Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional Informatika 2008 (semnasIF 2008) ISSN: 1979-2328

UPN ”Veteran” Yogyakarta, 24 Mei 2008

IMPLEMENTASI DAN PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK


DIAGNOSA PENYAKIT MATA PADA MANUSIA
BERBASIS PEMROGRAMAN CLIPS

Nazrul Effendy 1), Febry Wikatmono 2) , M. Haekal Hasan 3) , Nandan Suteresna 4)


1,2,3,4)
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No.2, Yogyakarta 55281
E-mail : nazrul@gadjahmada.edu, Febry.cimot@gmail.com , prof_ekal@yahoo.com

Abstraks
Seperti kita ketahui penyakit mata pada manusia ada bermacam-macam seperti Glaukoma, Hordeolum,
Kalazion, Katarak, Konjungtivitis, Entropion. Penyakit mata adalah penyakit yang berbahaya, bila tidak segera
didiagnosa dan diobati maka dapat menimbulkan kebutaan pada mata ataupun timbul penyakit lainnya.
Penyakit mata tersebut dapat didiagnosa melalui gejala-gejala yang timbul yang diderita oleh manusia tersebut
ataupun melalui gambaran klinisnya. Dengan menggunakan sistem pakar maka penyakit mata tersebut dapat
didiagnosa dan diobati secara tepat dengan prinsip pembentukan basis aturan dan pembangunan komponen
dilakukan pada lingkungan pengembangan, sedangkan lingkungan konsultasi digunakan sebagai sistem
konsultasi oleh orang yang bukan ahli ataupun yang sudah ahli.
Sistem pakar sebagai sistem yang mengadopsi kepakaran manusia ke dalam komputer dan memiliki
kedudukan strategis sebagai sistem yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan di bidang kedokteran.
Sulitnya menentukan jenis penyakit karena rumitnya berbagai gejala yang mengiringinya, dapat dibantu dengan
merepresentasikan gejala suatu penyakit ke dalam suatu bahasa pemrograman komputer (Wardana, 2008).
Pada penelitian ini, dikembangkan suatu metode untuk mediagnosa 26 jenis penyakit mata berdasarkan 53 jenis
gejala , gambaran klinis yang mengiringi serata pengobatan yang sesuai. Lingkungan pengembangan sistem
pakar pada penelitian ini menggunakan bahasa pemrograman CLIPS.

Kata Kunci: sistem pakar, penyakit mata, CLIPS.

1. PENDAHULUAN
Dalam ilmu penyakit mata, mata dikatakan dalam keadaan darurat bila terdapat keadaan dimana mata
akan terancam kehilangan fungsi penglihatan atau akan terjadi kebutaan bila tidak dilakukan tindakan ataupun
pengobatan secepatnya. Terancamnya mata untuk menjadi buta dapat diakibatkan oleh penyakit atau kelainan
mata dan trauma mata. Biasanya penderita meminta tolong dokter dengan keluhan yang dapat memberikan
pengarahan pada kemungkinan berat atau ringannya penderitaan si pasien. Keluhan yang biasa diberikan
penderita dengan kelainan mata ialah mata merah, mata sakit, mata lelah, lihat ganda, tajam penglihatan
menurun, pandangan tertutup, adanya kilatan lampu pada lapang pandang dan sakit kepala. Tidak semua mata
yang merah akan terancam menjadi buta, demikian pula tidak semua penglihatan yang kurang, berarti dalam
keadaan darurat atau memerlukan tindakan cepat (Illyas, 2000).
Clips (C Language Integrated Production System) merupakan suatu aplikasi atau program yang
digunakan sebagai pengembangan sistem pakar pada penelitian ini. Fakta dan aturan pada setiap jenis penyakit
ditanamkan pada program agar dapat mengetahui jenis penyakit yang sesuai dengan gejalanya yang telah
ditanamkan pada program tersebut. Pada penelitian ini, dikembangkan suatu metode untuk mediagnosa 26 jenis
penyakit mata berdasarkan 53 jenis gejala, gambaran klinis yang mengiringi, serata pengobatan yang sesuai.
Tujuan utama penelitian ini adalah mengembangkan sistem pakar yang dapat mengimbangi keterbatasan dokter
ahli dalam pemeriksaaan dan diagnosis penyakit mata.
Sistem pakar dapat dibangun dengan berbagai perangkat lunak seperti CLIPS, Prolog, LISP dan berbagai
perangkat lunak yang lain. CLIPS memiliki fasilitas yang lengkap untuk membangun suatu sistem pakar karena
memiliki berbagai fitur seperti editor yang terintegrasi dan debugging tool (Giarratano).

2. DASAR TEORI
2.1 Sistem Pakar
Sistem pakar adalah sistem perangkat lunak komputer yang menggunakan ilmu, fakta, dan teknik berpikir
dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang biasanya hanya dapat diselesaikan

248
Seminar Nasional Informatika 2008 (semnasIF 2008) ISSN: 1979-2328
UPN ”Veteran” Yogyakarta, 24 Mei 2008

oleh tenaga ahli dalam bidang yang bersangkutan. Pembentukan sistem pakar didasarkan pada suatu ide untuk
mentransfer pengetahuan seorang pakar (atau sumber kepakaran yang lain) ke dalam komputer. Pengetahuan
yang tersimpan ini selanjutnya digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang sesuai dengan bidang
kepakaran tertentu. Peran sistem pakar dewasa ini semakin dirasa penting untuk menyelesaikan permasalahan
diberbagai bidang, termasuk bidang kesehatan.
Sistem pakar terdiri dari dua bagian pokok, yaitu lingkungan pengembangan (development environment)
dan lingkungan konsultasi (consultation enviromnet). Pembentkan basis aturan dan pembangunan komponen
dilakukan pada lingkungan pengembangan, sedangkan lingkungan konsultasi digunakan sebagai sistem
konsultasi oleh orang yang bukan ahli (Kusumadewi, 2003).

Gambar 1. Struktur sistem pakar (Achmad, 2006)

Berdasarkan pengalaman, kegagalan pembangunan sebuah sistem pakar disebabkan para ahli sangat
susah untuk menyatakan secara tepat pengetahuan dan aturan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
(Suyoto, 2004). Agar menjadi efektif, sistem pakar harus memuat sejumlah substansi kepakaran yang
terorganisir (Hayes-Roth, Waterman, and Lenat, 1983; Klahr and Waterman, 1986).

2.2 Bahasa Pemrograman CLIPS

CLIPS (C Language Integrated Production System) adalah program expert system yang pertama kali di
release tahun 1986 dan dikembangkan oleh Software Technology Branch (STB), NASA/Lyndon B. Johnson
Space Center. Sejak perama kali dirilis, CLIPS menunjukkan perkembangan yang pesat, dan saat ini digunakan
oleh ribuan orang untuk mengembangkan sistem pakar diseluruh dunia (Giarratano).
Terdapat tiga cara untuk merepresentasikan pengetahuan pada CLIPS yaitu (Giarratano).:
1. Rules, dirancang untuk pengetahuan heuristik yang berbasiskan pengalaman.
2. Deffunction dan generic function, dirancang untuk pengetahuan prosedural.
3. Object-oriented programming, juga dirancang untuk pengetahuan prosedural yang mendukung :
classes, message-handlers, abstraction, encapsulation, inheritance, dan polymorphism. Aturan (rule)
dapat mencocokkan antara objek dan fakta.
Sebagai perangkat pengembangan sistem pakar, CLIPS dilengkapi fitur yang lengkap mengenai elemen
dasar sistem pakar, meliputi (Giarratano).:
1. Fact-list, dan instance-list, memuat berbagai data
2. Knowledge-base, memuat data base aturan
3. inference engine, mengontrol semua eksekusi aturan (kapan dan aturan mana yang harus di eksekusi)
Penulisan program pada CLIPS dapat berupa serangkaian aturan (rules), fakta (facts) dan objek (objects).
Namun CLIPS mempunyai kemampuan merepresentasikan walaupun hanya berupa aturan dan fakta.

3. METODE PENELITIAN
Penelitian diawali dengan pengumpulan fakta-fakta mengenai penyakit dan gejalanya. Berdasarkan
pengumpulan tersebut, dirangkum penyakit dan gejala yang menyertai penyakit mata pada Tabel 1 dan Tabel 2.

249
Seminar Nasional Informatika 2008 (semnasIF 2008) ISSN: 1979-2328
UPN ”Veteran” Yogyakarta, 24 Mei 2008

Tabel 1. Data Nama Penyakit Mata (www.medicastore.com)


No Nama Penyakit Mata No Nama Penyakit Mata
1 Ablasio Retina 14 Keratitis Pungtata Superfisialis
2 Blefaritis 15 Keratitis Ulserativa Perifer
3 Dakriosistitis 16 Keratokonjungtivitis Vernalis
4 Degenerasi Makula 17 Konjungtivitis
5 Eksoftalmos 18 Melanoma Koroid
6 Endoftalmitis 19 Oftalmia Neonatorum
7 Episkleritis 20 Patah Tulang Orbita
8 Glaukoma 21 Retinopati Diabetikum
9 Hordeolum 22 Selulitis Orbitalis
10 Infeksi Herpes Simpleks Kornea 23 Skleritis
11 Infeksi Herpes Zoster Kornea 24 Trakoma
12 Kalazion 25 Trombosis Sinus Karvenosus
13 Katarak 26 Ulkus Kornea

Tabel 2. Data Gejala Mata (bersambung) (Illyas, 2001 & www.medicastore.com)


NO GEJALA
1 Bayi berumur 1-7 hari
2 Usia 1-10 tahun
3 Usia 10-30 tahun
4 Usia diatas 30 tahun
5 Menderita penyakit diabetes
6 Terdapat bentuk kilatan cahaya
7 Penglihatan kabur
8 Mata merah
9 Mata berair
10 Mata bernanah
11 Kelopak mata terasa gatal
12 Peka terhadap cahaya (fotopobia)
13 Terdapat gangguan salah satu mata
14 1 atau 2 bola mata menonjol
15 Melihat Ganda
16 Jarang mengedip
17 Nyeri mata
18 Terjadi Paska operasi mata
19 Nyeri mata bila ditekan
20 Terjadi Penyempitan lapang pandang
21 Terjadi sakit kepala ringan
22 Sulit melihat benda-benda disisi lain
23 Terdapat sesuatu yang mengganjal di mata
24 Terdapat pembengkakan pada kelopak
25 Peradangan dibelakang kornea
26 Peningkatan tekanan dibola mata
27 Terdapat warna kemerahan / keabuan di bawah kelopak mata
28 Sulit melihat kegelapan atau pada malam hari
29 Melihat lingkaran disekeliling cahaya
30 Cahaya menyilaukan mata

250
Seminar Nasional Informatika 2008 (semnasIF 2008) ISSN: 1979-2328
UPN ”Veteran” Yogyakarta, 24 Mei 2008

Tabel 2. Data Gejala Mata (sambungan) (Illyas, 2001 & www.medicastore.com)


NO GEJALA
31 Sering ganti kaca mata
32 Mata terasa gatal
33 Mata mengeluarkan kotoran
34 Terjadi peradangan konjungtiva
35 Mata terasa gatal hebat
36 Kotoran mata kental dan lengket
37 Terdapat keropeng pada kelopak mata ketika bangun tidur
38 Perubahan warna iris
39 Mata menonjol
40 Gangguan pergerakan mata
41 Memar disekitar mata
42 Mati rasa di daerah pipi / geraham atas
43 Melihat bintik-bintik yang melayang
44 Nyeri mata hebat
45 Bola mata membengkak
46 Demam
47 Terdapat bercak merah pada sklera
48 Pembengkakan kelenjar getah bening
49 Kornea terlihat keruh
50 Bulu mata melipat kedalam
51 Sakit kepala hebat
52 Terjadi koma
53 Terjadi Kejang-kejang

Pemecahan masalah (problem-solving) pada sistem ini menggunakan formulasi generete-and-test, dan
sistem penyimpulan menggunakan metode forward chaining. Alur kerja program terlihat seperti suatu sistem
hirarki. Formula generete-and-test dibagi menjadi dua bagian: generator dan tester . Generator membangkitkan
pemecahan yang mungkin dan tester akan memotong solusi dalam cabang hirarki yang tidak memungkinkan
menjadi solusi pemecahan. Hal ini diseleksi dari jawaban “y” dan “t” (masing-masing menyatakan “ya” dan
‘tidak”) yang menjadi jawaban setiap pertanyaan.

Gambar 2. Hirarki formula generete-and-test (Hayes-Roth, Waterman, and Lenat, 1983)

251
Seminar Nasional Informatika 2008 (semnasIF 2008) ISSN: 1979-2328
UPN ”Veteran” Yogyakarta, 24 Mei 2008

Program mengambil keputusan berdasarkan aturan-aturan yang dibangkitkan dari setiap pertanyaan yang
diajukan pada pasien. Berikut penggalan program untuk mengumpulkan data:

Algoritma 1. Penggalan program awal inisialisasi

Algoritma 2. Penggalan program pengumpulan data

Ketika kumpulan data memenuhi ciri suatu penyakit tertentu, maka program akan mengeluarkan hasil diagnosa.
Setiap jawaban yang berbeda dari setiap pertanyaan akan menghasilkan fakta yang berbeda dan pertanyaan yang
dikeluarkan berikutnya juga berbeda karena penerapan sistem generete-and-test. Pada algoritma 3 terlihat bahwa
penyakit oftalmia neonatorium akan terdiagnosa ketika terjadi kombinasi jawaban dari tiga gejala yang
ditanyakan.

Algoritma 3. Penggalan Kumpulan Aturan Program

252
Seminar Nasional Informatika 2008 (semnasIF 2008) ISSN: 1979-2328
UPN ”Veteran” Yogyakarta, 24 Mei 2008

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tampilan anatarmuka komputer dan user terlihat seperti pada Gambar 3. Setiap pasien dihadapkan pada
pertanyaan yang mengharuskan untuk menjawab dengan menuliskan “y” atau “t”.

Gambar 3. Tampilan antarmuka komputer dan user


Tampilan pada Gambar 3 memperlihatkan hasil diagnosa spesifik yang menunjukkan ciri-ciri penyakit
oftalmia neonatorium. Apabila pada salah satu pertanyaan tersebut yang tidak benar atau ( t ) maka program
tersebut tetap berjalan dengan merujuk ke daftar penyakit lainnya yang telah diprogram. Keadaan seperti ini
terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagnosa apabila ada program dengan jawaban tidak ( t )

253
Seminar Nasional Informatika 2008 (semnasIF 2008) ISSN: 1979-2328
UPN ”Veteran” Yogyakarta, 24 Mei 2008

Dalam keadaan tertentu, program juga dapat memberi respon bahwa gejala di luar data base komputer. Hal ini
sangat tergantung pada tahap pemeliharaan program selanjutnya. Penambahan dan update sistem menjadi mutlak
diperlukan untuk menghadapi dinamika penyakit dan gejala yang mengiringinya. Gambar 5 menunjukkan
kondisi tersebut.

Gambar 5. Diagnosa di luar data base komputer

5. KESIMPULAN DAN SARAN


Tujuan utama penelitian ini adalah mengembangkan sistem pakar yang dapat mengimbangi
keterbatasan dokter ahli dalam pemeriksaaan dan diagnosis penyakit mata.Program pembuatan sistem pakar ini
juga dapat digunakan oleh user yang bukan ahlinya untuk mendiagnosa penyakit mata. Sistem pakar ini tidak
dapat 100% dijadikan sebagai final decision dalam menentukan penyakit yang dialami pasien. Penalaran yang
diperoleh dari pengalaman yang dimiliki oleh user tetap menjadi faktor utama dalam sistem diagnosa penyakit
mata. Namun, hasil program ini akan berusaha mengarahkan user untuk fokus terhadap penyakit yang dialami
pasien berdasarkan gejala yang ditimbulkan.
Penyusunan database dari program harus terperinci agar memudahkan dalam penyusunan program.
Hasil output dari program perlu dianalisis lebih lanjut sehingga hasilnya benar-benar akurat sesuai dengan target
dari plan.

6. DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta,2001, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Ilyas, Sidarta,2000, Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Achmad,Balza, 2006, Diktat Mata Kuliah Kecerdasan Buatan,Jurusan Teknik Fisika UGM, Yogyakarta
Giarratano, J. C., CLIPS User Guide, http:// www.ghg.net/clips/download/documentation/
Hayes-Roth, F., Waterman, D.A., and Lenat, D.B,1983, Building Expert Systems, Addison-Wesley Publishing
Company, Inc,. Massachusetts
Klahr, P., Waterman, D.A., 1986. Expert Systems: Techniques, Tools and Applications, The Rand Corporation,
Canada
Wardana, I Nyoman Kusuma, Implementasi Dan Perancangan Sistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Mata
Pada Manusia Berbasis Pemrograman Clips,Jurusan Teknik Fisika UGM,Yogyakarta
Suyoto, Intelegensi Buatan: Teori dan Pemrograman, Gava Media, Yogyakarta, 2004.
______, http://www.medicastrore.com/.

254

Anda mungkin juga menyukai