Anda di halaman 1dari 3

D.

PENCEMARAN ISU LINGKUNGAN DAN ECOLABELLING

Tahun 1996 telah disetujui ecolabelling terhadap produk ekspor, artinya konsekuensi atau
perdagangan bebas secara internasional.

Salah satu kecenderungan yang mungkin akan mempengaruhhi perkembangan dan kinerja
perdaganan luar negri indoesia, khususnya ekspor non migas, adalah munculnya isu produk
yang berwawasan lingkugan atau disebut ecolabelling.

Ecolabelling pada dasarnya adalah pemberian tanda atau label terhadap suatu produk tersebut
sejak dari bahan baku, proses roduksi, pemasaran, konsummsi, sampai kepada pembuangan
sampahnya haruslah bersahabaat dengan lingkungan.

Imlikasi daripada kecenderungan global yang semakin mengkaitkan perdaganngan dengan


masalah lingkungan adalah akan semaki tumbuhnya “gerakan masyarakat hijau” atau green
consumer dalam perilaku kosumennya. Perubahan pola dan perilaku pada gilirannya akan
memengaruhi pola permintaan konsumen terhadap barang-barang dan jasa di pasaran
internasional.

Konsekuensi dari pelaksanaan kesepakatan leberisasi pedagangan internsional atau WTO dan
ecolabellig dapat bermuara pada dua kemungkinana, yaitu mampu beraing di pasar global dan
pasar domestic jika berhasil melakukan efisensi atau gagal dan tersisih dari panggung
perdagangan dunia atau perekonomian internasional.

Masahnya sejauh mana isu ecolabelling telah diantispasi dan apa upaya untuk dapat mendrong
perkembangan sector investasi, perdagangan dan jasa, serta lembaga swadaya masyarakat dalam
kerangka ecolabelling.

Kekhawatiran yang timbul apabila isu lingkungan dikaitkan dengan bantuan pembangunan dan
perdagangan adalah dampaknya yang besar terhadap Negara sedang berkembang karena
beberapa alasan :

a. Polusi dan degradasi lingkungan terjadi paling besar di Negara berkembang


b. Sebagian produk ekspor Negara berkembang ditujukan kenegara maju yang mengkaitkan
masalah lingkungan dengan perdagangan internasional
c. Sebagian besar bantuan pembangunan berasal dari Negara maju.

Untuk mengantisipasi dampak isu lingkungan dan ecolabelling, maka tiap Negara berkembang
termasuk Indonesia perlu mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mendorong terwujudnya lembaga sertifikasi ecolabelling


b. Memasyarakatkan secara aktif dan terus menerus mengenai eolabeelling kepada
lingkungan bisnis, industry, perdagangan dan jasa
c. Melakukan monitoring perkembangan ecolabelling di Negara mitra dagang
d. Aktif melakukan konsultasi dengan Negara-negara maju di forum internasional.
e. Melakukan invenlarisasi masalah-masalah terhadap produk yang potensial berkaitan
dengan isu ecolabelling.

Ecolabelling pada langkah awal akan diberlakukan :

1. Tahap pertama dikenakan pada produksi hasil hutan, dimana dikenakan syarat-syarat
berkaiitan dengan lingkungan
2. Tahap kedua dikenakan pada produk ekspor terkait.

E. ISO – INTERNASIONAL STANDARD ORGANIZATION

ISO yang mengatur atau yang mengelola standar-standar dunia. System standar mutu yang ketat
diprakasai oleh militer USA untuk menghindari kegagalan dalam bidang pertahanan strategis.

ISO beranggotakan banak Negara termasuk Indonesia, diresmikan pada tahun 1987. ISO standar
system ini bukan bersifat teknis spesifikasi, tetapi merupakan suatu aturan ain, pola-pola system
dengan kreteriakreteria sendiri.

Seri standar system tersebut adalah :

ISO-9000 : adalah guidance untuk perusahaan yang memerlukan sertifikasi

ISO-9001 : standar system untuk semua perusahaan yang kegiatannya bersift menyeluruh sejak
proses awal ke rekayasa ke design ke produksi ke pelayanan konsumen atau penjualan

ISO-9002 : adalah system manajemen yang menekankan konsep pengendalian sejak dini
terhadap semua fungsi dan aktifitas yang berdampak terhadap mutu, mulai dari pasokan bahan
baku sampai pada pelayanan konsumen.

ISO tidak lagi sekedar produk, tetapi sudah merupakan standar system tentang bagaimana
produk itu dibuat. Komitmen mutu menjadi kebijaksanaan perusahaan. ISO-9002 tiap 6 bulan
secara periodic akan diperiksa melalui surveillance audit atau diperiksa ulang dalam 3 tahun
sekali menjalani assessment untuk memperoleh pembaharuan sertifikasi tersebut.

ISO-9003 : perusahaan hanya menerima dan menjual produk, berarti ia memiliki pengendalian
mutu hanya pada ujungnya, menerima, memeriksa dan melakukan test.

ISO-9004 : bersifat penjelasan tentang system manajemen mutu secara umum

ISO-14000 : menyangkut pengelolaan/manajemen lingkungan dan dan audit lingkungan.


Ketentuan mengenai ecolabelling mencakup persyaratan seperti kesehatan dan keamanan
lingkungan serta keseimbangan lingkungan
Standar yang ditetapkan menurut standar di Negara maju, membawa dampak bagi Negara
produsen bahkan dapat memberian keuntungan –keuntungan bagi Negara produsen seperti :

1. Bekerja lebih efesien, sehingga dapat bersaing


2. Efesiensi digunakan untuk metode proses produksi yang menggunakan life cycle analysis
3. Sumber daya alam selalu terpelihara, lingkungan aman
4. Kesehatan dan kelangsungan hidup terjamin
5. Terbukanya kesempatan kerja
6. Peningkatan kemampuan sendiri
7. Masa depan umat manusia lebih terjamin

Produk ekspor hasil hutan : anatara lin plywood, kayu olahan, pulp, bubur kertas, kulit, sepatu
dll, semuanya dihasilkan tanpa merusak hutan tersebut. Lebih tegas dinyatakan :

a. Tidak boleh merusak habitat


b. Tidak boleh merusak hutan
c. Tidak boleh mengunduli hutan secara tidak terkontrol

Selain ekspor hasil hutan, jenis ekpor tekstil juga harus terlindungi dari bahaya kimia, misalnya ;

1. Garmen
2. Pakaian jadi
3. Tekstil
4. Termasuk produk lainnya menggunakan bahan kimia.

Harus bebas dari logam berat dan bebas zat pewarna dalam kadar tertentu.

Anda mungkin juga menyukai