LP Ca Laring
LP Ca Laring
KARSINOMA LARING
2. Etiologi
Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan| pasti. Dikatakan oleh para
ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang
dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologik
menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma
laring yang kuat ialah rokok, alkohol dan terpapar oleh sinar radioaktif.
Pengumpulan data yang dilakukan di RSCM menunjukkan bahwa karsinoma
laring jarang ditemukan pada orang yang tidak merokok, sedangkan resiko untuk
mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang
dihisap.
Yang terpenting pada penanggulangan karsinoma laring adalah diagnosis dini
dan pengobatan /tindakan yang tepat dan kuratif, karena tumornya masih terisolasi
dan dapat diangkat secara radikal. Tujuan utama ialah mengeluarkan bagian
laring yang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi serta
fungsi sfingter laring.
3. Patofisiologi.
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun.
Kebanyakan pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan
merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk logam berat.
Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli namun adanya
faktor risiko tersebut dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada sel (mutasi)
sehingga sel memiliki sifat yang berbeda termasuk dalam pertumbuhan sel yang
tidak terkendali sehingga akan terbentuk jaringan massa abnormal yang terus
menerus tumbuh, mendesak serta merusak jaringan sekitarnya serta adanya sifat
metastasik yang memungkinkan sel neoplastik tumbuh jauh dari induknya melalui
ariran darah serat kelenjar limfe. Neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel
skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara(intrisik) menyebar dengan lambat.
Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase ke arah
kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan epiglotis (ektrinsik) metasttase lebih umum
terjadi. Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai
pita suara sehingga mengakibatkan suara serak. Tomor pita suara sejati terjadi
lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakkan, dengan adanya
situasi diatas pada pasien dapat ditemui adanya masalah prawatan nyeri akut,
kerusakan komunikasi verbal dan dan cemas.
Penanganan pasien dengan keganasan laring dapat digunakan metode
kemoterapi, radioterapi serta operasi dimana bila dilakukan tindakan operasi
kepada pasien dapat terjadi masalah keperawatan berupa risiko bersihan jalan
nafas tidak efektif, nyeri akut, kerusakan komunikasi verbal serta
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
4. PATHWAY
Terlampir
7. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
a. Laringoskopi langsung, lareingeal tomografi dan biopsi : Adalah indikator
paling nyata.
b. Laringografi : Bapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh
darah dan nodus limfe.
c. Pemeriksaan fungsi paru, scan tulang atau scan organ lain : bila dinyatakan
kanker dan ditemukan ada metastase.
d. Sinar X dada : Dilakukan untuk membuat status dasar paru dan atau
mengidentifikasi metastase.
e. Darah lengkap : Dapat menyatakan anemia yang merupakan masalah umum.
f. Survey imunologi : Dapat dilakukan pada klien yang mendapat kemoterapi.
g. Profil biokimia : perubahan dapat terjadi pada fungsi organ sebagai akibat
kanker, metastase dan terapi.
GDA / nadi oksimetri : Dapat dilakukan untuk membuat status / pengawasan
dasar paru (ventilasi)
8. Penatalaksanaan
Pada kasus karsinoma laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan
pengangkatan laring (Laringektomi). Pengobatan dipilih berdasar stadiumnya.
Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4. Alasannya mempunyai keuntungan dapat
mempertahankan suara yang normal, tetapi jarang dapat menyembuhkan tumor
yang sudah lanjut, lebih-lebih jika sudah terdapat pembesaran kelenjar leher. Oleh
karena itu radioterapi sebaiknya dipergunakan untuk penderita dengan lesi yang
kecil saja tanpa pembesaran kelenjar leher. Kasus yang ideal adalah pada tumor
yang terbatas pada satu pita suara, dan masih mudah digerakkan. Sembilan dari
sepuluh penderita dengan keadaan yang demikian dapat sembuh sempurna dengan
radioterapi serta dapat dipertahankannya suara yang normal. Fiksasi pita suara
menunjukkan penyebaran sudah mencapai lapisan otot. Jika tumor belum
menyebar kedaerah supraglotik atau subglotik, lesi ini masih dapat diobati dengan
radioterapi, tetapi dengan prognosis yang lebih buruk.
Penderita dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran
kelenjar limfe leher, pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi
radikal kelenjar leher.Dalam hal ini masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada
jenis tumor supra dan subglotik.Pada penderita ini kemungkinan sembuh tidak
begitu besar, hanya satu diantara tiga penderita akan sembuh sempurna.
Laringektomi diklasifikasikan kedalam :
1. Laringektomi parsial. Adalah dibuat muara kedalam laring melalui kartilago
tirodea dan pengangkatan Tumor yang terbatas pada bagian pita suara atau
pada daerah diatasnya pada pengangkatan hanya satu pita suara saja dan
kedua pita suara masih bisa bergerak dengan sempurna dan trakeotomi
sementara yang dilakukan untuk mempertahankan jalan napas. Setelah sembuh
dari pembedahan suara pasien akan parau.
2. Hemilaringektomi atau vertical adalah hampir sama pengertiannya dengan
laringektomi parsialBila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara satu
benar dan satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan
setengah kartilago tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien
akan parau setelah pembedahan.
3. Laringektomi supraglotis atau horizontal adalah dibuat insisi horizontal
melalui sebelah atas pita suara sejati (pita suara dibiarkan utuh) sedangkan
Bila tumor berada pada epiglotis atau pita suara yang salah, dilakukan diseksi
leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih utuh atau tetap
normal.Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat makanan peroral
meningkat.
4. Laringektomi total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar
laring, memerlukan pengangkatan laring, tulang hiyoid, kartilago krikoid, 2-3
cincin trakea, dan otot penghubung ke laring. Mengakibatkan kehilangan suara
dan sebuah lubang (stoma) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak
ada bahaya aspirasi makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi
berhubungan dengan saluran udara – pencernaan.Suatu sayatan radikal telah
dilakukan dileher pada jenis laringektomi ini.Hal ini meliputi pengangkatan
pembuluh limfatik, kelenjar limfe di leher, otot sternokleidomastoideus, vena
jugularis interna, saraf spinal asesorius, kelenjar salifa submandibular dan
sebagian kecil kelenjar parotis (Sawyer, 1990).Operasi ini akan membuat
penderita tidak dapat bersuara atau berbicara. Tetapi kasus yang dermikian
dapat diatasi dengan mengajarkan pada mereka berbicara menggunakan
esofagus ( Esofageal speech ), meskipun kualitasnya tidak sebaik bila
penderita berbicara dengan menggunakan organ laring.Untuk latihan berbicara
dengan esofagus perlu bantuan seorang binawicara.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Integritas Ego : Perasaan takut akan kehilangan suara, takut mati, takut
kejadian berulangnya kankaer. Kuatir bila pembedahan mempengaruhi
hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.
Asietas, depresi, marah dan menolak opersi.
b. Makan atau cairan : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan,
sakit tenggorok yang menetap. Bengkak luka. Inflamasi atau drainase oral,
kebersihan gigi buruk. Pembengkakan lidah dan gangguan gag refleks.
BB, terdapat penurunan BB drastis.
Nafsu makan biasanya menurun bahkan mungkin tidak ada karena adanya
nyeri telan.
c. Kebersihan diri/Hygiene : kemunduran kebersihan mulut, kebutuhan
bantuan perawatan dasar.
d. Neurosensori : Diplopia, ketulian, kesemutan, parastesia otot wajah,
ketulian konduksi, hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan
sub mandibular), parau menetap (gejala dominan dan dini kanker
laring intrinsik). Kerusakan membran mukosa.
e. Nyeri/Kenyamanan : Sakit tenggorokan atau mulut (nyeri bbiasanya tidak
dilaporkan kecuali nyeri yang berat menyertai setelah pembedahan).
Prilaku berhati-hati, gelisah nyeri wajah, dan gangguan tonus otot.
f. Pernafasan : Terdapat riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja
dengan serbuk / kayu, kimia toksik / serbuk, logam berat. Riwayat
penggunaan berlebihan berbicara : penyanyi, juru lelang, riwayat penyakit
paru kronis, batuk dengan/tanpa sputum, Drainase darah pada nasal,
hemoptisis,Dispnea (lanjut).
g. Keamanan : Terdapat luka post oprasi
h. Interaksi sosial : Perasaan takut aka kehilangan suara, ansietas, depresi,
marah, menolak. kurang dukungan sistem keluarga, perubahan tinggi
suara, enggan untuk berbicara,masalah tentang kemampuan
berkomunikasi.
i. Penyuluhan/Pembelajaran : Lesi mulut tak sembuh, riwayat penyalah
gunaan alkohol.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pra dan pasca
operasi dan takut akan kecacatan.
b. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d gangguan kemampuan untuk bernafas,batuk
dan menelan, sekresi banyak dan kental d/d dyspneu, perubahan pada
frekuensi/kedalaman pernafasan.
c. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya
selang nasogastrik atau orogastrik.
d. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan dehidrasi, kebersihan
oral tidak adekuat, kanker oral, penurunan produksi saliva sekunder terhadap
radiasi atau prosedur pembedahan dan defisit nutrisi.
e. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan deficit anatomi (
pengangkatan batang suara ) dan hambatan fisik ( selang trakeostomi ).
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
jenis masukan makanan sementara atau permanen, gangguan mekanisme umpan
balik keinginan makan, rasa, dan bau karena perubahan pembedahan atau
struktur, radiasi atau kemoterapi.
g. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah
pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau suplai
darah,pembentukan udema dan pengumpulan atau drainase sekret terus-
menerus.
4. IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan intervensi keperawatan
5. EVALUASI
a. Jalan nafas pasien kembali efektif
b. Nyeri pasien dapat berkurang atau hilang
c. membran mukosa pasien kembali baik dan lembab
d. komunikasi pasien dapat kembali efektif
DAFTAR PUSTAKA
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta :
EGC ; 1997