Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH SISTEM MIMO

MODULASI DIGITAL

Disusun Oleh :
 Muhammad Yusup Mustopa (054116004)
 Muhammad Ahwal (054116010)
 Dzaky Arkan (054115069)
 Tubagus Ilham (054115045)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat
menyelesai makalah Sistem MIMO tentang Modulasi Digital.
Makalah Tugas mata kuliah Sistem MIMO ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah Modulasi Digital ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Sistem MIMO tentang
Modulasi Digital dapat memberi banyak wawasan terhadap pembaca

Bogor, 14 Mei 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ I


DAFTAR ISI....................................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
2.1 Modulasi Digital ............................................................................................... 2
2.2 Sistem Modulasi OFDM ................................................................................... 2
2.3 Modulasi QPSK ................................................................................................ 5
2.4 Modulasi Adaptif .............................................................................................. 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada massa saat ini sesuai perkembangan zaman yang semakin modern Aktivitas kehidupan
sehari-hari banyak bergantung dari penggunaan informasi. Bentuk-bentuk informasi adalah
beraneka ragam, antara lain dalam bentuk bahasa lisan, tertulis atau data tertulis/gambar.
Informasi bisa diolah, disimpan dan disalurkan. Teknologi-teknologi baru telah dikembangkan
untuk melakukan hal-hal tersebut. Salah satu sarana yang paling penting dalam penyaluran
informasi adalah dengan mengkonversikan informasi ke dalam bentuk sinyal listrik dan
mentransmisikannya dalam jangkauan jarak tertentu menggunakan suatu media komunikasi.
Modulasi adalah suatu proses dimana property atau parameter dari suatu gelombang
divariasikan secara proporsional terhadap gelombang yang lain. Parameter yang diubah
tergantung pada besarnya modulasi yang diberikan. Dalam memenuhi kebutuhan transmisi
sinyal, maka dibutuhkan suatu proses modulasi atau penumpangan sinyal data yang berbentuk
biner pada suatu gelombang pembawa (carrier). Pemilihan jenis modulasi yang digunakan
ditentukan oleh penerapan yang diinginkan, termasuk juga karakteristik kanal yang digunakan
seperti bandwidth yang tersedia dan kerentanan (susceptibility) kanal terhadap perubahan
(fading).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang digunakan dalam makalah modulasi digital kali ini yakni:
1) Pengertian Modulasi Digital
2) Sistem Modulasi OFDM
3) Pengertian Modulasi QPSK dan QAM
4) Pengertian Modulasi Adaptif

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah Modulasi Digital untuk mengetahui karakteristik dari Modulasi
pada sistem MIMO.
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Modulasi Digital


Modulasi digital merupakan proses penumpangan sinyal digital ke dalam sinyal
pembawa (carrier). Modulasi digital ini juga dapat dikatakan sebagai sebuah proses mengubah-
ubah karakteristik dan sifat gelombang pembawa sedemikian rupa sehingga bentuk hasilnya
(modulated carrier) memiliki ciri-ciri dari bit 0 atau bit 1 yang dikandungnya. Sehingga dengan
mengamati modulated carrier, kita bisa mengetahui urutan bitnya disertai clock (timing,
sinkronisasi). Melalui proses modulasi digital sinyal-sinyal digital setiap tingkatan dapat
dikirim ke penerima dengan baik. Untuk pengiriman ini dapat digunakan media transmisi fisik
(logam atau optik) atau non fisik (gelombang-gelombang radio).
Ada tiga macam perbedaan sistem modulasi digital antara lain:
1. Amplitude Shift Keying (ASK)
2. Frequency Shift Keying (FSK)
3. Phase Shift Keying (PSK).
Dalam modulasi digital terdapat teknik modulasi Quadrature Amplitude Modulation (QAM),
yang mana secara ektensif digunakan pada gelombang microwave. QAM merupakan
kombinasi antara ASK and PSK. [1]

2.2 Sistem Modulasi OFDM


Prinsip utama dari OFDM adalah pembagian aliran data serial kecepatan tinggi ke
dalam sejumlah aliran data paralel kecepatan rendah kemudian dikirimkan secara simultan
melalui sejumlah subcarrier. OFDM adalah sebuah teknik yang diterapkan kepada sinyal yang
telah termodulasi, sebagai modulasi tingkat kedua. Caranya yaitu dengan membagi data secara
paralel pada sejumlah subkanal pita sempit, lalu masing-masing data pada subkanal tersebut
dimodulasikan dengan subfrekuensi pembawa yang saling orthogonal, selanjutnya
ditransmisikan secara simultan. Proses yang dilakukan sama dengan teknik modulasi
multicarrier, yang membedakan adalah penggunaan subcarrier yang saling orthogonal pada
masing-masing subkanal.
3

Gambar 2.1 Sistem OFDM sederhana [2]

Data masukan berupa data digital yang merupakan sumber informasi kemudian data
masukan tersebut dinotasikan oleh pengkode menjadi bit biner. Modulator berfungsi untuk
memodulasikan in-bit menjadi satu simbol disebut juga pengiriman M-ary. Biasanya modulasi
yang digunakan adalah PSK (Phase Shift Keying) atau QAM (Quadrature Amplitude
Modulation). Hasil modulator baseband dimasukkan ke dalam OFDM modulator dimana
simbol-simbol masukan dari baseband modulator akan diproses dengan menggunakan Inverse
Fast Fourier Transform (IFFT), kemudian hasil dari modulasi pada OFDM modulator akan
dikirimkan ke dalam kanal. Pada penerima akan didemodulasikan dengan Fast Fourier
Transform (FFT) kemudian dikirimkan ke Baseband Demodulator yang akan mengubah
simbol-simbol menjadi digit biner. Pada decoder digit biner akan dinotasikan kembali menjadi
data digital.
Prinsip utama dari OFDM adalah pembagian kecepatan tinggi aliran data ke dalam
beberapa kecepatan aliran rendah kemudian dikirimkan secara simultan melalui sejumlah
subcarrier yang saling orthogonal. Sinyal yang ditransmisikan dapat dituliskan seperti pada
persamaan berikut.
1
𝑥(𝑡) = + ∑𝑁−1
𝑛=0 𝑥𝑛 0 ≤ 𝑡 ≤ 𝑇 ................(persamaan 2.1)
√𝑇

Untuk memodulasi N frekuensi pembawa bisa diselesaikan dengan menggunakan


operasi IFFT ( Invers Fast Fourier Transform ) untuk blok simbol data N, hasil dari blok simbol
data N ditransformasikan menjadi simbol OFDM. Pada keluaran modulasi, sinyal-sinyal
pembawa akan ditambahkan dengan frekuensi dasar secara bersamaan sebelum ditransmisikan.
4

Masukan dari baseband modulator akan dimasukkan dalam pengubah serial ke paralel
sehingga sinyal masukan tersebut menjadi bit-bit paralel yang tentunya kecepatannya akan
lebih kecil dari pada kecepatan sinyal sebelumnya. Setelah sinyal tersebut dirubah dalam
bentuk paralel, maka dalam modulator setiap sinyal akan mempunyai nilai real dan imajiner
yang merupakan bagian in-phase dan quadrature sehingga dapat dikalikan dengan sinus atau
kosinus dari frekuensi yang telah ditentukan untuk menghasilkan sinyal akhir dari OFDM.

2.2.1 Pemancar OFDM

Gambar 2.2 Pemancar OFDM [3]

Pemancar dalam sistem OFDM terdiri dari masukan, pemetaan, pengubah serial-
paralel, Inverse Fast Fourier Transform (IFFT), dan pengubah paralel-serial.
Persamaan untuk IFFT adalah sebagai berikut.
𝑁/𝑍
1 𝑁
𝑥(𝑛) = 𝑁 + ∑ [𝑥(𝑘) + 𝑋 ( 2 + 𝑘)]𝑊𝑁𝑘𝑛 ................(persamaan 2.2)
𝑘=0

Untuk 𝑊𝑁𝑘𝑛 = 𝑒 −𝑗2𝜋𝑘𝑛 /𝑁


Dengan N adalah jumlah subcarrier dan n adalah subcarrier ke-n.
Kemudian simbol-simbol OFDM yang masih dalam bentuk paralel akan diubah
kembali menjadi bentuk serial pada blok paralel to serial. Sinyal tersebut akan diberi tambahan
guard interval yang untuk mengurangi terjadinya ISI (Intersymbol Interference).
5

2.2.2 Penerima OFDM

Gambar 2.3 Penerima OFDM [3]


Proses yang terjadi pada penerima adalah kebalikan dari proses yang dilakukan pada
pemancar. Receiver akan membawa sinyal terima yang telah melalui kanal, lalu sinyal tersebut
disampling dan dilakukan proses pelepasan guard interval sebelum diubah menjadi bentuk
paralel.
FFT merupakan komponen yang paling utama pada bagian perencanaan demodulasi.
Ketika lebih dari satu pembawa dimasukkan, FFT merupakan suatu metode praktis untuk
memperbaiki data dari pembawa (carrier). FFT digunakan untuk merubah kembali ke ranah
frekuensi.

2.3 Modulasi QPSK


Pada modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) sinyal pembawa
mempresentasikan empat keadaan fasa untuk emnyatakan empat symbol. Satu symbol QPSK
terdiri dari dua bit yaitu “00”, “01”, “10”, dan “11”. Setiap dua bit akan mengalami perubahan
fasa sebesar 90˚ sedangkan kecepatan bit informasinya sebesar dua kali kecepatan simbolnya.
(Sklar, 1988) Pada modulasi QPSK besarnya m = 2 (2m = 4) sehingga bandwidth yang
dibutuhkan untuk perubahan fasa tiap detik adalah : (Tri T, 1998)
𝑅
𝐵𝑊𝑄𝑃𝑆𝐾 = ( 2𝑡) . (1 + 𝛼)............(persamaan 2.3)

dimana:
α = roll of factor yang menyatakan unjuk kerja sebuah modulator
Rt = kecepatan transmisi (bit/s)
6

Sedangkan probability of bit error (BER) dari modulasi QPSK dapat dirumuskan sebagai
berikut : (Sklar, 1988)
2𝐸𝑏
𝑃𝑩 (𝒆) = 𝑄 [√ 𝑁𝑜 ]................(persamaan 2.4)

Dimana:
Eb = energy per bit (W/bot)
No = rapat daya derau sistem (W/Hz)

Pada transmisi digital dengan menggunakan teknik modulasi QPSK, yaitu


mengirimkan 1 dari 4 sinyal yang mungkin selama interval waktu tertentu dimana setiap sinyal
unik sama dengan (pasangan bit) 00, 01, 11, 10.
Pada QPSK sinyal yang ditumpangkan pada sinyal pembawa, mempunyai empat
kemungkinan dari setiap pasangan bitnya.

Gambar 2.4 Diagram Konsletasi QPSK


Untuk diagram konstelasi diatas, pada setiap titiknya itu berbeda sudut fasanya sebesar 90˚,
Atau bisa dilihat dari persamaan dibawah ini.
Persamaan untuk Gambar 2.4 diagram konstelasi :
𝜋
𝐴𝑐 cos (2𝜋𝑓𝑐 𝑡 + 4 ) 𝑠𝑦𝑚𝑏𝑜𝑙 11..................(persamaan 2.5)
3𝜋
𝐴𝑐 cos (2𝜋𝑓𝑐 𝑡 + ) 𝑠𝑦𝑚𝑏𝑜𝑙 01................(persamaan 2.6)
4
3𝜋
𝐴𝑐 cos (2𝜋𝑓𝑐 𝑡 − ) 𝑠𝑦𝑚𝑏𝑜𝑙 00................(persamaan 2.7)
4
𝜋
𝐴𝑐 cos (2𝜋𝑓𝑐 𝑡 − 4 ) 𝑠𝑦𝑚𝑏𝑜𝑙 10..................(persamaan 2.6)

Dalam QPSK, fasa dari sinyal pembawa membawa satu dari empat harga seperti 0˚, 90˚, 180˚,
dan 270˚
7

Setiap harga fasa yang mungkin berkorespondensi dengan pasangan bit yang unik disebut dibit.
Sebagai contoh, kita dapat memilih set harga fasa untuk merepresentasikan set gray coded dibit
: 00,01,11,10. Bentuk sinyal modulasi QPSK ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.5 Modulasi QPSK [4]

2.3.1 Quadrature Amplitude Modulation (QAM)


Quadrature amplitude modulation (QAM) adalah skema modulasi yang membawa data
dengan merubah amplitudo dan fase dari sinyal carrier. Sinyal yang dimodulasi akan
menghasilkan sinyal modulasi yang merupakan kombinasi dari phase shift keying (PSK) dan
amplitude shift keying (ASK). Pada modulasi QAM, titik-titik konstelasi (constellation points)
dibuat dalam bentuk kotak dengan jarak vertikal dan horizontal yang sama. Berikut ini
merupakan beberapa jenis modulasi QAM :
1) 4-QAM
4 QAM adalah teknik pengkodean M-ary dimana M=4. Seperti halnya QPSK, pada 4
QAM ada empat phase keluaran yang berbeda, maka harus ada empat kondisi masukan
yang berbeda, yaitu 00, 01, 10 dan 11.
2) 16-QAM
Modulasi 16-QAM merupakan modulasi QAM yang menggunakan inputan 4 bit
dengan 16 kondisi logika.
3) 64-QAM
64-QAM adalah teknik pengkodean QAM dengan M=64 sehingga untuk masukan
digital ke modulator adalah sinyal dengan jumlah bit sebanyak 6.
8

4) 256-QAM
256-QAM adalah teknik pengkodean QAM dengan M=256 sehingga untuk masukan
digital ke modulator adalah sinyal dengan jumlah bit sebanyak 8. [5]

2.4 Modulasi Adaptif


Modulasi adaptif merupakan salah satu cara untuk meningkatkan tradeoff antara
efisiensi bandwidth dan kualitas dari layanan yang akan diberikan. Penggunaan modulasi
adaptif akan memberikan keuntungan pada kondisi lingkungan yang selalu berubah-ubah
sepanjang waktu. Kanal yang digunakan pada komunikasi wireless akan selalu berubah
sehingga akan mempengaruhi kinerja sebuah sistem terutama apabila kita menggunakan
modulasi yang fixed. Hal ini akan berbeda jika kita menggunakan skema modulasi yang adaptif
sesuai dengan keadaan kanal pada saat itu.
Prinsip dari modulasi adaptif itu sendiri adalah pengubahan skema modulasi yang
sesuai dengan kondisi kanal saat itu, biasanya parameter yang digunakan adalah nilai SNR-
nya. Misalnya jika kondisi kanal sedang buruk atau nilai SNR yang rendah, maka skema
modulasi yang rendah akan digunakan pula, misalnya BPSK dan channel coding dengan code
rate 1/3. Sejalan dengan perubahan kondisi kanal, apabila kondisi kanal bagus, maka skema
modulasi yang lebih tinggi (16 QAM) akan digunakan, sehingga akan memberikan kapasitas
yang lebih pada sistem, dan demikian selanjutnya.
Menurut penelitian [6] dan [7] disebutkan bahwa perubahan parameter transmisi
merupakan respon transmitter terhadap kondisi kanal yang time-varying. Untuk
mengefisienkan reaksi terhadap perubahan pada kualitas kanal, maka langkah-langkah yang
dapat ditempuh adalah:
1) Estimasi kualitas kanal
Estimasi ini diperlukan untuk memilih parameter transmisi yang diperlukan untuk
proses transmisi berikutnya secara tepat.
2) Memilih parameter yang tepat untuk transmisi selanjutnya.
Berdasarkan prediksi dari kondisi kanal untuk timeslot berikutnya, transmitter
harus memilih mode modulasi yang sesuai untuk digunakan.
3) Signaling atau blind detection parameter yang dipakai.
Penerima harus diberi informasi parameter demodulator mana yang harus dipakai
untuk paket yang diterimanya. Informasi ini bisa dibawa langsung dalam simbol
OFDM sendiri atau penerima dapat mengestimasi parameter yang dipakai oleh
transmitter dengan mekanisme blind detection.
9

Tujuan utama penerapan adaptive modulation and coding adalah meningkatkan performansi
sistem dalam hal efisiensi bandwidth, reduksi SNR dan BER. Adaptif Coding pada Penelitian
ini menggunakan Turbo code dan Convolutional code. Apabila kanal transmisi sangat buruk
maka algoritma akan memilih Turbo code, apabila kanal tidak terlalu buruk maka algoritma
akan memilih Convolutional code. [8]
10

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Modulasi digital merupakan proses penumpangan sinyal digital ke dalam sinyal
pembawa (carrier). Modulasi digital ini juga dapat dikatakan sebagai sebuah proses mengubah-
ubah karakteristik dan sifat gelombang pembawa sedemikian rupa sehingga bentuk hasilnya
(modulated carrier) memiliki ciri-ciri dari bit 0 atau bit 1 yang dikandungnya.
OFDM adalah sebuah teknik yang diterapkan kepada sinyal yang telah termodulasi,
sebagai modulasi tingkat kedua. Caranya yaitu dengan membagi data secara paralel pada
sejumlah subkanal pita sempit, lalu masing-masing data pada subkanal tersebut dimodulasikan
dengan subfrekuensi pembawa yang saling orthogonal, selanjutnya ditransmisikan secara
simultan. Proses yang dilakukan sama dengan teknik modulasi multicarrier, yang membedakan
adalah penggunaan subcarrier yang saling orthogonal pada masing-masing subkanal.
Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) sinyal pembawa mempresentasikan
empat keadaan fasa untuk emnyatakan empat symbol. Satu symbol QPSK terdiri dari dua bit
yaitu “00”, “01”, “10”, dan “11”. Setiap dua bit akan mengalami perubahan fasa sebesar 90˚
sedangkan kecepatan bit informasinya sebesar dua kali kecepatan simbolnya.
Quadrature amplitude modulation (QAM) adalah skema modulasi yang membawa data
dengan merubah amplitudo dan fase dari sinyal carrier. Sinyal yang dimodulasi akan
menghasilkan sinyal modulasi yang merupakan kombinasi dari phase shift keying (PSK) dan
amplitude shift keying (ASK).
Modulasi adaptif merupakan salah satu cara untuk meningkatkan tradeoff antara
efisiensi bandwidth dan kualitas dari layanan yang akan diberikan. Penggunaan modulasi
adaptif akan memberikan keuntungan pada kondisi lingkungan yang selalu berubah-ubah
sepanjang waktu.
11

DAFTAR PUSTAKA

[1] https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/535/jbptunikompp-gdl-rudirusdia-26701-5-babii.pdf
[2] Sarif, Yofie H, Analisis Pengaruh Derau Terhadap Laju Kesalahan Data pada Sistem
OFDM, Laporan Tugas Akhir Teknik Elektro Undip, 2004.
[3] Wireless multi-user OFDM systems , wwwmobile. ecs.soton.ac.uk/comms/ofdm_system.,
Juni 2009.
[4] https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/398/jbptunikompp-gdl-noviesaefu-19857-6-babii.pdf
[5] Quadrature Amplitude Modulation, http://en.wikipedia.org/wiki/quadrature_amplitude_
modulation, Mei 2009.
[6] Prasetya, B., Mardyanto S.D.,Morganda G. A., Kinerja Adaptive Modulation and Coding
Pada Sistem UWB OFDM, Proceeding of The 1st Makasar International Conference
on Electrical Engineering and Informatics (MICEI)2008.
[7] Keller, T., Hanzo,L., Adaptive multicarrier modulation: a convenient framework for time
frequency processing in wirelesscommunications, Proceedings of the IEEE (Volume:
88, Issue: 5 ) Date of Publication: May 2000.
[8] Goldsmith,A. J., Chua, S.G., Adaptive Coded Modulation for Fading Channels, IEEE
Transactions On Communications, Vol. 46, No. 5, May 1998.

Anda mungkin juga menyukai