 33
2.5. Kerangka Penelitian ................................................................................ 33
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 35
3. Metode Penelitian .......................................................................................... 35
3.1. Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel, dan Pengukuran
Variabel ................................................................................................... 35
3.1.1. Variabel Penelitian ........................................................................ 35
3.1.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................ 36
3.2. Populasi dan Sampel ............................................................................... 40
3.2.1. Populasi ......................................................................................... 40
3.2.2. Sampel ........................................................................................... 41
3.3. Jenis Data dan Sumber Data ................................................................... 41
3.4. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 41
3.5. Teknik Analisis Data............................................................................... 42
3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif ........................................................... 42
3.5.2. Analisis Asumsi Klasik ................................................................. 42
3.5.3. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 49
4.1. Hasil Penelitian ....................................................................................... 49
4.1.1. Deskripsi Sampel ........................................................................... 49
4.1.2. Analisis Data ................................................................................. 50
4.2. Pembahasan............................................................................................. 63
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 68
xiii
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 68
5.2. Keterbatasan ............................................................................................ 69
5.3. Saran ....................................................................................................... 70
5.3.1. Bagi Instansi Pemerintah ............................................................... 70
5.3.2. Bagi Akademisi ............................................................................. 70
5.3.3. Bagi Masyarakat ............................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................72
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
lebih atau yang sering disebut dengan Good Public Governance (GPG). Good
telah dilakukan oleh pemerintah diberbagai sektor, salah satunya pada sektor
pemerintah daerah.
1
2
keuangan yang telah diberikan. Salah satu bentuk pertanggungjawaban yang dapat
wajib dan juga harus dituangkan didalam laporan keuangan pemerintah daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang berasal dari daerah
tersebut yang berasal dari masyarakat. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari
pungutan pajak daerah, laba dari Badan Usaha Milik Daerah, dan juga retribusi
daerah. Apabila PAD yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah terbilang cukup
besar, maka hal tersebut dapat menunjukkan bahwa andil masyarakat dalam hal
pembayaran pajak dan retribusi daerah sudah tinggi. Dengan adanya hal tersebut,
alokasi umum yang diterima oleh daerah tersebut (Robin dan Austin, 1986).
pemerintah daerah tersebut memiliki tekanan yang berasal dari pemerintah pusat
kebutuhan sarana dan prasarana daerah setempat yang mana belum mencapai
pembangunan daerah. Semakin banyaknya alokasi dana yang diterima oleh daerah
pada setiap tahunnya, maka pemerintah daerah harus bisa memanfaatkan alokasi
4
Daerah yang cukup besar akan melakukan pengelolaan terhadap keuangan yang
sosial. Semakin banyak belanja daerah yang dilakukan oleh pemerintah daerah
satu cara yang sangat efektif bagi pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban
5
namun masih didapati hasil yang belum konsisten. Dana alokasi umum pada
penelitian yang dilakukan oleh Puspita & Martani (2012) dan Pandansari (2016)
Hendriyani dan Tahar (2015) didapatkan hasil bahwa DAU negatif tidak
(2012) dan Junaedi (2015) dan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh
keuangan daerah. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Aryani
yang tidak konsisten didapati pada penelitian yang dilakukan Suhardjanto dan
(2010) didapati hasil di mana ukuran daerah positif tidak signifikan terhadap
Variabel belanja daerah didapati hasil yang tidak konsisten di mana dalam
keuangan daerah sedangkan pada penelitian yang dilakukan Puspita dan Martani
(2012). Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan
oleh Puspita dan Martani (2012). Perbedaannya terletak pada sampel dan periode
laporan keuangan. Puspita dan Martani (2012) menggunakan 108 Pemda yang ada
2010. Selain itu perbedaan penelitian ini yaitu dengan menambahkan variabel
berbeda, maka hal tersebut memotivasi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut
penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan Martani (2012). Perbedaan penelitian
terletak pada :
7
Pandansari (2016)
disclousure yang berlaku dan juga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
9
daerah agar dapat menjadi lebih baik daripada laporan keuangan sebelumnya.
yang mana salah satu pihak principal atau agent memiliki sebuah informasi yang
lebih banyak ketimbang pihak yang lain. Selain itu Zimmerman (1997) juga
10
11
including in the statements themselves, the notes to the statements and the
manajemen yang berbentuk pernyataan resmi. Selain itu terdapat beberapa hal
yang harus diungkapkan terhadap pos-pos yang terdapat di laporan keuangan serta
a. Contigencies (Ketidakpastian)
Hal ini terkait dengan peristiwa yang mempunyai kemungkinan akan terjadi
dimasa depan dan juga memengaruhi secara materiil terkait keadaan keuangan
bahkan keuntungan.
c. Perubahan Akuntansi
atau hutang.
laporan keuangan
pada neraca
dimasa depan
pemerintah daerah yang berasal dari daerah tersebut yang ditentukan sesuai
daerah yaitu pendapatan yang didapat dari hasil pembayaran pajak daerah, hasil
pungutan retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan
asli daerah adalah pendapatan yang berasal dan dipungut oleh pemerintah daerah.
didapat dari penduduk setempat yang terdiri atas pungutan pembayaran pajak
Apabila pemerintah daerah memiliki pendapatan asli daerah yang besar maka hal
dan retribusi daerah sudahlah tinggi, oleh karena itu pemerintah akan termotivasi
14
Sebagai salah satu penerimaan daerah yang berasal dari daerahnya sendiri,
pendapatan asli daerah (PAD) bersumber dari pajak daerah, laba dari BUMD, dan
Pajak daerah adalah pungutan yang bersifat wajib terhadap wajib pajak
orang pribadi atau badan yang dilakukan oleh suatu daerah. Pungutan tersebut
daerah (Mardiasmo, 2002:5). Besarnya pajak daerah yang dihasilkan oleh suatu
hal pembayaran pajak dengan demikian hal tersebut akan membuat pemerintah
penting selain pajak retribusi dan pajak daerah. Adanya BUMD sendiri
menyadari bahwa BUMD memiliki peranan yang sangat besar terkait dengan
pembayaran atas jasa atau izin yang telah diberikan oleh pemerintah daerah yang
dilakukan oleh pemerintah dengan cara paksaan secara ekonomis dan ditunjukkan
kepada setiap orang ataupun badan yang telah mendapatkan manfaat dari jasa
dalam pembayaran retribusi daerah maka semakin besar pula pendapatan daerah
yang dihasilkan. Dengan adanya hal tersebut maka pemerintah akan melakukan
ekonomi pada pendapatan asli daerah sangatlah kecil, berbeda dengan dana
16
alokasi umum yang mengalami pertumbuhan yang besar. Hal itulah yang menjadi
sebab mengapa dana alokasi umum menjadi dana yang dapat dikatakan menjadi
sebanyak 10% dari jumlah seluruh DAU, sedangkan yang dialokasikan ke daerah
Bobot Provinsi X
Jumlah DAUProvinsi X =
Jumlah Bobot Seluruh Provinsi
Dana alokasi umum memiliki sifat “Block Grant” dimana kepala daerah
alokasi umum yang diterima oleh daerah tersebut (Robin dan Austin, 1986).
pemerintah daerah tersebut memiliki tekanan yang berasal dari pemerintah pusat
dengan kebutuhan masing-masing daerah. Semakin besar dana yang diterima oleh
menggunakan dana tersebut guna melaksanakan program kerja yang telah dibuat
secara lengkap terkait dengan penggunaan dana alokasi umum sehingga dana
Khusus (DAK) adalah dana yang ditetapkan atau dialokasikan kepada daerah
kebutuhan sarana dan prasarana daerah setempat yang mana belum mencapai
pembangunan daerah. Semakin banyaknya alokasi dana yang diterima oleh daerah
pada setiap tahunnya, maka pemerintah daerah harus bisa memanfaatkan alokasi
tersebut bisa digolongkan berdasarkan besar atau kecilnya dengan beberapa tolok
ukur. Organisasi atau instansi yang cukup besar biasanya memiliki aturan yang
lebih banyak dibandingkan dengan organisasi yang masih kecil (Suhardjanto &
yang lebih besar biasanya akan lebih kompleks dalam hal menjaga dan mengelola
suatu daerah dapat dilihat dari total aset yang ada di dalam neraca pemerintahan
tersebut.
yang terdapat pada lingkungan itu sendiri dan di luar lingkungan yang
pemerintahan disebut juga sebagai keadaan dimana ada beberapa ukuran dengan
keuangan. Dengan adanya hal tersebut dapat dikatakan bahwa semakin kompleks
suatu pemerintahan maka akan dibutuhkan pengungkapan yang lebih lengkap agar
memenuhi kebutuhan sarana dan pra sarana masyarakat (UU Nomor 32 tahun
penelitian yang dilakukan Lin dan Raman (1998) dan Bingham (1978).
1. Belanja modal
Belanja modal yakni salah satu jenis belanja yang dilakukan oleh pemerintah
dimana terdapat manfaat yang akan diperoleh selama lebih dari satu tahun.
Belanja ini dilakukan guna menambah jumlah aset daerah dimana aset tersebut
2. Belanja operasi
Belanja operasi adalah belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah dimana
Belanja tak terduga merupakan belanja daerah yang dilakukan oleh pemerintah
pemerintah daerah.
akan meningkat dan hal tersebut akan diimbangi dengan adanya pengungkapan
daerah.
21
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
kualitas informasi
website Pemda
Belanja daerah
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
tingkat pengungkapan
website Pemda
Belanja daerah
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
kualitas informasi
website Pemda
2 Sucahyo Independen : Sampel yang Tingkat
Heriningsih & Tingkat digunakan : ketergantungan
Rusherlistyani ketergantungan Pengambilan berpengaruh negatif
(2013) Total aset sampel dengan tidak signifikan
Opini auditor metode terhadap tingkat
“Faktor- Faktor SPI laporan purposive pengungkapan
Yang keuangan sampling maka laporan keuangan
Memengaruhi pemerintah di peroleh 46 pemerintah daerah
Tingkat daerah kabupaten dan Total aset
Pengungkapan Kepatuhan kota yang berpengaruh negatif
Laporan terhadap dijadikan tidak signifikan
Keuangan perundang- sampel. terhadap tingkat
Pemerintah undangan pengungkapan
Daerah” Laporan laporan keuangan
Keuangan pemerintah daerah
Pemerintah Opini auditor
Daerah berpengaruh positif
Metode tidak signifikan
Analisis Data terhadap tingkat
Dependen : : pengungkapan
Tingkat Regresi Linier laporan keuangan
Pengungkapan Berganda pemerintah daerah
Laporan Keuangan SPI laporan keuangan
Pemerintah Daerah pemerintah daerah
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah daerah
Kepatuhan terhadap
perundang-undangan
23
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah daerah
3 Rizky Arinda Independen : Sampel yang Ketergantungan
Putri (2015) Tingkat digunakan : Daerah Berpengaruh
Ketergantungan Sampel positif Signifikan
“Faktor Total Aset penelitian ini Terhadap
adalah laporan
Karakteristik Opini Auditor Pengungkapan
Dan Tingkat keuangan
SPILaporan pemerintah
Laporan Keuangan
Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Daerah.
daerah
Kabupaten/Kota
Pemerintah Pemerintah Aset Daerah
Dalam Daerah di Provinsi Jawa Berpengaruh Positif
Pengungkapan Kepatuhan Tengah pada Signifikan Terhadap
Laporan Terhadap tahun 2012- Pengungkapan
Keuangan UULaporan 2013. Laporan Keuangan
Pemerintah Keuangan Pemerintah Daerah
Daerah Di Pemerintah Opini audit BPK
Provinsi Jawa Daerah daerah berpengaruh
Tengah Tahun Dependen : Metode positif signifikan
2012-2013” Tingkat Analisis Data terhadap
Pengungkapan : pengungkapan
Laporan Keuangan Regresi Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Berganda Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di Temuan Audit
Provinsi Jawa Kelemahan SPI
Tengah Periode Berpengaruh Negatif
2012-2013. Signifikan Terhadap
Pengungkapan
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
Temuan Audit
Ketidak Patuhan
Berpengaruh Negatif
Signifikan Terhadap
Pengungkapan
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
4 Tiara Independen : Sampel yang Dana Alokasi Umum
Pandansari Dana Alokasi digunakan : berpengaruh positif
(2016) Umum (DAU) 96 Laporan signifikan terhadap
Dana Alokasi Keuangan tingkat pengungkapan
24
Berganda di indonesia
Temuan audit
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah provinsi
di indonesia
pengungkapan wajib
dalam Laporan
Keuangan Pemerintah
Daerah
Rasio kemandirian
keuangan daerah
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
Pemda
Intergovernmental
revenue berpengaruh
negatif terhadap
tingkat pengungkapan
laporan keuangan
Pemda
8 Hilmi & Independen : Sampel yang Kekayaan Daerah
Martani (2011) Kekayaan Daerah digunakan : berpengaruh positif
Tingkat LKPD provinsi signifikan terhadap
“Analisis Ketergantungan di Indonesia tingkat pengungkapan
Faktor-Faktor Total Aset tahun 2006 – laporan keuangan
Yang Jumlah Penduduk 2009 pemerintah
Memengaruhi Jumlah SKPD Metode Tingkat
Tingkat Jumlah Temuan Analisis Data ketergantungan
Pengungkapan : berpengaruh negatif
Tingkat
Laporan Uji regresi tidak signifikan
Penyimpangan
Keuangan berganda terhadap tingkat
Pemerintah pengungkapan
Independen :
Provinsi” laporan keuangan
Tingkat
Pengungkapan pemerintah
Total aset
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah
Jumlah penduduk
berpengaruh positif
signifikan terhadap
tingkat pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah
Jumlah SKPD
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
28
laporan keuangan
pemerintah
Jumlah temuan
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah
Tingkat
penyimpangan
berpengaruh positif
signifikan terhadap
tingkat pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah
Sumber : dari berbagai jurnal
Dwi Martani (2012). Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian
pemerintah daerah yang asalnya dari daerah itu sendiri yang dipungut berdasarkan
berlaku (Halim, 2004). PAD merupakan salah satu penerimaan suatu daerah yang
berasal dari daerahnya sendiri yang secara tidak langsung dapat mencerminkan
29
laporan keuangan pemerintah. Semakin banyak jumlah PAD yang dimiliki akan
DAU yang telah diterima oleh suatu daerah harus diawasi agar jelas
penggunaannya. Semakin besar jumlah dana yang diterima maka semakin ketat
pula pengawasan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah agar dana tersebut
tidak disalahgunakan. Selain itu pemerintah juga harus lebih lengkap dalam
demikian dapat dilihat bahwa semakin tinggi DAU yang diterima maka akan
semakin banyak pula informasi yang akan diungkap oleh pemerintah di dalam
laporan keuangan pemerintah daerah. Dari uraian diatas, maka hipotesis dari
dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada suatu wilayah tertentu dengan
tujuan pendanaan kegiatan khusus sesuai dengan prioritas. DAK juga digunakan
pemerintah daerah. DAK yang bersifat khusus hanya untuk daerah tertentu saja
dengan kemampuan fiskal yang rendah justru tidak tercapai di Indonesia akan
tetapi daerah yang memiliki kemampuan fiskal yang tinggi seharusnya dapat
memenuhi biaya prioritas nasional malahan mendapat Dana Alokasi Khusus. Hal
daerah yang sebenarnya. Untuk pelaporannya DAK sendiri dilakukan tiap daerah
31
secara triwulanan. Secara otomatis besarnya transfer dana dari pusat ke daerah
Dari uraian diatas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagian berikut :
daerah dapat dilihat dari berapa total aset yang dimiliki oleh pemerintahan
tersebut. Suatu pemerintahan daerah yang memiliki total aset yang lebih besar
daerah agar terlihat transparan sebagai bentuk akuntabilitasnya. Total aset yang
dimaksud yaitu aset lancar, aset tetap, aset tidak berwujud, investasi jangka
yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan pra sarana infrastruktur
dikelompokkan menjadi belanja modal, belanja operasi, dan belanja tak terduga.
Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 pasal 167 ayat 1, belanja daerah
yang layak. Dengan adanya pengeluaran belanja daerah yang cukup tinggi,
pengungkapan secara lengkap dan terinci. Hal tersebut sama dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hendriyani & Tahar (2015) bahwa belanja daerah
Oleh karena itu semakin banyak pengeluaran pemerintah pada belanja daerah,
maka semakin lengkap pula pengungkapan yang dilakukan terkait dengan laporan
terlibat, yaitu pihak yang memberi wewenang dan pihak yang menerima
34
dalam laporan keuangan diantaranya: (1) Pendapatan Asli Daerah (2) Dana
Alokasi Umum (3) Dana Alokasi Khusus (4) Ukuran Pemda (5) Kompleksitas
berjumlah besar dan semakin kompleksnya suatu pemerintahan daerah maka hal
H1 (+) PAD
DAU
H2 (+)
H3 (+) DAK
Pengungkapan
Laporan Keuangan
H4 (+) Ukuran Pemda
Pemerintah Daerah
Kompleksitas
H5 (+)
Pemerintahan
Belanja
H6 (+)
Daerah
Gambar 1
Kerangka Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3. Metode Penelitian
untuk melakukan sebuah penelitian (Ibnu Hajar, 1999). Variabel penelitian yang
digunakan ada dua jenis, yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel
3.1.1.1.Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
3.1.1.2.Variabel Independen
Variabel bebas (independen) adalah variabel yang memiliki pengaruh
35
36
penyajian secara terperinci terkait dengan transaksi yang dilakukan yang telah
yang dilakukan oleh Girsang (2015) maka besaran tingkat pengungkapan laporan
Tabel 2
Daftar Checklist Tingkat Disclosure Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
PSAP No. 5 mengenai Akuntansi Persediaan
No. Penjelasan
1. Kebijakan akuntansi yang diterapkan terkait dengan pengukuran
persediaan
2. Total persediaan
3. Penjelasan terkait dengan persediaan yang ada, seperti perlengkapan
yang ditunjukkan untuk melayani masyarakat
PSAP No. 6 mengenai Akuntansi Investasi
4. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk menetukan nilai investasi
5. Jenis investasi, investasi permanen dan investasi non permanen
6. Penurunan nilai investasi dan hal-hal yang menyebabkan adanya
penurunan investasi
7. Penilaian investasi terhadap nilai wajar dan hal-hal yang menjadi
alasan penetapannya
8. Perubahan akun investasi
PSAP No. 7 mengenai Akuntansi Aset Tetap
9. Penilaian yang digunakan untuk menetapkan nilai tercatat carrying
amount)
10. Rekonsiliasi yang dilakukan terhadap total yang tercatat di awal dan
di akhir periode
11. Depresiasi (metode depresiasi yang diterapkan, tarif depresiasi yang
digunakan, akumulasi depresiasi yang ada pada awal dan akhir
periode)
12. Kebijakan terkait dengan kapitalisasi yang berkenaan dengan aset
tetap
13. Total pengurangan pada akun aset tetap
14. Jumlah komitmen akuisisi aset tetap
Apabila aktiva tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka
hal-hal dibawah ini juga harus ada pada pengungkapan :
15. Regulasi yang digunakan sebagai dasar penilaian kembali aset tetap
16. Tanggal efektif penilaian kembali
17. Nama penilai independen yang melakukan penilaian kembali
18. Hakikat pada petunjuk yang ditetapkan untuk menentukan biaya
pengganti
19. Nilai yang tercatat pada masing-masing aset tetap
PSAP No. 8 mengenai Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
20. Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan
21. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pendanaan
22. Total dana yang telah digunakan
23. Uang muka yang dikeluarkan
24. Retensi
PSAP No. 9 mengenai Akuntansi Kewajiban
38
dalam suatu daerah itu sendiri yang pungutannya sesuai dengan peraturan undang-
undang yang berlaku. Menurut Puspita dan Martani (2012) pengukuran rasio PAD
dilakukan dengan cara membandingkan total PAD dengan total realisasi anggaran
pendapatan asli daerah. Dengan demikian berikut adalah rumus yang dapat
digunakan :
Jumlah PAD
Rasio PAD = Jumlah Realisasi Anggaran Pendapatan
ketergantungan suatu daerah. Berdasarkan penelitian yang dibuat oleh Puspita dan
prasarana daerah tertentu yang belum memenuhi standar. Menurut Puspita dan
Martani (2012) Dana Alokasi Khusus dapat digunakan untuk mengukur tingkat
banyak sumber daya yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang merupakan hasil
dari adanya kegiatan pada masa lalu dan juga merupakan sumber manfaat
ekonomi yang dapat digunakan di masa depan. Menurut Puspita dan Martani
faktor yang terdapat pada lingkungan internal dan eksternal yang memiliki
suatu daerah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Puspita dan
berikut :
3.2.1. Populasi
Populasi merupakan sekumpulan subjek penelitian yang dapat digunakan
sebagai sumber data guna memperoleh suatu informasi yang dibutuhkan. Populasi
3.2.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel dipilih menggunakan
populasi. Total populasi yang digunakan didalam penelitian ini adalah LKPD
terdapat dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintah daerah di Jawa
menggunakan cara :
1. Studi dokumentasi
cara menyalin (copy) data dari Kantor BPK Perwakilan Jawa Tengah. Hal tersebut
menjelaskan suatu data yang dilihat dari hasil pengujian nilai rata-rata (mean),
pengujian nilai standar deviasi, pengujian nilai maksimum, dan pengujian nilai
terkait dengan distribusi persebaran data dan perilaku data sampel dalam
sudah berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini dilakukan karena banyaknya
data tidak bisa dijadikan patokan bahwa data-data yang ada dipastikan
begitupun sebaliknya. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi
Kolmogorov Smirnov dapat dilakukan pada data besar maupun kecil. Selain itu,
pengujian ini juga dapat dilakukan pada data yang belum dikelompokkan pada
tujuan untuk mengetahui apakah terdapat kesamaan varians atau tidak pada
pengamatan satu dengan lainnya di dalam model regresi yang digunakan. Suatu
model regresi yang baik yaitu Homoskedastisitas. Dengan kata lain model regresi
yang baik adalah dimana varians dari pengamatan satu ke pengamatan yang
regresi logaritma dari kuadrat residual (ln 𝑈 2 𝑖) sebagai variabe terikat sementara
variabel bebasnya tetap. Apabila hasil dari persamaan tersebut koefisien beta
lebih besar dari 0,05) artinya tidak menunjukkan adanya heteroskedastisitas pada
model penelitian yang digunakan dan begitu pula sebaliknya (Ghozali, 2013)
3.5.2.3.Uji Autokorelasi
Autokorelasi menurut Hasan (2010) yaitu adanya hubungan antar sampel
yang dimiliki yang disajikan historis atau berdasarkan urutan waktu, sehingga
44
hubungan antara kesalahan pengganggu pada periode saat itu dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya pada model regresi yang digunakan. Untuk
Tabel 3
Tabel Durbin-Watson
Klasifikasi nilai d Uji Durbin Watson
Nilai Keterangan
0 < d < dl Autokorelasi Positif
dl ≤ d ≤ du Tidak Dapat Disimpulkan
4-dl < d < 4 Autokorelasi Negatif
4-du ≤ d ≤ -dl Tidak Dapat Disimpulkan
du < d < 4-du Tidak Terdapat Autokorelasi
Sumber : (Ghozali, 2013)
ada atau tidak hubungan antar variabel independen satu dengan variabel
maka model regresi tersebut ditolak. Sebaliknya apabila tidak terdapat korelasi
antar variabel independen maka model regresi diterima. Menurut Ghozali (2013)
nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari hasil analisis data. Apabila VIF < 10
dan nilai Tolerance tidak ada yang kurang dari 0,10 maka tidak ada
multikolinearitas antar variabel independen. Akan tetapi apabila hasil dari uji
45
tersebut ditemukan VIF > 10 dan nilai Tolerance ada yang kurang dari 0,10 maka
variabel terjadi sebagai akibat dari adanya kombinasi dua atau lebih variabel
bebas.
Keterangan :
Y =Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
PAD = Pendapatan Asli Daerah
DAU = Dana Alokasi Umum
UP = Ukuran Pemerintahan
KP = Kompleksitas Pemerintahan
BD = Belanja Daerah
DAK = Dana Alokasi Khusus
e = error
menunjukkan nilai yang besar atau mendekati angka 1 berarti variabel bebas
46
pengaruh yang dimiliki oleh satu variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependennya. Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat nilai masing-
variabel dependen.
variabel terikat.
a. Dinyatakan diterima apabila nilai signifikansi F< 0,05. Dengan kata lain
total sampling, yaitu sampel yang digunakan adalah seluruh total populasi yang
ada, yakni Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Tengah tahun
anggaran 2014 – 2016 sebanyak 105, sebagaimana tampak dalam tabel 4.1
Tabel 4 1
Penentuan sampel penelitian
Keterangan Jumlah
Total populasi 35 Pemda
Tahun pengamatan 2014 – 2016 105 data
49
50
data yang dilihat dari hasil pengujian rata-rata (mean), nilai maksimum dan nilai
Tabel 4 2
Deskripsi variable penelitian
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari hasil statistik deskriptif pada variabel
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diukur dengan Log total PAD menghasilkan
nilai terendah sebesar 11,11 dan nilai tertinggi sebesar 11,73. Besaran Mean
sebesar 11,3953 dan standar deviasi sebesar 0,11978. Dengan demikian dapat
dilihat bahwa hasil dari nilai rata-rata lebih besar dari nilai standar deviasinya,
sehingga dapat dikatakan rendahnya variasi antara nilai minimum dengan nilai
maksimum.
Variabel size (ukuran Pemerintah Daerah) yang diukur dengan Log Total
Aset mempunyai nilai terendah 12,21 dan nilai tertinggi 12,88. Nilai rata-rata
sebesar 12,4643 dimana nilai standar deviasi lebih kecil, yaitu sebesar 0,13445.
51
Artinya tingkat variasi antara nilai minimum dan nilai maksimum selama periode
diproksikan dengan Log Populasi menghasilkan nilai minimum sebesar 5,27 dan
nilai maksimum sebesar 6,25. Untuk nilai rata-rata (mean) sebesar 5,9644 lebih
besar dari nilai standar deviasi yang menunjukkan hasil sebesar 0,19076. Hal
pemerintahan dapat dikatakan merata, dengan kata lain perbedaan antara data satu
mempunyai nilai terendah sebesar 11,87 dan nilai tertinggi sebesar 12,50. Mean
sebesar 12,2078 lebih besar dari nilai standar deviasi sebesar 0,10955. Hal
tersebut menunjukkan bahwa rendahnya tingkat variasi antara nilai terendah dan
nilai tertinggi selama periode pengamatan. Dengan kata lain, tingkat persebaran
data cukup merata atau tingkat perbedaan antara data satu dengan data yang lain
cukup rendah.
Variabel DAU yang diukur dengan Log DAU memiliki nilai minimum
sebesar 11,61 dan nilai maksimum sebesar 12,15. Untuk nilai rata-rata didapat
sebesar 11,9575 dimana lebih besar dari nilai standar deviasi sebesar 0,11241.
Mean yang lebih tinggi dari nilai standar deviasi pada variabel Dana Alokasi
Umum menunjukkan bahwa rendahnya variasi antara nilai minimum dan nilai
Variabel DAK (Dana Alokasi Khusus) yang diukur dengan Log DAK
memiliki nilai minimum sebesar 10,61 dan nilai maksimum sebesar 12,11.
Sedangkan nilai rata-rata sebesar 11,4247 dan nilai standar deviasi sebesar
0,44638 dimana nilai rata-rata lebih besar dibandingkan dengan nilai standar
deviasinya. Artinya tingkat variasi antara nilai minimum dengan nilai maksimum
jumlah item yang telah diungkap dengan jumlah item yang harus diungkap
memiliki nilai minimum 0,44 dan nilai maksimum 0,66. Sedangkan nilai rata-rata
sebesar 0,5343 dan nilai standar deviasi sebesar 0,04298. Hal tersebut
menunjukkan bahwa nilai rata-rata lebih besar dari nilai standar deviasinya.
Artinya variasi antara nilai minimum dengan nilai maksimum selama periode
pengamatan adalah rendah. Dengan kata lain persebaran antara data satu dengan
digunakan dalam penelitian ini telah memiliki data yang berdistribusi normal,
heteroskedastisitas, dan tidak ada autokorelasi. Dari pengujian yang dilakukan ini
kriteria apabila angka signifikansinya sebesar > 0,05 maka dapat disimpulkan
53
bahwa data berdistribusi normal, sebaliknya apabila angka signifikansinya < 0,05
Tabel 4 3
Uji Normalitas
nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Artinya data yang digunakan dalam penelitian
masing-masing variabel besarnya VIF < 10 dan nilai tolerance tidak ada yang
kurang dari 0,10 maka tidak ada multikolinearitas antar variabel independen,
sebaliknya jika besarnya VIF > 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,10 maka
sebagai berikut :
54
Tabel 4 4
Uji Multikolinearitas
masing nilai tolerance maka tidak ada variabel yang nilai tolerance dibawah 0,10
kurang dari 10. Akan tetapi untuk variabel DAU memiliki nilai VIF yang lebih
besar dari 10, artinya terdapat multikolinearitas dengan kata lain terjadi korelasi
variabel yang digunakan tidak boleh terdapat multikolinearitas. Maka dari itu
variabel DAU dieliminasi karena nilai VIF melebihi angka 10, yaitu sebesar
Tabel 4 5
Uji Multikolinearitas
variabel DAU dieliminasi karena nilai VIF lebih besar dari 10. Dari hasil di atas
dapat dilihat bahwa semua variabel independen memiliki nilai VIF yang kurang
dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini semua variabel
Tabel 4 6
Uji Auto relasi
sebagai berikut :
dari nilai du sebesar 1,777 dan lebih kecil dari nilai 4-du sebesar 2,223. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian
linear berganda (multiple linear regression). Model regresi linear berganda yang
baik adalah yang telah memenuhi kriteria pada uji asumsi klasik, yaitu data harus
berdistribusi normal, model regresi yang digunakan harus terbebas dari adanya
pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan, penelitian ini telah memenuhi
Tabel 4 7
Model Persamaan regresi
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
2) Nilai koefisien variabel PAD sebesar 0,114 bernilai positif, artinya apabila
PAD naik satu satuan maka akan menurunkan nilai tingkat pengungkapan
3) Nilai koefisien variabel Size (ukuran pemda) sebesar 0,08 bernilai positif,
artinya apabila Size naik satu satuan maka akan menurunkan nilai tingkat
lainnya tetap.
artinya apabila Belanja Daerah naik satu satuan maka akan menurunkan
5) Nilai koefisien variabel DAK sebesar -0,009 bernilai negatif, artinya apabila
DAK naik satu satuan maka akan menurunkan nilai tingkat pengungkapan
Tabel 4 8
Koefisien Determinasi
atau 9,8% maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel independen yang berupa
Tabel 4 9
Uji F
Dari hasil pengolahan data sesuai dengan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa
nilai F sebesar 2,984 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,016. Maka ditarik
kesimpulan bahwa variabel PAD, Size (Ukuran Pemda), Belanja Daerah, DAK,
4.1.2.6.3. Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
yang dimiliki oleh satu variabel independen dan menjelaskan variasi variabel
2,194 dengan tingkat signifikansinya sebesar 0,031 lebih kecil dari 0,05
diperoleh oleh suatu daerah maka akan membuat pemerintah daerah untuk
keuangannya.
Pada Tabel 4.7 menunjukkan hasil pengujian nilai t sebesar -0,902 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,370 dimana lebih besar dari 0,05 sedangkan β-
tersebut lebih kecil dari 0,05 sedangkan β sebesar 0,080 sejalan dengan arah
62
Artinya apabila semakin besar Ukuran (Size) suatu pemerintahan maka akan
pemerintah.
Hasil pengujian yang ditunjukkan oleh tabel 4.7 adalah nilai t sebesar 1,359
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,37 dimana lebih besar dari 0,05
Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan oleh tabel 4.7 adalah nilai t
sebesar -2,840 dengan tingkat signifikansinya sebesar 0,006 lebih kecil dari
0,05 sedangkan untuk nilai β sebesar -0,253 tidak sejalan dengan arah
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Karakteristik Pemerintah
pemerintah daerah. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar PAD yang
daetan tersebut yang berasal dari masyarakat. Apabila PAD pada suatu daerah
terbilang cukup tinggi, maka hal tersebut dapat menunjukkan bahwa andil
masyarakat dalam kegiatan pembayaran sumber dana PAD sudah tinggi. Dengan
laporan keuangan pemerintah daerah. Semakin banyak PAD yang dimiliki maka
Hendriyani & Tahar (2015) yang menunjukkan hasil bahwa PAD tidak
dari pemerintah pusat karena di dalam daftar pengungkapan wajib tidak ada yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilmi
(2011) dan Heriningsih & Rusherlistyani (2013) yang juga menunjukkan hasil
pemerintah daerah. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015)
pemerintahan daerah dalam penelitian ini dilihat dari beberapa total aset yang
65
dimiliki oleh pemerintahan tersebut. Suatu pemerintah daerah yang memiliki total
Hasil ini searah dengan pengamatan yang dilakukan Puspita & Martani
Suhardjanto & Yulianingtyas (2011) dan Setyaningrum & Syafitri (2012) dimana
suatu daerah memiliki jumlah kecamatan yang semakin banyak maka koordinasi
dan kooperasi antar kecamatan akan sulit dilakukan. Hal tersebut akan menjadikan
66
keuangan pemerintah daerah. Berbeda dengan hasil yang diperoleh dari penelitian
yang dilakukan Puspita & Martani (2012) yang menyatakan bahwa Kompleksitas
Laporan Keuangan.
dilakukan cukup besar. Dengan adanya hal tersebut pelayanan yang diterima
masyarakat tidak mengalami peningkatan. Oleh karena itu dengan melihat tidak
67
Hasil penelitian ini searah dengan hasil penelitian yang diperoleh dari
Puspita & Martani (2012) yang menunjukkan belanja daerah tidak memiliki
penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh Hendriyani & Tahar (2015) dimana
laporan keuangan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, maka dapat ditarik
hipotesis diterima. Apabila PAD pada suatu daerah terbilang cukup besar,
pembayaran sumber dana PAD sudah tinggi, sehingga dengan adanya hal
yang memiliki total aset yang besar akan menuntut pemerintah daerah untuk
masyarakat.
68
69
laporan keuangannya.
5.2. Keterbatasan
Berdasarkan pengujian menggunakan 5 (lima) variabel tersebut, hasil
Daerah, seperti temuan audit, umur administrasi Pemda, dan variabel lainnya.
Besarnya persentase pada penelitian ini sifatnya tidak mengikat, artinya dapat
5.3. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan keterbatasan yang
terdapat dalam penelitian ini, maka beberapa saran yang diberikan diantaranya :
terutama pada Pemda dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tinggi dan juga
Ukuran Pemda (size) yang besar.Apabila PAD pada suatu daerah terbilang cukup
tinggi, maka hal tersebut dapat menunjukkan bahwa andil masyarakat dalam
berdiri maka akan semakin banyak informasi yang dapat diungkap dan semakin
keuangan pemerintah daerah, antara lain Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
sehingga keputusan yang diambil terkait investasi tepat dan tidak merugikan.
72
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Purbayu Santosa & Retno Puji Rahayu. 2005. “Analisis Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Dalam Upaya
Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Kediri”. Jurnal Dinamika
Pembangunan. Vol.2 No. 1.
Harianto, David dan Priyo Hari Adi. 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi
Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Per
Kapita. Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makasar 26-28 Juli 2007.
Jeckly Dharma Jaya dan Eka Ardhani Sisdyani. 2014. “Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Belanja Modal Pada Kelengkapan
Pengungkapan Informasi Keuangan Daerah Melalui Situs Resmi Pemerintah
Provinsi”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 9.1 (2014), ISSN:
2302-8556 Hal: 162-179.
Kadek Aris Dwi Pratama dkk. 2015. “Pengaruh Kompleksitas Pemerintah Daerah,
Ukuran Pemerintah Daerah, Kekayaan Daerah, Dan Belanja Daerah
Terhadap Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah” (Studi Pada Pemerintah
Kabupaten/Kota Di Bali Tahun 2010-2013). E-Journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1).
74
Kusumadewi, Diah Ayu dan Arief Rahman. 2007. “Flypaper Effect Pada Dana
Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap
Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota Di Indonesia”. JAAI, Vol.11 No. 1.
Prakosa, Kesit Bambang. 2004. “Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Prediksi Belanja Daerah
(Studi Empirik di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY)”. JAAI 8 (2).
Puspita, Rora & Martani, Dwi. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja Dan
Karakteristik Pemda Terhadap Tingkat Pengungkapan Dan Kualitas
Informasi Dalam Website Pemda. Simposium Nasional Akuntansi XV.
Republik Indonesia. 2013.
No Kab/Kota
1 Kab. Banjarnegara
2 Kab. Banyumas
3 Kab. Batang
4 Kab. Blora
5 Kab. Boyolali
6 Kab. Brebes
7 Kab. Cilacap
8 Kab. Demak
9 Kab. Grobogan
10 Kab. Jepara
11 Kab. Karanganyar
12 Kab. Kebumen
13 Kab. Kendal
14 Kab. Klaten
15 Kab. Kudus
16 Kab. Magelang
17 Kab. Pati
18 Kab. Pekalongan
19 Kab. Pemalang
20 Kab. Purbalingga
21 Kab. Purworejo
22 Kab. Rembang
23 Kab. Semarang
24 Kab. Sragen
25 Kab. Sukoharjo
26 Kab. Tegal
27 Kab. Temanggung
28 Kab. Wonogiri
29 Kab. Wonosobo
30 Kota Magelang
31 Kota Pekalongan
32 Kota Salatiga
33 Kota Semarang
34 Kota Surakarta
35 Kota Tegal
Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian
Tahun 2014
no kab/kota Tabulasi
Tahun 2015
no kab/kota Tabulasi
no kab/kota Tabulasi
Lampiran 11 Uji t
Lampiran 12 Uji Regresi