BAHAYA KIMIA Menunjukan Praktik K3 Individu Bahaya Kimia Oleh :Rina dayanti 4002140006 Sarjana Keperawatan
Rumah Sakit adalah sarana juga ada potensi bahaya-bahaya
upaya kesehatan yang lain yang mempengaruhi situasi menyelenggarakan kegiatan dan kondisi di rumah sakit, yaitu pelayanan kesehatan serta dapat kecelakaan (peledakan, berfungsi sebagai tempat kebakaran, kecelakaan yang pendidikan tenaga kesehatan dan berhubungan dengan instalasi penelitian. Rumah Sakit listrik, dan sumber-sumber cedera merupakan salah satu tempat lainnya), radiasi, bahan-bahan bagi masyarakat untuk kimia yang berbahaya, gas-gas mendapatkan pengobatan dan anestesi, gangguan psikososial, pemeliharaan kesehatan dengan dan ergonomi. Semua berbagai fasilitas dan peralatan potensi-potensi bahaya tersebut kesehatannya. Rumah Sakit jelas mengancam jiwa bagi sebagai tempat kerja yang unik kehidupan para karyawan di dan kompleks tidak saja rumah sakit, para pasien maupn menyediakan pelayanan para pengunjung yang ada di kesehatan bagi masyarakat, lingkungan rumah sakit. tetapi juga merupakan tempat Agar penyelenggaraan K3 pendidikan dan penelitian rumah sakit lebih efektif, efisien kedokteran. Semakin luas dan terpadu diperlukan sebuah pelayanan kesehatan dan fungsi Manajemen K3 di rumah sakit baik suatu rumah sakit maka semakin bagi pengelola maupun karyawan kompleks peralatan dan rumah sakit. Tujuan dari fasilitasnya. diterapkannya Sistem Manajemen Potensi bahaya di rumah sakit, K3 ini pada rumah sakit menurut selain penyakit-penyakit infeksi Peraturan Menkes adalah
1|PENGENDALIAN RESIKO BAHAYA KIMIA
terciptanya cara kerja, lingkungan 1. Desinfektan yaitu bahan- kerja yang sehat, aman, nyaman bahan yang digunakan untuk dan dalam rangka meningkatkan dekontaminasi lingkungan dan derajat kesehatan karyawan peralatan di rumah sakit rumah sakit. seperti; mengepel lantai, Kesehatan dan Keselamatan desinfeksi peralatan dan Kerja di rumah sakit merupakan permukaan peralatan dan upaya untuk memberikan jaminan ruangan, dan lain-lain. kesehatan dan meningkatkan 2. Antiseptik yaitu bahan-bahan derajat kesehatan para yang digunakan untuk cuci pekerja/buruh dengan cara tangan dan mencuci pencegahan kecelakaan dan permukaan kulit pasien seperti penyakit akibat kerja, alkohol, iodine povidone, dan pengendalian bahaya di tempat lain-lain. kerja, promosi kesehatan, 3. Detergen yaitu bahan-bahan pengobatan dan rehabilitasi. yang digunakan untuk Manajemen K3 di rumah sakit mencuci linen dan peralatan adalah suatu proses kegiatan lainnya. yang dimulai dengan tahap 4. Reagen yaitu zat atau bahan perencanaan, pengorganisasian, yang dipergunakan untuk pelaksanaan dan pengendalian melakukan pemeriksaan yang bertujuan untuk laboratorium klinik dan memberdayakan K3 dirumah patologi anatomi sakit. (Kepmenkes, 2007) 5. Obat-obat sitotoksik yaitu obat-obatan yang RESIKO BAHAYA KIMIA DI dipergunakan untuk RUMAH SAKIT pengobatan pasien. Resiko dari bahan kimia yang 6. Gas medis yaitu gas yang digunakan dalam proses produksi dipergunakan untuk yang meliputi: pengobatan dan bahan penunjang pengobatan pasien
2|PENGENDALIAN RESIKO BAHAYA KIMIA
seperti oksigen, karbon Penghilangan bahaya dioxide, nitrogen, nitrit oxide, merupakan metode yang nitrous oxide, dan lain-lain. paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam menghindari resiko, namun demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis. 2. Substitusi Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti HIRARKI PENGENDALIAN bahan, proses, operasi RESIKO BAHAYA ataupun peralatan dari Resiko-resiko bahaya tersebut yang berbahaya menjadi semua dapat kita kendalikan lebih tidak berbahaya. melalui 5 hierarchy sebagai Dengan pengendalian ini berikut; menurunkan bahaya dan 1. Eliminasi resiko minimal melalui Hirarki teratas yaitu disain sistem ataupun eliminasi/menghilangkan desain ulang. bahaya dilakukan pada 3. Rekayasa / Enginering. saat desain, tujuannya Pengendalian ini dilakukan adalah untuk bertujuan untuk menghilangkan memisahkan bahaya kemungkinan kesalahan dengan pekerja serta manusia dalam untuk mencegah terjadinya menjalankan suatu sistem kesalahan manusia. karena adanya Pengendalian ini kekurangan pada desain. terpasang dalam suatu unit
3|PENGENDALIAN RESIKO BAHAYA KIMIA
sistem mesin atau bahaya. APD hanya peralatan. dipergunakan oleh pekerja 4. Administratif yang akan berhadapan Kontrol administratif langsung dengan resiko ditujukan pengendalian bahaya dengan dari sisi orang yang akan memperhatikan jarak dan melakukan pekerjaan. waktu kontak dengan Dengan dikendalikan resiko bahaya tersebut. metode kerja diharapkan Semakin jauh dengan orang akan mematuhi, resiko bahaya maka resiko memiliki kemampuan dan yang didapat semakin keahlian cukup untuk kecil, begitu juga semakin menyelesaikan pekerjaan singkat kontak dengan secara aman. Jenis resiko bahaya resiko yang pengendalian ini antara didapat juga semakin kecil. lain seleksi karyawan, Penggunaan beberapa adanya standar APD kadang memiliki operasional Prosedur dampak negatif pada (SOP), pelatihan, pekerja seperti kurang pengawasan, modifikasi leluasa dalam bekerja, perilaku, jadwal kerja, keterbatasan komunikasi rotasi kerja, pemeliharaan, dengan pekerja lain, alergi manajemen perubahan, terhadap APD tertentu, jadwal istirahat, dan lain- dan lain-lain. Beberpa lain. pekeerja yang kurang 5. Alat Pelindung Diri/APD faham terhadap dampak Pemilihan dan resiko bahaya dari penggunaan alat pelindung pekerjaan yang dilakukan diri merupakan merupakan kadang kepatuhan dalam hal yang paling tidak efektif penggunaan APD juga dalam pengendalian menjadi rendah. APD
4|PENGENDALIAN RESIKO BAHAYA KIMIA
reuse memerlukan Safety Data Sheet / MSDS), perawatan dan petugas yang mengelola harus sudah mendapatkan pelatihan penyimpanan yang baik pengelolaan B3, serta sehingga kualitas mempunyai prosedur penanganan tumpahan B3. perlindungan dari APD 3. Penyimpanan B3 harus terpisah tersebut tetap optimal. dengan bahan bukan B3, diletakkan diatas palet atau didalam lemari B3, memiliki daftar B3 yang disimpan, tersedia MSDS, safety shower, APD sesuai resiko bahaya dan Spill Kit untuk menangani tumpahan B3 serta tersedia prosedur penanganan Kecelakaan Kerja akibat B3. 4. Pelabelan dan pengemasan ulang harus dilakukan oleh satruan kerja yang kompeten untuk memjamin kualitas B3 dan keakuratan serta standar pelabelan. Dilarang melakukan PENGENDALIAN RESIKO BAHAYA pelabelan tanpa kewenangan KIMIA yang diberikan oleh pimpinan Pengendalian Resiko Bahaya Kimia Di rumah sakit. Rumah Sakit : 5. Pemanfaatan B3 oleh satuan kerja harus dipantau kadar 1. Pengendalian bahan kimia paparan ke lingkungan serta dilakukan oleh Unit K3RS kondisi kesehatan pekerja. berkoordinasi dengan seluruh Pekerja pengelola B3 harus satuan kerja. Hal-hal yang memiliki pelatihan teknis perludiperhatikan adalah pengelolaan B3, jika belum harus pengadaan B3, penyimpanan, segera diusulkan sesuai prosedur pelabelan, pengemasan ulang yang berlaku. /repacking, pemanfaatan dan 6. Pembuangan limbah B3 cair pembuangan limbahnya. harus dipastikan melalui saluran 2. Pengadaan bahan beracun dan air kotor yang akan masuk ke berbahaya harus sesuai dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah peraturan yang berlaku di (IPAL). Limbah B3 padat harus Indonesia. Penyedia B3 wajib dibuang ke Tempat menyertakan Lembar Data Pengumpulan Sementara Limbah Keselamatan Bahan (Material B3 (TPS B3), untuk selanjutnya
5|PENGENDALIAN RESIKO BAHAYA KIMIA
diserahkan ke pihak pengolah Kesehatan dan Keselamatan Kerja limbah B3. Rumah Sakit. Pengendalian yang sudah dilakukan antara dengan identifikasi bahan-bahan B3, pelabelan standar, penyimpanan standar, penyiapan MSDS, penyiapan P3K, APD dan safety shower serta pelatihan teknis bagi petugas pengelola B3. Rekayasa juga dilakukan dengan penggunaan Laminary Airflow pada pengelolaan obat dan B3 lainnya. KESIMPULAN Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit merupakan upaya untuk memberikan jaminan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja terutama resiko bahaya kimia yang rentan terpapar oleh tenaga kesehatan maka K3 di Rumah Sakit perlu pengawasan. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. – Jakarta : Departemen, Kesehatan RI. Cetakan kedua, 2008. Keputuan Menteri Kesehatan RI no 1204 tahun 2007, tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Keputusan Menteri Kesehatan Ri no 1087 tahun 2007 tentang Standar