Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ost
eomielitis
adalah
infeksi akut
tulang yag
dapat
terjadi
karena
penyebaran
infeksi dari
darah
(osteomiliti
s
hematogen)
atau yang
lebih sering
setelah
kontaminas
i fraktur
terbuka
atau
reduksi
bedah
(osteomilie
tis
eksogen).
Luka tusuk

1
pada
jaringan
lunak atau
tulang yang
terjadi
akibat
gigitan
hewan atau
manusia,
atau injeksi
intramusku
lar yang
salah
tempat
dapat
menyebabk
an
osteomieliti
s eksogen.
Bakteri
adalah
penyebab
umum
osteomieliti
s akut,
namun
virus,
jamur dan
mikroorgan
isme lain

2
dapat
berperan.
Ost
eomielitis
adalah
penyakit
yang sulit
diobati
karena
dapat
terbentuk
abses lokal.
Abses
tulang
biasanya
memiliki
suplai
darah yang
buruk
dengan
demikian,
pelepasan
sel imun
dan
antibiotik
terbatas.
Nyeri hebat
dan
disabilitas
permanen
dapat

3
terjadi
apabila
infeksi
tulang
tidak
diobati
dengan
segera dan
agresif.
( Corwin,
2009)

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari osteomielitis?
2. Bagaimana etiologi penyakit osteomielitis?
3. Jelaskan patofisiologi osteomilietis!
4. Bagaimana pencegahan penyakit osteomielitis?
5. Bagaimana penatalaksanaan osteomilietis?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dalam penyakit osteomielitis?
7. Bagaimana proses keperawatan pada penyakit osteomielitis?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi penyakit osteomielitis
2. Mengetahui etiologi osteomielitis
3. Memahami patofisiologi osteomielitis
4. Mengetahui pencegahan penyakit osteomielitis
5. Mengetahui penatalaksanaan osteomilities
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang osteomielitis
7. Mengetahui proses keperawatan penyakit osteomielitis

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Osteomielitis
Ost
eomielitis
adalah
infeksi
tulang.
Infeksi
tulang
lebih sulit
disembuhk
an daripada
infeksi
jaringan
lunak
karena
terbatasnya
asupan
darah,
respons
jaringan
terhadap
inflamasi,
tingginya
tekanan
jaringan
dan
pembentuk
an

5
involukrum
(pembentu
kan tulang
baru
disekeliling
jaringan
tulang
mati).
Osteomielit
is dapat
menjadi
masalah
kronis yang
akan
mempengar
uhi kualitas
hidup atau
mengakibat
kan
kehilangan
ekstremitas
. ( Suzane
& Bare,
2002)
Pen
gertian
osteomyelit
is yang
paling
mendasar
adalah

6
infeksi
jaringan
tulang yang
mencakup
sumsum
atau kortek
tulang yang
disebabkan
oleh
bakteri
piogenik.
Osteomyeli
tis dapat
timbul akut
atau
kronik.
Bentuk
akut
dicirikan
dengan
adanya
awitan
demam
sistemik
maupun
manifestasi
lokal yang
berjalan
dengan
cepat.
Osteomyeli

7
tis kronik
adalah
akibat dari
osteomyelit
is akut
yang tidak
ditangani
dengan
baik.
Infe
ksi bisa
disebabkan
oleh
penyebaran
hematogen
(melalui
darah) dari
fokus
infeksi
ditempat
lain (misal
tonsil yang
terinfeksi,
lepuh, gigi
infeksi,
infeksi
saluran
napas atas).
Osteomielit
is akibat
penyebaran

8
hematogen
biasanya
terjadi
ditempat
dimana
terdapat
trauma atau
dimana
terdapat
resistensi
rendah,
kemungkin
an akibat
trauma
subklinis
(tak jelas).
Ost
eomielitis
dapat
berhubunga
n dengan
penyebaran
infeksi
jaringan
lunak
(misal
ulkus
dekubitus
yang
terinfeksi
atau ulkus

9
vaskuler)
atau
kontaminas
i langsung
tulang
(misal
fraktur
terbuka,
cedera
traumatik
seperti luka
tembak,
pembedaha
n tulang).
Pasien
yang
berisiko
tinggi
mengalami
osteomieliti
s adalah
mereka
yang
nutrisinya
buruk,
lansia,
kegemukan
, atau
penderita
diabetes.

10
B. Etiologi
Ost
eomyelitis
dapat
disebabkan
oleh karena
bakteri,
virus,
jamur dan
mikro
organisme
lain.
Golongan /
jenis
patogen
yang sering
adalah
Staphyloco
ccus aureus
menyebabk
an 70%-
80%
infeksi
tulang,
Pneumococ
cus,
Typhus
bacil,
Proteus,
Psedomona
s,

11
Echerchia
coli,
Tuberculos
e bacil dan
Spirochaeta
.
Luk
a tekanan,
trauma
jaringan
lunak,
nekrosis
yang
berhubunga
n
dengan
keganasan
dan terapi
radiasi
serta luka
bakar dapat
menyebabk
an atau
memperpar
ah proses
infeksi
tulang.
Infeksi
telinga dan
sinus serta
gigi yang

12
berdarah
merupakan
akibat dari
osteomyelit
is pada
rahang
bawah dan
tulang
tengkorak.
Faktur
compound,
prosedur
operasi dan
luka tusuk
yang dapat
melukai
tulang
pokok
sering
menyebabk
an
traumatik
osteomyelit
is.
Osteomyeli
tis sering
ditemukan
pada orang
yang lebih
tua karena
faktor

13
penyebabn
ya
berhubunga
n dengan
penuaan.

C. Patofisiologi
Ter
dapat tiga
mekanisme
dasar
terjadinya
osteomieliti
s.
Osteomielit
is
hematogen
biasanya
terjadi pada
tulang
panjang
anak-anak,
jarang pada
orang
dewasa,
kecuali bila
melibatkan
tulang
belakang.
Osteomielit
is dari

14
insufisiensi
vaskuler
sering
terjadi pada
diabetes
melitus.
Contiguous
osteomieliti
s paling
sering
terjadi
setelah
terjadi
cedera
pada
ekstremitas
. Berbeda
dari
osteomieliti
s
hematogen,
kedua yang
terakhir
biasanya
dengan
infeksi
polimikrob
a, sering
Staphyloco
ccus aureus
bercampur

15
dengan
patogen
lain.
Infe
cted
nonunion
dan
osteomieliti
s post
trauma
disebabkan
oleh karena
kontaminas
i mikroba
setelah
suatu patah
tulang
terbuka
atau
pembedaha
n pada
patah
tulang
tertutup.
Pembentuk
an biofilm
merupakan
kunci dari
perkemban
gan infeksi.
Biofilm

16
merupakan
suatu
kumpulan
koloni
mikroba
yang
ditutupi
matriks
polisakarid
a
ekstraselule
r
(glycocalyx
) yang
melekat
pada
permukaan
implan atau
tulang
mati.
Fok
us primer
dari
osteomieliti
s akut pada
anak-anak
terdapat
pada
metafise.
Bila tidak
ditangani,

17
terjadi
peningkata
n tekanan
intramedul
a dan
eksudat
menyebar
melalui
korteks
metafise
yang tipis
menjadi
abses
subperioste
al. Abses
subperioste
al dapat
menyebar
dan
mengangka
t
periosteum
sepanjang
diafise.
Nekrosis
tulang
terjadi
karena
kehilangan
aliran
darah

18
akibat dari
peningkata
n tekanan
intramedul
ari dan
kehilangan
suplai
darah dari
periosteal.
Bagian
yang
avaskular
dari tulang
yang
dikenal
sebagai
sequestrum
, dan
seluruh
panjang
dari tulang
dapat
menjadi
sequestrum
. Fragmen
ini menjadi
tempat
berkumpul
nya
mikroorgan
isme dan

19
dapat
terjadi
episode
infeksi
klinis yang
berulang.
Abses
dapat
keluar
melalui
kulit,
membentuk
sinus.
Respon
pasien
dibentuk
oleh
periosteum
sebagai
usaha
memagari
atau
menyerap
fragmen ini
dan
mengembal
ikan
stabilitas,
disebut
involucrum
.

20
Infe
ksi bakteri
ke tulang
dapat
terjadi
karena
inokulasi
langsung,
penyebaran
hematogen
atau invasi
lokal dari
tempat
infeksi lain.
Fisis yang
avaskuler
membatasi
penyebaran
infeksi ke
epifise
kecuali
pada
neonatus
dan bayi.
Pembuluh
darah
menyebran
g fisis
hingga
umur 15
hingga 18

21
bulan,
berpotensi
terjadinya
septic
arthritis.
Hal ini
dapat
terjadi
sekitar
75% dari
kasus
osteomieliti
s neonatus.
Setelah
terinfeksi,
osteomieliti
s
melunakan
tulang
secara
progresif
dan terjadi
nekrosis
tulang
sehingga
terbentukn
ya
sequestrum
. Pada
stadium ini,
debridemen

22
dengan
pembedaha
n menjadi
pilihan
terapi.
Adanya
implant
pada lokasi
infeksi
dapat
menjadi
salah satu
faktor yang
dapat
menghamb
at
pengobatan
yang
sukses.

D. Pencegahan
Pen
cegahan
osteomielit
as adalah
sasaran
utamanya.
Penangana
n infeksi
fokal dapat
menurunka

23
n angka
penyebaran
hematogen.
Penangana
n infeksi
jaringan
lunak dapat
mengontrol
erosi
tulang.
Pemilihan
pasien
dengan
teliti dan
perhatian
terhadap
lingkungan
operasi dan
teknik
pembedaha
n dapat
menurunka
n insiden
osteamieliti
s
pascaopera
si.
Ant
ibiotika
profilaksis,
diberikan

24
untuk
mencapai
kadar
jaringan
yang
memadai
saat
pembedaha
n dan
selama 24
jam sampai
48 jam
setelah
operasi
akan sangat
membantu.
Teknik
perawatan
luka
pascaopera
si aseptik
akan
menurunka
n insiden
infeksi
superfisial
dan
potensial
terjadinya
osteomieliti
s. (Suzanne

25
& Bare,
2002)

E. Penatalaksanaan
Sas
aran awal
adalah
untuk
mengontrol
dan
memusnah
kan proses
Infeksi,
seperti:
 Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat
selama 20 menit beberapa kali sehari.
 Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi
organisme dan memilih antibiotik.
 Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu.
 Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol :
teruskan selama 3 bulan.
 Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik
pertahankan terapi antibiotik tambahan.
 Imobilisasi anggota gerak yang terkena, bisa dengan pemasangan
gips yang diberi jendela.
 Tindakan pembedahan, dengan indikasi : adanya abces, rasa sakit
yang hebat, adanya sequester dan bila mencurigakan adanya
perubahan ke arah keganasan (karsinoma epidermoid)
 Pada stadium kronik disamping antibiotik maka tulang yang jelas
sudah mati dan terlepas perlu diambil dengan jalan operasi

26
 Untuk drainage peradangan yang sudah kronis dapat pula dibuat
luang-lubang pada tulang.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada fase akut ditemukan CRP yang meningi, LED yang meninggi
dan leukositosis
2. Pemeriksaan radiologik
Rongent dini menunjukkan hanya jaringan lunak yang mengalami
pembengkakan. Pada osteomyelitis kronik ditemukan hasil rongent
tulang menunjukkan rongga besar tak teratur, kenaikan periosteum,
dan ditemukan suatu involukrum serta sequester.
3. Pemeriksaan Scan tulang
Pada pemeriksaan Scan tulang dengan menggunakan nukleotida
berlabel radioaktif dapat memperlihatkan peradangan di tulang
4. Biopsi tulang, mengidentifikasi organisme penyebab.

G. Proses keperawatan
1) Pengkajian
 Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (mis. Nyeri lokal,
pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari
sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
 kaji adanya faktor risiko (mis. Lansia, diabetes, terapi kortikosteroid
jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
 Pasien selalu menghindar dari tekanan didaerah tersebut dan
melakukan gerakan perlindungan.
 Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum
akibat reaksi sistemik infeksi.
 Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi,
pembengkakan nyata, hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat

27
terlihat. Pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi
sistemik infeksi.
 Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.
 Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang
terjadi pada sore dan malam hari.

2) Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan pasien
dengan osteomielitis dapat meliputi yang berikut :
 Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alat
imobilisasi dan keterbatasan beban berat badan
 Risiko terhadap penyebaran infeksi, pembentukan abses tulang
 Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan

3) Perencanaan dan Implementasi


Sasaran pasien meliputi :
 peredaan nyeri,
 perbaikan mobilitas fisik dalam batas-batas terapeutik,
 kontrol dan eradikasi infeksi dan
 pemahaman mengenai program pengobatan.

4) Intervensi Keperawatan
a. Peredaan nyeri
 imobilisasikan bagian yang terkena dengan bidai untuk
mengurangi nyeri dan spasme otot.
 Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena harus dibuat
sedemikian sehingga masih dapat digerakkan sesuai rentangnya
namun dengan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa sangat nyeri
dan harus ditangani dengan hati-hati dan perlahan.

28
 Tinggikan bagian yang terkena untuk mengurangi pembengkakan
dan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
 Pantau Status neurovaskuler ekstremitas yang terkena.
 Lakukan Teknik manajemen nyeri seperti massage, distraksi,
relaksasi, hipnotik untuk mengurangi persepsi nyeri dan
kolaborasi dengan medis untuk pemberian analgetik.

b. Perbaikan Mibilitas Fisik.


 Program pengobatan dengan membatasi aktivitas.
 Liindungi tulang dengan alat imobilisasi dan hindarkan stres
pada tulang karena Tulang menjadi lemah akibat proses infeksi.
 Berikan pemahaman tentang rasional pembatasan aktivitas.
 Partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik
tetap dianjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.

c. Mengontrol Proses Infeksi.


 Pantau respons pasien terhadap terapi antibiotika.
 Observasi tempat pemasangan infus tentang adanya i flebitis atau
infiltrasi.
 Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk
meyakinkan adanya peredaran darah Yang mewadai (pengisapan
luka untak mencegah penumpukan cairan, peninggian daerah
untuk memperbaiki aliran balik vena, menghindari tekanan pada
daerah Yang di-graft) untuk mempertahankan imobilitas Yang
dibutuhkan, dan untuk memenuhi pembatasan beban berat badan.
 Pantau kesehatann urnum dan nutrisi pasien.
 Berikan diet protein seirnbang, vitamin C dan vitamin D dipilih
untak meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangsang
penyembuhan.

d. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah

29
 Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah
termotivasi, dan keluarga harus mendukung. Lingkungan rumah
harus bersifat kondusif terhadap promosi kesehatan dan sesuai
dengan program terapeutik.
 Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol
antibiotika.
 Ajarkan cara teknik balutan secara steril dan teknik kompres
hangat. Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rurnah sakit
dan supervisi serta dukungan Yang memadai dari perawatan di
rumah sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan
osteomielitis di rumah.
 Pantau dengan cermat mengenai bertambahnya daerah nyeri atau
peningkatan suhu Yang mendadak. Pasien diminta. untuk
melakukan observasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan
suhu, keluarnya pus, bau, dan bertambahnya inflamasi.

5) Evaluasi

Hasil yang diharapkan :

1. Mengalami peredaan nyeri


a. Melaporkan berkurangnya nyeri
b. Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya Infeksi
c. Tidak mengalarni ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas isik
a. Berpartisipasi-dalam aktivitas perawatan~diri
b. Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas Yang sehat
c. Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu
dengan aman
3. Tiadanya infeksi

30
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Suhu badan normal
c. Tiadanya pembengkakan
d. Tiadanya pus
e. Angka leukosit dan laju endap darah kembali non-nal
f. Biakan darah negative
4. Mematuhi rencana terapeutik
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Melindungi tulang yang lemah
c. Memperlihatkan perawatan luka yang benar
d. Melaporkan bila ada masalah segera
e. Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vitamin C dan
D
f. Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
g. Melaporkan peningkatan kekuatan
h. Tidak melaporkan peningkatan suhu badan atau kambuhan
nyeri, pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut.

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ost
eomelitis
adalah
infeksi dari
jaringan
tulang yang
mencakup
sumsum
dan atau
kortek
tulang
dapat
berupa
eksogen
(infeksi
masuk dari
luar tubuh)
atau
hemotogen
(infeksi
yang
berasal dari
dalam
tubuh).
Pasi
en yang
berisiko

32
tinggi
mengalami
osteomieliti
s adalah
mereka
yang
nutrisinya
buruk,
lansia,
kegemukan
, atau
penderita
diabetes.
Ber
dasarkan
pada data
pengkajian,
diagnosa
keperawata
n pasien
dengan
osteomieliti
s dapat
meliputi
yang
berikut :
Nyeri yang
berhubunga
n dengan
inflamasi
dan

33
pembengka
kan,
Kerusakan
mobilitas
fisik yang
berhubunga
n dengan
nyeri, alat
imobilisasi
dan
keterbatasa
n beban
berat
badan,
Risiko
terhadap
penyebaran
infeksi,
pembentuk
an abses
tulang,
Kurang
pengetahua
n mengenai
program
pengobatan
.

B. Saran
Pet
ugas

34
kesehatan
dapat lebih
memahami
apa itu
osteomieliti
s dan
memberika
n
pendidikan
kesehatan
masyarakat
, asuhan
keperawata
n kepada
masyarakat
juga harus
dilakukan
dengan
sebaik –
baiknya.

35
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah. Brunner & Suddarth Ed. 8, Vol 3. Jakarta:EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku PATOFISIOLOGI Edisi 3.


Jakarta:EGC

Potter, P.A., dan Perry, A.G. (1999). Fundamental of Nursing: Concepts,


Process, and Practice. 4th Ed. (Terj. Renata Komalasari).
Jakarta: EGC.

Materi osteomielitis keperawatan medikal bedah 3 di akses pada laman


www.Nersunair.co.id pada tanggal 4 april 2018

36

Anda mungkin juga menyukai