Anda di halaman 1dari 108

Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat

Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana S1

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh :
Amalia Rahma Lisnantyas
Nim : 31401405378

Universitas Islam Sultan Agung


Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Semarang
2018

i
SKRIPSI
Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat
Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Disusun Oleh :

Amalia Rahma Lisnantyas

Nim : 31401405378

Telah disetujui oleh pembimbing dan selanjutnya

Dapat diajukan kehadapan sidang panitia ujian skripsi

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Semarang, 6 Agustus 2018

Dr. Indri Kartika, SE.,M.Si.,Ak.,CA.


NIK. 211490002

ii
Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap
Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah

Disusun Oleh :
Amalia Rahma Lisnantyas
Nim : 31401405378

Telah dipertahankan didepan penguji


Pada tanggal 24 Agustus 2018

Susunan Dewan Penguji


Pembimbing Penguji I

Dr. Indri Kartika, SE.,M.Si.,Ak.,CA. Rustam Hanafi, SE,M.Sc.,Akt, CA


NIK. 211490002 NIK. 211403011
Penguji II

Hendri Setyawan, SE, MPA


NIK. 211406019
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Tanggal 24 Agustus 2018
Ketua Program Studi Akuntansi

Dr. Dra. Winarsih, M.Si


NIK. 210493033

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Amalia Rahma Lisnantyas
Nim : 31401405378
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Karakteristik Pemerintah
Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah”, adalah hasil tulisan saya sendiri.
Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa di dalam skripsi ini tidak
terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara
menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
menunjukkan gagasan maupun pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang
saya akui sebagai tulisan saya sendiri dan/atau tidak terdapat bagian atau
keseluruhan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain
tanpa memberikan pengakuan dari penulis aslinya.
Saya bersedia menarik skripsi yang telah saya ajukan, apabila sampai terbukti
bahwa saya melakukan tindakan menyalin ataupun meniru tulisan orang lain yang
seolah-olah tulisan saya sendiri. Dan saya bersedia bila gelar dan ijazah yang
diberikan oleh universitas dibatalkan.

Semarang, Agustus 2018


Yang memberi pernyataan

Amalia Rahma Lisnantyas


31401405378

iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik Pemerintah Daerah
terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Menurut Putri
(2015) rata-rata pengungkapan wajib di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2013 sebesar 55,4%
dengan pengungkapan tertinggi sebesar 66%. Tingkat pengungkapan tersebut belum cukup untuk
dikatakan sebagai angka yang ideal yang seharusnya 100%. Populasi penelitian ini adalah Laporan
Keuangan Kabupaten/Kota tahun anggaran 2014-2016 di Provinsi Jawa Tengah, dengan teknik
sampling yaitu total sampling. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 35 Pemda dengan periode
pengamatan selama 3 tahun sehingga jumlah pengamatan sebanyak 105 Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan
program SPSS 22. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD)
berpengaruh positif signifikan terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah, Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Ukuran Pemda (Size)
berpengaruh positif signifikan terhadapTingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah, Kompleksitas Pemerintahan berpengaruh positif tidak signifikan
terhadapTingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Belanja Daerah
berpengaruh negatif signifikan terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah.

Kata Kunci : Karakteristik Pemerintah Daerah, Intergovernmental Revenue, Pengungkapan Wajib


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

v
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of the characteristics of Local Government on the
Level of Compulsory Public Financial Statement Disclosure. According to Putri (2015) the
average mandatory disclosure in Central Java Province for 2012-2013 is 55.4% with the highest
disclosure of 66%. This level of disclosure is not enough to be said to be an ideal number that
should be 100%. The population of this research is Regency / City Financial Report of fiscal year
2014-2016 in Central Java Province, with sampling technique that is total sampling. The number
of samples of this study are 35 local governments with a period of observation for 3 years so that
the number of observations of 105 Local Government Financial Statements. The technique of data
analysis using multiple linear regression analysis with SPSS 22 program. The results of this study
prove that the Pendapatan Asli Daerah (PAD) has a significant positive effect on the Level of
Disclosure of Compulsory Local Government Financial Statements, Special Allocation Fund
(DAK) has no significant negative impact on the Level of Compulsory Disclosure Local
Government Financial Statement, Size Size has a significant positive effect to the Compulsory
Local Government Financial Statement Disclosure Level, Governmental Complexity has no
significant positive effect on Local Government Compulsory Financial Statement Disclosure,
Local Spending has significant negative effect on Local Government Financial Statement
Compulsory Disclosure.

Keywords : Characteristics of Local Government, Intergovernmental Revenue, Mandatory


Disclosure of Local Government Financial Statements

vi
INTISARI
Penelitian Putri (2015) menemukan bahwa rata-rata pengungkapan wajib
di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2013 sebesar 55,4% dengan tingkat
pengungkapan tertinggi sebesar 66%. Hal ini membuktikan bahwa tingkat
pengungkapan wajib masih belum tercapai pada tingkat ideal yaitu 100%. Tidak
menutup kemungkinan pada periode 2014-2016 tingkat pengungkapan wajib
dapat meningkat ke arah yang ideal. Dengan demikian penelitian mengenai
pengungkapan wajib laporan keuangan pemerintah daerah perlu dilakukan untuk
mengetahui bagaimana perkembangan pengungkapan wajib pada laporan
keuangan pemerintah daerah di provinsi jawa tengah.
Penelitian ini didasarkan pada Teori Agensi. Dalam teori ini terdapat dua
pihak yang terlibat, yaitu pihak yang memberi wewenang dan pihak yang
menerima wewenang. Pemerintah daerah merupakan pihak yang diberi wewenang
untuk melaksanakan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk mensejahterakan
masyarakat. Dengan adanya kegiatan tersebut pemerintah daerah diharuskan
untuk membuat laporan keuangan secara transparan sebagai bentuk
pertanggungjawabannya terhadap masyarakat.
Faktor-faktor yang dapat menjadi pengaruh terhadap pengungkapan di
dalam laporan keuangan diantaranya: (1) PAD (2) DAU (3) DAK (4) Ukuran
Pemda (5) Kompleksitas Pemerintahan (6) Belanja Daerah. Faktor-faktor tersebut
dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan wajib apabila tingkat penerimaan
dana yang diterima pemerintah berjumlah besar dan semakin kompleksnya suatu
pemerintahan daerah maka hal tersebut membuat pemerintah untuk melakukan
pengungkapan yang lebih lengkap pada laporan keuangan.
Beberapa penelitian terdahulu terdapat variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi pengungkapan wajib laporan keuangan pemerintah daerah dan
hasil yang didapat tidaklah konsisten. Setyaningrum & Syafitri (2012) dengan
Hendriyani & Tahar (2015) tentang PAD. Puspita & Martani (2012) dan
Pandansari (2012) dengan Hendriyani & Tahar (2015) mengenai DAU. Hilmi
(2011), Heriningsih & Rusherlistyani (2013) dengan Putri (2015) mengenai DAK.
Puspita & Martani (2012) dengan Suhardjanto & Yulianingtyas (2011) dan
Setyaningrum & Syafitri (2012) mengena Ukuran Pemda. Pandansari (2016)
dengan Puspita & Martani (2012) mengenai Kompleksitas Pemerintahan. Puspita
& Martani (2012) dengan Hendriyani & Tahar (2015) mengenai Belanja Daerah.
Berdasarkan fenomena dan research gap yang dikemukakan dan
menunjukkan hasil yang berbeda maka hal ini memotivasi peneliti untuk
melakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini merupakan pengembangan
penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Puspita & Martani (2012). Perbedaan
dalam penelitian ini adalah pertama penambahan dengan menambahkan variabel
Dana Alokasi Khusus yang mengacu pada penelitian Pandansari (2016).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah tahun 2014-2016 pada Kabupaten/Kota yang terdapat di

vii
Provinsi Jawa Tengah. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total
sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 35 sampel dengan
penelitian yang dilakukan selama 3 tahun sehingga jumlah observasi sebanyak
105. Kemudian teknik analisis pada penelitian ini menggunakan regresi linier
berganda dengan program SPSS.
Berdasarkan pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa PAD
berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan
pemerintah daerah (hipotesis diterima). DAK berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap tingkat pengungkapan wajib laporan keuangan (hipotesis ditolak).
Ukuran Pemda berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan
wajib laporan keuangan pemerintah daerah (hipotesis diterima). Kompleksitas
Pemerintahan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan
wajib laporan keuangan pemerintah daerah (hipotesis ditolak). Belanja Daerah
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib laporan
keuangan pemerintah daerah (hipotesis ditolak).

viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Kegagalan dan Kesalahan mengajari kita untuk mengambil pelajaran dan


menjadi lebih baik”.

“Talk Less Do More”

“Man Jadda Wajada”

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

 Orang tua tercinta


 Kakak tersayang
 Sahabat-sahabatku tersayang
 Teman-teman akuntansi UNISSULA angkatan 2014

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan usulan penelitian pra skripsi dengan judul “Pengaruh Karakteristik
Pemerintah Daerah Terhadap Tingkap Pengungkapan Wajib Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah” yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat
akademis untuk menyelesaikan program sarjana (S1) Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan pra skripsi ini masih jauh dari
sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman
yang dimiliki oleh penulis baik dari penyajian maupun penggunaan bahasa.
Namun demikian, inilah yang terbaik yang dapat dilakukan oleh penulis dan
diharapkan pra skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Oleh karena itu,
semua masukan, kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangan penulis
harapkan bagi penyempurnaan pra skripsi ini.
Selama proses penyusunan usulan pra skripsi ini penulis banyak
mendapatkan dukungan, doa, bimbingan, dan masukan yang sangat berarti dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati yang
paling mendalam, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Hj. Olivia Fachrunnisa, SE.,M.Si.,Ph.D selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
2. Ibu Dr. Dra. Winarsih, SE.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
3. Ibu Dr. Indri Kartika, SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan waktu, motivasi, arahan, dan masukan sehingga pra
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan benar.
4. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung
Semarang yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis.

x
5. Kedua orang tua dan kakak yang telah memberikan dukungan dalam
bentuk moril dan materil, serta doa yang telah diberikan kepada penulis.
6. Teman seperjuangan Arin, Aulia, Sifa, Annisa, Arum, dan Siti yang telah
menyemangati
7. Teman-teman kos Heni, Arica, Silmi, Afriya, Mbak Wid yang telah
memberikan dorongan kepada penulis.
8. Mbak Dila yang telah memberikan saran dan kritikan yang membangun
kepada penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.

Akhir kata dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis


mengucapkan terimakasih yang sangat mendalam kepada semua pihak yang telah
terlibat. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Agustus 2018

Amalia Rahma Lisnantyas


31401405378

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................................ iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
INTISARI.............................................................................................................. vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 10
2.1. Landasan Teori........................................................................................ 10
2.1.1. Teori Agensi .................................................................................. 10
2.2. Variabel-Variabel Penelitian ................................................................... 11
2.2.1. Pengungkapan Laporan Keuangan ................................................ 11
2.2.2. Pendapatan Asli Daerah ................................................................ 13
2.2.3. Dana Alokasi Umum ..................................................................... 15
2.2.4. Dana Alokasi Khusus .................................................................... 17
2.2.5. Ukuran Pemda ............................................................................... 18
2.2.6. Kompleksitas Pemerintahan .......................................................... 19
2.2.7. Belanja Daerah .............................................................................. 20
2.3. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 21

xii
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis .................. 28
2.4.1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ......................................... 28
2.4.2. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ......................................... 29
2.4.3. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Pengungkapan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ......................................... 30
2.4.4. Pengaruh Ukuran Pemda terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah ....................................................... 31
2.4.5. Pengaruh Kompleksitas Pemerintahan terhadap Tingkat
Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ................ 32
2.4.6. Pengaruh Belanja Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah ....................................................... 33
2.5. Kerangka Penelitian ................................................................................ 33
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 35
3. Metode Penelitian .......................................................................................... 35
3.1. Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel, dan Pengukuran
Variabel ................................................................................................... 35
3.1.1. Variabel Penelitian ........................................................................ 35
3.1.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................ 36
3.2. Populasi dan Sampel ............................................................................... 40
3.2.1. Populasi ......................................................................................... 40
3.2.2. Sampel ........................................................................................... 41
3.3. Jenis Data dan Sumber Data ................................................................... 41
3.4. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 41
3.5. Teknik Analisis Data............................................................................... 42
3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif ........................................................... 42
3.5.2. Analisis Asumsi Klasik ................................................................. 42
3.5.3. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 49
4.1. Hasil Penelitian ....................................................................................... 49
4.1.1. Deskripsi Sampel ........................................................................... 49
4.1.2. Analisis Data ................................................................................. 50
4.2. Pembahasan............................................................................................. 63
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 68

xiii
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 68
5.2. Keterbatasan ............................................................................................ 69
5.3. Saran ....................................................................................................... 70
5.3.1. Bagi Instansi Pemerintah ............................................................... 70
5.3.2. Bagi Akademisi ............................................................................. 70
5.3.3. Bagi Masyarakat ............................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................72

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .............................................................. 21


Tabel 2 Daftar Checklist Tingkat Disclosure Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah ..................................................................................................... 37
Tabel 3 Tabel Durbin-Watson Klasifikasi nilai d Uji Durbin Watson.................. 44
Tabel 4 1 Penentuan sampel penelitian ................................................................ 49
Tabel 4 3 Uji Normalitas ...................................................................................... 53
Tabel 4 4 Uji Multikolinearitas ............................................................................ 54
Tabel 4 5 Uji Multikolinearitas ............................................................................ 55
Tabel 4 6 Uji Auto relasi ...................................................................................... 56
Tabel 4 7 Model Persamaan regresi ..................................................................... 57
Tabel 4 8 Koefisien Determinasi.......................................................................... 59
Tabel 4 9 Uji F ..................................................................................................... 60

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Penelitian ............................................................................ 35

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Sampel Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah ....................... 69


Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian .................................................................... 70
Lampiran 3 Daftar Item Yang Telah Diungkap .................................................... 79
Lampiran 4 Statistik Deskriptif ............................................................................. 82
Lampiran 5 Uji Normalitas ................................................................................... 82
Lampiran 6 Uji Multikolinearitas.......................................................................... 83
Lampiran 7 Uji Autokorelasi ................................................................................ 84
Lampiran 8 Uji Heteroskedastisitas ...................................................................... 84
Lampiran 9 Uji Koefisien Determinasi ................................................................. 85
Lampiran 10 Uji Statistik F ................................................................................... 85
Lampiran 11 Uji t .................................................................................................. 85
Lampiran 12 Uji Regresi ....................................................................................... 86

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran masyarakat,

dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum, pemerintahan di Indonesia

telah berupaya dalam hal mewujudkan sistem pengelolaan pemerintahan yang

lebih atau yang sering disebut dengan Good Public Governance (GPG). Good

Public Governance adalah sebuah peraturan yang memiliki keterkaitan dengan

pengelolaan kewenangan oleh para penyelenggara negara dalam melaksanakan

kewajibannya secara akuntabel. Agar GPG dapat terwujud, maka pembenahan

telah dilakukan oleh pemerintah diberbagai sektor, salah satunya pada sektor

pengelolaan keuangan. Hal tersebut ditandai dengan dibuatnya peraturan

perundang-undangan mengenai keuangan negara, yakni UU no 17 tahun 2003

perihal Keuangan Negara, UU no 1 tahun 2004 yang berisikan mengenai

Perbendaharaan Negara, serta UU no 15 tahun 2004 yang berisi mengenai

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Ketiga UU

tersebut merupakan peraturan yang dibuat sebagai pedoman untuk mengelola

keuangan pemerintah secara keseluruhan, baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.

Pengelolaan pada keuangan di daerah yang dilakukan oleh pemerintah

daerah ditandai dengan telah dijalankannya regulasi terkait otonomi daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah dilakukan dengan memberikan wewenang yang luas

dan bertanggungjawab kepada daerah kabupaten dan kota secara provinsial

1
2

(Mardiasmo, 2004). Otonomi daerah diselenggarakan dalam rangka diberikannya

wewenang dan kekuasaan bagi pemerintah daerah agar dapat mengelola

keuangannya sendiri. Walaupun pemerintah daerah mempunyai hak dalam hal

mengelola keuangannya sendiri, pemerintah tetap harus patuh dengan peraturan

terkait dengan pengelolaan keuangan yang berlaku. Selanjutnya, pemerintah harus

mempertanggungjawabkan wewenang dan kekuasaan dalam hal pengelolaan

keuangan yang telah diberikan. Salah satu bentuk pertanggungjawaban yang dapat

dilakukan pemerintah daerah yaitu menyusun laporan keuangan.

Penyediaan informasi yang terdapat pada laporan keuangan dilakukan

bertujuan untuk kepentingan transparansi. Unsur-unsur dari transparansi yaitu

pengungkapan (disclosure) dan ketersediaan informasi yang tidak sulit diperoleh

oleh orang-orang yang berkepentingan. Kedua unsur tersebut sangatlah

berpengaruh didalam sebuah laporan keuangan. Oleh karena itu pemerintah

diharuskan melakukan pengungkapan informasi-informasi pada laporan keuangan

sebagai bentuk transparansi publik dan pertanggungjawaban pemerintah.

Pengungkapan yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah yaitu pengungkapan

wajib (mandatory disclosure), merupakan pengungkapan semua informasi yang

wajib dan juga harus dituangkan didalam laporan keuangan pemerintah daerah.

Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi pengungkapan wajib

(Mandatory Disclosure). Beberapa hal yang berpengaruh terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah masih menjadi persoalan.

Beberapa faktor tersebut diantaranya Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi


3

Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Ukuran Pemda, Kompleksitas

Pemerintah, dan Belanja Daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang berasal dari daerah

tersebut yang berasal dari masyarakat. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari

pungutan pajak daerah, laba dari Badan Usaha Milik Daerah, dan juga retribusi

daerah. Apabila PAD yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah terbilang cukup

besar, maka hal tersebut dapat menunjukkan bahwa andil masyarakat dalam hal

pembayaran pajak dan retribusi daerah sudah tinggi. Dengan adanya hal tersebut,

memotivasi pemerintah daerah untuk melakukan pengungkapan secara terperinci

di dalam laporan keuangan agar bersifat transparan dan akuntabel.

Dana Alokasi Umum memiliki sifat “Block Grant” dimana pemerintah

daerah dapat memanfaatkan dana tersebut sesuai dengan kebutuhan yang

diprioritaskan oleh suatu daerah dengan penuh tanggung jawab. Tingkat

ketergantungan suatu pemerintahan daerah digambarkan melalui besarnya dana

alokasi umum yang diterima oleh daerah tersebut (Robin dan Austin, 1986).

Pemerintah yang mempunyai tingkat ketergantung yang tinggi dapat dikatakan

pemerintah daerah tersebut memiliki tekanan yang berasal dari pemerintah pusat

guna melakukan pengungkapan laporan daerah yang lebih lengkap.

Dana Alokasi Khusus diberikan kepada suatu daerah untuk memenuhi

kebutuhan sarana dan prasarana daerah setempat yang mana belum mencapai

standar. Selain itu Dana Alokasi Khusus digunakan untuk mempercepat

pembangunan daerah. Semakin banyaknya alokasi dana yang diterima oleh daerah

pada setiap tahunnya, maka pemerintah daerah harus bisa memanfaatkan alokasi
4

dana tersebut dengan maksimal agar dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Terkait hal tersebut pemerintah daerah perlu membuat laporan

keuangan yang transparan dengan disertai pengungkapan yang lengkap terkait

dengan informasi yang ada pada laporan keuangan sebagai bentuk

pertanggungjawaban telah digunakannya dana alokasi khusus.

Ukuran Pemerintahan Daerah yang cukup besar akan membuat Pemerintah

Daerah melakukan pengungkapan pada laporan keuangannya. Pemerintahan

Daerah yang cukup besar akan melakukan pengelolaan terhadap keuangan yang

dimiliki secara lebih terperinci, sehingga hal tersebut mengakibatkan adanya

pengawasan yang lebih ketat terhadap pemerintahan tersebut. Hal tersebut

membuat pemerintah untuk mengeluarkan biaya pengawasan yang lebih besar.

Melihat besarnya kebutuhan pelaporan dan pengawasan oleh pemerintah daerah

yang berukuran besar, maka diharapkan pemerintah melakukan pelaporan dengan

mengadopsi metode pelaporan yang paling efektif.

Belanja daerah dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup di

masyarakat sekitar. Hal tersebut diwujudkan dengan meningkatkan kualitas

pendidikan, pelayanan, peningkatan fasilitas kesehatan, sosial, dan juga fasilitas

umum yang memenuhi standar kelayakan, serta mengembangkan sistem jaminan

sosial. Semakin banyak belanja daerah yang dilakukan oleh pemerintah daerah

maka akan semakin meningkat pula pelayanan yang diberikan terhadap

masyarakat, sehingga hal tersebut memotivasi pemerintah untuk melakukan

pengungkapan terhadap laporan keuangannya. Pengungkapan merupakan salah

satu cara yang sangat efektif bagi pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban
5

akan transparansi keuangannya. Melalui pengungkapan, pemerintah daerah akan

menyampaikan informasi-informasi terkait dengan penggunaan keuangannya

secara lebih lengkap.

Beberapa penelitian terkait dengan faktor yang memengaruhi tingkat

pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah telah dilakukan sebelumnya,

namun masih didapati hasil yang belum konsisten. Dana alokasi umum pada

penelitian yang dilakukan oleh Puspita & Martani (2012) dan Pandansari (2016)

mendapatkan hasil DAU berpengaruh positif terhadap pengungkapan laporan

keuangan pemerintah daerah. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh

Hendriyani dan Tahar (2015) didapatkan hasil bahwa DAU negatif tidak

signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah.

Variabel kompleksitas yang diteliti sebelumnya oleh Puspita danMartani

(2012) dan Junaedi (2015) dan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh

Pandansari (2016) didapati hasil yang tidak konsisten di mana dalam

penelitiannya ditemukan kompleksitas daerah tidak berpengaruh terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan daerah.

Ukuran daerah juga mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan laporan

keuangan daerah. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Aryani

(2016) dalam penelitiannya didapati ukuran daerah berpengaruh positif signifikan

terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah keuangan daerahdan hasil

yang tidak konsisten didapati pada penelitian yang dilakukan Suhardjanto dan

Yulianingtyas (2011), Setyaningrum dan Syafitri (2012), dan Suhardjanto et.al.


6

(2010) didapati hasil di mana ukuran daerah positif tidak signifikan terhadap

tingkat pengungkapan laporan keuangan daerah.

Variabel belanja daerah didapati hasil yang tidak konsisten di mana dalam

penelitian yang dilakukan oleh Hendriyani dan Tahar (2015) ditemukan

hasilbelanja daerah berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan laporan

keuangan daerah sedangkan pada penelitian yang dilakukan Puspita dan Martani

(2012) ditemukan hasil belanja daerah negatif signifikan terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan daerah.

Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian dari Puspita dan Martani

(2012). Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

oleh Puspita dan Martani (2012). Perbedaannya terletak pada sampel dan periode

laporan keuangan. Puspita dan Martani (2012) menggunakan 108 Pemda yang ada

di Indonesia dengan menggunakan laporan keuangan bulan Februari-Maret tahun

2010. Selain itu perbedaan penelitian ini yaitu dengan menambahkan variabel

Dana Alokasi Khusus sebagai variabel independen. Variabel tersebut mengacu

pada penelitian dari Pandansari (2016).

Dengan adanya penelitian sebelumnya yang menunjukkan hasil yang

berbeda, maka hal tersebut memotivasi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkat pengungkapan

mandatory laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini mengacu pada

penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan Martani (2012). Perbedaan penelitian

terletak pada :
7

1) Penambahan variabel dana alokasi khusus yang mengacu pada penelitian

Pandansari (2016)

2) Penggunaan sampel Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa

Tengah pada periode 2014 – 2016.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan perbedaan dari hasil penelitian yang telah dijabarkan pada latar

belakang penelitian ini, maka pokok permasalahan di dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?

2. Bagaimana pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Tingkat Pengungkapan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?

3. Bagaimana pengaruh Ukuran Pemerintah terhadap Tingkat Pengungkapan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?

4. Bagaimana pengaruh Kompleksitas Pemerintahan terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?

5. Bagaimana pengaruh Belanja Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah?

6. Bagaimana pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Pengungkapan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah?


8

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini

memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

2. Untuk menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

3. Untuk menganalisis pengaruh Ukuran Pemerintahan terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

4. Untuk menganalisis pengaruh Kompleksitas Pemerintahan terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

5. Untuk menganalisis pengaruh Belanja Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

6. Untuk menganalisis pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Bagi kantor pemerintahan terkait, penelitian yang dilakukan agar dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam mengevaluasi kesesuaian antara tingkat

pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah dengan standar mandatory

disclousure yang berlaku dan juga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
9

untuk meningkatkan kualitas pengungkapan laporan keuangan pemerintah

daerah agar dapat menjadi lebih baik daripada laporan keuangan sebelumnya.

2. Bagi Akademisi diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan referensi

dalam melakukan penelitian dengan merumuskan masalah yang baru.

3. Bagi Masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber

informasi khususnya bagi para investor dalam hal pengambilan keputusan

terkait dengan investasi di suatu daerah.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Agensi


Terkait dengan teori agensi (Agency Theory) ada dua pihak yang terlibat

dalam kesepakatan, mereka adalah pihak yang memberikan kewenangan dan

pihak yang diberi atau menerima kewenangan. Pihak yang menyerahkan

kekuasaan dinamakan dengan principal, sedangkan pihak yang menerima

kekuasaan dinamakan dengan agent. Zimmerman (1997) mengatakan bahwa

masalah keagenan muncul ketika pihak pemberi wewenang mendelegasikan

kewenangan pengambilan keputusan kepada pihak agen. Hubungan antara dua

pihak tersebut memunculkan sebuah perkara, yaitu adanya informasi asimetris,

yang mana salah satu pihak principal atau agent memiliki sebuah informasi yang

lebih banyak ketimbang pihak yang lain. Selain itu Zimmerman (1997) juga

menambahkan jika persoalan keagenan sering terjadi di beberapa organisasi.

Pada organisasi sektor pemerintahan, masalah agensi sering muncul pada

pejabat pemerintah yang dipilih sebagai principal dengan masyarakat sebagai

agen. Pejabat pemerintah sebagai pihak principal mempunyai lebih banyak

informasi sehingga mereka dapat membuat kebijakan yang kebanyakan hanya

mementingkan pemerintah dan orang-orang yang memiliki kekuasaan dan sering

mengabaikan kepentingan masyarakat. Untuk mengurangi bahkan menghindari

masalah tersebut, pemerintah harus berupaya untuk menyajikan laporan keuangan

secara transparan dan akuntabel.

10
11

2.2. Variabel-Variabel Penelitian

2.2.1. Pengungkapan Laporan Keuangan


Stice (2000) dalam Sidharta dan Sherly Christianti (2007), berpendapat

bahwa pengungkapan dalam laporan keuangan yaitu pelaporan yang dilakukan

secara terperinci darisebuah transaksi pada catatan laporan keuangan. Evans

(2002:334) mempunyai pendapat bahwa pengungkapan pada laporan keuangan

merupakan Disclosure means supplying information in the financial statements

including in the statements themselves, the notes to the statements and the

supplementary disclosures associated with the statements. Penyajian laporan

keuangan harus dilengkapi dengan beberapa informasi pendukung, informasi

pendukung tersebut dinamakan pengungkapan. Hal tersebut dilakukan

sehubungan dengan pemahaman terkait dengan laporan keuangan yang telah

disusun dapat mudah untuk dipahami serta tidak mengakibatkan kesalahan

interpretasi ketika membaca laporan keuangan.

Di dalam laporan keuangan terdapat dua jenis pengungkapan, diantaranya

pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela

(voluntary disclosure) (Suhardjanto dan Yuliningtyas, 2011). Mandatory

disclosure yaitu pengungkapan informasi yang harus disajikan sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang telah dibuat dan ditetapkan oleh badan otoriter.

Sedangkan pengungkapan sukarela yaitu pengungkapan yang memberikan

informasi-informasi tambahan terkait laporan keuangan diluar informasi wajib

bagi pengguna laporan keuangan.


12

Di dalam pengungkapan terdapat beberapa informasi yang disajikan

diantaranya yaitu pos laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan,

penggunaan istilah, penjelasan yang ada didalam tanda kurung, lampiran-

lampiran, pernyataan seorang auditor dalam laporan auditor, serta komunikasi

manajemen yang berbentuk pernyataan resmi. Selain itu terdapat beberapa hal

yang harus diungkapkan terhadap pos-pos yang terdapat di laporan keuangan serta

jumlah yang ada di dalam laporan keuangan sebuah organisasi diantaranya :

a. Contigencies (Ketidakpastian)

Hal ini terkait dengan peristiwa yang mempunyai kemungkinan akan terjadi

dimasa depan dan juga memengaruhi secara materiil terkait keadaan keuangan

suatu organisasi. Peristiwa tersebut bisa saja menimbulkan kerugian atau

bahkan keuntungan.

b. Dasar Penilaian dan Kebijakan Akuntansi

Selanjutnya yang perlu diungkapkan dalam sebuah laporan keuangan yaitu

mengenai dasar dan metode yang digunakan oleh organisasi.

c. Perubahan Akuntansi

Pengungkapan terhadap perubahan kebijakan yang dilakukan oleh organisasi

sebagai contoh adanya perubahan metode penilaian.

d. Keterikatan dengan Suatu Kontrak

Pengungkapan yang terkait dengan keterikatan suatu aktiva dengan kontrak

atau hutang.

e. Peristiwa-Peristiwa Setelah Tanggal Neraca

Beberapa peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca antara lain :


13

 Suatu peristiwa yang berpengaruh terhadap pos-pos yang terdapat di dalam

laporan keuangan

 Suatu peristiwa yang secara materiil dapat mengubah validitas penilaian

pada neraca

 Suatu peristiwa yang mempunyai pengaruh secara materiil penilaian

dimasa depan

2.2.2. Pendapatan Asli Daerah


Pendapatan asli daerah adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh

pemerintah daerah yang berasal dari daerah tersebut yang ditentukan sesuai

dengan peraturan daerah berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang

berlaku (Halim, 2004). Menurut Herlina Rahman (2005:38) Pendapatan asli

daerah yaitu pendapatan yang didapat dari hasil pembayaran pajak daerah, hasil

pungutan retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan dan

pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan

otda sebagai bentuk atas desentralisasi. Menurut Warsito (2001:128) pendapatan

asli daerah adalah pendapatan yang berasal dan dipungut oleh pemerintah daerah.

Pendapatan asli daerah yakni pendapatan dari daerahnya sendiri yang

didapat dari penduduk setempat yang terdiri atas pungutan pembayaran pajak

daerah, hasil pungutan retribusi daerah serta penerimaan pendapatan lainnya.

Apabila pemerintah daerah memiliki pendapatan asli daerah yang besar maka hal

tersebut dapat menunjukkan bahwa andil masyarakat dalam membayarkan pajak

dan retribusi daerah sudahlah tinggi, oleh karena itu pemerintah akan termotivasi
14

untuk melakukan pengungkapan secara terperinci pada laporan keuangannya

sebagai bentuk transparansi dan pertanggungjawabannya kepada publik.

Sebagai salah satu penerimaan daerah yang berasal dari daerahnya sendiri,

pendapatan asli daerah (PAD) bersumber dari pajak daerah, laba dari BUMD, dan

retribusi daerah, serta pendapatan asli daerah lainnya yang sah.

5.2.2.1 Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pungutan yang bersifat wajib terhadap wajib pajak

orang pribadi atau badan yang dilakukan oleh suatu daerah. Pungutan tersebut

bisa dilakukan secara paksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan digunakan untuk membiayai keperluan daerah dan pembangunan

daerah (Mardiasmo, 2002:5). Besarnya pajak daerah yang dihasilkan oleh suatu

wilayah dapat menunjukkan seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat dalam

hal pembayaran pajak dengan demikian hal tersebut akan membuat pemerintah

melakukan pengungkapan laporan keuangan secara kompleks agar laporan

tersebut transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

5.2.2.2 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

BUMD termasuk salah satu sumber PAD yang mempunyai peranan

penting selain pajak retribusi dan pajak daerah. Adanya BUMD sendiri

memberikan manfaat yang besar untuk perekonomian di daerah karena BUMD

bertujuan untuk melaksanakan pembangunan di daerah-daerah. Pemerintah daerah

menyadari bahwa BUMD memiliki peranan yang sangat besar terkait dengan

PAD. Dalam mewujudkan kesejahteraan BUMD memberikan kontribusi terkait

dengan PAD dalam bentuk laba ataupun pajak.


15

5.2.2.3 Retribusi Daerah

Selain pajak daerah dan laba BUMD, sumber pendapatan daerah

lainnyayaitu retribusi daerah. Berdasarkan UU no. 28 tahun 2009, retribusi adalah

suatu bentuk pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerahsebagai

pembayaran atas jasa atau izin yang telah diberikan oleh pemerintah daerah yang

ditunjukkan untuk kepentingan pribadi maupun badan. Pungutan retribusi daerah

dilakukan oleh pemerintah dengan cara paksaan secara ekonomis dan ditunjukkan

kepada setiap orang ataupun badan yang telah mendapatkan manfaat dari jasa

yang disediakan oleh pemerintah. Semakin banyak masyarakat yang berpartisipasi

dalam pembayaran retribusi daerah maka semakin besar pula pendapatan daerah

yang dihasilkan. Dengan adanya hal tersebut maka pemerintah akan melakukan

pengungkapan laporan keuangan secara lengkap.

2.2.3. Dana Alokasi Umum


Salah satu komponen belanja APBN yakni Dana Alokasi Umum (DAU).

Dana Alokasi Umum merupakan dana yang digunakan untuk melakukan

pembangunan yang dialokasikan kepada setiap daerah otonom di setiap tahunnya.

DAU bertujuan sebagai pemerataan kemampuan keuangan di setiap

daerahnya yang bermaksud untuk mendanai kebutuhan belanja daerah sebagai

wujud pelaksanaan desentralisasi. Beberapa tahun belakangan ini, DAU

merupakan penerimaan tertinggi di daerah dibandingkan dengan penerimaan

daerah lainnya (Adi, 2006). Hal tersebut disebabkan karena pertumbuhan

ekonomi pada pendapatan asli daerah sangatlah kecil, berbeda dengan dana
16

alokasi umum yang mengalami pertumbuhan yang besar. Hal itulah yang menjadi

sebab mengapa dana alokasi umum menjadi dana yang dapat dikatakan menjadi

penerimaan tertinggi di sebuah daerah.

Berdasarkan peraturan yang terdapat pada Perpres no 2 tahun 2014, Dana

Alokasi Umum yang dialokasikan keseluruhan jumlahnya sebesar 26% dari

pendapatan negeri neto. Proporsi yg dialokasikan kepada daerah provinsi

sebanyak 10% dari jumlah seluruh DAU, sedangkan yang dialokasikan ke daerah

kabupaten/kota sebesar 90% dari total seluruh DAU.

Sesuai UU No. 25 tahun 1999, ditetapkan formula pengalokasian DAU bagi

provinsi, kabupaten/kota sebagai berikut :

Bobot Provinsi X
Jumlah DAUProvinsi X =
Jumlah Bobot Seluruh Provinsi

Bobot Kabupaten A/Kota A


Jumlah DAUKabupaten/KotaA =
JumlahBobotSeluruhKabupaten/Kota

Dana alokasi umum memiliki sifat “Block Grant” dimana kepala daerah

dapat menggunakan dana alokasi umum sesuai dengan kebutuhan yang

diprioritaskan oleh suatu daerah dengan penuh tanggung jawab. Tingkat

ketergantungan suatu pemerintahan daerah digambarkan melalui besarnya dana

alokasi umum yang diterima oleh daerah tersebut (Robin dan Austin, 1986).

Pemerintah yang mempunyai tingkat ketergantung yang tinggi dapat dikatakan


17

pemerintah daerah tersebut memiliki tekanan yang berasal dari pemerintah pusat

guna melakukan pengungkapan laporan daerah yang lebih kompleks.

Setiap pemerintah daerah akan meneriman Dana Alokasi Umum yang

diperoleh dari pemerintah pusat. Proporsi pengalokasian dana tersebut sesuai

dengan kebutuhan masing-masing daerah. Semakin besar dana yang diterima oleh

pemerintah daerah, maka semakin ketat pula pemerintah pusat melakukan

pengawasan. Oleh karena itu pemerintah daerah harus berhati-hati dalam

menggunakan dana tersebut guna melaksanakan program kerja yang telah dibuat

serta pemerintah daerah juga harus melakukan pengungkapan laporan keuangan

secara lengkap terkait dengan penggunaan dana alokasi umum sehingga dana

tersebut dapat terlihat secara jelas dalam pengalokasiannya.

2.2.4. Dana Alokasi Khusus


Menurut UU No. 25 tahun 1999, yang dimaksud dengan Dana Alokasi

Khusus (DAK) adalah dana yang ditetapkan atau dialokasikan kepada daerah

guna membantu pendanaan terkait dengan kebutuhan-kebutuhan khusus daerah.

Adanya Dana Alokasi Khusus ini dimaksudkan :

1) Untuk membantu beberapa daerah yang mempunyai kemampuan

finansial di bawah rata-rata nasional

2) Meningkatkan diversifikasi ekonomi dan meningkatkan produktivitas

perluasan kesempatan kerja terutama di pedesaan. Hal tersebut dapat

dilakukan pada bidang pertanian, kelautan, dan infrastruktur.

3) Mempercepat peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur di daerah

pesisir dan pulau-pulau kecil


18

Dana Alokasi Khusus telah dialokasikan pada APBN yang ditunjukkan

kepada daerah-daerah tertentu untuk mendanai program-program khusus yang

berkaitan dengan kepentingan daerah dan juga merupakan program prioritas

nasional. Dana Alokasi Khusus diberikan kepada daerah untuk memenuhi

kebutuhan sarana dan prasarana daerah setempat yang mana belum mencapai

standar. Selain itu Dana Alokasi Khusus digunakan untuk mempercepat

pembangunan daerah. Semakin banyaknya alokasi dana yang diterima oleh daerah

pada setiap tahunnya, maka pemerintah daerah harus bisa memanfaatkan alokasi

dana tersebut dengan maksimal agar dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Terkait hal tersebut pemerintah daerah perlu membuat laporan

keuangan yang transparan dengan disertai pengungkapan yang lengkap terkait

dengan informasi yang ada pada laporan keuangan sebagai bentuk

pertanggungjawaban telah digunakannya dana alokasi khusus.

2.2.5. Ukuran Pemda


Ukuran suatu organisasi merupakan suatu skala yang mana organisasi

tersebut bisa digolongkan berdasarkan besar atau kecilnya dengan beberapa tolok

ukur. Organisasi atau instansi yang cukup besar biasanya memiliki aturan yang

lebih banyak dibandingkan dengan organisasi yang masih kecil (Suhardjanto &

Yuliningtyas, 2011). Ukuran Pemda juga bisa digambarkan berdasarkan seberapa

banyak kekayaan yang dimiliki. Pemerintahan daerah yang mempunyai kekayaan

yang lebih besar biasanya akan lebih kompleks dalam hal menjaga dan mengelola

aset yang dimilikinya. Akibatnya, pemerintah daerah harus melakukan

pengungkapan lebih lanjut terkait dengan kekayaan yang dimiliki, pengelolaan,


19

serta pemeliharaannya. (Suhardjanto et al, 2010) Nilai aset dalam pemerintahan

suatu daerah dapat dilihat dari total aset yang ada di dalam neraca pemerintahan

tersebut.

Pemda yang ukurannya sudah cukup besar, dalam pengelolaan keuangannya

harus dilakukan secara transparan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap

publik melalui pengungkapan pada laporan keuangan.

2.2.6. Kompleksitas Pemerintahan


Kompleksitas merupakan suatu keadaan dan keberagaman faktor-faktor

yang terdapat pada lingkungan itu sendiri dan di luar lingkungan yang

mempunyai pengaruh terhadap organisasi (Khasanah, 2014). Kompleksitas

pemerintahan disebut juga sebagai keadaan dimana ada beberapa ukuran dengan

karakteristik yang tidaksama yang berpengaruh terhadap pemerintahan baik secara

langsung ataupun tidak langsung.

Ada beberapa hal yang menjadi ukuran kompleksitas pemerintahan yaitu

ukuran legislatif, jumlah SKPD, umur administratif pemerintah daerah,

diferensiasi fungsional, kekayaan pemda, latar belakang pendidikan kepala

daerah, rasio kemandirian keuangan daerah, dan intergovernmental revenue.

Tingginya tingkat kompleksitas suatu pemerintahan dalam melaksanakan kegiatan

akan mendorong pemerintahan daerah tersebut melakukan pengungkapan laporan

keuangan. Dengan adanya hal tersebut dapat dikatakan bahwa semakin kompleks

suatu pemerintahan maka akan dibutuhkan pengungkapan yang lebih lengkap agar

informasi-informasi mengenai kegiatan yang dilakukan pemerintah dapat

dipahami oleh para pembaca laporan keuangan dengan baik.


20

2.2.7. Belanja Daerah


Belanja daerah yaitu belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah guna

memenuhi kebutuhan sarana dan pra sarana masyarakat (UU Nomor 32 tahun

2004). Belanja daerah diukur dengan total realisasi belanja sebagaimana

penelitian yang dilakukan Lin dan Raman (1998) dan Bingham (1978).

Didalam APBD, belanja pemerintah daerah diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Belanja modal

Belanja modal yakni salah satu jenis belanja yang dilakukan oleh pemerintah

dimana terdapat manfaat yang akan diperoleh selama lebih dari satu tahun.

Belanja ini dilakukan guna menambah jumlah aset daerah dimana aset tersebut

dapat menimbulkan kebutuhan belanja yang lain.

2. Belanja operasi

Belanja operasi adalah belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah dimana

belanja tersebut berhubungan dengan pelayanan publik.

3. Belanja tak terduga

Belanja tak terduga merupakan belanja daerah yang dilakukan oleh pemerintah

daerah guna menangani bencana alam, bencana sosial, ataupun pengeluaran

lainnya yang sangat penting dalam rangka kegiatan penyelenggaraan kewenangan

pemerintah daerah.

Semakin meningkatnya tingkat pelayanan yang dilakukan pemerintah

terhadap masyarakat, maka kinerja pemerintah dalam melakukan pengawasan

akan meningkat dan hal tersebut akan diimbangi dengan adanya pengungkapan

informasi laporan keuangan secara terperinci yang dilakukan oleh pemerintah

daerah.
21

2.3. Penelitian Terdahulu


Tabel 1
Ringkasan Penelitian Terdahulu

N Peneliti Variabel Penelitian Metode Hasil Penelitian


o &Judul Penelitian
1 Rora Puspita & Independen : Sampel yang  PAD berpengaruh
Dwi Martani  Pendapatan Asli digunakan : negatif tidak
(2012) Daerah (PAD) Penelitian ini signifikan terhadap
 Dana Alokasi menggunakan tingkat pengungkapan
“Analisis Umum (DAU) data 108 website Pemda
Pengaruh  Ukuran Pemda Pemda yang  PAD berpengaruh
Kinerja Dan (UP) diobservasi negatif tidak
Karakteristik  Kompleksitas pengungkapan signifikan terhadap
Pemda Pemerintahan websitenya kualitas informasi
Terhadap (KP) pada periode website Pemda
Tingkat  Belanja Daerah Bulan  Dana Alokasi Umum
Pengungkapan (BD) Februari-Maret berpengaruh positif
Dan Kualitas 2010 signifikan terhadap
Informasi Dependen : tingkat pengungkapan
Dalam Website  Tingkat website Pemda
Pemda” Pengungkapan  Dana Alokasi Umum
Website Pemda Metode berpengaruh negatif
 Kualitas Analisis Data signifikan terhadap
Informasi : kualitas informasi
Regresi LIner website Pemda
Website Pemda
dan Uji  Ukuran Pemda
Analisis berpengaruh positif
Sensitivitas signifikan terhadap
tingkat pengungkapan
website Pemda
 Ukuran Pemda
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kualitas informasi
website Pemda
 Kompleksitas
pemerintah
berpengaruh positif
signifikan terhadap
terhadap tingkat
pengungkapan
website Pemda
 Kompleksitas
pemerintah
22

berpengaruh negatif
signifikan terhadap
kualitas informasi
website Pemda
 Belanja daerah
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
tingkat pengungkapan
website Pemda
 Belanja daerah
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
kualitas informasi
website Pemda
2 Sucahyo Independen : Sampel yang  Tingkat
Heriningsih &  Tingkat digunakan : ketergantungan
Rusherlistyani ketergantungan Pengambilan berpengaruh negatif
(2013)  Total aset sampel dengan tidak signifikan
 Opini auditor metode terhadap tingkat
“Faktor- Faktor  SPI laporan purposive pengungkapan
Yang keuangan sampling maka laporan keuangan
Memengaruhi pemerintah di peroleh 46 pemerintah daerah
Tingkat daerah kabupaten dan  Total aset
Pengungkapan  Kepatuhan kota yang berpengaruh negatif
Laporan terhadap dijadikan tidak signifikan
Keuangan perundang- sampel. terhadap tingkat
Pemerintah undangan pengungkapan
Daerah” Laporan laporan keuangan
Keuangan pemerintah daerah
Pemerintah  Opini auditor
Daerah berpengaruh positif
Metode tidak signifikan
Analisis Data terhadap tingkat
Dependen : : pengungkapan
Tingkat Regresi Linier laporan keuangan
Pengungkapan Berganda pemerintah daerah
Laporan Keuangan  SPI laporan keuangan
Pemerintah Daerah pemerintah daerah
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah daerah
 Kepatuhan terhadap
perundang-undangan
23

Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah daerah
3 Rizky Arinda Independen : Sampel yang  Ketergantungan
Putri (2015)  Tingkat digunakan : Daerah Berpengaruh
Ketergantungan Sampel positif Signifikan
“Faktor  Total Aset penelitian ini Terhadap
adalah laporan
Karakteristik  Opini Auditor Pengungkapan
Dan Tingkat keuangan
 SPILaporan pemerintah
Laporan Keuangan
Akuntabilitas Keuangan Pemerintah Daerah.
daerah
Kabupaten/Kota 
Pemerintah Pemerintah Aset Daerah
Dalam Daerah di Provinsi Jawa Berpengaruh Positif
Pengungkapan  Kepatuhan Tengah pada Signifikan Terhadap
Laporan Terhadap tahun 2012- Pengungkapan
Keuangan UULaporan 2013. Laporan Keuangan
Pemerintah Keuangan Pemerintah Daerah
Daerah Di Pemerintah  Opini audit BPK
Provinsi Jawa Daerah daerah berpengaruh
Tengah Tahun Dependen : Metode positif signifikan
2012-2013” Tingkat Analisis Data terhadap
Pengungkapan : pengungkapan
Laporan Keuangan Regresi Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Berganda Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di  Temuan Audit
Provinsi Jawa Kelemahan SPI
Tengah Periode Berpengaruh Negatif
2012-2013. Signifikan Terhadap
Pengungkapan
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
 Temuan Audit
Ketidak Patuhan
Berpengaruh Negatif
Signifikan Terhadap
Pengungkapan
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
4 Tiara Independen : Sampel yang  Dana Alokasi Umum
Pandansari  Dana Alokasi digunakan : berpengaruh positif
(2016) Umum (DAU) 96 Laporan signifikan terhadap
 Dana Alokasi Keuangan tingkat pengungkapan
24

“Tingkat Bagi Hasil Pemerintah dalam laporan


Ketergantunga (DBH) Kabupaten/Kot keuangan
n,  Dana Alokasi a  Dana Alokasi Bagi
Kompleksitas Khusus (DAK) Hasil berpengaruh
Pemerintah,  Kompleksitas positif signifikan
Dan Tingkat Pemerintahan terhadap tingkat
Pengungkapan Metode pengungkapan dalam
Laporan Dependen : Analisis Data laporan keuangan
Keuangan Tingkat :  Dana Alokasi Khusus
Pemerintah Pengungkapan Uji Regresi tidak berpengaruh
Daerah” Dalam Laporan Berganda terhadap tingkat
Keuangan pengungkapan dalam
laporan keuangan
 Kompleksitas
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan dalam
laporan keuangan

5 Ririn Independen : Sampel yang  Dana Alokasi Umum


Hendriyani &  Dana Alokasi digunakan : berpengaruh negatif
Afrizal Tahar Umum Pemda signifikan terhadap
(2015)  Pendapatan Asli Kabupaten/Kot tingkat pengungkapan
Daerah a di Laporan Keuangan
“Analisis  Belanja Modal Indonesiauntuk Pemerintah Daerah
Faktor-Faktor  Jumlah Penduduk tahun anggaran  Pendapatan asli
Yang  Temuan Audit 2008-2009 daerah berpengaruh
Memengaruhi yang negatif terhadap
Tingkat Dependen : telahdiaudit tingkat pengungkapan
Pengungkapan Tingkat oleh BPK RI laporan keuangan
Laporan Pengungkapan dan memiliki pemerintah provinsi
Keuangan Laporan Keuangan data di indonesia
Pemerintah Pemerintah Provinsi yanglengkap  Belanja Daerah
Provinsi Di Di Indonesia terkait dengan berpengaruh positif
Indonesia” variabel- signifikan terhadap
variabel tingkat pengungkapan
yangdigunakan laporan keuangan
dalam pemerintah provinsi
penelitian ini. di indonesia
 Jumlah penduduk
berpengaruh positif
Metode signifikan terhadap
Analisis Data tingkat pengungkapan
: laporan keuangan
Uji Regresi pemerintah provinsi
25

Berganda di indonesia
 Temuan audit
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah provinsi
di indonesia

6 Djoko Independen : Sampel yang  Ukuran daerah (size)


Suhardjanto &  Ukuran Daerah digunakan : berpengaruh positif
Rena Rukmita (Size) Penelitian Ini tidak signifikan
Yulianingtyas  Jumlah SKPD Menggunakan terhadap kepatuhan
(2011)  Status Daerah Data Sekunder pengungkapan wajib
berupa dalam Laporan
“Pengaruh Dependen : Laporan Keuangan Pemerintah
Karakteristik Kepatuhan Keuangan Daerah
Pemerintah Pengungkapan Pemerintah  Jumlah SKPD
Daerah Wajib Dalam DaerahTahun berpengaruh
Terhadap Laporan Keuangan 2008, Yang positiftidak signifikan
Kepatuhan Pemerintah Diperoleh Dari terhadap kepatuhan
Pengungkapan DaerahKabupaten/K Laporan Hasil pengungkapan wajib
Wajib Dalam ota Tahun 2008. Pemeriksaan dalam Laporan
Laporan BPK Semester Keuangan Pemerintah
Keuangan Kontrol : I Tahun 2009. Daerah
Pemerintah  Lokasi  Status pemerintah
Daerah” Pemerintah Metode daerah berpengaruh
Daerah Analisis Data positiftidak signifikan
 Jumlah Anggota : terhadap kepatuhan
DPRD Uji Regresi pengungkapan wajib
Berganda dalam Laporan
Keuangan Pemerintah
Daerah
 Lokasi daerah
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap kepatuhan
pengungkapan wajib
dalam Laporan
Keuangan Pemerintah
Daerah
 Jumlah anggota
DPRD berpengaruh
positif signifikan
terhadap kepatuhan
26

pengungkapan wajib
dalam Laporan
Keuangan Pemerintah
Daerah

7 Dyah Independen : Sampel yang  Ukuran Pemda


Setyaningrum  Ukuran digunakan : berpengaruh positif
& Febriyani Pemerintah 620 Laporan tidak signifikan
Syafitri (2012) Daerah Keuangan terhadap tingkat
 Ukuran Legislatif Pemerintah pengungkapan
“Analisis  Umur Daerah laporan keuangan
Pengaruh Administrasi Kabupaten/Kot Pemda.
Karakteristik Pemerintah a di Indonesia  Ukuran legislatif
Pemerintah Daerah tahun 2008- berpengaruh positif
Daerah  Kekayaan 2009 signifikan terhadap
Terhadap Pemerintah tingkat pengungkapan
Tingkat Daerah Metode laporan keuangan
Pengungkapan  Diferensiasi Analisis Data: Pemda
Laporan Fungsional  Umur administrasi
Keuangan”  Spesialisasi Uji Regresi Pemda berpengaruh
Pekerjaan Berganda positif signifikan
 Rasio terhadap tingkat
Kemandirian pengungkapan
Keuangan Daerah laporan keuangan
 Intergovernmenta Pemda
l Revenue  PAD berpengaruh
positif signifikan
Dependen : terhadap tingkat
Tingkat pengungkapan
Pengungkapan laporan keuangan
Wajib Laporan Pemda
Keuangan  Diferensiasi
Pemerintah Daerah fungsional
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
Pemda
 Spesialisasi pekerjaan
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
Pemda
27

 Rasio kemandirian
keuangan daerah
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
Pemda
 Intergovernmental
revenue berpengaruh
negatif terhadap
tingkat pengungkapan
laporan keuangan
Pemda
8 Hilmi & Independen : Sampel yang  Kekayaan Daerah
Martani (2011)  Kekayaan Daerah digunakan : berpengaruh positif
 Tingkat LKPD provinsi signifikan terhadap
“Analisis Ketergantungan di Indonesia tingkat pengungkapan
Faktor-Faktor  Total Aset tahun 2006 – laporan keuangan
Yang  Jumlah Penduduk 2009 pemerintah
Memengaruhi  Jumlah SKPD Metode  Tingkat
Tingkat  Jumlah Temuan Analisis Data ketergantungan
Pengungkapan : berpengaruh negatif
 Tingkat
Laporan Uji regresi tidak signifikan
Penyimpangan
Keuangan berganda terhadap tingkat
Pemerintah pengungkapan
Independen :
Provinsi” laporan keuangan
Tingkat
Pengungkapan pemerintah
 Total aset
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah
 Jumlah penduduk
berpengaruh positif
signifikan terhadap
tingkat pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah
 Jumlah SKPD
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
28

laporan keuangan
pemerintah
 Jumlah temuan
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap tingkat
pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah
 Tingkat
penyimpangan
berpengaruh positif
signifikan terhadap
tingkat pengungkapan
laporan keuangan
pemerintah
Sumber : dari berbagai jurnal

Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian dari Rora Puspita dan

Dwi Martani (2012). Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya. Perbedaannya adalah dengan menambahkan variabel Dana Alokasi

Khusus sebagai variabel independen. Variabel tersebut mengacu pada penelitian

dari Tiara Pandansari (2016).

2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

2.4.1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Pendapatan Asli Daerah yakni seluruh penerimaan yang diterima oleh

pemerintah daerah yang asalnya dari daerah itu sendiri yang dipungut berdasarkan

peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang

berlaku (Halim, 2004). PAD merupakan salah satu penerimaan suatu daerah yang

berasal dari daerahnya sendiri yang secara tidak langsung dapat mencerminkan
29

kemandirian suatu pemerintahan daerah (Santosa dan Rahayu, 2005). Dengan

demikian, semakin besar penerimaan dari PAD berarti masyarakat telah

berpartisipasi secara maksimal. Maka dari itu pemeritah diwajibkan untuk

melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terperinci.

Setyaningrum & Syafitri (2012) mengemukakan bahwa kekayaan

pemerintah daerah yaitu PAD berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan

laporan keuangan pemerintah. Semakin banyak jumlah PAD yang dimiliki akan

semakin memotivasi pemerintah untuk melakukan pengungkapan yang lengkap

terhadap laporan keuangan. Dari penjabaran tersebut, maka hipotesis dari

penelitian ini ada sebagai berikut :

H1 : Pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan


laporan keuangan.

2.4.2. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Tingkat Pengungkapan


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
DAU adalah salah satu dana transfer yang didistribusikan dari pemerintah

pusat ke pemerintah daerah yang asalnya dari APBN yang pengalokasiannya

ditujukan sebagai alat pemerataan keuangan antar daerah untuk mendanai

kebutuhan daerah otonom.

DAU yang telah diterima oleh suatu daerah harus diawasi agar jelas

penggunaannya. Semakin besar jumlah dana yang diterima maka semakin ketat

pula pengawasan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah agar dana tersebut

tidak disalahgunakan. Selain itu pemerintah juga harus lebih lengkap dalam

pengungkapan laporan keuangannya agar transparan sehingga tidak ada kesan

ditutup-tutupi dan juga dapat dipertanggungjawabkan.


30

Pandansari (2016) menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU)

berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. Dengan

demikian dapat dilihat bahwa semakin tinggi DAU yang diterima maka akan

semakin banyak pula informasi yang akan diungkap oleh pemerintah di dalam

laporan keuangan pemerintah daerah. Dari uraian diatas, maka hipotesis dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H2 : Dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan


laporan keuangan.

2.4.3. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Pengungkapan


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Sesuai dengan UU No 33 tahun 2004, DAK yakni dana yang bersumber

dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada suatu wilayah tertentu dengan

tujuan pendanaan kegiatan khusus sesuai dengan prioritas. DAK juga digunakan

untuk menutup adanya kesenjangan pelayanan publik dengan memprioritaskan

pada bidang infrastruktur, pendidikan, dan juga kesehatan.

Pandansari (2016) mengemukakan Dana Alokasi Khusus berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan

pemerintah daerah. DAK yang bersifat khusus hanya untuk daerah tertentu saja

dengan kemampuan fiskal yang rendah justru tidak tercapai di Indonesia akan

tetapi daerah yang memiliki kemampuan fiskal yang tinggi seharusnya dapat

memenuhi biaya prioritas nasional malahan mendapat Dana Alokasi Khusus. Hal

tersebut menunjukkan bahwa DAK tidak mencerminkan tingkat ketergantungan

daerah yang sebenarnya. Untuk pelaporannya DAK sendiri dilakukan tiap daerah
31

secara triwulanan. Secara otomatis besarnya transfer dana dari pusat ke daerah

tidak begitu memengaruhi informasi yang diungkapkan di laporan keuangan.

Dari uraian diatas maka hipotesis penelitian ini adalah sebagian berikut :

H3 : Dana alokasi khusus berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan


laporan keuangan.

2.4.4. Pengaruh Ukuran Pemda terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan


Keuangan Pemerintah Daerah
Menurut Damanpour, 1991 menyatakan Ukuran suatu pemerintahan

daerah dapat dilihat dari berapa total aset yang dimiliki oleh pemerintahan

tersebut. Suatu pemerintahan daerah yang memiliki total aset yang lebih besar

akan memiliki kewajiban untuk mengungkapkan laporan keuangan pemerintah

daerah agar terlihat transparan sebagai bentuk akuntabilitasnya. Total aset yang

dimaksud yaitu aset lancar, aset tetap, aset tidak berwujud, investasi jangka

panjang, dan pendapatan bersih.

Puspita & Martani (2012) telah melakukan penelitian dimana hasilnya

menjelaskan bahwa ukuran Pemda berpengaruh positif terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan. Dengan demikian suatu pemerintahan yang

memiliki ukuran besar akan melakukan pengungkapan yang lengkap. Berdasarkan

penjelasan tersebut, hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

H4 : Ukuran Pemda berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan

laporan keuangan pemerintah daerah.


32

2.4.5. Pengaruh Kompleksitas Pemerintahan terhadap Tingkat


Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Khasanah (2014) menyatakan bahwa Kompleksitas merupakan suatu

keadaan dan keberagaman faktor-faktor yang terdapat pada lingkungan internal

dan eksternal yang mempunyai pengaruh terhadap organisasi. Suatu organisasi

mendapatkan tekanan yang bersifat normatif yang berasal dari lingkungan

eksternal ataupun dari dalam organisasi tersebut (Zucker, 1987). Organisasi

pemerintahan diharuskan merealisasikan pengelolaan dan pelayanan yang baik

terhadap masyarakat. Mardiasmo (2002) pemerintah sekarang ini harus

berprioritas terhadap pelanggan, bukan lagi birokrasi. Yang dimaksud pelanggan

yaitu penduduk yang ada di suatu pemerintahan tersebut. Banyaknya jumlah

penduduk yang terdapat di suatu pemerintahan secara tersirat mencerminkan

berapa banyak kebutuhan yang harus disediakan di setiap daerah.

Puspita & Martani (2012) mengemukakan bahwa kompleksitas pemerintah

berpengaruh positif terhadap tingkap pengungkapan. Hal tersebut dapat

menggambarkan apabila suatu daerah tingkat kompleksitasnya tinggi maka

pemerintah daerah akan melakukan pengungkapan informasi laporan keuangan

secara lengkap. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini merumuskan

hipotesis sebagai berikut :

H5 : Kompleksitas pemerintahan berpengaruh positif terhadap tingkat


pengungkapan laporan keuangan daerah.
33

2.4.6. Pengaruh Belanja Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan


Keuangan Pemerintah Daerah

Belanja daerah merupakan belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah

yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan pra sarana infrastruktur

masyarakat (UU Nomor 32 tahun 2004). Dalam APBD, belanja daerah

dikelompokkan menjadi belanja modal, belanja operasi, dan belanja tak terduga.

Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 pasal 167 ayat 1, belanja daerah

dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat setempat.

Peningkatan kualitas hidup masyarakat diwujudkan dalam bentuk peningkatan

kualitas pendidikan, menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai,

mengembangkan sistem jaminan sosial, dan juga meningkatkan fasilitas umum

yang layak. Dengan adanya pengeluaran belanja daerah yang cukup tinggi,

pemerintah diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan dengan memberikan

pengungkapan secara lengkap dan terinci. Hal tersebut sama dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Hendriyani & Tahar (2015) bahwa belanja daerah

mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.

Oleh karena itu semakin banyak pengeluaran pemerintah pada belanja daerah,

maka semakin lengkap pula pengungkapan yang dilakukan terkait dengan laporan

keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban.

H6 : Belanja daerah berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan


laporan keuangan.

2.5. Kerangka Penelitian


Penelitian ini didasarkan pada Teori Agensi. Terdapat dua pihak yang

terlibat, yaitu pihak yang memberi wewenang dan pihak yang menerima
34

wewenang. Pemerintah daerah merupakan pihak yang diberi wewenang untuk

melaksanakan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk menyejahterakan

masyarakat. Dengan adanya kegiatan tersebut pemerintah daerah diharuskan

untuk membuat laporan keuangan secara transparan sebagai bentuk

pertanggungjawabannya terhadap masyarakat. Dalam laporan keuangan tersebut

juga harus berisikan mengenai informasi-informasi yang harus diungkap secara

kompleks. Faktor-faktor yang dapat menjadi pengaruh terhadap pengungkapan di

dalam laporan keuangan diantaranya: (1) Pendapatan Asli Daerah (2) Dana

Alokasi Umum (3) Dana Alokasi Khusus (4) Ukuran Pemda (5) Kompleksitas

Pemerintahan (6) Belanja Daerah. Faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi

tingkat pengungkapan apabila tingkat penerimaan dana yang diterima pemerintah

berjumlah besar dan semakin kompleksnya suatu pemerintahan daerah maka hal

tersebut membuat pemerintah untuk melakukan pengungkapan yang lebih lengkap

pada laporan keuangan.

Dengan adanya beberapa faktor-faktor di atas maka berikut adalah

kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini :


35

H1 (+) PAD

DAU
H2 (+)

H3 (+) DAK
Pengungkapan
Laporan Keuangan
H4 (+) Ukuran Pemda
Pemerintah Daerah

Kompleksitas
H5 (+)
Pemerintahan

Belanja
H6 (+)
Daerah

Gambar 1

Kerangka Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN

3. Metode Penelitian

3.1. Variabel Penelitian, Definisi Operasional Variabel, dan Pengukuran


Variabel

3.1.1. Variabel Penelitian


Variabel penelitian merupakan suatu objek pengamatan yang digunakan

untuk melakukan sebuah penelitian (Ibnu Hajar, 1999). Variabel penelitian yang

digunakan ada dua jenis, yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel

bebas (independent variable).

3.1.1.1.Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang

mendapatkan pengaruh dari variabel bebas. Variabel dependen yang digunakan di

dalam penelitian ini adalah Pengungkapan Laporan Keuangan.

3.1.1.2.Variabel Independen
Variabel bebas (independen) adalah variabel yang memiliki pengaruh

terhadap variabel terikat. Variabel yang digunakan adalah Pendapatan Asli

Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Ukuran Pemda,

Kompleksitas Pemerintahan, dan Belanja Daerah.

35
36

3.1.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.2.1. Variabel Pengungkapan Laporan Keuangan


Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel dependen adalah

pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Disclosure adalah sebuah

penyajian secara terperinci terkait dengan transaksi yang dilakukan yang telah

dicatat dalam sebuah laporan keuangan. Dengan demikian berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Girsang (2015) maka besaran tingkat pengungkapan laporan

keuangan yang telah diungkap oleh pemerintah daerah dapat dihitung

menggunakan rumus berikut ini :

Jumlah item yang telah diungkap


Disclosure= Jumlah item yang harus diungkap

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengungkapan Laporan


Keuangan Pemerintah Daerah, maka dalam penelitian ini diproksikan
menggunakan metode scoring. Metode scoring dilakukan dengan cara membuat
daftar checklist terlebih dahulu. Berikut adalah daftar checklist yang dapat
digunakan
37

Tabel 2
Daftar Checklist Tingkat Disclosure Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
PSAP No. 5 mengenai Akuntansi Persediaan
No. Penjelasan
1. Kebijakan akuntansi yang diterapkan terkait dengan pengukuran
persediaan
2. Total persediaan
3. Penjelasan terkait dengan persediaan yang ada, seperti perlengkapan
yang ditunjukkan untuk melayani masyarakat
PSAP No. 6 mengenai Akuntansi Investasi
4. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk menetukan nilai investasi
5. Jenis investasi, investasi permanen dan investasi non permanen
6. Penurunan nilai investasi dan hal-hal yang menyebabkan adanya
penurunan investasi
7. Penilaian investasi terhadap nilai wajar dan hal-hal yang menjadi
alasan penetapannya
8. Perubahan akun investasi
PSAP No. 7 mengenai Akuntansi Aset Tetap
9. Penilaian yang digunakan untuk menetapkan nilai tercatat carrying
amount)
10. Rekonsiliasi yang dilakukan terhadap total yang tercatat di awal dan
di akhir periode
11. Depresiasi (metode depresiasi yang diterapkan, tarif depresiasi yang
digunakan, akumulasi depresiasi yang ada pada awal dan akhir
periode)
12. Kebijakan terkait dengan kapitalisasi yang berkenaan dengan aset
tetap
13. Total pengurangan pada akun aset tetap
14. Jumlah komitmen akuisisi aset tetap
Apabila aktiva tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka
hal-hal dibawah ini juga harus ada pada pengungkapan :
15. Regulasi yang digunakan sebagai dasar penilaian kembali aset tetap
16. Tanggal efektif penilaian kembali
17. Nama penilai independen yang melakukan penilaian kembali
18. Hakikat pada petunjuk yang ditetapkan untuk menentukan biaya
pengganti
19. Nilai yang tercatat pada masing-masing aset tetap
PSAP No. 8 mengenai Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
20. Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan
21. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pendanaan
22. Total dana yang telah digunakan
23. Uang muka yang dikeluarkan
24. Retensi
PSAP No. 9 mengenai Akuntansi Kewajiban
38

25. Daftar utang


26. Total saldo utang jangka pendek dan utang jangka panjang
27. Total saldo utang pemerintah yang didasarkan pada jenis sekuritas
utang pemerintah beserta tanggal jatuh temponya
28. Total bunga pinjaman dan besaran bunga
29. Konsekuensi dilakukannya pembayaran utang sebelum masa jatuh
temponya
30. Perjanjian restrukturisasi kewajiban
31. Total tunggakan utang
32. Biaya pinjaman
Sumber : Syarifah, 2013

3.1.2.2. Variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang bersumber dari

dalam suatu daerah itu sendiri yang pungutannya sesuai dengan peraturan undang-

undang yang berlaku. Menurut Puspita dan Martani (2012) pengukuran rasio PAD

dilakukan dengan cara membandingkan total PAD dengan total realisasi anggaran

pendapatan asli daerah. Dengan demikian berikut adalah rumus yang dapat

digunakan :

Jumlah PAD
Rasio PAD = Jumlah Realisasi Anggaran Pendapatan

3.1.2.3. Variabel Dana Alokasi Umum


Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan pengalokasian dana dari

pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang dimaksudkan dengan tujuan adanya

pemerataan keuangan di daerah (Prakosa, 2004). DAU merupakan salah satu

variabel independen yang dipilih untuk mengukur seberapa besar tingkat

ketergantungan suatu daerah. Berdasarkan penelitian yang dibuat oleh Puspita dan

Martani (2012), pengukuran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :


39

Dana Alokasi Umum


Rasio DAU =
Total Realisasi Anggaran Pendapatan

3.1.2.4. Variabel Dana Alokasi Khusus


Dana alokasi khusus merupakan pengalokasian dana yang berasal dari

pemerintah pusat yang ditunjukkan ke pemerintah daerah guna untuk mendanai

program-program khusus seperti halnya memenuhi kebutuhan sarana dan

prasarana daerah tertentu yang belum memenuhi standar. Menurut Puspita dan

Martani (2012) Dana Alokasi Khusus dapat digunakan untuk mengukur tingkat

ketergantungan suatu daerah dengan cara sebagai berikut :

Dana Alokasi Khusus


Rasio DAK =
Total Realisasi Anggaran Pendapatan

3.1.2.5. Variabel Ukuran Pemda (Size)


Ukuran Pemda merupakan suatu skala yang mana organisasi tersebut bisa

digolongkan berdasarkan besar atau kecilnya dengan beberapa tolok ukur.

Pengukuran size dapat diproksikan menggunakan total aset yang dimiliki

pemerintah daerah. Hal tersebut dikarenakan aset dapat memperlihatkan seberapa

banyak sumber daya yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang merupakan hasil

dari adanya kegiatan pada masa lalu dan juga merupakan sumber manfaat

ekonomi yang dapat digunakan di masa depan. Menurut Puspita dan Martani

(2012) pengukuran size dirumuskan sebagai berikut :

𝑆𝑖𝑧𝑒 = log 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐴𝑠𝑒𝑡


40

3.1.2.6. Variabel Kompleksitas Pemerintahan


Kompleksitas merupakan suatu kondisi serta keanekaragaman beberapa

faktor yang terdapat pada lingkungan internal dan eksternal yang memiliki

pengaruh terhadap suatu organisasi (Khasanah, 2014). Jumlah penduduk pada

suatu daerah merupakan suatu pengukuran yang mendeskripsikan kompleksitas

suatu daerah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Puspita dan

Martani (2012), Kompleksitas Pemerintahan dapat diukur dengan cara sebagai

berikut :

Kompleksitas Pemerintahan = log Populasi

3.1.2.7. Variabel Belanja Daerah


Belanja daerah merupakan belanja yang dilakukan oleh pemerintah

guna melaksanakan tanggungjawabnya untuk memenuhi kebutuhan sarana

dan prasarana di daerah (Halim, 2003). Menurut Puspita dan Martani

(2012) Belanja daerah diproksikan dengan realisasi belanja. Untuk

mengukur belanja daerah maka dapat menggunakan cara sebagai berikut

Belanja Daerah = log Realisasi Belanja

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi
Populasi merupakan sekumpulan subjek penelitian yang dapat digunakan

sebagai sumber data guna memperoleh suatu informasi yang dibutuhkan. Populasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan Pemerintah


41

Daerah tahun 2014-2016 pada pemerintahan yang terdapat di Provinsi Jawa

Tengah. Di Provinsi Jawa Tengah terdapat 35 pemerintahan, diantaranya 29

kabupaten dan 6 kota.

3.2.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel dipilih menggunakan

cara total sampling, maksudnya sampel yang digunakan yaitu keseluruhan

populasi. Total populasi yang digunakan didalam penelitian ini adalah LKPD

pemerintah kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2014-2016.

3.3. Jenis Data dan Sumber Data


Penelitian yang dilakukan menggunakan data sekunder. Sumber data yang

terdapat dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintah daerah di Jawa

Tengah yang didapatkan dari Kantor BPK Perwakilan Jawa Tengah.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini pengumpulan data dapat dilakukan dengan

menggunakan cara :

1. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang didapat dengan

cara menyalin (copy) data dari Kantor BPK Perwakilan Jawa Tengah. Hal tersebut

dilakukan agar dapat mengetahui tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah pada laporan keuangannya.


42

3.5. Teknik Analisis Data

3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif


Pengujian statistik deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan atau

menjelaskan suatu data yang dilihat dari hasil pengujian nilai rata-rata (mean),

pengujian nilai standar deviasi, pengujian nilai maksimum, dan pengujian nilai

minimum. Pengujian statistik deskriptif berfungsi agar memberikan penjelasan

terkait dengan distribusi persebaran data dan perilaku data sampel dalam

pengujian tersebut (Ghozali, 2013).

3.5.2. Analisis Asumsi Klasik

3.5.2.1. Uji Normalitas


Uji normalitas dilakukan untuk menilai apakah sebaran data yang dimiliki

sudah berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini dilakukan karena banyaknya

data tidak bisa dijadikan patokan bahwa data-data yang ada dipastikan

berdistribusi normal. Data yang banyaknya >30 dapat berdistribusi normal,

begitupun sebaliknya. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi

normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan

menggunakan cara Kolmogorov Smirnov. Hal tersebut dilakukan karena pengujian

Kolmogorov Smirnov dapat dilakukan pada data besar maupun kecil. Selain itu,

pengujian ini juga dapat dilakukan pada data yang belum dikelompokkan pada

tabel distribusi frekuensi. Pengujian Kolmogorov Smirnov dilakukan dengan

melihat hasil dari angka siginifikansinya dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Apabila angka signifikansinya >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data

memiliki distribusi normal.


43

2. Apabila angka signifikansinya <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data

memiliki distribusi tidak normal.

3.5.2.2. Uji Heteroskedastisitas


Menurut Ghozali (2013) Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui apakah terdapat kesamaan varians atau tidak pada

pengamatan satu dengan lainnya di dalam model regresi yang digunakan. Suatu

model regresi yang baik yaitu Homoskedastisitas. Dengan kata lain model regresi

yang baik adalah dimana varians dari pengamatan satu ke pengamatan yang

lainnya tetap. Untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas

dilakukanlah pengujian Uji Park.

Uji Park merupakan pengujian yang dilakukan dengan cara membuat

regresi logaritma dari kuadrat residual (ln 𝑈 2 𝑖) sebagai variabe terikat sementara

variabel bebasnya tetap. Apabila hasil dari persamaan tersebut koefisien beta

tersebut signifikan, maka model regresi yang telah dibuat terdapat

heteroskedastisitas, begitupun sebaliknya apabila parameter beta tidak signifikan

maka terdapat homoskedastisitas, artinya model regresi diterima (Ghozali, 2013).

Kriteria pengujian yang digunakan apabila hasil yang didapat

memperlihatkan secara statistik bersifat tidak signifikan (tingkat signifikansinya

lebih besar dari 0,05) artinya tidak menunjukkan adanya heteroskedastisitas pada

model penelitian yang digunakan dan begitu pula sebaliknya (Ghozali, 2013)

3.5.2.3.Uji Autokorelasi
Autokorelasi menurut Hasan (2010) yaitu adanya hubungan antar sampel

yang dimiliki yang disajikan historis atau berdasarkan urutan waktu, sehingga
44

mengakibatkan munculnya suatu datum yang disebabkan oleh adanya datum

sebelumnya. Uji Autokorelasi dilakukan guna mendeteksi apakah terdapat

hubungan antara kesalahan pengganggu pada periode saat itu dengan kesalahan

pengganggu pada periode sebelumnya pada model regresi yang digunakan. Untuk

melakukannya dapat dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson (DW test).

DW test dilakukan dengan cara membuat perbandingan antara DW (d hitung)

dengan nilai d tabel.

Tabel 3
Tabel Durbin-Watson
Klasifikasi nilai d Uji Durbin Watson

Nilai Keterangan
0 < d < dl Autokorelasi Positif
dl ≤ d ≤ du Tidak Dapat Disimpulkan
4-dl < d < 4 Autokorelasi Negatif
4-du ≤ d ≤ -dl Tidak Dapat Disimpulkan
du < d < 4-du Tidak Terdapat Autokorelasi
Sumber : (Ghozali, 2013)

3.5.2.4. Uji Multikolinearitas


Dilakukannya uji multikolinearitas guna agar dapat mengetahui apakah

ada atau tidak hubungan antar variabel independen satu dengan variabel

independen yang lainnya. Apabila ditemukan korelasi antar variabel independen

maka model regresi tersebut ditolak. Sebaliknya apabila tidak terdapat korelasi

antar variabel independen maka model regresi diterima. Menurut Ghozali (2013)

untuk melakukan uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan cara menentukan

nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari hasil analisis data. Apabila VIF < 10

dan nilai Tolerance tidak ada yang kurang dari 0,10 maka tidak ada

multikolinearitas antar variabel independen. Akan tetapi apabila hasil dari uji
45

tersebut ditemukan VIF > 10 dan nilai Tolerance ada yang kurang dari 0,10 maka

artinya terdapat korelasi antar variabel independen. Multikolinearitas antar

variabel terjadi sebagai akibat dari adanya kombinasi dua atau lebih variabel

bebas.

3.5.3. Pengujian Hipotesis


Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan

analisis regresi berganda (multiple regression). Analisis regresi berganda dalam

penelitian ini dilakukan dengan melihat pengaruh beberapa karakteristik

pemerintah terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah. Model regresi yang digunakan sebagai berikut :

Y = β0 + β1 PAD + β2 DAU + β3 UP + β4 KP + β5 BD + β6 DAK + e

Keterangan :
Y =Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
PAD = Pendapatan Asli Daerah
DAU = Dana Alokasi Umum
UP = Ukuran Pemerintahan
KP = Kompleksitas Pemerintahan
BD = Belanja Daerah
DAK = Dana Alokasi Khusus
e = error

3.5.3.1. Uji Koefisien Determinasi (R2)


Uji R2 merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen (Ghozali,

2013). Nilai koefisien R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 < R2<1). Apabila R2

menunjukkan nilai yang besar atau mendekati angka 1 berarti variabel bebas
46

(variabel independen) dapat memberikan penjelasan yang hampir lengkap

terhadap variabel dependen. Sebalikanya apabila nilai R2 kecil atau mendekati

angka 0 (nol) artinya variabel independen memiliki kemampuan yang lemah

dalam menjelaskan variabel dependennya.

3.5.3.2. Uji Statistik t


Uji statistik t dilakukan dengan tujuan agar dapat diketahui banyaknya

pengaruh yang dimiliki oleh satu variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependennya. Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat nilai masing-

masing t hitungnya yang terdapat pada kolom signifikansi. Pengujian ini

menggunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : variabel independen bukanlah suatu penjelas yang signifikan terhadap

variabel dependen.

Ha : variabel independen suatu penjelas yang signifikan

terhadap variabel dependen.

Tingkat signifikansi pada pengujian t sebesar 5% dengan kriteria

pengujian sebagai berikut :

1. Apabila tingkat signifikansi t statistik≥ 0,05 maka H0 diterima. Dapat

disimpulkan bahwa tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara satu

variabel bebas terhadap variabel terikatnya.

2. Apabila tingkat signifikansi t statistik< 0,05 maka H0 ditolak. Dapat

disimpulkan bahwa ditemukan pengaruh yang signifikan antara satu variabel

bebas terhadap variabel terikat.


47

3.5.3.3. Uji Statistik F


Pengujian statistik F dilakukan untuk mengetahui semua variabel bebas

yang dipakai berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya

(Ghozali, 2013). Hipotesis yang diuji yaitu :

Ho : Suatu variabel bebas tidak sebagai penjelasan yang signifikan

terhadap variabel terikat.

Ha :Suatu variabel bebas sebagai penjelasan yang signifikan terhadap

variabel terikat.

Uji statistik F dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Mengkomparasikan antara f-tabel dengan f-hitung. Ha dinyatakan diterima

apabila perbandingan F hitung lebih besar dari tabel.

2. Menggunakan significan level 0,05 atau a =5%.

a. Dinyatakan diterima apabila nilai signifikansi F< 0,05. Dengan kata lain

koefisien regresi signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa secara

simultan keempat variabel independen yang digunakan berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai signifikansi F ≥ 0,05 maka Ha ditolak, yang berarti koefisien

regresi tidak signifikan. Ini berarti bahwa secara simultan keempat

variabel independen yang digunakan berpengaruh tidak signifikan

terhadap variabel dependen.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Sampel


Penelitian ini menggunakan populasi Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah tahun anggaran 2014-2016 pada pemerintahan yang terdapat di Provinsi

Jawa Tengah dimana terdapat 35 pemerintahan, diantaranya 29 kabupaten dan 6

kota. Berdasarkan populasi tersebut pengambilan sampel menggunakan metode

total sampling, yaitu sampel yang digunakan adalah seluruh total populasi yang

ada, yakni Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Tengah tahun

anggaran 2014-2016. Total data penelitian dari 35 pemerintahan dengan tahun

anggaran 2014 – 2016 sebanyak 105, sebagaimana tampak dalam tabel 4.1

Tabel 4 1
Penentuan sampel penelitian

Keterangan Jumlah
Total populasi 35 Pemda
Tahun pengamatan 2014 – 2016 105 data

Sumber : Data sekunder diolah tahun, 2018

49
50

4.1.2. Analisis Data

4.1.2.1. Analisis Statistik Deskriptif


Pengujian analisis statistik deskriptif dilakukan guna menjelaskan suatu

data yang dilihat dari hasil pengujian rata-rata (mean), nilai maksimum dan nilai

minimum, nilai standar deviasi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

maka hasil analisis statistik deskriptif adalah sebagai berikut :

Tabel 4 2
Deskripsi variable penelitian

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari hasil statistik deskriptif pada variabel

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diukur dengan Log total PAD menghasilkan

nilai terendah sebesar 11,11 dan nilai tertinggi sebesar 11,73. Besaran Mean

sebesar 11,3953 dan standar deviasi sebesar 0,11978. Dengan demikian dapat

dilihat bahwa hasil dari nilai rata-rata lebih besar dari nilai standar deviasinya,

sehingga dapat dikatakan rendahnya variasi antara nilai minimum dengan nilai

maksimum.

Variabel size (ukuran Pemerintah Daerah) yang diukur dengan Log Total

Aset mempunyai nilai terendah 12,21 dan nilai tertinggi 12,88. Nilai rata-rata

sebesar 12,4643 dimana nilai standar deviasi lebih kecil, yaitu sebesar 0,13445.
51

Artinya tingkat variasi antara nilai minimum dan nilai maksimum selama periode

pengamatan dapat dikatakan rendah.

Pengujian deskriptif variabel Kompleksitas Pemerintahan yang

diproksikan dengan Log Populasi menghasilkan nilai minimum sebesar 5,27 dan

nilai maksimum sebesar 6,25. Untuk nilai rata-rata (mean) sebesar 5,9644 lebih

besar dari nilai standar deviasi yang menunjukkan hasil sebesar 0,19076. Hal

tersebut membuktikan bahwa persebaran data pada variabel kompleksitas

pemerintahan dapat dikatakan merata, dengan kata lain perbedaan antara data satu

dengan data yang lainnya tidaklah tinggi.

Variabel Belanja Daerah yang diproksikan dengan Log Realisasi Belanja

mempunyai nilai terendah sebesar 11,87 dan nilai tertinggi sebesar 12,50. Mean

sebesar 12,2078 lebih besar dari nilai standar deviasi sebesar 0,10955. Hal

tersebut menunjukkan bahwa rendahnya tingkat variasi antara nilai terendah dan

nilai tertinggi selama periode pengamatan. Dengan kata lain, tingkat persebaran

data cukup merata atau tingkat perbedaan antara data satu dengan data yang lain

cukup rendah.

Variabel DAU yang diukur dengan Log DAU memiliki nilai minimum

sebesar 11,61 dan nilai maksimum sebesar 12,15. Untuk nilai rata-rata didapat

sebesar 11,9575 dimana lebih besar dari nilai standar deviasi sebesar 0,11241.

Mean yang lebih tinggi dari nilai standar deviasi pada variabel Dana Alokasi

Umum menunjukkan bahwa rendahnya variasi antara nilai minimum dan nilai

maksimum selama periode pengamatan.


52

Variabel DAK (Dana Alokasi Khusus) yang diukur dengan Log DAK

memiliki nilai minimum sebesar 10,61 dan nilai maksimum sebesar 12,11.

Sedangkan nilai rata-rata sebesar 11,4247 dan nilai standar deviasi sebesar

0,44638 dimana nilai rata-rata lebih besar dibandingkan dengan nilai standar

deviasinya. Artinya tingkat variasi antara nilai minimum dengan nilai maksimum

selama periode pengamatan tersebut rendah.

Variabel pengungkapan wajib (disclosure) yang dihitung dengan membagi

jumlah item yang telah diungkap dengan jumlah item yang harus diungkap

memiliki nilai minimum 0,44 dan nilai maksimum 0,66. Sedangkan nilai rata-rata

sebesar 0,5343 dan nilai standar deviasi sebesar 0,04298. Hal tersebut

menunjukkan bahwa nilai rata-rata lebih besar dari nilai standar deviasinya.

Artinya variasi antara nilai minimum dengan nilai maksimum selama periode

pengamatan adalah rendah. Dengan kata lain persebaran antara data satu dengan

data yang lain cukup merata.

4.1.2.2. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa model regresi yang

digunakan dalam penelitian ini telah memiliki data yang berdistribusi normal,

tidak ada multikolinearitas antar variabel independen, tidak terdapat

heteroskedastisitas, dan tidak ada autokorelasi. Dari pengujian yang dilakukan ini

dapat diketahui kelayakan model regresi yang digunakan pada penelitian.

4.1.2.3. Uji Normalitas


Pengujian normalitas ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan

kriteria apabila angka signifikansinya sebesar > 0,05 maka dapat disimpulkan
53

bahwa data berdistribusi normal, sebaliknya apabila angka signifikansinya < 0,05

maka data berdistribusi normal.

Tabel 4 3
Uji Normalitas

Berdasarkan tabel di atas, pengujian normalitas menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian menunjukkan nilai signifkansi 0,2 dimana

nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Artinya data yang digunakan dalam penelitian

ini berdistribusi normal.

4.1.2.4. Uji Multikolinearitas


Kriteria yang digunakan dalam uji multikolinearitas adalah apabila

masing-masing variabel besarnya VIF < 10 dan nilai tolerance tidak ada yang

kurang dari 0,10 maka tidak ada multikolinearitas antar variabel independen,

sebaliknya jika besarnya VIF > 10 dan nilai tolerance kurang dari 0,10 maka

terdapat multikolinearitas. Adapun hasil dari pengujian multikolinearitas adalah

sebagai berikut :
54

Tabel 4 4
Uji Multikolinearitas

Berdasarkan tabel di atas, uji multikolinearitas dengan melihat masing-

masing nilai tolerance maka tidak ada variabel yang nilai tolerance dibawah 0,10

sedangkan Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan bahwa variabel PAD,

Size, Kompleksitas Pemerintahan, Belanja Daerah, DAK memiliki nilai VIF

kurang dari 10. Akan tetapi untuk variabel DAU memiliki nilai VIF yang lebih

besar dari 10, artinya terdapat multikolinearitas dengan kata lain terjadi korelasi

antar variabel independen.

Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas diketahui terjadi korelasi

antar variabel. Sedangkan untuk dapat melanjutkan ke pengujian berikutnya,

variabel yang digunakan tidak boleh terdapat multikolinearitas. Maka dari itu

variabel DAU dieliminasi karena nilai VIF melebihi angka 10, yaitu sebesar

14,483 sehingga hasil pengujian dapat dilihat sebagai berikut :


55

Tabel 4 5
Uji Multikolinearitas

Tabel 4.5 merupakan hasil dari pengujian multikolinearitas setelah

variabel DAU dieliminasi karena nilai VIF lebih besar dari 10. Dari hasil di atas

dapat dilihat bahwa semua variabel independen memiliki nilai VIF yang kurang

dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini semua variabel

independennya tidak terdapat hubungan antar variabel independen.

4.1.2.5. Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi digunakan untuk mendeteksi apakah pada model regresi

terdapat hubungan antara kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya.

pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).

Berikut ini merupakan hasil dari pengujian Durbin-Watson :


56

Tabel 4 6
Uji Auto relasi

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilakukan pendeteksi autokorelasi yaitu

sebagai berikut :

Du < DW < 4-du

1,777 < 2,136 < 2,223

Berdasarkan perhitungan di atas nilai DW sebesar 2,136 berada lebih besar

dari nilai du sebesar 1,777 dan lebih kecil dari nilai 4-du sebesar 2,223. Sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian

ini tidak terdapat autokorelasi.


57

4.1.2.6. Pengujian Hipotesis


Uji hipotesis pada pengamatan ini menggunakan metode analisis regresi

linear berganda (multiple linear regression). Model regresi linear berganda yang

baik adalah yang telah memenuhi kriteria pada uji asumsi klasik, yaitu data harus

berdistribusi normal, model regresi yang digunakan harus terbebas dari adanya

multikolinearitas, dan juga tidak terdapat heteroskedastisitas. Berdasarkan

pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan, penelitian ini telah memenuhi

kriteria-kriteria tersebut, sehingga model regresi yang digunakan pada penelitian

ini telah dianggap baik.

Tabel 4 7
Model Persamaan regresi

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta

1 (Constant) 1,083 ,725 1,495 ,139


PAD ,114 ,052 ,318 2,194 ,031
DAK -,009 ,011 -,099 -,902 ,370
Size ,080 ,039 ,250 2,028 ,046
Kompleksitas ,059 ,043 ,262 1,359 ,178
Pemerintahan
BD -,253 ,089 -,645 -2,840 ,006

Pada Tabel 4.7 hasil pengolahan data dengan menggunakan program

SPSS 22, sehingga didapatkan model persamaan regresi sebagai berikut :

Dari persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :


58

1) Nilai konstanta sebesar 1,083 menjelaskan bahwa apabila PAD, Size,

Belanja Daerah, DAK, dan Kompleksitas Pemerintahan bernilai 0 maka

nilai dari tingkat pengungkapan sebesar 1,083.

2) Nilai koefisien variabel PAD sebesar 0,114 bernilai positif, artinya apabila

PAD naik satu satuan maka akan menurunkan nilai tingkat pengungkapan

sebesar 0,114 dengan asumsi variabel independen yang lainnya tetap.

3) Nilai koefisien variabel Size (ukuran pemda) sebesar 0,08 bernilai positif,

artinya apabila Size naik satu satuan maka akan menurunkan nilai tingkat

pengungkapan sebesar 0,08 dengan asumsi variabel independen yang

lainnya tetap.

4) Nilai koefisien variabel Belanja Daerah sebesar -0,253 bernilai negatif,

artinya apabila Belanja Daerah naik satu satuan maka akan menurunkan

nilai tingkat pengungkapan sebesar -0,253 dengan asumsi variabel

independen yang lainnya tetap.

5) Nilai koefisien variabel DAK sebesar -0,009 bernilai negatif, artinya apabila

DAK naik satu satuan maka akan menurunkan nilai tingkat pengungkapan

sebesar -0,009 dengan asumsi variabel independen yang lainnya tetap.

6) Nilai koefisien Kompleksitas Pemerintahan sebesar 0,059 bernilai positif,

artinya apabila Kompleksitas Pemerintahan naik satu satuan maka akan

menurunkan nilai tingkat pengungkapan sebesar 0,059 dengan asumsi

variabel independen yang lainnya tetap.


59

4.1.2.6.1. Uji Koefisien Determinasi (R2)


Pengujian Determinasi dilakukan agar dapat mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi ditunjukkan dengan nilai adjusted R-square.

Tabel 4 8
Koefisien Determinasi

Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,098

atau 9,8% maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel independen yang berupa

PAD, Size (Ukuran Pemda), Belanja Daerah, DAK, dan Kompleksitas

Pemerintahan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu tingkat

pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebesar 9,8% sedangkan

sisanya sebanyak 90,2% dipengaruhi oleh variabel lain.

4.1.2.6.2. Uji Statistik F (Uji Simultan)


Uji statistik F digunakan untuk menguji seluruh variabel independen

berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependennya. Hasil

pengujiannya adalah sebagai berikut:


60

Tabel 4 9
Uji F

Dari hasil pengolahan data sesuai dengan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa

nilai F sebesar 2,984 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,016. Maka ditarik

kesimpulan bahwa variabel PAD, Size (Ukuran Pemda), Belanja Daerah, DAK,

dan Kompleksitas Pemerintahan secara bersama-sama memengaruhi tingkat

pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

4.1.2.6.3. Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

yang dimiliki oleh satu variabel independen dan menjelaskan variasi variabel

independennya. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai masing-masing t

hitungnya pada kolom signifikansi. Kriteria besarnya nilai signifikansi dengan α =

0,05. Berdasarkan Tabel 4.7 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap tingkat pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah

Pengujian hipotesis yang pertama adalah untuk menguji apakah Pendapatan

Asli Daerah berpengaruh terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah. Hasil pengujian menunjukkan nilai t sebesar


61

2,194 dengan tingkat signifikansinya sebesar 0,031 lebih kecil dari 0,05

sedangkan β 0,114 sejalan dengan arah hipotesis dan juga berpengaruh.

Maka H1 yang berbunyi Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah dinyatakan diterima. Artinya semakin tinggi pendapatan yang

diperoleh oleh suatu daerah maka akan membuat pemerintah daerah untuk

melakukan pengungkapan wajib yang lebih lengkap terhadap laporan

keuangannya.

2) Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap tingkat pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah

Pada Tabel 4.7 menunjukkan hasil pengujian nilai t sebesar -0,902 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,370 dimana lebih besar dari 0,05 sedangkan β-

0,009 sejalan dengan arah hipotesis. Maka dapat disimpulkan bahwa H3

yang berbunyi Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dinyatakan ditolak.

Artinya besarnya perolehan DAK pada suatu pemerintahan tidak

mengharuskan pemerintah untuk melakukan pengungkapan wajib secara

terperinci pada laporan keuangannya.

3) Pengaruh Ukuran Pemda terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah

Berdasarkan Tabel 4.7 hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t sebesar

2,028 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,046 dimana nilai signifikansi

tersebut lebih kecil dari 0,05 sedangkan β sebesar 0,080 sejalan dengan arah
62

hipotesis dan juga berpengaruh signifikan. H4 berbunyi Ukuran Pemda

berpengaruh positif terhadap tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah dengan demikian hipotesis dinyatakan diterima.

Artinya apabila semakin besar Ukuran (Size) suatu pemerintahan maka akan

semakin lengkap pula pengungkapan wajib yang harus dilakukan oleh

pemerintah.

4) Pengaruh Kompleksitas Pemerintahan terhadap Tingkat Pengungkapan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Hasil pengujian yang ditunjukkan oleh tabel 4.7 adalah nilai t sebesar 1,359

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,37 dimana lebih besar dari 0,05

sedangkan untuk nilai β sebesar 0,059 sejalan dengan arah hipotesis. H5

berbunyi Kompleksitas Pemerintahan berpengaruh positif terhadap tingkat

Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dengan

demikian hipotesis dinyatakan ditolak.

5) Pengaruh Belanja Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah

Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan oleh tabel 4.7 adalah nilai t

sebesar -2,840 dengan tingkat signifikansinya sebesar 0,006 lebih kecil dari

0,05 sedangkan untuk nilai β sebesar -0,253 tidak sejalan dengan arah

hipotesisnya. H6 berbunyi Belanja Daerah berpengaruh positif terhadap

tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dengan

demikian hipotesis dinyatakan ditolak.


63

4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Karakteristik Pemerintah

Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah pada 35 kabupaten/kota yang terdapat di provinsi Jawa Tengah periode

2014 – 2016 didapatkan pembahasan sebagai berikut :

1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap tingkat pengungkapan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa Pendapatan Asli Daerah

berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan

pemerintah daerah. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar PAD yang

diterima, maka pemerintah harus melakukan pengungkapan yang semakin

lengkap pula sebagai bentuk pertanggungjawabannya.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan yang berasal dari

daetan tersebut yang berasal dari masyarakat. Apabila PAD pada suatu daerah

terbilang cukup tinggi, maka hal tersebut dapat menunjukkan bahwa andil

masyarakat dalam kegiatan pembayaran sumber dana PAD sudah tinggi. Dengan

adanya hal tersebut, memotivasi pemerintah daerah untuk melakukan

pengungkapan secara terperinci di dalam laporan keuangan agar bersifat

transparan dan akuntabel.

Penelitian ini memperoleh hasil yang sama dengan penelitian dari

Setyaningrum & Syafitri (2012) yang mengemukakan kekayaan pemerintah

daerah yaitu PAD berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan

laporan keuangan pemerintah daerah. Semakin banyak PAD yang dimiliki maka

akan memotivasi pemerintah untuk melakukan pengungkapan yang lengkap


64

terhadap laporan keuangan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hendriyani & Tahar (2015) yang menunjukkan hasil bahwa PAD tidak

berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.

2. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Pengungkapan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Dana

Alokasi Khusus berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Kecilnya pengaruh yang

dimiliki DAK terhadap tingkat Pengungkapan disebabkan kurangnya monitoring

dari pemerintah pusat karena di dalam daftar pengungkapan wajib tidak ada yang

mengatur tentang Dana Alokasi Khusus (DAK).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilmi

(2011) dan Heriningsih & Rusherlistyani (2013) yang juga menunjukkan hasil

bahwa DAK tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan

pemerintah daerah. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015)

menyatakan bahwa DAK mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah.

3. Pengaruh Ukuran Pemda terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah

Pada penelitian ini Ukuran Pemda berpengaruh positif signifikan terhadap

tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Ukuran suatu

pemerintahan daerah dalam penelitian ini dilihat dari beberapa total aset yang
65

dimiliki oleh pemerintahan tersebut. Suatu pemerintah daerah yang memiliki total

aset yang besar akan menuntut pemerintah daerah untuk melakukan

pengungkapan sebagai bentuk pertanggungjawaban dan transparansi terhadap aset

daerah terhadap masyarakat. Dengan adanya transparansi laporan keuangan

kepada masyarakat, hal tersebut menyebabkan meningkatnya tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap pemerintah.

Hasil ini searah dengan pengamatan yang dilakukan Puspita & Martani

(2012) dimana hasilnya menjelaskan Ukuran Pemda berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah.

Hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh

Suhardjanto & Yulianingtyas (2011) dan Setyaningrum & Syafitri (2012) dimana

hasilnya Ukuran Pemda (Size) tidak memengaruhi tingkat pengungkapan laporan

keuangan pemerintah daerah.

4. Pengaruh Kompleksitas Pemerintahan terhadap TingkatPengungkapan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Dalam penelitian ini Kompleksitas Pemerintahan diproksikan dengan

jumlah penduduk yang terdapat di suatu pemerintahan. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan ditemukan bahwa variabel Kompleksitas Pemerintahan

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan

keuangan pemerintah daerah di Jawa Tengah. Hal tersebut dikarenakan apabila

suatu daerah memiliki jumlah kecamatan yang semakin banyak maka koordinasi

dan kooperasi antar kecamatan akan sulit dilakukan. Hal tersebut akan menjadikan
66

pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam hal mengontrol kepatuhan terhadap

pengungkapan wajib laporan keuangan pemerintah daerah di setiap kecamatan.

Penelitian ini searah dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Pandansari (2016) yang juga mengemukakan bahwa Kompleksitas Pemerintahan

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan

keuangan pemerintah daerah. Berbeda dengan hasil yang diperoleh dari penelitian

yang dilakukan Puspita & Martani (2012) yang menyatakan bahwa Kompleksitas

Pemerintahan berpengaruh positif signifikan terhadap Tingkat Pengungkapan

Laporan Keuangan.

5. Pengaruh Belanja Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa variabel Belanja Daerah negatif dan signifikan terhadap

Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, hipotesis ditolak.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa belanja daerah memiliki pengaruh

negatif dan signifikan terhadap tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah. Hal tersebut disebabkan karena anggaran belanja yang

seharusnya digunakan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat kemungkinan

tidaklah dibelanjakan sesuai kebutuhan masyarakat sedangkan pengeluaran yang

dilakukan cukup besar. Dengan adanya hal tersebut pelayanan yang diterima

masyarakat tidak mengalami peningkatan. Oleh karena itu dengan melihat tidak
67

adanya peningkatan pelayanan, pemerintah menutupi hal tersebut agar tidak

melakukan pengungkapan yang lebih lengkap.

Hasil penelitian ini searah dengan hasil penelitian yang diperoleh dari

Puspita & Martani (2012) yang menunjukkan belanja daerah tidak memiliki

pengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. Namun hasil

penelitian yang berbeda ditunjukkan oleh Hendriyani & Tahar (2015) dimana

belanja daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengungkapan

laporan keuangan.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Keuangan Pemerintah Daerah,

hipotesis diterima. Apabila PAD pada suatu daerah terbilang cukup besar,

maka hal tersebut menunjukkan bahwa andil masyarakat dalam kegiatan

pembayaran sumber dana PAD sudah tinggi, sehingga dengan adanya hal

tersebut membuat pemerintah lebih termotivasi untuk melakukan

pengungkapan laporan keuangan yang lebih terperinci.

2. Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, hipotesis

ditolak. Hal tersebut dikarenakan kurangnya monitoring dari pemerintah

pusat sehingga DAK memiliki pengaruh yang kecil terhadap Tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

3. Ukuran Pemda (size) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.Pemerintah daerah

yang memiliki total aset yang besar akan menuntut pemerintah daerah untuk

melakukan pengungkapan pada laporan keuangannya sebagai bentuk

pertanggungjawaban dan transparansi terhadap aset daerah kepada

masyarakat.

68
69

4. Kompleksitas Pemerintahan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, hipotesis

ditolak. Kurangnya wawasan dan tingkat pendidikan yang rendah untuk

membaca laporan keuangan membuat pemerintah daerah mempunyai

motivasi yang rendah untuk melakukan pengungkapan yang terperinci pada

laporan keuangannya.

5. Belanja Daerah berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, hipotesis ditolak. Hal

tersebut dikarenakan terdapat belanja daerah yang tidak sesuai kebutuhan

daerah sehingga pemerintah berusaha menutupi rincian belanja daerahnya

dengan tidak melakukan pengungkapan yang lebih lengkap.

5.2. Keterbatasan
Berdasarkan pengujian menggunakan 5 (lima) variabel tersebut, hasil

statistik menunjukkan besarnya pengaruh terhadap tingkat Pengungkapan Wajib

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebagai variabel dependennya sebesar

9,8%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sekitar 90,2% merupakan faktor-faktor

lainnya yang memengaruhi tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah, seperti temuan audit, umur administrasi Pemda, dan variabel lainnya.

Besarnya persentase pada penelitian ini sifatnya tidak mengikat, artinya dapat

berubah tergantung dengan metode dan sampel yang digunakan.


70

5.3. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan keterbatasan yang

terdapat dalam penelitian ini, maka beberapa saran yang diberikan diantaranya :

5.3.1. Bagi Instansi Pemerintah


Sebaiknya Pemerintah Daerah mempertahankan beberapa faktor yang

dapat memengaruhi tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah, karena hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan para stakeholder,

terutama pada Pemda dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tinggi dan juga

Ukuran Pemda (size) yang besar.Apabila PAD pada suatu daerah terbilang cukup

tinggi, maka hal tersebut dapat menunjukkan bahwa andil masyarakat dalam

kegiatan pembayaran sumber dana PAD sudah tinggi.

5.3.2. Bagi Akademisi


Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah sebagai variabel dependennya

sebesar 9,8%, sedangkan sebanyak 90,2% peneliti selanjutnya menambahkan

variabel lain yang diperkirakan memengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah, antara lain adalah Umur Administratif Pemda.

Umur Administratif Pemda diduga mempunyai pengaruh terhadap tingkat

Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Semakin lama Pemda

berdiri maka akan semakin banyak informasi yang dapat diungkap dan semakin

berpengalaman dalam mengungkap informasi.


71

5.3.3. Bagi Masyarakat


Bagi masyarakat yang menggunakan LKPD, dalam hal ini yang dimaksud

adalah investor sebaiknya lebih memperhatikan dan mempertimbangkan terlebih

dahulu faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkat pengungkapan laporan

keuangan pemerintah daerah, antara lain Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi

Khusus, Ukuran Pemda, Kompleksitas Pemerintahan, dan Belanja Daerah,

sehingga keputusan yang diambil terkait investasi tepat dan tidak merugikan.
72

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta : Salemba Empat.

Adi, Priyo Hari, 2006. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah,


Belanja Pembangunan dan Pebdapatan Asli Daerah (Studi Kasus pada
Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali).Simposium Nasional Akuntansi 9
Padang.

Budi, Purbayu Santosa & Retno Puji Rahayu. 2005. “Analisis Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Dalam Upaya
Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Kediri”. Jurnal Dinamika
Pembangunan. Vol.2 No. 1.

Evans, Thomas G. 2002. Accounting Theory: Contemporary Accounting Issues.


Australia: Thomson, South-Western

Harianto, David dan Priyo Hari Adi. 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi
Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Per
Kapita. Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makasar 26-28 Juli 2007.

Hendriyani, R., dan Tahar, A.2015. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


TingkatPengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Di
Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, 22, 25-33

Hendriyani, Ririn dan Afrizal Tahar. 2015. “Analisis Faktor-faktor yang


Memengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah
Provinsi di Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE). Vol.22 No.1,
Maret, hal 25-33.
73

Heriningsih, Sucahyo dan Rusherlistyani. 2013. “Faktor-faktor Yang


Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah”. Jurnal ekonomi dan Bisnis, Volume 13. Nomor 02, September
2013

Herlina, Rahman, 2005. Pendapatan Asli Daerah. Jakarta : Arifgosita.

Hilmi, Martani. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat


Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi”. E-Jurnal
Akuntansi. Universitas Indonesia.

Ichsan, Randhy. Teori Keagenan (Agency Theory). 21 Maret 2017.


https://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-keagenan-agency-
theory/

Jeckly Dharma Jaya dan Eka Ardhani Sisdyani. 2014. “Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Belanja Modal Pada Kelengkapan
Pengungkapan Informasi Keuangan Daerah Melalui Situs Resmi Pemerintah
Provinsi”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 9.1 (2014), ISSN:
2302-8556 Hal: 162-179.

Junaedi. 2015. “Pengaruh Kekayaan Pemerintah Daerah, Ketergantungan Daerah,


Kompleksitas, Tipe Pemerintah Daerah, Kualitas Audit Dan Tingkat
Penyimpangan Anggaran Terhadap Pengungkapan Internet-Based Financial
Reportin”. Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-
5009 Vol. 2 Nomor 4 Desember Tahun 2015.

Kadek Aris Dwi Pratama dkk. 2015. “Pengaruh Kompleksitas Pemerintah Daerah,
Ukuran Pemerintah Daerah, Kekayaan Daerah, Dan Belanja Daerah
Terhadap Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah” (Studi Pada Pemerintah
Kabupaten/Kota Di Bali Tahun 2010-2013). E-Journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 3, No.1).
74

Kusumadewi, Diah Ayu dan Arief Rahman. 2007. “Flypaper Effect Pada Dana
Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap
Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota Di Indonesia”. JAAI, Vol.11 No. 1.

Lin, Weshan dan K.K. Raman B. 1998. “The Housing Value-Relevance of


Governmental Accounting Information”, Journal of Accounting and
Public Policy 1.7

Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Martani, dan Zaelani. 2011. Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan, dan Kompleksitas


terhadap Pengendalian Intern Pemerintah Daerah studi kasus di
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011. Universitas
Indonesia, Depok.

Nurtari, Almanita, et al. (2016). “Pengaruh Karakteristik dan Kompleksitas


Pemerintah Daerah Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan (Studi pada
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa
Barat periode 2013-2014)”.Jurnal Akuntansi, 2, No. 1.

Pandansari, Tiara.2016. “Tingkat Ketergantungan, Kompleksitas Pemerintah, Dan


Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah”. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, Vol.XIX No. 3.

________2014. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014


tentang Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun
Anggaran 2014.
75

Prakosa, Kesit Bambang. 2004. “Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Prediksi Belanja Daerah
(Studi Empirik di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY)”. JAAI 8 (2).
Puspita, Rora & Martani, Dwi. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja Dan
Karakteristik Pemda Terhadap Tingkat Pengungkapan Dan Kualitas
Informasi Dalam Website Pemda. Simposium Nasional Akuntansi XV.
Republik Indonesia. 2013.

Setyaningrum, Dyah dan Febriyani Syafitri. 2012. “Analisis Pengaruh


Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan
Keuangan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol.9 No.2,
Desember, hal 154-170.

Sidharta, Juaniva dan Sherly Christianti. 2007. “Pengaruh Karakteristik


Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Sukarela dalam Laporan
Keuangan”. Jurnal Ekonomi, Volume XVII, No. 2.

Suhardjanto, D., dan Lesmana, S.I. 2010. “Pengaruh Karakteristik Pemerintah


Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib di Indonesia”. Jurnal STIE
Bank BPD Jateng Vol. 6 No. 2. Surakarta.

Suhardjanto, Djoko dan Yulianingtyas, Rukmita Rena, 2011. “Pengaruh


Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib
Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada
Kabupaten/Kota di Indonesia)”. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Volume 8,
1-94.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dengan Daerah.
76

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan


Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Jakarta: 2003

Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Jakarta:


2004.

Usman, Umaruddin. 2013. “Analisis Pengaruh Hasil Laba Bumd Terhadap


Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Utara”. Jurnal Ekonomi
Manajemen dan Bisnis.

Warsito. 2001. Hukum Pajak. PT. Rajawali, Jakarta.

Wikipedia. Dana Alokasi Khusus. 22 Maret


2017.http://id.wikipedia.org/wiki/Dana_Alokasi_Khusus.

Wikipedia. Dana Alokasi Umum. 22 Maret 2017.


http://id.wikipedia.org/wiki/Dana_Alokasi_Umum.

Wikipedia. Retribusi. 9 April 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Retribusi.


LAMPIRAN

Lampiran 1 Sampel Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

No Kab/Kota
1 Kab. Banjarnegara
2 Kab. Banyumas
3 Kab. Batang
4 Kab. Blora
5 Kab. Boyolali
6 Kab. Brebes
7 Kab. Cilacap
8 Kab. Demak
9 Kab. Grobogan
10 Kab. Jepara
11 Kab. Karanganyar
12 Kab. Kebumen
13 Kab. Kendal
14 Kab. Klaten
15 Kab. Kudus
16 Kab. Magelang
17 Kab. Pati
18 Kab. Pekalongan
19 Kab. Pemalang
20 Kab. Purbalingga
21 Kab. Purworejo
22 Kab. Rembang
23 Kab. Semarang
24 Kab. Sragen
25 Kab. Sukoharjo
26 Kab. Tegal
27 Kab. Temanggung
28 Kab. Wonogiri
29 Kab. Wonosobo
30 Kota Magelang
31 Kota Pekalongan
32 Kota Salatiga
33 Kota Semarang
34 Kota Surakarta
35 Kota Tegal
Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian
Tahun 2014

no kab/kota Tabulasi

PAD DAU DAK size KP BD disc

1 Kab. Banjarnegara 0,09 0,59 0,044 12,47 1,30 12,13 0,531

2 Kab. Banyumas 0,16 0,53 0,036 12,66 1,43 12,34 0,531

3 Kab. Batang 0,12 0,56 0,043 12,43 1,18 12,07 0,563

4 Kab. Blora 0,08 0,54 0,040 12,44 1,20 12,17 0,469

5 Kab. Boyolali 0,12 0,56 0,048 12,47 1,28 12,21 0,500

6 Kab. Brebes 0,13 0,58 0,048 12,49 1,23 12,29 0,531

7 Kab. Cilacap 0,13 0,55 0,047 12,65 1,38 11,32 0,594

8 Kab. Demak 0,12 0,49 0,046 12,50 1,15 12,19 0,531

9 Kab. Grobogan 0,12 0,57 0,050 12,41 1,28 12,22 0,500

10 Kab. Jepara 0,12 0,56 0,051 12,67 1,20 12,16 0,594

11 Kab. Karanganyar 0,10 0,54 0,035 12,47 1,23 12,21 0,594

12 Kab. Kebumen 0,08 0,57 0,041 12,57 1,41 12,28 0,625

13 Kab. Kendal 0,11 0,55 0,041 12,51 1,30 12,15 0,469

14 Kab. Klaten 0,08 0,60 0,035 12,81 1,41 12,28 0,438

15 Kab. Kudus 0,13 0,49 0,034 12,44 0,95 12,18 0,594

16 Kab. Magelang 0,82 3,98 0,268 12,48 1,32 12,22 0,500

17 Kab. Pati 0,12 0,54 0,041 12,36 1,32 12,27 0,500

18 Kab. Pekalongan 0,14 0,56 0,041 12,44 1,28 12,13 0,531


19 Kab. Pemalang 0,11 0,60 0,043 12,47 1,15 12,21 0,531

20 Kab. Purbalingga 0,13 0,58 0,043 12,35 1,26 12,10 0,531

21 Kab. Purworejo 0,11 0,59 0,040 12,38 1,20 12,16 0,469

22 Kab. Rembang 0,12 0,53 0,046 12,31 1,15 12,11 0,531

23 Kab. Semarang 0,14 0,56 0,044 12,39 1,28 12,16 0,594

24 Kab. Sragen 0,10 0,54 0,043 12,43 1,30 12,23 0,500

25 Kab. Sukoharjo 0,14 0,53 0,036 12,35 1,08 12,18 0,469

26 Kab. Tegal 0,12 0,57 0,046 12,47 1,26 12,23 0,531

27 Kab. Temanggung 0,11 0,58 0,046 12,34 1,30 12,05 0,563

28 Kab. Wonogiri 0,10 0,58 0,035 12,52 1,40 12,22 0,469

29 Kab. Wonosobo 0,10 0,57 0,047 12,43 1,18 12,09 0,531

30 Kota Magelang 0,17 0,57 0,047 12,48 0,48 11,83 0,594

31 Kota Pekalongan 0,15 0,54 0,045 12,38 0,60 10,40 0,563

32 Kota Salatiga 0,16 0,55 0,044 12,30 0,60 11,81 0,531

33 Kota Semarang 0,28 0,35 0,012 13,18 1,20 12,47 0,563

34 Kota Surakarta 0,21 0,47 0,029 12,88 0,70 12,17 0,656

35 Kota Tegal 0,28 0,48 0,037 12,35 0,60 11,89 0,594

Tahun 2015

no kab/kota Tabulasi

PAD DAU DAK size KP BD disc

1 Kab. Banjarnegara 0,08 0,51 0,089 12,58 1,30 12,21 0,500

2 Kab. Banyumas 0,17 0,48 0,041 12,70 1,43 12,35 0,563


3 Kab. Batang 0,12 0,51 0,057 12,33 1,18 12,09 0,563

4 Kab. Blora 0,08 0,51 0,063 12,34 1,20 12,22 0,469

5 Kab. Boyolali 0,13 0,50 0,046 12,37 1,28 12,22 0,563

6 Kab. Brebes 0,12 0,51 0,053 12,40 1,23 12,38 0,531

7 Kab. Cilacap 0,14 0,49 0,063 12,61 1,38 12,42 0,531

8 Kab. Demak 0,13 0,47 0,059 12,45 1,15 12,21 0,563

9 Kab. Grobogan 0,12 0,50 0,065 12,32 1,28 12,24 0,500

10 Kab. Jepara 0,11 0,48 0,073 12,72 1,20 12,22 0,531

11 Kab. Karanganyar 0,12 0,49 0,056 12,42 1,23 12,22 0,563

12 Kab. Kebumen 0,10 0,49 0,071 12,59 1,41 12,31 0,531

13 Kab. Kendal 0,11 0,51 0,042 12,41 1,30 12,23 0,500

14 Kab. Klaten 0,08 0,53 0,036 12,46 1,41 12,26 0,594

15 Kab. Kudus 0,15 0,45 0,044 12,50 0,95 12,19 0,531

16 Kab. Magelang 0,12 0,51 0,033 12,46 1,32 12,24 0,406

17 Kab. Pati 0,12 0,50 0,025 12,61 1,32 12,26 0,594

18 Kab. Pekalongan 0,15 0,51 0,056 12,34 1,28 12,16 0,500

19 Kab. Pemalang 0,11 0,54 0,056 12,43 1,15 12,25 0,531

20 Kab. Purbalingga 0,12 0,51 0,048 12,29 1,26 12,11 0,500

21 Kab. Purworejo 0,11 0,48 0,049 12,30 1,20 12,19 0,469

22 Kab. Rembang 0,13 0,51 0,087 12,21 1,15 12,02 0,594

23 Kab. Semarang 0,15 0,52 0,024 12,42 1,28 12,18 0,563

24 Kab. Sragen 0,12 0,48 0,074 12,37 1,30 12,28 0,531


25 Kab. Sukoharjo 0,15 0,48 0,041 12,55 1,08 12,18 0,500

26 Kab. Tegal 0,13 0,52 0,041 12,35 1,26 12,29 0,531

27 Kab. Temanggung 0,13 0,50 0,051 12,42 1,30 12,13 0,563

28 Kab. Wonogiri 0,10 0,53 0,044 12,44 1,40 12,23 0,563

29 Kab. Wonosobo 0,11 0,52 0,049 12,21 1,18 12,13 0,406

30 Kota Magelang 0,20 0,54 0,041 12,41 0,48 11,87 0,563

31 Kota Pekalongan 0,19 0,52 0,056 12,28 0,60 11,90 0,594

32 Kota Salatiga 0,19 0,53 0,057 12,23 0,60 11,83 0,500

33 Kota Semarang 0,33 0,34 0,016 13,37 1,20 12,51 0,531

34 Kota Surakarta 0,23 0,45 0,002 12,85 0,70 12,19 0,500

35 Kota Tegal 0,26 0,43 0,087 12,26 0,60 11,98 0,531


Tahun 2016

no kab/kota Tabulasi

PAD DAU DAK size KP BD disc

1 Kab. Banjarnegara 0,11 0,51 0,202 12,58 1,30 12,30 0,531

2 Kab. Banyumas 0,17 0,49 0,210 12,71 1,43 12,38 0,500

3 Kab. Batang 0,13 0,53 0,186 12,37 1,18 12,11 0,531

4 Kab. Blora 0,09 0,51 0,166 12,37 1,20 12,29 0,469

5 Kab. Boyolali 0,14 0,52 0,145 12,42 1,28 12,24 0,500

6 Kab. Brebes 0,13 0,52 0,206 12,45 1,23 12,47 0,594

7 Kab. Cilacap 0,14 0,50 0,248 12,60 1,38 12,50 0,531

8 Kab. Demak 0,14 0,45 0,181 12,52 1,15 12,25 0,563

9 Kab. Grobogan 0,12 0,50 0,216 12,41 1,28 12,29 0,563

10 Kab. Jepara 0,13 0,47 0,208 12,71 1,20 12,28 0,594

11 Kab. Karanganyar 0,12 0,50 0,210 12,44 1,23 12,26 0,531

12 Kab. Kebumen 0,10 0,48 0,264 12,61 1,41 12,36 0,500

13 Kab. Kendal 0,14 0,46 0,143 12,51 1,30 12,23 0,500

14 Kab. Klaten 0,09 0,49 0,146 12,54 1,41 12,25 0,594

15 Kab. Kudus 0,15 0,44 0,182 12,54 0,95 12,29 0,469

16 Kab. Magelang 0,14 0,47 0,048 12,50 1,32 12,32 0,531

17 Kab. Pati 0,12 0,49 0,022 12,75 1,32 12,32 0,531

18 Kab. Pekalongan 0,16 0,52 0,210 12,34 1,28 12,17 0,594

19 Kab. Pemalang 0,13 0,57 0,200 12,47 1,15 12,27 0,563


20 Kab. Purbalingga 0,13 0,51 0,196 12,36 1,26 12,19 0,563

21 Kab. Purworejo 0,11 0,39 0,166 12,38 1,20 12,20 0,469

22 Kab. Rembang 0,14 0,43 0,102 12,26 1,15 12,16 0,469

23 Kab. Semarang 0,15 0,49 0,242 12,44 1,28 12,24 0,500

24 Kab. Sragen 0,13 0,51 0,167 12,43 1,30 12,32 0,531

25 Kab. Sukoharjo 0,16 0,41 0,218 12,61 1,08 12,22 0,500

26 Kab. Tegal 0,14 0,55 0,219 12,45 1,26 12,32 0,531

27 Kab. Temanggung 0,15 0,48 0,127 12,44 1,30 12,17 0,531

28 Kab. Wonogiri 0,10 0,56 0,156 12,48 1,40 12,26 0,531

29 Kab. Wonosobo 0,11 0,53 0,218 12,38 1,18 12,14 0,500

30 Kota Magelang 0,24 0,49 0,133 12,47 0,48 11,94 0,563

31 Kota Pekalongan 0,21 0,53 0,177 12,34 0,60 11,94 0,563

32 Kota Salatiga 0,20 0,52 0,158 12,31 0,60 11,96 0,500

33 Kota Semarang 0,33 0,24 0,062 13,46 1,20 12,59 0,531

34 Kota Surakarta 0,23 0,49 0,187 12,83 0,70 12,23 0,594

35 Kota Tegal 0,26 0,47 0,210 12,32 0,60 12,03 0,594


Lampiran 3 Daftar Item Yang Telah Diungkap
Tahun 2014
pers inves aset ttp konstruksi dlm pngerjaan kewajiban dlm
no LKPD jmlh disc
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 desimal
1 Kab. Banjarnegara 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,500
2 Kab. Banyumas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,500
3 Kab. Batang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,531
4 Kab. Blora 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 44% 0,438
5 Kab. Boyolali 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,469
6 Kab. Brebes 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,500
7 Kab. Cilacap 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,563
8 Kab. Demak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,500
9 Kab. Grobogan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,469
10 Kab. Jepara 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,563
11 Kab. Karanganyar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,563
12 Kab. Kebumen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 63% 0,625
13 Kab. Kendal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 44% 0,438
14 Kab. Klaten 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 41% 0,406
15 Kab. Kudus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,563
16 Kab. Magelang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,469
17 Kab. Pati 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 41% 0,406
18 Kab. Pekalongan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,500
19 Kab. Pemalang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,500
20 Kab. Purbalingga 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,500
21 Kab. Purworejo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 44% 0,438
22 Kab. Rembang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,500
23 Kab. Semarang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,563
24 Kab. Sragen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,469
25 Kab. Sukoharjo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 44% 0,438
26 Kab. Tegal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,500
27 Kab. Temanggung 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,531
28 Kab. Wonogiri 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 44% 0,438
29 Kab. Wonosobo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,500
30 Kota Magelang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,563
31 Kota Pekalongan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,531
32 Kota Salatiga 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,500
33 Kota Semarang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 44% 0,438
34 Kota Surakarta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 63% 0,625
35 kota tegal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,563
Tahun 2015
pers inves aset ttp konstruksi dlm pngerjaan kewajiban dlm
no LKPD jmlh disc
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 desimal
1 Kab. Banjarnegara 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
2 Kab. Banyumas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,5313
3 Kab. Batang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,5313
4 Kab. Blora 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 34% 0,3438
5 Kab. Boyolali 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,5313
6 Kab. Brebes 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
7 Kab. Cilacap 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
8 Kab. Demak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,5313
9 Kab. Grobogan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
10 Kab. Jepara 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
11 Kab. Karanganyar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,5313
12 Kab. Kebumen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
13 Kab. Kendal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
14 Kab. Klaten 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,5625
15 Kab. Kudus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
16 Kab. Magelang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 38% 0,375
17 Kab. Pati 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,5625
18 Kab. Pekalongan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
19 Kab. Pemalang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
20 Kab. Purbalingga 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
21 Kab. Purworejo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 44% 0,4375
22 Kab. Rembang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,5625
23 Kab. Semarang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,5313
24 Kab. Sragen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
25 Kab. Sukoharjo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
26 Kab. Tegal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
27 Kab. Temanggung 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,5313
28 Kab. Wonogiri 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,5313
29 Kab. Wonosobo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 38% 0,375
30 Kota Magelang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
31 Kota Pekalongan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,5625
32 Kota Salatiga 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
33 Kota Semarang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
34 Kota Surakarta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
35 kota tegal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
Tahun 2016
pers inves aset ttp konstruksi dlm pngerjaan kewajiban dlm
no LKPD jmlh disc
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 desimal
1 Kab. Banjarnegara 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
2 Kab. Banyumas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
3 Kab. Batang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
4 Kab. Blora 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 44% 0,4375
5 Kab. Boyolali 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
6 Kab. Brebes 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,5625
7 Kab. Cilacap 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
8 Kab. Demak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,5313
9 Kab. Grobogan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,5313
10 Kab. Jepara 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,5625
11 Kab. Karanganyar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
12 Kab. Kebumen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
13 Kab. Kendal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
14 Kab. Klaten 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,5625
15 Kab. Kudus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 44% 0,4375
16 Kab. Magelang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
17 Kab. Pati 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
18 Kab. Pekalongan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,5625
19 Kab. Pemalang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,5313
20 Kab. Purbalingga 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,5313
21 Kab. Purworejo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 44% 0,4375
22 Kab. Rembang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 44% 0,4375
23 Kab. Semarang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
24 Kab. Sragen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
25 Kab. Sukoharjo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
26 Kab. Tegal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
27 Kab. Temanggung 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
28 Kab. Wonogiri 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
29 Kab. Wonosobo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
30 Kota Magelang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,5313
31 Kota Pekalongan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 53% 0,5313
32 Kota Salatiga 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 47% 0,4688
33 Kota Semarang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 50% 0,5
34 Kota Surakarta 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,5625
35 kota tegal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 56% 0,5625
Lampiran 4 Statistik Deskriptif

Lampiran 5 Uji Normalitas


Uji Normalitas
Lampiran 6 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas Setelah Penghapusan Variabel DAU


Lampiran 7 Uji Autokorelasi

Lampiran 8 Uji Heteroskedastisitas


Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 9 Uji Koefisien Determinasi

Lampiran 10 Uji Statistik F

Lampiran 11 Uji t
Lampiran 12 Uji Regresi

Anda mungkin juga menyukai