Bagian Ilmu Penyakit Saraf Referat
Bagian Ilmu Penyakit Saraf Referat
PENDAHULUAN ...................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ..........................................................................................................6
B. Epidemiologi .................................................................................................6
C. Etiologi ..........................................................................................................7
D. Klasifikasi .....................................................................................................9
E. Patogenesis ....................................................................................................10
F. Manifetasi Klinis ...........................................................................................16
G. Diagnosis........................................................................................................18
H. Diagnosis Banding ........................................................................................21
I. Terapi ............................................................................................................23
J. Prognosis dan Komplikasi .............................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Nyeri menurut International Association for the Study of Pain (IASP) merupakan
perasaan sensori dan/atau emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan baik yang sudah terjadi maupun yang berpotensi terjadi. Salah satu alasan
tersering pasien mengunjungi ahli neurologi adalah nyeri kepala atau cephalgia.1
Sakit kepala didefinisikan sebagai sakit yang berlokasi di kepala atau leher bagian
belakang. Secara garis besar, sakit kepala dapat dibagi menjadi sakit kepala primer dan
sekunder. Sakit kepala primer adalah sakit kepala yang tidak berhubungan dengan penyebab
atau penyakit lain. Sakit kepala sekunder adalah sakit kepala yang berhubungan dengan
penyakit lain. Berdasarkan klasifikasi Internasional Sakit Kepala Edisi 2 dari IHS
(International Headache Society) yang terbaru tahun 2004, sakit kepala primer terdiri atas
migraine, tension type headache, cluster headache dan trigeminal-autonomic cephalgias dari
primary headaches.2
Mollendorf tahun 1867 memberikan nama “Red Migraine” untuk jenis nyeri kepala
yang termasuk nyeri kepala vaskuler dan merupakan varian dari migrain. Hal ini sesuai
dengan gejala klinisnya yaitu hemicephalgia yang disertai mata merah, muka sesisi merah
“Erythromelalgia of the head”.3 Beberapa ahli masih memberikan berbagai nama untuk jenis
cephalgia ini, sampai tahun 1926 Wilfred Harris menyebutnya sebagai “Periodic Migrainous
Neuralgia”. Nama inipun menggambarkan gejala klinisnya tetapi dari segi lain, yaitu adanya
2
intensitas nyeri kepala yang hebat, berlangsung dalam waktu yang pendek dan mendekati
gejala neuralgia.4
Untuk mencegah kesalahpahaman dengan nama lain, maka Bicker staff (1959)
ini dan menyesuaikan dengan gejalanya yang timbul secara berkelompok-kelompok dan
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
a. Cluster Headache
Cluster headache adalah suatu sindrom idiopatik yang terdiri dari serangan
yang jelas dan berulang dari suatu sakit periorbital unilateral yang mendadak dan
parah. Cluster headache juga dikenal sebagai sakit kepala histamine, yaitu suatu
bentuk sakit kepala neurovascular. Serangan biasanya parah, unilateral dan terletak di
daerah periorbital. Rasa sakit ini terkait dengan lakrimasi ipsilateal, hidung tersumbat,
injeksi konjungtiva, miosis, ptosis dan edema kelopak mata. Sakit kepala berlangsung
singkat dan berlangsung beberapa saat sampai 2 jam. Cluster mengacu pada
kriteria diagnosis, pasien harus memiliki minimal 5 serangan yang terjadi dari 1 setiap
hari untuk 8 per hari dan tidak ada penyebab lain untuk sakit kepala.3
b. Migrain
dengan sakit kepala berulang, unilateral, dan pada beberapa kasus dikaitkan dengan
B. EPIDMIOLOGI
a. Cluster Headache
penelitian bahwa laki-laki berusia 18 tahun, pada tahun 1976 di Swedia ditemukan
prevalensi seumur hidup dari 90 per 100.000 penduduk. Pada tahun 1984 dan 1999,
4
seluruh penduduk Republik San Marino dilakuan penelitian dalam dua studi yang
tingkat prevalensi 69 per 100.000 (128 per 100.000 pada laki-laki dan 9 per 100.000
pada wanita), pada survei kedua, 3 angka prevalensi diperkirakan adalah 56 per
100.000 (115,3 per 100.000 pada laki-laki). Dalam penelitian epidemiologi ekstensif
yang dilakukan pada populasi daerah kecil di Norwegia (studi Vaga), tingkat
prevalensi diperkirakan adalah 326 per 100.000 (558 per 100.000 pada laki-laki dan
106 per 100.000 pada wanita) sangat tinggi dibandingkan populasi di San Marino.9
b. Migrain
wanita dan 7,8 hingga 10% pada pria. Rasio prevalensi perempuan terhadap pria
dengan migrain sangat bervariasi sesuai usia, dimana sebelum usia 12 tahun, migrain
lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Setelah
pubertas, migrain semakin sering dijumpai pada perempuan dan pada usia 20 tahun,
Migrain diperkirakan dua sampai tiga kali lebih sering pada perempuan
daripada laki-laki dan paling sering terjadi pada perempuan berusia kurang dari 40
tahun, cenderung dijumpai dalam satu keluarga dan diperkirakan memiliki dasar
genetik. Sekitar 70% hingga 80% penderita migrain memiliki anggota keluarga dekat
C. ETIOLOGI
a. Cluster Headache
1. Serangan yang dipicu pada beberapa pasien karena stres, alergi, perubahan
5
2. Perokok berat.
4. Alkohol menginduksi serangan selama cluster tetapi tidak selama remisi. Pasien
dengan cluster headache, 80% adalah perokok berat dan 50% memiliki riwayat
5. Faktor resiko
b. Migrain
Penyebab terjadinya migrain masih belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor atau pemicu yang dapat menyebabkan terjadinya migrain, antara lain.7,13
1. Riwayat anggota keluarga dengan riwayat nyeri kepala (faktor genetik diyakini kuat
2. Perubahan hormon (esterogen dan progesterone) pada wanita, khususnya pada fase
kontrasepsi oral
vasokonstriktor (keju dan coklat), serta zat tambahan pada makanan (monosodium
6
D. KLASIFIKASI
a. Cluster Headache
1. Episodik
Dalam tipe ini, cluster headache terjadi setiap hari selama satu minggu sampai satu
tahun diikuti oleh remisi tanpa nyeri yang berlangsung beberapa minggu sampai
2. Kronik
Dalam tipe ini, cluster headache terjadi setiap hari selama lebih dari satu tahun
dengan tidak ada remisi atau dengan periode tanpa nyeri berlangsung kurang dari
dua minggu.
kronik. Cluster headache kronik dapat berkembang setelah suatu periode serangan
episodik atau dapat berkembang secara spontan tanpa di dahului oleh riwayat sakit
kepala sebelumnya. Beberapa orang mengalami fase episodik dan kronik secara
bergantian.
karakter utama dari cluster headache. Mungkin terdapat riwayat keluarga dengan
cluster headache pada penderita, yang berarti ada kemungkinan faktor genetik
headache.1
7
b. Migrain
Klasifkasi migrain berdasarkan konsensus PERDOSSI (Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia) yang merupakan adaptasi International Headache Society
tahun 2013 :
Migrain tanpa aura
Migrain dengan aura
Sindrom periodik pada anak yang pada umumnya menjadi prekursor migraine
Cyclical vomiting
Migrain Abdominal
Vertigo paroksismal Benigna pada Anak
Migrain retinal
Komplikasi migrain
Migrain Kronik
Status Migrainosus (serangan migrain > 72 jam)
Aura persisten tanpa infark
Migrainous infark
Migraine-Triggered Seizure
Probable Migrain
Dalam makalah ini, yang menjadi pembahasan pokok terutama migrain dalam
kelompok migrain tanpa aura dan migraine dengan aura.
E. PATOFISIOLOGI
a. Cluster Headache
Patofisiologi dari cluster headache tidak diketahui dengan jelas. Ada beberapa
1. Hemodinamik
Dilatasi vaskular mungkin memiliki peranan, tetapi studi tentang peredaran darah
masih belum pasti. Aliran darah ekstrakranial (hipertermia dan peningkatan aliran
8
darah arteri temporal) meningkat tetapi tidak menimbulkan rasa sakit. Perubahan
2. Saraf trigeminal
sensori dan motorik dalam divisi saraf maksillaris dan opthalamic. Semua ini
4. Ritme sirkadian
Cluster headache sering kambuh dalam waktu yang sama setiap hari,
b. Migrain
Mekanisme pasti terjadinya migrain belum sepenuhnya diketahui, dan sampai saat ini
masih terus berkembang. Hal ini diakibatkan banyaknya faktor genetik dan lingkungan
serta proses neurovaskular yang terjadi pada migrain turut memberikan kontribusi
terhadap kejadian penyakit. Prinsip utama yang dapat dipahami disini bahwa, adanya
perangsangan pada struktur peka nyeri intracranial (seperti yang telah dijelaskan pada
Asal nosiseptor tersebut terbagi dua bagian, untuk struktur supratentorial berasal dari
9
nervus trigeminus pars ophtalmica, dan untuk infratentorial berasal dari nervus spinalis
C1-C3.14,15
1. Teori Vaskular
Teori vaskular merupakan teori pertama yang berkembang pada sejarah penelitian
migrain. Teori ini dikembangkan oleh Wolf dkk tahun 1940-an yang mengemukaan bahwa
adanya gangguan kaliber pembuluh darah menyebabkan terjadinya nyeri kepala migrain.
Disebutkan bahwa dengan adanya faktor pencetus oleh mekanisme yang belum diketahui,
timbulnya aura pada sebagian kasus di mana ambang untuk terjadinya aura rendah. Setelah
kepala. Nyeri kepala yang terjadi bersifat unilateral dengan kualitas berdenyut, disebabkan
10
Namun, teori ini masih belum dapat menjelaskan gejala prodromal dan gejala lain yang
terjadi sebelum serangan migrain. Selain itu, obat-obat yang dapat meredakan nyeri
kepala, tidak semuanya bekerja melalui vasokonstriksi pembuluh darah, dan belakangan
diketahui dengan penelitian menggunakan teknik pencitraan mutakhir untuk melihat aliran
darah otak, ditemukan bahwa kejadian migrain tanpa aura memiliki aliran darah serebral
Belakangan diteliti lebih lanjut oleh Schoonman dkk, disimpulkan bahwa vasodilatasi
pembuluh intrakranial tidak berperan dalam patogenesis migrain, kemudian oleh Elkind
dkk didapatkan bahwa mekanisme nyeri kepala sangat ditentukan oleh diameter dinding
pembuluh darah ekstrakranial. Dalam penelitiannya (Elkind dkk) didapatkan aliran darah
frontotemporal meningkat pada subjek dengan nyeri kepala dibandingkan dengan kontrol
(P<0,005), dan nyeri kepala mereda setelah diberikan ergotamin tartrat disertai dengan
penurunan alirah darah frontotemporal, yang merupakan cabang dari arteri karotis
eksterna. 17,18,19
11
Teori neurovaskular pada prinsipnya menjelaskan bahwa adanya migrain disebabkan oleh
Adanya vasodilatasi akibat aktivitas NOS dan produksi NO akan merangsang ujung saraf
peptide). CGRP akan berikatan pada reseptornya di sel mast meningens dan akan
neuron. CGRP juga bekerja pada arteri serebral dan otot polos yang akan mengakibatkan
Selain itu, CGRP akan bekerja pada post junctional site second order neuron yang
bertindak sebagai transmisi impuls nyeri. Teori sistem saraf simpatis, aktifasi sistem ini
Selanjutnya, sistem ini juga mengaktifkan nukleus dorsal sehingga terjadi peningkatan
kadar serotonin. Peningkatan kadar epinefrin dan serotonin akan menyebabkan konstriksi
dari pembuluh darah lalu terjadi penurunan aliran darah di otak. Penurunan aliran darah di
otak akan merangsang serabut saraf trigeminovaskular. Jika aliran darah berkurang maka
dapat terjadi aura. Apabila terjadi penurunan kadar serotonin maka akan menyebabkan
dilatasi pembuluh darah intrakranial dan ekstrakranial yang akan menyebabkan nyeri
Cortical Spreading Depression (CSD) merupakan teori yang pertama kali dikemukakan
oleh Leao (1944) yang menjelaskan mekanisme migrain dengan aura. CSD adalah
gelombang neuron eksitatorik pada substansia grisea korteks dari daerah cetusan asal
(biasanya dimulai di regio occipital) dengan kecepatan rambat 2-6 mm/ menit, yang
kemudian menyebabkan periode refrakter pada area yang telah dilewari arus. Depolarisasi
yang terjadi ini menyebabkan terjadinya fase aura, yang kemudian mengaktifkan nervus
12
trigeminal, yang menyebabkan fase nyeri kepala. Mekanisme neurokimia yang terjadi
selama fase perambatan yaitu pengeluaran kalium ke ekstrasel, atau pengeluaran glutamat
(asam amino eksitatorik) dari jaringan saraf. Hal ini menyebabkan terjadinya depolarisasi
Tomography (PET) terlihat bahwa aliran darah cenderung berkurang selama fase
aura/CSD. Fase ini juga menurunkan laju metabolisme sel. Walaupun selama CSD terjadi
terjadinya aura, adakalanya oligemia yang terjadi tidak mencapai ambang dalam
Sebagai tambahan, melalui beberapa jalur mekanisme, CSD meningkatkan ekspresi gen
darah otak, yang menyebabkan pengeluraran kalium, nitrit oksida, adenosin, dan produk
13
lain yang dihasilkan akibat CSD mejangkau dan merangsang ujung sarafbebas nervus
F. MANIFESTASI KLINIS
a. Cluster Headache
Gejala klinis yang dapat ditemukan pada cluster headache adalah Tidak ada aura
muncul seperti pada migraine. Periodisitas adalah karakteristik yang paling mencolok.
Biasanya, pasien mengalami 1-2 kali periode cluster per tahun, yang masing-masing
Unilateral wajah ( masih pada sisi yang sama selama periode cluster)
keluar)
Distribusi (divisi pertama dan kedua dari saraf trigeminal, sekitar 18-
tahun)
14
6. Keringat pada dahi dan wajah ipsilateral (26%).
b. Migrain
Migrain merupakan nyeri kepala primer dengan serangan yang sering berulang.
yang mengode subunit α2 pompa Na-K (kromosom 1), gen yang mengode kanal
kalsium tipe P/Q, dan gangguan ekspresi reseptor dopamin, maka ambang seseorang
untuk terjadinya serangan migrain itu lebih besar, dan kemungkinan rekurensinya
Selain faktor genetik, seseorang dengan lingkungan yang penuh dengan pencetus
migrain (seperti yang telah dijelaskan sebelumnya) juga membuat orang rentan
terhadap migrain. Setelah kedua faktor itu terpenuhi, maka terjadi serangan.
Fase prodromal terjadi beberapa hari hingga beberapa jam sebelum nyeri kepala. Fase
lemas, terus mengantuk, rasa haus, anorexia, sangat sensitif terhadap cahaya, aroma,
dan suara, sering berkemih, sangat menginginkan satu makanan tertentu, mudah
marah, dsb.10,13,16
15
Fase Aura yaitu fase yang dialami oleh penderita migrain dengan aura (migrain
maksimal selama 60 menit pada saat sebelum serangan nyeri atau bersamaan dengan
munculnya nyeri. Aspek neurologi yang terkena itu visual, sensorik, dan berbahasa,
baik itu bersifat positif atau negatif, dan cenderung reversibel. Contoh gejalanya yaitu
terdapat skotoma multipel atau soliter, defek lapang pandang homonim hemianopia,
gangguan penglihatan total, gejala sensorik seperti parestesia mulai dari tangan
hingga kewajah yang dapat diikuti oleh rasa baal, serta gejala gangguan berbahasa.
Fase ini dapat tidak ada pada pasien dengan migrain tanpa aura.10,13,16
Fase nyeri kepala, berlangsung 4-72 jam dengan intensitas nyeri sedang-berat,
Fase postdromal merupakan gejala ikutan pasca serangan nyeri kepala, dapat
berlangsung hingga 24 jam, dengan karakteristik pasien merasa lelah, mood tidak
G. DIAGNOSIS
a. Cluster Headache
Cluster headache mempunyai ciri khas tipe nyeri dan pola serangan. Suatu diagnosis
tergantung kepada gambaran dari serangan, termasuk nyeri, lokasi dan keparahan
sakit kepala, dan gejala-gejala lainnya yang terkait. Frekuensi dan lama waktu
Keterlibatan fenomena otonom yang jelas sangat penting pada cluster headache.
lakrimasi, hiperemi pada konjungtiva, diaforesis pada wajah, edema pada palpebra
dan sindrom Horner parsial atau komplit, takikardia juga sering ditemukan.
16
Pemeriksaan neurologis dapat membantu untuk mendeteksi tanda-tanda dari cluster
headache. Terkadang pupil terlihat lebih kecil atau palpebra terjatuh bahkan diantara
serangan.
Unilateral Lacrimation
Eyelid edema
Conjunctival injection
Ptosis
* Tidak ada bukti dari gangguan sakit kepala sekunder. Sakit kepala cluster episodik
terjadi untuk <1 tahun dan sakit kepala kronis terjadi selama> 1 tahun.5
b. Migrain
Diagnosis migraine, baik itu migraine tanpa aura (common migraine) maupun
migraine klasik (classic migraine) sepenuhnya berdasarkan gejala klinik. Gejala yang
paling utama adalah adanya keluhan nyeri kepala unilateral di regio frontotemporal
(meskipun nyeri bilateral juga terdapat pada sebagian kecil kasus), yang terjadi secara
tiba-tiba akibat faktor pencetus dengan kualitas berdenyut berintensitas nyeri sedang-
berat. Adapun kriteria diagnosis untuk migraine tanpa aura adalah sebagai berikut11,12 :
17
B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (belum diobati atau sudah
1. Lokasi unilateral
2. Berdenyut
4. Keadaan diperberat oleh aktivitas fisik atau aktivitas di luar kebiasaan rutin
D. Selama serangan nyeri kepala, minimal terdapat satu dari gejala berikut
Selain migraine tanpa aura, dikenal juga migraine dengan aura (classic migraine).
Aura sendiri diartikan sebagai gejala disfungsi serebral fokal yang pulih menyeluruh
dalam jangka waktu < 60 menit yang dapat terjadi sebelum serangan nyeri kepala
(sebagian besar kasus), pada saat serangan atau setelah serangan. Adapun kriteria
1. Visual
2. Sensorik
4. Motorik
5. Batang Otak
6. Retinal
18
C. Sedikitnya dua dari empat karakteristik berikut :
menit, dan/atau dua atau lebih gejala aura yang terjadi berurutan
4. Gejala aura bersamaan atau diikuti dengan gejala nyeri kepala sesuai dengan
Tidak berkaitan dengan nyeri kepala akibat penyakit lain dan Transient Ischemic
H. DIAGNOSIS BANDING
19
Tension Fronto- Dewasa Tertekan, Kelelahan,
Headache ( Oksipital, muda, usia terikat tali, stress psikis
Nyeri menyeluruh pertengahan, tidak
kepala terkadang berdenyut,
ketegangan) anak-anak, berlangsung
wanita>pria berhari-hari,
bulan, tahunan
Temporal Unilater- Usia >50 Nyeri Tidak ada
Arteritis bilateral di tahun berdenyut,
(Giant-Cell regio kemudian
Arteritis temporalis persisten dan
terasa terbakar,
nyeri tekan
arteri
Neuralgia Unilateral, Usia Nyeri seperti Mengunyah,
Trigeminal mengikuti umumnya 60- tertusuk, berat, berbicara,
persarafan 70 tahun dan muncul menyikat gigi,
sensorik mendadak menyentuh
n.trigeminus area/lokasi
pada kepala nyeri
20
Gambar 5. Diagnosis Banding sakit kepala
I. TERAPI
a. Cluster Headache
jangka waktu serangan. Obat-obat yang digunakan untuk cluster headache dapat
bertujuan untuk menghentikan atau mengurangi rasa nyeri setelah terjadi serangan
Karena sakit kepala tipe ini meningkat dengan cepat, pengobatan simptomatik
harus mempunyai sifat bekerja dengan cepat dan dapat diberikan segera, biasanya
21
Pengobatan simptomatik
1. Oksigen
menggunakannya. Terkadang jumlah yang lebih besar dapat lebih efektif. Efek dari
penggunaannya relatif aman, tidak mahal, dan efeknya dapat dirasakan setelah sekitar
15 menit. Kerugian utama dari penggunaan oksigen adalah pasien harus membawa-
bawa tabung oksigen dan pengaturnya, membuat pengobatan dengan cara ini menjadi
tidak nyaman dan tidak dapat di akses setiap waktu. Terkadang oksigen mungkin
hanya menunda daripada menghentikan serangan dan rasa sakit tersebut akan
kembali.6
2. Sumatriptan
Obat injeksi sumatriptan yang biasa digunakan untuk mengobati migraine, juga
penggunaan sumatriptan dalam bentuk nasal spray namun penelitian lebih lanjut
3. Ergotamin
darah otak. Tersedia dalam bentuk injeksi dan inhaler, penggunaan intra vena bekerja
lebih cepat daripada inhaler dosis harus dibatasi untuk mencegah terjadinya efek
samping terutama mual, serta hati-hati pada penderita dengan riwayat hipertensi.6
Anestesi lokal menstabilkan membran saraf sehingga sel saraf menjadi kurang
impuls saraf, sehingga menyebabkan efek anestesi lokal. Lidokain intra nasal dapat
22
digunakan secara efektif pada serangan cluster headache. Namun harus berhati-hati
bradikardi.6
Obat-obat profilaksis :
1. Anti konvulsan
dibuktikan pada beberapa penelitian yang terbatas. Mekanisme kerja obat-obat ini
untuk mencegah cluster headache masih belum jelas, mungkin bekerja dengan
2. Kortikosteroid
mencegah rekurensi segera. Prednison dosis tinggi diberikan selama beberapa hari
Pembedahan
yang tidak merespon dengan baik dengan pengobatan atau pada pasien yang memiliki
pasien yang mengalami serangan pada satu sisi kepala saja karena operasi ini hanya
bisa dilakukan satu kali. Sedangkan yang mengalami serangan berpindah-pindah dari
Ada beberapa tipe pembedahan yang dapat dilakukan untuk mengobati cluster
23
Blok saraf invasif ataupun prosedur bedah saraf non-invasif (contohnya radio
mengobati cluster headache. Namun demikian terjadi efek samping berupa diastesia
karena kurang invasif. Metode baru dan menjanjikan adalah penanaman elektroda
dengan cluster headache yang parah memberikan kesembuhan yang komplit dan tidak
b. Migrain
Secara umum, penanganan migrain terbagi dalam terapi farmakologis dan non-
faktor pencetus serangan, seperti perubahan pola tidur (kurang tidur/ tidur berlebih),
makanan yang merangsang, cahaya terlalu terang, stres, kelelahan, perubahan cuaca,
dsb.20
Untuk terapi farmakologis, dibagi dalam dua bagian, yaitu terapi abortif dan terapi
profilaksis. Terapi abortif bertujuan untuk menangani serangan nyeri akut. Terapi lini
pertama adalah sebagai obat abortif nonspesifik untuk serangan ringan sampai sedang
atau serangan berat atau berespons baik terhadap obat yang sama, dapat dipakai
golongan analgesik atau NSAID yang dijual bebas. Dosis obat lini 1 yang dapat
diberikan yaitu20 :
24
Ketorolac 60 mg IM tiap 15-30 menit, maksimal 120 mg/hari, tidak boleh lebih
dari 5 hari
Sodium naproksen 275 – 550 mg/ 2-6 jam, dosis maksimal 1,5 gr/ hari
Terapi lini kedua adalah sebagai obat abortif spesifik apabila tidak responsif
terhadap analgesik dan NSAID (obat abortif nonspesifik) seperti golongan triptan dan
sedang atau migrain ringan sampai sedang yang tidak responsif terhadap analgesik
tartat) walaupun efikasinya tidak lebih baik dari triptan namun golongan tersebut
memiliki rekurensi yang lebih rendah pada beberapa pasien. Selain itu, alkaloid ergot
dapat menginduksi drug overuse headache sangat cepat pada dosis sangat rendah
sehingga penggunaannya dibatasi hanya sampai 10 hari per bulan dan tidak boleh
gagal ginjal, kehamilan, dan masa laktasi. Obat golongan triptan bekerja dengan cara
per oral, atau derivat ergot seperti ergotamin 1-2 mg yang dapat diberikan secara oral,
25
Terapi profilaktik umumnya diindikasikan apabila pasien mengalami lebih dari dua
kali serangan migrain per bulan atau yang aktivitas sehari-harinya terganggu akibat
nyeri kepala. Obat yang dapat digunakan antara lain amitriptilin, propranolol, dan
nadolol sebagai lini pertama. Untuk lini kedua dapat digunakan topiramat, gabapentin,
khusus sebelum dokter memberikan profilaktik meliputi ada tidaknya hipertensi atau
a. Cluster Headache
serangan berulang.
2. Cluster headache tipe episodik dapat berubah menjadi tipe kronik pada 4
sampai13 % penderita.
3. Remisi spontan dan bertahan lama terjadi pada 12 % penderita, terutama pada
5. Onset lanjut dari gangguan ini teruama pada pria dengan riwayat cluster
b. Migrain
paparan atau menghindari faktor pencetus,dan meminum obat yang teratur. Tetapi
26
menderita stroke pada pasien riwayat migrain, terutama pada perempuan. Namun,
Didapatkan bahwa pasien migrain baik perempuan maupun laki-laki beresiko 2-5 kali
dengan aura. Selain itu, migrain juga dapat memicu timbulnya komplikasi penyakit
metabolik pada seseorang seperti diabetes melitus dan hipertensi, dyslipidemia, dan
27
DAFTAR PUSTAKA
1. C. Finocchi, M. Del Sette, S. Angeli, et al. 2010. Neurology. Available from : URL :
2. Dr. Hasan Sjahrir Sp S. 2004. Mekanisme terjadinya nyeri kepala primer dan prospek
15 Juli 2011
4. Kusumoputro, S., dkk, Nyeri Kepala Menahun. Universitas Indonesia Press. Jakarta
In: Standards of care for headache diagnosis and treatment. National Headache
November 2017
2013;33(9):629-808.
10. Arifputra A AT. Migrain. In: Chris Tanto d, editor. Kapita Selekta Kedokteran.
28
11. MIPCA. 2004. Cluster Headache Algorithm. Available from : URL :
12. Hartwig M WL. Nyeri. In: Price S WL, editor. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
15. Netter FM. Atlas Anatomi Manusia. USA: Elsevier saunders; 2011.
16. Cutrer F, Charles, A. The Neurogenic Basis of Migraine. Headache: The Journal of
2011;51(3):409-17.
18. Goadsby, P. Pathophysiology of migraine. Ann Indian Acad Neurol. 2012 Aug;
19. Ropper, A., Brown, R. Adams and Victor’s Principles of Neurology ed 8th. USA :
McgrawHill; 2005
29