Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KARSINOMA LARING

A. KONSEP DASAR KARSINOMA LARING


1. Pengertian
Secara anatomi tumor laring dibagi atas tiga bagian yaitu supra glotis, tumor
pada plika ventrikularis, aritenoid, epiglotis dan sinus piriformis. ( Glotis : tumor
pada korda vokalis, sub glotis ; tumor dibawah korda vokalis).
Karsinoma laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara ( laring ) atau
daerah lain di tenggorokan. (K.D Jayanto, 2008).
Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang meliputi bagian
supraglotik, glotis, dan subglotis. (Suddart and Brunner). Jadi dapat disimpulkan
bahwa karsinoma laring adalah suatu keganasan yang menyerang bagian leher
tepatnya pada kotak suara (laring).

2. Etiologi
Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan| pasti. Dikatakan oleh para
ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang
dengan resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologik
menggambarkan beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma
laring yang kuat ialah rokok, alkohol dan terpapar oleh sinar radioaktif.
Pengumpulan data yang dilakukan di RSCM menunjukkan bahwa karsinoma
laring jarang ditemukan pada orang yang tidak merokok, sedangkan resiko untuk
mendapatkan karsinoma laring naik, sesuai dengan kenaikan jumlah rokok yang
dihisap.
Yang terpenting pada penanggulangan karsinoma laring adalah diagnosis dini
dan pengobatan /tindakan yang tepat dan kuratif, karena tumornya masih terisolasi
dan dapat diangkat secara radikal. Tujuan utama ialah mengeluarkan bagian
laring yang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi serta
fungsi sfingter laring.
3. Patofisiologi.
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun.
Kebanyakan pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan
merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk logam berat.
Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli namun adanya
faktor risiko tersebut dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada sel (mutasi)
sehingga sel memiliki sifat yang berbeda termasuk dalam pertumbuhan sel yang
tidak terkendali sehingga akan terbentuk jaringan massa abnormal yang terus
menerus tumbuh, mendesak serta merusak jaringan sekitarnya serta adanya sifat
metastasik yang memungkinkan sel neoplastik tumbuh jauh dari induknya melalui
ariran darah serat kelenjar limfe. Neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel
skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara(intrisik) menyebar dengan lambat.
Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase ke arah
kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan epiglotis (ektrinsik) metasttase lebih umum
terjadi. Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai
pita suara sehingga mengakibatkan suara serak. Tomor pita suara sejati terjadi
lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakkan, dengan adanya
situasi diatas pada pasien dapat ditemui adanya masalah prawatan nyeri akut,
kerusakan komunikasi verbal dan dan cemas.
Penanganan pasien dengan keganasan laring dapat digunakan metode
kemoterapi, radioterapi serta operasi dimana bila dilakukan tindakan operasi
kepada pasien dapat terjadi masalah keperawatan berupa risiko bersihan jalan
nafas tidak efektif, nyeri akut, kerusakan komunikasi verbal serta
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

4. PATHWAY
Terlampir

5. Klasifikasi letak tumor


Tumor supraglotik terbatas pada daerah mulai daari tepi atas epislotis sampai
batas bawah glotis termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.
Tumor glotik mengenaai pita suara asli. Batas inferior glotik adalah 10 mm di
bawah tepi bebas pita suara, 10 mm merupakan batas inferior otot-otot intrinsik
pita suara. Batas superior adalah ventrikel laring. Oleh karena itu tumor glotik
dapat mengenai 1 atau ke dua pita suara, dapat meluas ke sub glotik sejauh 10 mm,
dan dapat mengenai komisura anterior atau posterior ataau prossesus vokalis
kartilago aritenoid.
Tumor sub glotik tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli
sampai batas inferior krikoid.
Tumor ganas transglotik adalah tumor yang menyebrangi ventrikel mengenai
pita suara asli dan pita suara palsu, atau meluas ke subglotik lebih dari 10 mm.

a. Klasifikasi tumor ganas laring (ajcc dan uicc 1988)


Tumor primer
SUPRAGLOTIS
Tis Karsinoma insitu
T1 Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih
baik).
T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah supra glotis dan glotis
masih bisa bergerak (tidak terfiksir).
T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah
krikoid bagian belakang, dinding medial daari sinus piriformis, dan
arah ke rongga pre epiglotis.
T4 Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan
lunak pada leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid.
GLOTIS
Tis Karsinoma insitu.
T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara
masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau
posterior.
T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih
dapat bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).
T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah
keluar dari laring.
SUBGLOTIS
Tis karsinoma insitu
T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis.
T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau
sudah terfiksir.
T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan keluar
laring atau kedua-duanya.
Penjalaran ke kelenjar limfa (N)
Nx Kelenjaar limfa tidak teraba
N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba
N1 Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3 cm
homolateral.
N2 Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3 - 6 cm.
N2a Satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter labih dari 3 cm tapi tidak > 6 cm.
N2b Multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.
N2c Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak > 6 cm.
N3 Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.
Metastasis jauh (M)
Mx Tidak terdapat/terdeteksi.
M0 Tidak ada metastasis jauh.
M1 Terdapat metastasis jauh.
Staging (Stadium)
Tergantung keadaan tumor (T), pembesaran kelenjar regional ( N ), dan metastasis
jauh ( M ).
ST1 T1 N0 M0
STII T2 N0 M0
STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0
STIV T4 N0/N1 M0
6. Gejala
a. Serak
Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini
tumor pita suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring.
Kualitas nada sangaat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara,
kecepatan getaran dan ketegangan pita suaara. Pada tumor ganas laring, pita
suara gagal befungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara,
oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan
ligamen rikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang syaraf. Adanya tumor
di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara
tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, mengganggu,
sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa. Kadang-kadang bisa afoni
karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit.
Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung letak tumor. Apabila
tumor tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan mnetap.
Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, di bagian bawah plika
ventrikularis atau di batas inferior pita suara serak akan timbul kemudian.
Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gjala akhir atau
tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak khas dan
subjektif seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang mengganjal di
tenggorok. Tumor hipofarig jarang menimbulkan serak, kecuali tumornya
eksentif. Fiksasi dan nyeri menimbulkan suara bergumun (hot potato voice).
b. Dispneu dan stridor.
Gejala ini merupakan gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan
dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan
jalan nafas oleh massaa tumor, penumpukkan kotoran atau sekret,maupun oleh
fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat dua gejala
tersebut. Sumbatan dapat terjaadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi
oleh pasien. Pada umumnya dispneu dan stridor adalah tanda dan prognosis
kurang baik.
c. Nyeri tenggorok.
Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.
d. Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus
piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumior
ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan
adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.
e. Batuk dan hemoptisis.
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan
tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring.
Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan supraglotik.
f. Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk hemoptisis
dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar jaringan atau
metastase lebih jauh.
g. Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis
tumor ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut.
h. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi
supurasi tumor yang menyerang kaartilago tiroid dan perikondrium.

7. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
a. Laringoskopi langsung, lareingeal tomografi dan biopsi : Adalah indikator
paling nyata.
b. Laringografi : Bapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh
darah dan nodus limfe.
c. Pemeriksaan fungsi paru, scan tulang atau scan organ lain : bila dinyatakan
kanker dan ditemukan ada metastase.
d. Sinar X dada : Dilakukan untuk membuat status dasar paru dan atau
mengidentifikasi metastase.
e. Darah lengkap : Dapat menyatakan anemia yang merupakan masalah umum.
f. Survey imunologi : Dapat dilakukan pada klien yang mendapat kemoterapi.
g. Profil biokimia : perubahan dapat terjadi pada fungsi organ sebagai akibat
kanker, metastase dan terapi.
GDA / nadi oksimetri : Dapat dilakukan untuk membuat status / pengawasan
dasar paru (ventilasi)
8. Penatalaksanaan
Pada kasus karsinoma laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan
pengangkatan laring (Laringektomi). Pengobatan dipilih berdasar stadiumnya.
Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4. Alasannya mempunyai keuntungan dapat
mempertahankan suara yang normal, tetapi jarang dapat menyembuhkan tumor
yang sudah lanjut, lebih-lebih jika sudah terdapat pembesaran kelenjar leher. Oleh
karena itu radioterapi sebaiknya dipergunakan untuk penderita dengan lesi yang
kecil saja tanpa pembesaran kelenjar leher. Kasus yang ideal adalah pada tumor
yang terbatas pada satu pita suara, dan masih mudah digerakkan. Sembilan dari
sepuluh penderita dengan keadaan yang demikian dapat sembuh sempurna dengan
radioterapi serta dapat dipertahankannya suara yang normal. Fiksasi pita suara
menunjukkan penyebaran sudah mencapai lapisan otot. Jika tumor belum
menyebar kedaerah supraglotik atau subglotik, lesi ini masih dapat diobati dengan
radioterapi, tetapi dengan prognosis yang lebih buruk.
Penderita dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran
kelenjar limfe leher, pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi
radikal kelenjar leher.Dalam hal ini masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada
jenis tumor supra dan subglotik.Pada penderita ini kemungkinan sembuh tidak
begitu besar, hanya satu diantara tiga penderita akan sembuh sempurna.
Laringektomi diklasifikasikan kedalam :
1. Laringektomi parsial. Adalah dibuat muara kedalam laring melalui kartilago
tirodea dan pengangkatan Tumor yang terbatas pada bagian pita suara atau
pada daerah diatasnya pada pengangkatan hanya satu pita suara saja dan
kedua pita suara masih bisa bergerak dengan sempurna dan trakeotomi
sementara yang dilakukan untuk mempertahankan jalan napas. Setelah sembuh
dari pembedahan suara pasien akan parau.
2. Hemilaringektomi atau vertical adalah hampir sama pengertiannya dengan
laringektomi parsialBila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara satu
benar dan satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan
setengah kartilago tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien
akan parau setelah pembedahan.
3. Laringektomi supraglotis atau horizontal adalah dibuat insisi horizontal
melalui sebelah atas pita suara sejati (pita suara dibiarkan utuh) sedangkan
Bila tumor berada pada epiglotis atau pita suara yang salah, dilakukan diseksi
leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih utuh atau tetap
normal.Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat makanan peroral
meningkat.
4. Laringektomi total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar
laring, memerlukan pengangkatan laring, tulang hiyoid, kartilago krikoid, 2-3
cincin trakea, dan otot penghubung ke laring. Mengakibatkan kehilangan suara
dan sebuah lubang (stoma) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak
ada bahaya aspirasi makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi
berhubungan dengan saluran udara – pencernaan.Suatu sayatan radikal telah
dilakukan dileher pada jenis laringektomi ini.Hal ini meliputi pengangkatan
pembuluh limfatik, kelenjar limfe di leher, otot sternokleidomastoideus, vena
jugularis interna, saraf spinal asesorius, kelenjar salifa submandibular dan
sebagian kecil kelenjar parotis (Sawyer, 1990).Operasi ini akan membuat
penderita tidak dapat bersuara atau berbicara. Tetapi kasus yang dermikian
dapat diatasi dengan mengajarkan pada mereka berbicara menggunakan
esofagus ( Esofageal speech ), meskipun kualitasnya tidak sebaik bila
penderita berbicara dengan menggunakan organ laring.Untuk latihan berbicara
dengan esofagus perlu bantuan seorang binawicara.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Integritas Ego : Perasaan takut akan kehilangan suara, takut mati, takut
kejadian berulangnya kankaer. Kuatir bila pembedahan mempengaruhi
hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.
Asietas, depresi, marah dan menolak opersi.
b. Makan atau cairan : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan,
sakit tenggorok yang menetap. Bengkak luka. Inflamasi atau drainase oral,
kebersihan gigi buruk. Pembengkakan lidah dan gangguan gag refleks.
BB, terdapat penurunan BB drastis.
Nafsu makan biasanya menurun bahkan mungkin tidak ada karena adanya
nyeri telan.
c. Kebersihan diri/Hygiene : kemunduran kebersihan mulut, kebutuhan
bantuan perawatan dasar.
d. Neurosensori : Diplopia, ketulian, kesemutan, parastesia otot wajah,
ketulian konduksi, hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan
sub mandibular), parau menetap (gejala dominan dan dini kanker
laring intrinsik). Kerusakan membran mukosa.
e. Nyeri/Kenyamanan : Sakit tenggorokan atau mulut (nyeri bbiasanya tidak
dilaporkan kecuali nyeri yang berat menyertai setelah pembedahan).
Prilaku berhati-hati, gelisah nyeri wajah, dan gangguan tonus otot.
f. Pernafasan : Terdapat riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja
dengan serbuk / kayu, kimia toksik / serbuk, logam berat. Riwayat
penggunaan berlebihan berbicara : penyanyi, juru lelang, riwayat penyakit
paru kronis, batuk dengan/tanpa sputum, Drainase darah pada nasal,
hemoptisis,Dispnea (lanjut).
g. Keamanan : Terdapat luka post oprasi
h. Interaksi sosial : Perasaan takut aka kehilangan suara, ansietas, depresi,
marah, menolak. kurang dukungan sistem keluarga, perubahan tinggi
suara, enggan untuk berbicara,masalah tentang kemampuan
berkomunikasi.
i. Penyuluhan/Pembelajaran : Lesi mulut tak sembuh, riwayat penyalah
gunaan alkohol.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pra dan pasca
operasi dan takut akan kecacatan.
b. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d gangguan kemampuan untuk bernafas,batuk
dan menelan, sekresi banyak dan kental d/d dyspneu, perubahan pada
frekuensi/kedalaman pernafasan.
c. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya
selang nasogastrik atau orogastrik.
d. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan dehidrasi, kebersihan
oral tidak adekuat, kanker oral, penurunan produksi saliva sekunder terhadap
radiasi atau prosedur pembedahan dan defisit nutrisi.
e. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan deficit anatomi (
pengangkatan batang suara ) dan hambatan fisik ( selang trakeostomi ).
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
jenis masukan makanan sementara atau permanen, gangguan mekanisme umpan
balik keinginan makan, rasa, dan bau karena perubahan pembedahan atau
struktur, radiasi atau kemoterapi.
g. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah
pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau suplai
darah,pembentukan udema dan pengumpulan atau drainase sekret terus-
menerus.
4. IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan intervensi keperawatan
5. EVALUASI
a. Jalan nafas pasien kembali efektif
b. Nyeri pasien dapat berkurang atau hilang
c. membran mukosa pasien kembali baik dan lembab
d. komunikasi pasien dapat kembali efektif
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth.Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC; 2001.

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made
Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999

Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001

R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta :
EGC ; 1997

Anda mungkin juga menyukai