Anda di halaman 1dari 10

MEMBUDAYAKAN ETIKA POLITIK UNTUK TIDAK KORUPSI

KELOMPOK 3
Suciani Syahrul Jumadi
Jermina Novia Fadila
Muhammad Sadly Salim Ali Andi Tendri W
Asparina

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN GUNUNG SARI


MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirramaanirrahiim.

Segala puji dan syukur sudah selayaknya kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mengizinkan
penulis untuk bisa menyusun makalah ini dengan lancar sehingga karenaNya penulis dapat menyeleaikan
penyusunan makalah ini dengan judul “MEMBUDAYAKAN ETIKA POLITIK ANTI KORUPSI”.

Banyak kekurangan yang penulis berikan terhadap penyusunan karya ini, dikarenakan keterbatasan
ilmu pengetahuan dan wawasan, serta waktu yang cukup singkat. Oleh karena itu penulis siap untuk
diberi kritik dan saran yang insyaallah membangun dan akan menjadikan penulis lebih cermat lagi dalam
menyusun karya-karya lain di masa yang akan datang.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................................................................3


B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................3

BAB II ANALISIS TEORITIS

A. Pengertian Etika Politik.................................................................................................................4


B. Pengertian Korupsi........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Etika Politik Untuk Meminimalisasi Tindak Pidana Korupsi........................................................5


B. Proses Penindakan Terhadap Tindak Pidana Korupsi....................................................................6

BAB IV PENUTUPAN

A. Simpulan........................................................................................................................................8
B. Saran..............................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................9

BAB I

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perang terhadap korupsi merupakan fokus yang sangat signifikan dalam suatu negara berdasarkan
hukum, bahkan merupakan tolok ukur keberhasilan suatu pemerintahan. Salah satu unsur yang sangat
penting dari penegakan hukum dalam suatu negara adalah perang terhadap korupsi, karena korupsi
merupakan penyakit kanker yang imun, meluas, permanen dan merusak semua sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara termasuk perekonomian serta penataan ruang wilayah.

Di Indonesia Korupsi dikenal dengan istilah KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme). Korupsi sudah
menjadi wabah penyakit yang menular di setiap aparat negara dari tingkat yang paling rendah hingga
tingkatan yang paling tinggi. Korupsi di Indonesia bukanlah hal yang baru. Penyebab utamanya karena
gaji pegawai negeri di bawah standar hidup sehari-hari dan sistem pengawasan yang lemah. Baik disadari
atau tidak telah terciptanya kondisi dimana gaji satu bulan hanya cukup untuk satu atau dua minggu.
Disamping itu juga, lemahnya sistem pengawasan yang ada memberi kesempatan untuk melakukan
korupsi. Sehingga hal ini mendorong para pegawai negeri untuk mencari tambahan dengan memanfaatkan
fasilitas publik untuk kepentingan pribadi walau dengan cara melawan hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Etika Politik, Korupsi
2. Bagaimana Membudayakan Etika Politik Anti Korupsi

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Etika Politik dan Korupsi
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Membudayakan Etika Politik Anti Korupsi

BAB II
ANALISIS TEORITIS

3
A. Pengertian Etika Politik

1. Pengertian Etika Politik

Sebagai salah satu cabang etika, khususnya etika politik termasuk dalam lingkungan filsafat. Filsafat
yang langsung mempertanyakan praksis manusia adalah etika. Etika mempertanyakan tanggung jawab
dan kewajiban manusia.
Etika sendiri di bagi ke dalam etika umum dan etika khusus. Etika umum mempertanyakan prinsip-
prinsip dasar yang berlaku bagi segenap tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas prinsip-
prinsip itu dalam hubungan dengan kewajiban manusia dalam pelbagai lingkungan hidupnya. Ada
berbagai bidang etika khusus, seperti etika individu, etika sosial, etika keluarga, etika profesi, dan etika
pendidikan. Etika sosial jauh lebih luas dari etika individual karena hampir semua kewajiban manusia
bergandengan dengan kenyataan bahwa ia merupakan mahluk sosial.
Dengan bertolak dari martabat manusia sebagai pribadi yang sosial, etika sosial membahas norma-
norma moral yang seharusnya menentukan sikap dan tindakan antarmanusia. Etika berkaitan dengan
norma moral yaitu, norma untuk mengukur betulsalahnya tindakan manusia sebagai manusia. Fungsi
etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis untuk mempertanyakan serta
menjelaskan legitimasi politik secara bertanggungjawab. Tugas etika politik membantu agar pembahasan
masalah-masalah ideologis dapat dijalankan secara obyektif. (Franz Magnis Suseno,2003:13)

B. Pengertian Korupsi

Korupsi berasal dari kata bahasa Inggris corruption; dalam bahasa Belanda disebut korruptie, dalam kata
Latin disebut corruption. Secara harfiah, korupsi berarti „jahat‟ atau „buruk‟. Atau dengan kata lain,
tindak pidana korupsi merupakan suatu delik akibat perbuatan buruk, busuk, rusak, atau jahat. Istilah
korupsi berkembang sesuai dengan kondisi zaman.

Berdasarkan UU No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, beberapa
perbuatan yang tergolong korupsi dan karenanya dapat dikenai hukuman, antara lain, sebagai berikut:

a. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
b. Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang bisa merugikan keuangan dan perekonomian negara;
c. Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau permufakatan jahat untuk melakukan
tindak pidana korupsi;
d. Setiap orang di luar wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan, kesempatan,
sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana korupsi.

BAB III

PEMBAHASAN

4
A. Etika Politik dalam Meminimalisasi Tindak Pidana Korupsi

Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera, serta berkesinambungan
perlu ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan korupsi khususnya. Pada era reformasi
ini, masyarakat menghendaki agar upaya pemberantasan korupsi makin ditingkatkan. Hal ini karena
korupsi telah terbukti menimbulkan kerugian yang sangat besar pada rakyat, bangsa, dan negara. Oleh
karena itu, etika politik sangat dibutuhkan dalam suatu negara.

Filisof Immanuel Kant pernah menyindir, ada dua watak binatang terselip di setiap insan politik:
merpati dan ular. Politisi memiliki watak merpati yang lembut dan penuh kemuliaan dalam
memperjuangkan idealisme. Tetapi ia juga mempunyai watak ular yang licik dan jahat serta selalu
berupaya untuk memangsa merpati. Celakanya, yang sering menonjol adalah watak ulat dibandingkan
watak merpatinya.

Etika, atau filsafat moral (Telchman, 1998) bertujuan untuk menerangkan kebaikan dan kejahatan.
Etika politik dengan demikian, memiliki tujuan menjelaskan mana tingkah laku politik yang baik dan
sebaliknya. Standar baik dalam konteks politik adalah bagaimana politik diarahkan untuk memajukan
kepentingan umum. Apabila politik sedah mengarah pada epentingan pribadi dan golongan tertentu, itu
etika politik yang buruk. Sayangnya, itulah yang terjadi di negeri ini.

Ketidakjelasan secara etis tindakan politik di negeri ini membuat keadaan publik mengalami
kehancuran. Keadaban publik yang hancur inilah yang seringkali merusak wajah hukum, budaya,
pendidikan, dan agama. Rusaknya sendi-sendi ini membuat wajah masa depan bangsa ini kabur. Sebuah
kekaburan yang disebabkan karena etika tidak dijadikan acuan dalam kehidupan politik.

Publik hanya disuguhi hal yang menyenangkan dan bersifat indrawi belaka. Inilah yang membuat
publik terajari agar menerapkan orientasi hidup untuk mencari gampangnya saja. Keadaban kita sungguh-
sungguh kehilangan daya untuk memperbarui dirinya. Etika politik yang berpijak pada Pancasila hancur
karena politik identik dengan uang. Uang menjadi penentu segalagalanya dalam ruang publik sehingga
berakibat pada korupsi yang marak terjadi di Indonesia.

Di masa reformasi yang serba boleh ini, kemunduran etika politik para elite dalam setiap jejak
perjalanannya membuat bangsa ini semakin ambruk. Kemunduran ini salahsatunya ditandai dengan
menonjolnya sikap pragmatisme dalam perilaku politik yang hanya mementingkan kelompoknya saja.
Yang ada hanyalah kebersamaan fatamorgana. Seolah-olah kepentingan bersama, padahal itu hanyalah
kepentingan-kepentingan kelompok yang terkoleksi. Prinsip menerima kebenaran pendapat lain sudah
mati dan tertimbun oleh arogansi untuk menguasai kelompok lain.

Etika politik yang bersifat umum dan dibangun melalui karakteristik masyarakat bersangkutan amat
diperlukan untuk menampung tindakan tindakan yang tidak diatur dalam aturan secara legal formal. Jadi
etika politik lebih bersifat konvensi dan berupa aturan-aturan moral. Akibat luasnya cakupan etika politik
itulah maka seringkali keberadaannya bersifat sangat longgar, dan mudah diabaikan tanpa rasa malu dan
bersalah. Ditunjang dengan alam kompetisi untuk meraih jabatan (kekuasaan) dan akses ekonomis (uang)
yang begitu kuat, rasa malu dan merasa bersalah bisa dengan mudah diabaikan dalam berpolitik, terutama
pada korupsi.

5
B. Proses Penindakan Terhadap Tindak Pidana Korupsi

Jika dilihat berdasarkan motif perbuatannya, korupsi itu terdiri dari empat macam, yaitu:

1. Corruption by Greed, motif ini terkait dengan keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi.
2. Corruption by Opportunities, motif ini terkait dengan sistem yang memberi lubang terjadinya
korupsi.
3. Corruption by Need, motif ini berhubungan dengan sikap mental yg tidak pernah cukup, penuh sikap
konsumerisme dan selalu sarat kebutuhan yg tidak pernah usai.
4. Corruption by Exposures, motif ini berkaitan dengan hukuman para pelaku korupsi yg rendah.

Banyaknya korupsi di negara ini disebabkan karena di kalangan para elite yang menjabat negara
cenderung tidak memiliki etika. Etika memandang manusia dari segi dalam. Orang yang etis tidak
mungkin munafik, sebab yang bersikap etis pasti orang yang sungguh-sungguh baik. Oleh karena itu para
pejabat negara seharusnya dapat memegang teguh dan melaksanakan prinsip-prinsip dasar etika politik,
diantaranya:

1. Pluralisme

Maksudnya adalah menerima kesediaan pluralitas, artinya untuk hidup dengan positif, damai, toleran,
dan biasa bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup, budaya, agama, dan adat.
Lawan pluralisme adalah intoleransi, segenap paksaan dalam hal agama, kepicikan ideologis yang
mau memaksakan pandangannya kepada orang lain.

2. Hak Asasi Manusia

Jaminan hak-hak asasi manusia adalah kemanusiaan yang adil dan beradab karena hak-hak asasi
manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya sebagai
manusia dan sebaliknya. Kemanusiaan yang adil dan beradab juga menolak kekerasan, dan
pelanggaran hak-hak asasi manusia tidak boleh dibiarkan.

3. Solidaritas Bangsa

Solidaritas mengatakan bahwa kita tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan juga demi orang
lain. Sosialitas manusia berkembang secara melingkar (keluarga, kampong, kelompok etnis,
kelompok agama, rasa kebangsaan). Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan
itu dihayati dalam kaitan dan keterbatasan masing-masing. Solidaritas itu dilanggar dengan kasar oleh
korupsi. Korupsi bagaikan kanker yang menggerogoti kejujuran, tanggungjawab, sikap objektif orang
yang korup. Korupsi membuat mustahil orang mencapai suatu lingkatan itu.

4. Demokrasi

Prinsip demokrasi yang bermakna dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, hendaknya dapat
menyadarkan kalangan elite yang menjabat untuk bersikap peduli terhadap rakyatnya.

6
5. Keadilan Sosial

Keadilan merupakan norma yang paling dasar dalam kehidupan masyarakat. Maksud baik apapun
kandas apabila melanggar keadilan. Dalam kenyataan keadilan diusahakan dengan membongkar
ketidakadilanketidakadilan yang ada dalam masyarakat, yaitu yang bersifat structural. Artinya,
ketidakadilan tidak pertama-tama terletak dalam sikap kurang adil orang-orang tertentu (misalnya
para pemimpin), melainkan dalam strukturstruktur politik, ekonomi, soaial, budaya, ideologis.
Ketidakadilan yang paling mendominasi saat ini misalnya korupsi. Dengan para elite negara memiliki
prinsip-prinsip dasar etika politik tersebut, sedikit demi sedikit tindak pidana korupsi di dalam suatu
negara akan berkurang karena kesadaran dari diri masing-masing akan pentingnya sebuah kesatuan
negara.

BAB IV

PENUTUP

7
A. Simpulan

1) Etika merupakan sesuatu yang berkaitan dengan norma moral yaitu, norma untuk mengukur
betulsalahnya tindakan manusia sebagai manusia.

2) Tindak pidana korupsi merupakan suatu delik akibat perbuatan buruk, busuk, rusak, atau jahat.
Istilah korupsi berkembang sesuai dengan kondisi zaman. Sedangkan Norma adalah aturan yang
berlaku di kehidupan bermasyarakat. Dan Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

3) Dengan memegang teguh dan melaksanakan prinsip Etika Politik yang diantaranya: Pluralisme,
Hak Asasi Manusia, Solidaritas Bangsa, Demokrasi, dan Keadilan Sosial, maka Tindak Pidana
Korupsi mudah dihindari. Bahkan, sedikit demi sedikit akan berkurang.

B. Saran

1) Kita sebagai manusia yang bermoral baik hendaknya waspada terhadap hal-hal yang mengacu
kepada korupsi.

2) Saking maraknya tindak pidana korupsi di Indonesia, bahkan saat ini sudah menjadi maklum bagi
masyarakat apabila menemukan kasus korupsi. Oleh karena itu, jujur dan berhati-hatilah dalam
melakukan segala sesuatu khususnya sebagai penyelenggara negara.

3) Harus memiliki niat dan tujuan yang bersih dalam menjalankan setiap urusan baik menyangkut
negara ataupun tidak.

4) Sebagai manusia yang beretika kita harus senantiasa memegang teguh prinsip etika diantaranya:
pluralisme, Hak Asasi Manusia, Solidaritas Bangsa, Demokrasi, dan Keadilan Sosial.

5) Semakin banyak orang yang melakukan tindakan keji seperti korupsi, seharusnya kita tidak takut
untuk melaporkan terhadap hukum, karena itu merupakan suatu kewajiban.

6) Dalam melaksanakan strategi pemberantasan korupsi hendaknya disertai nasionalisme atau


kecintaan terhadap negara.

DAFTAR PUSTAKA

8
Diskominfo. 2009, dalam http://www.babelprov.go.id/content/wujudkanpenyelenggaraan-negara
bersih-dan-bebas-kkn

Fajar Rahmat. 2006. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Dalam


http://www.lawskripsi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=242&Itemid=242 [01
November 2012]

Herawati Hesti. 2012, dalam http://ratudiny007.blogspot.com/2012/04/pengertian-etika.html [7

November 2012]

Magnis-Suseno, F.2003. Etika Politik. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Makalah etika Politik, dalam
http://chayoy.blogspot.com/2012/06/makalahetika-politik.html [07 Oktober 2012]

Macam-macam dan Pengelompokan Korupsi. 2012, dalam


http://jeffersonsh.blogspot.com/2011/10/macam-macam-danpengelompokan-korupsi.html [27
Desember 2012]

Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN. 2012, dalam


http://bloggerindonesiainc.blogspot.com/2012/03/penyelenggaraannegara-yang-bersih-dan.html [27
Desember 2012]

Pramono U. Thantowi, dkk. 2004. Membasmi Kanker Korupsi. Jakarta: Pusat Studi Agama dan
Peradaban (PSAP) dengan Partnership

Wijayanto Eko. 2008. Budaya Korupsi dan Akal Sehat. [on line]. Tersedia:
http://etikahidup.blogspot.com/2008/08/bertumpu-pada-akal-sehat.html [27 Desember 2012]

Anda mungkin juga menyukai