Review Fix

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Selain demokrasi, penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan elemen penting
untuk perwujudan sebuah negara yang berkeadaban. Apabila demokrasi dan HAM berjalan
dengan baik maka akan melahirkan sebuah tatanan masarakat yang demokratis dan kritis
terhadap penegakan HAM. Di era globalisasi saat ini, hampir semua negara menyatakan
sebagai negara demokrasi termasuk negara yang sistem pemerintahannya bersumber pada
kedaulatan rakyat seperti Indonesia. Kedaulatan rakyat merupakan paham kenegaraan yang
penjabaran dan terdapat dalam Undang-Undang Dasar suatu negara dan penerapannya
disesuaikan dengan filsafat hidup rakyat dari negara yang bersangkuan.

Prinsip kerakyatan yang menjadi watak negara demokrasi merupakan syarat utama
dalam negara yang berkedaulatan rakyat, karena kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat karena dengan demokrasi hak masyarkat
untuk menentukan sendiri jalannya organisasi pemerintahan sesuai kehendaknya dapat
dijamin.
BAB II
RINGKASAN JURNAL

A. Identitas Jurnal
Judul : Hak Asasi Manusia Indonesia : Democratic Governances
Penulis : Kurniawan Kunto Yuliarso & Nunung Prajarto
Nama Jurnal : Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Vol/No : Vol.8/No.3
ISSN : 1410-4946
Tahun terbit : 2005

B. Ringkasan Setiap Bagian Jurnal


a. Pendahuluan
Empat penekanan yang terkandung di dalam democratic governance
seperti transparansi dan tanggung jawab, kepatuhan pada aturan hukum,
pelibatan partisipasi maksimal, dan desentralisasi setidaknya sudah mewakili
hal-hal yang haus dilakukan suatu negara dalam menjalankan good
governance Suatu negara dengan democratic governance dipandang layak
terlibat dalam tata aturan baru berlingkup internasional. Persoalan nampak
memberat saat kebutuhan akan perlunya democratic governance disandingkan
dengan kesanggupan Indonesia yang sejujurnya harus dikatakan kalau masih
selalu berada dalam masa transisi. Walaupun persyaratan negatif sudah
dipenuhi -berada pada masa transisi, perlu uluran lembaga atau negara
donor, membuat klaim sebagai negara demokratis, berusaha menjalankan good
governance, serta memperhatikan keluhan dan persoalan HAM, keinginan
mewujudkan democratic governance di Indonesia nampaknya masih jauh
untuk bisa dilakukan. Relasi tak berimbang antara negara dan masyarakat,
sebagai contoh, hanyalah salah satu hambatan dari sejumlah kendala yang
dihadapi Indonesia.
b. Kajian Teori
Kajian teori yang dibahas dalam jurnal ini adalah hakiki dari
democratic governance sebagai sebuah remedi atau cure bagi negara-negara
yang terjebak pada suatu transisi keadaan akan kehilangan atau berkurang
maknanya bila negara-negara itu masuk ke dalam transisi baru yang lain
dan sifat kondisional democratic governance untuk pemenuhan format-format
bantuan lembaga atau negara donor menghasilkan ketidaksetaraan hubungan
antarnegara dan kadang mengantar pada falsifikasi situasi nyata negara yang
mendamba bantuan.
c. Pembahasan
Keinginan mewujudkan democratic governance di Indonesia
nampaknya masih jauh untuk bisa dilakukan. Relasi tak berimbang
antara negara dan masyarakat, sebagai contoh, hanyalah salah satu
hambatan dari sejumlah kendala yang dihadapi Indonesia. Ada
beberapa hambatan perwujudan democratic governance di Indonesia, dengan
berfokus pada pelaksanaan salah satu ruang cakupannya yaitu Hak Asasi
Manusia yaitu persoalan HAM. Saat ini penegakan dan perlindungan HAM
di Indonesia masih tetap membutuhkan landasan yang baku dan kuat.
Persoalan perbaikan dan perlindungan HAM yang lain di Indo• nesia
muncul dari kontroversi penerapan UU tentang HAM, gugatan terhadap
eksistensi Komisi Nasional HAM, serta penerapan hukum bagi pelanggar
HAM yang banyak dipertanyakan masyarakat. Sebagai contoh, eksistensi
Komisi Nasional HAM mendapat kritikan karena dibentuk oleh Pemerintah
yang sedang berkuasa ( dipandang sebagai lips-service untuk kalangan
internasional), dikhawatirkan hanya seperti toothless-tiger karena tidak
mampu menjangkau pelanggar-pelanggar. Semangat untuk "memanjakan"
HAM biasanya hanya berlangsung pada tahun-tahun awal pergantian atau
dimulainya suatu rezim. Dua tahun pertama suatu pemerintahan baru di
Indonesia biasanya memang memberi janji politik positif terhadap jaminan
dan perlindungan HAM. Pengingkaran HAM yang terjadi pada masa
kekuasaan rezim Orde Baru juga menampakkan kecenderungan yang serupa.
Dalam kurun waktu 32 tahun, sejumlah kebebasan berserikat dan kebebasan
pers dicederai, diganggu dan bahkan dimatikan. Selain itu, interpretasi
terhadap Pancasila (melalui dan dengan nama Demokrasi Pancasila, Pers
Pancasila dan Ekonomi Pancasila) cenderung ditentukan oleh kekuasaan dan
besifat terpusat. Hal umum yang sebenarnya kurang tepat diterapkan adalah
bentuk pemahaman dan kesadaran untuk menghormati nilai-nilai HAM di
Indonesia yang sering terjebak pada persoalan ukuran atau besaran.
Pelanggaran HAM diukur secara kuantitatif atas dasar besaran jumlah korban,
tingkat kekejian dan cara pelanggaran itu dilakukan serta aktor dan dalang
dalam kasus pelanggaran itu. Artinya, kasus pelanggaran HAM akan
cenderung disoroti dan ditangani lebih serius bila jumlah korban, jenis
tindak pelanggaran dan aktor pelakunya terkategori berat dan memenuhi
kelayakan muat di media massa. Hal ini tentunya juga berkait dengan
orientasi dan tolok ukur media dalam memberitakan kasus pelanggaran
yang terjadi.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Relevansi Antara Topik Jurnal dengan Karya-Karya dan Bidang Keahlian Penulis
Dari hasil jurnal yang ditulis oleh Kurniawan Kunto Yuliarso dan Nunung
Prajarto menunjukkan bahwa pemahaman mereka Hak Asasi Manusia (HAM) di
Indonesia: Menuju Democratic Governances cukup luas dan mendalam. Hal ini
terlihat dari penulis sudah membandingkan topic penelitian dengan fenomena yang
terjadi Negara lain.

B. Pokok-Pokok Argumentasi Penulis dalam Pendahuluan


Dalam penelitiannya, peneliti berpendapat bahwa kecenderungan menurunnya
pelanggaran HAM yang dilakukan militer dan aparatur negara tidak serta merta
menurunkan jumlah pelanggaran HAM di Indonesia. Berbagai tindak kekerasan terus
berlangsung dan ironisnya ada yang membuat pernyataan kalau tetjadinya tindak
kekerasan itu dapat dimaklumi. Perbedaan pendapat dan perbedaan keyakinan
dengan mudah dapat disulut menjadi ajang adu massa, adu kekuatan, adu fisik dan
tuntutan peniadaan. Artinya, jika aparatur negara dan militer berusaha bersikap
dewasa dalam masalah HAM, sejumlah individu dan kelompok justru berubah diri
dengan "memanjakan" kekerasan, ketidaksantunannya dan ketidakdewasaan berpikir
dan sikapnya, dengan mengatasnamakan "keyakinan".
Arti lebih jauh dari kenyataan baru itu adalah munculnya actor - aktor
pelanggar HAM lainnya sehingga memperpanjang deretan pelanggaran HAM di
Indonesia.

C. Membahas Pemilihan serta Cakupan Kajian Teori


Peneliti berpendapat bahwa masih banyaknya pelanggaran HAM di Indonesia
yang dilakukan oleh oknum – oknum tertentu tapi bisa ditutupi dengan tingginya
posisis jabatan.

D. Metodologi Penelitian
Peneliti tidak mencantumkan metodologi penelitian dalam jurnal. Menurut
saya, metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif karena
peneliti menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian berupa orang,
lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau apa adanya.

E. Pembahasan Kerangka Berpikir Penulis pada Bagian Pembahasan


Dalam pembahasan, tampak jika penulis membuat kerangka berfikir secara
logis dan sistematis. Hal ini dibuktikan dengan pembahasan yang disajikan tidak
semakin melebar kemana-mana dan memberi batasan dalam ruang lingkup yang
dikaji. Walupun begitu, hal ini tidak membuat pembahasan didalam jurnal menjadi irit
dalam ide-ide dan penyampaian.
F. Pembahasan tentang Kesimpulan dan Saran yang diajukan Penulis serta Implikasinya
pada Penelitian Berikutnya.
Didalam jurnal tidak dijelaskan secara gamblang dan tidak dijelas secara utuh
bagaimana kesimpulan tulisan dan saran dari penulis terhadap topik yang
disampaikan. Namun secara tidak langsung, didalam pembahasan terdapat saran dari
penulis terhadap sistem pengajaran di Indonesia tentang bagaimana pengamalan nilai-
nilai pancasila.
Kemungkinan besar jika pembahasan didalam jurnal di aplikasikan secara baik
dan benar, maka penelitian ini dapat berlanjut dan membahas bagaimana tingkat
keberhasilan dari jurnal ini dalam menanamkan nilai-nilai pancasila dikehidupan
masyarakat.

G. Pembahasan Bisa Memuat Persetujuan, Kritik, Sanggahan, Uraian Penjelas serta


Posisi Penulis Journal Review terhadap Jurnal
Setelah membaca isi jurnal, saya sependapat dengan penulis bahwa
kecenderungan menurunnya pelanggaran HAM yang dilakukan militer dan aparatur
negara tidak serta merta menurunkan jumlah pelanggaran HAM di Indonesia.
Berbagai tindak kekerasan terus berlangsung dan ironisnya ada yang membuat
pernyataan kalau tetjadinya tindak kekerasan itu dapat dimaklumi. Perbedaan
pendapat dan perbedaan keyakinan dengan mudah dapat disulut menjadi ajang adu
massa, adu kekuatan, adu fisik dan tuntutan peniadaan. Artinya, jika aparatur negara
dan militer berusaha bersikap dewasa dalam masalah HAM, sejumlah individu dan
kelompok justru berubah diri dengan "memanjakan" kekerasan, ketidaksantunannya
dan ketidakdewasaan berpikir dan sikapnya, dengan mengatasnamakan "keyakinan".

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara keseluruhan ini adalah jurnal yang baik dan layak untuk dijadikan
referensi dalam memecahkan penegakan HAM dan pemerintahan yang demokratis Isi
jurnal berbicara tentang bagaimana penegakan HAM dan cara menyelaraskannya
dengan pelaksanaan pemerintahan yang demokratis.

B. Saran
Semoga critical journal ini dapat menjadi bahan dalam menegakkan keadilan
Ham dan pelaksanaan pemerintahan yang demokratis di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai