Anda di halaman 1dari 117

SISTEM MANAJEMEN PUSKESMAS

PUSKESMAS II SUMPIUH
KABUPATEN BANYUMAS

Disusun Oleh:
Cinta Yuni Pratami, S.KG (G4B017017)
Suci Nourmaliza, S.KG (G4B017044)

Pembimbing Akademik:
drg. Fanni Kusuma Djati, M.Sc

Pembimbing Lapangan:
Muslikhin, S.KM.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO

2018
LEMBAR PENGESAHAN

SISTEM MANAJEMEN PUSKESMAS


DI PUSKESMAS II SUMPIUH
KABUPATEN BANYUMAS

Disusun Oleh:
Cinta Yuni Pratami, S.KG (G4B017017)
Suci Nourmaliza, S.KG (G4B017044)

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Program Pendidikan Profesi Dokter Gigi
Jurusan Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman

Disetujui dan disahkan


Pada Desember 2018

Mengetahui,

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing Akademik

Muslikhin, S.KM.____ drg. Fanni Kusuma Djati, M.Sc._


NIP. 19650513 198511 1 001 NIP. 19810321 200812 2 001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan yang berjudul “SISTEM MANAJEMEN PUSKESMAS DI

PUSKESMAS II SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS”. Laporan ini

merupakan langkah awal untuk membantu salah satu upaya peningkatan pelayanan

di Puskesmas II Sumpiuh, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas.

Penulis menyampaikan terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan

dan segala bantuan yang diberikan oleh Kepala Puskesmas II Sumpiuh dan seluruh

jajaran pegawai di Puskesmas II Sumpiuh. Penulis berharap semoga laporan ini

dapat membantu menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai sistem

manajemen Puskesmas. Penulis berharap pembaca dapat memberikan saran untuk

memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Banyumas, Januari 2018

Cinta Yuni Pratami, S.KG


Suci Nourmaliza, S.KG

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR................. ............................................................ v

DAFTAR GRAFIK................. .............................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 5

A. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).................................. 5


B. Sistem Manajemen Puskesmas ................................................... 20
C. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) .................................... 36
D. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ..................................... 42
E. Analisis Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) 45

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 49

A. Jenis dan Metode Penelitian ........................................................ 49


B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 49
C. Sumber Data ................................................................................ 49
D. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 50
E. Instrumen Penelitian.................................................................... 50
F. Metode Analisis .......................................................................... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 52

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 52

iii
B. Pembahasan ................................................................................. 85

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 98

A. Simpulan...................................................................................... 98
B. Saran ............................................................................................ 99

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 102

LAMPIRAN ........................................................................................... 104

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Analisis SWOT................................................................. 48

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh....................... 52

v
DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1. Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas II 54


Sumpiuh Menurut Golongan Umur..................................

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Ruang-Ruang Puskesmas II Sumpiuh......................... 105

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan menurut UU RI No. 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat baik

secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan merupakan tingkat

efisiensi fungsional atau metabolik pada organisme hidup, pada manusia

kesehatan didefinisikan sebagai kondisi umum pikiran dan tubuh seseorang yang

berarti bebas dari penyakit, cedera atau sakit. Menurut Profil Kesehatan

Indonesia tahun 2015, tingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan

diri, keluarga, dan lingkungan masih tergolong rendah. Sekitar 65% penduduk

Indonesia mengalami sakit per tahunnya. Kesehatan gigi dan mulut merupakan

bagian dari kesehatan secara keseluruhan. Berdasarkan Undang-Undang No. 36

Tahun 2009 tentang kesehatan, setiap orang berhak atas kesehatan dan

pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan bertujuan untuk menciptakan

keadaan sehat bagi semua pihak. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat

Indonesia pada tingkat dasar dilaksanakan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas).

1
2

Puskesmas Menurut UU Nomor 75 tahun 2014 adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif untuk mencapat derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Pelayanan kesehatan tingkat pertama

adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat nonspesifik (primer)

meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Menurut Undang Undang No 71

Tahun 2013, pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas merupakan

pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan promotif (peningkatan

kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif

(pemulihan kesehatan), pelayanan kebidanan, dan pelayanan kesehatan darurat

medis termasuk pelayanan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium

sederhana dan pelayanan kefarmasian.

Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok daerah di Indonesia

salah satunya di Kabupaten Banyumas yaitu Puskesmas II Sumpiuh . Puskesmas

II Sumpiuh merupakan salah satu Puskesmas yang berada di bawah koordinasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Puskesmas Sumpiuh II berlokasi di

Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas dengan wilayah kerjanya meliputi

2 kelurahan 5 desa, memiliki 1 Puskesmas Pembantu (Pustu) dan 1 rumah

bersalin serta 7 PKD yang terdapat di masing-masing desa. Puskesmas II

Sumpiuh memiliki visi berupa pelaksanaan pelayanan kesehatan dasar

paripurna menuju masyarakat sehat mandiri (Data Sekunder Puskesmas

Sumpiuh II, 2016). Syarat upaya kesehatan terselenggara berjalan dengan


3

optimal, maka Puskesmas harus menerapkan manajemen dengan baik (Depkes,

2004).

Manajemen Puskesmas adalah kegiatan pengelolaan puskesmas yang

meliputi semua rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan puskesmas,

pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, dan pertanggungjawaban yang

dilaksanakan secara terstruktur, holistik, dan kontinyu. Penerapan manajemen

Puskesmas melibatkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana, farmasi,

program, informasi, dan keuangan (Depkes RI, 2001). Berdasarkan pemaparan

tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan observasi mengenai sistem

manajemen di Puskesmas Sumpiuh II Hal tersebut karena sistem manajemen

Puskesmas merupakan bagian yang penting dalam penyelenggaraan puskesmas

untuk melaksanakan fungsi-fungsi dan tugas pokok puskesmas secara optimal,

efektif, dan efisien.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana sistem manajemen pelayanan kesehatan di Puskesmas II Sumpiuh

sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat tingkat pertama di

wilayah tersebut?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui sistem manajemen puskesmas yang diterapkan di Puskesmas

II Sumpiuh sebagai penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan bagi

masyarakat di Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan gambaran umum wilayah kerja Puskesmas II Sumpiuh.


4

b. Mendeskripsikan manajemen program di Puskesmas II Sumpiuh.

c. Mendeskripsikan manajemen keuangan di Puskesmas II Sumpiuh.

d. Mendeskripsikan manajemen farmasi di Puskesmas II Sumpiuh.

e. Mendeskripsikan manajemen sumber daya manusia di Puskesmas II

Sumpiuh.

f. Mendeskripsikan manajemen sarana dan prasarana Puskesmas II Sumpiuh.

g. Mendeskripsikan manajemen sistem informasi Puskesmas II Sumpiuh.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi tentang manajemen pelayanan kesehatan di

Puskesmas.

b. Sebagai bahan untuk penelitian mengenai manajemen Puskesmas.

2. Manfaat Praktis

a. Memberi informasi kepada Puskesmas II Sumpiuh mengenai hasil

observasi sebagai bahan masukan dalam membantu puskesmas untuk

memahami dalam menjalankan manajemen Puskesmas yang baik.

b. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa yang terjun langsung dalam

kegiatan puskesmas dan memberikan pengetahuan kepada pembaca

mengenai manajemen puskesmas.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan kesatuan

organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat

dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul

oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang

optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes RI,

2009). Puskesmas menurut Permenkes No 75 tahun 2014 merupakan fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakan

dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya Puskesmas termasuk Unit

Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga

pelaksanaan tugas dan fungsinya mengacu pada kebijakan pembangunan

kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

1. Visi dan Misi Puskesmas

a. Visi Puskesmas

Puskesmas memiliki visi pembangunan kesehatan yaitu

tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat.

Kecamatan sehat merupakan gambaran masyarakat kecamatan masa

5
6

depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dengan

beberapa indikator, antara lain:

1) Masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku

sehat

2) Memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang

bermutu secara adil dan merata

3) Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI,

2004).

b. Misi Puskesmas

Puskesmas memiliki misi pembangunan kesehatan yaitu

mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional, antara

lain:

1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

kerjanya

2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan

masyarakan di wilayah kerjanya

3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga

dan masyarakat beserta lingkungannya (Depkes RI, 2004)

2. Prinsip Puskesmas

Penyelenggarakan pelayanan kesehatan puskesmas di atur dalam

Permenkes No. 75 Tahun 2014 dan memiliki beberapa prinsip yaitu:


7

a. Paradigma sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk

berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan

yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

b. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Kemandirian masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat.

d. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat

diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya

secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budayadan

kepercayaan.

e. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan

memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan

pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi

lingkungan.

f. Keterpaduan dan kesinambungan

Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan

penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta
8

melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen

puskesmas.

3. Tugas dan Fungsi Puskesmas

Menurut Permenkes No. 75 Tahun 2014, Tugas puskesmas adalah

melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya

kecamatan sehat. Pelaksanaan tugas puskesmas diiringi dengan

penyelenggaraan fungsi puskesmas yaitu:

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.

1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan.

4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan

masyarakat yang bekerja sama dengan sektor terkait.

5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan

upaya kesehatan berbasis masyarakat.

6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia

puskesmas.

7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,

mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.


9

9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,

termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon

penanggulangan penyakit.

b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan, dan bermutu.

2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya

kpromotif dan preventif.

3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada

individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

4) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan

keamanan dan keselamatan pasien, petugas, dan pengunjung.

5) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif

dan kerja sama inter dan antar profesi.

6) Melaksanakan rekam medis.

7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan

akses pelayanan kesehatan.

8) Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

9) Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.

10) Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan

sistem rujukan.

Upaya kesehatan wajib (UKP) terdiri atas 6 program yang umumnya

disebut basic six yaitu sebagai berikut.


10

a) Program promosi kesehatan

Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman

Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan

adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalu

pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar

mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan

kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi

sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang

berwawasan kesehatan. Contoh kegiatan promosi kesehatan yang

dilakukan di dalam dan di luar gedung puskesmas adalah sebagai

berikut:

1) Penyebaran informasi melalui poster, leaflet, dan selembaran

yang dipasang di loket pendaftaran, ruang tunggu pasien,

ruang obat, dan laboratorium.

2) Pelayanan tanya jawab oleh petugas kesehatan pada semua

poliklinik

3) Penyuluhan-penyuluhan langsung yang dapat dilakukan di

ruang tunggu, halaman parkir, taman Puskesmas, dan lain

sebagainya

4) Kegiatan promosi kesehatan di luar gedung Puskesmas dapat

dilakukan dengan kunjungan ke rumah warga masyarakat

setempat serta pemberdayaan dan pengorganisasian

masyarakat
11

b) Program kesehatan lingkungan

Program kesehatan lingkungan merupakan upaya-upaya yang

dilakukan agar tercipta kualitas lingkungan yang lebih sehat agar

masyarakat terlindung dari segala resiko yang dapat menimbulkan

gangguan dan bahaya kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga

dan masyarakat yang lebih baik (Depkes RI, 2001). Menurut

Permenkes No.13 Tahun 2015, upaya kesehatan lingkungan

dilakukan dalam bentuk kegiatan konseling, inspeksi kesehatan

lingkungan, dan intervensi kesehatan lingkungan.

Contoh kegiatan kesehatan lingkungan yang dilakukan di

puskesmas menurut Depkes RI (2001) adalah sebagai berikut:

1) Penyehatan air

2) Penyehatan makanan dan minuman

3) Pengawasan pembuangan kotoran manusia

4) Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah

5) Penyehatan pemukiman

6) Pengawasan sanitasi tempat umum

7) Pengamanan polusi industri

8) Pengamanan pestisida

9) Klinik sanitasi

c) Program kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana

Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan oleh

puskesmas yang mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan

(UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara


12

berkesinambungan, dengan target keluarga, didasarkan pada data

dan informasi dari profil kesehatan keluarga. Kesehatan Ibu dan

Anak (KIA) merupakan upaya kesehatan primer yang menyangkut

pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan

fungsi reproduksi yang berkualitas serta upaya kelangsungan hidup,

pengembangan dan perlindungan bayi, anak bawah lima tahun

(BALITA) dan anak usia pra sekolah dalam proses tumbuh

kembang. Pelayanan KIA Puskesmas terdiri dari:

1) Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah puskesmas

dalam bentuk:

a) Peningkatan kesehatan ibu hamil melalui kelas ibu hamil.

b) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

2) Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah dalam

bentuk:

a) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir untuk pemeriksaan

risiko dini.

b) Penanganan penyulit pada ibu dan bayi baru lahir.

c) Pemantauan kesehatan ibu dan anak yang tertuang dalam

buku KIA.

Tujuan program KIA yaitu terciptanya pelayanan berkualitas

dengan partisipasi penuh pengguna jasa dan keluarganya dalam

mewujudkan setiap ibu mempunyai kesempatan yang terbaik

dalam hal waktu dan jarak antar kehamilan, melahirkan bayi sehat

yang aman dalam lingkungan yang kondusif sehat, dengan asuhan


13

antenatal yang adekuat, dengan gizi serta persiapan menyusui yang

baik (Depkes RI, 2001). Keberhasilan program kesehatan ibu,

anak, dan keluarga berencana dinilai dari beberapa indikator

(Depkes RI, 2001) sebagai berikut.

1) Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB).

2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan.

3) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap.

4) Bayi mendapat ASI eksklusif.

5) Bayi ditimbang dan dipantau perkembangannya secara

berkala.

6) Angka Kematian Bayi (AKB)

7) Angka Kematian Ibu (AKI)

8) Persentase ibu hamil yang mempunyai berat badan dan tinggi

yang normal, persentase ibu hamil dengan anemia,

persentase balita dengan berat badan dan tinggi sesuai umur

kesehatan ibu dan anak.

Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya kesehatan primer

yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pasangan

dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas. Tujuan

kegiatan KB adalah terciptanya pelayanan yang berkualitas dengan

penuh pengguna jasa pelayanan dan keluarganya dalam

mewujudkan bahwa setiap pasangan usia subur mempunyai

kesempatan yang terbaik untuk mewujudkan suatu keluarga kecil,

bahagia dan sejahtera. Sasaran pelayanan KB adalah pasangan usia


14

subur, calon pasangan usia subur, pasangan usia subur dengan

wanita yang akan memasuki masa menopous, keluarga yang tinggal

dan berada di wilayah kerja puskesmas, wanita usia subur yang

datang pada pelayanan rawat jalan puskesmas yang dalam fase

intervensi pelayanan KB. Target pelayanan KB saat ini adalah

peningkatan derajat kesehatan pasangan usia subur dan keluarganya

dalam pengaturan jumlah dan waktu dan jarak antar kehamilan guna

menurunkan angka kelahiran nasional (Depkes RI, 2001).

d) Program pencegahan dan pengendalian penyakit

Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

merupakan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga

yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 Tahun

2016. Upaya pencegahan agar penyakit menular tidak menyebar

didalam masyarakat yang dapat dilakukan dengan memberikan

kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan

imunisasi. Pengumpulan data penyakit menular perlu dilakukan

untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan (surveillance for

action) (Depkes RI, 2001).

Prioritas penyakit menular masih tertuju pada penyakit

HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria, demam berdarah, influenza, dan

flu burung. Indonesia juga belum sepenuhnya berhasil

mengendalikan penyakit neglected diseases seperti kusta, filariasis,

leptospirosis, dan lain-lain. Target program penanggulangan

penyakit menular adalah pengurangan angka kesakitan atau


15

kematian, penekanan angka sakit serendah mungkin agar tidak

menjadi masalah kesehatan pada wilayah tersebut, dan upaya

pembasmian yang berkelanjutan secara permanen sehingga tidak

menjadi masalah nasional (Permenkes No.82, 2014).

Beberapa program yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Upaya pencegahan berupa pemutusan rantai penularan,

perlindungan spesifik, pengendalian faktor resiko, perbaikan

gizi masyarakat, dan program imunisasi

2) Upaya pengendalian program TB paru dengan kegiatan

penemuan penderita TBC

3) Upaya pengendalian program malaria dengan angka insiden

malaria (AIM)

4) Upaya pengendalian program ISPA dengan frekuensi

penemuan dan penaggulangan pneumonia

5) Upaya pengendalian program diare meliputi frekuensi

penanggulangan diare

6) Upaya pemberantasan untuk meniadakan sumber atau agen

penularan baik fisik, kimiawi dan biologi (Depkes RI, 2001)

e) Program gizi

Program pelayanan gizi adalah rangkaian kegiatan untuk mencapai

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dengan kebutuhan gizi perorangan

dan masyarakat yang dilakukan di masyarakat dan fasilitas pelayanan

kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, penyembuhan,

dan pemulihan. Kegiatan pelayanan gizi masyarakat mengupayakan


16

peningkatan status gizi masyarakat dengan koordinasi berbagai

profesi kesehatan serta dukungan peran serta aktif dari masyarakat.

Sasaran upaya perbaikan gizi setiap orang yang memiliki akses

terhadap informasi gizi, setiap orang dalam kelompok rawan gizi

kurang dan memiliki akses terhadap pangan yang bergizi seperti bayi,

anak balita, anak pra sekolah dan anak usia sekolah, Wanita Usia

Subur (WUS) termasuk calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, ibu

menyusui, dan usia lanjut (usila), semua anak dan orang dewasa yang

mempunyai masalah gizi, pekerja dengan penghasilan rendah (Depkes

RI, 2001).

Pelayanan Gizi berupa Upaya Perbaikan Gizi Puskesmas adalah

pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap berupa promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif pasien. Selain itu, terdapat pula pelayanan

gizi luar gedung, seperti edukasi gizi atau pendidikan gizi sesuai

dengan pedoman gizi seimbang dengan sasaran kelompok masyarakat

wilayah kerja puskesmas dan berlokasi di posyandu, pusling, kelas

ibu, kelas balita, dan upaya kesehatan kerja. Pemberian kapsul vitamin

A, pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil dan ibu nifas,

edukasi pencegahan anemia pada remaja putri, dan pemberian MP-

ASI serta PMT-Pemulihan. Program upaya perbaikan gizi yang

dilakukan oleh puskesmas adalah sebagai berikut:

1) Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)

2) Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)

3) Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi


17

a) Pencegahan Dan Penanggulangan Gangguan Akibat

Kekurangan Yodium (GAKY)

b) Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Besi (AGB)

c) Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori Energi

d) Protein (KEP) Dan Kurang Energi Kronis (KEK)

e) Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan Vitamin A

(KVA)

f) Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Kekurangan Gizi

Mikro Lain

g) Pencegahan Dan Penanggulangan Masalah Gizi Lebih

4) Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG)

(Depkes RI 2001 dan Permenkes No.23 Tahun 2014).

f) Program penyembuhan penyakit dan pelayanan kesehatan

Program penyembuhan penyakit dan pelayanan yang dilakukan oleh

puskesmas terdiri atas beberapa pelayanan sebagai berikut:

1) Pelayanan Medik Rawat Jalan

Pelayanan medik rawat jalan merupakan pelayanan kesehatan

berupa pencegahan dan pengobatan dengan tujuan pelayanan

medic terwujudnya masyarakat yang partisipatif, sehat sejahtera,

badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap anggota

keluarga hidup produktif secara sosial dan ekonomi dengan baik.

Pelayanan ini dilakukan oleh pelaksana pelayanan baik secara

mandiri maupun atas koordinasi bersama dengan tim

multidisipliner penunjang pelayanan kesehatan lain sesuai


18

dengan wewenangnya, untuk menyelesaikan masalah kesehatan

dan menyembuhkan penyakit, dengan tidak memandang umur

dan jenis kelamin, yang dapat diselenggarakan pada ruang

praktek.

2) Pelayanan Kedaruratan Medik

Pelayanan kedaruratan medik adalah pelayanan kecelakaan

dan keadaan darurat medik berkenaan dengan perubahan keadaan

fisiologik, anatomik atau mental dari pengguna jasa pelayanan

yang terjadi secara tiba-tiba dan perlu tindakan segera dimulai

dari tempat kejadian sampai dengan sarana pelayanan medik

untuk menyelamatkan kehidupan. Tujuan pelayanan kedaruratan

medik adalah memberikan pertolongan segera dengan

menghindari masalah kritis dan menstabilkan fungsi vital tubuh

serta meringankan penderitaaan dari pengguna pelayanan.

3) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah pelayanan oleh

pelaksana pelayanan kesehatan yang berwenang di bidang

kesehatan gigi dan mulut dengan tujuan meningkatkan partisipasi

anggota masyarakat dan keluarganya untuk bersama-sama

mewujudkan tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut

masyarakat yang optimal. Pelayanan ini dilaksanakan mandiri

atau bersama menurut fungsinya masing-masing guna

mengantisipasi proses penyakit gigi dan mulut dan

permasalahannya secara keseluruhan yang dapat dilaksanakan


19

dalam prosedur pelayanan di ruang praktek dengan pembinaan

kesehatan wilayah setempat.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi pelayanan

kesehatan gigi dasar paripurna yang terintegrasi dengan program-

program lain di puskesmas yang merupakan pelayanan kesehatan

gigi esensial yang terbanyak dibutuhkan oleh masyarakat dengan

mengutamakan upaya peningkatan dan pencegahan penyakit gigi.

Selain itu, terdapat pula pelayanan kesehatan gigi khusus yang

merupakan upaya perlindungan khusus, tindakan, pengobatan dan

pemulihan masalah kesehatan gigi dan mulut serta pelayanan asuhan

sistemik kesehatan gigi dan mulut.

Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan

sesuai dengan standar prosedur operasional dan standar pelayanan.

Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam

bentuk:

1) Rawat jalan

2) Pelayanan gawat darurat

3) Pelayanan satu hari (one day care)

4) Home care

5) Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan


 kesehatan.

Untuk melaksanakan upaya kesehatan, Puskesmas harus

menyelenggarakan:

1. Manajemen Puskesmas
20

2. Pelayanan kefarmasian

3. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat

4. Pelayanan laboratorium.

Selain 6 program atau upaya kesehatan wajib di atas, puskesmas

dapat mengembangkan program sesuai dengan situasi, kondisi,

masalah, dan kemampuan puskesmas. Program lain ini disebut

sebagai program kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan

masyarakat pengembangan sebagaimana dimaksud pada merupakan

upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya

yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi

pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan. Upaya

Kesehatan Pengembangan memfokuskan permasalahan kesehatan

yang ditemukan pada masyarakat dan disesuaikan dengan

kemampuan puskesmas. Contoh upaya pengembangan yang

diselenggarakan puskesmas adalah pelayanan kesehatan lansia,

kesehatan gigi masyarakat, pengobatan tradisional, UKS dan UKGS,

kesehatan mata, kesehatan jiwa, dan kesehatan kerja serta olahraga.

(Permenkes No. 75 Tahun 2014 dan Kemenkes RI, 2010).

B. Manajemen Puskesmas

Berdasarkan Permenkes Nomor 44 Tahun 2016, tujuan dan fungsi

puskesmas dapat tercapai apabila ditunjang dengan sistem manajemen

puskesmas yang baik. Manajemen adalah serangkaian proses yang terdiri atas

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol (Planning,

Organizing, Actuating, Controling) untuk mencapai tujuan secara efektif dan


21

efisien. Efektif yaitu tujuan yang diharapkan dapat tercapai melalui proses

penyelenggaraan yang dilaksanakan dengan baik dan benar serta bermutu,

berdasarkan atas hasil analisis situasi yang didukung dengan data dan informasi

yang akurat (edivence based). Sedangkan efisien yaitu bagaimana puskesmas

memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk dapat melaksanakan upaya

kesehatan sesuai standar dengan baik dan benar, sehingga dapat mewujudkan

target kinerja yang telah ditetapkan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014

menyebutkan bahwa puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan

kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya.

Puskesmas berfungsi menyelenggarakan UKM dan UKP tingkat pertama

diwilayah kerja. Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota

merupakan bagian dari dinas kesehatan Kabupaten/Kota sebagai UPTD dinas

kesehatan Kabupaten/Kota.

1. Fungsi Manajemen Puskesmas

Menurut Permenkes Nomor 44 Tahun 2016, puskesmas memiliki

tiga fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian,

serta pengawasan dan pertanggungjawaban.

a. Perencanaan

Menurut Permenkes Nomor 44 Tahun 2016, perencanaan

dalam puskesmas dilakukan untuk menentukan kegiatan tahunan

yang akan diselenggarakan di puskesmas yang dilakukan dengan

beberapa analisa situasi untuk menentukan prioritas masalah

kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas.


22

b. Pelaksanaan dan pengendalian

Pelaksanaan dan pengendalian merupakan suatu proses

penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap

penyelenggaraan rencana tahunan puskesmas untuk rencana tahunan

upaya kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya kesehatan

pengembangan guna mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja

puskesmas. Proses pelaksanaan dan pengendalian diawali dengan

pengorganisasian yang dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan

(Siyoto dan Supriyanto, 2015).

c. Pengawasan dan pertanggungjawaban

Pengawasan dan pertanggungjawaban dari program

puskesmas dilakukan untuk pengontrolan agar program yang telah

terlaksana dipastikan sesuai dengan rencana dan tujuan yang

diharapkan. Pengawasan bertujuan untuk mencegah terjadinya

penyimpangan dari kegiatan yang dilaksanakan dan mengevaluasi

agar adanya perbaikan perencanaan program yang akan

dilaksanakan berikutnya (Siyoto dan Supriyanto, 2015). Menurut

Permenkes Nomor 44 Tahun 2016, pengawasan dan

pertanggungjawaban puskesmas meliputi.

1) Pengawasan

Pengawasan puskesmas terdiri atas pengawasan internal dan

eksternal serta mencakup aspek administratif, keuangan dan

teknis pelayanan. Pengawasan internal dilakukan oleh pihak


23

puskesmas, seperti kepala puskesmas, tim audit internal, atau

setiap penanggung jawab dan pengelola program. Sementara

itu, pengawasan eksternal dilakukan oleh instansi luar

puskesmas seperti Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan

berbagai institusi pemerintah terkait.

2) Pertanggungjawaban

Laporan pertanggungjawaban tahunan dibuat oleh kepala

puskesmas yang mencangkup pelaksanaan kegiatan, perolehan

dan penggunaan berbagai sumber daya, serta pelaporan

keuangan yang kemudiandisampaikan kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota serta pihak-pihak terkait lainnya.

2. Model Manajemen Puskesmas

Sistem manajemen yang digunakan puskesmas dalam menjalankan

tugasnya merupakan kewenangan dari puskesmas itu sendiri untuk

memilih sistem mana yang baik. Terdapat beberapa macam metode

manajemen Puskesmas, yaitu.

a. Metode PIE

Metode PIE adalah metode manajemen yang sederhana yang

meliputi P (Planning atau perencanaan), I (Implementing atau

implementasi), dan E (Evaluation atau evaluasi).

b. Metode POAC

Metode POAC adalahmetode manajemen yang meliputi P

(Planning atau perencanaan), O (Organizing atau


24

pengorganisasian), A (Actuating atau pelaksanaan), dan C

(Controlling atau pengawasan).

c. Metode P1-P2-P3

Metode P1-P2-P3 merupakan metode manajemen yang meliputi

P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan), dan P3

(Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian).

d. Metode ARRIF

Metode ARRIF merupakan metode manajemen yang meliputi A

(Analisis), R (Rumusan), R (Rencana), I (Implementasi), dan F

(Forum Komunikasi).

e. Metode ARRIME

Metode ARRIME merupakan metode manajemen yang meliputi

A (Analisis), R (Rumusan), R (Rencana), I (Implementasi), M

(Monitoring), dan E (Evaluasi).

3. Sistem Manajemen di Puskesmas

Berdasarkan Permenkes Nomor 44 Tahun 2016, harus dilakukan

pembentukan Tim Manajemen Puskesmas agar siklus manajemen

puskesmas yang berkualitas dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

Tim Manajemen Puskesmasjuga dapat berfungsi sebagai

penanggungjawab manajemen mutu di puskesmas yang terdiri atas

penanggung jawab upaya kesehatan di puskesmas dan didukung oleh

jajaran pelaksananya masing-masing. Tim tersebut bertanggung jawab

atas tercapainya target kinerja puskesmas, melalui pelaksanaan upaya

kesehatan yang bermutu. Penerapan manajemen puskesmas meliputi.


25

a. Manajemen Program Puskesmas

Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128 Tahun 2004,

manajemen program puskesmas dilaksanakan sesuai dengan fungsi

manajemen yang diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan. Manajemen program merupakan salah satu komponen

penting untuk mencapai terselenggaranya usaha kesehatan masyakat

dan usaha kesehatan perorangan yang efektif dan efisien.

Pelaksanaan sistem manajemen program harus berpedoman pada

fungsi manajemen (Depkes RI, 2001).

1) Perencanaan

Perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus

dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang

telah digariskan. Perencanaan juga berarti proses untuk

mengantisipasi peristiwa dimasa datang dan menentukan

strategi (cara, tindakan) untuk mencapai tujuan organisasi

dimasa mendatang Perencanaan mencakup kegiatan

pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif-

alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk

mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna

merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa

depan. Fungsi perencanaan merupakan langkah awal dalam

proses manajemen, karena dengan merencanakan aktivitas


26

organisasi kedepan, maka segala sumber daya dalam

organisasi difokuskan pada pencapaian tujuan organisasi.

Proses perencanaan puskesmasakan mengikuti siklus

perencanaan pembangunan daerah, dimulai dari tingkat desa,

selanjutnya disusun pada tingkat kecamatan, dan kemudian

diusulkan ke dinas kesehatan kabupaten (Permenkes No. 44

Tahun 2016). Perencanaan tingkat puskesmas dilakukan

setahun sekali untuk menentukan program periode berikutnya.

Ada lima langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan

sebuah perencanaan, yaitu:

a) Analisis Situasi

b) Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya

c) Menentukan tujuan program

d) Mengkaji hambatan dan kelemahan program

e) Menyusun rencana kerja operasional

Rencana Puskemas dibedakan atas dua macam yaitu

Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk kegiatan pada setahun

mendatang dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) pada

tahun berjalan. Perencanaan Puskesmas disusun meliputi upaya

kesehatan wajib, upaya kesehatan pilihan dan upaya inovatif

baik terkait dengan pencapaian target maupun mutu Puskesmas.

1. Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Rencana Usulan Kegiatan adalah perencanaan kegiatan

Puskesmas untuk tahun mendatang, sering disebut dengan


27

istilah H+1. Perencanaan disusun dengan mengacu

pencapaian indikator Kecamatan Sehat dalam mewujudkan

pencapaian indikator SPM. Pengajuan pengadaan sarana

prasana yang dibutuhkan untuk melaksanakan program

puskesmas juga bisa dimasukkan dalam RUK. RUK yang

telah dilakukan perbaikan tata cara pembuatan anggaran

kegiatan dalam setiap unit Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) selanjutnya disebut sebagai Rencana Kerja dan

Anggaran (RKA)

2. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)

Rencana Pelaksanaan Kegiatan disusun setelah

Puskesmas mendapatkan alokasi anggaran. Penyusunan

RPK berdasarkan RUK tahun yang lalu dengan dilakukan

penyesuaian (adjustment) terhadap target, sasaran dan

sumberdaya. RPK disusun dalam bentuk matrik Gantt Chart

dan dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping). RKA

yang telah jadi dituangkan dalam bentuk strategi

pelaksanaan secara terpadu.

3. Rencana Bisnis Anggaran (RBA)

RBA merupakan istilah yang digunakan untuk dokumen

perencanaan bisnis dan penganggaran tahunan yang

mencakup program, kegiatan, standar pelayanan minimal,

target kinerja, dan anggaran BLUD (Badan Layanan Umum

Daerah). RKA akan tertuang dalam RBA.


28

4. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)

DPA merupakan kelanjutan dari RKA yang telah

disetujui sebagai pedoman pelaksanaan penggunaan

anggaran kegiatan.

2). Pengorganisasian dan penyelenggaraan

a) Pengorganisasian
Program yang telah direncanakan akan sebelum

diselenggarakan perlu dilakukan pengorganisasian terlebih dahulu.

Pengorganisasian diartikan suatu kesatuan sosial dari sekelompok

manusia yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu

sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan

tugasnya masing-masing, sebagai suatu kesatuan yang

memiliki tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang

jelas,sehingga bisa dipisahkan, seperti pengelompokkan kelompok

kerja terlebih dahulu sebelum pembagian tugas dilakukan. Menurut

Endang (2011), adapun faktor-faktor yang menentukan perancangan

struktur organisasi Puskesmas adalah :

1. Strategi untuk mencapai tujuan Puskesmas. Strategi akan

menjelaskan bagaimana aliran wewenang dan saluran

komunikasi dapat disusun diantara pimpinan dengan pegawai

Puskesmas.

2. Ukuran organisasi Puskesmas. Besarnya organisasi Puskesmas

secara keseluruhan maupun unit-unit kerja fungsional akan

mempengaruhi struktur organisasi Puskesmas.


29

3. Tingkat penggunaan teknologi, yaitu tingkat rutinitas penggunaan

teknologi oleh Puskesmas untuk memberikan jasa layanan

kesehatan Puskesmas. Pada layanan kesehatan dengan

menggunakan teknologi tinggi akan memerlukan tingkat

standarisasi dan spesialisasi yang lebih tinggi dibanding dengan

pelayanan kesehatan dasar.

4. Tingkat ketidakpastian lingkungan organisasi Puskesmas.

5. Preferensi(kesukaan) yang menguntungkan pribadi dari individu

atau kelompok yang memegang kekuasaan dan kontrol dalam

organisasi Puskesmas.

6. Pegawai dan stakeholder dalam organisasi Puskesmas.

Kemampuan dan cara berfikir para pegawai dan stakeholder

puskesmas serta kebutuhan mereka untuk bekerjasama harus

diperhatikan dalam merancang struktur organisasi Puskesmas.

Kebutuhan pegawai dan stakeholder Puskesmas dalam

pembuatan keputusan akan mempengaruhi saluran komunikasi,

wewenang dan hubungan diantara unit-unit kerja fungsional

Menurut Kepmenkes RI No.128 Tahun 2004, ada dua bentuk

penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan yaitu:

a) Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua pihak, misalnya antara

puskesmas dengan sektor tenaga kerja pada waktu

menyelenggarakan upaya kesehatan kerja.

b) Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak pihak, misalnya

antara puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama, sektor


30

kecamatan pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan

sekolah. Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan

secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait atau secara tidak

langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi

kecamatan.

b. Penyelenggara

Pelaksanaan rencana kegiatan puskesmas dilakukan setelah

pengorganisasian selesai. Menurut Kepmenkes RI No.128 Tahun 2004,

hal-hal yang perlu dilakukan agar kegiatan dapat terselenggara yaitu:

1) Mengkaji ulang rencana pelaksanaan yang telah disusun

menyangkut jadwal pelaksanaan, target pencapaian, lokasi

wilayah kerja dan rincian tugas para penanggungjawab dan

pelaksana.

2) Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk setiap petugas sesuai

dengan rencana pelaksanaan yang telah disusun.

3) Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan dengan memperhatikan:

a. Azas penyelenggaraan puskesmas

b. Standar dan pedoman pelayanan puskesmas

c. Kendali mutu

d. Kendali biaya

3). Pemantauan dan Penilaian

Menurut Depkes RI (2001), penyelenggaraan kegiatan harus

diikuti dengan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkala


31

untuk mengawasi laporan kegiatan, wilayah setempat, supervisi, dan

rapat rutin dengan mencakup hal-hal sebagai berikut :

a). Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai

baik secara internal maupun eksternal.

1) Telaahan internal yaitu telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan

kegiatan dan hasil yang dicapai oleh Puskesmas, dibandingkan

dengan rencana dan standar pelayanan. Data yang dipergunakan

diambil dari SIMPUS. Kesimpulan dirumuskan dalam bentuk

kinerja (cakupan, mutu dan biaya) Puskesmas dan masalah/

hambatan. Telaahan bulanan ini dilakukan dalam forum Lokakarya

Mini Bulanan Puskesmas.

2) Telaahan eksternal yaitu telaahan triwulan terhadap hasil yang

dicapai oleh sarana pelayanan kesehatan primer serta sektor lainnya

yang terkait di wilayah kerja Puskesmas. Telaahan eksternal ini

dilakukan dalam forum Lokakarya Mini Triwulan Puskesmas.

b) Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan

pencapaian kinerja Puskesmas serta masalah dan hambatan yang

ditemukan dari hasil telaahan bulanan dan triwulan.

c). Penilaian

Kegiatan penilaian dilakukan pada akhir tahun anggaran dengan

cara mengukur menggunakan indikator kinerja Puskesmas. Kegiatan

tersebut mencakup:

1) Penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang

dicapai kemudian dibandingkan dengan rencana tahunan dan


32

standar pelayanan. Sumber data yang digunakan dalam penilaian

yaitu sumber data primer yang diperoleh dari Sistem Informasi

Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dan sumber data sekunder dari

hasil pemantauan bulanan dan triwulan, dan data lain yang

dikumpulkan secara khusus.

2) Penyusunan saran untuk meningkatkan output penyelenggaraan

kegiatan yang sesuai dengan pencapaian serta analisis masalah dan

hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun berikutnya.

3) Melaporkan hasil kegiatan kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota pada akhir tahun berjalan.

b. Manajemen keuangan

Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128 Tahun 2004,

penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat perlu ditunjang dengan tersedianya

pembiayaan yang cukup. Sumber pendanaan puskesmas berasal dari

pemerintah daerah yang ditentukan dalam anggaran pembangunan

dan biaya operasional kesehatan. Pendapatan puskesmas sebagian

besar disetorkan ke kas daerah, sehingga biaya operasional kegiatan

puskesmas didapatkan dengan pengajuan ke pemerintah daerah.

Puskesmas juga mendapatkan dana tambahan dari sumber lain

seperti asuransi.

Menurut Peraturan Mendagri Nomor 61 Tahun 2007,

puskesmas menjadi bagian dari Badan Layanan Umum Daerah

(BLUD) sehingga dapat mengelola keuangannya sendiri. BLUD


33

dibentuk untuk membantu pencapaian tujuan pemerintah daerah dan

beroperasi sebagai perangkat kerja pemerintah daerah dengan tujuan

pemberian layanan umum secara efektif dan efisien, yang

pengelolaannya dilakukan berdasarkan kewenangan yang

didelegasikan oleh kepala daerah. Permenkes Nomor 44 Tahun 2016

dan Peraturan Mendagri Nomor 61 Tahun 2007 menjelaskan bahwa

BLUD menyelenggarakan pelayanan umum kesehatan dengan cara

penyediaan barang atau jasa layanan umum, pengelolaan dana

khusus dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Sistem BLUD diharapkan mampu meningkatkan

pelayanan di puskesmas karena dengan adanya sistem BLUD,

puskesmas memiliki fleksibilitas untuk mengelola pendapatan dan

biaya serta pengadaan barang dan jasa.

c. Manajemen farmasi

Berdasarkan Permenkes Nomor 30 Tahun 2014, manajemen

farmasi bertujuan untuk menjamin ketersediaan obat dan perbekalan

kesehatan dalam pelayanan kesehatan di puskesmas.Standar

pelayanan farmasi di puskesmas meliputi standar pengelolaan obat

dan bahan medis habis pakai, serta pelayanan farmasi klinik.

Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan

cara perencanaan kebutuhan, permintaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan, pelaporan,

pengarsipan, pematauan, dan evaluasi pengelolaan. Sementara itu,

pelaksanaan pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian resep,


34

penyerahan obat, pemberian informasi, pelayanan informasi obat,

konseling, visit pasien untuk pelayanan rawat inap, pemantauan,

pelaporan efek samping obat, pemantauan terapi obat, dan evaluasi

penggunaan obat.

d. Manajemen sumber daya manusia

Berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014, sumber

daya manusia di puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga

non kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non

kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja dengan

mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan,

jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja,

luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan

tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu

kerja.

e. Manajemen sarana dan prasarana

Berdasarkan Peraturan Mendagri Nomor 61 Tahun 2007,

puskesmas yang sudah menganut sistem BLUD, pengadaan sarana

dan prasarana sebagai investasi dapat dilakukan secara mandiri oleh

pihak puskesmas.Pengajuan pengadaan sarana dan prasarana alat

kesehatan dapat dimasukkan ke dalam Rencana Bisnis Anggaran

(RBA).Anggaran yang digunakan untuk belanja modal investasi

berupa pengadaan sarana dan prasarana harus disesuaikan dengan

Rancangan Bisnis Anggaran (RBA) yang nantinya dapat

dipertanggungjawabkan. Pendanaan pemeliharaan sarana prasarana


35

yang mengalami kerusakan juga dapat diajukan dalam RBA.

Rencana pengadaan sarana dan prasarana di puskesmas tiap

tahunnya disusun sesuai dengan kebutuhan puskesmas.

f. Sistem manajemen informasi puskesmas

Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128 Tahun 2004, Sistem

Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) merupakan suatu

tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses

pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen

puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya. Setiap puskesmas

wajib melakukan kegiatan sistem informasi puskesmas yang paling

sedikit mencakup pencatatan dan pelaporan kegiatan puskesmas dan

jaringannya, survei lapangan, laporan lintas sektor terkait, dan

laporan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.

Puskesmas memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan

kegiatan puskesmas secara berkala kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2011),

SIMPUS adalah sistem informasi yang terintegrasi dan terpadu dalam

sistem informasi kesehatan daerah dan nasional.Tujuan pembentukan

SIMPUS yaitu.

1) Tujuan umum

Meningkatkan kualitas manajemen puskesmas yang lebih

berhasil guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara

optimal data Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu


36

Puskesmas (SP2TP) maupun informasi lainnya yang menunjang

kegiatan pelayanan.

2) Tujuan khusus

a) Sebagai pedoman penyusunan Perencanaan Tingkat

Puskesmas (PTP) dan pelaksanaan kegiatan pokok

puskesmas melalui loka karya mini.

b) Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

pelayanan puskesmas.

C. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

Menurut UU Nomor 23 tahun 2014 pasal 346 Badan layanan umum

daerah (BLUD) adalah sistem yang diterapkan oleh satuan perangkat daerah

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai

fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari

ketentuan pengelolaan daerah pada umumnya, sedangkan menurut

permendagri No 61 tahun 2007 pasal 1 menyebutkan bahwa Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD) adalah satuan kerja perangkat daerah untuk unit kerja

pada satuan kerja perangkat daerah di lingkungan pemerintah daerah yang

dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan

barang dan jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan

dalam melakukan kegiatan didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktifitas.

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 71 tahun 2016 dalam melakukan

kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. BLUD

memberikan layanan kepada masyarakat dengan jenis quasi public goods yang
37

berarti biaya operasional pelayanan berasal dari APBD dan hasil jasa layanan

yang diberikan dan bersifat tidak mencari keuntungan semata.

Menurut Permendagri 79 tahun 2018, tujuan dan Asas BLUD adalah

sebagai berikut:

1. Tanggung jawab pejabat pengelola BLUD atas pelaksanaan

pemberian layanan umum

2. Tanggung jawab kepala daerah atas kebijakan penyelenggaraan

umum

3. BLUD memberikan pelayanan umum secara lebih efektif, efisien,

ekonomis, transparan, dan bertanggungjawab dengan mperhatikan

asas keadilan, kepatutan dan manfaat sejalan dengan praktek bisnis

yang sehat, yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan kewenangan

yang di didelegasikan oleh kepala daerah.

4. Membantu pencapaian tujuan pemerintah daerah dengan status hukum

tidak terpisah dari pemerintah daerah.

5. BLUD diberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangannya.

6. Pengelolaan keuangan BLUD merupakan bagian dari pengelolaan

keuangan daerah.

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dibentuk untuk meningkatkan

pelayanan dan efisiensi anggaran sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum Daerah. Lembaga yang berstatus BLUD diberikan Pola

Pengelolaan Keuangan (PPK) yang fleksibel, yaitu berupa keleluasaan untuk

menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan


38

kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan

pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. Berikut ini merupakan makna

dari pengertian BLUD (Permenkes RI No. 71 Tahun 2016):

1. BLUD merupakan perangkat daerah, mempunyai pengertian bahwa

BLUD asetnya merupakan aset daerah yang tidak dipisahkan

2. Perangkat daerah yang dapat menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan

BLUD adalah SKPD (sebagai Pengguna Anggaran) atau Unit Kerja pada

SKPD (sebagai Kuasa Pengguna Anggaran)

3. Memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang

dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan,

mempunyai pengertian bahwa SKPD atau Unit Kerja tersebut memberi

pelayanan langsung kepada masyarakat dan tidak semata-mata mencari

keuntungan

4. Kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas,

mempunyai arti bahwa BLUD dterapkan dalam rangka efisiensi anggaran

dan peningkatan pelayanan pada masyarakat

Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-

BLUD) harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditetapkan dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri. Pemerintah Daerah harus selektif dan

obyektif dalam menetapkan SKPD atau Unit Kerja untuk menerapkan PPK-

BLUD, sehingga tidak semua SKPD atau Unit Kerja yang memberikan

pelayanan pada masyarakat dapat menerapkan PPK-BLUD. Berikut ini


39

merupakan syarat SKPD atau unit kerja dapat menerapkan PPK-BLUD

(Permenkes RI No. 71 Tahun 2016):

1. Persyaratan Substansif

Berikut ini merupakan bentuk pelayanan sesuai dengan tugas dan

fungsi SKPD atau Unit Kerja yang menjadi syarat substansif, yaitu

(Permenkes RI No. 71 Tahun 2016):

a. Penyediaan barang dan jasa, misalnya penyediaan layanan dalam

bidang kesehatan (Rumah Sakit Daerah, Puskesmas, dan

Laboratorium), pendidikan, transportasi (terminal, jasa

penyeberangan, jasa transportasi), pariwisata (pengelolaan wisata

daerah), perdagangan (pasar tradisional), kebersihan (pengelolaan

sampah, limbah), penyediaan bibit/pupuk, dan lain-lain.

b. Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu yang bertujuan untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum,

misalnya pengelolaan kawasan ekonomi di suatu wilayah.

c. Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi

dan/atau pelayanan kepada masyarakat, melalui pengelolaan dana

bergulir dan pengelolaan dana perumahan.

2. Persyaratan Teknis

Persyaratan teknis dapat terpenuhi jika SKPD atau Unit Kerja

memiliki kinerja pelayanan di bidang tugas dan fungsi yang layak dikelola

dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLUD, selain itu memiliki

kinerja keuangan SKPD atau Unit Kerja yang sehat.


40

3. Persyaratan Administratif

Syarat administratif SKPD atau Unit Kerja dapat melaksanakan

PPK-BLUD yaitu jika dapat menyampaikan beberapa dokumen sebagai

berikut:

a. Surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja

pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat

b. Pola tata kelola

c. Rencana strategis bisnis

d. Standar pelayanan minimal

e. Laporan keuangan pokok atau prognosa/proyeksi laporan keuangan

f. Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara

independen

Puskesmas yang telah menjadi BLUD harus menggunakan standar

pelayanan minimum yang telah ditetapkan oleh Menteri/ Pimpinan Lembaga/

Gubernur/ Bupati/ Walikota sesuai dengan kewenangannya. Selain itu, harus

mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanaan,

biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Standar pelayanan

minimal Puskesmas ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan Peraturan Kepala

Daerah yang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Peraturan Mendagri

No. 61 Tahun 2007):

1. Fokus pada jenis pelayanan yaitu mengutamakan kegiatan pelayanan yang

menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLUD

2. Terukur yaitu pencapaian kegiatan dapat dinilai dengan standar yang telah

ditetapkan
41

3. Dapat dicapai yaitu kegiatan nyata yang dapat dihitung tingkat

pencapainnya, rasional sesuai kemampuan, dan tingkat pemanfaatannya

4. Relevan dan dapat diandalkan yaitu kegiatan yang sejalan, berkaitan, dan

dapat dipercaya untuk menujang tugas dan fungsi BLUD

5. Tepat waktu yaitu kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah

ditetapkan

Terdapat beberapa perbedaan sistem pengelolaan keuangan yang

dilakukan oleh puskesmas, bergantung pada status Puskesmas. Puskesmas

yang berstatus PPK-Non BLUD melakukan pengelolaan keuangan dengan

ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya, yaitu seluruh

pendapatan yang diperoleh Puskesmas disetorkan ke kas daerah kemudian

dialokasikan kembali ke Puskesmas sebagai bagian dari rencana kerja yang

diusulkan SKPD. Alokasi dana yang diterima Puskesmas dapat tidak sesuai

dengan skala prioritas yang telah direncanakan oleh Puskesmas yang

bersangkutan. Puskesmas yang berstatus PPK-BLUD dapat melakukan

pengelolaan keuangan yang lebih fleksibel, yaitu Puskesmas memiliki

keleluasan untuk menerapkan praktik bisnis yang sehat untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, Puskesmas memiliki kesempatan

untuk mempekerjakan tenaga profesional non PNS dan imbalan jasanya kepada

pegawai sesuai dengan kontribusinya (Peraturan Mendagri No. 61, 2007).

Puskesmas yang berstatus PPK-BLUD dapat memungut biaya kepada

masyarakat atas barang dan/atau jasa pelayanan yang telah diberikan. Biaya

yang ditarik keada masyarakat ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun

berdasarkan perhitungan biaya perunit layanan atau hasil per investasi dana.
42

Tarif layanan disusun oleh Puskesmas kepada Menteri Keuangan/ Menteri

Kesehatan, Kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya. Tarif layanan

disusun dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain kontinuitas dan

pengembangan layanan, daya beli masyarakat, asas keadilan, serta kepatutan

dan kompetisi yang sehat. Selanjutnya tarif yang telah disusun tersebut

ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah (Peraturan Mendagri No. 61,

2007).

Puskesmas sebagai BLUD berpeluang untuk meningkatkan

pelayanannya ke masyarakat. Puskesmas akan mengelola sendiri keuangannya,

tanpa memiliki ketergantungan operasional ke pemerintah daerah. Puskesmas

dengan status BLUD seperti yang tertuang dalam Pemendagri No 61/2007

tentang pedoman teknik pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah,

layanan kesehatan diberikan keleluasaan dalam konteks mengelola baik dari

sisi Sumber Daya Manusia (SDM) hingga penganggaran. Melalui konsep pola

keuangan BLUD ini, puskesmas diharapkan dapat meningkatkan

profesionalisme, mendorong enteupeneuresip, transparansi, dan akuntabilitas

dalam rangka pelayanan publik, sesuai dengan tiga pilar yang diharapkan dari

pelaksanaan Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) BLUD ini, yaitu

mempromosikan peningkatan kinerja pelayanan publik, fleksibilitas

pengelolaan keuangan dan tata kelola yang baik.

D. Badan Operasional Kesehatan

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan Pemerintah

Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk percepatan pencapaian target

prioritas nasional khususnya Millennium Development Goals (MDGs)


43

bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan

jaringannya serta Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM lainnya dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan

preventif (Kemenkes, 2015).

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah dana Anggaran dan

Pendapatan Belanja Negara (APBN) Kementerian Kesehatan dan

merupakan bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang

disalurkan melalui mekanisme tugas pembantuan untuk percepatan

pencapaian target program kesehatan prioritas nasional khususnya MDGs

bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan

jaringannya, serta UKBM khususnya Poskesdes/Polindes, Posyandu, Usaha

Kesehatan Sekolah (UKS) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan

yang bersifat promotif dan preventif (Kemenkes, 2015).

Berikut ini merupakan tujuan yang dimiliki BOK (Permenkes RI

No. 71 Tahun 2016):

1. Umum

Meningkatnya akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat

utamanya kegiatan promotif dan preventif untuk mewujudkan pelayanan

kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan

dengan fokus pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs)

pada tahun 2015.

2. Khusus

a. Meningkatnya cakupan Puskesmas dalam pelayanan yang ber-sifat

promotif dan preventif


44

b. Tersedianya dukungan biaya untuk upaya pelayanan kesehatan yang

bersifat promotif dan preventif bagi masyarakat

c. Terselenggaranya proses lokakarya mini di Puskesmas dalam

perencanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) utamanya digunakan untuk

kegiatan upaya kesehatan yang bersifat promotif dan prefentif di puskesmas

dan jaringannya termasuk Posyandu dan Poskesdes, dalam rangka membantu

pencapaian target SPM Bidang Kesehatan di kabupaten/kota guna

mempercepat pencapaian target MDGs. Selain itu dana BOK juga dialokasikan

untuk mendukung pelaksanaan manajemen BOK di Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Berikut ini merupakan ruang lingkup kegiatan BOK, yaitu:

1. Upaya kesehatan di Puskesmas, meliputi kesehatan ibu dan anak serta

keluarga berencana, imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi

kesehatan, kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit.

2. Penunjang pelayanan kesehatan, pembelian bahan kontak, orientasi kader

kesehatan, rapat koordinasi dengan lintas sektor/ tokoh masyarakat/ tokoh

agama/ kader kesehatan, operasional Posyandu dan Poskesdes.

3. Penyelenggaraan manajemen Puskesmas

a. Perencanaan tingkat Puskesmas berupa penyusunan rencana kegiatan

secara terpadu dengan mengintegrasikan berbagai sumber dana yang

ada

b. Lokakarya mini Puskesmas berupa kegiatan penyusunan rencana aksi

bulanan (POA bulanan) termasuk kegiatan yang dibiayai dari BOK.


45

c. Evaluasi berupa kegiatan penilaian program dan kegiatan Puskesmas

dalam kurun waktu satu tahun dari yang direncanakan.

4. Pemeliharaan Ringan

Berikut ini merupakan kegiatan yang tidak dapat dibiayai oleh BOK,

antara lain:

1. Upaya kuratif dan rehabilitatif

2. Gaji, uang lembur dan insentif

3. Pemeliharaan gedung baik sedang dan berat

4. Pemeliharaan kendaraan

5. Biaya listrik, telepon dan air

6. Pengadaan obat, vaksin dan alat kesehatan

7. Biaya konsumsi untuk penyuluhan

8. Pencetakan

9. ATK dan penggandaan untuk kegiatan rutin Puskesmas

E. Analisis SWOT

Analisis swot adalah suatu bentuk analisis situasi dengan

mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan

(Strengths) dan kelemahan-kelemahan (Weaknesses) suatu organisasi dan

kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-ancaman (Threats)

dari lingkungan sekitar untuk merumuskan strategi yang tepat bagi organisasi.

Hal ini melibatkan penentuan tujuan organisasi dan mengidentifikasi faktor-

faktor internal serta eksternal yang baik dan menguntungkan untuk mencapai

tujuan itu. Metode SWOT ini dibuat oleh Albert Humphrey tahun 1960-1970

di Universitas Stanford dengan menggunakan data dari berbagai perusahaan.


46

Analisis SWOT dibuat berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan peluang

namun secara bersamaan dapat meminimalkan kekurangan dan ancaman.

Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal dan faktor internal

organisasi (Rangkuti, 2006). Analisis SWOT adalah metode perencanaan

strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan

(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu

spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT

(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan

penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan

mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak

dalam mencapai tujuan tersebut (David, 2006).

1. Kekuatan (Strengths)

Segala hal yang dibutuhkan pada kondisi yang sifatnya internal

organisasi agar supaya kegiatan-kegiatan organisasi berjalan maksimal.

Contohnya: kekuatan keuangan, motivasi anggota yang kuat, nama baik

organisasi terkenal, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih,

anggota yang pekerja keras, memiliki jaringan organisasi yang luas, dan

lainnya.

2. Kelemahan (Weaknesses)

Weaknesses merupakan cara untuk menganalisis kelemahan yang

ada dalam sebuah perusahaan ataupun organisasi. Kelemahan tersebut

dapat menjadi kendala yang serius dalam kemajuan suatu perusahaan atau

organisasi. Pemasaran perusahaan tersebut kurang baik, maka perusahaan

harus meneliti kekurangan-kekurangan yang di miliki yang berhubungan


47

dengan sektor pemasaran agar nantinya permasalahan tersebut tidak

membuat perusahaan menjadi kalah saing dan mudur di bandingkan

perusahaan lainnya (Rangkuti, 2006).

3. Peluang (Opportunities)

. Opportunity merupakan ananlisis yang digunakan untuk mencari

peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu perusahaan ataupun

organisasi bisa berkembang. Opportunity tidak hanya berupa kebijakan

atau peluang dalam hal mendapatkan modal berupa uang, akan tetapi bisa

juga berupa respon masyarakat atau isu yang sedang diangkat (Rangkuti,

2006).

4. Ancaman (Threats)

Threats merupakan cara menganalisis tantangan atau ancaman yang

harus dihadapi oleh suatu perusahaan ataupun organisasi dalam

menghadapi berbagai macam faktor lingkungan yang tidak

menguntungkan. Yang mana ancaman tersebut dapat menyebabkan

kemunduran suatu perusahaan. Jika tidak segera di atasi, maka ancaman

tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu usaha yang yang akan

dijalankan (Rangkuti, 2006).


48

Gambar 2.1. Diagram Swot


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan penelitian

observasional yang dilakukan dengan pengamatan langsung dan wawancara

dengan narasumber. Hasil yang didapat yaitu data deskriptif berupa kalimat

tertulis maupun lisan dari hasil wawancara dengan narasumber dan berbagai

perilaku yang dapat diamati. Metode penelitian yang dilakukan yaitu

menggunakan metode wawancara terhadap narasumber yang terdapat di setiap

bidang di Puskesmas II Sumpiuh

B. Lokasi Penelitian

Observasi dan wawancara dilakukan di Puskesmas II Sumpiuh,

Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.

C. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan dimulai sejak tanggal 12 November sampai dengan

10 Desember 2018.

D. Sumber Data

Sumber data pada laporan ini diperoleh dari.

1. Data primer

Data primer diperoleh dari wawancara secara langsung dengan

kepala puskesmas, Kasubag Tata Usaha dan para staff puskesmas yang

berkaitan.

49
50

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari arsip puskesmas yaitu buku profil

kesehatan Puskesmas II Sumpiuh tahun 2017, Plan Of Action (POA),

Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) dan Perencanaan Tingkat puskesmas

Tahun 2016.

E. Cara Pengumpulan Data

1. Dokumen

Mencari dan mengumpulkan sumber data sekunder melalui

dokumen seperti buku profil kesehatan Puskesmas II Sumpiuh tahun 2017,

Plan Of Action (POA), Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) dan

Perencanaan Tingkat puskesmas Tahun 2016.

2. Wawancara

Mengumpulkan data primer dengan melakukan wawancara secara

langsung kepada narasumber yang terdapat di puskesmas mengenai

manajemen puskesmas.

3. Observasi langsung

Observasi langsung untuk mengumpulkan data dilakukan dengan

cara melakukan telaah dan pencatatan manajemen puskesmas.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk membantu observasi ini adalah sebagai

berikut.

1. Panduan wawancara berupa pertanyaan yang diajukan kepada narasumber

2. Alat perekam suara berupa telepon genggam


51

3. Buku catatan

4. Alat tulis

5. Kamera

6. Komputer atau laptop

7. Printer

5. Metode Analisis

Metode analisis penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimana

data-data yang diperoleh dari wawancara, dokumentasi, dan observasi

diuraikan, disusun, kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan.Tahap analisis

data bertujuan untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah

dibaca dan diinterpretasikan.


52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Gambaran Umum Puskesmas II Sumpiuh

Puskesmas II Sumpiuh terletak di Jalan Raya Sumpiuh Timur, Kelurahan

Kradenan, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas. Wilayah kerja

Puskesmas II Sumpiuh meliputi 2 kelurahan dan 5 desa, yaitu Kelurahan

Sumpiuh, Kelurahan Kradenan, Desa Selandaka, Desa Nusadadi, Desa

Selanegara, Desa Bogangin dan Desa Banjarpanepen. Wilayah kerja

Puskesmas II Sumpiuh berada di daerah pegunungan pada bagian utara yang

merupakan daerah rawan longsor serta daerah dataran rendah pada bagian

selatan yang merupakan daerah rawan banjir.

Gambar 4.1. Peta wilayah kerja Puskesmas II Sumpiuh


53

Luas wilayah kerja Puskesmas II Sumpiuh yaitu 33,2 km2, dengan wilayah

kerja yang paling luas yaitu Desa Banjarpanepen sebesar 15,8 km2 dan

wilayah kerja yang paling sempit yaitu Kelurahan Kradenan dengan luas

wilayah hanya sebesar 1,6 km2. Berikut ini merupakan batas-batas wilayah

kerja Puskesmas II Sumpiuh:

a. Bagian utara, yaitu Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas.

b. Bagian Timur, yaitu Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas.

c. Bagian Selatan, yaitu Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap.

d. Bagian Barat, yaitu wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh.

Wilayah kerja Puskesmas II Sumpiuh secara administratif memiliki 30

RW yang berada di 2 kelurahan dan 5 desa. Jumlah penduduk di wilayah kerja

Puskesmas II Sumpiuh pada tahun 2017 sejumlah 35.094, dengan jumlah

penduduk laki-laki sebesar 17.884 jiwa dan perempuan sebesar 17.280 jiwa.

Jumlah rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas II Sumpiuh sebesar 8.188

KK, tingkat kepadatan penduduk 869 jiwa/km2, rasio jenis kelamin laki-laki

per perempuan sebesar 100,58, serta rata-rata jumlah jiwa per KK (family

size) yaitu sebesar 3,46 jiwa/KK.

Wilayah kerja Puskesmas II Sumpiuh pada tahun 2017 memiliki struktur

penduduk yang tergolong produktif. Hal tersebut dapat diartikan bahwa

proporsi penduduk usia 15-64 tahun memiliki nilai terbesar yaitu 43%. Angka

beban ketergantungan yaitu rasio jumlah penduduk usia produktif (15-64

tahun) dengan jumlah penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan > 65

tahun) sebesar 41%. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa 100 penduduk

usia produktif menanggung sekitar 41 orang penduduk usia tidak produktif.


54

>65 thn 0-4 thn


7% 9%
5-14 thn
45-64 thn 15%
26%

15-44 thn
43%

Grafik 4.1. Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh Menurut


Golongan Umur Tahun 2016

Puskesmas II Sumpiuh memiliki visi dan misi sebagai berikut:

a. Visi

Pelayanan Kesehatan Dasar Paripurna Menuju Masyarakat Sehat

Mandiri

b. Misi

Puskesmas II Sumpiuh menetapkan beberapa Misi Puskesmas untuk

mendukung tercapainya Visi Puskesmas yang telah ditetapkan, yaitu:

1) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

2) Meningkatkan kinerja dan mutu kesehatabn

3) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia

4) Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral

5) Meningkatkan tertib administrasi dan keuangan


55

Puskesmas II Sumpiuh memiliki Filosofi atau Budaya Mutu serta Tata

Nilai Dasar untuk menunjang tercapainya Visi dan Misi Puskesmas,

sebagai berikut:

a. Filosofi atau Budaya Mutu

Puskesmas II Supmiuh memiliki Filosofi atau Budaya Mutu yang

disingkat menjadi CEMARRA dengan rincian sebagai berikut:

1) Cepat

2) Cermat

3) Ramah

4) Rapih

5) Akuntabilitas

b. Tata Nilai

1) Kejujuran

2) Keterbukaan

3) Kesediaan melayani

4) Kerja keras

5) Kerja cerdas

6) Kasih sayang

7) Kesetiaan

8) Kerjasama

Puskesmas II Sumpiuh memiliki karyawan sebanyak 43 orang,

dengan rincian sebagai berikut:

a. Tenaga medis Dokter Umum di Sarana Kesehatan sebanyak 2 orang

dengan Rasio masing-masing dokter yaitu 7,09/100.000 penduduk.


56

b. Tenaga medis Dokter Gigi di Sarana Kesehatan sebanyak 1 orang

dengan Rasio dokter sebesar 3,54/100.000 penduduk.

c. Tenaga keperawatan di Puskesmas II Sumpiuh sebanyak 7 orang

dengan Rasio 24,81/100.000 penduduk.

d. Tenaga bidan di Puskesmas II Sumpiuh sebanyak 14 orang dengan

Rasio sebesar 49,63/100.000 penduduk

e. Tenaga kefarmasian yang terdapat di Puskesmas II Sumpiuh sebanyak

1 orang dengan Rasio 3,54/100.000 penduduk.

f. Tenaga Kesmas yang terdapat di Puskesmas II Sumpiuh sebanyak 2

orang dengan Rasio 7,08/100.000 penduduk.

g. Tenaga sanitarian yang terdapat di Puskesmas II Sumpiuh sebanyak 2

orang dengan Rasio 7,08/100.000 penduduk.

h. Tenaga gizi yang terdapat di Puskesmas II Sumpiuh sebanyak 1 orang

dengan Rasio 3,54/100.000 penduduk.

i. Tenaga analis laboratorium di Puskesmas II Sumpiuh sebanyak 1

orang dengan Rasio sebesar 3,54/100.000.

2. Situasi Derajat Kesehatan

Keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu unit kesehatan diperlukan

sebuah indikator, ada dua indikator yang digunakan yaitu Indikator Indonesia

Sehat dan Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

Melalui kedua indikator tersebut kita dapat menilai program kesehatan yang

dilaksanakan selama 1 tahun berjalan dengan baik atau tidak. Indikator kinerja

Standar Pelayanan Minimal mengacu pada Surat Keputusan Gubernur jawa

Tengah No. 71 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang


57

Kesehatan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Data yang menyangkut derajat

kesehatan pada tahun 2014 dinyatakan dengan angka kematian bayi, angka

kematian balita, angka kematian ibu maternal, status gizi, angka kesakitan dan

angka kematian kasar adalah sebagai berikut:

a. Angka kematian (Mortalitas)

1) Angka Kematian Bayi per-1.000 Kelahiran Hidup

Data PWS KIA Puskesmas II Sumpiuh menyebutkan jumlah

kelahiran pada tahun 2017 sebanyak 485. Tahun 2017 tidak ada bayi

lahir mati, Jumlah tersebut turun bila dibandingkan tahun 2016.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Wilayah Kerja Puskesmas II

Sumpiuh tahun 2016 adalah 6/1.000 kelahiran hidup. Jika

dibandingkan dengan Indikator Indonesia Sehat terhitung masih

dibawah indikator (IIS 2010 = 40/1.000 kelahiran bayi). Situasi

derajat kesehatan ini harus dipertahankan dan dtingkatkan dii tahun

yang akan datang.

2) Angka Kematian Balita per-1.000 Kelahiran Hidup

Data PWS KIA Puskesmas II Sumpiuh menyebutkan jumlah

kematian balita tahun 2017 sebanyak 3 kasus, Jumlah tersebut turun

dibandingkan dengan tahun 2016. Menurut Indikator Indonesia

Sehat 2010 angka tersebut dibawah indikator kesehatan yaitu sebesar

58/1.000 kelahiran hidup, sedangkan Puskesmas II Sumpiuh 6/1.000

kelahiran hidup.
58

3) Jumlah kematian Ibu

Data PWS KIA Puskesmas II Sumpiuh Tahun 2017 jumlah ibu

bersalin sebanyak 485 orang, tahun 2017 terdapat 1 kasus kematian

ibu bersalin. Kematian ibu yang terjadi di tahun 2017 yaitu di Desa

Bogangin.

b. Angka kesakitan (Morbiditas)

1) Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit “Acute

Flaccid Paralysis” (AFP) per-100.000 Penduduk<15 tahun

(MDG)

Tahun 2017 tidak ditemukan kasus AFP di Wilayah Kerja

Puskesmas II Sumpiuh.

2) Prevalensi Tuberkulosis (MDG)

Tahun 2017 jumlah kasus TB Paru (+) kasus baru sebanyak 18

kasus. Dibandingkan dengan tahun 2016 maka terdapat penurunan

jumlah dari 21 kasus. Prevalensi TBC sebanyak 63,59/100.000

penduduk. Angka Kematian Penderita TB pada tahun 2017 tidak

ditemukan.

3) Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+

Penemuan kasus TB baru sebanyak 15 penderita dari jumlah

target 39 penderita dengan nilai (Case Notification Rate) CNR

63,59%. Target SPM CNR TB >70% sehingga Puskesmas II

Sumpiuh tahun 2016 belum memenuhi target.


59

4) Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+

Angka kesembuhan penderita BTA+ yaitu 60%, sedangkan

angka pengobatan lengkap BTA+ 13,33%, sehingga total angka

keberhasilan pengobatan BTA+ sebesar 73,33%. Nilai tersebut

belum menunjukan capaian target SPM yaitu sebesar >85%.

5) Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani

Jumlah balita dengan Pneumonia yang ditemukan dan ditangani

Puskesmas II Sumpiuh yaitu sebanyak 257 kasus atau sebesar

57,15%. Target (perkiraan kasus) yang seharusnya dicapai yaitu

sebanyak 450 kasus.

6) Persentase Infeksi Menular Seksual Diobati

Di wilayah kerja Puskesmas II Sumpiuh tidak ditemukan kasus

Infeksi Menular Seksual pada tahun 2017.

7) Persentase HIV/AIDS Ditangani

Di wilayah kerja Puskesmas II Sumpiuh pada tahun 2017 tidak

ditemukan kasus HIV/AIDS.

8) Kasus Diare Ditangani

Perkiraan jumlah kasus diare pada tahun 2017 di Puskesmas II

Sumpiuh sebanyak 606 kasus. Jumlah kasus diare yang ditangani

yaitu sebanyak 528 kasus (87,2%).

9) Prevalensi Kusta

Tidak terdapat kasus Kusta yang ditemukan dan dilakukan

pengobatan di Puskesmas II Sumpiuh Tahun 2017, NCDR kusta

0/100.000 penduduk.
60

10) Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan

Imunisasi (PD3I)

Penyakit yang termasuk PD3I yaitu Difteri, Pertusis, Tetanus,

Tetanus Neonatorum, Campak , Polio dan Hepatitis B. Tahun

2017 ditemukan kasus campak sebanyak 14 kasus.

11) Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per-

100.000 Penduduk

Tahun 2017 terdapat kasus DBD yaitu 16 kasus DBD atau

sebesar 56,7/100.000 penduduk di Puskesmas II Sumpiuh.

12) Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Tahun 2017 tidak ditemukan kematian akibat DBD, dengan

demikian angka kematian DBD (CFR) tahun 2017 yaitu 0.

13) Angka Kesakitan Malaria per-1.000 Penduduk

Tahun 2017 angka kesakitan malaria sebanyak 3 kasus.

Penderita malaria tersebut medapatkan pengobatan malaria sesuai

dengan jenis plasmodiumnya berdasarkan standar pengobatan

yang telah ditetapkan. Target Indonesia Sehat yaitu sebesar

0,5/1.000 penduduk, angka kesakitan malaria di wilayah kerja

Puskesmas Sumpiuh II masih dibawah target dengan nilai API

0,3/1.000 penduduk.

14) Angka Kematian Malaria

Angka kematian Malaria (CFR) tahun 2017 di Puskesmas II

Sumpiuh adalah 0 (nol).

15) Kasus Penyakit Filariasis Ditangani


61

Tahun 2017 di Puskesmas II Sumpiuh tidak terdapat kasus

filariasis.

c. Status Gizi

1) Persentasi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Tahun 2017 terdapat 485 kelahiran terdapat 43 bayi (8,9%) dengan

BBLR.

2) Persentase Baduta dengan Gizi Kurang

Jumlah baduta yang ditimbang di Wilayah Kerja Puskesmas II

Sumpiuh sebanyak 970 baduta, jumlah Baduta gizi kurang berjumlah

3 baduta (0.4%). Jumlah baduta laki-laki yang gizi kurang 1 baduta

(0,3%) sedangkan baduta perempuan yang gizi kurang 2 baduta

(0,5%).

3) Persentase Balita dengan Gizi Kurang

Jumlah balita yang ditimbang di Wilayah Kerja Puskesmas II

Sumpiuh sebanyak 989 balita, jumlah Balita gizi kurang berjumlah 10

balita (1%). Jumlah balita laki-laki yang gizi kurang 5 balita (1%)

sedangkan balita perempuan yang gizi kurang 5 balita (1%).

4) Persentase Balita dengan Gizi Buruk

Tahun 2017 di Wilayah Kerja Puskesmas II sumpiuh terdapat

2 balita gizi buruk dan sudah mendapatkam PMT.

3. Upaya Kesehatan Puskesmas

a. Pelayanan Kesehatan

1) Cakupan Kunjungan Ibu Hamil


62

Kunjungan ibu hamil untuk yang pertama kali (K-1) yaitu

mencapai 607 ibu hamil (97,7%). Angka ini menunjukan tingkat

kesadaran ibu hamil dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan

sangat baik. Sedangkan untuk kunjungan K-4 mencapai 437 jiwa

(70,7%), Standar Pelayanan Minimal (SPM ) tahun 2016 adalah 95%

maka pelayanan K-4 belum mencapai target.

2) Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Persalinan Ibu Hamil di Puskesmas II Sumpiuh tahun 2017 yaitu

sebanyak 485 dan yang ditolong oleh tenaga kesehatan profesional,

yaitu bidan sebanyak 481 ibu bersalin (99,2%) Ibu yang mendapat

pelayanan nifas mencapai 484 jiwa (99,8%). Hasil pencapaian

tersebut belum mencapai target SPM sebesar 100%.

3) Persentase Cakupan Imunisasi TT Ibu Hamil dan Ibu Hamil

Mendapatkan tablet Fe

Cakupan Ibu hamil mendapat Imunisasi TT4 adalah 217 ibu

hamil (34,9%) dan TT5 adalah 306 ibu hamil (49,3%). Jumlah ibu

hamil tahun 2017 sebanyak 621 ibu hamil. Cakupan Ibu hamil

mendapatkan tablet FE (90 tablet) adalah 439 ibu hamil (70,69%).

Target SPM untuk Ibu hamil mendapatkan tablet FE adalah 90%,

dengan demikian cakupan ibu hamil mendapatkan FE di Wilayah

Kerja Puskesmas II Sumpiuh belum memenuhi target.

4) Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani dan Cakupan

Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani


63

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani sebanyak 103

kasus dari 124 kasus komplikasi kebidanan, keseluruhan kasus

tersebut ditangani oleh tenaga kesehatan (82,9%) hal tersebut sudah

memenuhi target SPM yaitu 100%.

5) Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi, Balita dan Ibu Nifas

Jumlah bayi pada tahun 2017 sebanyak 566 bayi dan yang

mendapat Vit.A 1 kali sebanyak 765 bayi (135,16%). Jumlah balita

yang ada tahun 2016 sebanyak 3.732 balita dan balita yang mendapat

kapsul Vit.A 2 kali sebanyak 3.732 balita (100%). Jumlah ibu nifas

yg ada di tahun 2016 sebanyak 484 ibu dan yang mendapatkan Vit.A

sebanyak 99,79%. Standar Pelayanan Minimal untuk pemberian

Vit.A pada bayi, balita dan ibu nifas adalah 100%, hasil capaian

tahun 2016 bayi yang mendapatkan Vit.A sudah memenuhi nilai

SPM yaitu 100%.

6) Pelayanan KB

Jumlah pasangan usia subur (PUS) di Wilayah Puskesmas II

Sumpiuh adalah 6.467 pasang. Persentase Peserta KB Baru tahun

2017 adalah 838 (13%), sedangkan Persentase Peserta KB Aktif

tahun 2017 adalah 4.955 (76,6%). Persentase Peserta KB Aktif

menurut Jenis Kontrasepsi adalah:

a) MKJP : IUD 481 (9,7%), MOP 23 (0,8%), MOW 125

(2,5%), Implan 927 (18,7%)

b) Non MKJP : Suntik 2.263 (45,7%), Pil 833 (16,8%),

Kondom 303 (6,1%)


64

Persentase Peserta KB Baru menurut Jenis Kontrasepsi adalah

pada tahun 2017:

a) MKJP : IUD 61 (7,3%), MOP 0 (0%), MOW 5 (0,6%),

Implan 284 (33,9%)

b) Non MKJP : Suntik 365 (43,6%), Pil 103 (12,3%), Kondom

20 (2,4%)

7) Cakupan Kunjungan Neonatus dan Cakupan Kunjungan Bayi

Jumlah bayi lahir hidup adalah 485 bayi, cakupan Kunjungan

Neonatus 1 kali (KN1) 485 (100%) dan Kunjungan Neonatus 3 kali

(KN lengkap) adalah 494 (101,8%), hal ini sudah memenuhi target

SPM sebesar 90%. Jumlah bayi di Wilayah Kerja Puskesmas II

Sumpiuh adalah 566 bayi, cakupan kunjungan bayi (minimal 4 kali)

untuk bayi laki-laki 258 bayi (90,8%) dan bayi perempuan 219

(78%). Hasil capaian kunjungan bayi belum standar SPM yang

bernilai 90%.

8) Pelayanan Imunisasi

Persentase Cakupan Imunisasi Bayi adalah DPT1+HB1 548 bayi

(97%), DPT3+HB3 548 bayi (97%), Campak 570 bayi (100%), BCG

505 bayi (104,12%), Polio4 547 bayi (96,6%).

9) Persentase Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif dan Cakupan

Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24

Bulan Keluarga Miskin

Persentase Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas II Sumpiuh untuk bayi laki-laki yaitu 33 bayi (17,6%),


65

sedangkan bayi perempuan yaitu 43 bayi (21,4%) dengan rata-rata

cakupan 76 bayi (19,5%).

10) Pelayanan Balita

Jumlah Balita pada tahun 2017 yang berada di Wilayah Kerja

Puskesmas II Sumpiuh yaitu 2.369 balita. Cakupan Pelayanan Anak

Balita adalah 989 balita, cakupan balita yang ditimbang (D/S) adalah

989 bayi (41,7%), cakupan bayi BGM adalah 10 bayi (1,0%).

11) Cakupan Penjaringan dan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan

Setingkat

Jumlah siswa baru di Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh

adalah 572 siswa, cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan

setingkat adalah 572 siswa (100%). Cakupan Pelayanan Kesehatan

Siswa SD dan setingkat diikuti oleh 572 siswa (100%).

12) Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila

Jumlah Usia Lanjut (>60 tahun) di Wilayah Kerja Puskesmas II

Sumpiuh adalah 3.870 orang. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila

di Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh adalah 1.668 orang

(43,10%).

13) Kejadian Luar Biasa

Tahun 2017 di Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh terjadi 3

KLB. KLB DBD (Demam Berdarah Dengue) yang terjadi di

Kabupaten Banyumas yang telah ditetapkan oleh Bupati Banyumas.

Sehingga dilakukan berbagai upaya dalam penanggulangannya

seperti PSN serentak sebagai upaya kewaspadaan dini penyakit


66

DBD. Di wilayah kerja puskesmas 2 Sumpiuh terdapat 8 orang yang

terkena DBD terdiri dari 3 laki-laki dan 5 perempuan. KLB banjir

bandang terjadi di Desa Selandaka dikarenakan hujan deras di

daerah pegunungan dan masih dilakukannya revitalisasi sungai.

Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. KLB banjir terjadi

di 4 desa yaitu, Keluharan Sumpiuh, Kelurahan Kradenan, Desa

Selandaka dan Desa Nusadadi.

14) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Jumlah siswa SD di Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh adalah

3.304 anak, yang mendapat Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

sebanyak 700 (21,2%) dan yang mendapat perawatan 25 anak

(27,2%).

b. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

1) Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas II sumpiuh yaitu

28.210 jiwa, jumlah peserta jaminan kesehatan pra bayar di Wilayah

Kerja Puskesmas II Sumpiuh adalah 16.025 jiwa (41,6%). Cakupan

Pelayanan Kesehatan Dasar Masyarakat Miskin sebesar 14.069 jiwa

(86,7%), sedangkan cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan

Masyarakat Miskin sebesar 1.544 jiwa (9,5%).

2) Cakupan Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, Gangguan Jiwa

Kunjungan Rawat Jalan di Puskesmas II Sumpiuh selama tahun

2017 berjumlah 21.914 jiwa. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di


67

Puskesmas II Sumpiuh berjumlah 65 kasus, yang merupakan pasien

rujukan ke rumah sakit.

c. Perilaku Hidup Masyarakat

Jumlah Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh tahun

2017 adalah 8.090 RT. Jumlah Rumah Tangga yang dipantau Perilaku

Hidup Bersih Sehat (PHBS) tahun 2017 sebanyak 7.820 Rumah Tangga

(71,3%). Persentase Rumah Tangga yang melakukan PHBS adalah 5.572

RT (71,3%). Angka tersebut belum memenuhi target SPM yaitu sebesar

74%.

d. Keadaan Lingkungan

1) Rumah Sehat

Jumlah rumah tahun 2017 yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas

II Sumpiuh sebanyak 8.188 rumah. Jumlah rumah yang memenuhi

syarat tahun 2017 berjumlah 2.704 (33%), jumlah rumah yang dibina

tahun 2017 berjumlah 4.822 (87,93%). Sehingga jumlah Rumah

Sehat 5.155 rumah (62,96%).

2) Sumber Air Minum

Jumlah Keluarga yang diperiksa Sumber Air Bersihnya sebanyak

5.490 (69,1%), Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih

yang digunakan adalah sebagai berikut Sumur Gali (SGL) berjumlah

3.190 KK, Penampungan Air Hujan 4 KK, Mata Air Terlindungi 37

KK dan lain-lain 1 KK.

3) Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar


68

Jumlah sarana jamban sehat di tahun 2017 sebanyak 6.281

dengan jumlah yang memenuhi syarat 6.053. sedangkan jumlah

penduduk pengguna 7.968 orang. Di tahun 2016 ini Desa Selandaka

mendapatkan sertifikat ODF dari Kabupaten Banyumas.

4) Desa Sanitasi Berbasis Masyarakat

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut

sebagai STBM merupakan pendekatan untuk merubah perilaku

hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat. Desa yang

melaksanakan STBM sebanyak dua desa, yaitu Desa Selandaka dan

Desa Nusadadi.

4. Sistem Manajemen Puskesmas II Sumpiuh

Berdasarkan hasil wawanacara dengan Kepala Puskesmas II Sumpiuh dan

pegawai bidang manajemen Puskesmas II Sumpiuh, sistem manajemen yang

digunakan di Puskesmas II Sumpiuh yaitu Perencanaan (P1), Pelaksanaan dan

Pemantauan (P2) serta Pengawasan dan Pertanggungjawaban (P3). Sistem

manajemen ini dipilih untuk merealisasikan program pokok dan

pengembangan Puskesmas secara efektif dan efisien.

a. Manajemen Program

1) Perencanaan (P1)

Program kegiatan yang akan dilakukan Puskesmas II Sumpiuh

selama satu tahun biasanya direncanakan setiap akhir tahun.

Perencanaan program kegiatan diawali dengan analisis masalah

yang telah terjadi satu tahun sebelumnya di wilayah kerja Puskesmas

II Sumpiuh. Setelah itu dilakukan identifikasi masalah dan


69

menentukan prioritas masalah yang dapat berdasarkan evaluasi

kegiatan yang dilakukan tahun sebelumnya, Survey Mawas Diri

(SMD), Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), data capaian

Standar Pelayanan Minimum (SPM) maupun profil puskesmas, serta

kebutuhan dan harapan masyarakat.

Berdasarkan skala prioritas yang didapatkan, masing-masing unit

menyusun rencana kegiatan yang dilakukan dalam satu tahun

kedepan beserta sasaran, tujuan, besaran kegiatan, waktu alokasi

serta kebutuhan biaya kegiatan. Hal tersebut kemudian dicatat dalam

Rencana Usulan Kegiatan (RUK). RUK dapat diajukan oleh

pemegang program dari masing-masing bidang yang disampaikan

dalam rapat koordinasi.

RUK yang telah disusun kemudian dikaji dan diseleksi,

selanjutnya dibuat Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) maupun

Rencana Bisnis Anggaran (RBA). Strategi pelaksanaan kegiatan

selanjutnya dibuat untuk kegiatan-kegiatan yang telah disusun dalam

RBA dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau Plan

of Action (POA).

Siklus manajemen Puskesmas yaitu PDCA (Plan, Do, Check,

Action). Siklus PDCA di Puskesmas II Sumpiuh pada perencanaan

(P1) siklus manajemen yaitu plan yaitu merencanakan program

untuk tahun selanjutnya, perencanaan program diawali dengan

identifikasi dan evaluasi dari program sebelumnya. Do atau proses

nya yaitu dengan menentukan program yang akan dilakukan setelah


70

melewati identifikasi dan evaluasi dari program sebelumnya.

Program yang telah ditentukan akan di catat dalam RUK. Check atau

mengevaluasi, RUK yang telah disusun kemudian dikaji dan

diseleksi. Action yaitu menindaklanjuti RUK yang telah disusun

untuk dibuat Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) maupun Rencana

Bisnis Anggaran (RBA).

2) Pelaksanaan dan Pengendalian (P2)

Pelaksanaan program kegiatan yang telah disusun Puskesmas II

Sumpiuh dilakukan setelah anggaran disahkan. Kegiatan-kegiatan

tersebut dilaksanakan dengan melibatkan seluruh mitra kerja atau

staf yang ada di Puskesmas, serta melibatkan lintas program atau

seksi bagian lain yang berkaitan dengan pelaksanaan program.

Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan dengan melihat standar

operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan dan dilaporkan

dalam rapat bulanan. Pelaksanaan kegiatan di Puskesmas II Sumpiuh

dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:

a) Mengkaji usulan rencana kegiatan berdasarkan RUK dan

anggaran yang telah disusun

b) Menyusun RPK dan rencana serapan anggaran

c) Sosialisasi jadwal kegiatan sesuai dengan rencana dan jadwal

yang telah dibuat

Siklus PDCA manajemen Puskesmas II Sumpiuh untuk tahap

Pelaksanaan dan Pengendalian (P2) yaitu Plan atau perencanaan,

merencanakan kegiatan yang telah disusun sesuai RUK dan


71

menyusun RPK serta rencana serapan anggaran. Do yaitu

mensosialisasikan jadwal kegiatan yang telah direncanakan. Check

yaitu memantau dari hasil sosialisasi jadwal kegiatan yang telah

dibuat dan dicek kembali apakah sudah sesuai dengan standar atau

masih ada kekurangan. Action yaitu melakukan kegiatan sesuai

jadwal yang telah ditentukan.

3) Pengawasan dan Pertanggungjawaban (P3)

Pengawasan dan pertanggungjawaban secara keseluruhan

dilakukan oleh Kepala Puskesmas, sedangkan secara langsung

dilakukan oleh Kepala Subbagian Tata Usaha. Selain itu, pengawasan

dan pertanggungjawaban dapat dilakukan pula oleh bagian Tata

Kelola Puskesmas II Sumpiuh, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

(PPTK), serta pejabat pengadaan barang.

Siklus PDCA yang dilakukan dalam tahap pengawasan dan

pertanggungjawaban di Puskesmas II Sumpiuh yaitu plan,

merencanakan untuk pengawasasan dan pertanggungjawaban setiap

kegiatan yang akan dilakukan. Do yaitu melakukan pengawasan dan

pertanggungjawaban yang dilakukan oleh Kepala Puskesmas dan

dibantu oleh Kepala Subbagian Tata Usaha dan Tata Kelola di

Puskesmas II Sumpiuh, Check yaitu mengevaluasi hasil pengawasan

dan pertanggungjawaban yang dilakukan. Action yaitu

menindaklanjuti hasil evaluasi pengawasan dan penanggungjawaban

yang dilakukan agar kegiatan tahun berikutnya menjadi lebih baik.

b. Manajemen Kefarmasian
72

Manajemen kefarmasian di Puskesmas II Sumpiuh meliputi

perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat. Praktik

manajemen kefarmasian di Puskesmas II Sumpiuh sudah berjalan cukup

baik.

1) Perencanaan (P1)

Perencanaan pengadaan obat Puskesmas II Sumpiuh dilakukan

setiap tiga bulan sekali. Perencanaan pengadaan obat dilakukan

berdasarkan data pemakaian obat periode sebelumnya dan ditambah

15% sebagai cadangan. Hal tersebut dilakukan dengan

mempertimbangkan penyakit dan pemakaian obat pada tahun

sebelumnya.

Siklus PDCA yang dilakukan di Puskesmas II Sumpiuh pada

tahap Perencanaan (P1) yaitu plan, merencanakan pengadaan obat

yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Do yaitu menentukan obat

yang akan diambil sesuai dengan data pemakaian obat diperiode

sebelumnya. Check yaitu mengevaluasi jumlah obat yang akan

diambil dengan menambahkan 15% cadangan obat. Action yaitu

menindaklanjuti obat yang telah ditentukan dan dipertimbangkan

sesuai penyakit dan pemakaian obat pada tahun sebelumnya.

2) Pelaksanaan dan Pengendalian (P2)

Pengadaan obat di Puskesmas II Sumpiuh berasal dari Dinas

Kesehatan Kabupaten. Permintaan obat dilakukan Puskesmas II

Sumpiuh setiap 3 bulan sekali menggunakan Laporan Pemakaian

dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan ditujukan kepada Kepala


73

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Jika obat yang diminta oleh

Puskesmas II Sumpiuh tidak tersedia pada UPKF, maka Puskesmas

dapat melakukan pengadaan sendiri menggunakan dana BLUD.

Obat-obatan baru yang telah diterima selanjutnya dilakukan

pengecekan oleh petugas pengelola obat. Pengecekan obat meliputi

kemasan, jumlah obat, bentuk sediaan obat, jenis obat, serta tanggal

kadaluarsa obat. Obat-obatan yang telah dicek kemudian disimpan

di dalam gudang obat Puskesmas II Sumpiuh. Meskipun bangunan

gudang obat masih belum memenuhi standar, namun penyimpanan

obat dilakukan dengan sangat baik.

Penyimpanan obat dilakukan berdasarkan abjad nama obat dan

jenis sediaan obat yang tersedia. Manajemen penyimpanan obat di

Puskesmas II Sumpiuh dilakukan menggunakan metode first expired

first out (FEFO) yang dalam praktiknya dilakukan dengan

pemasangan label berwarna hijau, kuning dan merah. Label

berwarna hijau dapat diartikan bahwa tanggal kadaluarsa obat masih

lebih dari dua tahun. Label berwarna kuning dapat berarti tanggal

kadaluarsa obat lebih dari satu tahun. Sedangkan label berwarna

merah dapat diartikan bahwa tanggal kadaluarsa obat kurang dari

satu tahun, sehingga obat harus segera didistribusikan.

Distribusi obat dari gudang Puskesmas II Sumpiuh terbagi

menjadi dua yaitu di dalam gedung dan di luar gedung. Distribusi

obat di dalam gedung berguna untuk memenuhi kebutuhan obat di

sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas. Sedangkan


74

distribusi obat di luar gedung dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

obat bagi Puskesmas Pembantu, Posyandu, Pos Kesehatan Desa

(PKD) dan Puskesmas Keliling.

Siklus PDCA pada tahap P2 di Puskesmas II Sumpiuh mengenai

manajemen Kefarmasian yaitu plan, merencanakan penambahan

obat jika obat yang tersedia sudah habis. Do yaitu melakukan

penambahan obat menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar

Permintaan Obat (LPLPO) dan ditujukan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Banyumas. Check yaitu menindaklanjuti ke

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas obatnya tersedia atau tidak.

Action yaitu jika obat tidak tersedia di Dinas Kesehatan Kabupaten

Banyumas maka obat dibeli sendiri diluar menggunakan dana

BLUD.

3) Pengawasan dan Pertanggungjawaban (P3)

Pendataan obat dilakukan secara tertib sebagai bentuk

pengawasan dan pertanggungjawaban yang cukup baik oleh

Puskesmas II Sumpiuh. Pendataan dilakukan dengan melakukan

pencatatan dan pelaporan obat dimulai dari penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, serta penggunaan obat secara tertulis.

Pencatatan dan pelaporan manajemen obat di Puskesmas II Sumpiuh

dilakukan dengan membuat LPLPO.

Siklus PDCA yang dilakukan pada tahap pengawasan dan

pertanggungjawaban (P3) di Puskesmas II Sumpiuh yaitu plan,

melakukan pendataan obat secara tertib dan terperinci mulai dari


75

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, serta penggunaan obat

secara tertulis. Do yaitu menentukan obat yang telah di data. Check

yaitu mengevaluasi dan menindaklanjuti obat yang telah dicatat

untuk dibuat LPLPO. Action yaitu membuat LPLPO sebagai

pelaporan dari obat-obat yang telah dicatat.

c. Manajemen Sarana dan Prasarana

1) Perencanaan (P1)

Perencanaan sarana dan prasarana di Puskesmas II Sumpiuh

dilakukan setiap satu tahun sekali dalam bentuk Rencana Kerja

Anggaran (RKA). Perencanaan dilakukan dengan melakukan

analisis kebutuhan sarana dan prasarana yang tergolong medis

maupun non medis di setiap pergantian tahun anggaran baru.

Siklus PDCA yang dilakukan pada manajemen sarana dan

prasarana di Puskesmas II Sumpiuh yaitu plan, merencanakan

kebutuhan yang diperlukan dalam sarana prasarana medis maupun

non medis. Do yaitu menganalisis dan menentukan kebutuhan yang

diperlukan. Check yaitu menindaklanjuti ulang dari kebutuhan yang

diperlukan baik medis maupun non medis. Action yaitu membuat

Rencana Kerja Anggaran (RKA) yang dilakukan setiap setahun

sekali sebagai perencanaan sarana dan prasarana.

2) Pelaksanaan dan Pengendalian (P2)

Puskesmas II Sumpiuh telah bestatus sebagai PPK-BLUD,

sehingga pelaksanaan pengadaan sarana dan prasarana dapat

dilakukan secara mandiri oleh Puskesmas dengan beberapa


76

ketentuan. Ketentuan tersebut antara lain barang yang dibelanjakan

tidak melebihi nilai standar satuan harga (SSH) tertinggi yang telah

ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Selain itu,

barang-barang yang dapat dibelanjakan secara mandiri oleh

Puskesmas harus kurang dari 20 juta rupiah. Barang-barang yang

memiliki harga lebih dari 20 juta rupiah diadakan dengan melibatkan

Dinas Kesehatan kabupaten Banyumas. Pengadaan sarana dan

prasarana di lingkungan Puskesmas harus dilakukan oleh Pejabat

Pengadaan Barang yang telah tersertifikasi.

Siklus PDCA yang dilakukan di Puskesmas II Sumpiuh pada

manajemen sarana dan prasarana dalam tahap P2 yaitu plan,

merencanakan belanja barang kebutuhan medis dan non medis. Do

yaitu menentukan biaya yang dikeluarkan, biaya yang dikeluarkan

tidak melebihi dana yang telah ditentukan (<20 juta rupiah). Check

yaitu menindaklanjuti hasil belanja barang yang telah dibelikan.

Apabila ada barang yang melebihi dana yang telah ditentukan maka

akan melibatkan Dinas Kesehatan kabupaten Banyumas. Action

yaitu melaporkan dana yang melebihi dana yang telah ditentukan ke

Dinas Kesehatan.

3) Pengawasan dan Pertanggungjawaban (P3)

Penggunaan barang-barang sarana dan prasarana Puskesmas II

Sumpiuh diawasi oleh Bendahara Barang Puskesmas. Manajemen

sarana dan prasarana secara keseluruhan di setiap Puskesmas

diawasi oleh tim BLUD yang dilakukan setahun sekali.


77

Siklus PDCA di Puskesmas II Sumpiuh dalam manajemen sarana

dan prasarana pada tahap P3 yaitu plan, merencanakan untuk

melakukan pengawasan oleh Bendahara Barang Puskemas. Do yaitu

melakukan pengawasan oleh Bendahara Barang Puskesmas,

pengawasan dilakukan terhadap barang yang telah dibeli baik barang

medis maupun non medis. Check yaitu mengevaluasi hasil

pengawasan yang dilakukan. Action yaitu menindaklanjuti dari hasil

pengawasan dan menjadikan catatan kekurangan nya untuk tahun

selanjutnya agar lebih baik.

d. Manajemen Keuangan

Puskesmas II Sumpiuh berstatus sebagai PPK-BLUD sejak tahun

2015. Dengan status tersebut, Puskesmas II Sumpiuh memiliki

fleksibilitas dalam melakukan manajemen keuangan.

1) Perencanaan (P1)

Puskesmas II Sumpiuh sebagai PPK-BLUD memiliki sumber

dana keuangan yang berasal dari dana BLUD, retribusi pelayanan

kesehatan, kapitasi BPJS, dan dana Bantuan Operasional Kesehatan

(BOK). Penggunaan atau penyerapan dana tersebut harus sesuai

dengan rancangan-rancangan yang telah dibuat.

Siklus PDCA manajemen keuangan di Puskesmas II Sumpiuh

pada tahap perencanaan (P1) yaitu plan, merencanakan sumber

keuangan puskesmas. Do yaitu menentukan sumber dana keuangan.

Sumber dana keuangan berasal dari dana BLUD, retribusi pelayanan

kesehatan, kapitasi BPJS, dan dana BOK. Check yaitu mengevaluasi


78

hasil sumber dana keuangan dan menentukan sumber dana keuangan

akan dikeluarkan untuk kegiatan apa saja. Action yaitu

menindaklanjuti sumber dana keuangan Puskesmas sesuai

pengeluarannya.

2) Pelaksanaan dan Pengendalian (P2)

Keuangan Puskesmas II Sumpiuh dikelola dengan cukup jelas

dan tersusun dalam RUK dan RKA. Dana yamg dimiliki Puskesmas

digunakan untuk pembelian dan pemeliharaan sarana dan prasarana,

transportasi, kebutuhan operasional, biaya tenaga kerja, kebutuhan

obat-obatan, serta pelaksanaan program kegiatan. Penggunaan dana

keuangan Puskesmas yang di dalamnya berisi pula dana BLUD

dilaporkan setiap tahun.

Siklus PDCA pada manajemen keuangan tahap P2 di Puskesmas

II Sumpiuh yaitu plan, merencanakan dana yang akan dikeluarkan

untuk kebutuhan apa saja. Do yaitu mengeluarkan dana keuangan

untuk pembelian sarana dan prasarana, transportasi, kebutuhan

operasional, biaya tenaga kerja, kebutuhan obat-obatan, serta

pelaksanaan program kegiatan. Check yaitu mengevaluasi dana yang

dikeluarkan apakah sudah sesuai dengan kebutuhan atau tidak.

Action yaitu menindaklanjuti dana yang dikeluarkan tidak sesuai

kebutuhan dan tidak sesuai anggaran maka dicatat dan dilaporkan

setiap tahunnya.

3) Pengawasan dan Pertanggungjawaban (P3)


79

Dana BLUD Puskesmas dibina oleh Dinas Pendapatan Keuangan

Daerah (DPKD) selaku Pejabat Pembuat Komitmen Daerah

(PPKD). Penilaian dan evaluasi kinerja PPK BLUD dilakukan tiap

tahun oleh Bupati dan/atau Dewan Pengawas. Pengawasan

dilakukan terhadap aspek keuangan maupun non keuangan untuk

mengukur capaian pengelolaan BLUD Puskesmas.

Siklus manajemen keuangan pada tahap P3 di Puskesmas II

Sumpiuh yaitu plan, merencanakan pengawasan dan penilaian serta

evaluasi dana BLUD yang dikeluarkan Puskesmas dibina oleh Dinas

Pendapatan Keuangan Daerah (DPKD). Do yaitu melakukan

pengawasan, penilaian, dan evaluasi yang dilakukan oleh DPKD.

Check yaitu mengevaluasi hasil dari pengawasan, penilaian yang

telah dilakukan. Action yaitu menindaklanjuti dari hasil pengawasan,

penilaian, dan evaluasi keuangan Puskesmas yang akan dilaporkan

ke Bupati dan/atau Dewan Pengawas yang dilakukan setiap tahun.

e. Manajemen Sumber Daya Manusia

Puskesmas II Sumpiuh memiliki 43 orang pegawai yang meliputi

pegawai PNS dan Kontrak. Meski demikian, masih terdapat beberapa

posisi pegawai yang kurang maupun masih kosong. Sehingga

menyebabkan beberapa petugas memiliki tugas ganda.

1) Perencanaan (P1)

Pengelolaan sumber daya manusia (SDM) adalah suatu

pengaturan dan pengambilan kebijaksanaan yang jelas, terarah dan

berkesinambungan terkait SDM dalam suatu organisasi sebagai


80

bentuk pemenuhan kebutuhan secara kuantitas maupun kualitas.

Sehingga dapat memberikan keuntungan bagi organisasi untuk

mencapai tujuan yang efektif, efisien dan ekonomis. Perencanaan

sumber daya manusia di Puskesmas II Sumpiuh dilakukan

berdasarkan data kebutuhan pegawai yang belum tersedia maupun

kondisi insidental. Misalnya, Puskesmas II Sumpiuh membutuhkan

tenaga kesehatan berupa perawat gigi dan tenaga rekam medis pada

tahun 2017 untuk menunjang pelayanan rawat jalan. Data tersebut

digunakan sebagai landasan perencanaan pegawai Puskesmas.

Siklus PDCA yang dilakukan dalam manajemen sumber daya

manusia tahap perencanaan (P1) di Puskesmas II Sumpiuh yaitu

plan, merencanakan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk

Puskesmas. Do yaitu menentukan jumlah SDM yang dibutuhkan.

Check yaitu mengevaluasi kebutuhan SDM sudah sesuai dengan

standar atau tidak. Action yaitu menindaklanjuti hasil evaluasi yang

dilakukan.

2) Pelaksanaan dan Pengendalian (P2)

Puskesmas II Sumpiuh sebagai PPK BLUD dapat melakukan

rekrutmen pegawai kontrak secara mandiri dengan pembiayaan

pegawai menggunakan dana BLUD. Masa kontrak pegawai BLUD

yaitu dua tahun yang dapat diperpanjang kemudian saat masa

kontrak habis.

Terdapat dua jenis pegawai yang terdapat di Puskesmas II

Sumpiuh yaitu pegawai PNS dan Non PNS. Peengorganisasian


81

pegawai di Puskesmas II Sumpiuh dilakukan berdasarkan peraturan

perundangan pemerintah yang berlaku terkait pembagian kerja,

hubungan kerja, delegasi wewenang integrasi serta koordinasi

struktur Puskesmas. Pengadaan atau rekrutmen pegawai kontrak

Puskesmas dapat dilakukan dengan cara mengumumkan kebutuhan

pegawai baru, seleksi pendaftaran, serta pengumuman penerimaan

pegawai yang dilakukan secara mandiri oleh Puskesmas. Sedangkan

pengadaan pegawai PNS dilakukan dengan melibatkan Dinas

Kesehatan Kabupaten dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD)

Banyumas. Pengajuan pegawai dilakukan oleh Puskesmas meliputi

jumlah dan jenis profesi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten

Banyumas. Dinas Kesehatan Kabupaten selanjutnya melakukan

pengajuan kepada kementerian dan akan dilakukan ditindaklanjuti

dengan adanya seleksi penerimaan PNS.

Siklus manajemen sumber daya manusia pada tahap P2 di

Puskesmas II Sumpiuh yaitu plan, menentukan jumlah SDM yang

dibutuhkan untuk di rekrut sebagai pegawai. Do yaitu merekrut

sumber daya manusia yang telah ditentukan. Pegawai puskemas

terdiri dari pegawai kontrak, dan pegawai tetap. Check yaitu

mengevaluasi kebutuhan SDM apakah sudah mencukupi SDM yang

dibutuhkan atau tidak. Action yaitu menindaklanjuti apabila SDM

kurang maka akan mengajukan pengajuan pegawai ke Dinas

Kesehatan sesuai jumlah dan jenis profesinya.

3) Pengawasan dan Pertanggungjawaban (P3)


82

Pengawasan kinerja SDM perlu dilakukan untuk memastikan

bahwa program kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan.

Pengawasan SDM di lingkungan Puskesmas II Sumpiuh dilakukan

secara internal maupun eksternal. Pengawasan internal dilakukan

oleh atasan bagian dan kepala Puskesmas secara langsung,

sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat serta

Dinas Kesehatan Kabupaten.

Siklus PDCA pada manajemen sumber daya manusia tahap P3 di

Puskesmas II Sumpiuh yaitu plan, merencanakan untuk melakukan

pengawasan kinerja SDM dan untuk memastikan program kegiatan

yang dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan tujuan atau tidak. Do

yaitu melakukan pengawasan baik secara internal maupun eksternal.

Check yaitu mengevaluasi hasil pengawasan yang dilakukan apakah

sudah sesuai dengan kinerja nya atau tidak. Action yaitu

menindaklanjuti hasil evaluasi yang dilakukan.

f. Manajemen Sistem Informasi

Sistem manajemen informasi di Puskesmas II Sumpiuh telah

dilakukan secara online tanpa meninggalkan pencatatan secara manual

dalam buku. Manajemen informasi secara online dilakukan dengan

Sistem Informatika Puskesmas (SIMPUS) dan Primary Care atau PCare.

Sedangkan pencatatan manual dilakukan dalam buku untuk menunjang

SIMPUS yang masih belum dapat berjalan secara efektif dan efisien serta

menghindari adanya masalah pada jaringan atau koneksi internet.

1) Perencanaan (P1)
83

Perencanaan pada penggunaan SIMPUS di Puskesmas II

Sumpiuh dapat meliputi menganalisis dan mengkaji manfaat aplikasi

SIMPUS, serta hambatan dan kelemahan aplikasi SIMPUS.

Selanjutnya dapat dilakukan penyusunan perencanaan implementasi

SIMPUS dengan menyusun jenis, model dan jumlah perangkat yang

akan digunakan, serta tipe teknologi yang cocok digunakan.

Siklus PDCA manajemen sistem informasi tahap perencanaan

(P1) di Puskesmas II Sumpiuh yaitu plan, merencanakan

penggunaan SIMPUS untuk memudahkan pendataan pasien di

Puskesmas II Sumpiuh. Do yaitu menggunakan SIMPUS untuk

membantu dalam pelayanan menjadi lebih cepat dan teratur. Check

yaitu mengevaluasi hasil penggunaan SIMPUS apakah ada

kekurangan dari penggunaan nya atau tidak, apakah ada hambatan

atau tidak. Action yaitu menindaklanjuti hasil evaluasi yang

dilakukan.

2) Pelaksanaan dan Pengendalian (P2)

SIMPUS di Puskesmas II Sumpiuh masih belum dapat digunakan

secara maksimal. Hal tersebut dikarenakan beberapa bagian tidak

tersedia komputer, koneksi internet yang tidak stabil, serta down nya

server SIMPUS. Meski demikian, Puskesmas memiliki SDM yang

cukup baik dan mudah memahami pengoperasian SIMPUS di

Puskesmas II Sumpiuh.

SIMPUS memiliki kelebihan antara lain mampu mempermudah

koordinasi lingkup Puskesmas dan meminimalisir penggunaan


84

kertas. SIMPUS dapat digunakan dalam pendaftaran pasien di loket

registrasi, input data pelayanan pasien di Poli Umum, Poli Gigi, Poli

KIA, Apotek, Laboratorium dan IGD. Namun, hal tersebut belum

dapat berjalan dengan maksimal karena keterbatasanan perangkat

komputer untuk melakukan input data pelayanan pasien.

Siklus PDCA manajemen sarana informasi tahap P2 di

Puskesmas II Sumpiuh yaitu plan, merencanakan penggunaan

SIMPUS dalam membantu pelayanan input data pasien pada setiap

polinya. Do yaitu melakukan penggunaan SIMPUS sebagai

pendaftaran pasien, dan input data pasien. Check yaitu mengevaluasi

hasil penggunaan SIMPUS apakah ada kekurangan, ada hambatan

yang terjadi. Action yaitu menindaklanjuti hasil evaluasi. Seperti

bermasalah mengenai internet yang sering eror, penggunaan kurang

maksimal. Hambatan tersebut ditindaklanjuti agar tahun depan

menjadi lebih baik.

3) Pengawasan dan Pertanggungjawaban (P3)

SIMPUS dan PCare yang digunakan di Puskesmas II Sumpiuh

diawasi secara internal maupun eskternal. Pengawasan internal

dilakukan oleh penanggung jawab sistem informatika, sedangkan

pengawasan eksternal dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten.

Pengawasan yang dilakukan meliputi pengendalian ketertiban rekam

medis, kepatuhan petugas dalam pengisian SIMPUS maupun PCare,

serta evaluasi aplikasi SIMPUS. Hasil pengawasan kemudian

dilaporkan kepada kepala bagian Jaringan dan Jejaring Fanyankes


85

oleh penanggung jawab sistem informatika Puskesmas. Pelaporan

berupa data kunjungan pasien, jumlah, jenis kelamin, obat,

pelayanan kesehatan yang diberikan, dan lain-lain. Data-data

tersebut berguna untuk evaluasi status kesehatan masyarakat dalam

wilayah kerja Puskesmas II Sumpiuh.

Siklus PDCA di manajemen sarana informasi dalam tahap

pengawasan (P3) di Puskesmas II Sumpiuh yaitu plan, merencakan

untuk dilakukan pengawasan baik secara internal maupun internal

mengenai penggunaan SIMPUS. Do yaitu melakukan pengawasan,

penilaian dari penggunaan SIMPUS. Pengawasan yang dilakukan

meliputi pengendalian ketertiban rekam medis, kepatuhan petugas

dalam pengisian SIMPUS maupun PCare, serta evaluasi aplikasi

SIMPUS. Check yaitu melakukan evaluasi dari hasil penggunaan

SIMPUS. Action yaitu menindaklanjuti hasil pengawasan kemudian

dilaporkan kepada kepala bagian Jaringan dan Jejaring Fanyankes

oleh penanggung jawab sistem informatika Puskesmas.

B. PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Puskesmas II Sumpiuh

Wilayah kerja Puskesmas II Sumpiuh seluas 33,2 km2 yang terbagi

dalam 5desa dan 2 kelurahan yaitu Kelurahan Sumpiuh, Kelurahan

Kradenan, Desa Selandaka, Desa Nusadadi, Desa Selanegara, Desa

Bogangin dan Desa Banjarpanepen. Jumlah penduduk yang tercakup

dalam wilayah kerja Puskesmas II Sumpiuh sebanyak 28.210 jiwa pada


86

tahun 2016 (Profil Puskesmas II Sumpiuh, 2017). Batas administratif

wilayah kerja Puskesmas II Sumpiuh adalah sebagai berikut:

a. Batas Utara: Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas

b. Batas Timur: Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas

c. Batas Selatan: Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap

d. Batas Barat: Wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh.

(Perencanaan Tingkat Puskesmas tahun 2015)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014,

Puskesmas II Sumpiuh dinilai sudah memenuhi persyaratan lokasi

pendirian puskesmas. Hal ini terlihat dari lokasi yang strategis,

aksesibilitas untuk jalur transportasi mudah dijangkau oleh masyarakat,

kontur tanah yang rata, fasilitas parkir yang memadai untuk pengunjung

dan petugas, fasilitas untuk publik seperti toilet, dan pengelolaan

kesehatan lingkungan.

Agar pelayanan kesehatan dapat optimal maka Puskesmas II

sumpiuh harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Persyaratan

bangunan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014

yaitu persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan

kerja, serta persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan

lain, menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan

keselamatan dan kesehatan, serta kemudahan dalam memberi pelayanan

bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan khusus, anak-anak dan

lanjut usia dinilai sudah cukup memadai dan memenuhi persyaratan.


87

Namun jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan, jumlah penduduk,

dan jumlah wilayah kerja yang terdiri dari 5 desa 2 kelurahan, bangunan

Puskesmas II Sumpiuh dirasa masih kurang memadai dari segi ukuran dan

tata letak ruang-ruang, tetapi pada bulan februari 2019 akan ada rencana

untuk pembangunan puskesmas lebih luas dan memadai untuk pengunjung

maupun petugas. Puskesmas II Sumpiuh memiliki prasarana yang

memadai seperti sistem ventilasi, pencahayaan, sanitasi, kelistrikan,

komunikasi, kendaraan puskesmas keliling dan ambulan. Beberapa seperti

sistem proteksi petir dan sistem proteksi terhadap kebakaran yang belum

memadai.

Struktur organisasi Puskesmas II Sumpiuh telah sesuai dengan

Permenkes No. 75 Tahun 2014, yaitu memiliki Kepala Puskesmas yang

berkompeten dalam manajemen kesehatan masyarakat dan telah mengikuti

pelatihan manajemen Puskesmas. Struktur organisasi disusun oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten Banyumas berdasarkan kategorim upaya kesehatan,

serta beban kerja Puskesmas. Puskesmas II Sumpiuh merupakan

Puskesmas non rawat inap dengan jumlah tenaga kesehatan yang cukup

dan sesuai dengan Permenkes No. 75 Tahun 2014. Tenaga kesehatan

tersebut antara lain Dokter Umum sebanyak 2 orang, Dokter Gigi

sebanyak 1 orang, Perawat Umum sebanyak 7 orang, Bidan sebanyak 14

orang, kefarmasian sebanyak 1 orang, Analis Kesehatan sebanyak 1 orang,

Konsultan Gizi sebanyak 1 orang. Tenaga lainnya antara lain Tenaga

Kesmas sebanyak 2 orang, Tenaga Sanitarian sebanyak 2 orang, tenaga


88

administrasi sebanyak 7 orang, Akuntan sebanyak 1 orang, pengemudi

sebanyak 1 orang, serta penjaga kantor sebanyak 3 orang.

2. Sistem Manajemen Puskesmas II Sumpiuh

a. Manajemen Program Puskesmas II Sumpiuh

Puskesmas Sumpiuh II telah menerapkan sistem manajemen

yang baik sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar

Pusat Kesehatan Masyarakat. Sistem manajemen yang digunakan

Puskesmas II Sumpiuh yaitu menerapkan tahap-tahap P1

(Perencanaan), P2 (Pelaksanaan dan Pengendalian), P3 (Pengawasan

dan pertanggungjawaban), dalam pelaksanaan tugas dan fungsi

puskesmas harus melaksanakan manejemen puskesmas secara efektif

dan efisien. Menurut Permenkes No 44 tahun 2016 mengenai

manajemen puskesmas bahwa penyelengaraan berbagai upaya

kesehatan dilakukan dengan siklus manajemen yang berkualitas yaitu

rangkaian kegiatan rutin yang berkesinambungan dalam satu siklus

“Plan-Do-Check-Action (PDAC)”

Plan yaitu perencanaan, perencanaan dilakukan setiap setahun

sekali dengan menganalisis situasi wilayah kerja Puskesmas II

Sumpiuh, Perencanaan program oleh Puskesmas II Sumpiuh sudah

mengacu pada Rencana Usulan Kegiatan (RUK) yang dibuat

berdasarkan analisis situasi, identifikasi masalah, survei mawas diri,

dan pembentukan prioritas masalah. RUK berisi rincian kegiatan,

tujuan, sasaran, besaran kegiatan, waktu, lokasi, staf, dan perkiraan


89

kebutuhan biaya yang nantinya dianalisis ulang untuk menghasilkan

Rencana Bisnis Anggaran (RBA). Dari RBA dibuat RPK (Rencana

Pelaksanaan Kegiatan) yang merupakan bentuk strategi pelaksanaan

kegiatan. Setelah RBA maka akan dibuatkan pedoman pelaksanaan

penggunaan anggaran kegiatan atau DPA (Dokumen Pelaksanaan

Anggaran. Puskesmas Sumpiuh II telah memberlakukan BLUD sejak

tahun 2014 dan sampai dengan sekarang masih menyesuaikan dalam

hal pelaksanaan layanan kesehatan terkait BLUD.

Do yaitu pelaksanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan di

Puskesmas II Sumpiuh sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan

Permenkes No.75 (2014) yaitu proses pelaksanaan dan pemantauan

diawali dari pengorganisasian. Pengorganisasian kegiatan sudah

diatur oleh Kepala Puskesmas yang memiliki penanggungjawab setiap

program sesuai dengan bidangnya dan wilayahnya masing-masing.

Pelaksanaan program juga melibatkan lintas sektoral dengan acuan

target atau indikator yang ditetapkan diawal kegiatan. Pengawasan

dan pengendalian serta penilaian juga sudah dilaksanakan dengan

pengadaan Lokakarya Mini (LokMin) bulanan dan triwulanan.

Check dan Action yaitu setiap program dilakukan Pengawasan

dan pertanggungjawaban serta dilakukan evaluasi. program di

Puskesmas II Sumpiuh sudah sesuai dengan Permenkes No.75 (2014)

yaitu pengawasan dapat dilakukan oleh pihak internal atau eksternal

Puskesmas. Pertanggungjawaban kepada pihak intenal dilakukan oleh

kepala Puskesmas dalam bentuk rapat koordinasi tiap bulan, rapat


90

koordinasi konndisional, dan laporan langsung dari koordinator

bagian. Evaluasi setiap program dilakukan setelah kegiatan atau

diakhir tahun. Tahap evaluasi dan follow up kegiatan dinilai masih

kurang berjalan karena tidak ada hasil tertulis yang dapat digunakan

sebagai acuan dalam kegiatan berikutnya, sehingga hal ini perlu

diperbaiki.

Puskesmas II sumpiuh menetapkan tim manajemen puskesmas

yang juga dapat berfungsi sebagai penanggung jawab manajemen

mutu di Puskesmas. Tim terdiri atas penanggung jawab upaya

kesehatan di puskesmas dan didukung sepenuhnya oleh jajaran

pelaksanaan masing-masing, Tim ini akan bertanggung jawab

terhadap tercapainya target kinerja puskesmas, melalui pelaksanaan

upaya kesehatan yang bermutu untuk menjamin bahwa siklus

manajemen puskesmas yang berkualitas berjalan secara efektif dan

efisien.

Program kesehatan wajib (basic six) terdiri dari promosi

kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak dan keluaga

berencana, pencegahan serta pemberantasan penyakit menular,

pelayanan gizi dan penyembuhan penyakit dan pelayanan kesehatan

juga telah dilaksanakan oleh Puskesmas II Sumpiuh sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/Menkes/SK/II/2004 dengan

angka pencapaian yang bervariasi. Program basic six telah

diselenggarakan dengan baik dan disesuaikan dengan peraturan yang

berlaku. Beberapa program sudah memiliki indikator yang mencapai


91

target minimal sehingga hanya perlu ditingkatkan kualitas

pelayanannya. Program Puskesmas II Sumpiuh terutama program

pencegahan (preventif) mampu melibatkan masyarakat dalam

pencapaian program kesehatan yang telah di tetapkan, salah satu

langkahnya adalah memaksimalkan peran serta masyarakat dalam

program kesehatan. Di puskesmas II sumpiuh peran serta masyarakat

meliputi pembentukan kader untuk kegiatan posyandu balita, lansia,

posbindu dan dukun bayi.

b. Manajemen Sumber Daya Manusia

Sistem perencanaan SDM di Puskesmas II Sumpiuh dilakukan

sesuai kebutuhan baik PNS maupun Kontrak. Pedoman perencanaan

kebutuhan SDM tersebut sesuai dengan Permenkes No.33 (2015)

tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya

Manusia Kesehatan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,

SDM di Puskesmas II Sumpiuh masih belum dipenuhi sesuai

kebutuhan terutama dokter, perawat gigi, tenaga Rekam Medik, serta

tenaga Promkes. Pengelolaan SDM di Puskesmas II Sumpiuh masih

belum maksimal, karena beberapa petugas yang mendapat lebih dari

satu jabatan sehingga beban kerja petugas menjadi bertambah dan

belum bisa maksimal dalam melaksanakan tugas karena tugas yang

diemban terlalu banyak.

Pemecahan masalah perencanaan SDM yang belum maksimal

di Puskesmas II Sumpiuh yaitu penambahan SDM sesuai dengan

jumlah dan kompetensi yang dibutuhkan dengan membuka lowongan


92

tenaga kontrak. Diharapkan dengan adanya tenaga kontrak maka

mampu mengurangi beban tugas dan beban kerja tenaga yang sudah

ada. Tenaga kontrak perlu direncanakan terkait dengan kemampuan

Puskesmas II Sumpiuh dalam hal menggaji karyawan. Dalam kondisi

ketersediaan sumber daya yang terbatas, maka sumber daya yang

tersedia dikelola dengan sebaik baiknya, dapat tersedia saat digunakan

sehingga tidak menghambat jalannya pelayanan yang akan

dilaksanakan.

Pengembangan SDM di Puskesmas II Sumpiuh sudah cukup

baik. Terlihat dari partisipasi tenaga medis maupun nonmedis dalam

mengikuti diklat-diklat yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan

maupun Instansi lintas sektor yang terkait. Selain itu, tenaga kesehatan

Puskesmas II Sumpiuh telah bekerja sesuai dengan standar profesi,

standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,

menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan

keselamatan pasien dengan memperhatikan kesehatan dan

keselamatan diri maupun pasien. Kemitraan kerja antar staff lintas

sektoral terjalin harmonis.

c. Manajemen Kefarmasian

Manajemen kefarmasian Puskesmas II Sumpiuh secara

keseluruhan telah dilakukan dengan baik. Manajemen kefarmasian di

Puskesmas II Sumpiuh meliputi perencanaan, pengadaan,

pendistribusian, penyimpanan hingga pelaporan. Hal tersebut

dibuktikan dengan perencanaan kebutuhan obat dilakukan oleh


93

Pengelola Obat dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas dalam

bentuk LPLPO. Penyusunan LPLPO dilakukan setiap periode yaitu 3

bulan sekali untuk menentukan jenis dan jumlah obat yang dibutuhkan

Puskesmas II Sumpiuh. LPLPO yang telah disusun kemudian

disetujui oleh Kepala Puskesmas dan diajukan kepada Gudang

Farmasi Kabupaten.

Obat-obatan yang telah tersedia disimpan berdasarkan urutan

abjad dan jenis obat dalam gudang obat. Namun gudang atau tempat

penyimpanan obat masih belum sesuai dengan peraturan semestinya

yaitu kurangnya ventilasi dan cahaya yang cukup, serta tidak

tersedianya AC khusus untuk gudang obat. Meski demikian,

penyimpanan dan distribusi obat yang dilakukan di Puskesmas II

Sumpiuh telah dilakukan dengan cukup baik yaitu menggunakan

metode first expired first out (FEFO). Metode FEFO diaplikasikan

dengan cara pemberian label warna di setiap bungkus obat dengan

warna hijau, kuning dan merah. Keterangan warna label telah

dijelaskan pada bab II sebelumnya.

Obat-obatan di Puskesmas II Sumpiuh terdistribusi dengan baik

dan cepat. Tidak terdapat obat-obatan berlabel merah atau kadaluarsa

kurang dari satu tahun. Menurut Apoteker Puskesmas II Sumpiuh,

obat-obatan yang tersedia biasanya habis dalam 1 periode atau 3

bulan. Sehingga tidak terdapat obat-obatan yang kadaluarsa.


94

d. Manajemen Keuangan

Bulan juni tahun 2014 Puskesmas di Kabupaten Banyumas

termasuk Puskesmas II Sumpiuh menerapkan Sistem Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD) dengan sistem BLUD bertahap, saat ini

Puskesmas II sumpiuh sudah BLUD penuh seluruh pendapatan

puskesmas dikelola oleh puskesmas sendiri. Pendapatan tersebut

terdiri dari dana kapitasi BPJS, pasien umum dan klaim BPJS non

kapitasi, KBS ( Jamkesda ) Jamkesmas, retribusi pasien, klaim

persalinan, klaim rawat jalan, klaim rujukan, surplus tahun

sebelumnya. Dana tersebut didapatkan dari hasil Penyelenggaran

Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), dan upaya kesehatan

administrasi. Pelaksanaan pengelolaan uang di Puskesmas II

Sumpiuh, sudah sesuai dengan Permendagri No.61 (2007) yaitu setiap

pemasukan dimasukan kedalam rekening BLUD. Uang yang masuk

kemudian diolah 60% untuk jasa pelayanan dan 40% untuk

operasional yang bersumber dari retribusi pelayanan kesehatan dan

kapitasi jaminan kesehatan.

Status BLUD memberikan keuntungan yaitu Puskesmas dapat

dengan leluasa dan terhindar dari hambatan birokrasi dalam

pengelolaan pendapatannya dan pemenuhan kebutuhan yang

menunjang pelayanan kesehatan. Menurut Permenkes No.28 (2014)

dana kapitasi merupakan besaran pembayaran perbulan yang dibayar

dimuka kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan


95

jenis dan jumlah pelayanan yang diberikan. Selain dari BLUD,

Puskesmas II sumpiuh menggunakan dana BOK, sesuai dengan

permenkes no 11 tahun 2015 bahwa dana BOK diarahkan untuk

meningkatkan kinerja puskesmas dalam upaya kesehatan promotif

dan preventif dalam mendukung pelayanan kesehatan diluar gedung

Pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan di Puskesmas

II Sumpiuh telah sesuai dengan Permendagri No.61 (2007), yaitu

laporan keuangan dilaporkan setiap bulan dengan pembuatan laporan

pertiga bulan untuk DPPKAD dan laporan pertahun untuk BPK.

Peraturan bupati no 67 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan dan

sisten akuntansi pada BLUD UPT Dinas Kesehatan Kabupaten

Banyumas, BLUD masih mengembangkan sistem informasi

akuntansi yang dapat menunjang manajemen, evaluasi kerja dan

mendukung pembuatan laporan keuangan secara akurat dan tepat

waktu selain memanfaatkan indormasi daerah ( SIMDA) yang telah

di aplikasikan.

3. Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT)

Manajemen Puskesmas II Sumpiuh

a. Strengths (Kekuatan)

Kekuatan yang dimiliki oleh Puskesmas II Sumpiuh, antara lain:

1) Puskesmas II Sumpiuh telah berstatus sebagai PPK-BLUD

penuh, sehingga memiliki fleksibilitas yaitu keleluasaan untuk

menerapkan pengelolaan keuangan secara sehat. Sehingga, dapat


96

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan staf dan karyawannya.

2) Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Puskesmas II Sumpiuh

tergolong baik yang meliputi lulusan D3, S1 dan S1 profesi.

3) Sumber daya manusia Puskesmas II Sumpiuh rata-rata usia

produktif sehingga memiliki komitmen kerja yang tinggi dalam

menjalankan berbagai program kegiatan Puskesmas.

4) Lokasi Puskesmas II Sumpiuh yang strategis, sehingga banyak

pasien yang dari luar wilayah kerja maupun wilayah dalam kerja

dari Puskesmas II Sumpiuh memeriksakan kesehatan di

Puskesmas II Sumpiuh

b. Weaknesses (Kelemahan)

Berikut ini merupakan beberapa kelemahan yang dimiliki

Puskesmas II Sumpiuh, antara lain:

1) Sarana dan prasarana yang dimiliki masih kurang, misalnya ruang

penyimpanan berkas rekam medis yang menyatu dengan ruang

pendaftaran, laboratorium kesehatan lingkungan dan pengelolaan

limbah medis, ruang RGD yang menyatu dengan BP umum,

gedung untuk gudang obat, sistem proteksi kebakaran yang belum

memadai.

2) Memiliki wilayah kerja yang luas dan beberapa desa memiliki

akses yang cukup jauh dan sulit untuk ditempuh. Hal tersebut

dapat berpengaruh terhadap berjalannya program UKP maupun

UKM Puskesmas II Sumpiuh


97

3) Masih kurangnya sumber daya manusia terutama bidang rekam

medis dan dokter.

c. Opportunities (Kesempatan)

Beberapa kesempatan yang dimiliki oleh Puskesmas II Sumpiuh

agar dapat meningkatkan kinerjanya, antara lain:

1) Puskesmas II Sumpiuh mendapatkan dana BOK yang cukup

banyak untuk menunjang program-program kegiatan.

2) Puskesmas II Sumpiuh terpilih menjadi salah satu Puskesmas

yang mendapatkan bantuan alat-alat laboratorium sanitasi pada

tahun 2017, sehingga diharapkan pada tahun 2018 pelayanan

sanitasi di Puskesmas II Sumpiuh dapat berjalan dengan baik dan

menjadi percontohan Puskesmas lain di Kabupaten Banyumas.

d. Threats (Ancaman)

Terdapat beberapa ancaman bagi Puskesmas II Sumpiuh, antara

lain:

1) Puskesmas II Sumpiuh terletak berdampingan dengan Rumah

Sakit NU Sumpiuh yang saat ini statusnya masih klinik pratama.

2) Wilayah kerja Puskesmas II Sumpiuh terletak di daerah yang

rawan terjadi bencana alam, yaitu Desa Banjarpanepen rawan

terjadi bencana tanah longsor sedangkan Desa Nusadadi rawan

terjadi banjir.

3) Terdapat kejadian KLB pada tahun 2017 berupa leptosepirosis

dan campak maka petugas kesehatan harus lebih proteksi diri.


98
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan tentang

sistem manajemen pelayanan di Puskesmas II Sumpiuh, maka beberapa

kesimpulan yang dapat diambil antara lain:

1. Puskesmas II Sumpiuh memiliki wilayah kerja seluas 33,2 km2 yang terbagi

dalam 7 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 28.210 jiwa

pada tahun 2016.

2. Manajemen program Puskesmas telah dilakukan dengan sistem manajemen

yang baik, yaitu menggunakan metode Perencanaan (P1), Pelaksanaan dan

Pemantauan (P2) serta Pengawasan dan Pertanggungjawaban (P3) dan

sudah memenuhi siklus Plan-Do-Check-Action (PDCA)

3. Manajemen sumber daya manusia Puskesmas II Sumpiuh secara

keseluruhan telah sesuai dengan P1, P2 dan P3, namun beberapa pegawai

masih memiliki tugas ganda serta belum adanya tenaga Rekam Medis.

4. Manajemen Keuangan Puskesmas II Sumpiuh telah dilakukan dengan baik,

sehingga dapat menjalankan status PPK BLUD penuh di tahun 2017 dengan

baik.

5. Manajemen Kefarmasian di Puskesmas II Sumpiuh telah dilakukan dengan

baik sesuai dengan P1, P2 dan P3. Hal tersebut terbukti dengan tidak adanya

stok obat yang mendekati masa kadaluarsa. Namun demikian, gudang

100
101

penyimpanan obat masih belum memenuhi standar tempat penyimpanan

obat.

6. Manajemen sarana dan prasarana Puskesmas II Sumpiuh dilakukan dengan

baik. Pengadaan barang diajukan oleh pejabat teknis kegiatan (PTK) dan

akan dibeli oleh pejabat pengadaan (PPA), kegiatan tersebut diawasi oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten.

7. Manajemen sistem informatika di Puskesmas II Sumpiuh menggunakan

aplikasi SIMPUS dan PCare, namun masih belum maksimal karena masih

terbatasnya perangkat yang digunakan untuk mengakses SIMPUS dan

PCare.

B. Saran

Puskesmas II Sumpiuh secara keseluruhan sudah cukup baik, namun

terdapat beberapa saran demi mewujudkan Puskesmas yang lebih baik lagi,

antara lain :

1. Perlunya bangunan puskesmas yang lebih luas dan modern untuk

mendukung kegiatan Puskesmas

2. Perlunya penambahan fasilitas penyimpanan obat untuk bagian kefarmasian

3. Perlunya penambahan sumber daya manusia agar seluruh program

Puskesmas dapat terealisasikan dengan maksimal

4. Perlunya perbaikan dan pembenahan terkait kegiatan program pokok dan

program pengembangan yang harus berjalan di Puskesmas, sehingga dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas II

Sumpiuh.
102

DAFTAR PUSTAKA

David, Fred R., 2006, Manajemen Strategis, 10ed, Salemba Empat, Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan

RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 ttg Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan

Masyarakat, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Sistem Kesehatan Nasional,

Jakarta.

Muninjaya, G., 2004, Manajemen Kesehatan Edisi 2, EGC, Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 Tentang Badan Layanan

Umum Daerah.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2014 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Tentang

Pedoman Manajemen Puskesmas.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang

Pusat Kesehatan Masyarakat.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2016 Tentang

Petunjuk teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang

Kesehatan Tahun Anggaran 2017.


103

Rangkuti, Freddy, 2006, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Unndang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.

Undang-Undang Repupblik Indoesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah

Daerah.

Undang-Undang Republik Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan.
104

LAMPIRAN
105

Lampiran 1. Ruang-Ruang Puskesmas II Sumpiuh

Aula Puskesmas II Sumpiuh

Poli Gigi Puskesmas II Sumpiuh


106

Poli Umum Puskesmas II Sumpiuh

Ruang MTBS
107

Ruang Konsultasi Kesehatan Lingkungan dan Gizi

Ruang Apotek
108

Ruang KB

Ruang RGD
109

Ruang KIA

Ruang Tunggu Pasien

Anda mungkin juga menyukai