BAB V
URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
5.3. METODOLOGI
5.3.1. Konsep Perancangan
Konsep perancangan yang akan diusulkan sebagai gagasan baru adalah
geduang ruang kuliah berbasis konsep GREEN SITE & GREEN BUILDING
sehingga menjadi Low Energy Consumption Building serta berperan mengurangi
dampak Global Warming.
Green Site/ Garden City Concept:
• High Density Development
• More Greenery (RTH)
• Restrict Movement Of Motorized Vehicle
• Interconnected Walkways
• Zero Runoff
• Integrated Waste Management
• Integrated MEP System
Contoh Material
• Menahan lingkungan diluar pada lokasi gedung (Land, Water, and Energy)
• Meningkatkan lingkungan internal bagi penghuni (Pencahayaan dan Udara di
dalam gedung)
• Memelihara lingkungan pada tempat yang jauh dari gedung (penggunaan
material gedung yang ramah lingkungan)
B Kriteria Khusus
Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat-syarat yang khusus,
spesifik berkaitan dengan bangunan gedung yang akan direncanakan, baik dari
segi khusus bangunan, segi teknis lainnya, misalnya:
a. selubung bangunan;
b. sistem ventilasi;
c. sistem pengondisian udara;
d. sistem pencahayaan;
e. sistem transportasi dalam gedung; dan
f. sistem kelistrikan.
4. Efisiensi penggunaan air terdiri atas persyaratan:
a. sumber air;
b. pemakaian air; dan
c. penggunaan peralatan saniter hemat air (water fixtures).
5. Kualitas udara dalam ruang terdiri atas persyaratan:
a. pelarangan merokok;
b. pengendalian karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO); dan
c. pengendalian penggunaan bahan pembeku (refrigerant).
6. Material ramah lingkungan terdiri atas persyaratan:
a. pengendalian penggunaan material berbahaya; dan
b. penggunaan material bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling).
7. Pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f terdiri
atas persyaratan:
a. penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle);
b. penerapan sistem penanganan sampah; dan
c. penerapan sistem pencatatan timbulan sampah.
8. Pengelolaan air limbah terdiri atas persyaratan:
a. penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum
dibuang ke saluran pembuangan kota; dan
b. daur ulang air yang berasal dari limbah cair (grey water).
B Prinsip-Prinsip Perancangan
b. Mengiris ( Cut )
Pengirisan merupakan kebalikan dari pengurugan, dibentuk oleh
penggalian daerah datar yang stabil, kemungkinan erosi dikurangi,
dan kemiringan dapat menjadi lebih miring lagi. Masalah yang ada
hanya bagaimana membuang tanah yang dipindahkan.
B Iklim
Bangunan dan konstruksinya dibutuhkan manusia antara lain untuk
menghadapi pengaruh iklim. Faktor penting untuk membangun
perlindungan terhadap cuaca dan iklim tersebut ialah penyinaran, suhu,
kelembaban udara, ventilasi dan sebagainya. Rancangan untuk
mengendalikan iklim dan menghematkan energi secara serempak
memberikan suatu lingkungan yang menarik dan berbagai pengalaman
bagi pemakai yang dapat diselesaikan jika perancang memahami elemen-
elemen yang diperlukan dalam hal pengendalian iklim.
Ke dua tingkatan utama dimana rancangan bagi iklim terjadi adalah iklim
makro (zona iklim wilayah yang luas) dan iklim mikro (variasi-variasi iklim
spesifik topografi berskala kecil pada zona-zona yang lebih luas tersebut).
Suatu tingkatan ketiga, iklim meso berlaku pada suatu daerah yang lebih
kecil daripada sebuah wilayah tetapi lebih luas daripada sebuah topografi
tunggal. Masing-masing oleh karena itu mempunyai iklim mesonya sendiri-
sendiri dan dalam masing-masing kota topografi-topografi spesifik
mempunyai iklim mikro yang berbeda-beda.
Pada skala besar, topografi, radiasi matahari, dan angin bergabung untuk
menghasilkan iklim mikro yang menekankan karakteristik-karakteristik
tertentu dari iklim makro daerah tersebut, iklim mikro ini membuat beberapa
lokasi di dalam topografi lebih dikehendaki daripada lainnya, tergantung
kepada iklim makro. Iklim mikro yang menyenangkan yang tercipta oleh
topografi dapat dipergunakan untuk menentukan letak grup bangunan.
Pertimbangan ini adalah jauh lebih penting untuk ruang-ruang eksterior atau
bangunan yang didominasi beban kulit, dimana beban pemanasan dan
Iklim pada semua tingkatan zona adalah tercipta oleh interaksi dari empat
faktor utama. Ke empat faktor utama tersebut adalah pola-pola angin,
radiasi matahari, suhu, dan hujan. Perhubungan timbal balik dari topografi,
adalah sebuah faktor berpengaruh yang kelima. Memahami bagaimana
iklim mempengaruhi kondisi-kondisi topografi dan pada akhirnya rancangan
memerlukan diskusi pendahuluan dari masing-masing faktor-faktor iklim
secara sendiri-sendiri, diikuti oleh diskusi dari interaksi di antara mereka.
Aspek lingkungan yang dapat mempengaruhi kenyamanan di dalam
bangunan, antara lain aspek penghawaan, aspek terang alami, aspek
thermal (panas), gangguan suara (noise) dan penggunaan material lokal.
Iklim Micro
ECO FRIENDLY:
Pemilihan material secara tepat, terutama dari
jenis yang memiliki poroeusitas tinggi
Memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi
pejalan kaki & penyandang cacat
C Vegetasi
Pengertian, Fungsi, dan Manfaat umum Vegetasi Lansekap
Sebelum rencana pengembangan dilaksanakan, perlu diadakan
pengamatan serta pengenalan vegetasi terlebih dahulu pada kawasan.
Pengenalan tersebut dapat menggunakan pohon-pohon besar yang sudah
ada daripada menebangnya dan menyesal kemudian setelah menyadari
bahwa untuk menumbuhkan pohon sampai menjadi besar membutuhkan
waktu bertahun-tahun. Di dalam pengamatan perlu adanya pencatatan
jenis, dimensi serta letak dari vegetasi tersebut. Perlu diperhatikan juga
struktur percabangannya, warna daun, serta teksturnya. Penyelidikan
ekologis pada kawasan untuk mendapatkan data tentang jenis-jenis pohon
atau semak-semak yang memang berasal dari daerah tersebut, dan jenis
vegetasi lain yang mungkin dapat tumbuh di sana, untuk berbagai
kepentingan seperti: penahan angin, pembatas (buffer), peneduh,
penyaring debu atau penghalang pandang (screen), dan pembentuk latar
belakang.
Tanaman merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang.
Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk
tanaman, tekstur dan warna selama masa pertumbuhannya. Dengan
demikian, kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang dan
berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Dengan demikian tanaman
sangat erat hubungannya dengan waktu dan perubahan karakteristik
tanaman.
Secara dasar khususnya di iklim tropis, dikenal dua macam tanaman
ditinjau dari massa daunnya, yakni :
Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants)
Tanaman yang hijau sepanjang tahun (Evergreen conifers)
Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants) yang dimaksud
adalah jenis-jenis tanaman yang berubah bentuk maupun warna daunnya
sesuai dengan musimnya. Setelah musim panas daun berguguran,
sedangkan menjelang musim hujan daun tumbuh dengan lebat, atau
B Kenyamanan Ruang
Aspek Angin dan Penghawaan
Kondisi aliran angin terbesar pada siang hari berasal dari arah Tenggara
kawasan, yang merupakan kawasan yang masih terbuka dan sangat
kurang tata hijau, memerlukan perhatian untuk mengolah tata hijau di
Tenggara lokasi dan mengarahkan aliran angin agar hawa yang cenderung
panas dapat dihindari dan bermanfaat bagi pernapasan bangunan yang
akan direncanakan
C PENCAHAYAAN
Pencahayaan pada umumnya menggunakan sumber cahaya alam
(pencahayaan alami) dan juga sumber energi listrik (pencahayaan buatan).
Sistem pencahayaan yang dipilih haruslah yang mudah
penggunaannya, efektif, nyaman untuk penglihatan, tidak menghambat
kelancaran kegiatan, tidak mengganggu kesehatan terutama dalam ruang-ruang
tertentu dan menggunakan energi yang seminimal mungkin (Akmal, 2006).
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-2727
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS
Untuk dapat merencanakan sistem pencahayaan yang baik dan tepat, harus
diperhatikan hal-hal berikut ini:
Kebutuhan dan fungsi ruang, aktivitas dari pengguna (Practical Needs).
Membantu penampilan (Easy of Performance).
Kenyamanan (Comfort).
Keamanan dan keselamatan (Safety).
Ekonomis (Economy).
Keperluan dekorasi (Decorative Needs).
Persyaratan bangunan (Architectural Consideration).
Kondisi dan udara dalam ruang.
Letak penempatan lampu.
Warna-warna dinding (gelap atau terang).
Bentuk yang
Tanragawi Kaitanya dengan
simbolisme dan
mitos
Arsitektur Tradisional mengandung dua aspek yang diperkaitkan satu sama lain
yaitu:
Kesan yang
Wujud yang langsung ditangkap ditampilkan
oleh mata pengamat menyerupai burung
Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan sering disebut juga sebagai fasad (facade). Fasad (facade)
itu sendiri berasal dari kata latin facies yang merupakan sinonim dari kata face
(wajah) dan appearance ( penampilan). Tampilan bangunan merupakan elemen
penting dalam arsitektur.
Tampilan sebuah bangunan tradisional lebih cenderung ke arah rupa, rasa, dan
suasana yang dihadirkan melalui:
1. Ornamentasi dan dekorasi
Ornamen merupakan penyempurna tampilan bagi Arsitektur Tradisional,
ornamen ditempatkan pada bagian yang ruang dimana konsentrasi
kegiatan lebih banyak dilakukan. Potensi-potensi yang hadir pada ornamen
yang ditempatkan pada bangunan dapat memperkuat kesan arsitektur
tradisional yang Indonesiawi.
Pengertian ornamen dapat mengandung arti segala bentuk keindahan
manusia dan alamnya yang diungkapkan dalam bentuk ragam-ragam hias.
Benda-benda alam yang diterjemahkan dalam bentuk ragam hias antara
lain adalah, tumbuh-tumbuhan, binatang, unsur alam serta nilai-nilai agama
dan kepercayaan yang diterapkan dalam perwujudan keindahan yang
harmonis. Hal ini disebabkan karena manusia tidak lepas dari alam dan
lingkungan dimana tempatnya tinggal, dan manusia cenderung menghias
huniannya dengan sesuatu yang dianggap indah.
Ornamen dan dekorasi selain sebagai penyempurna wajah bangunan juga
sebagai penanda, dan menyimbolkan sesuatu. Bentuk-bentuk ornament,
tata warna dan teknik penempatannya dan pembuatannya tampil dengan
dasar atau konsepsi filosofis dan simbolis tertentu seperti lambang-
lambang yang sering digunakan dalam masyarakat.
Ornament sangat berperan serta dalam bangunan untuk mewujudkan untuk
mewujudkan identitas pada bangunan itu sendiri, dan memberikan identitas
bagi daerahnya.
2. Warna
Warna dan tampilan bangunan tidak dapat dipisahkan, karena setiap benda
memiliki warna. Warna yang diakibatkan oleh bahanya akan lebih terasa
alamiah daripada warna-warna buatan.
Tekstur
Tekstur dapat mempertegas dan mengaburkan suatu kualitas dari bentuk,
selain itu sifat permukaan juga dapat mempertinggi dan menutupi kualitas
yang terdapat dalam bentuk itu sendiri.
Suatu tektur dari bentuk dapat mengurangi dan memperkuat kesan yang
secara dasar ditimbulkan oleh bentuk itu sendiri.
Tektur dalam hal ini lebik cenderung mengenai rasa dan kesan yang
dirasakan oleh pengamat.
E Kualitas Visual
Citra dan Kawasan
Arsitektur adalah penciptaan suasana, perkawinan antara Guna dan Citra
yaitu kombinasi antara manfaat dan gambaran kesan dari suatu bangunan,
yang diutamakan adalah suatu hasil seni indah bukan dari keberadaan
bahan materialnya. Secara harfiah, bangunan adalah benda mati. Namun
dalam konteks arsitektur, bangunan adalah memiliki jiwa dan arti, guna
menunjukkan jati diri. Citra adalah gambaran atau kesan yang ditangkap
dari suatu pengamatan. Untuk menilai sebuah citra bangunan terlebih
dahulu harus mengetahui unsur–unsur fisik yang ada di bangunan yang
menjadi obyek kajian. Dimana unsur–unsur ini merupakan unsur
pembentuk bangunan, adalah:
a. tampilan
b. sosok Bentuk dan massa bangunan
c. ornamentasi
Sequence & Serial Vision
1. Sequence
Dalam perencanaan suatu lingkungan hidup manusia pada hal ini adalah
ruang, harus mempertimbangkan hubungan antara obyek dengan
manusianya dan hubungan – hubungan itu harus tercermin dalam
Sequence. Menurut Asihara “ Ruang terjadi oleh adanya hubungan antara
sebuah obyek dan manusia yang melihatnya “. Cullen dalam bukunya Town
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-3535
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS
pengaruh emosi dapat tercapai dalam arti yang positif. Hal ini bisa
disimpulkan sebagai suatu gerakan dalam melihat atau mengamati.
Aplikasi dilapangan ( dalam skala kota atau kawasan ) bisa berupa
penempatan dua obyek yang berbeda atau kontras secara berdampingan,
dengan demikian kota atau kawasan itu bisa dinikmati dengan perasaan
yang lebih dalam. Jika hal ini tidak ada maka kota atau kawasan akan
menjadi tak terbentuk dan membosankan.
Tempat ( Place )
Pada sub bab ini yang dimaksud tempat adalah posisi pengamat dalam
mengamati lingkungan disekitarnya, dimana penekanannya adalah pada
reaksi yang akan muncul saat itu, berupa pengaruh yang kuat serta
hubungan timbal balik antara pengalaman dan keadaan obyek yang
diamati.
Hal diatas menunjukkan adanya hubungan antara manusia dan
lingkungannya serta kesadaran akan posisinya didalam lingkungannya. Ini
adalah hal yang sangat penting dan harus dipelajari dan diketahui agar
terjadi suatu reaksi yang diharapkan.
Oleh sebab itu jika suatu kota atau kawasan direncanakan berdasarkan
gerakan manusia ( berupa pedestrian atau sirkulasi kendaraan yang dibuat
melambat ) maka seluruh kota akan dapat dilihat dan dipahami sebagai
sesuatu yang plastis, dimana akan terdapat tekanan–tekanan dan
kekosongan–kekosongan atau keterbukaan dan keterlindungan berturut–
turut. Dengan demikian jelaslah ada pembeda antara tempat yang satu
dengan yang lain sehingga dengan mudah manusia yang sedang menuju,
melewati atau pun meninggalkan suatu kawasan dapat menyatakan
adanya disini (Here) dan disana (There).
Isi ( Content )
Isi disini berarti elemen-elemen yang ada di dalam suatu kawasan atau
kota. Dimana hal yang dilakukan adalah menelaah isi kawasan tersebut
guna membuat keseimbangan, kelengkapan serta keharmonisan atau
2. Serial Vision
Kombinasi antara beberapa sequence ini disebut Serial Vision, dimana
tujuan yang diharapkan adalah sama. Serial vision yang digunakan adalah:
a. Kecocokkan tempat ( possesian )
penjabarkan obyek-obyek yang terdapat pada suatu lokasi dan digolongkan
menjadi
Occupied Territory atau daerah yang disukai, penempatan suatu
tempat pada lokasi, digolongkan menjadi:
- Kerindangan adanya hutan kota atau pohon-pohon besar
- Keteduhan pohon Kota
- Kenikmatan suasana yang dihadirkan Kota
- Lantai, jalan, pedestrian, trotoar
- Enclove ruang kecil yang terbentuk.
Possesian in movement, tempat untuk bergerak kendaraan bermotor
maupun pejalan kaki
- Pedestrian
- Trotoar jalan
Enclave, ruang kecil yang terbentuk.
Focal point, tujuan ruang, berguna memberikan informasi
pencapaian tujuan dan sebagai titik tangkap juga berfungsi mengatur
sirkulasi.
b. Threness, pemandangan yang terlihat jauh dapat terlihat karena adanya
jalan.
c. Hand Some gasture, pemberian tanda pada tikungan-tikungan jalan
yang menyadarkan para pengendara, berupa : bangunan pojok, taman.
B. KRITERIA DESAIN
B.1. Upper Structure
Perencanaan upper structure secara garis besar terdiri dari:
1. Perencanaan pelat lantai
2. Perencanaan balok Struktur
3. Perencanaan Balok Anak
4. Perencanaan kolom Struktur
5. Perencanaan Sloof Struktur
6. Perencanaan Ring Balk
7. Perencanaan Struktur Atap
Beban-beban luar yang akan diperhitungkan adalah: beban mati atau berat
sendiri (D), Beban hidup (L) dan Beban gempa (E).
Beban mati dan beban hidup ditentukan berdasarkan peraturan yang berlaku
dan memperhatikan fungsi setiap lantai.
Beban gempa ditentukan dengan cara statik ekivalen atau cara dinamis
(respon spektrum) dengan memperhatikan jumlah lantai, DOF, periode
getaran, rasio redaman, mode getaran, drift ratio, sifat tanah dasar dan zone
gempa.
Dimensi Penampang
Pendimensian penampang pelat, balok dilakukan secara bertahap yaitu tahap
pertama dengan menentukan dimensi awal berdasarkan pendekatan (ACI 2002:
Concrete Detailing Guide) yaitu:
Alat Perencanaan
Pada perencanaan ini digunakan alat bantu komputer dengan beberapa
paket program untuk mempercepat proses hitungan. Paket program yang
digunakan meliputi hitungan untuk menganalisa gaya dalam yang dihasilkan
dan program penulangan balok dan kolom.
1). Program STAADPRO/SAP2000
Program ini dipakai pada analisa struktur untuk menghitung :
Momen, gaya aksial dan gaya geser yang terjadi pada batang-
batang frame 3 dimensi
besarnya deformasi horisontal dan vertikal batang/struktur
penulangan balok dan kolom
Struktur Atap
Gedung kuliah yang direncanakan, dengan ketentuan luas tapak ± 2400 M² dan
luas bangunan ± 2850 M² membutuhkan 6 (enam) titik pengujian sondir dan 2
(dua) titik bor dangkal.
Pengujian di lapangan :
6 (enam) titik pengujian sondir (CPT) sampai kedalaman tanah keras.
2 (dua) titik bor dangkal sampai kedalaman 3,0 m, dan pengambilan
Undisturbed sampling (UDS) pada masing-masing titik boring.
kapasitas maksimum 250 kg/cm2, yang mempunyai diameter 3,60 cm, dengan
kemiringan kerucut 60o. Pada saat melakukan test, penetrometer ditusukkan ke
dalam tanah dengan kecepatan 2 cm per detik. Data penetrasi dan jumlah
penetrasi diperoleh dari pembacaan manometer dengan sistem hidrolik,
dengan interval 20 cm.
Pada setiap kedalaman 20 cm, yang dapat dibaca pada manometer adalah
penetrasi konus (PK) bacaan yang pertama, sedangkan bacaan kedua adalah
jumlah penetrasi (JP) yang merupakan penetrasi konus (PK) + hambatan lekat
(HL). Untuk kemudian dihitung hambatan lekatnya. (HL) tiap 20 cm. Besarnya
jumlah hambatan lekat (JHL) sama dengan jumlah komulatif dari hambatan
lekat (HL).
Hasil pengujian sondir adalah sebagai berikut :
Klasifikasi tanah menggunakan hubungan penetrasi konus (qc) dan rasio friksi (fr)
sebagai berikut.
Dasar yang digunakan untuk mendiskripsikan sifat fisik dan teknis tanah
mengacu pada hubungan antar parameter-parameter tanah yang
(Dr) (o)
(kg/cm2)
Sumber : Hand Book of Soil Mechanics Soil Testing – Arped Kezdi, hal. 29.
Sumber : The Penetrometer and Soil Exploratoin – Guy Sangrelat, hal. 250
Kriteria parameter sifat fisis dan teknis yang memberikan indikasi sifat
tanah menurut Kezdi dan Sangrelat sebagai berikut :
Tabel Kriteria Parameter Sifat Fisis dan Teknis
Parameter (kuantitatif) Sifat Tanah (kualitatif)
Butir halus Butir kasar
Kepadatan Tekanan qc qu
> 50% lolos < 50% lolos
Relatif (o) (kg/cm2) (kg/cm2)
#0,075 #0,075
< 0,2 < 30 < 20,4 Sangat Sangat lepas
< 0,5 lunak ke
lunak
0,2 – 0,4 30 – 35 20,4 – 45,9 Lepas
0,5 – 1,0 Agak lunak
0,4 – 0,6 35 – 40 45,9 – 132,6 Agak keras Agak lepas
1,0 – 4,0
ke keras
Padat ke
0,6 – 0,8 > 40 Sangat
> 132,6 4,0 – 8,5 sangat padat
keras
1.0 m
pondasi telapak
q x As qp x Ap
Qall
s
3 5
Perencanaan dan perhitungan pondasi yang terdiri dari:
1. Resume Gaya-gaya ekstrim pada pondasi dari 10 kombinasi beban
2. Daya dukung ijin 1 tiang tunggal (qa)
- Diambil dari hasil penyelidikan tanah SPT
- Daya dukung pondasi tiang dihitung dengan persamaan Meyerhoff:
qa = q end / SF1 + q friction/SF2
qa = (40 Nb*Ap) / SF1 + (0,1*N*As)/SF2
di mana:
Nb = harga N-SPT pada elevasi dasar tiang (N<=40)
N1 = harga N-SPT pada 8D di atas ujung tiang
N2 = harga N-SPT pada 2,0D di bawah ujung tiang (0,7D-4D)
N = harga N-SPT rata-rata N1, Nb, N2
As = luas selimut tiang ; Ap = luas penampang tiang
SF = factor keamanan yang ditentukan berdasarkan jenis
bangunan dan pengendalian saat pelaksanaan (Tabel)
C. SPESIFIKASI DESAIN
1. Beban Mati + Berat Sendiri (D)
Beton bertulang : 2400 kg/m3
Baja : 7850 kg/m3
Leveling pasir (lantai) : 85 kg/m2
Penutup lantai + spesi : 87 kg/m2
Plumbing : 20 kg/m2
Ducting AC : 30 kg/m2
Plafon + hanger : 18 kg/m2
Dinding bata Ringan : 120 kg/m2
Dinding bata Merah : 250 kg/m2
Dinding partisi : 25 kg/m2
4. Metode Desain
Desain elemen struktur beton menggunakan Capacity Design berdasarkan
SNI 03-2847-2002
5. Peraturan
PPIUG 1987 : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987
SNI 03-1726-2002: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung
A Drainase
Sistem drainase di lokasi rencana dipersiapkan dan direncanakan dengan
baik untuk dapat dikembangkan dalam site development yang
memungkinkan untuk penataan kawasan yang mampu menangani
permasalahan hujan dan saluran air.
To the ground
2. Sangkar Farady
Terdiri dari komponen:
- Alat penerima kawat mendatar
- Kawat dari tembaga
- Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah yang basah.
Perlindungan bangunan jarak antar kawat mendatar tidak melebihi 20
m pada titik-titik yang tertentu diberi ujung vertikal ½ M.
3. Radio Aktif
Terdiri dari komponen:
a. Elektrode
Perencanaan Pembangunan Gedung Ruang Halaman | V-5858
Kuliah STAIN Pamekasan
USULAN TEKNIS
Elektrode
E Elevator
Keberadaan dari elevator ini merupakan sebagai pengganti fungsi dari pada
tangga dalam mencapai tiap-tiap lantai berikutnya pada suatu gedung
bertingkat, dengan demikian keberadaan elevator tidak dikesampingkan ini
dikarenakan dapat mengefisienkan energi dan waktu sipengguna elevator
tersebut. Sistem keberadaan elevator dan segala kemajuan dan
kehandalannya tidak serta merta mengalami perkembangan-
perkembangan secara bertahap, sejak keberadaannya pertama kali
dibangun. Sejak pertama kali dibangun, sistem penggerak elevator pada
awal perkembangannya dimulai dengan cara yang sangat sederhana, yaitu
dengan menggunakan tenaga non mekanik.
Perkembangan elevator sangat lambat pada awal tahun 1970-an, namun
sejak diperkenalkannya transistor dan alat pendukung elektronik lainnya
pada sistem kontrol elevator pada saat itulah perkembangan kontroller
elevator begitu pesat.
Elevator dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Elevator penumpang
2. Elevator barang atau dumb waiter
3. Elevator service
4. Elevator hidraulik
1. Elevator Penumpang
Elevator penumpang ini merupakan elevator yang sifatnya berfungsi dan
sangat khusus untuk manusia saja, elevator ini sangat dijaga
kehandalannya dan juga sangat dijaga keamanan dan keselamatan
manusianya.
2. Elevator Barang atau Dumb Waiter
Elevator ini sangat khusus fungsinya untuk barang saja, elevator ini juga tak
kalah handalnya dengan elevator penumpang namun ada sedikit
perbedaan dalam system keamanannya.
3. Elevator Service
PEMAHAMAN KAK
MASTERPLAN
TUJUAN DAN SASARAN DAN
DESAIN KRITERIA
POTENSI; MASALAH;
STRATEGI DESAIN
KONSEP DESAIN
PRA- DESAIN
PERHITUNGAN
STRUKTUR BQ/RAB/ RKS
PENGEMBANGAN/
DETAIL DESAIN
DOKUMEN
LELANG
5.6.2. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan oleh Konsultan Perencana berdasarkan Kerangka
Acuan Kerja ini minimal meliputi:
1. Tahap Konsep Rencana Teknis
a. Konsep penyiapan rencana teknis dan uraian rencana kerja konsultan
perencana.
b. Konsep skematik rencana teknis.
c. Laporan data dan informasi lapangan.
Minggu atau 60 (enam puluh) hari kalender, secara detail dan sistimatis disajikan
dalam tabel dibawah ini
BULAN/ MINGGU
KETERANG
NO KEGIATAN 1 2 AN
I II III IV I II III IV
A PERSIAPAN
1 Koordinasi dan Mobilisasi
3 Inventarisasi Data dan Informasi terkait
4 Survey Pemetaan Lokasi/ Topografi
5 Survey Penyelidikan Tanah (Sondir, Boring)
B ANALISIS DAN KONSEP DESAIN
2 Analisis Aktifitas dan Fasilitas
3 Analisis Tapak, Ruang dan Bangunan
5 Analisis Mekanikan Elektrikal
6 Penyusunan Konsep Desain
7 Gambar Pra Rancangan Bangunan
C PENGEMBANGAN DAN DETAIL DESAIN
1 Pengembangan Desain
2 Detail desain bangunan
4 Penyusunan RAB/ BQ/ RKS
5 Penyusunan Dokumen lelang
D PELAPORAN
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Analisa dan Konsep Drsain
6 Laporan Akhir Desain dan Executive Summary
TIM
LEADER
Ahli ARSITEKTUR AHLI INTERIOR AHLI Mekanika Tanah AHLI SIPIL/
STRUKTUR
1) Tenaga Ahli
2) Tenaga Pendukung
Tim Tenaga Ahli tersebut didukung oleh;
BULAN JUMLAH
NO KEGIATAN
1 2 3 4 (ORANG)
TENAGA AHLI
1 Team Leader 1
2 Ahli Arsitektur 1
3 Ahli Interior 1
4 Ahli Sipil/ Struktur 1
5 Ahli Mekanikal Elektrikal 1
6 Ahli Mekanika Tanah 1
7 Ahli Cost Estimator 1
ASSISTEN TENAGA AHLI
1 Asisten Tenaga Ahli 4
TENAGA PENDUKUNG
1 Surveyor 2
2 Drafter 3
3 Administrasi 1